Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA

KELARUTAN

Disusun Oleh :

Kelompok 2
Adela Wilhelmina (211030700377)
Hasna Auliya (211030700355)

Naadiyah Salsabiila (211030700371)

Nita Atsila Rajani (211030700353)

Nurzannah Andiny (211030700352)

Putri Ciara Ananda (211030700361)

Shaula Afifa (211030700378)

Kelas 01FKKP004

LABORATORIUM FARMASETIKA
JURUSAN FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS
STIKES WIDYA DHARMAS HUSADA
TANGERANG
2021
I. LATAR BELAKANG
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia (obat) yang
terlarut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang saling bercampur. Oleh
karena molekul-molekul dalam larutan tersebut terdispersi secara merata maka penggunaan
larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan
memiliki ketelitian yang baik jika larutan tersebut diencerkan atau dicampur.
Bagi ahli teknologi farmasi dan praktisi industri farmasi, proses pembuatan sediaan
larutan memiliki tantangan tersendiri, bila dibandingkan proses pembuatan bentuk sediaan
padat. Hal ini disebabkan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam proses formulasi
dan pembuatan bentuk sediaan cair yaitu
 Kelarutan,
 Stabilitas,
 Pengawetan,
 Kontrol kekentalan,
 Penampilan sediaan secara keseluruhan.
Salah satu sifat fisika yang dapat kita amati setiap saat adalah peristiwa larutnya suatu
zat padat dalam pelarut air. Konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur
tertentu disebut sebagai kelarutan. Agar suatu obat diabsorpsi, maka obat tersebut mula-mula
harus larut dalam media cairan tempat absorpsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan
secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorpsi sampai partikel-partikel
obat larut dalam cairan pada suatu tempat dalam saluran lambung usus. Larutan merupakan
suatu campuran homogen antara 2 zat dari molekul, atom ataupun ion dimana zat yang
dimaksud disini adalah zat padat, minyak larut dalam air. Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat
dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan
tertentu. Kelarutan suatu senyawa dalam zat pelarut tergantung sifat fisik dan kimia dari zat
terlarut tersebut. Dalam bidang farmasi, kelarutan dapat didefinisikan sebagai berikut kelarutan
suatu obat adalah 1 gram zat terlarut yang akan dilarutkan dalam sejumlah ml pelarut. Larutan
adalah campuran homogen antara dua zat dari molekul, atom ataupun ion dimana zat yang
dimaksud di sini ialah zat padat, minyak larut dalam air. Dalam bidang farmasi kita dapat
mengetahui dan dapat memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi
obat, membantu mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan
larutan. Kelarutan sangat penting untuk diketahui karena hal ini diperlukan untuk memilih
pelarut yang paling baik dalam melarutkan suatu jenis obat atau kombinasi obat. Selain itu,
kelarutan juga dapat dijadikan sebagai standar atau uji kemurnian suatu pelarut serta informasi
tentang struktur obat.

di dalam suatu jenis pelarut sehingga dapat ditentukan pelarut yang paling sesuai untuk
jenis bahan obat tertentu. Senyawa obat untuk dapat memberikan efek farmakologisnya, obat
harus larut dalam air. Kelarutan dari suatu senyawa kimia (obat) ini menentukan juga lama kerja
obat akan memberikan efek farmakologisnya. Setelah obat masuk dalam tubuh baik melalui
oral, secara bukal atau sublingual maka faktor yang paling menentukan adalah faktor
kelarutannya dalam pelarut yang dalam hal ini adalah air. Pengetahuan mengenai larutan
sangat penting sebab sebagian besar reaksi kimia dan biologis terjadi dalam bentuk cairan,
terutama dalam bentuk larutan dengan suatu pelarut (air). Untuk seorang ahli farmasi teori dan
penerapan dari gejala kelarutan penting, sebab dapat membantu memilih medium pelarut yang
baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada
pembuatan larutan farmasetis, dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standart atau zat uji
kemurnian. Pengetahuan yang mendetail mengenai kelarutan dan sifat-sifat yang berhubungan
dengan itu juga memberi informasi mengenai struktur obat dan gaya antar molekul obat. Dalam
bidang farmasi kelarutan sangat penting, karena dapat mengetahui dapat membantu dalam
memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat atau kombinasi obat, membantu
mengatasi kesulitan-kesulitan tertentu yang timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis
(dibidang farmasi) dan lebih jauh lagi dapat bertindak sebagai standar atau uji kelarutan.

II. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana cara membedakan larutan jenuh, tak jenuh, dan lewat jenuh?
2. Bagaimana cara memahami suatu zat secara kuantitatif?
3. Bagaimana cara memahami faktor faktor yg mempengaruhi kelarutan?
4. Bagaimana cara meningkatkan kelarutan zat aktif dalam air untuk pembuatan sediaan zat
cair?
III. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:

1. Membedakan larutan jenuh, tak jenuh, lewat jenuh


2. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat
4. Menjelaskan usaha-usaha yang dapat digunakan untuk meningkatkan kelarutan zat aktif
dalam air untuk pembuatan sediaan zat cair

IV. TEORI UMUM


Secara kuantitatif, kelarutan zat dinyatakan sebagai konsentrasi zat terlarut dalam
larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan tertentu. Kelarutan juga didefinisikan sebagai interaksi
spontan antara dua atau lebih zat membentuk disperse molekuler yang homogen. Kelarutan
merupakan sifat intrinsik suatu zat yang hanya bisa diubah dengan adanya modifikasi kimia
molekul tersebut. Kelarutan dinyatakan dalam satuan milliliter pelarut yang dapat melarutkan
suatu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 550 ml air. Kelarutan dapat juga
dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan persen.
Menurut kesetimbangan, larutan dibagi menjadi tiga yakni:

1. Larutan jenuh
Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kestimbangan (tepat
larut dalam batas kelarutannya) dengan fase pelarutnya.
2. Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh
Suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang
dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperature tertentu.
3. Larutan lewat jenuh
Suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi yang banyak pada suhu
tertentu, sehingga terdapat zat terlarut yang tidak dapat larut lagi.
Data kelarutan suatu zat dalam air sangat penting untuk diketahui dalam pembuatan
sediaan farmasi. Sediaan farmasi cair seperti sirup, eliksir, obat tetes, injeksi, dan lain-lain
dibuat dengan menggunakan pelarut air. Tidak hanya untuk sediaan cair, tetapi juga untuk
sediaan padat yang diberikan secara oral karena untuk diabsorbsi, zat aktif harus larut dalam
cairan saluran cerna. Dengan demikian, data kelarutan zat aktif tersebut diperlukan untuk
mendesain suatu obat yang dapat diabsorbsi secara optimal oleh tubuh sehingga menghasilkan
efek yang diinginkan. Proses pelepasan zat aktif dari sediaannya dan proses pelarutannya
sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimia dan fisika tersebut serta formulasi sediaannya. Salah
satu sifat zat aktif yang penting untuk diperhatikan adalah kelarutan, karena pada umumnya zat
baru diabsorpsi setelah terlarut dalam cairan saluran cerna. Oleh karena itu, salah satu usaha
untuk mengingkatkan ketersediaan hayati suatu sediaan adalah dengan menaikkan kelarutan
zat aktifnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah:
1. pH
2. Suhu
3. Jenis pelarut
4. Bentuk dan ukuran partikel zat
5. Konstanta dielektrik bahan pelarut
6. Adanya zat-zat lain seperti surfaktan, pembentuk kompleks, ion sejenis.
Faktor-faktor ini akan dibahas secara detail dibawah ini:

1. Pengaruh pH
Zat aktif yang sering digunakan dalam dunia pemngobatan umumnya adalah
senyawa organic yang bersifat asam atau basa lemah. Kelarutan semacam ini sangat
dipengaruhi oleh pH pelarutnya. Kelarutan asam-asam organik lemah seperti barbiturate
dan sulfonamide dalam air akan bertambah dengan meningkatnya pH, karena terbentuk
garam yang mudah larut dalam air. Sedangkan basa-basa organic lemah seperti alkaloid
dan anestetik local pada umumnya sukar larut dalam air. Apabila pH larutan diturunkan
dengan penambahan asam kuat, maka akan terbentuk garam yang mudah larut dalam air.
Hubungan antara pH dengan kelarutan asam dan basa lemah digambarkan melalui
persamaan:
Untuk asam lemah:

(𝑆 − 𝑆𝑜
𝑝𝐻𝑝 = 𝑝𝐾𝑎 + log ( )
𝑆0
Untuk basa lemah:

𝑆0
𝑝𝐻𝑝 = 𝑝𝐾𝑤 − 𝑝𝐾𝑏 + log ( )
𝑆 − 𝑆0
𝑝𝐻𝑝 = harga pH terendah/tertinggi dan pada pH tersebut zat yang terbentuk
asam/basa lemah masih dapat larut. Di bawah/di atas pH tersebut akan mengendap sebagi
zat yang tidak terdisosiasi.
𝑆 = konsentrasi molar zat dalam g yang ditambahkan
𝑆𝑜 = kelarutan molar fraksi asam/basa yang tidak terdisosiasi

2. Pengaruh suhu
Kelarutan zat padat dalam larutan ideal tergantung pada suhu, titik leleh zat padat
dan panas peleburan molar zat tersebut. Pengaruh suhu terhadap kelarutan zat dalam
larutan ideal diberikan oleh persamaan Van’t Hoff berikut:
𝑖
= 𝐻𝑓 (𝑇𝑜 − 𝑇)
log 𝑋2
2,303 𝑅 (𝑇. 𝑇𝑜)

𝑋2𝑖 = kelarutan ideal zat dalam fraksi mol

𝑇 = suhu mutlak larutan

𝑇𝑜 = titik leleh zat dalam suhu mutlak

𝐻𝑓 = panas pelarutan molar

Tanda i menyatakan larutan ideal, sedangkan tanda 2 menyatakan zat terlarut.


Pada suhu di atas titik leleh, zat akan berada dalam keadaan cair sehingga dapat bercampur
dengan pelarut dalam setiap perbandingan. Oleh karena itu persamaan tersebut tidak
berlaku bila T lebih besar dari To.
3. Pengaruh Jenis Pelarut
Kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi oleh polaritas pelarut. Pelarut polar akan
melarutkan zat-zat polar dan ionic, begitu pula sebaliknya. Kelarutan zat juga tergantung
pada struktur zat seperti perbandingan gugus polar dan non polar dari satu molekul. Makin
panjang rantai gugus non polar suatu zat, semakin sukar zat tersebut larut dalam air.
Menurut Hildebrane, kemampuan zat terlarut untuk membentuk ikatan hydrogen lebih
penting dari pada kepolaran suatu zat.
Pelarut polar bertindak sebagai pelarut dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Mengurangi gaya tarik antara ion yang berlawanan dalam kristal


b. Memecah ikatan kovalen elektrolit kuat, karena pelarut ini bersifat amfiprotik
c. Membentuk ikatan hidrogen dengan zat terlarut.
Pelarut non polar tidak dapat mengurangi gaya tarik menarik antara ion-ion karena
konstanta dielektriknya rendah. Iapun tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan tidak
dapat membentuk jembatan hidrogen. Pelarut ini semacam ini melarutkan zat-zat non
polar dengan tekanan internal yang sama melalui induksi antaraksi dipol.
Pelarut semi polar dapat menginduksi tingkat kepolaran molekul-molekul pelarut
non polar. Ia bertindak sebagai perantara (intermediate solvent) untuk mencampurkan
pelarut polar dengan non polar.
4. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Kelarutan suatu zat akan meningkatkan dengan berkurangnya ukuran partikel zat
tersebut, sesuai dengan persamaan berikut:
𝑆 2𝛾𝑣
=
log 𝑆𝑜 2.303 𝑅 𝑇 𝑟
S : kelarutan partikel halus

So : kelarutan partikel zat padat yang lebih besar

𝛾 : tegangan permukaan partikel zat

𝑣 : volume partikel (cm3 mol-1)


𝑟 : jari-jari akhir partikel (cm)

𝑅 : konstanta gas (8,34 x 107 erg.der-1.mol-1)

𝑇 : suhu mutlak (oK)

Konfigurasi molekul dan bentuk susunan kristal juga berpengaruh terhadap


kelarutan zat. Partikel berbentuk tidak simetris lebih mudah larut bila dibandingkan dengan
partikel berbentuk simetris.
5. Pengaruh Konstanta Dielektrik
Telah diketahui bahwa kelarutan suatu zat sangat dipengaruhi polaritas bahan
pelarut. Pelarut polar mempunyai konstanta dielektrik yang tinggi sehingga dapat
melarutkan zat-zat yang bersifat polar. Sedangkan zat-zat non polar sukar larut di
dalamnya. Dengan demikian pula sebaliknya zat-zat yang polar sukar larut didalam bahan
pelarut non polar.
Konstanta dielektrik adalah suatu besaran tanpa dimensi dan merupakan rasio
antara kapasitas elektrik medium (Cx) terhadap vakum (Cv) atau 𝜀 = Cx.Cv-1. Besarnya
konstanta dielektrik menurut Moore dapat diatur dengan menambahkan bahan pelarut
lain. Tetapan dielektrik suatu campuran bahan pelarut merupakan hasil penjumlahan
tetapan dielektrik masing-masing sesudah dikalikan dengan % volume setiap komponen
pelarut.
Adakalanya suatu zat lebih mudah larut dalam pelarut campuran dibandingkan
dengan pelarut tunggalnya. Fenomena ini dikenal dengan istilah cosolvency sedangkan
bahan pelarut di dalam pelarut campur yang mampu meningkatkan kelarutan zat disebut
co-solvent. Rtanol, gliserin dan propilen glikol adalah contoh-contoh co-solvent yang umum
digunakan dalam bidang farmasi khususnya dalam pembuatan sediaan eliksir. Data
konstanta dielektrik beberapa bahan pelarut:
Tabel 2.1. Data konstanta dielektrik pelarut
Nama Bahan 𝜺 Nama Bahan 𝜺

N-metilformamid 190 Kloroform 4,8

Air 80,4 Asam hidroklorida 4,6

Gliserin 43,0 Etil eter 4,34

Metil alkohol 33,7 Minyak zaitun 3,1

Etil alkohol 25,7 Minyak biji kapas 3,0

N-propil alkohol 21,8 Asam oleat 2,45

Aseton 21,4 Toluen 2,39

Benzaldehid 17,8 Benzene 2,28

Amil alcohol 15,8 Dioksan 2,26

Benzil alcohol 13,1 Minyak lemon 2,25

Fenol 9,7 Karbon tetraklorida 2,24

Metil salisilat 9,0 Etil asetat 6,4

6. Pengaruh penambahan zat-zat lain


Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan zat.
Molekul surfaktan terdirio atas dua bagian yaitu bagian polar dan non polar. Apabila
didispersikan dalam air pada konsentrasi rendah, akan berkumpul pada permukaan dengan
mengorientasikan bagian polar kearah air dan bagian non polar kearah udara. Kumpulan
surfaktan itu akan membentuk suatu lapisan mono molekular. Bila permukaan cairan telah
jenuh dengan molekul-molekul surfaktan, maka molekul-molekul yang berada didalam
cairan akan membentuk agregat yang disebut misel. Konsentrasi pada saat misel mulai
terbentuk disebut Konsentrasi Misel Kritik (KMK).
Sifat penting misel adalah kemampuannya dalam menaikkan kelarutan zatzat yang
sukar larut dalam air, proses ini dikenal sebagai solubilisasi miselar. Solubilisasi terjadi
karena molekul zat yang sukar larut berasosiasi dengan misel membentuk suatu larutan
jenis dan stabil secara termodinamika. Lokasi molekul zat terlarut dalam misel bergantung
pada polaritas zat tersebut. Molekul-molekul non polar akan masuk kebagian non polar
dari misel sedangkan molekul-molekul polar akan teradsorpsi pada permukaan misel.
Molekul-molekul semi polar akan masuk kedaerah palisade dan membentuk suatu misel
campur.
Konsentrasi sufkatan yang ditambahkan tidak boleh terlalu besar, karena selain
sifatnya yang toksik dan harganya yang mahal, juga akan terjadi busa pada saat pembuatan
sediaan yang sukar dihilangkan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada konsentrasi
surkatan tertentu dapat mengurangi ketersediaan hayati obat karena terjadinya adsorpsi
yang kuat di dalam misel. Harga HLB seufaktan dapat dipakai untuk memperkirakan
kelarutan dan kemampuan tercampurnya dalam pelarut yang digunakan.
Selain penambahan surfaktan, dapat juga dilakukan penambahan zat-zat
pembentuk kompleks untuk menaikkan kelarutan suatu zat. Misalnya penambahan uretan
dalam pembuatan injeksi khinin.
Banyak cara digunakan untuk meningkatkan kelarutan zat. Diantaranya
penggunaan pelarut campur (memanfaatkan sifat kepolaran suatu zat) dan penggunaan
surfaktan untuk menurunkan tegangan muka zat agar mudah terbasahi.
Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh polaritas pelarut dan struktur zat terlarut.
Pelarut polar melarutkan zat bersifat polar/ionic (mempunyai kutub muatan) dan pelarut
non-polar melarutkan zat bersifat non-polar. Kelarutan bergantung pada struktur zat,
dimana struktur zat tersusun dari perbandingan gugus polar dan non polar yang
membentuk molekul. Sehingga semakin panjang rantai gugus non polar suatu zat, maka zat
tersebut semakin sukar larut dalam air. Glukosa, NaCl, alcohol dan semua asam merupakan
senyawa polar sehingga mudah larut dalam air atau senyawa polar. Sedangkan senyawa
non-polar akan mudah larut dalam senyawa non-polar, misalnya lemak mudah larut dalam
minyak. Senyawa nonpolar umumnya tidak larut dalam senyawa polar, misalnya NaCl tidak
larut dalam minyak tanah. Pelarut polar bertindak sebagai pelarut dengan mekanisme
sebagai berikut:
• Mengurangi daya tarik-menarik antara ion yang berlawanan dalam zat, sebab pelarut polar
memiliki konstanta dielektrik yang tinggi
• Memecah ikatan kovalen elektrolit-elektrolit kuat, karena pelarut ini bersifat amfiprotik
• Membentuk ikatan hidrogen dengan zat terlarut
Pelarut non polar tidak dapat mengurangi daya tarik-menarik antara ion-ion karena
konstanta dielektriknya yang rendah. Pelarut non polar juga tidak dapat memecehkan
ikatan kovalen dan tidak dapat membentuk jembatan hidrogen. Pelarut ini dapat
melarutkan zat-zat non polar dengan tekanan internal yang sama melalyu induksi antara
aksi dipol. Pelarut semi polar dapat meninduksi tingkat kepolaran moleku-molekul pelarut
non polar. Ia bertindak sebagai perantara (intermediate solvent) untuk mencampurkan
pelarut non polar dengan non polar.
Untuk memperkirakan kelarutan suatu zat dalam pelarut campur harus dilihat harga
konstanta dielektriknya. Suatu pelarut campur yang ideal mempunyai harga konstanta dielektri
antara 25 sampai 80. Kombinasi pelarut zampur yang banyak digunakan dalam sediaan farmasi
adalah campuran air-alkohon atau pelarut lain yang sesuai antara lain sorbitol, gliserin, propilen
glikol, dan sirpus simpleks.
Cara menghitung konstanta dielektrik adalah: jumlah dari hasil perkalian masingmasing
konstanta dielektrik pelarut dengan fraksi (%) atau jumlah dari masing-masing pelarut yang
digunakan. Misalnya:
Pelarut Jumlah Konstanta dielektrik

Etanol A% 25,7

Gliserol B% 43,0

Propilen glikol C% 33,0

Air D% 80,4

Maka konstanta dielektrik campuran pelarut adalah:

25,7𝐴 + 43𝐵 + 33𝐶 + 80,4𝐷

100

C. KEGIATAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa ditugaskan untuk membedakan larutan jenuh, tak jenuh, dan lewat jenuh
2. Mahasiswa ditugaskna untuk menetapkan kelarutan Asam Benzoat
3. Mahasiswa ditugaskan untuk mengidentifikasi pengaruh suhu terhadap kelarutan Asam
Benzoat
4. Mahasiswa ditugaskan untuk mengidentifikasi pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan
suatu zat
5. Mahasiswa ditugaskan untuk mengidentifikasi pengaruh penambahan surfaktan terhadap
kelarutan suatu zat
V. PROSEDUR PENELITIAN
D. ALAT DAN BAHAN
• Gelas kimia • Pipet tetes • Indicator
• Batang pengaduk • Penangas air fenolftaline

• Cawan penguap • Oven pengering • Asam salisilat

• Buret • Asam benzoate • Teofilin

• Labu • Kertas saring • Air es


Erlenmeyer • NaOH 0,1 N • Tween 80
• Aquadest
E. PERCOBAAN
PRAKTIKUM 1
1. Pembuatan larutan tak jenuh, jenuh, dan lewat jenuh
a. Timbang 500 mg teofilin dengan kertas perkamen. Catat hasil penimbangan yang
diperoleh
b. Larutan teofilin sedikit-sedikit ke dalam 100 ml aquadest sampai kira-kira 1/5 bagiannya.
Larutan yang dihasilkan disebut dengan larutan …

c. Tambahkan lagi teofilin sedikit-sedikit pada larutan di atas sampai tidak ada lagi teofilin
yang larut, sehingga diperoleh larutan …

d. Panaskan larutan di atas sampai teofilin yang tidak larut larutan semua. Dinginkan.
Bagaimana hasilnya? Larutan yang dihasilkan disebut sebagai larutan …

2. Penentuan Kelarutan Asam Benzoat


a. Timbang 0,3 gram asam benzoate
b. Masukkan asam benzoate yang telah ditimbang, ke dalam gelas kimia 100 ml, kemudian
tambahkan air suling sebanyak 50 ml. aduk campuran tersebut selama 2 menit pada
suhu kamar
c. Saring campuran tersebut menggunakan kertas saring. Letakkan kertas saring tersebut
ke dalam cawan penguap, kemudian keringkan di dalam oven pada suhu
100oC selama 30 menit

d. Timbang sisa asam benzoate kering yang tertinggal di atas kertas saring
e. Hitung kelarutan asam benzoate

PRAKTIKUM II
3. Pengaruh Suhu pada Kelarutan Asam Benzoat
a. Timbang 0,5 gram asam benzoate
b. Masukkan asam benzoate yang telah ditimbang, ke dalam gelas kimia 100 ml, kemudian
tambahkan 50 ml air suling suhu kamar. Aduk campuran tersebut selama 2 menit pada
suhu kamar.
c. Saring campuran tersebut menggunakan kertas saring. Letakkan kertas saring tersebut
ke dalam cawan penguap, kemudian keringkan di dalam oven pada suhu
100oC selama 30 menit

12
d. Timbang sisa asam benzoate kering yang tertinggal di atas kertas saring
e. Hitung kelarutan asam benzoate
f. Ulangi prosedur tersebut dengan melarutkan asam benzoate pada suhu 45 oC dan
60oC

g. Bandingkan kelarutan asam benzoate pada suhu kamar, 45 oC dan 60oC.

PRAKTIKUM III
4. Pengaruh Pelarut Campur terhadap Kelarutan Suatu Zat
a. Buatlah 100 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada table di bawah ini
Air (% v/v) Etanol 96% (% v/v) Propilen glikol (% v/v)

70 0 30

70 10 20

70 20 10

70 30 0

100 0 0

b. Ambil 20 ml campuran pelarut, tambahkan asam salisilat sebanyak 100 mg ke dalam


masing-masing campuran pelarut. Aduk campuran selama 10 menit
c. Saring larutan. Ambil sebanyak 5 ml larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut
dengan cara titrasi asam basa dengan peniter NaOH 0,1 N dan indicator fenolftalein
d. Bandingkan kelarutan asam salisilat pada masing-masing campuran pelarut

5. Pengaruh Penambahan Surfaktan terhadap Kelarutan Suatu Zat


a. Buatlah 100 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi: 0; 0,1; 0,5; 1,0; 5,0; 10; 50;
100 mg/100 ml

b. Ambil 10 ml masing-masing larutan dan tambahkan 100 mg asam salisilat ke dalam


masing-masing larutan
c. Asuk campuran selama 10 menit
d. Saring dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-masing larutan
dengan cara titrasi asam basa menggunakan peniter NaOH 0,1 N dan indicator
fenolftalein

13
e. Buat kurva antara kelarutan asam salisilat dengan konsentrasi Tween 80 yang
digunakan. Bandingkan kelarutan asam salisilat dalam berbagai larutan Tween
f. Tentukan konsentrasi misel kritik (KMK) Tween 80

A. HASIL PERCOBAAN
1. Pembuatan larutan tak jenuh, jenuh, dan lewat jenuh
No Bobot (g) Teofilin Pengamatan Jenis larutan Penjelasan

1. 100 g ? ? ?

2. ? ? Jenuh ?

3. 500 g ? ? ?

Tentukan kelarutan Teofilin tersebut pada saat jenuh, berapa gram teorfilin yang dapat
larut sempurna dalam 100 ml aquadest?
Mengapa terdapat perbedaan jenis larutan pada praktikum ini?

2. Penentuan Kelarutan Asam Benzoat


Berat sampel Berat kertas Sampel + Residu sampel Sampel yang
saring
kertas saring larut

Berapakah kelarutan dari sampel tersebut?

3. Pengaruh Suhu pada Kelarutan Asam Benzoat


No Sampel Suhu Berat sampel Berat residu

14
a. Hitunglah masing-masing kelarutan dari sampel di suhu yang berbeda
b. Buatlah grafik dari masing-masing suhu
c. Jelaskan perbedaan kelarutan tersebut

4. Pengaruh Pelarut Campur terhadap Kelarutan Suatu Zat


Pelarut Berat Berat kertas Sampel + Residu Sampel yang
sampel saring kertas sampel larut
saring

a. Hitunglah masing-masing kelarutan dari sampel yang berbeda pelarut campurnya


b. Buatlah grafik dari masing-masing pelarut campur
c. Jelaskan perbedaan kelarutan tersebut

5. Pengaruh Penambahan Surfaktan terhadap Kelarutan Suatu Zat


%tween Berat Berat kertas Sampel + Residu Sampel yang
sampel saring kertas sampel larut
saring

15
a. Hitunglah masing-masing kelarutan dari sampel yang berbeda % surfaktannya
b. Buatlah grafik dari masing-masing sampel
c. Jelaskan perbedaan kelarutan tersebut

VI. PEMBAHASAN
Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut. Kelarutan
adalah kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu. Larutan pada umumnya
dibagi menjadi tiga yaitu larutan jenuh adalahlarutan yang zat terlarutnya dapat
melarut dalam zat pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal. Larutan lewat jenuh
terjadi pada saat zat terlarut sudah melewati batas maksimal zat pelarut untuk
melarutkannya yang biasanya ditandai dengan terbentuknya endapan. Larutan tak
jenuh terjadi saat zat terlarut belum mencapai batas maksimal zat pelarut untuk
melarutkannya.
Kelarutan dalam besaran kuantitatif didefinisikan sebagai konsentrasi zat terlarut
dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, sedangkan secara kualitatif
didefinisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zatuntuk membentuk
dispersi molekuler homogen. menurut U.S. Pharmacopeia dan National Formulary
definisi kelarutan obat adalah jumlah ml pelarut di mana akan larut 1 gram zat
terlarut.
Proses kelarutan diatur oleh tiga faktor. Faktor pertama adalah gaya kohesi zat
terlarut. Faktor kedua adalah gaya kohesi pelarut dan yang ketiga adalah hasil
interaksi antara zat terlarut yang terdisolusi dan molekul pelarut setelah pemutusan.
Faktor yang mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain :
1. pH
Zat organik yang bersifat asam lemah/basah lemah adalah zat aktif yang sering
digunakan dalam dunia pengobatan. Kelarutannya dipengaruhi pH, yakni untuk
dapat larut. Zat organik yang bersifat asam lemah diberikan atau dicampurkan
dulu dengan larutan basa agar berbentuk garam organik yang mudah larut dalam
air, demikian sebaliknya.
2. Temperatur
Ada 3 pernyataan tentang kelarutan yang dipengaruhi oleh temperature yaitu :

16
a. Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat, namun bila didinginkan dia
akan mengendap.
b. Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan meningkat.
c. Bila suhu dinaikkan, kelarutan akan kecil.
3. Pengaruh bentuk dan ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, maka kelarutan zat tersebut akan meningkat, begitu
pula sebaliknya.

4. Pengaruh jenis pelarut


Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar atau ionik, begitu pula
sebaliknya. Pelarut non polar akan melarutkan lebih baik zat-zat non polar atau
molekul.
5. Pengaruh konstanta dielektrik
Besarnya dielektrik diatur dengan penambahan pelarut lain.

6. Pengaruh penambahan zat-zat lain#


Surfaktan adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan
suatu zat. Surfaktan yang digunakan pada percobaan ini adalah tween-80 dengan
berbagai konsentrasi.

VII. KESIMPULAN
• Semakin lama pengocokan maka kelarutan suatu zat semakin besar.
• Semakin tinggi konstanta dialektrik suatu zat maka semakin tinggi pula
kelarutan suatu zat.
• Semakin besar konsentrasi surfaktan yang ditambahkan maka semakintinggi
pula kelarutan suatu zat.
• Semakin tinggi pH, suatu zat maka semakin cepat pula kelarutan suatu zat.

VIII. DAFTAR PUSTAKA


1. Fahriati, Andriyani Rahmah. 2021. Modul Praktikum Farmasi Fisika. Tangerang
Selatan.
2. Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4, UI Press, Jakarta.
Melinda, Ayu.
3. Laporan Praktikum Farmasi Fisika Kelarutan. Diakses tanggal 29 September 2021,
dari.https://www.academia.edu/28843163/Laporan_Praktikum_Farmasi_Fisika_K
elarutan

17
4. Attwood, D. 2008. Physical Pharmacy. London: Pharmaceutical Press.
5. Ansel , Howard c. 1989. ”Pengantar Sediaan Farmasi”. Edisi keempat .

18

Anda mungkin juga menyukai