FARMASI FISIKA
KELARUTAN
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Adela Wilhelmina (211030700377)
Hasna Auliya (211030700355)
Kelas 01FKKP004
LABORATORIUM FARMASETIKA
JURUSAN FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS
STIKES WIDYA DHARMAS HUSADA
TANGERANG
2021
I. LATAR BELAKANG
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia (obat) yang
terlarut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang saling bercampur. Oleh
karena molekul-molekul dalam larutan tersebut terdispersi secara merata maka penggunaan
larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan
memiliki ketelitian yang baik jika larutan tersebut diencerkan atau dicampur.
Bagi ahli teknologi farmasi dan praktisi industri farmasi, proses pembuatan sediaan
larutan memiliki tantangan tersendiri, bila dibandingkan proses pembuatan bentuk sediaan
padat. Hal ini disebabkan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam proses formulasi
dan pembuatan bentuk sediaan cair yaitu
Kelarutan,
Stabilitas,
Pengawetan,
Kontrol kekentalan,
Penampilan sediaan secara keseluruhan.
Salah satu sifat fisika yang dapat kita amati setiap saat adalah peristiwa larutnya suatu
zat padat dalam pelarut air. Konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur
tertentu disebut sebagai kelarutan. Agar suatu obat diabsorpsi, maka obat tersebut mula-mula
harus larut dalam media cairan tempat absorpsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan
secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorpsi sampai partikel-partikel
obat larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung usus. Larutan merupakan
suatu campuran homogen antara 2 zat dari molekul, atom ataupun ion dimana zat yang
dimaksud disini adalah zat padat, minyak larut dalam air. Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat
dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan
tertentu. Kelarutan suatu senyawa dalam zat pelarut tergantung sifat fisik dan kimia dari zat
terlarut tersebut. Dalam bidang farmasi, kelarutan dapat didefinisikan sebagai berikut kelarutan
suatu obat adalah 1 gram zat terlarut yang akan dilarutkan dalam sejumlah ml pelarut. Larutan
adalah campuran homogen antara dua zat dari molekul, atom ataupun ion dimana zat yang
dimaksud di sini ialah zat padat, minyak larut dalam air. Dalam bidang farmasi kita dapat
mengetahui dan dapat memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi
obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan
larutan. Kelarutan sangat penting untuk diketahui karena hal ini diperlukan untuk memilih
pelarut yang paling baik dalam melarutkan suatu jenis obat atau kombinasi obat. Selain itu,
kelarutan juga dapat dijadikan sebagai standar atau uji kemurnian suatu pelarut serta informasi
tentang struktur obat.
di dalam suatu jenis pelarut sehingga dapat ditentukan pelarut yang paling sesuai untuk
jenis bahan obat tertentu. Senyawa obat untuk dapat memberikan efek farmakologisnya, obat
harus larut dalam air. Kelarutan dari suatu senyawa kimia (obat) ini menentukan juga lama kerja
obat akan memberikan efek farmakologisnya. Setelah obat masuk dalam tubuh baik melalui
oral, secara bukal atau sublingual maka faktor yang paling menentukan adalah faktor
kelarutannya dalam pelarut yang dalam hal ini adalah air. Pengetahuan mengenai larutan
sangat penting sebab sebagian besar reaksi kimia dan biologis terjadi dalam bentuk cairan,
terutama dalam bentuk larutan dengan suatu pelarut (air). Untuk seorang ahli farmasi teori dan
penerapan dari gejala kelarutan penting, sebab dapat membantu memilih medium pelarut yang
baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada
pembuatan larutan farmasetis, dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standart atau zat uji
kemurnian. Pengetahuan yang mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan
dengan itu juga memberi informasi mengenai struktur obat dan gaya antar molekul obat. Dalam
bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena dapat mengetahui dapat membantu dalam
memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu
mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis
(dibidang farmasi) dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan.
1. Larutan jenuh
Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kestimbangan (tepat
larut dalam batas kelarutannya) dengan fase pelarutnya.
2. Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh
Suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang
dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperature tertentu.
3. Larutan lewat jenuh
Suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi yang banyak pada suhu
tertentu, sehingga terdapat zat terlarut yang tidak dapat larut lagi.
Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui dalam pembuatan
sediaan farmasi. Sediaan farmasi cair seperti sirup, eliksir, obat tetes, injeksi, dan lain-lain
dibuat dengan menggunakan pelarut air. Tidak hanya untuk sediaan cair, tetapi juga untuk
sediaan padat yang diberikan secara oral karena untuk diabsorbsi, zat aktif harus larut dalam
cairan saluran cerna. Dengan demikian, data kelarutan zat aktif tersebut diperlukan untuk
mendesain suatu obat yang dapat diabsorbsi secara optimal oleh tubuh sehingga menghasilkan
efek yang diinginkan. Proses pelepasan zat aktif dari sediaannya dan proses pelarutannya
sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika tersebut serta formulasi sediaannya. Salah
satu sifat zat aktif yang penting untuk diperhatikan adalah kelarutan, karena pada umumnya zat
baru diabsorpsi setelah terlarut dalam cairan saluran cerna. Oleh karena itu, salah satu usaha
untuk mengingkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan
zat aktifnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah:
1. pH
2. Suhu
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel zat
5. Konstanta dielektrik bahan pelarut
6. Adanya zat-zat lain seperti surfaktan, pembentuk kompleks, ion sejenis.
Faktor-faktor ini akan dibahas secara detail dibawah ini:
1. Pengaruh pH
Zat aktif yang sering digunakan dalam dunia pemngobatan umumnya adalah
senyawa organic yang bersifat asam atau basa lemah. Kelarutan semacam ini sangat
dipengaruhi oleh pH pelarutnya. Kelarutan asam-asam organik lemah seperti barbiturate
dan sulfonamide dalam air akan bertambah dengan meningkatnya pH, karena terbentuk
garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organic lemah seperti alkaloid
dan anestetik local pada umumnya sukar larut dalam air. Apabila pH larutan diturunkan
dengan penambahan asam kuat, maka akan terbentuk garam yang mudah larut dalam air.
Hubungan antara pH dengan kelarutan asam dan basa lemah digambarkan melalui
persamaan:
Untuk asam lemah:
(𝑆 − 𝑆𝑜
𝑝𝐻𝑝 = 𝑝𝐾𝑎 + log ( )
𝑆0
Untuk basa lemah:
𝑆0
𝑝𝐻𝑝 = 𝑝𝐾𝑤 − 𝑝𝐾𝑏 + log ( )
𝑆 − 𝑆0
𝑝𝐻𝑝 = harga pH terendah/tertinggi dan pada pH tersebut zat yang terbentuk
asam/basa lemah masih dapat larut. Di bawah/di atas pH tersebut akan mengendap sebagi
zat yang tidak terdisosiasi.
𝑆 = konsentrasi molar zat dalam g yang ditambahkan
𝑆𝑜 = kelarutan molar fraksi asam/basa yang tidak terdisosiasi
2. Pengaruh suhu
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada suhu, titik leleh zat padat
dan panas peleburan molar zat tersebut. Pengaruh suhu terhadap kelarutan zat dalam
larutan ideal diberikan oleh persamaan Van’t Hoff berikut:
𝑖
= 𝐻𝑓 (𝑇𝑜 − 𝑇)
log 𝑋2
2,303 𝑅 (𝑇. 𝑇𝑜)
Etanol A% 25,7
Gliserol B% 43,0
Air D% 80,4
100
C. KEGIATAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa ditugaskan untuk membedakan larutan jenuh, tak jenuh, dan lewat jenuh
2. Mahasiswa ditugaskna untuk menetapkan kelarutan Asam Benzoat
3. Mahasiswa ditugaskan untuk mengidentifikasi pengaruh suhu terhadap kelarutan Asam
Benzoat
4. Mahasiswa ditugaskan untuk mengidentifikasi pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan
suatu zat
5. Mahasiswa ditugaskan untuk mengidentifikasi pengaruh penambahan surfaktan terhadap
kelarutan suatu zat
V. PROSEDUR PENELITIAN
D. ALAT DAN BAHAN
• Gelas kimia • Pipet tetes • Indicator
• Batang pengaduk • Penangas air fenolftaline
c. Tambahkan lagi teofilin sedikit-sedikit pada larutan di atas sampai tidak ada lagi teofilin
yang larut, sehingga diperoleh larutan …
d. Panaskan larutan di atas sampai teofilin yang tidak larut larutan semua. Dinginkan.
Bagaimana hasilnya? Larutan yang dihasilkan disebut sebagai larutan …
d. Timbang sisa asam benzoate kering yang tertinggal di atas kertas saring
e. Hitung kelarutan asam benzoate
PRAKTIKUM II
3. Pengaruh Suhu pada Kelarutan Asam Benzoat
a. Timbang 0,5 gram asam benzoate
b. Masukkan asam benzoate yang telah ditimbang, ke dalam gelas kimia 100 ml, kemudian
tambahkan 50 ml air suling suhu kamar. Aduk campuran tersebut selama 2 menit pada
suhu kamar.
c. Saring campuran tersebut menggunakan kertas saring. Letakkan kertas saring tersebut
ke dalam cawan penguap, kemudian keringkan di dalam oven pada suhu
100oC selama 30 menit
12
d. Timbang sisa asam benzoate kering yang tertinggal di atas kertas saring
e. Hitung kelarutan asam benzoate
f. Ulangi prosedur tersebut dengan melarutkan asam benzoate pada suhu 45 oC dan
60oC
PRAKTIKUM III
4. Pengaruh Pelarut Campur terhadap Kelarutan Suatu Zat
a. Buatlah 100 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada table di bawah ini
Air (% v/v) Etanol 96% (% v/v) Propilen glikol (% v/v)
70 0 30
70 10 20
70 20 10
70 30 0
100 0 0
13
e. Buat kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi Tween 80 yang
digunakan. Bandingkan kelarutan asam salisilat dalam berbagai larutan Tween
f. Tentukan konsentrasi misel kritik (KMK) Tween 80
A. HASIL PERCOBAAN
1. Pembuatan larutan tak jenuh, jenuh, dan lewat jenuh
No Bobot (g) Teofilin Pengamatan Jenis larutan Penjelasan
1. 100 g ? ? ?
2. ? ? Jenuh ?
3. 500 g ? ? ?
Tentukan kelarutan Teofilin tersebut pada saat jenuh, berapa gram teorfilin yang dapat
larut sempurna dalam 100 ml aquadest?
Mengapa terdapat perbedaan jenis larutan pada praktikum ini?
14
a. Hitunglah masing-masing kelarutan dari sampel di suhu yang berbeda
b. Buatlah grafik dari masing-masing suhu
c. Jelaskan perbedaan kelarutan tersebut
15
a. Hitunglah masing-masing kelarutan dari sampel yang berbeda % surfaktannya
b. Buatlah grafik dari masing-masing sampel
c. Jelaskan perbedaan kelarutan tersebut
VI. PEMBAHASAN
Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut. Kelarutan
adalah kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu. Larutan pada umumnya
dibagi menjadi tiga yaitu larutan jenuh adalahlarutan yang zat terlarutnya dapat
melarut dalam zat pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal. Larutan lewat jenuh
terjadi pada saat zat terlarut sudah melewati batas maksimal zat pelarut untuk
melarutkannya yang biasanya ditandai dengan terbentuknya endapan. Larutan tak
jenuh terjadi saat zat terlarut belum mencapai batas maksimal zat pelarut untuk
melarutkannya.
Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zatuntuk membentuk
dispersi molekuler homogen. menurut U.S. Pharmacopeia dan National Formulary
definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut di mana akan larut 1 gram zat
terlarut.
Proses kelarutan diatur oleh tiga faktor. Faktor pertama adalah gaya kohesi zat
terlarut. Faktor kedua adalah gaya kohesi pelarut dan yang ketiga adalah hasil
interaksi antara zat terlarut yang terdisolusi dan molekul pelarut setelah pemutusan.
Faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1. pH
Zat organik yang bersifat asam lemah/basah lemah adalah zat aktif yang sering
digunakan dalam dunia pengobatan. Kelarutannya dipengaruhi pH, yakni untuk
dapat larut. Zat organik yang bersifat asam lemah diberikan atau dicampurkan
dulu dengan larutan basa agar berbentuk garam organik yang mudah larut dalam
air, demikian sebaliknya.
2. Temperatur
Ada 3 pernyataan tentang kelarutan yang dipengaruhi oleh temperature yaitu :
16
a. Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat, namun bila didinginkan dia
akan mengendap.
b. Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat.
c. Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan kecil.
3. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, maka kelarutan zat tersebut akan meningkat, begitu
pula sebaliknya.
VII. KESIMPULAN
• Semakin lama pengocokan maka kelarutan suatu zat semakin besar.
• Semakin tinggi konstanta dialektrik suatu zat maka semakin tinggi pula
kelarutan suatu zat.
• Semakin besar konsentrasi surfaktan yang ditambahkan maka semakintinggi
pula kelarutan suatu zat.
• Semakin tinggi pH, suatu zat maka semakin cepat pula kelarutan suatu zat.
17
4. Attwood, D. 2008. Physical Pharmacy. London: Pharmaceutical Press.
5. Ansel , Howard c. 1989. ”Pengantar Sediaan Farmasi”. Edisi keempat .
18