Anda di halaman 1dari 91

TUGAS UTS

PRATIKUM FARMAKOGNOSI

DI SUSUN OLEH :

1. AVIT ERNAWATI (3422118076)


2. INAYAH DESTIA (3422118194)
3. NINDY ANGGREANI (3422118281)
4. NANDA AULIA ERISTA (3422118275)

DOSEN PENGAMPU :
MEINA DWI ANDINI., S.Si,M.FARM.,APT

AKADEMI FARMASI IKIFA

2020
BAB I

TEORI

1.1 PENGERTIAN SIMPLISIA

Ada beberapa arti atau pengertian dari simplisia itu sendiri. Maka dari itu,
saya akan berikan penjelasan selengkap mungkin. Anda dapat memilihnya sendiri.

Sebenarnya, Simplisia itu adalah bentuk jamak dari Simpleks. Dan kata Simpleks
itu berasal dari kata Simple, yang memiliki maksud satu atau sederhana.

Jadi istilah simplisia itu bisa dikatakan untuk penyebutan bahan-bahan obat alam
yang masih berada dalam wujud aslinya atau sama sekali belum mengalami
perubahan bentuk apapun, kecuali dikeringkan.

Yang dimaksud dengan Simplisia, antara lain :

Menurut Departemen Kesehatan (DEPKES) RI Simplisia adalah bahan alami


yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apa pun, dan
kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.

Menurut Badan Pengawas obat dan Makanan Republik Indonesia, tahun 2005.
Pengertian dari Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat
tradisional yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dinyatakan lain merupakan bahan yang dikeringkan.

Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan
untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan simplisia tidak lebih dari 600C (Ditjen POM, 2008).

Simplisia merupakan bahan awal pembuatan sediaan herbal. Mutu sediaan herbal
sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan. Oleh karena itu, sumber
simplisia, cara pengolahan, dan penyimpanan harus dapat dilakukan dengan cara
yang baik. Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan sediaan
herbal yang belum mengalami pengolahan apapun dan kecuali dinyatakan lain
simplisia merupakan bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 2005).

Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagi bahan baku obat yang
mengalami pengolahan atau baru dirajang saja, tetapi sudah dikeringkan.

Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah bahan alam
yang digunakan sebagai obat alam yang belum mengalami pengolahan apapun
juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan.

Secara umum simplisia dapat didefinisikan sebagai sample yang digunakan


sebelum memasuki proses yang lebih lanjut seperti ekstraksi, isolasi dan
formulasi.

PENGGOLONGAN SIMPLISIA :

1. Simplisia Nabati
Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman,
eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium
dan Piperis Nigri Fructus.
Simplisia nabati sering berasal dan berupa seluruh bagian
tumbuhan, tetapi sering berupa bagian atau organ tumbuhan seperti akar,
kulit akar, batang, kulit batang, kayu, bagian bunga dan sebagainya. Di
samping itu, terdapat eksudat seperti gom, lateks, tragakanta, oleoresin,
dan sebagainya.
Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya atau
senyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni.
Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati
lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan atau diisolasi dari
tanamannya.
Pada umumnya jenis-jenis yang dapat dimanfaatkan sebagai
simplisia nabati dapat berasal dari dua sumber, yaitu :
 Yang berasal dari hasil alami dengan cara mengumpulkan jenis-jenis
tumbuhan obat dari hutan-hutan, tepi sungai, kebun, gunung atau di tempat
terbuka lainnya
 Yang berasal dari hasil penanaman atau budidaya baik secara kecil-kecilan
oleh petani ataupun besar-besaran oleh perkebunan (Bank Sentral
Republik Indonesia, 2005).

2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan
kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel
depuratum).
Simplisia hewani merupakan simplisia atau bahan yang berasal
dari hewan meliputi kulit, daging ataupun tulang. Contoh pemanfaatan
simplisia dari hewan adalah pembuatan kapsul yang berasal dari tulang
ikan lele.
Untuk mendapatkan simplisia berkualitas bagus, biasanya
menggunakan hewan piaraan seperti misalnya tawon untuk menghasilkan
madu yang memiliki kualitas premium.
Sebagai contoh lagi, bahan obat seperti lanolin, produk susu,
hormon, produk endokrin dan beberapa enzim diperoleh dari hewan
peliharaan seperti domba, sapi, babi dan lain-lain. Sumber produk kelenjar
hewan dan enzim biasanya berasal dari rumah penjagalan atau tempat
pemotongan hewan, dan dalam jumlah besar dapat dijadikan bahan obat
dalam farmasi.
3. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah
atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia
murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga. (DepKes RI 1989).
Contoh simplisia yang berasal dari mineral antara lain Paraffinum
liquidum, paraffinum solidum dan vaselin. Cara memperoleh simplisia
mineral biasanya melakukan teknik penyulingan sebagai contoh untuk
mendapatkan paraffinum solidum adalah dengan menyuling residu minyak
kasar hingga menjadi destilat dan diolah dengan bantuan asam sulfat dan
natrium hidroksida.

1.2 CARA ATAU PROSES PEMBUATAN SIMPLISIA


Dalam hal simplisia sebagai bahan baku (awal) dan produk siap
dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan 3 konsep untuk menyusun
parameter standar umum:
Simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya memenuhi 3 parameter mutu
umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian
(bebas dari kontaminasi kimia dan biologis) serta aturan penstabilan (wadah,
penyimpanan dan transportasi)
Simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat tetap
diupayakan memenuhi 3 paradigma seperti produk kefarmasian lainnya, yaitu
quality-safety- efficacy (mutu-aman-manfaat)
Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung jawab
terhadap respon biologis harus mempunyai spesifikasi kimia, yaitu informasi
komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan.
Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya
maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Untuk itu ada beberapa
faktor yang harus dipenuhi :
1. Bahan baku simplisia
2. Proses pembuatan simplisisa termasuk penyimpana bahan baku simplisia
Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia

Pembuatan simplisia secara umum :

1. Bahan baku
Tanaman sebagai sumber simplisia nabati merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Bisa tanaman liar atau
budidaya. Tanaman bididaya sengaja untuk produksi simplisia, contoh
TOGA. Tanaman liar mutunya kurang baik sebagai sumber simplisia
karena simplisia mempunyai mutu yang tidak tepat. Hal ini bisa karena :
umur dan bagian tanaman yang dipanen tidak tetap dan berbeda beda. Hal
ini akan berpengaruh terhadap kadar senyawa aktif, sehingga mutu
simplisia yang dihasilkan tidak seragam.
Jenis tumbuhan diperhatikan, ada beberapa jenis dari satu marga,
akan berpengaruh terhadap kandungan-kandungan senyawa aktif sehingga
mutunya juga berbeda.
Lingkungan tempat tumbuh yang berbeda menyebabkan perbedaan
kadar kandungan senyawa aktif. Pertumbuhan tumbuhan dipengaruhi oleh
tinggi tempat, cuaca dan tanah.
Tanaman budidaya dapat untuk meningkatkan mutu simplisia
dengan cara Pemilihan bibit unggul sehingga kandungan senyawa aktif
tinggi.
2. Dasar pembuatan
Simplisia dibuat dengan cara pengeringan, dilakukan dengan cepat
pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Waktu lama tumbuh kapang. Suhu
tinggi perubahan kimia kandungan senyawa aktif. Simplisia dibuat dengan
fermentasi, harus seksama supaya tidak terjadi proses berkelanjutan.
Simplisia dibuat dengan cara khusus misalnya penyulingan, pengentalan
eksudat nabati, pengeringan sari air dan proses lain agar memiliki mutu
sesuai dengan persyaratan.
Pembuatan simplisia yang memerlukan air, misal Pati, talk. Air
diperhatikan : bebas pemcemaran racun, kuman patogen, logam berat.
3. Tahapan pembuatan
Pengumpulan, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan,
sortasi kering, pengepakan, penyimpanan, dan pemisahan mutu.
Kadar senyawa aktif akan beda, tergantung : bagian tanaman yang
digunakan, umur tanaman, waktu panen, dan lain-lain.

Penjelasan lebih lanjut ada dibawah ini :

1. PENGUMPULAN BAHAN BAKU


Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain
tergantung pada :
 Bagian tanaman yang digunakan.
 Umur tanaman yang digunakan.
 Waktu panen.
 Lingkungan tempat tumbuh.

Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di


dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat
bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.

a. Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan
bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang diguna-kan
dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang
tidak diperlukan. Seperti rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan
garpu atau cangkul. Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang
atau dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keran-jang, kantong, karung
dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk
dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan
supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat
menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk. Bahan juga harus
dijaga dari gang-guan hama (hama gudang, tikus dan binatang peliharaan
b. Penanganan Pasca Panen
Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap
tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya
antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan
memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses
selanjutnya. Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara
dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah
dilakukan proses panen tanaman tersebut. Selama proses pasca panen
sangat penting diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang
digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan
seperti masker dan sarung tangan. Tujuan dari pasca panen ini untuk
menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi
sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
2. SORTASI BASAH
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia
yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah,
kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran
lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba
dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari
tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal. Proses
penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau
bahan yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor
yang ikut terbawa dalam bahan. Bahan nabati yang baik memiliki
kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%.
3. PENCUCIAN
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran
lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan
air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan
simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang
mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat
menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian
sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah
mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua
mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga
sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis
dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan
untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan
simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan
tersebut dapat menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum
terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus,
Streptococcus, Enterobacter dan Escherishia. Pada simplisia akar, batang
atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk
mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba
biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah
dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara
pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.
Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika
masih terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali
lagi.Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu
yang sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat
yang terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain.
 Perendaman bertingkat
Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak
mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll. Proses perendaman
dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman
pertama air cuciannya mengandung kotoran paling banyak. Saat
perendaman kotoran-kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat
dihilangkan langsung dengan tangan. Metoda ini akan menghemat peng
gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang terkandung
dalam bahan.
 Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya
banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain.
Proses penyemprotan dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-
tekanan tinggi. Untuk lebih me-nyakinkan kebersihan bahan, ko-toran
yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan.
Proses ini biasanya meng-gunakan air yang cukup banyak, namun dapat
mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam bahan.
 Penyikatan (manual maupun oto-matis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan
yang keras atau tidak lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat.
Pencucian ini memakai alat bantu sikat yang di- gunakan bentuknya bisa
bermacam-macam, dalam hal ini perlu diper-hatikan kebersihan dari sikat
yang digunakan. Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan
teratur agar tidak merusak bahannya. Pem-bilasan dilakukan pada bahan
yang sudah disikat.Metode pencuci-an ini dapat menghasilkan bahan yang
lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian lainnya, namun
meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga merangsang tumbuhnya
bakteri atau mikro-organisme.

4. PERAJANGAN
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah
proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru
diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh
selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat
mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan
dengan ukuran yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat
penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi
irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau
hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi
komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia
seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya
dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya
kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak
bertambah. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air
dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam
penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh
jamur.Ketebalan perajangan untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 –
8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 – 5 mm.
Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi
pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan
dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.
Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi bentuk irisan
sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin bahan lebih cepat kering
bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice).
5. PENGERINGAN
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan
dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa
dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan
kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel, masih dapat
bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama
bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada
tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik
yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-
proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan
isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati.
Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan
simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses
untuk menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada
saat itu, merendam bahan simplisia dengan etanol 70% atau dengan
mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa
reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia kurang
dari 10%.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar
matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu
diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan,
kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas permukaan
bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan
alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor
tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak
mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan
yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni
bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah.
Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal,
suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang
menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada
difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan
menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face
hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian
dalarn bahan yang dikeringkan.
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara
pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai
90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan
simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau
mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin,
misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu
dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari
pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga
tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama
pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses
pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan
orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan
secara alamiah dan buatan.
1. Pengeringan Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman
yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :
o Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk
mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu,
kulit kayu, biji dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif
yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar matahari yang
banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang
mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara membiarkan
bagian yang telah dipotong-potong di udara terbuka di atas
tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu,
kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan
pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga
cara ini hanya baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau
kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca
yang mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan sehingga
memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk
tumbuh sebelum simplisia tersebut kering. F’IDC (Food
Technology Development Center IPB) telah merancang dan
membuat suatu alat pengering dengan menggunakan sinar
matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada permukaan yang
gelap dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian
dialirkan keatas rak-rak pengering yang diberi atap tembus cahaya
di atasnya sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba
turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk mengeringkan
singkong yang telah dirajang dengan demikian dapat pula
digunakan untuk mengeringkan simplisia.
o Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar
matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk
mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun,
dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.
2. Pengeringan Buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan
sinar matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu
dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu
kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip
pengeringan buatan adalah sebagai berikut: “udara dipanaskan oleh
suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik,
udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang
berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-
rak pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat
pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup
baik.
Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh
simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih
merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi
oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya jika kita membutuhkan
waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran dengan sinar matahari
sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10% sampai
12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat diperoleh
simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.
Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung
pada jenis simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa
simplisia yang dapat tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya
diturunkan 4 sampai 8%, sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih
dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10 sampai 12%.

6. SORTASI KERING
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing
seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-
pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada sirnplisia kering.
Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk kernudian
disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan
dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah
akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang.
Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah
lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.

7. PENGAWETAN
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari
serangga atau cemaran atau mikroba dengan penambahan kloroform,
CCl4, eter atau pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai,
sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.
 Wadah
Wadah adalah tempat penyimpanan artikel dan dapat berhubungan
langsung atau tidak langsung dengan artikel. Wadah langsung (wadah
primer) adalah wadah yang langsung berhubungan dengan artikel
sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak bersentuhan langsung
dengan artikel disebut wadah sekunder.
Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang
disimpan didalamnya baik secara fisika maupun kimia, yang dapat
mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurniannya hingga
tidak memenuhi persyaratan resmi.
Wadah tertutup baik: harus melindungi isi terhadap masuknya bahan
padat dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan,
pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.

 Suhu Penyimpanan
Dingin : suhu tidak lebih dari 80C, Lemari pendingin mempunyai suhu
antara 20C– 80C, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara
-200C dan -100C.
Sejuk : suhu antara 80C dan 150C. Kecuali dinyatakan lain, bahan
yang harus di simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari
pendingin.
Suhu kamar : suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah
suhu yang di atur antara 150C dan 300C.
Hangat : hangat adalah suhu antara 300C dan 400C.
Panas berlebih : panas berlebih adalah suhu di atas 400C.
 Tanda dan Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar)
ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih,
udaranya cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik
karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan sim-
plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan
jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman obat.
Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia
selama penyimpanan 3 – 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama
yang harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan
higienes.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah :

1. Gudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya ataupun


penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
2. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-mungkinan
masuk air hujan.
3. Suhu gudang tidak melebihi 300C.
Kelembabab udara sebaiknya di-usahakan serendah mungkin (650 C)
untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi
dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme se-hingga menurunkan mutu
bahan baik dalam bentuk segar maupun kering.
4. Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia harus dicegah.
5. Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-makan
simplisia yang disimpan harus dicegah.(Anonim : 2009)

 Kemurnian Simplisia
Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani diberlakukan pada
simplisia yang diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang digunakan
untuk suatu pembuatan atau isolasi minyak atsiri, alkaloida, glikosida,
atau zat aktif lain, tidak harus memenuhi persyaratan tersebut.
Persyaratan yang membedakan strukrur mikroskopik serbuk yang
berasal dari simplisia nabati atau simplisia hewani dapat tercakup
dalam masing–masing monografi, sebagai petunjuk identitas, mutu
atau kemurniannya.
 Benda Asing
Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung
organisme patogen, dan harus bebas dari cemaran mikro organisme,
serangga dan binatang lain maupun kotoran hewan. Simplisia tidak
boleh menyimpang bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir,
atau menunjukan adanya kerusakan. Sebelum diserbukkan simplisia
nabati harus dibebaskan dari pasir, debu, atau pengotoran lain yang
berasal dari tanah maupun benda anorganik asing.
Dalam perdagangan, jarang dijumpai simplisia nabati tanpa terikut atau
tercampur bagian lain, maupun bagian asing, yang biasanya tidak
mempengaruhi simplisianya sendiri. Simplisia tidak boleh
mengandung bahan asing atau sisa yang beracun atau membahayakan
kesehatan. Bahan asing termasuk bagian lain tanaman yang tidak
dinyatakan dalam paparan monografi

1.3 PENGUJIAN SIMPLISIA


Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan pemeriksaan mutu
simplisia adalah sebagai berikut:
a. Simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-buku
resmi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI seperti Farmakope
Indonesia, Ekstra Farmsakope Indonesia dan Materia Medika Indonesia. Jika
tidak tercantum maka harus memenuhi persyaratan seperti yang disebut pada
paparannya (monografinya).
b. Tersedia contoh sebagai simplisia pembanding yang setiap periode tertentu
harus diperbaharui
c. Harus dilakukan pemeriksaan mutu fisis secara tepat yang meliputi:
 Kurang kering atau mengandung air,
 Termakan serangga atau hewan lain.
 Ada-tidaknya pertumbuhan kapang, dan
 Perubahan warna atau perubahan bau. (Gunawan, 2004: 9)

Dilakukan pemeriksaan lengkap yang terdiri atas:

1. Identifikasi meliputi pemeriksaan:


 Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari bahan
simplisia. Dalam buku resmi dinyatakan pemerian yaitu memuat
paparan mengenalbentuk dan rasa yang dimaksudka untuk
dijadikan petunjuk mengenal simplisia nabati sebagai syarat baku.
Reaksi warna dilakukan terhadap hasil penyarian zat berkhasiat,
terhadap hasil mikrosblimasi atau langsung terhadap irisan atau
serbuk simplisia .
 Mikroskopik, yaitu membuat uraian mikroskopik paparan
mengenai bentuk ukuran, warna dan bidang patahan atau irisan,
Mikroskopoik yaitu membuat paparan anatomi penempang
melintang simplisia fragmen pengenal serbuk simplisia.
 Tetapan fisika, melipti pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titik
lebur, rotasi optik, mikrosublimasi, dan rekristalisasi.
 Kimiawai, meliputi reaksi warna, pengendapan, penggaraman,
logam, dan kompleks.
 Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan
angka kuman, pencemaran, dan percobaan terhadap hewan.
2. Analisis bahan
Analisa bahan meliputi penetapan jenis konstituen (Zat kandungan), kadar
konstituen (Kadar abu, kadar sari, kadar air, kadar logam), dan standarisasi
simplisia.

3. Kemurnian
Kemurnian meliputi kromatografi: kinerja tinggi, lapis tipis, kolom, kertas,
dan gas untuk menentukan senyawa atau komponene kimia tunggal dalam
simplisia hasil metabolit primer dan sekunder tanaman.
IDENTIFIKASI SIMPLISIA GOLONGAN :

RHIZOMA

1. Calami rhizoma / Dlingo


Nama lain : Dringo, jaringau, calamus, sweetflag
Tanaman asal : Acorus calamus
Keluarga : Araceae
Zat berkhasiat : Minyak atsiri yang mengandung eugenol,
asaron
Persyaratan kadar : Kadar minyak atsiri tidak kurang dari
2,5% v/b
Penggunaan : Bahan pewangi, karminativa,
insektisida,dan demam nifas
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa pahit, dan agak
pedas
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Waktu panen : dikumpulkan pada waktu daun mulai kering, dibersihkan
dari semua bagian tanaman lain, tetapi tidak dikupas, biasanya diperoleh
dari tanaman berumur 1 tahun. Bila panenan dilakukan kurang dari 1 tahun
hasilnya berkurang dan bila lebih dari 1 tahun hasilnya masih dapat
ditingkatkan.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Makroskopik
a. Potongan rimpang berbentuk agak silindris, pipih, dan agak bengkok.
b. Permukaan rimpang berkerut memanjang dan berwarna coklat
kekuningan hingga coklat.
c. Bekas patahan serupa bunga karang, berpori atau agak berbutir, tidak
atau agak berserat, warna agak putih atau agak coklat.
Mikroskopik:Pada lapisan terluar terdapat 1 lapis epidermis atau jaringan
gabus. Pada korteks bagian luar terdapat hipo dermis yang berupa jaringan
kolenkimatik, pada korteks bagian dalam terdapat parenkim erenkimatik
dengan rongga udara besar dan sel berbentuk bulat penuh berisi butir pati

2. Languatis Rhizoma (Rimpang Lengkuas)


Nama lain : Laos, Lengkuas, galanga rhizoma
Nama tanaman asal : Alpina officinarum , Alpina gelanga,
Languas galanga
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat : Minyak atsiri yg mengandung sineol,
metilsinamat dan galangol
Penggunaan : Karminativa dan antifungi
Pemerian : Bau aromatic, rasa pedas
Bagian yg digunakan : Akar tinggal
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Makroskopis: Epidermis terdiri dari 1 lapis sel kecil agak pipih, dinding
berwarna kuning kecoklatan, kutikula jelas. Korteks parenmatik, jaringan
korteks bagian luar terdiri dari beberapa lapis sel dengan dinding tipis
berwarna kuning kecoklatan, jaringan koerteks bagian dalam terdiri sel
parenkim besar, dinding sel tipis, tidak berwarna, kadang bernoktah halus,
berisi butir pati.

Waktu panen: pada umur 2,5 – 4 bulan, agar diperoleh rimpang muda yang
belum banyak berserat. Cara panen dilakukan dengan mencabut tanaman,
rimpang dipisahkan dari batang kemudian dicuci dan dikeringkan.

3. Curcuma Xanthorrhizae Rhizoma / Rimpang Temulawak


Nama lain : Temu lawak, koneng gede
Tanaman asal : Curcuma xanthorrhiza
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat utama/isi : Minyak atsiri
Persyaratan kadar : Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 8,2
% b/v
Penggunaan : Kolagoga, antispasmodika
Pemerian : Bau khas aromatik, rasa tajam, dan pahit
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Waktu panen : panenan dilakukan apabila daun dan


bagian atas tanaman sudah mengering. Untuk daerah yang musim kemarau
nya jelas penanamannya dilakukan pada musim kemarau berikutnya.Pada
daerah yang sering dan merata curah hujannya dan tidak jelas musim
kemarau nya tanaman dapat dipanen pada umur 9 bulan atau lebih.Cara
panen dilakukan dengan membongkar rimpang menggunakan garpu.

Makroskopik :
a. Keping tipis, bentuk bulat atau jorong, ringan, keras, rapuh, garis
tengah sampai 6cm, dan tebal 2-5 mm.
b. Permukaan luar berkerut dan berwarna coklat kekuningan sampai
coklat.
c. Cortex sempit, tebal 3-4 mm
d. Bekas patahan berdebu dan berwarna kuning jingga sampai coklat
jingga terang. Bagian luar berwarna lebih tua yaitu coklat.
e. Rasa pahit.

Mikroskopik :

a. Dalam air, dapat terlihat adanya amilum ( bentuk amilum lebih besar
dari amilum jahe).
b. Dalam kloral hidrat ( preparat berwarna kuning ). Terlihat sel
parenkim dari kelenjar sekresi berwarna jingga kecoklatan. Selain itu,
terlihat juga trakea dan rambut.
c. Fragmen pengenal adalah preparat berwarna kuning dan amilum.
4. Zingiberis Rhizoma (Rimpang Jahe)
Nama lain : Jahe
Nama tanaman asal : Zingiber officinnale
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat : Pati, damar, oleoresin, gingerin dan
minyak atsiri (yang mengandung zingeron, zingiberol, zingiberin, borneol,
kamfer, sineol, dan felandren)
Penggunaan : Stimulansia, diaforetika, karminativa,
Pemerian : Bau aromatic, rasa pedas
Bagian yg digunakan : Akar tinggal yang sebagian kulitnya telah
dikupas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Waktu panen : panen dapat dilakukan pada umur 9 – 12 bulan setelah
tanam. Panenan pada umur 6 bulan dapat dilakukan untuk mendapatkan
rimpang muda, kurang berserat, yang umumnya dipakai membuat manisan
dan keperluan bumbu dapur.Panen pada umur 9 – 12 bulan dilakukan bila
tanaman mulai mongering seluruhnya sampai sudah rebah rumpun –
rumpunnya.

Makroskopik :Akar tinggal yang belum dikupas, warna abu abu atau
kuning coklat, beruas, dan kadang kadang bercabang. Rimpang jahe
memiliki bau yang harum dan rasa agak pedas.

Mikroskopik : Jaringan gabus, parenkim korteks, dan sel sekret berisi


oleoresin berwarna kuning sindur sampai kuning coklat, serabut
sklerenkim dengan salah satu dindingnya berombak, trakea dengan
penebalan tangga. Butir-butir amilum bentuk khas, yaitu serupa elips
dengan tonjolan disalah satu ujung.
5. Curcuma domesticae Rhizoma (Rimpang kunyit)
Nama lain : Kunyit, kunir
Tanaman asal : Curcuma domestica
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat : Minyak atsiri, zat warna kurkumin, damar
dan pati
Persyaratan kadar : Minyak atsiri tidak kurang dari 0,3%
Penggunaan : Karminativa, antidiare, kolagoga, dan
skabisida
Pemerian : Bau khas aromatik, agak pedas
Bagian yang digunakan : Akar tinggal
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Waktu panen : Dilakukan pada waktu berumur 1 tahun
atau lebih dari waktu tanam.
Makroskopik :

a. Akar tinggal yang bagian luarnya berwarna kuning coklat sampai


coklat. Patahan kunyit berwarna jingga kuning sampai coklat.
b. Simplisia ini berbau spesifik dan mengandung minyak atsiri dengan
kadar 3% v/b.
c. Rasa pahit, agak pedas, dan lama lama menjadi tebal.

Mikroskopik :

a. Warna preparat kuning karena zat warna kurkumin.


b. Di dalam air, tampak amilum
c. Dalam kloralhidrat, terlihat sel sel parenkim, trakea, kelenjar sekresi,
sel sel sekresi, rambut penutup, dan periderma.
d. Fregmen pengenal adalah preparat kuning, granul pati,dan sel
parenkim berisi pati ( dalam air ).
FOLIUM :

1. Daun Saga
Nama lain : Abri Folium
Nama tanaman asal : Abrus precatorius ( L. )
Keluarga : Papilionaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Glisirizin sampai 15 %, Ca-Oksalat
Penggunaan :Obat Sariawan, obat batuk dan radang
tenggorokan
Pemerian : Bau lemah, rasa agak manis, khas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Keterangan :
- Morfologi Tanaman:Daunnya majemuk, berbentuk bulat telur serta
berukuran kecil-kecil. Daun Saga bersirip ganjil dan memiliki rasa
agak manis. Saga mempunyai buah polong berisi biji-biji yang
berwarna merah dengan titik hitam mengkilat dan licin. Bunganya
berwarna ungu muda dengan bentuk menyerupai kupu-kupu, dalam
tandan bunga.
- Kandungan Kimia:Daun maupun akar mengandung protein, vitamin
A,B1, B6, C, kalsium oksalat, glisirizin, flisirizinat, polygalacturomic
acid dan pentosan. Daun, batang dan biji : saponin dan flavonoid.
Batang : polifenol. Biji : tannin. Akar : alkaloid, saponin dan polifenol
- Cara mendapatkan Simplisia :Cara panenan daun yang praktis adalah
dengan memangkas tanaman setinggi 25 – 30 cm dari tanah. Panen
pertama dapat dilakukan setelah tanaman berumur 6 – 9 bulan. dengan
cara Penyiapan : Timbang ± 1 kg daun yang sudah disortir, lalu cuci
dan keringkan selama beberapa hari dibawah terik matahari hingga
menjadi simplisia kering.
- Cara Uji simplisia :

1. Kocok 10 mg serbuk daun dengan 3 ml air selama 5 menit, bila


perlu dipanaskan, saring, pada filtrat tambahkan 5 tetes asam sulfat
encer P; terbentuk endapan berwarna putih kuning yang larut lagi
pada penambahan larutan amonia encer P berlebihan.
2. Kocok 10 mg serbuk daun dengan 3 ml air selama 5 menit, bila
perlu dipanaskan, dinginkan, saring, pada filtrat tambahkan 5 tetes
asam sulfat P terjadi warna kuning.
3. Kocok 10 mg serbuk daun dengan 3 ml air selama 5 menit, bila
perlu dipanaskan, dinginkan, saring, pada filtrat tambahkan 5 tetes
kalsium klorida LP; terbentuk endapan berwarna kuning coklat
4. Timbang 300 serbuk daun, campur dengan 5 ml metanol P dan
panaskan dalam penangas air selama 2 menit, dinginkan,saring,
cuci endapan dengan metanol P sehingga diperoleh 5 ml filtrat.

- Mikroskopik :Epidermis atas terdiri dari sel terentang tangensial,


dinding anticlinal bergelombang, beberapa sel epidermis menonjol
berupa papil, kutikula tipis, tidak terdapat stomata atau rambut
penutup. Epidermis bawah sel lebih kecil dari epidermis atas, dinding
anticlinal sangat bergelombang, kutikula tipis, rambut penutup
berbentuk kerucut ramping. Sel palisade berbentuk bulat telur terbalik
dengan bagian atas membulat dan bagian bawah mengecil. Mesofil
seluruhnya mengandung banyak hijau daun, ruang antar sel banyak,
fragmen berkas pengangkut didampingi dengan sel hablur, stomata.

2. Daun sembung

Nama Lain : Blumae Folium

Nama Tanaman Asal : Blumea balsamifera

Keluarga : Asteraceae

Zat Berkhasiat Utama : Minyak atsiri yang mengandungkamfer,


zatpenyamak ( tanin ) dan damar
Penggunaan : Karminativa, sudorifika, obat
batuk,adstrigen
Pemerian : Bau mirip kamfer, rasa agak pahit
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Keterangan :
- Kandungan Kimia :Sembung ini mangandung minyak atsiri, zat
bergetah dan borneol yang juga mengandung sineol, limeol, asam
palmitin, diameter khlorasetofeton,tannin, pirokathein dan glikosida.
- Cara mendapatkan Simplisia Cara pemanenan dari daun sembung yaitu
petik daun 4-6 lembar daun setiap tangkainya. Dipilih daun yang yang
tidak terlalu ujung atau terlalu tua. Pemanenan dapat dilakukan setelah
tanaman berumur 12 minggu. Dengan cara Penyiapan : Timbang ± 1
kg daun yang sudah disortir, lalu cuci dan keringkan selama beberapa
hari dibawah terik matahari hingga menjadi simplisia kering.
- Mikroskopik : Serbuk warna hijau kecoklatan, fragmen pengenal,
rambut berdinding tipis, mirip benang berujung runcing dengan sel
pangkal lebih besar. Pembuluh kayu dengan penebalan tangga dan
spiral.Serabut sklerenkim, fragmen sklerenkim, fragmen mesofil atas,
fragmen epidermis atas dan epidermis bawah.
- Cara Uji Simplisia :
1. Uji alkaloid dilakukan dengan penambahan 1.5 ml kloroform dan 3
tetes ammonia untuk kemudian dipisahkan dan diasamkan dengan
5 tetes H2SO4 2M. Larutan dipisahkan menjadi 3 tabung lalu
masing-masing ditambahkan pereaksi Dragendorf, Meyer, dan
Wagner.Terdapatnya alkaloid ditandai dengan terbentuknya
endapan merah pada pereaksi Dragendorf, endapan putih pada
pereaksi Mayer, dan endapan coklat pada pereaksi Wagner.
2. Uji flavonoid dilakukan dengan penambahan methanol pada
masing-masing sampel lalu dipanaskan. Filtrat tersebut kemudian
ditambahkan 5 tetes H2SO4. Senyawa flavonoid ditandai dengan
terbentuknya warna merah karena penambahan H2SO4.
3. Uji saponin dilakukan dengan penambahan sampel dengan air
kemudian dipanaskan. Filtrat lalu didiginkan dan dilakukan
pengocokan selama 10 menit. Timbulnya busa menandakan adanya
kandungan saponin di bahan.
4. Uji tannin dilakukan dengan penambahan air pada sampel untuk
kemudian dididihkan. Filtrate lalu disaring dan ditambahkan 3 tetes
FeCl3. Keberadaan tanin ditandai dengan warna biru tua.
5. Uji triterpenoid dan steroid dilakukan dengan penambahan etanol
pada sampel untuk kemudian dipanaskan dan disaring. Filtrat lalu
diuapkan dan ditambahkan eter. Lapisan eter ditambahkan dengan
pereaksi Liebermen Burchard (3 tetes asetat anhidrat dan 1 tetes
H2SO4 pekat). Warna merah atau ungu yang terbentuk
menunjukkan adanya triterpenoid dan warna hijau menunjukkan
adanya steroid.

3. Daun Kumis Kucing


Nama lain : Orthosiphonis Folium, daun remujung,
java tea
Tanaman asal : Orthosiphon aristatus (BI.) Miq., yang
disebut jugaOrthosiphon grandiflorus Bold. Dan Orthosiphonstamineus
Benth.
Keluarga : Lamiaceae
Zat berkhasiat utama :Garam kalium, glukosida,
orthosiphon,minyak atsiri, dan saponin
Penggunaan : Diuretika
Pemerian : Bau khas aromatic lemah, rasa agak asin,
agak pahit,dan kelat
Bagian yang digunaka : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan terlindung
dariCahaya
Keterangan :
- Cara Mendapatkan Simplisia :Pemetikan yang terbaik bila berumur
tanaman sudah mencapai 10 minggu. Cara memetiknya dengan 4 – 6
helai daun paling atas beserta batangnya di petik, daun dibawahnya
dipetik karena masuk daun tua dan menghasilkan produk yang kurang
baik. Daun yang dipetik kemudian dijemur dipanas matahari
(merupakan cara konvensional), cara pengeringan yang baik dengan
panas buatan (oven) caranya mula-mula daun dikering angin-anginkan
di tempat atau di bangsal-bangsal yang mempunyai sirkulasi udara
baik lalu daun di letakan diatas para-para, suhu yang baik dalam kamar
oven antara 45⁰C sampai 50⁰C, pada waktu permulaan udara yang
dialairkan cukup sedikit saja, baru setelah daun itu layu betul yaitu
setelah 5 – 6 jam aliran udara ditambah, lamanya pengeringan sekitar
24 – 36 jam tergantung dari basahnya daun serta kelembaban udara .
Tempat pengeringan dibuat dari papan jangan dari logam, pada papan
seluas 1 m2 dapat dihamparkan 1,5 Kg daun basah. Perlu diperhatikan
daun yang baru dipetik harus segera dikeringkan agar tidak terperam
yang akan mengakibatkan warna sawo matang pada daun, disamping
itu juga harus dijaga p ula agar daun tidak luka atau rusak karena akn
mengakibatkan daun bergaris-garis hitam. Pengeringan dianggap
cukup bila daun sudah rangup tetapi tidak mudah rapuh.
- Cara Uji Simplisia :

1. Uji Flavonoid, larutan uji diuapkan hingga kering, ditambahkan 2-


3 tetes etanol kemudian ditambah dengan serbuk Mg dan beberapa
tetes asam klorida 5M. Warna merah hingga merah lembayung
yang timbul menandakan adanya senyawa flavonon, flavanonol,
dan dihidroflavonol.
2. Uji Tanin. Ekstrak ditambah dengan larutan garam feri (besi)
adanya endapan berwarna biru hitam menandakan elgitanin dan
galotanin.
3. Uji Fenol. Penambahan larutan garam besi (III) klorida dalam air
atau etanol memberikan warna hijau hingga biru hitam.
4. Uji Saponin. Ekstrak diencerkan dengan air suling sampai 20 ml
kemudian dikocok atau diguncangkan selama 15 menit,
pembentukkan lapisan busa 1 cm menunjukkan adanya saponin.
5. Uji Terpenoid. Ekstrak dilarutkan dalam air dan ditambah dengan
3-4 tetes larutan tembaga asetat, pembentukkan warna hijau
menunjukkan adanya terpenoid.
6. Uji Minyak Atsiri. Ekstrak ditambah dengan larutan kalium
permanganat, warna akan menjadi pucat atau hilang menunjukkan
adanya minyak atsiri.

- Mikroskopik : Fragmen pengenal adalah epidermis dengan rambut


penutup, epidermis atas dengan sisik kelenjar, rambut penutup,
epidermis bawah dengan stomata dan berkas pengangkut penebalan
spiral

4. Daun Sirih
Nama lain : Piperis Folium
Nama Tanaman Asal : Piper betle (L) us
Keluarga : Piperaceae
Zat Berkhasiat Utama :Minyak atsiri yang mengandung fenol
yangkhas disebut betelfenol atau aseptol.
Penggunaan : Anti sariawan, anti batuk, antiseptik
Pemerian : Bau aromatik khas, rasa pedas khas
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Keterangan :
- Morfologi Tanaman:Batang tanaman ini berbentuk bundar
memanjang. Batangnya bisa mencapai ketinggian sekitar 5-15 m.
Tumbuh dengan sangat menyebar ke berbagai tanaman lainnya yang
ada di daerah tersebut. Di batang tanaman ini terdapat ruas-ruas dan
sulur dengan jarak sekitat 5-10 cm. Sulur ini nantinya digunakan
sebagai lokasi baru untuk pertumbuhan berbagai kecambah baru.
Warna dari batang ini kecoklatan sampai warna kehijauan. Daun
tanaman sirih ini berbentuk oval ataupun bulat telur dan mempunyai
warna hijau muda sampai hijau tua. Daun tanaman ini mempunyai
lebar sekitar 2-10 cm dan panjang sekitar 5-15 cm. Pada permukaan
tanaman ini daun di bagian bawahnya berwarna putih. Bentuk daun
tanaman ini pada umumnya bisa terlihat seperti halnya jantung yang
mana penguat daun akan disematkan.
- Kandungan Kimia :minyakatsiri mengandung hidroksi, kavikol,
kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol, karvakrol, terpinen,
seskuiterpen, fenilpropan, tannin.
- Cara mendapatkan Simplisia :Tanaman siap panen minimal berumur 4
bulan. Saat itu sirih merah terdiri atas 16 sampai 20 daun. Pada saat itu
daun sudah relatif lebar, dengan panjang 15 sampai 20 cm. Daun siap
petik harus berumur 1 bulan, bersih, dan warna mengkilap. Setelah
dipetik, daun disortir dan direndam dalam air untuk membersikan
kotoran dan debu yang menempel, kemudian dibilas hingga bersih dan
ditiriskan. Selanjutnya daun dirajang dengan pisau yang tajam, bersih
dan steril, dengan lebar irisan 1 cm. Hasil rajangan dikering anginkan
di atas tampah yang telah dialas kertas sampai kadar airnnya di bawah
12%, selama lebih kurang 3 – 4 hari.
- Cara Uji Simplisia :
1. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi
warna coklat.
2. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P
terjadi watna hijau.
3. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan natrium
hidroksida P 5% b/v; terjadi warna coklat muda.
4. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes besi (III) klorida LP.
Terjadi warna coklat muda.

- Mikroskopik :
a. Terdapat kutikula yang tebal dan licin dibagian atasnya
b. Sel epidermis terdiri dari 1 lapis jaringan berbentuk segiempat
c. Terdapat hypodermis yang mana bagian atas ada 2 lapisan jaringan
hypodermis, bagian bawah terdapat 1 lapisan jaringan hypodermis
d. Di jaringan hypodermis atas terdapat sel minyak berwarna jingga
kekuningan
e. Jaringan palisadenya tersusun dari satu lapisan
f. Terdapat rambut penutup yang terdiri dari satu sel
g. Terdapat rambut kelenjar yang terdiri dari satu sel kepala berbentuk
bulat
h. Tipe stomatanya berupa anomositik

5. Daun Jambu Biji


Nama Lain : Psidii Folium
Nama Tanaman Asal : Psidium guajava
Keluarga : Myrtaceae
Zat Berkhasiat Utama : Zat penyamak 9 %, minyak atsiri
yangberwarna kehijauan dan berisi Egenol
Penggunaan : Anti diare, Adstringens
Pemerian : Bau aromatik, rasa sepat
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Keterangan :
- Morfologi Tanaman:Daun tunggal, bertangkai pendek, panjang tangkai
daun 0,5 sampai 1 cm, helai daun berbentuk bundar telur agak
menjorong atau bulat memanjang, panjang 5 - 13 cm, lebar 3 cm – 6
cm, pinggir daun rata agak menggulung ke atas, permukaan atas agak
licin, warna hijau kelabu, kelenjar minyak tampak sebagai bintik-bintik
berwarna gelap dan bila daun direndam tampak sebagai bintik-bintik
yang tembus cahaya, ibu tulang daun dan tulang cabang menonjol pada
permukaan bawah, bertulang (berpenulangan) menyirip, warna putih
kehijauan.
- Kandungan kimia :Buah, daun dan kulit batang pohon jambu biji
mengandung tanin, sedang pada bunganya tidak banyak mengandung
tanin. Daun jambu biji juga mengandung zat lain kecuali tanin, seperti
minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam
oleanolat, asam guajaverin dan vitamin.
- Cara mendapatkan Simplisia :Panen pertama dapat dilakukan setelah
tanaman berumur 6 – 9 bulan, dengan memetik daun yang tidak terlalu
tua atau muda, yang masih hijau matang. Penyiapan : Timbang ± 1 kg
daun yang sudah disortir, lalu cuci dan keringkan selama beberapa hari
dibawah terik matahari hingga menjadi simplisia kering.
- Cara Uji Identifikasi :
1. Senyawa flavonoid. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna
merah, ungu dan biru, serta sebagai zat warna kuning yang
ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan. Flavonoid merupakan pigmen
tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan merah dapat
ditemukan pada buah, sayuran, biji, batang,
2. Saponin memiliki ciri khas yaitu berbentuk buih. Jika direaksikan
dengan air kemudian dikocok, dapat membentuk buih yang dapat
bertahan lama. Saponin memiliki sifat mudah larut dalam air dan
sulit larut dalam eter.
3. Struktur senyawa tannin terdiri dari cincin benzena (C6) yang
berikatan dengan gugus hidroksil (-OH). Kandungan tanin pada
daun biji adalah sebanyak 7,82 %. Tanin memiliki fungsisebagai
pengendap protein dan penghelat logam.
4. Kandungan minyak atsiri pada daun jambu biji adalah sebanyak
9,4 %. Minyak atsiri membantu saponin, dimana minyak atsiri
mengandung sitronela.
- Mikroskopik : Epidermis atas terdiri dari 1 lapisan sel, pipih, terentang
tangensial, bentuk polygonal, dinding anticlinal lurus, tidak terdapat
stomata, epidermis bawah selnya lebih kecil, pipih, terentang
tangensial, bentuk polygonal, dinding anticlinal lurus, stomata tipe
anisolitik, rambut penutup terdapat kelenjar minyak, rongga minyak
bentuk lisigen besar.

6. Daun Kejibeling
Nama lain : Strobilanthi Folium
Nama Tanaman Asal :Sericocalyx crispus (L.)Bremeck
disebutjuga Strobilanthes crispus L
Keluarga : Acanthaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Kalium, silica
Penggunaan : Diuretika
Pemerian : Bau lemah, rasa agak sepet dan
pahit
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, kering.
Keterangan :
- Morfologi Tanaman:Tunggal, berhadapan, lanset atau lonjong, tepi
beringgil, ujungmeruncing, pangkal runcing, panjang 9-18 cm, lebar 3-
8 cm, bertangkai pendek,pertulangan menyirip, hijau.
- Kandungan kimia :Kejibeling mengandung zat-zat kimia antara lain:
kalium, natrium, kalsium, asam silikat, alkaloida, saponin, flavonoida,
dan polilenoi. Kalium berfungsi melancarkan air seni serta
menghancurkan batu dalam empedu, ginjal dan kandung kemih.
Natrium berfungsi meningkatkan cairan ekstraseluler yang
menyebabkan peningkatan volume darah. Kalsium berfungsi
membantu proses pembekuan darah, juga sebagai katalisator berbagai
proses biologi dalam tubuh dan mempertahankan fungsi membran sel.
Sedangkan asam silikat berfungsi mengikat air, minyak, dan senyawa-
senyawa non-polar lainnya.
- Cara Mendapatkan Simplisia :Panen dilakukan dengan memangkas
tanaman bagian pucuk sepanjang 20-30 cm. Cabang pucuk dan daun
dapat langsung dijemur atau sebelum dijemur daundaun pada cabang
pucuk dipetik lebih dahulu baru kemudian dijemur. Lama penjemuran
2-3 hari, pada hari yang cerah.
- Cara Uji Identifikasi :
1. Uji flavonoid. Uapkan hingga kering 1 mL larutan percobaan,
sisa dilarutkan dalam 1 ml etanol (95 %) P, tambahkan 0,1 g
serbuk magnesium P dan 3 mL asam klorida pekat P, jika
terjadi warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan
adanya flavonoid. Jika terjadi warna kuning jingga,
menunjukkan adanya flavon, kalkon dan auron.
2. Uji alkaloid. Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1
mL asam klorida 2 N dan 9 mL air, panaskan diatas penangas
air selama 2 menit, dinginkan dan saring. Pindahkan 3 tetes
filtrat pada kaca arloji, tambahkan 2 tetes pereaksi Mayer LP
terbentuk endapan menggumpal berwana putih atau kuning.
3. Uji saponin. Masukkan 0,5 g serbuk yang diperiksa kedalam
tabung reaksi, tambahkan 3 mL air panas, dinginkan dan
kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik terbentuk buih yang
mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm
sampai 10 cm. pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih
tidak hilang.
- Mikroskopik : Ada 4 fragmen yaitu, rambut penutup, sel epidermis
yang berbentuk segiempat, terdapat Kristal oksalat prismatic, sistolit.
7. Daun Teh
Nama lain : Theae Folium
Nama Tanaman Asal : Camellia sinensis ( L ) O.K. yang
disebut juga Thea sinensis
Keluarga : Theaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Coffein, tanin dan sedikit minyak
atsiri Penggunaan : Anti dotum, keracunan alkaloida &
logam-logam berat, Analeptika, stimulansia
Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa, lama
kelamaan kelat
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Keterangan :
- Morfologi Tanaman : Camellia sinensis, suatu tanaman yang berasal
dari famili theaceae, merupakan pohon berdaun hijau yang memiliki
tinggi 10 - 15 meter di alam bebas dan tinggi 0,6 - 1,5 meter jika
dibudayakan sendiri. Daun dari tanaman ini berwarna hijau muda
dengan panjang 5 - 30 cm dan lebar sekitar 4 cm. Tanaman ini
memiliki bunga yang berwarna putih dengan diameter 2,5 - 4 cm dan
biasanya berdiri sendiri atau saling berpasangan dua-dua. Buahnya
berbentuk pipih, bulat, dan terdapat satu biji dalam masing-masing
buah dengan ukuran sebesar kacang.
- Kandungan Kimia :Komposisi kimia teh terdiri dari kafein, tanin,
protein, gula dan minyak atsiri yang terbentuk setelah fermentasi dan
menghasilkan aroma. Daun teh mengandung beberapa zat kimia yang
dapat digolongkan menjadi empat golongan. Keempat golongan
tersebut adalah substansi fenol (katekin, flavanol), bukan fenol
(karbohidrat, pektin, alkaloid, protein, asam amino, klorofil dan asam
organik), senyawa aromatis dan enzim.
- Cara Mendapatkan Simplisia :Pemetikan adalah pemungutan hasil
pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat pengolahan.
pemetikan berfungsi pula sebagi usaha membentuk kondisi tanaman
agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Panjang
pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan
pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman.
Pucuk teh di petik dengan periode antara 6-12 bulan. Teh hijau Jepang
dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari sekali. Di
samping faktor luar dan dalam, kecepatan pertumbuhan tunas baru
dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang biasa
disebut daun pemeliharaan. Tebal lapisan daun pemeliharaan yang
optimal adalah 15-20 cm, lebih tebal atau lebih tipis dari ukuran
tersebut pertumbuhan akan terhambat. kecepatan pertumbuhan tunas
akan mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu: jenis pemetikan,
jenis petikan, daur petik, pengaturan areal petikan, pengaturan tenaga
petik, dan pelaksanaan pemetikan.
- Cara Uji Identifikasi :Uji kualitatif flavonoid dilakukan dengan cara
menambahkan pelarut NaOH 10% dan larutan AlCl3 yang akan
memberikan warna kuning hingga kehijauan yang menunjukan
indikassi positif flavonoid.
- Mikroskopik :Epidermis atas dan epidermis bawah dengan stomata
tipe anmositik, Kristal kalsium oksalat berbentuk roset, sel batu khas
(bercabang)Sel batu,berkas pembuluh penebalan tangga dengan
serabut, rambut penutup, hablur kalsium oksalat

8. Daun Kayu Putih


Nama lain : Melaleuca Folium

Nama Tanaman Asal : Melaleuca leucadendra

Keluarga : Myrtaceae

Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri, sineol

Penggunaan : Perdarahan stomachicum, spasmolika


Pemerian : Bau aromatik khas, rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Keterangan :

- Morfologi Tanaman :Pohon tinggi mencapai 30-40 m, tetapi tinggi


rata-rata sekitar 12 m. Kayunya berwarna cokelat lembayung muda,
berat dan agak keras. Di daerah Timor warnanya kuning muda, kusut,
tapi lenting sehingga peka terhadap angin yang memudahkan terjadi
retakan. Kulit putih setebal jari dan terdiri atas lembaran-lembaran
kecil yang lembut, sangat tipis dan tak terhitung jumlahnya.
- Kandungan Kimia :Tanaman kayu putih mengandung zat kimia yang
disebut minyak atsiri yang terdiri dari sineol 44-55%, terpineol,
butorat, aldehid valerat, L-pinen, benzoat, dan limonene.
- Cara Mendapatkan Simplisia :Setelah tanaman berumur 3 – 4 tahun
atau kurang. Pemangkasan dilakukan setiap kali, setelah dipanen
daunnya untuk memperbanyak cabang dan daun serta mempermudah
pemetikan. Panen pada tahun berikutnya dilakukan 2 – 3 kali tiap
tahun.
- Cara Uji Identifikasi :
a. Melakukan uji sineol. Masukkan 2 gram resolsinol ke dalam cawan
porselin. Tambahkan 2 ml sampel minyak kayu putih. Masukkan
campuran resolsinol dan minyak kayu putih ke dalam refrigerator
selama 1 – 2 jam. Buang bagian yang tetap berupa cairan. Larutan
bagian yang mengkristal dengan larutan NaOH 2 N sampai
mencair. Tuang ke dalam gelas ukur. Amati volume bagian yang
terapung sebagai volume sineol.
b. Uji zat asing terpentin. Masukkan aquadest sebanyak 25 ml ke
dalam beaker glass. Tambahkan 1 -2 ml sampel. Campur bila
perlu dipanaskan. Amati baunya bandingkan dengan bau terpentin.
- Mikroskop :Epidermis atas dengan kutikula tebal, epidermis bawah
dengan stomata tipe anomositik, rambut penutup bersel tunggal, ujung
runcing berdinding tebal, mesofil dengan kelenjar minyak lisigen
berwarna kekuningan, serabut Kristal kalsium oksalat berbentuk
prisma, serabut sklerenkim.

FLOS / FRUCTUS / SEMEN

1. Cengkeh
Nama lain : Caryophylli Flos
Nama Tanaman asal : Eugenia caryophyllus
Keluarga : Myrtaceae
Zat berkhasiat utama : Minyak atsiri yang mengandung eugenol.
Zat serupa damar, tidak berasa, hablurnya berupa jarum yang disebut
kariofilin, zat penyamak dan Gom.
Kegunaan :Stimulansia, obat mulas, antiemetikum.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Waktu Panen : Tanaman yang sudah berumur 6 tahun
dapat mulai dipetik kuncup bunganya, kuncup-kuncup ini mulai berwarna
putih kemudian hijau dan akhirnya merah. Kuncup bunganya harus dipetik
sewaktu warna nya berubah dari hijau menjadi merah.Kemudian diasapi
lalu dijemur dan dilepas dari tangkainya.
Makroskopik : bunga berwarna coklat kehitaman, kelopak
bunga berjumlah 4 helai, tidak mekar, tetapi menutup, berbentuk bulat
telur, hipantium berbentuk seperti tabung, dan mengerucut pada ujungnya

2. Bunga Mawar

Nama lain : Rosae flos

Nama Tanaman Asal : Rosa gelica L

Keluarga : Rosaceae
Kandungan : Sitrat, sitromelal, Geraniol, linalol, nerol

Khasiat : Anti radang, anti tegang, penyegar

Makroskopis: permukaan halus lembaran mahkota bergabung atau


seperti. Bergabung warna permukaan bawah bunga lebih lembut dari
permukaan atas bunga mahkota panjang 3 cm dan lebar 2 cm.

Mikroskopis: Memiliki epidermis yang berbuntuk hampir bulat memiliki


stomata memiliki entiklinal.

3. Bunga Krisan / Bunga Piretri

Nama lain : PyrethriFlos


Nama Tanaman Asal : Chrysanthemum cinerariaefolium (visiani)
Keluarga : Asteraceae
Zat berkhasiat :Piretrin I (=Piretrolon+Asam
monokhrisantemat), Piretrin II
(=Piretrolon+Asamdikhrisantemat)Piretrolon&Sinerin II, Minyakatsiri
yang mengandung paraffin,Piretrosin&Khrisantemin
Penggunaan : Insektisida
Pemerian : Bau khas, dapat menyebabkan
bersin,rasamula-mula getir &pahit kemudian menimbulkan rasa tebal
Bagian yang digunakan :Bungacawan
Persyaratankadar :Jumlahkadar Piretrin dihitung dengan
menjumlahkan kadar Piretrin I & Kadar
Piretrin II tidak kurang dari 0,5 %
Waktu panen : Bunga dipetik sebelum mekar. Bunga yang
belum mekar mempunyai kadar Piretrin 2X
lebih tinggi dari bunga yang setengah mekar,
dan yang telah mekar.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. Adas Bintang

Nama lain : Anisi Fructus

Nama Tanaman Asal : Pimpinella anisum

Keluarga : Apiaceae

Zat berkhasiat :Minyak atsiri yangmengandunganetol 80–


90%, metilkavikol, anisketon, asetaldehida,
terdapat pula minyak lemak, zat putih telur,
hidrat arang

Penggunaan : Karminativa, obat mulas

Pemerian : Bau khas aromatik, rasa manis

Bagian yang digunakan : Buah yang masak

Sediaan : Oleum Anisi FI

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

5. Buah Cabe
Nama lain : CapsiciFructus
Nama tanaman asal : Capsicum annum (L)
Keluarga : Solanaceae
Zat berkhasiat :Kapsisin, vitamin C, damar, zat warna
kapsantin & karoten
Penggunaan :Stomatikum, tingturnyasebagaiobatgosok
Pemerian :Baumerangsang, rasa pedas
Sediaan : Koyo cabe
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
- Mikroskopis: Warna serbuk Capsici fructus (buah cabe) adalah coklat
kemerahan baunya merangsang. Fragmen pengenalnya adalah fragmen
epidermis dengan sel berlekuk seperti usus, fragmen pembuluh kayu
bernoktah atau dengan penebalan tangga dan spiral, fragmen
hipodermis. Kulit buah. Epidermis luar terdiri dari selaput sel dengan
lumen berbentuk seperti kerucut. Sklerenkim endocarp. Parenkim
mesokarp terdiri dari sel berbentuk poligonal membulat, dinding tipis,
berisi tetes minyak berwarna kuning kemerahan (mengandung
kapsantin) diantara sel parenkim terdapat berkas pembuluh bikolateral.
Epidermis dalam terdiri dari selapis sel berdinding tipis dan berdinding
tebal, sel epidermis yang berdinding tipis berisi tetes-tetes minyak
yang berwarna kuning kemerahan sedangkan yang berdinding tebal
berisi terdapat dibawah sel besar.
- Makroskopis : buah berbentuk kerucut atau bulat panjang dengan
ujung meruncing, lurus atau bengkok, permukaan luar licin mengkilap,
buah berongga, bagian ujung beruang 1 sedang bagian pangkal
beruang 2 atau 3, warna merah, coklat kemerahan atau jingga, jarang
berwarna kuning. Dinding buah liat, tebal lebih kurang 1 mm. Biji
banyak relatif besar, berbentuk bundar atau segitiga pipih, warna
kuning muda sampai kuning jingga, terlepas atau melekat pada
plasenta.

6. Ketumbar
Nama lain : CoriandriFructus
Namatanamanasal : Coriandrumsativum (L)
Keluarga : Apiaceae
Zatberkhasiat : Minyakatsiri yang mengandungkoriandrol,
geraniol, terdapat pula minyak lemak
Penggunaan :Karminativa, laktagoga, anti emetika, bahan
pewangi
Pemerian : Buah yang diremas berbau aromatic, rasa
khas lama-lama agakpedas
Bagian yang digunakan :Buah yang masakdankering
Waktu panen : Tanaman dapat dipanen jika warna
bijinyaberubah dari hijaumenjadi coklat
kuning,pada umur 3 – 3,5 bulan dari
waktutanam.Panen dilakukan dengan cara
memotong tanaman atau
mencabutnya.Tanamandiikatkemudiandijem
urselamasemingguataulebih.Bijidilepaskand
aribuahnyadandijemurlagisampaikering.
Penyimpanan :Dalamwadahtertutupbaik

7. Buah Adas
Nama lain : FoeniculiFructus
Namatanamanasal : Foeniculumvulgare (Mill)
Keluarga : Apiaceae
Zat berkhasiat :Minyak atsiri yang mengandung anetol,
fenkon (rasa pahit), metil khavikol,
anisaldehida, minyak lemak
Penggunaan :Karminativa,
obatgosokanak,ekspektoransia, amara
Pemerian :Baukhas aromatic, rasa miripkamfer
Bagian yang digunakan :Buah yang masak
Sediaan :OleumFoeniculi (FI), minyaktelon
Waktupanen :Panenandilakukanpadawaktubuahhampirma
sak, dilakukan dengan memotong batang tanaman. Setelah itu dijemur
dipanas matahari selama 4-5 hari hingga kering, batang dipukul-pukul
hingga buah terlepas, ditampiuntukmemisahkanbuahnya.
Penyimpanan :Dalamwadahtertutupbaik
Mikroskopis : Fragmen pengenal adalah endokarp dengan
sel-selpalisade, endokarp, sel-sel endosperm, serabut, berkas pengangkut,
danepikarp.
8. Kemukus Lada Ekor

Nama Simplisia : Cubebae Fructus

Nama Lain : Buah kemukus

Nama Tanaman Asal : Piper cubeba

Keluarga : Piperaceae

Zat berkhasiat :Minyak atsiri, asam kubeba, kubebin,


piperin, minyak lemak

Penggunaan : Obat radang selaput lendir saluran kemih

Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak pedas dan


pahit

Bagian yang digunakan : Buah yang telah tua tetapi belum masak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

9. Lada Hitam

Nama Simplisia : Piperis Nigri Fructus

Nama Lain : Lada hitam, merica hitam

Nama Tanaman Asal : Piper nigrum

Keluarga : Piperaceae

Zat berkhasiat : Minyak atsiri berisi felandren, kariofilen.


Alkaloida khavisin (berupa hablur putih kekuningan, rasa amat pedas),
piperin (tidak larut dalam air, mula – mula tidak berasa, lama – lama pedas
dan tajam, oleh alkali diuraikan jadi piperidin dan asam piperat), Piperidin
(cairan atsiri larut dalam air dan alkohol)

Persyaratan kadar : minyak atsiri tidak kurang dari 1% v//b


Penggunaan : Karminativa, iritasi lokal

Pemerian : Bau khas aromatik, rasa pedas

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Waktupanen :Buah-buahdipetikselagimasihhijau,
dijemurataudikeringkan diatas api sampai menjadi hitam
&berkeriput.Pengeringandiatasapi dengan agak berbau asap, justru ini
yang banyak disukai.
- Mikroskopis : Rasa serbuknya pedas. Fragmen pengenal adalah
kelompok butir pati yang berupa massa polihedral, fragmen epikarp,
fragmen hypodermis dengan parenkim dan kelompok sel batu
berwarna abu-abu (banyak), fragmen endocarp dengan sel piala, kerap
kali masih berlekatan dengan spermoderm, fragmen epikarp berikut
hipodermis : fragmen parenkim dengan sel sekresi.
- Makroskopis : Buah berbentuk hampir bulat, warna coklat kelabu
sampai hitam kecoklatan, permukaan berkeriput kasar, dalam, serupa
jala, pada ujung buah terdapat sisa dari kepala putik yang tidak
bertangkai, pada irisan membujur tampak epikarp yang tipis, sempit
dan berwarna gelap menyelubungi inti biji yang putih dari biji tunggal:
perikarp melekat erat pada biji. Hampir seluruh inti biji terdiri dari dari
perisperm berongga. Embrio sangat kecil terbenam dalam endosperm.

10. Biji Pinang


Nama lain : Arecae semen
Namatanamanasal : Areca catechu (L)
Keluarga : Arecaceae
Zatberkhasiat : Alkaloid berupaarecolin, tanin
Penggunaan : Miotika, anthelmintika khususnya cacing
pita, adstringesia
Pemerian :Baulemah, rasa kelat&agakpahit
Bagian yang digunakan :Biji
Penyimpanan :Dalamwadahtertutupbaik
Mikroskopis : Pembesaran 10 kali, terlihat adanya sel
minyak, epidermis atas, epidermis dengan stomata, hablur kalsium dan
pembuluh kayu.

11. Biji Kopi


Nama lain : Coffeae semen
Namatanamanasal : Coffeaarabica
Keluarga : Rubiaceae
Zatberkhasiat : Kofein, asamkofeotanat, ksantin
Penggunaan :Antidota,
antipiretika,diuretika,stikostimulan
Pemerian :Bau aromatic khas, rasa pahit
Bagian yang digunakan :Biji yang telahdisangraidaribuahmasak
Penyimpanan :Dalamwadahtertutupbaik
Mikroskopis :Warna serbuk: coklat tua-hitam.Fragmen
pengenal: sel batu berbentuk batang) dan endosperm berdinding tebal.

12. Biji Pala


Nama Simplisia : Myristicae Semen

Nama Lain : Pala, Nutmeg, Nux Moschata

Nama Tanaman Asal : Myristica fragrans (Houtt)

Keluarga : Myristicaceae

Zat berkhasiat : Minyak atsiri yang mengandung miristin


(bersifat membius), kamfen, minyak lemak terutama berupa gliserida dari
asam miristinat, asam oleat dan asam linoleat, zat putih telur
Penggunaan : Bahan pewangi, karminativa, stimulansia
setempat terhadap saluran pencernaan, miristin berkhasiat membius,
menyebabkan rasa kantuk dan memperlambat pernafasan

Pemerian : Bau khas aromatik, rasa agak pahit, agak


pedas dan agak menimbulkan rasa tebal di lidah

Bagian yang digunakan : Inti biji buah yang masak

Waktu panen : Setelah berumur 8-9 tahun, terus menerus


berbunga dan berbuah sampai berumur 70 – 80 tahun. Agar pohon dapat
berbuah baik, maka secara okulasi, cabang bunga jantan ditempelkan pada
pohon betina. Pemungutan buah dilakukan 3x setahun, daging buah
dibuang, selubung biji diambil hati – hati dipipihkan dan di jemur, biji
juga dijemur atau dikeringkan diatas api sampai berbunyi. Apabila
dikocok, dipecah, kulit biji dibuang dan diolesi kapur

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Mikroskopis : Warna serbuk coklat muda.Fragmen pengenal perisperm


sekunder dengan sel minyak, berkas pembuluh, butir pati, endosperm
dengan butir pati dan butir aleuron atau zat warna coklat.

13. Biji Klabet

Nama lain : Foenigraeci Semen

Nama Tanaman Asal : Trigonella foenumgraecum (L.)

Keluarga : Papilionaceae

Zat berkhasiat : Minyak atsiri, alkaloida trigonelin


(alkaloida tanpa khasiat), lendir, minyak lemak, zat pahit, zat warna
kuning

Penggunaan : Bahan pewangi


Pemerian : Bau aromatik khas, rasa agak pahit, tidak
enak

Bagian yang digunakan : Biji

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Waktu panen : Setelah berumur 3-4 bulan, tanaman dapat


dipanen. Panenan dapat dilakukan setelah buah masak, tanaman dicabut,
dijemur sampai buahnya kering.Buah yang kering ditumbuk untuk
mengeluarkan bijinya.Setelah itu biji ditampi/diayak untuk memisahkan
dari kotorannya yang masih terbawa, kemudian dijemur hingga kering dan
disimpan.

Mikroskopis : Serbuk: berwarna coklat kekuningan. Fragmen pengenal


adalah fragmen epidermis luar kulit biji berbentuk seperti lapisan palisade
berdinding tebal, atau tampak tangensial serupa sel batu berbentuk
poligonal berdinding tebal atau tampak serupa kelompok-kelompok
kerucut runcing atau tumpul, fragmen palisade dan lapisan penyangga
dengan dinding radial berusuk yang pada penampang tangensial tampak
berbentuk membundar berdinding tebal dan berusuk menjari, fragmen
endosperm: fragmen lembaga dengan sel berisi butir aleuron dan tetes-
tetes minyak, sel lendir dari endosperm berdinding berlapis-lapis.

14. Biji Kola


Nama Lain : Colae Semen

Nama Tanaman Asal : Beberapa species cola antara lain : Cola


Nitida dan Cola acuminata (Schott et Endl.)

Keluarga : Sterculiaceae

Zat berkhasiat : Kofeina, sebagian bebas dan sebagian


terikat dengan zat penyamak sebagai kolatin dan kolatein, terdapat pula
Theobromina, zat penyamak, kolaipase, kola-oksidase, zat warna merah
kola

Penggunaan : Minuman yang menyegarkan seperti


halnya dengan teh, kopi, guarana karena berisi kofeina

Pemerian : Bau lemah, rasa pahit dan sepat

Bagian yang digunakan : Keping biji dan inti biji

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Mikroskopis : Serbuk berwarna coklat kemerahan.


Fragmen pengenalnya adalah :
1. Fragmen parenkim terdiri dari sel-sel berbentuk poligonal, dinding agak
tebal, tidak berlignin.
2. Epidermis luar terdiri dari selapis sel berbentuk poligonal tidak
beraturan, dinding tebal tidak berlignin, jernih.
3. Rambut penutup.
4. Epidermis luar dan epidermis dalam.
5. Fragmen berkas pembuluh.

RADIX/CORTEX/LIGNUM

1. Akar Pulepandak

Nama Simplisia : Rauwolfiae Serpentinae Radix

Nama lain : Akar pule pandak, rauwolfia radix

Nama tanamanasal : Rauwolfia serpentine

Keluarga : Apocynaceae

Zat berkhasiat : Alkaloid-alkaloid : aymalin, aymalisina, aymalinina,


serpentina, reserpina
Syarat kadar : Alkaloid sejenis reserpina, dihitung sebagai reserpina
tidak kurang dari 0,15%

Penggunaan : Anti hipertensi dan gangguan neuropsikhiatrik

Pemerian : Tidak berbau, rasa pahit

Bagiandigunakan : Akar dan pangkal batang

Wadah : Dalam wadah tertutup baik

Cara mendapatkan simplisia :


1. Teknik pengumpulan

2. Waktu pengumpulan atau panen

3. Pencucian dan Sortasi Basah

4. Pengeringan alamiah, dan Pengeringan buatan


Pengujian simplisia :
Mikroskopis : Fragmen pengenal berupa sel gabus berlapis.

2. Akar Kelembak

Nama Simplisia : Rhei Radix

Nama lain : Kelembak

Nama tanaman asal : Rheum palmatum, Rheum officinale

Keluarga : Polygonaceae

Zat berkhasiat : Antraglukosida yang pada penguraian memberikan


emodin, rhein, aloe emodin dan asam krisofanat terdapat pula tanin, pektin,
katekhin, pati, kalsium oksalat

Penggunaan : Laksativa

Pemerian : Bau khas agak aromatik, rasa agak pahit tidak enak dan
agak sepat
Bagian digunakan : Pangkal batang beserta sebagian akar

Wadah : Dalam wadah tertutup baik

Cara mendapatkan simplisia :


1. Teknik pengumpulan

2. Waktu pengumpulan atau panen

3. Pencucian dan Sortasi Basah

4. Pengeringan alamiah, dan Pengeringan buatan


Pengujian simplisia :
Mikroskopis : Pada penampang melintang akar tampak jaringan gabus,
berdindingtipis, bentuk segi empat memanjang letaknya teratur. Sel
parenkrim korteks berdinding tipis, berisi butir pati, bentuk bundar
atausetengah bundar mempunyai hilus, tunggal atau berkelompok,
jugaterdapat kristal kalsium oksalat bentuk roset besar dan
tersebar.Fragmen khas dari simplisia Rheum officinale adalah Ca-Oksalat
berbentuk roset atau bunga dengan kelopak bertumpukan.Ca-oksalat
cenderung berwarna kelabu dengan ukuran 100-200 nm.Ca-oksalat ini
juga sering ditemukan menempel di fragmen parenkrim.
3. Akar Valerian

Nama Simplisia : Valerianae Radix

Nama lain : Akar valerian

Nama tanaman asal : Valerianae officinalis

Keluarga : Valerianaceae

Zat berkhasiat : Minyak atsiri yang mengandung ester borneo


(ester dengan format). Alkaloid-alkaloid katinina dan valrrianin, zat penyamak

Persyaratan kadar :Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 0,8%

Penggunaan :Sedativa
Pemerian :Bau khas, rasa pedas, agak pahit

Bagian yang digunakan : Akar cabang berikut pangkal batang dan batang
dibawah tanah

Sediaan : Valeriana tincture (FI) untuk : Beladon Digitalis

Valerianae Tinctura, Brometori Valerianae Potio

Waktu Panen : Dikumpulkan pada waktu daun meluruh

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Cara mendapatkan simplisia :


1. Teknik pengumpulan

2. Waktu pengumpulan atau panen

3. Pencucian dan Sortasi Basah

4. Pengeringan alamiah, dan Pengeringan buatan


Pengujian simplisia :
Mikroskopik : akar jarang berpenebalan sekunder, epidermis menggabus,
beberapa sel memanjang sebagai akar, hipodermis terdiri dari sel besar agak
isodiametrik, dinding menggabus, berisi minyak atsiri; korteks terdiri sari
parenkim bersel bulat berisi butir pati; dekat hipodermis terdapat beberapa deret
sel tanpa butir pati tetapi berisi sekresi serupa damar. Butir pati tunggal, bulat,
ukuran sampai 15 um, kadang-kadang terlihat hilus sebagai celah ditengah,
beberapa butir pati majemuk 2 sampai majemuk 6. Silinder pusat memperliatkan
susunan primer yang cukup jelas, silem primer terbagi dalam 2 sampai 8 bagian
yang disekat oleh biji silem sekunder yang tidak kuat pertumbuhannya.
Floem primer umumnya tidak dapat diketemukan. Sebelah luar baji silem
sekunder terdapat baji floem sekunder parenkhimatik yang kuat pertumbuhannya.
Empulur parenkhumatik. Beberapa akar menunjukkan penebalan sekunder yang
lebih kuat, pada silem terhadap serabut berbanding tebal. Pangkal batang: terdapat
periderm dan penebalan sekunder normal, tidak terdapat serabut dalam floem
ataupun silem. Pada sekat empulur terdapat kelompok sel batu berbanding sangat
tebal dan bernoktah.

4. Akar Manis

Nama Simplisia : Glycyrrhizae Radix

Nama lain : Akar manis

Nama tanaman asal : Glcyrthiza glabra

Keluarga : Papilionaceae

Zat berkhasiat : Glysirin dengan kadar 5-10 %, sebagai garam K dan Ca


dari asam glisirizat(zat ini 50 x lebih manis dari gula tebu), pati, gula aspargin

Syarat kadar : kadar zat yang larut dalan air ini idak kurang dari 20
%dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan diudara

Penggunaan : Anti tusiva

Pemerian : Bau khas lemah, rasa manis

Bagian digunakan : Akar dibawah tanah

Waktupanen : akar-akar digali tiap 3 tahun, disisakan secukupnya agar


dapat dipanen tahun berikutnya

Wadah : Dalam wadah tertutup baik

Cara mendapatkan simplisia :


1. Teknik pengumpulan

2. Waktu pengumpulan atau panen

3. Pencucian dan Sortasi Basah

4. Pengeringan alamiah, dan Pengeringan buatan


Pengujian simplisia :
Mikroskopik : Hablur tunggal kalsium oksalat, yang berasal dari lapisan sel
hablur, sangat banyak dan khas.Fragmen empulur dengan lapisan sel hablur dan
dibawahnya terdapat serabut sklerenkim berwarna kekuningan, Fragmen serabut
sklerenkim banyak kurang khas, berwarna kekuningan. Bagian pati yang berasal
dari parenkim kulit dan kayu,berbentuk bulat atau bentuk kumparan sampai
bentuk batang.

5. Kulit Kina

Nama Simplisia : Cinchonae Cortex

Nama lain : Kulit kina, Peruvian bark, Jesuit bark

Nama tanaman asal : Cinchona succirubra

Keluarga : Rubiaceae

Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida kinina, sinkonina, sinkodina, kina tanat,
kinidin, asam tanat, asam kina, damar, malam

Persyaratan kadar : Kadar kinin tidak kurang dari 8,0 %

Penggunaan : Antipiretika, antimalaria, amara.

Pemerian : Bau khas terutama dari kulit dahan, pada


penyimpanan lama bau menghilang, rasa pahit dan kelat.

Bagian yang digunakan : Kulit batang , kulit dahan, kulit akar

Sediaan : Cinchonae extractum

Perbedaan:

Cinchona succirubra berisi 9 % alkaloida.

Cinchona ledgeriana berisi 6 – 10 % alkaloida.

Cinchona calisaya berisi 6 – 8 % alkaloida

Untuk memperoleh banyak kulit ditanam Cinchona succirubra

Untuk mendapat banyak alkaloida ditanam Cinchona ledgeriana


Untuk cepat-cepat mendapat banyak alkaloida ditanam Cinchona ledgeriana diatas
Cinchona succirubra secara okulasi.

Cara panen:

Dicabut (cara Indonesia) pohon-pohon yang jaraknya 60 cm – 100 cm satu sama


lain, dicabut seluruhnya dan diambil kulit batang dan kulit akarnya, setelah 6-7
tahun, pada daerah tadi dilakukan pencabutan lagi.

Dipangkas : pohon-pohon yang berumur 7 tahun dipangkas batangnya beberapa


cm di atas tanah, dari pangkal batang nanti tumbuh sejumlah cabang baru yang
nanti juga dipungut.

Dikikis : Kulit batang dikikis tanpa mengenai kulit kayunya.Menurut penelitian


ternyata kulit kina yang banyak terkena sinar matahari alkaloidnya lebih rendah
dari kulit kina yang ditempat teduh. Jika kulit kina tersebut ditutupi dengan lumut,
maka kadar alkaloidnya akan naik luar biasa. Setelah kulit kina ini di panen,
bekasnya ditutupi lumut kembali, maka timbul kulit kulit kina baru yang juga
tinggi kadar alkaloidnya. Pengambilan kulit dilakukan sedikit demi sedikit sampai
seluruh kulit lama terambil.

Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baik

Cara mendapatkan simplisia :


1. Teknik pengumpulan

2. Waktu pengumpulan atau panen

3. Pencucian dan Sortasi Basah

4. Pengeringan alamiah, dan Pengeringan buatan


Pengujian simplisia :
Mikroskopis : Jaringan gabus berwarna coklat berwarna coklat atau
merah,parenkim korteks dengan kristal kalsium oksalat berbentuk pasir, ciri khas
berupa serabut sklerenkim bentuk bulat panjang seperti gelendong, berwarna
kuning, dinding tebal, lumen sempit dengan noktah corong, noktah dan lamella
jelas

6. Kulit Kayu Manis

Nama Simplisia : CinnamomiCortex

Nama lain : Kulit Kayumanis, Ceylon Cinnamon

Nama tanaman asal : Cinnamomum zeylanicum (BI)

Keluarga : Lauraceae

Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri yang mengandung egenol


sinamilaldehida, zat penyamak, pati, lendir

Penggunaan : Karminativa, menghangatkan lambung, dicampur


dengan adstringensia lainnya untuk obat mencret

Pemerian : Bau aromatik, rasa pedas dan manis.

Bagian yang digunakan : Kulit bagian dalam yang diperoleh dari anak
batang yang telah dipangkas.

Cara panen : Tanaman yang berumur 2-3 tahun dipotong


beberapa cm diatas tanah. Tunas-tunas baru dipilih 5-6 buah dan dibiarkan
tumbuh untuk dipotong lagi setelah mencapai tinggi 2-3 meter.Panen dilakukan
pada musim hujan, batang-batang dikulit arah memanjang menjadi 2 bagian atau
lebih. Diberkas dan didiamkan beberapa lama supaya terjadi fermentasi yang nanti
mempermudah pengikisan epidermis dan jaringan hijau dibawah epidermis.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Cara mendapatkan simplisia :


1. Teknik pengumpulan

2. Waktu pengumpulan atau panen

3. Pencucian dan Sortasi Basah


4. Pengeringan alamiah, dan Pengeringan buatan
Pengujian simplisia :
Mikroskopis : Amilum di, tri, dan tetraadelphis. Sel batu berdinding tebal, ada sel
batu dengan penebalan huruf U, parenkim korteks dengan sel-sel lender dan sel
minyak, kristal kalsium oksalat bentuk prisma atau rapida (berkas jarum)

7. Kulit Buah Delima

Nama Simplisia : Granati Percarpium, Granati Fructus Cortex

Nama lain : Kulit buah delima, Granati Fructus cortex

Nama tanaman asal : Punica granatum (L)

Keluarga : Punicaceae

Zat berkhasiat utama / isi : Tanin sampai lebih kurang 20 % alkaloida yang
terdiri dari peletrina, metil-peletrina, psudopeletrina, metil isopeletrina,
isopeletrina

Penggunaan : Pengelat usus (astringensia), obat cacing

Pemerian : Tidak berbau, rasa sangat sepat, lama-


lamamenimbulkan rasatebal di lidah.

Bagian yang digunakan : Kulit buah yang masak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Cara mendapatkan simplisia :


1. Teknik pengumpulan

2. Waktu pengumpulan atau panen

3. Pencucian dan Sortasi Basah

4. Pengeringan alamiah, dan Pengeringan buatan


Pengujian simplisia :
Mikroskopis : Pada penampang melintang kulit buah tampak epidermis luar
terdiridari selapis sel, berbentik poligonal tidak beraturan, dinding luar agak tebal
tidak berlignin, kutikula sangat tebal dan licin.Epidermis dalam terdiri dari selapis
sel berbentuk serupa dengan sel epidermis luar, berukuran sedikit lebih besar.Di
bawah epidermis pada umumnya terdapat selapis atau dua lapis sel yang
berbentuk menyerupai epidermis luar.Jaringan parenkimatik mesokarp umumnya
terdiri dari sel berbentuk poligonal tidak beraturan, dinding tipis, berisi butir
patiatau zat samak.Sklereida banyak, tersebar, tunggal atau berkelompok,umunya
berkelompok; dinding sel sangat tebal, berlapis lapis dan berlignin dengan lumen
sempit, atau berdinding kurang tebal dengan lumen lebih besar; saluran noktah
jelas.Berkas pembuluh tipe kolateral,tersebar diantara parenkim disertai serabut
yang berdinding agak tebal,tidak berlignin.Hablur kalsium oksalat berbentuk
roset.Serbuk berwarna kuning kecoklatan.Fragmen pengenal adalah fragmen
epidermis luar, fragmen parenkim, fragmen sklereida, fragmen pembuluh kayum,
dan fragmen biji.

8. Kulit Secang

Nama Simplisia :Sappan Lignum

Nama lain : Kayu secang

Nama tanaman asal : Caesalpinia sappan (L)

Keluarga : Caesalpiniaceae

Zat berkhasiat utama / isi : Brazilin, zat warna merah sappan, asam tanat,
asam galat

Penggunaan : Astringensia.

Pemerian : Tidak berbau, rasa kelat.

Bagian yang digunakan : Irisan -irisan kecil atau serutan - serutan kayu.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Cara mendapatkan simplisia :


1. Teknik pengumpulan
2. Waktu pengumpulan atau panen

3. Pencucian dan Sortasi Basah

4. Pengeringan alamiah, dan Pengeringan buatan


Pengujian simplisia :
Mikroskopik : Xilem : Jelas, radier dengan jari-jari xilem terdiri dari 1 sampai 3
baris sel yang berisi butir pati kecil, tunggal dan berkelompok. Pembuluh kayu
atau trakhea umumnya berkelompok, kadang-kadang tunggal, dinding tebal,
berlignin, bernoktah berbebtuk celah, lumen berisi zat yang, berwarna merah
keunguan, merah kekuningan sampai merah kecoklatan. Serabut xilem :
Berkelompok, tersusun radiaer, terdiri dari 5-40 serabut, dinding serabut tebal
berlignin, lumen sempit.

9. Kayu Cendana

Nama Simplisia : Santali Lignum (MMI)

Nama lain : Kayu cendana

Nama tanaman asal : Santalum album (L)

Keluarga : Santalaceae

Zat berkhasiat utama / isi : Minyak atsiri, harsa, zat penyamak.

Penggunaan : Diuretika, karminativa, antispasmodik

Pemerian : Bau harum, rasa agak pahit khas.

Bagian yang digunakan : Kayu galih dari batang, dahan dan akar.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Cara mendapatkan simplisia :


1. Teknik pengumpulan

2. Waktu pengumpulan atau panen

3. Pencucian dan Sortasi Basah


4. Pengeringan alamiah, dan Pengeringan buatan
Pengujian simplisia :
Makroskopik : Batang berkayu kecoklatan

Mikroskopik : Anatomi jaringan yang teramati yaitu serabut, hablur kalsium


oksalat, seludang hablur kalsium oksalat.

AMYLUM

1. AMYLUM MANIHOT
Nama Lain : Pati singkong

Nama Tanaman Asal : Manihot Utilissima

Keluarga  : Euphorbiaceae

Zat Berkhasiat Utama / Isi  : Amilosa dan amilopektin

Penggunaan                          : Bahan penolong bahan sediaan obat

Sediaan                                : Acidi Salicylici Zinci Oxydi lotio

Pemerian                              : Serbuk halus kadang-kadang berupa


gumpalan kecil, warna putih tidak berbau, tidak berasa

Bagian Yang Digunakan      : Pati yang diperoleh dari umbi akar

Penyimpanan                       : Dalam wadah tertutup baik

Mikroskopik : butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak, butir kecil
diameter 5µm sampai 10µm, butir besar bergaris tengah 20µm sampai
35µm, hilus di tengahberupa titik, garis lurus atau bercabang tiga, lamela
tidak jelas,konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri atas dua atau tiga butir
tunggal tidak sama bentuknya.
2. AMYLUM MAYDIS

Nama Lain : Pati jagung, Maizena, Corn starch

Nama Tanaman Asal : Zea mays (L.)

Keluarga : Poaceae

Zat Berkhasiat Utama / Isi : Amilosa, amilopektin

Penggunaan : Zat tambahan

Pemerian : Serbuk halus warna putih, tidakberbau, rasa


lemah

Bagian Yang Digunakan : Pati yang diperoleh dari biji yang masak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Mikroskopik : butir bersegi banyak, bersudut, ukuran 2µm sampai 23µ.


mata butirbulat dengan diameter 25µm sampai 32µm. Hilus ditengah
berupa rongga yang nyata atau celah berjumlah 2 sampai 5,tidak ada
lamela. Amati di bawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang
berwarna hitam, memotong pada hilus

3. AMYLUM ORYZAE

Nama Lain  : Pati beras

Nama Tanaman Asal  : Oryza sativa (L.)

Keluarga  : Poaceae

Zat Berkhasiat Utama / Isi : Amilosa, amilopektin, air, abu

Penggunaan                          : Bahan penolong dari sediaan obat

Pemerian                              : Serbuk sangat halus, warna putih, berasa


dan tidak berbau
Bagian Yang Digunakan      : Pati yang diperoleh dari biji

Penyimpanan                      : Dalam wadah tertutup baik

Mikroskopik : butir persegi banyak ukuran 2µm sampai 5µm, tunggal


atau majemukbentuk bulat telur ukuran 10µm sampai 20 µm. Hilus
ditengah, tidak terlihat jelas,tidak ada lamela konsentris. Amati di bawah
cahaya terpolarisasi, tampakbentuk silang berwarna hitam, memotong
pada hilus.

4. AMYLUM SOLANI
Nama Lain : Pati kentang

Nama Tanaman Asal : Solanum tuberosum (L.)

Keluarga : Solanaceae

Zat Berkhasiat Utama / Isi : Amilosa dan amilopektin

Penggunaan                  : Bahan penolong bahan sediaan obat

Pemerian    : Serbuk halus, warna putih, tidak berbau

Bagian Yang Digunakan      : Pati yang diperoleh dari ubi

Penyimpanan                       : Dalam wadah tertutup baik

Mikroskopik : butir tunggal,tidak beraturan, atau bulat telur ukuran 30µm


sampai100µm, atau membulat ukuran 10µm sampai 35 µm. Butir
majemuk jarang, terdiri dari majemuk 2 sampai 4. Hilus berupa titik pada
ujung yang sempit ,dengan lamela konsentris jelas terlihat. Amati di
bawah cahaya terpolarisasi,tampakbentuk silang berwarna hitam
memotong pada hilus

5. AMYLUM TRITICI
Nama Lain                            : Pati gandum, pati terigu
Nama Tanaman Asal            : Triticum vulgare (Vill.)

Keluarga                             : Poaceae

Zat Berkhasiat Utama / Isi  : Amilosa dan amilopektin, air, abu

Penggunaan             : Bahan penolong bahan sediaan obat

Sediaan   : Aluminii Hydroxydi Compressi

Pemerian   : Serbuk sangat halus, warna putih, tidak


berbau, hampir tidak berasa putih, tidak berbau, tidak berasa

Bagian Yang Digunakan   : Pati yang diperoleh dari buah

Penyimpanan  : Dalam wadah tertutup baik

Mikroskopik :butir,bentuk cakram besar atau seperti ginjal ukuran 10µm


sampai 45µm,bentuk bulat telur,terbelah sepanjang poros utama,butir
bersegi banyak atau bulatan kecil,ukuran 2 µm sampai 10 µm jarang
diketemukan butiran dengan ukuran sedang, hilus dan lamella sukar
terlihat.amati di bawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang
berwarna hitam,memotong pada hilus
BAB II

RHIZOMA

1. Dringo /Calami rhizoma

Pengamatan Mikroskop 10x10

Fragmen pengenal : parenkim untuk transpor karbon dioksida (aerenkim), yang


memiliki selsel minyak dan ruang antarsel.

2. Laos / Languatis Rhizoma

Pengamatan Mikroskop 10x10

Fragmen pengenal : amilum besar seperti biji ketimun (dalam air) dan gumpalan
sekret coklat.
3. Temulawak / Curcuma Xanthorrhizae Rhizoma

Pengamatan Mikroskop 10x10

Fragmen pengenal : preparat berwarna merah dan kuning

4. Jahe / Zingiberis Rhizoma

Pengamatan Mikroskop 10x10

Fragmen pengenal : serat sklerenkim berombak dan granul pati (dalamair).


5. Kunyit / Curcumae Domesticae Rhizoma

Pengamatan Mikroskop 10x10

Fragmen pengenal : preparat kuning, granul pati, dan sel parenkim berisi pati
(dalam air).

FOLIUM

1. Daun Saga

Pengamatan Mikroskop
Epidermis atas : terdiri dari sel yang terentang tangensial, dinding antiklinal
jelas bergelombang, kecuali sel epidermis di atas tulang daun yang berdinding
antiklinal lurus; beberapa sel epidermis menonjol berupa papil; kutikula tipis;
tidak terdapat stomata atau rambut penutup. Epidermis bawah : sel lebih kecil dari
epidermis atas, dinding antiklinal sangat bergelombang; kutikula tipis; rambut
penutup berbentuk kerucut ramping terdiri dari 3 sel dengan 2 sel pertama yang
sangat pendek dan sel ketiga atau sel ujung yang sangat panjang, dinding sel
rambut penutup berbintik; panjang rambut penutup 50 µm sampai 300 µm, lebar
lebih kurang 20 µm. Mesofil jaringan palisade terdiri dari 2 lapis sel palisade, sel
palisade berbentuk bulat telur terbalik dengan bagian atas membulat dan bagian
bawah mengecil; jaringan bunga karang terdiri dari 2 lapis sel, lapisan sel pertama
selnya tersusun mendatar, lapisan sel kedua selnya berbentuk bulat telur dengan
bagian lebar dibawah; mesofil seluruhnya mengandung banyak hijau daun kecuali
lapisan bunga karang yang mendatar; ruang antar sel banyak; tulang daun disertai
deretan parenkim yang berisi hablur kalsum oksalat berbentuk prisma, berkas
pengangkutan dengan penebalan spiral.

Serbuk : warna hijau, fragmen pengenal adalah rambut penutup; epidermis


atas;epidermis bawah; mesofil; fragmen berkas pengangkut yang didampingi
deretan sel hablur; stomata; kalsium-oksalat pada urat daun
2. Daun Sembung

Pengamatan Mikroskop

Serbuk warna hijau kecoklatan. Fragmen pengenal :rambut berdinding tipis, mirip
benang berujung runcing dengan sel pangkal lebih besar, rambut kelenjar berisi
minyak warna kuning sampai kuning kecoklatan. Pembuluh kayu dengan
penebalan tangga dan spiral; serabut skelerenkim, fragmen skelrenkim, fragmen
mesofil atas, fragmen epidermis atas, fragmen epidermis bawah.
3. Daun Kumis Kucing

Pengamatan Mikroskop

Secara mikroskopik terdapat 4 fragmen spesifik pada spesies daun ini, antara
lain: (1) Memiliki kutikula yang tebal. (2) Tipe stomatanya diasitik. (3)
Terdapat rambut penutup berbentuk kerucut terdiri dari 1-2 sel. (4) Rambut
kelenjarnya tipe Lamiaceae yang mana terdiri dari satu sel tangkai dan 4-6 sel
kepala.

4. Daun Sirih

Pengamatan Mikroskop

a. Terdapat kutikula yang tebal dan licin dibagian atasnya


b. Sel epidermis terdiri dari 1 lapis jaringan berbentuk segiempat
c. Terdapat hypodermis yang mana bagian atas ada 2 lapisan jaringan
hypodermis, bagian bawah terdapat 1 lapisan jaringan hypodermis
d. Di jaringan hypodermis atas terdapat sel minyak berwarna jingga
kekuningan
e. Jaringan palisadenya tersusun dari satu lapisan
f. Terdapat rambut penutup yang terdiri dari satu sel
g. Terdapat rambut kelenjar yang terdiri dari satu sel kepala berbentuk
bulat
h. Tipe stomatanya berupa anomositik

5. Daun Jambu Biji

Pengamatan Mikroskop

Anatomi jaringan yang teramati yaitu rambut penutup,jaringan bunga karang,


dan epidermis bawah.
6. Daun Kejiibeling

Pengamatan Mikroskop

a. Pada epidermis atas sel agak besar, bentuk segi empat atau bersudut lima
sampai enam, dinding samping lurus, kutikula berbintik.
b. Epidermis bawah ukuran sel lebih kecil dari pada epidermis atas, dinding
samping umumnya tidak lurus. Rambut penutup bentuk kerucut, terdiri
dari satu sampai tiga sel, ujung rambut runcing, pangkal lebar, dinding
tebal dan terdapat pada epidermis bawah

7. Daun Teh

Pengamatan Mikroskop

Epidermis atas dan epidermis bawah dengan stomata tipe anmositik, Kristal
kalsium oksalat berbentuk roset, sel batu khas (bercabang)Sel batu,berkas
pembuluh penebalan tangga dengan serabut, rambut penutup, hablur kalsium
oksalat.
8. Daun Kayu Putih

Pengamatan Mikroskop

- Epidermis atas dengan kutikula tebal,


- Epidermis bawah dengan stomata tipe anomositik, rambut penutup
bersel tunggal, ujung runcing berdinding tebal, mesofil dengan
kelenjar minyak lisigen berwarna kekuningan, serabut Kristal kalsium
oksalat berbentuk prisma, serabut sklerenkim

FLOS / FRUCTUS / SEMEN

1. Cengkeh

Pengamatan Mikroskop
a. Parenkim yang menunjukkan kristal oksalat.
b. Fragmen pengenal berupa parenkim dengan kelenjar minyak
(berbentuk janjung/hati)
2. Bunga Mawar

Pengamatan Mikroskop

a. Preparat berwarna ungu yang akan hilang beberapa lama (kloral


hidrat)
b. Fragmen pengenal papila berwarna ungu

3. Bunga Krisan

Pengamatan Mikroskop
Fragmen pengenal adalah polen yang banyak seperti buah rambutan dan
stigma berpapila

4. Adas Bintang

Pengamatan Mikroskop

Fragmen pengenal adalah sel epidermis testa dengan lumen astrosklereid


dan sel batu dengan noktah yang besar

5. Buah Cabe

Pengamatan Mikroskop
a. Preparat warna merah, coklat kemerahan atau jingga
b. Fragmen pengenal adalah epidermis dengan sel berlekuk seperti
usus, dan bernoktah

6. Ketumbar

Pengamatan Mikroskop

a. Pada organoleptis terdapat bau dan rasa khas

b. Fragmen pengenal adalah fragmen bergaris dan serabut sklerenkim


yang berliku

7. Buah Adas

Pengamatan Mikroskop
Fragmen pengenal adalah kolenkim bersudut dan parquet pada endokarp

8. Kemukus, Lada Ekor

Pengamatan Mikroskop

Fragmen pengenal berupa sel batu endokarp dan eksokarp

9. Lada Hitam

Pengamatan Mikroskop
a. Preparat hitam dengan bau dan rasa khas
b. Fragmen pengenal berupa sel batu berwarna abau-abu dalam
jumlah banyak dengan penebalan membentu huruf U

10. Biji Pinang

Pengamatan Mikroskop

Fragmen pengenal berupa endosperma bernoktah

11. Biji Kopi

Pengamatan Mikroskop
a. Preparat berwarna hitam dengan bau dan rasa khas

b. Fragmen pengenal berupa sel batu makrosklereid

12. Biji Pala

Pengamatan Mikroskop

a. Preparat berwarna cokelat muda

b. Fragmen pengenal adalah perisperma berisi sel minyak

13. Biji Klabet

Pengamatan Mikroskop
Fragmen pengenal berupa epidermis testa dan hipodermis testa

14. Biji Kola

Pengamatan Mikroskop

Fragmen pengenal yaitu butir pati yang memiliki hilus berupa garis
di tengan dan fragmen parenkim.

RADIX / CORTEX / LIGNUM


1. Akar Pulepandak

Pengamatan Mikroskop

a. Preparat berwarna kecoklatan atau merah abu-abu.


b. Fragmen pengenal berupa sel gabus berlapis

2. Akar Kelembak

Pengamatan Mikroskop

Fragmen pengenal yaitu kristal kalsium oksalat dan trakea yang memiliki
penebalan seperti angka 4 atau huruf Y
3. Akar Valerian

Pengamatan Mikroskop

Fragmen pengenal adalah fragmen pembuluh (trakea, trakeid)


dalam jumlah banyak.

4. Akar Manis

Pengamatan Mikroskop

a. Preparat memiliki bau dan rasa khas (manis)


b. Fragmen pengenal adalah serabut sklerenkim mengandung
kristal/fragmen sel gabus berwarna merah coklat
5. Kulit Kina

Pengamatan Mikroskop

a. Preparat warna merah kecoklatan


b. Fragmen pengenal adalah serat sklerenkim berongga

6. Kulit Kayu Manis

Pengamatan Mikroskop

a. Fragmen pengenal adalah serat sklerenkim yang tipis dan


lumen/noktah yang tak jelas
7. Kulit Buah Delima

Pengamatan Mikroskop

Fragmen pengenal adalah parenkim floem yang mengandung banyak


kristal kalsium oksalat

8. Kayu Secang

Pengamatan Mikroskop

a. Preparat berwarna merah jingga

b. Fragmen pengenal berupa jari-jari empelur yang mengandung zat


warna jingga
9. Kayu Cendana

Pengamatan Mikroskop

a. Preparat coklat tidak berbau dan berasa


b. Fragmen pengenal berupa jari-jari empelur yang terdiri dari 1 sel
AMYLUM

1. Amylum Solani

Pengamatan Mikroskop

Fragmen Pengenal: Butiran berbentuk bulat telur atau tidak beraturandengan


ukuran 30-150mm. Hilus terdapat sebagai titik pada bagian yang sempit,
lamela terlihat dengan jelas.
2. Amylum Oryzae

Pengamatan Mikroskop

Fragmenpengenal: Terlihat butiran persegi banyak, tunggal atau majemuk,


hilus tidak terlihat jelas dan tidak ada lamella konsentrasi.

3. Amylum Maydis

Pengamatan Mikroskop

Fragmen Pengenal: butiran pati ada yang bergerombol dan ada yang tunggal
hilus terlihat.

4. Amylum Manihot

Pengamatan Mikroskop
Fragmen Pengenal: Berupa butiran tunggal dan jaringan berkelompok, agak
bulat dan persegi banyak berbentuk topi baja, hilus terletak di tengah bentuk
garis dan bercabang 3 dengan lamela tidak jelas.

5. Amylum Tritici

Pengamatan Mikroskop

Fragmen Pengenal: Jarang di temukan butiran dengan ukuran sedang, hilus


dan lamella sukar terlihat , amati di bawah cahaya terpolarisasi tampak
berbentuk silang berwarna hitam memotong pada hilus
BAB III

KESIMPULAN

RHIZOMA

Rhizoma adalah modifikasi batang tumbuhan uang tumbuhnya menjalar dibawah


permukaan tanah dan dapat menghasilkan tunas dan akar baru dari ruas-ruasnya.

FOLIUM

Pemeriksaan maskroskopik meliputi pemeriksaan helaian daun (lamina), antara


lain bentuk, ujung daun, pangkal daun, tepi daun, tulang daun, tebal daun,
permukaan daun, ukuran daun, serta warna permukaan daun atas dan bawah

Pemeriksaan miskroskopik meliputi epidermis atas, epidermis bawah, rambut


kelenjar, rambut penutup, somata, dan mesofil (palisade, bunga karang, dan
berkas pembuluh)
FLOS

Bagian-bagian flos (bunga) antara lain adalah kepala putik (stigma), tangkai putik
(stlus), kepala sari (anthena), mahkota (corolla), kelopak (calyx), ovarium, dasar
bunga (receptaculum), dan tangkai sari (filament), putik (pistil) terdiri atas kepala
putik , tangkai putik dan ovarium. Benang sari (stamen) terdiri atas kepala sari
dan tangkai sari. Pada kepala sari, terdapat plen sak, yang disebut theeca.

FRUCTUS

Bagian bagian fructus atau buah : Perikarp, yang terdiri atas epikarp, mesokarp,
dan endokarp

Biji, yang terdiri atas testa, calon tumbuhan baru (embrio), dan endosperma,
selubung biji (arilus)

SEMEN

Bagian-bagian semen (biji) terdiri atas spermoderma (kulit biji), funikulus (tali
pusat), dan nukleus seminis (inti biji)

RADIX

Radix memiliki bagian-bagian seperti pada batang, misalnya jari-jari empulur,


pati. Serabut sklerenkim, sel batu, sel gabus, kristal kalsium oksalat (bentuk roset,
persegi, dan rapid), pembuluh kayu, epidermis, dan parenkim.

CORTEX

Cortex adalah jaringan luar dari batang, akar, atau buah. Susunan cortex bila
dilihat penampang melintangnya terdiri atas el-sel gabus, floem, dan sel parenkim.
Sel gabus berguna untuk mempertahankan diri terhadap keadaan luar, misalnya
karena sudah tua. Floem berfungsi untuk mengangkut makanan dari daun ke
suluruh bagian tanaman. Dalam sel parenkim, terdapat sel batu, amylum juga
terdapat pada sel jari-jari empulur.

LIGNUM

Simplisia lignum (kayu) diambil dari tumbuhan dikotiledon. Lignum merupakan


xilem sekunder yang terbentuk karena aktivitas kambium batang. Jaringan
pembuluh masih terlihat dalam lignum, yaitu pembuluh kayu dan pembuluh ayak.
Pembuluh kayu berfungsi membawa makanan dari akar ke daun, sedangkan
pembuluh ayak berfungsi membawa makanan dari daun ke bagian lain.

AMYLUM

Amylum diambil dari farinanya, yaitu bentuk pati kasar ditambah air, kemudian
disaring. Filtat yang didapat kemudian di endapkan. Endapan tersebut diambil
sebagai amylum setelah dikeringkan.

Bentuk mikroskopik yang harus diperhatikan pada pengamatan amylum adalah


bentuk dan ukuran hilus dan lamela. Secara organoleptis, amylum berwarna putih,
berbentuk padatan, dan tidak berbau. Bila ditambahkan aqua-iod amylum akan
memberikan warna biru.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Departemen kesehatan RI, 1977, Materia medika indonesia, jilid I, jakarta :


Departemen kesehatan RI.

Departemen kesehatan RI, 1978, Materia medika indonesia, jilid II, jakarta :
Departemen kesehatan RI.

Departemen kesehatan RI, 1979, Materia medika indonesia, jilid III, jakarta :
Departemen kesehatan RI.

Departemen kesehatan RI, 1980, Materia medika indonesia, jilid IV, jakarta :
Departemen kesehatan RI.

Departemen kesehatan RI, 1987, Analisis Obat Tradisional, jilid I, jakarta :


Departemen kesehatan RI.
Departemen kesehatan RI, 1989, Analisis Obat Tradisional, jilid V, jakarta :
Departemen kesehatan RI.

Departemen kesehatan RI, 1995, Analisis Obat Tradisional, jilid VI, jakarta :
Departemen kesehatan RI.

Modul penuntun praktikum farmakognosi edisi 2, benbasyar eliyanoor, M.Farm.,


Apt

Anda mungkin juga menyukai