PRATIKUM FARMAKOGNOSI
DI SUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
MEINA DWI ANDINI., S.Si,M.FARM.,APT
2020
BAB I
TEORI
Ada beberapa arti atau pengertian dari simplisia itu sendiri. Maka dari itu,
saya akan berikan penjelasan selengkap mungkin. Anda dapat memilihnya sendiri.
Sebenarnya, Simplisia itu adalah bentuk jamak dari Simpleks. Dan kata Simpleks
itu berasal dari kata Simple, yang memiliki maksud satu atau sederhana.
Jadi istilah simplisia itu bisa dikatakan untuk penyebutan bahan-bahan obat alam
yang masih berada dalam wujud aslinya atau sama sekali belum mengalami
perubahan bentuk apapun, kecuali dikeringkan.
Menurut Badan Pengawas obat dan Makanan Republik Indonesia, tahun 2005.
Pengertian dari Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat
tradisional yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dinyatakan lain merupakan bahan yang dikeringkan.
Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan
untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali dinyatakan lain suhu
pengeringan simplisia tidak lebih dari 600C (Ditjen POM, 2008).
Simplisia merupakan bahan awal pembuatan sediaan herbal. Mutu sediaan herbal
sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan. Oleh karena itu, sumber
simplisia, cara pengolahan, dan penyimpanan harus dapat dilakukan dengan cara
yang baik. Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai bahan sediaan
herbal yang belum mengalami pengolahan apapun dan kecuali dinyatakan lain
simplisia merupakan bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 2005).
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagi bahan baku obat yang
mengalami pengolahan atau baru dirajang saja, tetapi sudah dikeringkan.
Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia edisi III adalah bahan alam
yang digunakan sebagai obat alam yang belum mengalami pengolahan apapun
juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan.
PENGGOLONGAN SIMPLISIA :
1. Simplisia Nabati
Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman,
eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium
dan Piperis Nigri Fructus.
Simplisia nabati sering berasal dan berupa seluruh bagian
tumbuhan, tetapi sering berupa bagian atau organ tumbuhan seperti akar,
kulit akar, batang, kulit batang, kayu, bagian bunga dan sebagainya. Di
samping itu, terdapat eksudat seperti gom, lateks, tragakanta, oleoresin,
dan sebagainya.
Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya atau
senyawa nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni.
Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati
lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan atau diisolasi dari
tanamannya.
Pada umumnya jenis-jenis yang dapat dimanfaatkan sebagai
simplisia nabati dapat berasal dari dua sumber, yaitu :
Yang berasal dari hasil alami dengan cara mengumpulkan jenis-jenis
tumbuhan obat dari hutan-hutan, tepi sungai, kebun, gunung atau di tempat
terbuka lainnya
Yang berasal dari hasil penanaman atau budidaya baik secara kecil-kecilan
oleh petani ataupun besar-besaran oleh perkebunan (Bank Sentral
Republik Indonesia, 2005).
2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan
kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel
depuratum).
Simplisia hewani merupakan simplisia atau bahan yang berasal
dari hewan meliputi kulit, daging ataupun tulang. Contoh pemanfaatan
simplisia dari hewan adalah pembuatan kapsul yang berasal dari tulang
ikan lele.
Untuk mendapatkan simplisia berkualitas bagus, biasanya
menggunakan hewan piaraan seperti misalnya tawon untuk menghasilkan
madu yang memiliki kualitas premium.
Sebagai contoh lagi, bahan obat seperti lanolin, produk susu,
hormon, produk endokrin dan beberapa enzim diperoleh dari hewan
peliharaan seperti domba, sapi, babi dan lain-lain. Sumber produk kelenjar
hewan dan enzim biasanya berasal dari rumah penjagalan atau tempat
pemotongan hewan, dan dalam jumlah besar dapat dijadikan bahan obat
dalam farmasi.
3. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah
atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia
murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga. (DepKes RI 1989).
Contoh simplisia yang berasal dari mineral antara lain Paraffinum
liquidum, paraffinum solidum dan vaselin. Cara memperoleh simplisia
mineral biasanya melakukan teknik penyulingan sebagai contoh untuk
mendapatkan paraffinum solidum adalah dengan menyuling residu minyak
kasar hingga menjadi destilat dan diolah dengan bantuan asam sulfat dan
natrium hidroksida.
1. Bahan baku
Tanaman sebagai sumber simplisia nabati merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Bisa tanaman liar atau
budidaya. Tanaman bididaya sengaja untuk produksi simplisia, contoh
TOGA. Tanaman liar mutunya kurang baik sebagai sumber simplisia
karena simplisia mempunyai mutu yang tidak tepat. Hal ini bisa karena :
umur dan bagian tanaman yang dipanen tidak tetap dan berbeda beda. Hal
ini akan berpengaruh terhadap kadar senyawa aktif, sehingga mutu
simplisia yang dihasilkan tidak seragam.
Jenis tumbuhan diperhatikan, ada beberapa jenis dari satu marga,
akan berpengaruh terhadap kandungan-kandungan senyawa aktif sehingga
mutunya juga berbeda.
Lingkungan tempat tumbuh yang berbeda menyebabkan perbedaan
kadar kandungan senyawa aktif. Pertumbuhan tumbuhan dipengaruhi oleh
tinggi tempat, cuaca dan tanah.
Tanaman budidaya dapat untuk meningkatkan mutu simplisia
dengan cara Pemilihan bibit unggul sehingga kandungan senyawa aktif
tinggi.
2. Dasar pembuatan
Simplisia dibuat dengan cara pengeringan, dilakukan dengan cepat
pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Waktu lama tumbuh kapang. Suhu
tinggi perubahan kimia kandungan senyawa aktif. Simplisia dibuat dengan
fermentasi, harus seksama supaya tidak terjadi proses berkelanjutan.
Simplisia dibuat dengan cara khusus misalnya penyulingan, pengentalan
eksudat nabati, pengeringan sari air dan proses lain agar memiliki mutu
sesuai dengan persyaratan.
Pembuatan simplisia yang memerlukan air, misal Pati, talk. Air
diperhatikan : bebas pemcemaran racun, kuman patogen, logam berat.
3. Tahapan pembuatan
Pengumpulan, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan,
sortasi kering, pengepakan, penyimpanan, dan pemisahan mutu.
Kadar senyawa aktif akan beda, tergantung : bagian tanaman yang
digunakan, umur tanaman, waktu panen, dan lain-lain.
a. Pemanenan
Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan
bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering.Alat yang diguna-kan
dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah yang
tidak diperlukan. Seperti rimpang, alat untuk panen dapat menggunakan
garpu atau cangkul. Bahan yang rusak atau busuk harus segera dibuang
atau dipisahkan. Penempatan dalam wadah (keran-jang, kantong, karung
dan lain-lain) tidak boleh terlalu penuh sehingga bahan tidak menumpuk
dan tidak rusak. Selanjutnya dalam waktu pengangkutan diusahakan
supaya bahan tidak terkena panas yang berlebihan, karena dapat
menyebab-kan terjadinya proses fermentasi/ busuk. Bahan juga harus
dijaga dari gang-guan hama (hama gudang, tikus dan binatang peliharaan
b. Penanganan Pasca Panen
Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap
tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya
antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan
memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses
selanjutnya. Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara
dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah
dilakukan proses panen tanaman tersebut. Selama proses pasca panen
sangat penting diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang
digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan
seperti masker dan sarung tangan. Tujuan dari pasca panen ini untuk
menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi
sehingga memiliki nilai jual yang tinggi.
2. SORTASI BASAH
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia
yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah,
kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran
lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba
dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari
tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal. Proses
penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau
bahan yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor
yang ikut terbawa dalam bahan. Bahan nabati yang baik memiliki
kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%.
3. PENCUCIAN
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran
lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan
air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan
simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang
mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat
menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian
sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah
mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua
mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga
sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis
dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan
untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan
simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan
tersebut dapat menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum
terdapat dalam air adalah Pseudomonas, Proteus, Micrococcus, Bacillus,
Streptococcus, Enterobacter dan Escherishia. Pada simplisia akar, batang
atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk
mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba
biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah
dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara
pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.
Pada saat pencucian per-hatikan air cucian dan air bilasan-nya, jika
masih terlihat kotor ulangi pencucian/pembilasan sekali atau dua kali
lagi.Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu
yang sesingkat mung-kin untuk menghindari larut dan terbuangnya zat
yang terkandung dalam bahan. Pencucian bahan dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain.
Perendaman bertingkat
Perendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak
mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll. Proses perendaman
dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman
pertama air cuciannya mengandung kotoran paling banyak. Saat
perendaman kotoran-kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat
dihilangkan langsung dengan tangan. Metoda ini akan menghemat peng
gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang terkandung
dalam bahan.
Penyemprotan
Penyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya
banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain.
Proses penyemprotan dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-
tekanan tinggi. Untuk lebih me-nyakinkan kebersihan bahan, ko-toran
yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan.
Proses ini biasanya meng-gunakan air yang cukup banyak, namun dapat
mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam bahan.
Penyikatan (manual maupun oto-matis)
Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan
yang keras atau tidak lunak dan kotoran-nya melekat sangat kuat.
Pencucian ini memakai alat bantu sikat yang di- gunakan bentuknya bisa
bermacam-macam, dalam hal ini perlu diper-hatikan kebersihan dari sikat
yang digunakan. Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan
teratur agar tidak merusak bahannya. Pem-bilasan dilakukan pada bahan
yang sudah disikat.Metode pencuci-an ini dapat menghasilkan bahan yang
lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian lainnya, namun
meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga merangsang tumbuhnya
bakteri atau mikro-organisme.
4. PERAJANGAN
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah
proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru
diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh
selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat
mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan
dengan ukuran yang dikehendaki.
Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat
penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi
irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau
hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi
komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia
seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya
dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya
kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak
bertambah. Sedangkan jika terlalu tebal, maka pengurangan kadar air
dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang lama dalam
penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi oleh
jamur.Ketebalan perajangan untuk rimpang temulawak adalah sebesar 7 –
8 mm, jahe, kunyit dan kencur 3 – 5 mm.
Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi
pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan
dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.
Untuk tujuan mendapatkan minyak atsiri yang tinggi bentuk irisan
sebaiknya adalah membujur (split) dan jika ingin bahan lebih cepat kering
bentuk irisan sebaiknya me-lintang (slice).
5. PENGERINGAN
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan
dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa
dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan
kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel, masih dapat
bekerja, menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama
bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada
tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik
yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-
proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan
isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati.
Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan
simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses
untuk menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada
saat itu, merendam bahan simplisia dengan etanol 70% atau dengan
mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa
reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia kurang
dari 10%.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar
matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu
diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan,
kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas permukaan
bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan
alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor
tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak
mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan
yang salah dapat mengakibatkan terjadinya “Face hardening”, yakni
bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah.
Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal,
suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang
menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada
difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan
menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face
hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian
dalarn bahan yang dikeringkan.
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara
pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300 sampai
90°C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan
simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau
mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin,
misalnya 300 sampai 450 C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu
dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari
pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga
tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama
pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses
pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan
orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan
secara alamiah dan buatan.
1. Pengeringan Alamiah.
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman
yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :
o Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk
mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu,
kulit kayu, biji dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif
yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar matahari yang
banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang
mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara membiarkan
bagian yang telah dipotong-potong di udara terbuka di atas
tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu,
kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan
pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga
cara ini hanya baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau
kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca
yang mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan sehingga
memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk
tumbuh sebelum simplisia tersebut kering. F’IDC (Food
Technology Development Center IPB) telah merancang dan
membuat suatu alat pengering dengan menggunakan sinar
matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada permukaan yang
gelap dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian
dialirkan keatas rak-rak pengering yang diberi atap tembus cahaya
di atasnya sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba
turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk mengeringkan
singkong yang telah dirajang dengan demikian dapat pula
digunakan untuk mengeringkan simplisia.
o Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar
matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk
mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun,
dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.
2. Pengeringan Buatan
Kerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan
sinar matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu
dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu
kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip
pengeringan buatan adalah sebagai berikut: “udara dipanaskan oleh
suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik,
udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang
berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-
rak pengering”. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat
pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup
baik.
Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh
simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih
merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi
oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya jika kita membutuhkan
waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran dengan sinar matahari
sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10% sampai
12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat diperoleh
simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.
Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung
pada jenis simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa
simplisia yang dapat tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya
diturunkan 4 sampai 8%, sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih
dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10 sampai 12%.
6. SORTASI KERING
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing
seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-
pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada sirnplisia kering.
Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk kernudian
disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan
dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah
akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang.
Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah
lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.
7. PENGAWETAN
Simplisia nabati atau simplisia hewani harus dihindarkan dari
serangga atau cemaran atau mikroba dengan penambahan kloroform,
CCl4, eter atau pemberian bahan atau penggunaan cara yang sesuai,
sehingga tidak meninggalkan sisa yang membahayakan kesehatan.
Wadah
Wadah adalah tempat penyimpanan artikel dan dapat berhubungan
langsung atau tidak langsung dengan artikel. Wadah langsung (wadah
primer) adalah wadah yang langsung berhubungan dengan artikel
sepanjang waktu. Sedangkan wadah yang tidak bersentuhan langsung
dengan artikel disebut wadah sekunder.
Wadah dan sumbatnya tidak boleh mempengaruhi bahan yang
disimpan didalamnya baik secara fisika maupun kimia, yang dapat
mengakibatkan perubahan kekuatan, mutu atau kemurniannya hingga
tidak memenuhi persyaratan resmi.
Wadah tertutup baik: harus melindungi isi terhadap masuknya bahan
padat dan mencegah kehilangan bahan selama penanganan,
pengangkutan, penyimpanan dan distribusi.
Suhu Penyimpanan
Dingin : suhu tidak lebih dari 80C, Lemari pendingin mempunyai suhu
antara 20C– 80C, sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu antara
-200C dan -100C.
Sejuk : suhu antara 80C dan 150C. Kecuali dinyatakan lain, bahan
yang harus di simpan pada suhu sejuk dapat disimpan pada lemari
pendingin.
Suhu kamar : suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah
suhu yang di atur antara 150C dan 300C.
Hangat : hangat adalah suhu antara 300C dan 400C.
Panas berlebih : panas berlebih adalah suhu di atas 400C.
Tanda dan Penyimpanan
Penyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar)
ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih,
udaranya cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik
karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan sim-
plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan
jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman obat.
Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia
selama penyimpanan 3 – 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama
yang harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan
higienes.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah :
Kemurnian Simplisia
Persyaratan simplisia nabati dan simplisia hewani diberlakukan pada
simplisia yang diperdagangkan, tetapi pada simplisia yang digunakan
untuk suatu pembuatan atau isolasi minyak atsiri, alkaloida, glikosida,
atau zat aktif lain, tidak harus memenuhi persyaratan tersebut.
Persyaratan yang membedakan strukrur mikroskopik serbuk yang
berasal dari simplisia nabati atau simplisia hewani dapat tercakup
dalam masing–masing monografi, sebagai petunjuk identitas, mutu
atau kemurniannya.
Benda Asing
Simplisia nabati dan simplisia hewani tidak boleh mengandung
organisme patogen, dan harus bebas dari cemaran mikro organisme,
serangga dan binatang lain maupun kotoran hewan. Simplisia tidak
boleh menyimpang bau dan warna, tidak boleh mengandung lendir,
atau menunjukan adanya kerusakan. Sebelum diserbukkan simplisia
nabati harus dibebaskan dari pasir, debu, atau pengotoran lain yang
berasal dari tanah maupun benda anorganik asing.
Dalam perdagangan, jarang dijumpai simplisia nabati tanpa terikut atau
tercampur bagian lain, maupun bagian asing, yang biasanya tidak
mempengaruhi simplisianya sendiri. Simplisia tidak boleh
mengandung bahan asing atau sisa yang beracun atau membahayakan
kesehatan. Bahan asing termasuk bagian lain tanaman yang tidak
dinyatakan dalam paparan monografi
3. Kemurnian
Kemurnian meliputi kromatografi: kinerja tinggi, lapis tipis, kolom, kertas,
dan gas untuk menentukan senyawa atau komponene kimia tunggal dalam
simplisia hasil metabolit primer dan sekunder tanaman.
IDENTIFIKASI SIMPLISIA GOLONGAN :
RHIZOMA
Makroskopik
a. Potongan rimpang berbentuk agak silindris, pipih, dan agak bengkok.
b. Permukaan rimpang berkerut memanjang dan berwarna coklat
kekuningan hingga coklat.
c. Bekas patahan serupa bunga karang, berpori atau agak berbutir, tidak
atau agak berserat, warna agak putih atau agak coklat.
Mikroskopik:Pada lapisan terluar terdapat 1 lapis epidermis atau jaringan
gabus. Pada korteks bagian luar terdapat hipo dermis yang berupa jaringan
kolenkimatik, pada korteks bagian dalam terdapat parenkim erenkimatik
dengan rongga udara besar dan sel berbentuk bulat penuh berisi butir pati
Waktu panen: pada umur 2,5 – 4 bulan, agar diperoleh rimpang muda yang
belum banyak berserat. Cara panen dilakukan dengan mencabut tanaman,
rimpang dipisahkan dari batang kemudian dicuci dan dikeringkan.
Makroskopik :
a. Keping tipis, bentuk bulat atau jorong, ringan, keras, rapuh, garis
tengah sampai 6cm, dan tebal 2-5 mm.
b. Permukaan luar berkerut dan berwarna coklat kekuningan sampai
coklat.
c. Cortex sempit, tebal 3-4 mm
d. Bekas patahan berdebu dan berwarna kuning jingga sampai coklat
jingga terang. Bagian luar berwarna lebih tua yaitu coklat.
e. Rasa pahit.
Mikroskopik :
a. Dalam air, dapat terlihat adanya amilum ( bentuk amilum lebih besar
dari amilum jahe).
b. Dalam kloral hidrat ( preparat berwarna kuning ). Terlihat sel
parenkim dari kelenjar sekresi berwarna jingga kecoklatan. Selain itu,
terlihat juga trakea dan rambut.
c. Fragmen pengenal adalah preparat berwarna kuning dan amilum.
4. Zingiberis Rhizoma (Rimpang Jahe)
Nama lain : Jahe
Nama tanaman asal : Zingiber officinnale
Keluarga : Zingiberaceae
Zat berkhasiat : Pati, damar, oleoresin, gingerin dan
minyak atsiri (yang mengandung zingeron, zingiberol, zingiberin, borneol,
kamfer, sineol, dan felandren)
Penggunaan : Stimulansia, diaforetika, karminativa,
Pemerian : Bau aromatic, rasa pedas
Bagian yg digunakan : Akar tinggal yang sebagian kulitnya telah
dikupas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Waktu panen : panen dapat dilakukan pada umur 9 – 12 bulan setelah
tanam. Panenan pada umur 6 bulan dapat dilakukan untuk mendapatkan
rimpang muda, kurang berserat, yang umumnya dipakai membuat manisan
dan keperluan bumbu dapur.Panen pada umur 9 – 12 bulan dilakukan bila
tanaman mulai mongering seluruhnya sampai sudah rebah rumpun –
rumpunnya.
Makroskopik :Akar tinggal yang belum dikupas, warna abu abu atau
kuning coklat, beruas, dan kadang kadang bercabang. Rimpang jahe
memiliki bau yang harum dan rasa agak pedas.
Mikroskopik :
1. Daun Saga
Nama lain : Abri Folium
Nama tanaman asal : Abrus precatorius ( L. )
Keluarga : Papilionaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Glisirizin sampai 15 %, Ca-Oksalat
Penggunaan :Obat Sariawan, obat batuk dan radang
tenggorokan
Pemerian : Bau lemah, rasa agak manis, khas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Keterangan :
- Morfologi Tanaman:Daunnya majemuk, berbentuk bulat telur serta
berukuran kecil-kecil. Daun Saga bersirip ganjil dan memiliki rasa
agak manis. Saga mempunyai buah polong berisi biji-biji yang
berwarna merah dengan titik hitam mengkilat dan licin. Bunganya
berwarna ungu muda dengan bentuk menyerupai kupu-kupu, dalam
tandan bunga.
- Kandungan Kimia:Daun maupun akar mengandung protein, vitamin
A,B1, B6, C, kalsium oksalat, glisirizin, flisirizinat, polygalacturomic
acid dan pentosan. Daun, batang dan biji : saponin dan flavonoid.
Batang : polifenol. Biji : tannin. Akar : alkaloid, saponin dan polifenol
- Cara mendapatkan Simplisia :Cara panenan daun yang praktis adalah
dengan memangkas tanaman setinggi 25 – 30 cm dari tanah. Panen
pertama dapat dilakukan setelah tanaman berumur 6 – 9 bulan. dengan
cara Penyiapan : Timbang ± 1 kg daun yang sudah disortir, lalu cuci
dan keringkan selama beberapa hari dibawah terik matahari hingga
menjadi simplisia kering.
- Cara Uji simplisia :
2. Daun sembung
Keluarga : Asteraceae
4. Daun Sirih
Nama lain : Piperis Folium
Nama Tanaman Asal : Piper betle (L) us
Keluarga : Piperaceae
Zat Berkhasiat Utama :Minyak atsiri yang mengandung fenol
yangkhas disebut betelfenol atau aseptol.
Penggunaan : Anti sariawan, anti batuk, antiseptik
Pemerian : Bau aromatik khas, rasa pedas khas
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Keterangan :
- Morfologi Tanaman:Batang tanaman ini berbentuk bundar
memanjang. Batangnya bisa mencapai ketinggian sekitar 5-15 m.
Tumbuh dengan sangat menyebar ke berbagai tanaman lainnya yang
ada di daerah tersebut. Di batang tanaman ini terdapat ruas-ruas dan
sulur dengan jarak sekitat 5-10 cm. Sulur ini nantinya digunakan
sebagai lokasi baru untuk pertumbuhan berbagai kecambah baru.
Warna dari batang ini kecoklatan sampai warna kehijauan. Daun
tanaman sirih ini berbentuk oval ataupun bulat telur dan mempunyai
warna hijau muda sampai hijau tua. Daun tanaman ini mempunyai
lebar sekitar 2-10 cm dan panjang sekitar 5-15 cm. Pada permukaan
tanaman ini daun di bagian bawahnya berwarna putih. Bentuk daun
tanaman ini pada umumnya bisa terlihat seperti halnya jantung yang
mana penguat daun akan disematkan.
- Kandungan Kimia :minyakatsiri mengandung hidroksi, kavikol,
kavibetol, estragol, eugenol, metileugenol, karvakrol, terpinen,
seskuiterpen, fenilpropan, tannin.
- Cara mendapatkan Simplisia :Tanaman siap panen minimal berumur 4
bulan. Saat itu sirih merah terdiri atas 16 sampai 20 daun. Pada saat itu
daun sudah relatif lebar, dengan panjang 15 sampai 20 cm. Daun siap
petik harus berumur 1 bulan, bersih, dan warna mengkilap. Setelah
dipetik, daun disortir dan direndam dalam air untuk membersikan
kotoran dan debu yang menempel, kemudian dibilas hingga bersih dan
ditiriskan. Selanjutnya daun dirajang dengan pisau yang tajam, bersih
dan steril, dengan lebar irisan 1 cm. Hasil rajangan dikering anginkan
di atas tampah yang telah dialas kertas sampai kadar airnnya di bawah
12%, selama lebih kurang 3 – 4 hari.
- Cara Uji Simplisia :
1. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi
warna coklat.
2. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P
terjadi watna hijau.
3. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan natrium
hidroksida P 5% b/v; terjadi warna coklat muda.
4. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes besi (III) klorida LP.
Terjadi warna coklat muda.
- Mikroskopik :
a. Terdapat kutikula yang tebal dan licin dibagian atasnya
b. Sel epidermis terdiri dari 1 lapis jaringan berbentuk segiempat
c. Terdapat hypodermis yang mana bagian atas ada 2 lapisan jaringan
hypodermis, bagian bawah terdapat 1 lapisan jaringan hypodermis
d. Di jaringan hypodermis atas terdapat sel minyak berwarna jingga
kekuningan
e. Jaringan palisadenya tersusun dari satu lapisan
f. Terdapat rambut penutup yang terdiri dari satu sel
g. Terdapat rambut kelenjar yang terdiri dari satu sel kepala berbentuk
bulat
h. Tipe stomatanya berupa anomositik
6. Daun Kejibeling
Nama lain : Strobilanthi Folium
Nama Tanaman Asal :Sericocalyx crispus (L.)Bremeck
disebutjuga Strobilanthes crispus L
Keluarga : Acanthaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Kalium, silica
Penggunaan : Diuretika
Pemerian : Bau lemah, rasa agak sepet dan
pahit
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, kering.
Keterangan :
- Morfologi Tanaman:Tunggal, berhadapan, lanset atau lonjong, tepi
beringgil, ujungmeruncing, pangkal runcing, panjang 9-18 cm, lebar 3-
8 cm, bertangkai pendek,pertulangan menyirip, hijau.
- Kandungan kimia :Kejibeling mengandung zat-zat kimia antara lain:
kalium, natrium, kalsium, asam silikat, alkaloida, saponin, flavonoida,
dan polilenoi. Kalium berfungsi melancarkan air seni serta
menghancurkan batu dalam empedu, ginjal dan kandung kemih.
Natrium berfungsi meningkatkan cairan ekstraseluler yang
menyebabkan peningkatan volume darah. Kalsium berfungsi
membantu proses pembekuan darah, juga sebagai katalisator berbagai
proses biologi dalam tubuh dan mempertahankan fungsi membran sel.
Sedangkan asam silikat berfungsi mengikat air, minyak, dan senyawa-
senyawa non-polar lainnya.
- Cara Mendapatkan Simplisia :Panen dilakukan dengan memangkas
tanaman bagian pucuk sepanjang 20-30 cm. Cabang pucuk dan daun
dapat langsung dijemur atau sebelum dijemur daundaun pada cabang
pucuk dipetik lebih dahulu baru kemudian dijemur. Lama penjemuran
2-3 hari, pada hari yang cerah.
- Cara Uji Identifikasi :
1. Uji flavonoid. Uapkan hingga kering 1 mL larutan percobaan,
sisa dilarutkan dalam 1 ml etanol (95 %) P, tambahkan 0,1 g
serbuk magnesium P dan 3 mL asam klorida pekat P, jika
terjadi warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan
adanya flavonoid. Jika terjadi warna kuning jingga,
menunjukkan adanya flavon, kalkon dan auron.
2. Uji alkaloid. Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1
mL asam klorida 2 N dan 9 mL air, panaskan diatas penangas
air selama 2 menit, dinginkan dan saring. Pindahkan 3 tetes
filtrat pada kaca arloji, tambahkan 2 tetes pereaksi Mayer LP
terbentuk endapan menggumpal berwana putih atau kuning.
3. Uji saponin. Masukkan 0,5 g serbuk yang diperiksa kedalam
tabung reaksi, tambahkan 3 mL air panas, dinginkan dan
kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik terbentuk buih yang
mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm
sampai 10 cm. pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, buih
tidak hilang.
- Mikroskopik : Ada 4 fragmen yaitu, rambut penutup, sel epidermis
yang berbentuk segiempat, terdapat Kristal oksalat prismatic, sistolit.
7. Daun Teh
Nama lain : Theae Folium
Nama Tanaman Asal : Camellia sinensis ( L ) O.K. yang
disebut juga Thea sinensis
Keluarga : Theaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Coffein, tanin dan sedikit minyak
atsiri Penggunaan : Anti dotum, keracunan alkaloida &
logam-logam berat, Analeptika, stimulansia
Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa, lama
kelamaan kelat
Bagian Yang Digunakan : Daun
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Keterangan :
- Morfologi Tanaman : Camellia sinensis, suatu tanaman yang berasal
dari famili theaceae, merupakan pohon berdaun hijau yang memiliki
tinggi 10 - 15 meter di alam bebas dan tinggi 0,6 - 1,5 meter jika
dibudayakan sendiri. Daun dari tanaman ini berwarna hijau muda
dengan panjang 5 - 30 cm dan lebar sekitar 4 cm. Tanaman ini
memiliki bunga yang berwarna putih dengan diameter 2,5 - 4 cm dan
biasanya berdiri sendiri atau saling berpasangan dua-dua. Buahnya
berbentuk pipih, bulat, dan terdapat satu biji dalam masing-masing
buah dengan ukuran sebesar kacang.
- Kandungan Kimia :Komposisi kimia teh terdiri dari kafein, tanin,
protein, gula dan minyak atsiri yang terbentuk setelah fermentasi dan
menghasilkan aroma. Daun teh mengandung beberapa zat kimia yang
dapat digolongkan menjadi empat golongan. Keempat golongan
tersebut adalah substansi fenol (katekin, flavanol), bukan fenol
(karbohidrat, pektin, alkaloid, protein, asam amino, klorofil dan asam
organik), senyawa aromatis dan enzim.
- Cara Mendapatkan Simplisia :Pemetikan adalah pemungutan hasil
pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat pengolahan.
pemetikan berfungsi pula sebagi usaha membentuk kondisi tanaman
agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Panjang
pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan
pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman.
Pucuk teh di petik dengan periode antara 6-12 bulan. Teh hijau Jepang
dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu 55 hari sekali. Di
samping faktor luar dan dalam, kecepatan pertumbuhan tunas baru
dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang biasa
disebut daun pemeliharaan. Tebal lapisan daun pemeliharaan yang
optimal adalah 15-20 cm, lebih tebal atau lebih tipis dari ukuran
tersebut pertumbuhan akan terhambat. kecepatan pertumbuhan tunas
akan mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu: jenis pemetikan,
jenis petikan, daur petik, pengaturan areal petikan, pengaturan tenaga
petik, dan pelaksanaan pemetikan.
- Cara Uji Identifikasi :Uji kualitatif flavonoid dilakukan dengan cara
menambahkan pelarut NaOH 10% dan larutan AlCl3 yang akan
memberikan warna kuning hingga kehijauan yang menunjukan
indikassi positif flavonoid.
- Mikroskopik :Epidermis atas dan epidermis bawah dengan stomata
tipe anmositik, Kristal kalsium oksalat berbentuk roset, sel batu khas
(bercabang)Sel batu,berkas pembuluh penebalan tangga dengan
serabut, rambut penutup, hablur kalsium oksalat
Keluarga : Myrtaceae
Keterangan :
1. Cengkeh
Nama lain : Caryophylli Flos
Nama Tanaman asal : Eugenia caryophyllus
Keluarga : Myrtaceae
Zat berkhasiat utama : Minyak atsiri yang mengandung eugenol.
Zat serupa damar, tidak berasa, hablurnya berupa jarum yang disebut
kariofilin, zat penyamak dan Gom.
Kegunaan :Stimulansia, obat mulas, antiemetikum.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Waktu Panen : Tanaman yang sudah berumur 6 tahun
dapat mulai dipetik kuncup bunganya, kuncup-kuncup ini mulai berwarna
putih kemudian hijau dan akhirnya merah. Kuncup bunganya harus dipetik
sewaktu warna nya berubah dari hijau menjadi merah.Kemudian diasapi
lalu dijemur dan dilepas dari tangkainya.
Makroskopik : bunga berwarna coklat kehitaman, kelopak
bunga berjumlah 4 helai, tidak mekar, tetapi menutup, berbentuk bulat
telur, hipantium berbentuk seperti tabung, dan mengerucut pada ujungnya
2. Bunga Mawar
Keluarga : Rosaceae
Kandungan : Sitrat, sitromelal, Geraniol, linalol, nerol
Keluarga : Apiaceae
5. Buah Cabe
Nama lain : CapsiciFructus
Nama tanaman asal : Capsicum annum (L)
Keluarga : Solanaceae
Zat berkhasiat :Kapsisin, vitamin C, damar, zat warna
kapsantin & karoten
Penggunaan :Stomatikum, tingturnyasebagaiobatgosok
Pemerian :Baumerangsang, rasa pedas
Sediaan : Koyo cabe
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
- Mikroskopis: Warna serbuk Capsici fructus (buah cabe) adalah coklat
kemerahan baunya merangsang. Fragmen pengenalnya adalah fragmen
epidermis dengan sel berlekuk seperti usus, fragmen pembuluh kayu
bernoktah atau dengan penebalan tangga dan spiral, fragmen
hipodermis. Kulit buah. Epidermis luar terdiri dari selaput sel dengan
lumen berbentuk seperti kerucut. Sklerenkim endocarp. Parenkim
mesokarp terdiri dari sel berbentuk poligonal membulat, dinding tipis,
berisi tetes minyak berwarna kuning kemerahan (mengandung
kapsantin) diantara sel parenkim terdapat berkas pembuluh bikolateral.
Epidermis dalam terdiri dari selapis sel berdinding tipis dan berdinding
tebal, sel epidermis yang berdinding tipis berisi tetes-tetes minyak
yang berwarna kuning kemerahan sedangkan yang berdinding tebal
berisi terdapat dibawah sel besar.
- Makroskopis : buah berbentuk kerucut atau bulat panjang dengan
ujung meruncing, lurus atau bengkok, permukaan luar licin mengkilap,
buah berongga, bagian ujung beruang 1 sedang bagian pangkal
beruang 2 atau 3, warna merah, coklat kemerahan atau jingga, jarang
berwarna kuning. Dinding buah liat, tebal lebih kurang 1 mm. Biji
banyak relatif besar, berbentuk bundar atau segitiga pipih, warna
kuning muda sampai kuning jingga, terlepas atau melekat pada
plasenta.
6. Ketumbar
Nama lain : CoriandriFructus
Namatanamanasal : Coriandrumsativum (L)
Keluarga : Apiaceae
Zatberkhasiat : Minyakatsiri yang mengandungkoriandrol,
geraniol, terdapat pula minyak lemak
Penggunaan :Karminativa, laktagoga, anti emetika, bahan
pewangi
Pemerian : Buah yang diremas berbau aromatic, rasa
khas lama-lama agakpedas
Bagian yang digunakan :Buah yang masakdankering
Waktu panen : Tanaman dapat dipanen jika warna
bijinyaberubah dari hijaumenjadi coklat
kuning,pada umur 3 – 3,5 bulan dari
waktutanam.Panen dilakukan dengan cara
memotong tanaman atau
mencabutnya.Tanamandiikatkemudiandijem
urselamasemingguataulebih.Bijidilepaskand
aribuahnyadandijemurlagisampaikering.
Penyimpanan :Dalamwadahtertutupbaik
7. Buah Adas
Nama lain : FoeniculiFructus
Namatanamanasal : Foeniculumvulgare (Mill)
Keluarga : Apiaceae
Zat berkhasiat :Minyak atsiri yang mengandung anetol,
fenkon (rasa pahit), metil khavikol,
anisaldehida, minyak lemak
Penggunaan :Karminativa,
obatgosokanak,ekspektoransia, amara
Pemerian :Baukhas aromatic, rasa miripkamfer
Bagian yang digunakan :Buah yang masak
Sediaan :OleumFoeniculi (FI), minyaktelon
Waktupanen :Panenandilakukanpadawaktubuahhampirma
sak, dilakukan dengan memotong batang tanaman. Setelah itu dijemur
dipanas matahari selama 4-5 hari hingga kering, batang dipukul-pukul
hingga buah terlepas, ditampiuntukmemisahkanbuahnya.
Penyimpanan :Dalamwadahtertutupbaik
Mikroskopis : Fragmen pengenal adalah endokarp dengan
sel-selpalisade, endokarp, sel-sel endosperm, serabut, berkas pengangkut,
danepikarp.
8. Kemukus Lada Ekor
Keluarga : Piperaceae
Bagian yang digunakan : Buah yang telah tua tetapi belum masak
9. Lada Hitam
Keluarga : Piperaceae
Waktupanen :Buah-buahdipetikselagimasihhijau,
dijemurataudikeringkan diatas api sampai menjadi hitam
&berkeriput.Pengeringandiatasapi dengan agak berbau asap, justru ini
yang banyak disukai.
- Mikroskopis : Rasa serbuknya pedas. Fragmen pengenal adalah
kelompok butir pati yang berupa massa polihedral, fragmen epikarp,
fragmen hypodermis dengan parenkim dan kelompok sel batu
berwarna abu-abu (banyak), fragmen endocarp dengan sel piala, kerap
kali masih berlekatan dengan spermoderm, fragmen epikarp berikut
hipodermis : fragmen parenkim dengan sel sekresi.
- Makroskopis : Buah berbentuk hampir bulat, warna coklat kelabu
sampai hitam kecoklatan, permukaan berkeriput kasar, dalam, serupa
jala, pada ujung buah terdapat sisa dari kepala putik yang tidak
bertangkai, pada irisan membujur tampak epikarp yang tipis, sempit
dan berwarna gelap menyelubungi inti biji yang putih dari biji tunggal:
perikarp melekat erat pada biji. Hampir seluruh inti biji terdiri dari dari
perisperm berongga. Embrio sangat kecil terbenam dalam endosperm.
Keluarga : Myristicaceae
Keluarga : Papilionaceae
Keluarga : Sterculiaceae
RADIX/CORTEX/LIGNUM
1. Akar Pulepandak
Keluarga : Apocynaceae
2. Akar Kelembak
Keluarga : Polygonaceae
Penggunaan : Laksativa
Pemerian : Bau khas agak aromatik, rasa agak pahit tidak enak dan
agak sepat
Bagian digunakan : Pangkal batang beserta sebagian akar
Keluarga : Valerianaceae
Penggunaan :Sedativa
Pemerian :Bau khas, rasa pedas, agak pahit
Bagian yang digunakan : Akar cabang berikut pangkal batang dan batang
dibawah tanah
4. Akar Manis
Keluarga : Papilionaceae
Syarat kadar : kadar zat yang larut dalan air ini idak kurang dari 20
%dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan diudara
5. Kulit Kina
Keluarga : Rubiaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Alkaloida kinina, sinkonina, sinkodina, kina tanat,
kinidin, asam tanat, asam kina, damar, malam
Perbedaan:
Cara panen:
Keluarga : Lauraceae
Bagian yang digunakan : Kulit bagian dalam yang diperoleh dari anak
batang yang telah dipangkas.
Keluarga : Punicaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Tanin sampai lebih kurang 20 % alkaloida yang
terdiri dari peletrina, metil-peletrina, psudopeletrina, metil isopeletrina,
isopeletrina
8. Kulit Secang
Keluarga : Caesalpiniaceae
Zat berkhasiat utama / isi : Brazilin, zat warna merah sappan, asam tanat,
asam galat
Penggunaan : Astringensia.
Bagian yang digunakan : Irisan -irisan kecil atau serutan - serutan kayu.
9. Kayu Cendana
Keluarga : Santalaceae
Bagian yang digunakan : Kayu galih dari batang, dahan dan akar.
AMYLUM
1. AMYLUM MANIHOT
Nama Lain : Pati singkong
Keluarga : Euphorbiaceae
Mikroskopik : butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak, butir kecil
diameter 5µm sampai 10µm, butir besar bergaris tengah 20µm sampai
35µm, hilus di tengahberupa titik, garis lurus atau bercabang tiga, lamela
tidak jelas,konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri atas dua atau tiga butir
tunggal tidak sama bentuknya.
2. AMYLUM MAYDIS
Keluarga : Poaceae
Bagian Yang Digunakan : Pati yang diperoleh dari biji yang masak
3. AMYLUM ORYZAE
Keluarga : Poaceae
4. AMYLUM SOLANI
Nama Lain : Pati kentang
Keluarga : Solanaceae
5. AMYLUM TRITICI
Nama Lain : Pati gandum, pati terigu
Nama Tanaman Asal : Triticum vulgare (Vill.)
Keluarga : Poaceae
RHIZOMA
Fragmen pengenal : amilum besar seperti biji ketimun (dalam air) dan gumpalan
sekret coklat.
3. Temulawak / Curcuma Xanthorrhizae Rhizoma
Fragmen pengenal : preparat kuning, granul pati, dan sel parenkim berisi pati
(dalam air).
FOLIUM
1. Daun Saga
Pengamatan Mikroskop
Epidermis atas : terdiri dari sel yang terentang tangensial, dinding antiklinal
jelas bergelombang, kecuali sel epidermis di atas tulang daun yang berdinding
antiklinal lurus; beberapa sel epidermis menonjol berupa papil; kutikula tipis;
tidak terdapat stomata atau rambut penutup. Epidermis bawah : sel lebih kecil dari
epidermis atas, dinding antiklinal sangat bergelombang; kutikula tipis; rambut
penutup berbentuk kerucut ramping terdiri dari 3 sel dengan 2 sel pertama yang
sangat pendek dan sel ketiga atau sel ujung yang sangat panjang, dinding sel
rambut penutup berbintik; panjang rambut penutup 50 µm sampai 300 µm, lebar
lebih kurang 20 µm. Mesofil jaringan palisade terdiri dari 2 lapis sel palisade, sel
palisade berbentuk bulat telur terbalik dengan bagian atas membulat dan bagian
bawah mengecil; jaringan bunga karang terdiri dari 2 lapis sel, lapisan sel pertama
selnya tersusun mendatar, lapisan sel kedua selnya berbentuk bulat telur dengan
bagian lebar dibawah; mesofil seluruhnya mengandung banyak hijau daun kecuali
lapisan bunga karang yang mendatar; ruang antar sel banyak; tulang daun disertai
deretan parenkim yang berisi hablur kalsum oksalat berbentuk prisma, berkas
pengangkutan dengan penebalan spiral.
Pengamatan Mikroskop
Serbuk warna hijau kecoklatan. Fragmen pengenal :rambut berdinding tipis, mirip
benang berujung runcing dengan sel pangkal lebih besar, rambut kelenjar berisi
minyak warna kuning sampai kuning kecoklatan. Pembuluh kayu dengan
penebalan tangga dan spiral; serabut skelerenkim, fragmen skelrenkim, fragmen
mesofil atas, fragmen epidermis atas, fragmen epidermis bawah.
3. Daun Kumis Kucing
Pengamatan Mikroskop
Secara mikroskopik terdapat 4 fragmen spesifik pada spesies daun ini, antara
lain: (1) Memiliki kutikula yang tebal. (2) Tipe stomatanya diasitik. (3)
Terdapat rambut penutup berbentuk kerucut terdiri dari 1-2 sel. (4) Rambut
kelenjarnya tipe Lamiaceae yang mana terdiri dari satu sel tangkai dan 4-6 sel
kepala.
4. Daun Sirih
Pengamatan Mikroskop
Pengamatan Mikroskop
Pengamatan Mikroskop
a. Pada epidermis atas sel agak besar, bentuk segi empat atau bersudut lima
sampai enam, dinding samping lurus, kutikula berbintik.
b. Epidermis bawah ukuran sel lebih kecil dari pada epidermis atas, dinding
samping umumnya tidak lurus. Rambut penutup bentuk kerucut, terdiri
dari satu sampai tiga sel, ujung rambut runcing, pangkal lebar, dinding
tebal dan terdapat pada epidermis bawah
7. Daun Teh
Pengamatan Mikroskop
Epidermis atas dan epidermis bawah dengan stomata tipe anmositik, Kristal
kalsium oksalat berbentuk roset, sel batu khas (bercabang)Sel batu,berkas
pembuluh penebalan tangga dengan serabut, rambut penutup, hablur kalsium
oksalat.
8. Daun Kayu Putih
Pengamatan Mikroskop
1. Cengkeh
Pengamatan Mikroskop
a. Parenkim yang menunjukkan kristal oksalat.
b. Fragmen pengenal berupa parenkim dengan kelenjar minyak
(berbentuk janjung/hati)
2. Bunga Mawar
Pengamatan Mikroskop
3. Bunga Krisan
Pengamatan Mikroskop
Fragmen pengenal adalah polen yang banyak seperti buah rambutan dan
stigma berpapila
4. Adas Bintang
Pengamatan Mikroskop
5. Buah Cabe
Pengamatan Mikroskop
a. Preparat warna merah, coklat kemerahan atau jingga
b. Fragmen pengenal adalah epidermis dengan sel berlekuk seperti
usus, dan bernoktah
6. Ketumbar
Pengamatan Mikroskop
7. Buah Adas
Pengamatan Mikroskop
Fragmen pengenal adalah kolenkim bersudut dan parquet pada endokarp
Pengamatan Mikroskop
9. Lada Hitam
Pengamatan Mikroskop
a. Preparat hitam dengan bau dan rasa khas
b. Fragmen pengenal berupa sel batu berwarna abau-abu dalam
jumlah banyak dengan penebalan membentu huruf U
Pengamatan Mikroskop
Pengamatan Mikroskop
a. Preparat berwarna hitam dengan bau dan rasa khas
Pengamatan Mikroskop
Pengamatan Mikroskop
Fragmen pengenal berupa epidermis testa dan hipodermis testa
Pengamatan Mikroskop
Fragmen pengenal yaitu butir pati yang memiliki hilus berupa garis
di tengan dan fragmen parenkim.
Pengamatan Mikroskop
2. Akar Kelembak
Pengamatan Mikroskop
Fragmen pengenal yaitu kristal kalsium oksalat dan trakea yang memiliki
penebalan seperti angka 4 atau huruf Y
3. Akar Valerian
Pengamatan Mikroskop
4. Akar Manis
Pengamatan Mikroskop
Pengamatan Mikroskop
Pengamatan Mikroskop
Pengamatan Mikroskop
8. Kayu Secang
Pengamatan Mikroskop
Pengamatan Mikroskop
1. Amylum Solani
Pengamatan Mikroskop
Pengamatan Mikroskop
3. Amylum Maydis
Pengamatan Mikroskop
Fragmen Pengenal: butiran pati ada yang bergerombol dan ada yang tunggal
hilus terlihat.
4. Amylum Manihot
Pengamatan Mikroskop
Fragmen Pengenal: Berupa butiran tunggal dan jaringan berkelompok, agak
bulat dan persegi banyak berbentuk topi baja, hilus terletak di tengah bentuk
garis dan bercabang 3 dengan lamela tidak jelas.
5. Amylum Tritici
Pengamatan Mikroskop
KESIMPULAN
RHIZOMA
FOLIUM
Bagian-bagian flos (bunga) antara lain adalah kepala putik (stigma), tangkai putik
(stlus), kepala sari (anthena), mahkota (corolla), kelopak (calyx), ovarium, dasar
bunga (receptaculum), dan tangkai sari (filament), putik (pistil) terdiri atas kepala
putik , tangkai putik dan ovarium. Benang sari (stamen) terdiri atas kepala sari
dan tangkai sari. Pada kepala sari, terdapat plen sak, yang disebut theeca.
FRUCTUS
Bagian bagian fructus atau buah : Perikarp, yang terdiri atas epikarp, mesokarp,
dan endokarp
Biji, yang terdiri atas testa, calon tumbuhan baru (embrio), dan endosperma,
selubung biji (arilus)
SEMEN
Bagian-bagian semen (biji) terdiri atas spermoderma (kulit biji), funikulus (tali
pusat), dan nukleus seminis (inti biji)
RADIX
CORTEX
Cortex adalah jaringan luar dari batang, akar, atau buah. Susunan cortex bila
dilihat penampang melintangnya terdiri atas el-sel gabus, floem, dan sel parenkim.
Sel gabus berguna untuk mempertahankan diri terhadap keadaan luar, misalnya
karena sudah tua. Floem berfungsi untuk mengangkut makanan dari daun ke
suluruh bagian tanaman. Dalam sel parenkim, terdapat sel batu, amylum juga
terdapat pada sel jari-jari empulur.
LIGNUM
AMYLUM
Amylum diambil dari farinanya, yaitu bentuk pati kasar ditambah air, kemudian
disaring. Filtat yang didapat kemudian di endapkan. Endapan tersebut diambil
sebagai amylum setelah dikeringkan.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan RI, 1978, Materia medika indonesia, jilid II, jakarta :
Departemen kesehatan RI.
Departemen kesehatan RI, 1979, Materia medika indonesia, jilid III, jakarta :
Departemen kesehatan RI.
Departemen kesehatan RI, 1980, Materia medika indonesia, jilid IV, jakarta :
Departemen kesehatan RI.
Departemen kesehatan RI, 1995, Analisis Obat Tradisional, jilid VI, jakarta :
Departemen kesehatan RI.