Anda di halaman 1dari 18

TERMODINAMIKA

MAKALAH
disusun untuk memenuhi ujian akhir semester mata kuliah Ilmu Fisika Dasar
semester ganjil

Dosen pengampu Hamdani Setiawan

oleh,
Septian Nurohman
NPM 1831011

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL S1


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah untuk memenuhi ujian
akhir semester Fisika Dasar. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas
ilmu tentang proses Termodinamika yang disajikan berdasarkan pengamatan dari
sumber informasi, dan referensi.
Penyusunan makalah ini, tidak lepas dari hambatan yang telah terjadi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, serta pertolongan Allah
SWT. sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya bagi saya selaku
penyusun dan umumnya kita semua. Saya menyadari masih banyak kekurangan
yang pembaca temui dalam makalah ini, sebab saya masih dalam tahap belajar.
Untuk itu demi perbaikan makalah ini, pembaca bisa memberikan saran maupun
kritikan yang membangun.

Bandung , 02 Januari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Definisi Hukum Termodinamika .............................................................................. 3
2.2 Proses Termodinamika.............................................................................................. 4
A. Hukum I Termodinamika .................................................................................... 6
B. Hukum II Termodinamika .................................................................................. 8
2.3 Hasil dan Pengaplikasian Hukum Termodinamika ................................................. 10
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua mahluk hidup melakukan pekerjaan. Tumbuh-tumbuhan
melakukan pekerjaan ketika mengangkat air dari akar ke cabang-cabang,
hewan melakukan pekerjaan ketika berenang, merayap, dan terbang. Kerja
juga terjadi ketika pemompaan darah melalui pembuluh darah dalam tubuh
dan pada pemompaan ion-ion melewati dinding sel. Semua kerja ini diperoleh
dari pengeluaran energi kimia yang disimpan dalam makanan yang
dikonsumsi oleh mahluk hidup. Termodinamika berasal dari dua kata yaitu
thermal (yang berkenaan dengan panas) dan dinamika (yang berkenaan
dengan pergerakan). Termodinamika adalah kajian mengenai hubungan,
panas, kerja, dan energi dan secara khusus perubahan panas menjadi kerja.
Hukum termodinamika pertama dan kedua dirumuskan pada abad ke-19 oleh
para ilmuan mengenai peningkatan efisiensi mesin uap. Bagaimanapun hukum
ini merupakan dasar seperti hukum fisika lainnya. Mereka membatasi efisiensi
amuba atau ikan paus seperti mereka membatasi efisiensi mobil atau tenaga
nuklir tumbuhan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa definisi Hukum Termodinamika
2. Bagaimana proses Hukum Termodinamika
3. Apa hasil dan pengapikasian Hukum Termodinamika

1
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi Hukum Termodinamika
2. Mengetahui proses Hukum Termodinamika
3. Mengetahui hasil dan pengaplikasian Hukum Termodinamika

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hukum Termodinamika


Hukum Termodinamika I adalah :

 Menetapkan adanya suatu ekivalensi antara panas dan kerja (panas ↔


kerja)
 Digunakan untuk menghubungkan dan menentukan type – type energi
yang terlibat dalam suatu proses.
 Atau menyatakan bahwa sewaktu proses berlangsung terdapat suatu
keseimbangan energi.

Hukum termodinamika I merupakan pernyataan dari hukum kekekalan


energy dan tidak menyatakan sesuatu apapun mengenai arah dari proses yang
berlangsung.

Proses termodinamika itu dapat berlangsung kedua arah yaitu :

- Diekspansikan (pengembangan)
- Dikompresikan (penekanan)

Hukum Termodinamika I juga belum menjelaskan kearah mana suatu


perubahan keadaan itu berjalan dan apakah perubahan itu reversible atau
irreversible.

Dalam pengembangannya diterangkan dan dibahas dalam Hukum


Termodinamika II. Jadi Hukum Termodinamika II, memberikan batasan-
batasan tentang arah yang dijalani suatu proses, dan memberikan kriteria
apakah proses itu reversible atau irreversible dan salah satu akibat dari hukum
termodinamika II ialah perkembangan dari suatu sifat phisik alam yang
disebut entropi.
Perubahan entropi → menentukan arah yang dijalani suatu proses.
Hukum Termodinamika II menyatakan :

3
 Tidak mungkin panas dapat dirubah menjadi kerja seluruhnya, tetapi
sebaliknya kerja dapat dirubah menjadi panas.
atau : Q ≠ Wseluruhnya
W → Q (sama besarnya)
atau untuk mendapatkan sejumlah kerja (W) dari suatu siklus, maka
kalor (Q) yang harus diberikan kepada sistem selalu lebih besar.
→ Q diserap > W sehingga, η siklus < 100 %.
 Suatu yang bekerja sebagai sebagai suatu siklus tidak dapat
memindahkan kalor (Q) dari bagian yang bertemperatur rendah ke
bagian yang bertemperatur lebih tinggi, tanpa menimbulkan perubahan
keadaan pada sistem yang lain.
Dari kedua hal tersebut diatas, menyatakan tentang arah proses perubahan
energi dalam dalam bentuk panas ke bentuk kerja → yang menyatakan
adanya pembatasan transformasi energi.

2.2 Proses Termodinamika


Beberapa proses dalam termodinamika antara lain, proses isotermal,
proses isokhorik, proses isobarik, dan proses adiabatik.
a. Proses isotermal
Proses isotermal adalah proses perubahan keadaan sistem pada P1
suhu tetap. Proses ini mengikuti hukum Boyle, yaitu :
PV = konstan. Hal ini dilakukan dengan menempatkan silinder yang
dihubungkan dengan sumber air pada suhu yang di inginkan. Silinder
mempunyai dinding yang tipis yang terbuat dari bahan yang dapat
menghantarkan panas,misalnya tembaga, sehingga panas dengan mudah
mengalir secara bolak-balik antara sumber air dan gas. Sumber air cukup
besar dengan suhu yang tidak dapat dipengaruhi oleh jumlah perubahan
panas dan gas. Selama ekspansi isothermal, panas mengalir ke gas untuk
menjaga suhu agar konstan (ingat, suhu gas menurun jika panas
terhalangi untuk mengalir ke gas selama ekspansi terjadi). Untuk

4
menghitung usaha yang dilakukan oleh sistem, P2 kita tentukan dahulu
persamaan tekanan sebagai fungsi volume berdasarkan persamaan
keadaan V1 V2 V gas ideal, yaitu: P = nRT. Dengan menggunakan
rumus umum usaha yang dilakukan oleh gas diperoleh.
b. Proses Isokhorik
Proses isokhorik adalah proses perubahan keadaan sistem pada P1
volume tetap. Karena gas tidak mengalami perubahan volume, maka
usaha P2 yang dilakukan oleh gas sama dengan nol.
c. Proses Isobarik
Proses isobarik adalah proses perubahan keadaan sistem pada
tekanan tetap . Usaha yang dilakukan oleh gas adalah sesuai dengan
persamaan.
d. Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses perubahan keadaan sistem tanpa
adanya kalor yang masuk ke atau keluar dari sistem (gas), yaitu Q = 0.
Hal ini karena dikelilingi oleh silinder dengan bahan-bahan penyekat
seperti asbes atau streafoam jika gas ideal di kembangkan secara
adiabatic, 8 suhu dan tekanan menurun. Sistem tersebut ditunjukan oleh
garis penuh AB pada Kurva adiabatik lebih curam dibanding kurva
isotermal. Usaha yang dilakukan oleh sistem (gas) hanya mengubah
energi dalam, sebab sistem tidak menerima ataupun melepas kalor.
Besarnya usaha yang dilakukan oleh sistem dapat ditentukan dengan
menerapkan persamaan sehingga menghasilkan hubungan. Selain itu,
dengan menggunakan hukum termodinamika I (akan dibahas kemudian),
usaha yang dilakukan oleh gas pada proses adiabatik. Apabila keadaan
awal dan keadaan akhir dari suatu proses adiabatik diketahui, usaha yang
dilakukan oleh gas pada proses adiabatik tersebut dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan. Proses adiabatik sangat penting dalam
bidang rekayasa. Beberapa contoh proses adiabatic adalah pemuaian gas
panas dalam suatu mesin diesel, pemuaian gas cair dalam sistem
pendingin, dan langkah kompresi dalam mesin diesel.

5
A. Hukum I Termodinamika
Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini
menyatakan perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika
tertutup sama dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke
dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem. Hukum
pertama termodinamika adalah konservasi energi.Secara singkat,
hukum tersebut menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan
tidak dapat dimusnahkan tetapi hanya dapat berubah dari bentuk yang
satu ke bentuk yang lainnya. Untuk tujuan termodinamik, perlu lebih
spesifik dan menguraikan hukum tersebut secara lebih kuantitatif.
Termodinamika memperhitungkan hubungan antara system S,
misalnya gas dalam silinder dan lingkungan ε di sekelilingnya.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar system yang dapat
mempengaruhi system, dimana pada banyak kasus termasuk pada
sekeliling system. Sistem dan lingkungan merupakan semesta U.
Energi sestem (Es) adalah jumlah energi kinetik molekul-molekul
system ( energi termal) dan energi potensial atom-atom dalam
molekul (energi kimia). Energi Es bergantung pada keadaan system,
berubah ketika keadaan berubah. Sumber panas meningkatkan energi
termal system. Jika sumber panas adalah bagian dari lingkungan,
energi Eε lingkungan juga berubah. Hukum pertama termodinamika
mengatakan bahwa energi Eu semesta
Eu = Es + Eε
Tidak berubah. Ini berarti, jika Es dan Eε adalah energi sistem dan
lingkungan. Ketika sistem berada pada satu keadaan dan E’s dan E’ε
adalah energi ketika system berada pada keadaan lain, maka
E’s + E’ε = Es + Eε atau (E’s – Es ) + ( E’ε - E ε )
Seperti sebelumnya, delta digunakan sebagai awalan yang berati
“perbedaan dalam” atau “perubahan dari”. Secara spesifik ΔES adalah
energi dari keadaan akhir, sistem dikurangi energi dari keadaan awal,
ΔES = E’S – ES

6
Dan ΔES adalah energi akhir lingkungan dikurangi energi awal

ΔEε = E’ε – Eε
Hubungan simbol-simbol persamaan 11.2 dapat dituliskan
ΔES + ΔEε = 0 atau
ΔES = - ΔEε hukum pertama
Ini adalah ungkapan matematika yang sesuai untuk hukum
pertama termodinamika. Persamaan tersebut digunakan untuk
menghitung perubahan energi sistem jika perubahan energi lingkungan
diketahui, dan sebaliknya. Untuk lebih jelasnya aliran kalor atau kerja
(usaha) yang dialami oleh suatu sistem dapat menyebabkan system
tersebut memperoleh atau kehilangan energi, tetapi secara keseluruhan
energi itu tidak ada yang hilang, energi tersebut hanya mengalami
perubahan. Berdasarkan hukum kekekalan energi tersebut, hukum I
termodinamika dirumuskan sebagai berikut:
Untuk setiap proses, apabila kalor Q diberikan kepada sistem dan
sistem melakukan usaha W, maka selisih energi, Q – W, sama dengan
perubahan energi dalam U dari system.
Perjanjian tanda untuk Q dan W adalah sebagai berikut :
- Jika sistem melakukan usaha, nilai W bertanda positif,
- Jika sistem menerima usaha, nilai W bertanda negative
- Jikasistem menerima kalor, nilai Q bertanda positif,
- Jika sistem melepas kalor, nilai Q bertanda negatif.
Perubahan energi dalam dalam suatu gas merupakan ukuran
langsung dari suhu. Karena itu perubahan energy dalam ΔU hanya
tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir, tidak tergantung pada
proses bagaimana keadaan sistem berubah.

7
B. Hukum II Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini
menyatakan bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika
terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan meningkatnya
waktu, mendekati nilai maksimumnya. Sebuah benda dengan massa m
dilepaskan dari ketinggian h secara spontan jatuh ke tanah, kemudian
diam. Pada situasi ini energi semesta adalah jumlah energi termal benda,
energi termal tanah dan energi mekanik benda. Sebelum dilepaskan,
benda mempunyai energi mekanik yang sama dengan energi potensialnya
U = mgh, dan setelah benda tersebut diam di tanah, energi mekaniknya
nol.Pada proses ini, dengan demikian energi mekanik semesta berkurang
dari mgh menjadi nol. Jika energi total semesta tidak berubah (hukum
pertama termodinamika), energi termal semesta dapat meningkat dengan
mgh.Peningkatan energi termal menunjukan peningkatan yang kecil pada
temperatur benda dan tanah.
Sebagaimana diketahui dari pengalaman sehari-hari bahwa suatu
benda yang awalnya diam di tanah tidak akan pernah secara spontan
meloncat ke udara. Hal tersebut tidak mungkin terjadi karena melanggar
hukum pertama.Jika sebuah benda meloncat ke udara, akan terjadi
peningkatan energi mekanik semesta.Hal ini tidak akan melanggar
hukum pertama, bagaimanapun jika terdapat hubungan penurunan energi
termal semesta. Hukum pertama tidak menjelaskan mengapa benda tidak
pernah meloncat ke udara secara spontan.
Proses benda meloncat ke udara secara spontan adalah kebalikan
dari proses benda jatuh ke tanah secara spontan. Satu proses terjadi
dengan mudah. Sedangkan proses kebalikannya tidak akan pernah terjadi
sama sekali. Banyak proses irreversible yang lain yang dapat terjadi
hanya dalam satu arah. Sebagai contoh, ketika benda yang dingin dan
benda panas bersentuhan, kalor selalu mengalir dari benda panas ke
benda yang dingin, dan tidak pernah dari benda dingin ke benda yang
panas. Akibatnya suhu benda yang panas menurun, sedangkan suhu

8
benda yang dingin meningkat.Jika proses kebalikan yang terjadi, benda
yang dingin akan menjadi lebih dingin sedangkan benda yang panas akan
lebih panas. Contoh lain, tinta diteteskan kedalam segelas air, menyebar
hingga tinta tersebut dalam air. Proses kebalikannya, dimana campuran
air dan tinta secara spontan memisah menjadi air murni dan tinta murni,
tidak akan pernah terjadi Formulasi Kelvin-Planck atau hukum
termodinamika kedua menyebutkan bahwa adalah tidak mungkin untuk
membuat sebuah mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang
semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu reservoir
pada suhu tertentu seluruhnya menjadi usaha mekanik.
Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor
memiliki arah dengan kata lain, tidak semua proses di alam semesta
adalah reversible (dapat dibalikkan arahnya). Sebagai contoh jika seekor
beruang kutub tertidur di atas salju, maka salju dibawah tubuh nya akan
mencair karena kalor dari tubuh beruang tersebut. Akan tetapi beruang
tersebut tidak dapat mengambil kalor dari salju tersebut untuk
menghangatkan tubuhnya. Dengan demikian, aliran energi kalor
memiliki arah, yaitu dari panas ke dingin. Satu aplikasi penting dari
hukum kedua adalah studi tentang mesin kalor.
Kapasitas Kalor C suatu zat adalah banyaknya kalor Q yang
diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat sebesar 1 kelvin. Secara
matematis ditulis :
Q = m C ΔT
Kapasitas kalor untuk gas ada dua macam, yaitu untuk volume
tetap (CV) dan untuk tekanan tetap (CP). Kapasitas kalor untuk proses
isokhorik diperoleh dari persamaan sebagai berikut.
Q = nR(ΔT)
Kapasitas kalor untuk proses isobarik diperoleh dari persamaan
sebagai berikut.
Q = ΔU +P(Δ V )= nR(ΔT) = nR( ΔT)
Dari persamaan diperoleh bahwa :

9
Cp – Cv = nR
Kapasitas kalor yang diperoleh pada persamaan adalah untuk gas
monoatomik. Untuk gas diatomik, besar CV dan CP tergantung pada
derajat kebebasan gas. Sebagai acuan praktis dapat digunakan pembagian
suhu sebagai berikut:
- pada suhu rendah (± 250 K) : CV = nR dan CP = nR
- pada suhu sedang (± 500 K) : CV = nR dan CP = nR
- pada suhu tinggi (± 1000 K) : CV = nR dan CP = Nr

2.3 Hasil dan Pengaplikasian Hukum Termodinamika


Hukum termodinamika telah berhasil diterapkan dalam penelitian tentang
proses kimia dan fisika. Hukum pertama termodinamika didasarkan pada
hukum kekekalan energi. Hukum kedua termodinamika berkenaan dengan
proses alami atau proses spontan dimana fungsi yang memprediksi
kespontanan reaksi ialah entropi, yang merupakan ukuran ketidakteraturan
suatu sistem. Hukum kedua ini menyatakan bahwa untuk proses spontan,
perubahan entropi semesta haruslah positif. Sedangkan hukum ketiga
termodinamika memungkinkan untuk menentukan nilai entropi mutlak
(Chang, 2002: 165).
Berikut beberapa contoh aplikasi termodinamika yang biasa digunakan
dalam kehidupan sehari-hari :
1. Air Conditioner (AC)
Sistem kerja AC terdiri dari bagian yang berfungsi untuk menaikkan dan
menurunkan tekanan supaya penguapan dan penyerapan panas dapat
berlangsung.
Kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat
untuk memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent yang masuk ke
dalam kompresor dialirkan ke kondenser yang kemudian dimampatkan di
kondenser.
Di bagian kondenser ini refrigent yang dimampatkan akan berubah fase dari
refrigent fase uap menjadi refrigent fase cair, maka refrigent mengeluarkan
kalor yaitu kalor penguapan yang terkandung di dalam refrigent. Adapun
besarnya kalor yang dilepaskan oleh kondenser adalah jumlahan dari energi
kompresor yang diperlukan dan energi kalor yang diambil evaparator dari
substansi yang akan didinginkan.

10
Pada kondensor, tekanan refrigent yang berada dalam pipa-pipa kondensor
relatif jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan refrigent yang berada
pada pipi-pipa evaporator.
Setelah refrigent lewat kondensor dan melepaskan kalor penguapan dari
fase uap ke fase cair maka refrigent dilewatkan melalui katup ekspansi, pada
katup ekspansi ini refrigent tekanannya diturunkan sehingga refrigent berubah
kondisi dari fase cair ke fase uap yang kemudian dialirkan ke evaporator, di
dalam evaporator ini refrigent akan berubah keadaannya dari fase cair ke fase
uap, perubahan fase ini disebabkan karena tekanan refrigent dibuat
sedemikian rupa sehingga refrigent setelah melewati katup ekspansi dan
melalui evaporator tekanannya menjadi sangat turun.
Hal ini secara praktis dapat dilakukan dengan jalan diameter pipa yang
ada dievaporator relatif lebih besar jika dibandingkan dengan diameter pipa
yang ada pada kondenser.
Dengan adanya perubahan kondisi refrigent dari fase cair ke fase uap
maka untuk merubahnya dari fase cair ke refrigent fase uap maka proses ini
membutuhkan energi yaitu energi penguapan, dalam hal ini energi yang
dipergunakan adalah energi yang berada didalam substansi yang akan
didinginkan.
Dengan diambilnya energi yang diambil dalam substansi yang akan
didinginkan maka entalpi, substansi yang akan didinginkan akan menjadi
turun, dengan turunnya entalpi maka temperatur dari substansi yang akan
didinginkan akan menjadi turun. Proses ini akan berubah terus-menerus
sampai terjadi pendinginan yang sesuai dengan keinginan.

2. Dispenser
a. Prinsip kerja pemanas air
Proses pemanasan air terjadi pada saat air masuk kedalam
tabung pemanas. Tabung pemanas merupakan tabung yang terbuat
dari logam yang disekitar tabung tersebut dikelilingi oleh elemen
pemanas, sehingga ketika air mengalir dari tampungan menuju
tabung pemanas sensor suhu yang ada pada tabung pemanas akan
memicu elemen pemanas untuk bekerja, suhu tinggi yang dihasilkan
elemen pemanas diserap oleh air yang suhunya lebih rendah, setelah
suhu air dalam tabung pemanas tinggi maksimal sensor suhu yang
ada pada tabung pemanas akan memutuskan arus listrik pada
elemen pemanas, pada saat elemen pemanas menyala lampu
indikator pemanas menyala dan pada saat elemen pemanas mati
lampu indikator pemanas mati.

11
Pada tabung dispenser dipasang Heater/pemanas serta sensor
suhu atau thermostat yang berfungsi untuk membatasi kerja heater
agar tidak bekerja terus-menerus yang akan menimbulkan suhu air
dalam tabung dispenser berlebihan, karena apabila heater berkerja
berlebih, heater akan panas dan bahkan heater tersebut akan terjadi
kerusakan didalamnya. Untuk mengurangi terjadinya resiko
tersebut, di heater dipasang thermostat yang berguna untuk
mengatur suhu.
Ketika suhu air yang dipanaskan oleh heater mencapai suhu
tertentu sehingga melebihi suhu kerja sensor/thermostat maka
sensor akan bekerja dan memutuskan arus yang mengalir ke heater,
dengan demikian heater akan berhenti bekerja sehingga suhu air
tetap terjaga sesuai dengan kebutuhan, bisa dilihat di lampu
indikator dari warna merah akan berganti warna hijau. Heater akan
bekerja kembali manakala suhu air pada tabung menurun sampai
suhunya berada dibawah suhu kerja sensor, sensor dipasang seri
dengan heater, dengan demikian fungsi dari sensor ini mirip seperti
saklar, hanya saja bekerjanya secara otomatis berdasarkan
perubahan suhu.
b. Prinsip kerja pendingin air
Proses pendinginan air pada dispenser pada umumnya
dibedakan menjadi 2 yaitu:
- Pendinginan Air dengan Fan
Proses pendinginan air menggunakan fan dilakukan dengan
cara menghisap suhu tinggi pada air ketika air berada pada
tampungan air kedua yang letaknya berada dibawah tampungan air
pertama, namun pada kenyataannya fan hanya alat bantu untuk
mempercepat pembuangan panas pada air, sehingga temperatur air
hanya akan turun sedikit saja. Setelah melewati tampungan air
kedua air akan dikeluarkan melalui keran dan siap untuk diminum.
- Pendinginan Air dengan Sistem Refrigran
Pendinginan air pada dispenser menggunakan sistem
refrigran sama seperti sistem refrigran pada kulkas hanya saja
evaporatornya dimasukkan kedalam tampungan air kedua yang
berada dibawah tampungan air pertama, sehingga air disekitar
evapurator akan menjadi air dingin. Hasil pendinginan air pada
dispenser menggunakan sistem refrigran lebih maksimal
dibandingkan pendinginan air menggunakan fan. Setelah air
melalui proses pendinginan pada tampungan air kedua, air akan
mengalir dan keluar memalui keran.

12
Nama komponen pada dispenser:
1. Saklar On/Off
2. Thermostat 1
3. Thermostat 2
4. Saluran daya utama
5. Elemen pemanas
6. Saluran air panas
7. Saluran air normal
8. Pipa pembuangan

3. Rice Cooker
Pada rice cooker, energi panas ini dihasilkan dari energi listrik. Suatu
cairan akan menguap bila tekanan uap gas yang berasal dari cairan adalah
sama dengan tekanan dari cairan ke sekitarnya (Puap = Pcair). Jadi, titik didih
suatu cairan sebenarnya bisa dimanipulasi dengan meningkatkan tekanan di
luar cairan (tekanan eksternal). Pada penanak nasi biasa, air akan dididihkan
dengan tekanan eksternal biasa, yaitu 101 kPa, dan mendidih pada titik didih
biasa, yaitu 100°C (373 K).
Sementara, pada penanak nasi yang memanipulasi tekanan (pressure
cooker, atau electric pressure cooker) jika tutup lubang uapnya dibuka,
makapressure cooker akan bekerja seperti penanak nasi biasa, karena tekanan
eksternalnya sama dengan tekanan udara luar.
Namun jika tutup lubang uapnya (biasanya berupa katup) ditutup, akan
ada perubahan pada tekanan udara di ruang dalam pressure cooker dan titik
didih cairan akan berubah. Ketika katupnya ditutup, kondisi sistem berubah
karena uap airnya hanya dapat berada di dalam ruang pressure cooker.
Karena ada tambahan massa (tutup katup), tekanan makin tinggi dan titik
kesetimbangan antar fase (dalam hal ini, antara fase cair dan fase uap) berubah
ke temperatur yang lebih tinggi, dan terbentuklah titik didih baru.
Massa tutup katup menentukan tekanan di dalam ruang pressure cooker,
karena lubang katup akan membiarkan uap air keluar ketika tekanannya telah
mencapai titik tertentu. Kelebihan tekanan akan dikurangi dengan melepaskan
sedikit uap melalui katup.

13
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hukum pertama termodinamika (first law of thermodynamics).
”Jika energi panas yang diberikan sistem dikurangi dengan usaha yang
dilakukan oleh sistem sama dengan perubahan energi dalam
sistem”. Dengan demikian, hukum pertama termodinamika menyatakan
bahwa “sejumlah kalor (Q) yang diterima dan usaha (W) yang dilakukan
terhadap suatu gas dapat digunakan untuk menambah energi dalam”.
Usaha pada berbagai proses termodinamika, meliputi isobarik (tekanan
konstan), isokhorik (volume konstan), isotermik (suhu konstan), dan adiabatik
(tanpa panas). Keempat proses ini memiliki aplikasi masing-masing dalam
kehidupan sehari-hari, proses ini merupakan salah satu penerapan
termodinamika yang dapat dilihat secara jelas.
Pada proses merebus air, dua buah sistem (api/gas dan air) yang berbeda
suhunya digabungkan. Telah diketahui bahwa temperatur akhir yang dicapai
oleh kedua sistem akan berada di antara temperatur awal kedua sistem. Proses
perpindahan kalor dari suatu benda ke benda lain menyangkut perpindahan
energi dapat dihitung secara pasti. Sejumlah kalor Q yang diterima gas dapat
digunakan untuk melakukan usaha W dan menambah energi dalam gas.

14
DAFTAR PUSTAKA

 Bambang Ruwanto.(2002).Matematika untuk fisiks dan


tehnik.1.yogyakarta: Adicipta
 Bambang Ruwanto.(2002).Matematika untuk fisiks dan tehnik
2.yogyakarta: Adicipta
 Beiser,A.1990.Konsep Fisika Modern.Jakarta: Erlangga
 Darmawan,1990, Termodinamika,Bandung: Jurusan Fisika

Anda mungkin juga menyukai