Anda di halaman 1dari 6

Tujuan

1. M a h a s i s w a m a m p u m e l a k u k a n i d e n t i f i k a s i f r a g m e n - f r a g m e n s i m p l i s i a
m a k r o s k o p i k d a n mikroskopik serta mengetahui ciri khas masing-masing simplisia
tersebut.
2. Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat membedakan simplisia
makroskopik dan simplisia mikroskopik.

Dasar teori
Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradisional yang secara
turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan
tradisional dengan tanaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan
kesehatan masyarakat. Pengembangan obat tradisional diusahakan agar dapat
sejalan dengan pengobatan modern. Menteri kesehatan Republik Indonesia
mendukung pengembangan obat tradisional, yaitu fitofarmaka, yang berarti
diperlukan adanya pengendalian mutu simplisisa yang akan digunakan untuk
bahan baku obat atau sediaan galenik.
Alam memberikan kepada kita bahan alam darat dan laut berupa
tumbuhan, hewan dan mineral yang jika diadakan identifikasi dan
menentukan sistematikanya, maka diperoleh bahan alam
berkhasiat obat. Jika bahan alam yang berkhasiat obat ini dikoleksi,
dikeringkan, diolah, diawetkan dan disimpan, akan diperoleh bahan
yang siap pakai atau yang disebut dengan simplisia, disinilah
keterkaitannya dengan farmakognosi
Pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan berkhasiat obat
merupakan warisan
nenek moyang sejak dahulu kala. Tumbuhan
obat digunakan dalam
kurun waktu yang cukup lama hampir di
seluruh dunia. Di Indonesia obat tradisional yang berasal dari
tumbuhan berupa simplisia dan jamu yang dimanfaatkan sebagai
obat untuk menjaga kesehatan dan kecantikan. Praktikum ini dilakukan untuk
mengamati struktur dari tumbuhan berkhasiat
obat secara mikroskopik sebagai salah satu parameter pengujian
mutu simplisia yang harus dipenuhi. Dalam rangka pengawasan
mutu tersebut pemeriksaan mikroskopik berguna sebagai alat
identifikasi untuk memastikan kebenaran keberadaan simplisia
yang terdapat dalam suatu sediian obat

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengoalahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian
tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi yang spontan keluar
dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat
yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa
zat kimia murni. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat kimia
murni. Simplisia mineral adalah simplisia berasal dari bumi, baik telah diolah atau
belum, tidak berupa zat kimia murni (Anonim, 1979).
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai
obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan
kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia nabati adalah simplisia berupa tananman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel
yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel dengan
cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat
kimia murni. Simplisia hewani yaitu simplisia yang berupa hewan
utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh
hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia mineral atau
pelican adalah simplisia yang berupa bahan mineral atau pelican
yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa zat kimia murni ( Depkes RI, 1979).
Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen, atau
kotoran hewan, tidak boleh menyimpang bau dan warnanya,
tidak boleh mengandung lendir dan cendawan atau menunjukkan
tanda-tanda pengotoran lain, tidak boleh mengandung bahan lain
yang beracun dan berbahaya. Simplisia hewani harus bebas dari
fragmen hewan asing atau kotoran hewan, tidak boleh
menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung
cendawan atau tanda-tanda pengotor lainnnya, tidak boleh
mengandung bahan lain yang beracun dan berbahaya. Simplisia
pelican harus bebas dari pengotoran oleh tanah, batu, hewan,
fragmen hewan, dan bahan asing lainnya (Depkes RI, 1995).

Pada umumnya proses pembuatan simplisia terdiri dari


sartasi atau pemilahan, pencucian, perajangan, atau pengirisan
dan pengeringan. Penyortiran dilakukan untuk memperoleh
simplisia sesuai yang dikehendaki baik kemurnian maupun
kebersihannya. Tahap sortasi memerlukan ketelitian yang tinggi.
Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran kotoran yang
melekat pada tanaman, yang akan digunakan. Pencucian harus
dilakukan dengan cepat untuk menghindari terlarutnya zat aktif Perajangan pada
simplisia bertujuan untuk mempermudah proses
berikutnya. Proses pengeringan bertujuan untuk mendapatkan
simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan
dalam waktu yang lebih lama (Tilaar, 2009).
Pemeriksaan mutu simplisia dapat dilakukan dengan cara
makroskopik dan mikroskopik. Anlisis mikroskopik dapat
dilakukan dengan cepat dan sederhana setelah sedikit berlatih,
untuk itu diperlukan pengetahuan tentang peralatan tersebut
maupun prosedur yang harus dilakukan. Untuk mencegah
keletihan, maka diperlukan pengamatan “santai” hal ini
memerlukan antara lain penjagaan jarak antara mata dan okuler.
Untuk mementukan jarak ini, mata mendekati okuler dari suatu
jarak maksimum sekitar 1 cm. Jarak optimum dipakai saat medan
tampak sebesar-besarnya dan setajam-tajamnya. Metode
mikroskopi yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
masuknya simpleks, namun terbatas pada segi kualitatif saja.
Untuk maksud ini penganalisa harus memahami betul cirri khas
dari setiap simplisia secara mikroskopi (Depkes RI, 1979).
Metode mikroskopi merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi simplisia baik dalam
keadaan tunggal maupun campuran, baik berbentuk bahan utuh/rajangan maupun serbuk. Dalam ruang
lingkup praktikum ini praktikan diharapkan dapat atau mampu memahami isi dan maksud diskripsi
simplisia dalam buku resmi Materia Medika Indonesia dan buku-buku lain yang terkait. Metode
mikroskopi dapat dipergunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu simpleks, tetapi terbatas
pada segi kualitatif (Melati Aprilliana Ramadhani, M. Farm., Apt Imam Jayanto, M. Sc., Apt, 2017/2018 )

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Salah satu
jenis bahan alamiah simplisia yaiu bahan nabati/tumbuhan. Simplisia nabati adalah simplisia yang
berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari
selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya. Identifikasi
simplisia yang akan dilakukan secara : 1. Organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan
warna, bau, dan rasa, dari simplisia tersebut. 2. Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan
dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang
digunakan untuk simplisia. 3. Mikroskopik, pada umumnya meliputi pemeriksaan irisan bahan atau
serbuk dan pemeriksaan anatomi jaringan itu sendiri.

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan.
Simplisia dapat 10 berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral (Depkes 1985).

Tata nama simplisia ditetapkan dengan menyebutkan nama marga (genus), atau nama jenis
(spesies) atau petunjuk jenis (specific epithet) dari tanaman asal, diikuti dengan bagian tanaman yang
dipergunakan, ketentuan ini tidak berlaku untuk simplisia nabati yang diperoleh dari beberapa macam
tanaman yang berbeda – beda marganya maupun untuk eksudat tanaman. (MMI ed II, 1978). Macam-
macam jenis simplesia yaitu sebagai berikut :

1. Simplisia Nabati Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman
atau, eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, zat-zat nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh,
bagian hewan, atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau
mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana, dan belum berupa zat
kimia murni (Depkes 1985).
2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat yang
berguna, yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Contohnya sirip ikan
hiu dan madu.
3. Simplisia Pelikan (mineral) Simplisia pelikan (mineral) adalah simplesia yang berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sedrhana dan belum
berupa zat kimia murni. Contohnya belerang dan kapur sirih.

Dari ketiga golongan tersebut, simplisia nabati merupakan jumlah terbanyak yang digunakan
untuk bahan obat. Penyiapan simplisia nabati merupakan suatu proses memperoleh simplisia dari
tanaman sumbernya di alam. Proses ini meliputi pengumpulan (collection), pemanenan (harvesting),
pengeringan (drying), pemilihan (garbling), pengepakan (packaging), penyimpanan (storage),
pengawetan (preservation).

Bagian tanaman tersebut ditulis nama latin untuk penamaan simplisa berdasarkan tabel berikut.

(modul)

Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat tradisional termasuk simplisia, maka dilakukan analisis
yang meliputi analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif terdiri atas pengujian organoleptik,
pengujian makroskopik, dan pengujian mikroskopik (Dewi, 2012):

1. Uji Organoleptik Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui kebenaran simplisia menggunakan
panca indra dengan mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa sebagai berikut :  Bentuk : padat,
serbuk, kering, kental, dan cair  Warna : warna dari ciri luar dan warna bagian dalam  Bau : aromatik,
tidak berbau, dan lain-lain  Rasa : pahit, manis, khelat, dan lain-lain  Ukuran : panjang, lebar

2. Uji Makroskopik Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa
menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari khususnya morfologi, ukuran, dan warna simplisia
yang diuji.

3. Uji Mikroskopik Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat
pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan melintang,
radial, paradermal maupun membujur atau berupa serbuk. Pada uji mikroskopik dicari unsur – unsur
anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen
pengenal yang spesifik bagi masing – masing simplisia.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM, 1979,
Farmakope Indonesia Edisi III,
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Ditjen POM, 1989,
Materia Medika Jilid V
-
VI,
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Febriani D., Dina M., dan Endah R., 2015, Karakterisasi Simplisia dan Ekstrak
Etanol Daun Sirsak (Anonna muricata Linn),
Jurnal Prosiding Penelitian
UNISBA,
Vol 2 (1).
Mulyani, S., Novia D.N., Hendri M.S., Alifi Z.A.S., 2013, Identifikasi Makroskopi
Mikroskopi Kimiawi Rimpang C. mangga C. zedoaria dan K. rotunda,
Tradicional Medicine Journal,
Vol 18 (2).
Supomo, Risa S., dan Risaldi J., 2016, Karakterisasi dan Skrining F
itokimia Daun
Kerehau (Callicarpa longifolia Lamk.),
Jurnal Kimia Mulawarman,
Vol 13
(2).
Zaini, M., Agung B., Khoerul A., 2016, Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Herba
Lampasau (Diplazium esculentum Swartz) Terhadap Mencit Jantan Yang
Diinduksi Karage
nin
-

,
Jurnal Pharmascience,
Vol 3 (2).
Identifikasi Simplisia Kulit Batang Cempaka Kuning (Michelia champaca L.) secara Makroskopis
dan Mikroskopis (Partiwisari, N.P.E., Astuti, K.W., Ariantari, N.P.) Jurusan Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana

Melati Aprilliana Ramadhani, M. Farm., Apt Imam Jayanto, M. Sc., Apt LABORATORIUM BIOLOGI
FARMASI PROGRAM STUDI SI FARMASI STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2017/2018 PETUNJUK
PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

Depkes RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hlm 4-
6. Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia jilid V. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Dewi, Indri Kusuma, 2012, Simplisia dan Skrining Fitokimia,
https://www.scribd.com/doc/82951895/Simplisia-Dan-SkriningFitokimia,Diakses tanggal : 6 Juli 2020.
Melati & Imam. 2017. Petunjuk Praktikum Farmakognosi. Cilacap : Stikes Al – Iryad Al – Islamiyyah.

Anda mungkin juga menyukai