Anda di halaman 1dari 3

I.

JUDUL PRAKTIKUM : PEMERIKSAAN BAHAN NABATI SECARA


MIKROSKOPI
II. TINJAUAN PUSTAKA
Simplisia merupakan bahan alami yang di gunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia terbagi menjadi 2,yaitu: simplisia nabati dan simplisia
hewani. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh bagian dari
tanaman atau isi sel dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum
berupa zat kimia murni. Simplisia hewani adalah simplisian yang berupa hewan utuh,
bagian dari hewan atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni. Selain itu juga terdapat simplisia pelikan (mineral) yaitu
simplisia yang berupa bahan-bahan mineral yang belum diolah atau telah diolah
dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni (Depkes RI, 1978).
Simplisia nabati harus bebas dari serangga, fragmen, atau kotoran hewan, tidak
boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir dan cendawan
atau menunjukkan tanda-tanda pengotoran lain, tidak boleh mengandung bahan lain
yang beracun dan berbahaya. Simplisia hewan harus bebas dari fragmen hewan asing
atau kotoran hewan, tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh
mengandung bahan lain yang beracun dan berbahaya. Simplisia pelikan harus bebas
dari pengotoran oleh tanah, batu, hewan, fragmen hewan, dan bahan asing lainnya.
(Depkes RI, 1995).
Serbuk simplisia adalah simplisia yang telah digerus terlebih dahulu sampai
derajat kehalusan tertentu (Depkes RI, 1995). Untuk mengetahui kebenaran dan mutu
simplisia, maka dilakukan analisis yang meliputi analisis kualitatif dan kuantitatif.
Pengujian mikroskopik termasuk dalam analisis kuantitatif (Depkes RI, 2007).
Analisis suatu obat tradisional/jamu harus menyertakan uji subjektif, meskipun uji
ini memerlukan praktek dan pengalaman yang luas. Hal ini perlu dilakukan untuk
membandingkan kesan subjektif dengan sifat khas yang disimpan dan diklasifikasikan
sebelumnya. Penentuan identifikasi sebagai sifat yang demikian merupakan suatu
langkah yang penting pada pada identifikasi. Untuk menjamin kebenaran dari
simplisia penyusun sediaan jamu dilakukan pemeriksaan awal secara makroskopik
dengan mengamati bentuk organoleptik simplisia penyusun. Pemeriksaan
organoleptik dengan mengamati bentuk, warna, mendeskripsikan bau dan rasa.
(Dirjen POM, 2000).
Ciri khas dari masing-masing organ batang, akar dan rimpang umumnya memiliki
jaringan penyusun primer yang hampir sama yaitu epidermis, korteks, endodermis
jari-jari emplur dan bentuk berkas pengangkut. Tipe berkas pengangkut umumnya
mengacu pada kelas tanaman seperti monokotil tipe berkas pengangkutan terpusat dan
dikotil tersebar. Sedangkan jaringan sekunder pada organ batang, akar dan rimpang
berupa periderm dan ritidom. Rambut penutup dan stomata merupakan ciri spesifik
dari bagian daun serta tipe sel idoblas, seringkali menunjukkan ciri spesifik bahan
nabati (Egon, 1985).
Pemeriksaan mutu simplisia dapat dilakukan dengan cara makroskopik dan
mikroskopik. Analisis mikroskopik dapat dilakukan dengan cepat dan sederhana
setelah sedikit berlatih, untuk itu diperlukan pengetahuan tentang peralatn tersebut
maupun prosedur uang harus dilakukan. Untuk mencegah keletihan, maka diperlukan
pengamatan “santai” hal ini memerlukan antara lain penjagaan jarak antara mata dan
okuler. Untuk menentukan jarak ini, mata mendekati okuler dari suatu jarak
maksimum sekitar 1 cm. Jarak optimum dipakai saat medan tampak sebesar-besarnya
dan setajam-tajamnya. Metode mikroskopi yang digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya masuknya simpleks, namun terbatas pada segi kualitatif saja. Untuk maksud
ini penganalisa harus memahami bentuk ciri khas dari setiap simplisia secara
mikroskopi (Depkes RI, 1979).
Nama latin simplisia ditetapkan dengan menyebutkan nama marga (genus), atau
nama jenis (spesies), atau petunjuk jenis (spesifik ephitet) tanaman asal, diikuti
dengan bagian tanaman yang dipergunakan. Ketentuan ini tidak berlaku untuk
simplisia nabati yang diperoleh dari beberapa macam tanaman yang berbeda-beda
marganya maupun untuk eksudat tanaman. Nama latin simplisian hewan ditetapkan
dengan menyebutkan nama latin yang paling umum bagi simplisia tersebut. Nama
latin simplisia pelikan ditetapkan dangan menyebutkan nama latin yang paling umum
bagi simplisia tersebut. Nama latin dengan beberapa perkecualian ditulis dalam
bentuk tunggal dan diperlakukan sebagai kata benda netral deklinasi kedua. Nama
Indonesia simplisia nabati, hewan, atau simplisia pelikan ditulis dengan menyebutkan
nama daerah yang paling lazim. Jika simplisia nabati berupa bagian tanaman yang
dipergunakan (Depkes RI, 1995).
Pengamatan mikroskopik dilakukan dengan mengambil sejumlah serbuk
kemudian diletakkan diatas kaca objek, ditambahkan beberapa tetes larutan
kloralhidrat, difiksasi diatas nyala lampu spiritus, kemudian dibiaskan dingin dan
ditutup dengan kaca penutup. Preparat diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran
kuat 400 kali (Dwiatmaka dan Jumpowati, 1999).
III. TUJUAN PRAKTIKUM

- Mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi simplisia dengan menggunakan


mikroskop serta dapat menyebutkan ciri khas simplisia yang di periksa.

IV. ALAT DAN BAHAN

V. PROSEDUR KERJA

VI. PENGAMATAN

VII. PEMBAHASAN

VIII. KESIMPULAN
IX. DAFTAR PUSTAKA

1. Dirjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Tumbuhan Obat. Depkes RI. Jakarta.
2. Egon, Stahl. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung :
Penerbit ITB.
3. Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia Edisi IV. Jakarta. Depkes RI.
4. Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta. Depkes RI.
5. Depkes RI. 1978. Materia Medika Indonesia Edisi II. Jakarta. Depkes RI.
6. Depkes RI. 2007. Kebijakan Obat Tradisional Nasional. Depkes RI. Jakarta.
7. Dwiatmaka, Y., dan M.D.B. jumpowati. 1999. Identifikasi Mikroskopik Batang Mayosi
(Massola aromatic Becc). The Journal on Indonesian Medical Plants, Vol.5.

Anda mungkin juga menyukai