Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BIONERGETIKA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biokimia

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Kania Pratiwi (21103070051


9)
(21103070037
Lulu Bahriyah Julia Putri
9)
(21103070037
Lusi Annisa Safitri
5)
(21103070036
Moulina Mustafa
3)
(21103070037
Naadiyah Salsabiila
1)
(21103070037
Natasya Salsabila
6)
(21103070035
Nita Atsila Rajani 3)

Dosen Pengampu
Apt. Tanti Juwita, M.Farm

STIKES WIDYA DARMA HUSADA


TANGERANG
Jl.Pajajaran No.1 Pamulang Barat, kec.Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15417
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah


memberikan kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah
ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Protein dan Asam Amino dengan tepat
waktu.

Makalah Protein dan Asam Amino ini disusun guna


memenuhi tugas mata kuliah Biokimia di STIKes Widya Dharma
Husada Tangerang. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini
dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Protein dan Asam
Amino.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya


kepada Ibu Apt. Tanti Juwita, M.Farm, selaku dosen mata kuliah
Biokimia. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami. Kami
juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata


sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Pamulang, 17 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Klasifikasi Bionergetika..............................................................................................2
1) Kaidah pertama termodinamika:.................................................................................2
2) Kaidah kedua termodinamika:.....................................................................................2
2.2 ATP Dalam Sel............................................................................................................4
2.3 Mekanisme Sintesis ATP............................................................................................5
1) Glikolisis......................................................................................................................5
2) Siklus Asam Sitrat (Siklus Krebs)...............................................................................6
3) Rantai Transport Elektron dan Fosforilasi Oksidatif Molekul....................................7
BAB III......................................................................................................................................8
PENUTUPAN...........................................................................................................................8

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bioenergetika atau termodinamika biokimia adalah ilmu pengetahuan mengenai


perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Reaksi ini diikuti oleh pelepasan energi
selama sistem reaksi bergerak dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yanng
lebih rendah. Sebagian besar energi dilepaskan dalam bentuk panas. Pada sistem non biologik
dapat menggunakan energi panas untuk melangsungkan kerjanya dan dapat diubah menjadi
energi mekanik atau energi listrik. Sedangkan pada sistem biologik bersifat isotermik dan
menggunakan energi kimia untuk memberikan tenaga bagi proses kehidupan. Organisme
memperoleh energi tersebut melalui rekasi eksergonik dari oksidasi nutrien untuk menjaga
kestabilan hidup, seperti melakukan kerja mekanik, transpor senyawa aktif melawan gradien
konsentrasi, dan biobintesis senyawa kompleks. Bioenergetika suatu upaya guna
menghasilkan energi untuk menghasilkan kerja yang merupakan salah satu ciri dari sifat
mahluk hidup membutuhkan kombinasi antara system atau tubuh dengan lingkungan
(universe).

Contoh transformasi energi dalam bentuk ATP yaitu hubungan katabolisme dan
anabolisme. Katabolisme menghasilkan energi dalam bentuk ATP melalui reaksi fosforilasi
ADP. ATP yang dihasilkan tersebut dijadikan sumber energi dalam reaksi anabolisme,
dimana ATP dipecah dan diubah menjadi ADP dan fosfat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Klasifikasi Bionergetika ?


2. Bagaimana Hukum dan Kaidah Termodinamika ?
3. Bagaimana ATP Sintesis Sel ?

1.3 Tujuan

1. Menjelaskan Klasifikasi Bionergetika


2. Menjelaskan Hukum dan Kaidah Termodinamika
3. Menjelaskan ATP sintesin dalam sel

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Bionergetika

Bioenergetika atau termodinamika biokimia adalah ilmu pengetahuan mengenai


perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Reaksi ini diikuti oleh pelepasan energi
selama sistem reksi bergerak dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yanng
lebih rendah. Sebagian besar energi dilepaskan dalam bentuk panas. Pada sistem nonbiologik
dapat menggunakan energi panas untuk melangsungkan kerjanya dan dapat diubah menjadi
energi mekanik atau energi listrik. Sedangkan pada sistem biologik bersifat isotermik dan
menggunakan energi kimia untuk memberikan tenaga bagi proses kehidupan.

Hukum atau Kaidah termodinamika dalam sistem biologic.

1) Kaidah pertama termodinamika:

Kaidah pertama ini merupakan hukum penyimpangan energi, yang berbunyi: “ Energi
total sebuah sistem, termasuk energi sekitarnya adalah konstan ”.
Ini berarti bahwa saat terjadi perubahan di dalam sistem tidak ada energi yang hilang atau
diperoleh. Namun energi dapat dialihkan antar bagian sistem atau dapat diubah menjadi
energi bentuk lain. Contohnya energi kimia dapat diubah menjadi energi listrik, panas,
mekanik dan sebagainya.

2) Kaidah kedua termodinamika:

Kaidah kedua berbunyi: “entropi total sebuah sistem harus meningkat bila proses ingin
berlangsung spontan.”
a. Entropi (∆S), adalah derajat ketidakteraturan atau keteracakan sistem (random).
Entropi akan mencapai taraf maksimal di dalam sistem seiring sistem mendekati
keadaan seimbang yang sejati.
b. Entalpi (∆H), yaitu untuk mengukur perubahan kandungan panas dan pereaksi
produk, panas yang dilepaskan atau diserap selama reaksi
c. Energi bebas Gibbs (G) yang dapat memperkirakan arah berlangsungnya sutu reaksi
secara spontan, energi yang tersedia untuk bekerja, mendekati nilai nol saat reaksi
mendekati kesetimbangan.

2
Dalam kondisi suhu dan tekanan konstan, hubungan antara perubahan energi bebas
(G) pada sebuah sistem yang bereaksi, dengan perubahan entropi (S), diungkapkan dalam
persamaan:

∆G = ∆H – T∆S
Dimana :
∆G = Perubahan energi bebas pada sistem yang sedang bereaksi
∆H = Perubahan dalam kandungan panas sistem atau entalpi (memanaskan di dalam) –
∆S = Perubahan dalam entropi semesta
T = Suhu absolut pada saat proses berlangsung
Keterangan: H adalah perubahan entalpi (panas) dan T adalah suhu absolut.Di dalam kondisi
reaksi biokimia, mengingat H kurang lebih sama dengan E, yaitu perubahan total energi
internal di dalam reaksi, maka hubungan di atas dapat diungkapkan dengan persamaan:
∆G = ∆E – T∆S
Jika G bertanda negatif, reaksi berlangsung spontan dengan kehilangan energi bebas
(reaksi eksergonik). Jika G sangat besar, reaksi benar-benar berlangsung sampai selesai dan
tidak bisa membalik (irreversibel). Jika G bertanda positif, reaksi berlangsung hanya jika
memperoleh energi bebas (reaksi endergonik). Bila G sangat besar, sistem akan stabil tanpa
kecenderungan untuk terjadi reaksi. Bila G adalah nol, sistem berada dalam keseimbangan
dan tidak ada perubahan yang terjadi.
Organisme hidup selalu mempertahankan keteraturan internalnya dengan
mengekstrak energi bebas dari makanan yang berasal dari lingkungan, dan mengembalikan
energi tersebut ke lingkungan dalam jumlah yang sama, tetapi dalam bentuk energi yang
tidak berguna bagi sel hidup, dan menyebar secara acak ketempattempat lain di alam semesta.
Peningkatan entropi semesta selama selama sel hidup melakukan aktivitas, merupakan
fenomena menarik karena sifatnya yang tidak dapat balik (irreversible). Organisme hidup
secara terus menerus memberikan entropi ke lingkungannya untuk mempertahankan
keteraturan internal organisme tersebut.
Sel hidup memperoleh energi dari makanannya. Sel heterotrop memperoleh energi
bebas dari molekul nutrient yang kaya energi, dan sel fotosintetik memperoleh energi bebas
dari radiasi matahari yang diserap. Kedua jenis sel ini mengubah energi bebas yang masuk
menjadi bentuk umum energi kimia, dan menggunakannya untuk aktivitas sel melalui proses

3
yang tidak melibatkan perubahan suhu secara nyata. Dengan kata lain, sel adalah mesin kimia
yang bekerja pada suhu dan tekanan tetap.
Perubahan energi bebas (G) dapat dihitung dari harga tetapan kesetimbangan pada
keadaan standar. Kaidah ke II menyatakan, jika suatu sistem tertutup dibiarkan, sistem
cenderung menuju keseimbangan. Hubungan perubahan energi bebas berhubungan dengan
konstanta equilibrium dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Jika G negatif (< 0), reaksi
disebut eksergonik. Reaksi ini berlangsung secara spontan, dan reaksi kebalikanya tidak akan
dapat berlangsung. 2. Jika G positif (> 0), reaksi disebut endergonik. Reaksi tedak akan
trjadi secara spontan ke kanan, dan reaksi kebalikannya akan berlangsung secara spontan. 3.
Jika G sama dengan 0, reaksi berada dalam keadaan keseimbangan, tidak ada selisih
perbedaan arah reaksi.

2.2 ATP Dalam Sel

Bioenergetika adalah bagian dari biokimia yang berhubungan dengan transformasi


dan penggunaan energi oleh sel hidup. Seluruh reaksi kimia dalam kehidupan hanya dapat
berlangsung jika didukung energi yang cukup. Sumber energi kimia dalam kehidupan
tersebut adalah senyawa organik berenergi tinggi yang dikenal dengan ATP (Adenosin
Trifosfat). ATP adalah sumber energi langsung bagi semua kegiatan metabolisme di dalam
sel. Energi yang terikat di dalam ATP tersebut berasal dari energi yang dibebaskan dalam
pemecahan senyawa organik dalam sel .

Peranan ATP sebagai sumber energi untuk metabolisme di dalam sel berlangsung
dengan suatu mekanisme mendaur. ATP berperan sebagai alat angkut energi kimia dalam
reaksi katabolisme ke berbagai proses reaksi dalam sel yang membutuhkan energi seperti
proses biosintesis, proses pengangkutan, proses kontraksi otot, proses pengaliran listrik dalam
sistem syaraf, dan proses pemancaran sinar (bioluminesensi) yang terjadi pada organisme
tertentu, seperti kunang kunang.

ATP terbentuk dari ADP dan Pi dengan suatu reaksi fosforilasi yang dirangkaikan
dengan proses oksidasi molekul penghasil energi, Selanjutnya ATP yang terbentuk ini
dialirkan ke proses reaksi yang membutuhkan energi dan dihidrolisis menjadi ADP dan fosfat
anorganik (Pi). Demikian seterusnya sehingga terjadilah suatu mekanisme daur ATP-ADP
secara kontinu dan berkeseimbangan. Dalam hal ini gugus fosfat ujung pada molekul ATP

4
secara kontinu. dipindahkan ke molekul penerima gugus fosfat dan secara kontinu pula
diganti oleh gugus fosfat lainnya selama katabolisme.

2.3 Mekanisme Sintesis ATP

Energi bebas dari katabolisme bahan bakar tidak dipindahkan secara langsung ke
reaksi yang membutuhkan energi, tetapi digunakan untuk mensintesis ATP. Selain dalam
bentuk ATP, pemindahan energi kimia dari reaksi-reaksi katabolisme ke anabolisme juga
dalam bentuk atom hidrogen/elektron. Energi bebas dari atom hidrogen berenergi tinggi
diperoleh dari bahan bakar sel oleh kerja enzim dehidrogenase yang mengkatalisis
pemindahan atom hidrogen dari molekul bahan bakar kepada koenzim khusus terutama
bentuk teroksidasi Nikotinamid Adenin Dinukleotida Posfat (NADP+ ) Bentuk tereduksi
( yang membawa H ) disingkat NADPH merupakan elektron yang kaya energi dari reaksi
katabolik menuju anabolik.

Molekul NADP Adenosin Triposfat (ATP) merupakan senyawa nukleosida triposfat


yang terdiri dari tiga komponen, yaitu : Basa ( adenin ), gula ( Ribosa ) dan 3 gugus fosforil
yang terikat pada ribosa oleh ikatan ester fosfat dan terikat satu sama lain oleh ikatan
posfoanhidrida Ketika ATP dihidrolisis dan dikonversi menjadi adenosin difosfat (ADP),
energi dilepaskan. Penghapusan satu kelompok fosfat melepaskan 7,3 kilokalori per mol, atau
30,6 kilojoule per mol, dalam kondisi standar. Energi ini menggerakkan semua reaksi yang
terjadi di dalam sel. ADP juga dapat dikonversi kembali menjadi ATP sehingga energi
tersedia untuk reaksi seluler lainnya.

Di dalam sel, konsentrasi ATP biasanya relatif konstan dalam keadaan imbang,
kecepatan pembentukan ATP diimbangi oleh kecepatan degradasinya. Jadi gugus fosfat
ujung pada ATP mengalami penguraian dan penggantian secara terus-menerus dari fosfat
anorganik selama metabolisme sel.

Ada tiga sumber utama fosfat berenergi tinggi yang mengambil bagian dalam
konservasi/penangkapan energi :

1) Glikolisis
Peristiwa glikolisis adalah pengubahan molekul sumber energi yaitu glukosa
yang mempunyai 6 atom C menjadi senyawa yang lebih sederhana, yakni asam
piruvat yang mempunyai 3 atom C. Reaksi ini terjadi di dalam sitoplasma dan tidak

5
menggunakan oksigen sebagai aseptor elektronnya. Secara sederhana proses glikolisis
dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Langkah awal dari glikolisis adalah pemindahan gugus fosfat dari ATP ke atom
karbon nomor 6 dari glukosa, sehingga terbentuk senyawa glukosa 6 fosfat. Senyawa
ini memperoleh energi bebas yang dilepaskan oleh pelepasan gugus fosfat dari ATP.

b. Glukosa 6 fosfat dikatalisis oleh enzim menjadi senyawa fruktosa 6 fosfat. ATP
lainnya memindahkan gugus fosfat kedua kalinya kepada atom karbon nomor 1,
sehingga dihasilkan senyawa fruktosa 1,6-difosfat. Penambahan gugus fosfat pada
senyawa fruktosa 6 fosfat berarti menambah kandungan energinya.

c. Pemecahan secara enzimatik dari fruktosa 1,6- difosfat menjadi 2 senyawa beratom
C tiga buah, yaitu dihidroksiaseton fosfat dan 3-fosfogliseraldehida atau PGAL.

d. Akhirnya dihasilkan tiga senyawa penting yaitu:

 2 molekul asam piruvat

 2 molekul NADH yang berfungsi sebagai sumber elektron berenergi tinggi yang
setara dengan 6 ATP (2 x 3 ATP)

 2 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa.

2) Siklus Asam Sitrat (Siklus Krebs)


Siklus Asam Sitrat merupakan pusat bagi seluruh aktivitas metabolisme tubuh
yang berlangsung di dalam matriks mitokondria. Siklus ini tidak hanya digunakan
untuk memproses karbohidrat namun juga digunakan untuk memproses molekul
lain seperti protein dan lemak. Reaksi ini selain penting untuk pembentukan
energi juga penting untuk biosintesis, sebab dapat menyediakan kerangka karbon
untuk berbagai senyawa penting dalam sel. Sebelum memasuki Siklus Asam Sitrat
(Citric Acid Cycle) molekul piruvat akan teroksidasi terlebih dahulu menjadi
Acetyl-CoA dan CO2. Dalam proses tersebut juga dihasilkan produk samping
berupa NADH yang memiliki nilai energi ekivalen dengan 3xATP. Molekul
Acetyl CoA yang terbentuk kemudian masuk kedalam Siklus Asam Sitrat. Inti
dari proses yang terjadi pada siklus ini adalah untuk mengubah 2 atom karbon
yang terikat didalam molekul Acetyl-CoA menjadi 2 molekul karbon dioksida
(CO2), membebaskan koenzim A, serta memindahkan energi yang dihasilkan
pada siklus ini ke dalam senyawa NADH, FADH2 dan GTP. Dalam siklus Krebs
6
dihasilkan 1 molekul ATP. Sementara energi bebas yang terkandung di dalam
enyawa NADH dan FADH2 kemudian mengalami proses lebih lanjut dalam
Rantai Transpor Elektron untuk membentuk ATP dan air (H2O).

3) Rantai Transport Elektron dan Fosforilasi Oksidatif Molekul


NADH dan FADH2 yang terbentuk pada proses glikolisis dan siklus asam
sitrat mengalami proses lebih lanjut pada tahap akhir yaitu rantai transport
elektron dan fosforilasi oksidatif. Proses ini berlangsung di dalam membran
mitokondria sebelah dalam. Elektron berenergi tinggi yang dibawa oleh molekul
NADH & FADH2 akan dipindahkan dari satu molekul ke molekul lain secara
berantai menuju aseptor utama yaitu oksigen (O2) sehingga disebut rantai
transport elektron. Pemindahan elektron sepanjang rantai melibatkan reaksi
oksidasi-reduksi yang disertai dengan pelepasan energi bebas. Energi bebas yang
dihasilkan selanjutnya digunakan untuk fosforilasi ADP menjadi ATP, dan proses
ini disebut dengan fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif dilakukan melalui
kopel dua komponen membran dalam mitokondria yaitu transport elektron dan
ATP-ase mitokondria (karena reaksinya berlawanan dengan pembentukan ATP).
Jadi, fosforilasi oksidatif merupakan proses konversi molekul FADH dan NADH
yang dihasilkan dalam glikolisis dan siklus asam sitrat menjadi energi (ATP).
Rantai transport elektron terdiri dari serangkaian karier elektron yang
dihubungkan dengan membran dalam mitokondria. Rantai menerima elektron dari
NADH dan FADH2 dan akhirnya menyumbangkannya ke oksigen membentuk
air.

7
BAB III

PENUTUPAN

Bioenergetika atau termodinamika biokimia adalah ilmu pengetahuan mengenai


perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Reaksi ini diikuti oleh pelepasan energi
selama sistem reaksi bergerak dari tingkat energi yang lebih tinggi ke tingkat energi yanng
lebih rendah. Sebagian besar energi dilepaskan dalam bentuk panas. Pada sistem non biologik
dapat menggunakan energi panas untuk melangsungkan kerjanya dan dapat diubah menjadi
energi mekanik atau energi listrik. Sedangkan pada sistem biologik bersifat isotermik dan
menggunakan energi kimia untuk memberikan tenaga bagi proses kehidupan.

Contoh transformasi energi dalam bentuk ATP yaitu hubungan katabolisme dan
anabolisme. Katabolisme menghasilkan energi dalam bentuk ATP melalui reaksi fosforilasi
ADP. ATP yang dihasilkan tersebut dijadikan sumber energi dalam reaksi anabolisme,
dimana ATP dipecah dan diubah menjadi ADP dan fosfat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia, Jilid 2. (Terjemahan: Maggy Thenawijaya).


Penerbit: Erlangga. Jakarta.
Modul Pertemuan 7 Bionergetika

Anda mungkin juga menyukai