Anda di halaman 1dari 29

Makalah

Termodinamika

 (Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Fisika Dasar I” dengan dosen pengampu : Dr.
Heny Sulistyaningrum, M.Pd.)

Disusun oleh :
Afifatun Nikmah 1104200002
M. Abiyyu Amrullah 1104200009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE
Jl. Manunggal No.61 Tuban Telp. (0356) 322233 Fax. (0356) 331578
E-mail : prospective@unirow.ac.id Web : www.unirow.ac.id
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat-Nya kami di berikan


kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Termodinamika” dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah “Fisika Dasar I”.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Heny
Sulistyaningrum, M.Pd. selaku dosen mata kuliah “Fisika Dasar I” yang telah
memberikan bimbingan serta arahan dalam pembuatan makalah ini dan kepada
orang tua kami yang telah mendukung kami dalam menulis makalah ini.
Karena kami masih dalam tahap pembelajaran, tentunya kami secara sadar
mengakui masih banyak kekurangan, untuk itu kami mohon kritik dan sarannya
untuk membangun kesempurnaan makalah ini. Dan dalam hal ini kami memohon
maaf apabila terjadi kesalahan dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Tuban, 2 November 2022


Hormat Kami,

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
BAB II ISI
2.1 Pengertian Termodinamika
2.2 Usaha dan Proses dalam Termodinamika
2.2.1 Usaha pada Tekanan Tetap (Isoharik)
2.2.2 Usaha pada Suhu Tetap (Isotermal)
2.2.3 Usaha pada Volume Tetap (Isokhorik)
2.2.4 Usaha pada Proses Adiabatik
2.3 Hukum ke Nol Termodinamika
2.4 Hukum I Termodinamika
2.4.2 Penerapan Hukum I Termodinamika
2.5 Kapasitas Kalor Gas Ideal
2.6 Hukum II Termodinamika
2.6.1 Siklus Carnot dan Efisiensi Mesin
2.6.2 Entropi
2.6.3 Mesin Pendingin Carnot
2.7 Hukum III Termodinamika
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Termodinamika merupakan bagian dari cabang Fisika yaitu
Termofisika (Thermal Physics). Termodinamika adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara energi dan kerja dari suatu sistem.
Termodinamika hanya mempelajari besaran-besaran yang berskala besar
(makroskopis) dari sistem yang dapat diamati dan diukur dalam
eksperimen. Termodinamika juga dapat diartikan sebagai ilmu yang
menjelaskan kaitan antara besaran fisis tertentu yang menggambarkan
sikap zat di bawah pengaruh kalor. Besaran fisis ini disebut koordinat
makroskopis sistem. Kaitan atau rumus yang menjelaskan hubungan antar
besaran fisis diperoleh dari eksperimen dan kemudian dapat digunakan
untuk meramalkan perilaku zat di bawah pengaruh kalor. Jadi,
Termodinamika merupakan ilmu yang berlandaskan pada hasil-hasil
eksperimen.
Aplikasi termodinamika sangat banyak, hal ini terjadi karena
perkembangan ilmu termodinamika sejak abad 17 yang dipelopori dengan
penemuan mesin uap di Inggris, dan diikuti oleh ilmuan termodinamika
seperti Rudolph Clausius, William Rankine, dan Lord Kelvin pada abad
ke-19. Perkembangan termodinamika dimulai dengan pendekatan
makroskopis hingga yang bersifat mikroskopis. Adapun bentuk-bentuk
energi yang dihasikan dalam proses termodinamika dapat berupa berbagai
bentuk, diantaranya energi kimia, energi panas, energi mekanis, energi
listrik, energi nuklir dan yang lainnya.

I.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan-
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian termodinamika?

1
2. Apa saja macam-macam usaha dan proses dalam termodinamika?
3. Apa saja hukum dan penerapan hukum termodinamika?

I.3 TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mampu memahami dan menjelaskan mengenai pengertian
termodinamika.
2. Mampu menyebutkan macam-macam usaha dan proses dalam
termodinamika
3. Mampu menjelaskan mengenai hukum-hukum dan penerapan hukum
termodinamika.

2
BAB II
ISI

II.1 Pengertian Termodinamika


Termodinamika merupakan bagian dari cabang Fisika yaitu
Termofisika (Thermal Physics). Termodinamika adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara energi dan kerja dari suatu sistem.
Termodinamika hanya mempelajari besaran-besaran yang berskala besar
(makroskopis) dari sistem yang dapat diamati dan diukur dalam
eksperimen. Termodinamika juga dapat diartikan sebagai ilmu yang
menjelaskan kaitan antara besaran fisis tertentu yang menggambarkan
sikap zat di bawah pengaruh kalor. Besaran fisis ini disebut koordinat
makroskopis sistem. Kaitan atau rumus yang menjelaskan hubungan antar
besaran fisis diperoleh dari eksperimen dan kemudian dapat digunakan
untuk meramalkan perilaku zat di bawah pengaruh kalor. Jadi,
Termodinamika merupakan ilmu yang berlandaskan pada hasil-hasil
eksperimen.
Termodinamika dalam arti sempit merupakan salah satu ranting
dari Ilmu Alam, Ilmu fisika yang mempelajari materi yang ada dalam
keadaan setimbang terhadap perubahan temperatur, tekanan, volume, dan
komposisi kimia. Termodinamika didasarkan pada empat konsepsi
empiris, yaitu: hukum ke nol, pertama (yang berkaitan dengan kerja suatu
sistem), kedua, dan ketiga Termodinamika.
Secara umum Termodinamika dapat dimanfaatkan untuk:
1. menjelaskan kerja beberapa sistem termodinamis.
2. menjelaskan mengapa suatu sistem termodinamis tidak bekerja sesuai
dengan yang diharapkan.
3. menjelaskan mengapa suatu sistem termodinamis sama sekali tidak
mungkin dapat bekerja.

3
II.2 Usaha Sistem Pada Lingkungannya
Termodinamika adalah cabang ilmu fisika yang membahas tentang
hubungan antara panas (kalor) dan usaha yang dilakukan oleh kalor
tersebut. Sistem adalah suatu benda atau keadaan yang menjadi pusat
perhatian kita. Lingkungan adalah segala sesuatu diluar sistem yang dapat
mempengaruhi keadaan sistem secara langsung. Sistem terbuka adalah
hubungan antara sistem dan lingkungan yang memungkinkan terjadinya
pertukaran materi dan energi. Sistem tertutup adalah hubungan antara
sistem dan lingkungan yang hanya terbatas pada pertukaran energi. Sistem
terisolasi adalah hubungan antara sistem dan lingkungan yang tidak
mungkin terjadinya pertukaran materi dan energi.
Usaha yang dilakukan oleh sistem sehubungan dengan perubahan
volume gas dirumuskan sebagai berikut :
W =P ∆ V ¿ P(V 2−V 1)
Ket :
W =¿ Usaha luar yang dilakukan oleh gas ( J )
∆ V =¿ Perubahan volume gas
V 1=¿ Volume gas mula-mula (m 3 )
V 2=¿ Volume gas akhir (m 3 )
P=¿ Tekanan gas ¿)
Ketentuan:
W >0=¿ Gas (sistem) melakukan usaha
W <0=¿ Gas (sistem) menerima usaha dari lingkungan.
Usaha yang dilakukan oleh gas (sistem) sering disebut usaha luar.
Jika diagram PV diketahui, maka usaha luar diperoleh dengan menentukan
luas area di bawah kurva pada diagram tersebut.

4
(a)Usaha yang dilakukan sistem positif (arah proses ke kanan)
(b)Usaha yang dilakukan oleh sistem negatif (arah proses ke kiri)

Contoh :
1. 0,5 liter gas dipanaskan pada tekanan tetap 1,5 atm sehingga volume
nya mengembang menjadi 0,9 liter. Tentukan besar usaha yang
dilakukan gas!
Penyelesaian :
Diketahui :
−3 3
V 1=0,5l=0,5× 10 m
−3 3
V 2=0,9l=0,9× 10 m
5 2 5 2
P=1,5 atm=1,5 ×1,01 ×10 N /m =1,515× 10 N /m
Ditanya :
W =… ?
Jawab :
W =P ∆ V ¿ P(V 2−V 1)

W =1,515× 10 ( 0,9× 10 −0,5× 10 ) =60,6 J


5 −3 −3

Jadi, usaha yang dilakukan gas adalah 60,6 J

II.3 Usaha pada Berbagai Proses Thermodinamika


Terdapat beberapa proses yang berhubungan dengan usaha yang
dilakukan oleh gas berkaitan dengan perubahan suhu, volume, tekanan,
dan energi dalam gas. Proses proses tersebut antara lain :

5
II.3.i Usaha pada Tekanan Tetap (Isobarik)
Proses yang berlangsung pada tekanan tetap disebut proses
isobarik. Bila volume gas bertambah, berarti gas melakukan
usaha(proses ekspansi), sedangkan bila volume gas berkurang berarti
pada gas dilakukan usaha (proses kompresi).

Usaha yang dilakukan oleh gas pada proses isobarik dinyatakan


sebagai berikut:
W =P ∆ V =P(V 2 −V 1)
W =¿ Usaha luar yang dilakukan oleh gas ( J )
P=¿ Tekanan gas ¿)

Contoh :
1. Tabung yang volumenya 2 m3 berisi gas ditekan secara isobarik
pada tekanan 6 ×10 5 Pa sehingga volumenya menjadi 1,5 m3.
Tentukan usaha yang dilakukan gas.
Penyelesaian :
Diketahui :
V 1=2 m3
3
V 2=1,5 m
P=6× 105 Pa
Ditanya :

6
W =… ?
Jawab :
W =P(V 2−V 1 )
W =6 ×105 ( 1,5−2 ) =−3 ×105 J
Jadi, usaha yang dilakukan gas adalah −3 ×105 J

II.3.ii Usaha pada Suhu Tetap (Isotermal)


Proses termodinamika pada suhu konstan disebut proses isotermal.
Usaha yang dilakukan gas pada proses isotermal dinyatakan sebagai
berikut:
V2
W =nRT ln ⁡( )
V1
W =¿ Usaha luar yang dilakukan oleh gas ( J )
n=¿ Jumlah mol gas
V 1=¿ Volume gas mula-mula (m3 )
V 2=¿ Volume gas akhir (m 3 )
R=¿ Konstanta gas universal (8,31 J/mol.K)
T =¿ Suhu

Contoh :

7
1. Gas sebanyak 1 mol berada dalam silinder bervolume 4 liter dan
bersuhu 27°C. Gas tersebut mengalami Isotermal pada tekanan 2
atm dan volumenya menjadi 6 liter. Hitunglah usaha yang
dilakukan oleh gas tersebut.
Penyelesaian :
Diketahui :
n=1 mol
−3 3
V 1=4 l=4 ×10 m
−3 3
V 2=6 l=6 ×10 m
T =27 ° C=300° K
5 2
P=2 atm=2,02× 10 N /m
R=8,31 J /mol ° K
Ditanya :
W =… ?
Jawab :
V2
W =nRT ln
V1
−3
6 ×10
W =( 2 )( 8,31 ) ( 300 ) ln −3
=2021,6 J
4 ×10

II.3.iii Usaha pada Volume Tetap (Isokhorik)


Proses isokhorik adalah proses perubahan keadaan gas pada
volume tetap (∆V =0). Menurut hukum Gay-Lussac, proses isokhorik
pada gas dapat dinyatakan dengan persamaan:
P 1 P2 P
= atau =konstan
T1 T 2 T
Karena perubahan volume pada proses ini ∆ V =0, maka W =0

8
Contoh :
1. Perhatikan grafik di bawah ini! Jika gas ideal melakukan proses
ABC, maka usaha total yang dilakukan gas adalah

Penyelesaian :
Diketahui :
3
V 1=2,5 m
3
V 2=5 m
W AB =0(Isokhorik )
5 2
P(BC)=2 ×10 N /m
Ditanya :
W total =… ?
Jawab :
W total =W AB +W BC

W total =0+ ( 2 ×10 ( 5−2,5 ) )=5 ×10 J


5 5

Jadi, usaha total yang dilakukan gas adalah 5 ×105 J

9
II.3.iv Usaha pada Proses Adiabatik
Proses adiabatik adalah proses perubahan keadaan sistem tanpa
adanya pertukaran kalor dengan lingkungannya, atau tidak ada kalor
yang dilepas maupun yang diterima oleh gas, sehingga Q=0.
Proses adiabatik mengikuti persamaan Poisson, yaitu:
p1 V γ1=p 2 V 2γ atau T 1 V γ1−1=T 2 V 2γ−1
cp
Dengan γ= =¿ konstanta Laplace
cv
Karena sistem tidak melepas atau menerima kalor, maka usaha
yang dilakukan oleh sistem (gas) hanya mengubah energi dalam. Besar
usaha dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut :
1
W= ( P V −P2 V 2)
γ −1 1 1
Usaha yang dilakukan oleh gas pada proses adiabatik dapat juga
dinyatakan dalam bentuk yang berbeda, yaitu :
3
W = nR(T 1−T 2)
2
Proses Adiabatik sangat penting dalam bidang rekayasa. Beberapa
contoh proses adiabatik adalah pemuaian gas panas dalam suatu mesin
diesel, pemuaian gas cair sdalam sistem pendingin, dan langkah
kompresi dalam mesin diesel.

10
Contoh :
1. Hitunglah usaha yang dilakukan 2 mol gas ideal monoatomik pada
1
proses adiabatik jika volume akhirnya menjadi dari volume
2
semula dan suhu akhir 600 K (konstanta Laplace = 1,2).
Penyelesaian :
Diketahui :
γ=1,2
1
V 2= V 1
2
T 2=600 K
n=2 mol
R=8,31 J /mol K
Ditanya :
W =… ?
Jawab :
T 1 V γ1−1=T 2 V 2γ−1
T 1=T 2 ¿
T 1=600 ¿
3
W = nR(T 2−T 1)
2
3
W = ( 2 )( 8,31 ) ( 600−522,3 )=1936 J
2

II.4 Hukum ke Nol Termodinamika


Keseimbangan panas adalah tidak adanya pertukaran kalor antara
dua benda yang bersentuhan. Hal ini dikarenakan suhu kedua benda sama.
Hukum ke nol termodinamika menyatakan :
“Jika benda A berada dalam keseimbangan panas dengan benda B dan
benda B berada dalam keseimbangan panas dengan benda C maka benda
A berada dalam keseimbangan panas dengan benda C”

11
Contoh:
Terdapat tiga wadah yang terbuat dari logam. Wadah A bersisi air, wadah
B berisi minyak, dan wadah C berisi gliserin. Misalkan wadah berisi air
dan minyak disentuhkan dan tidak terjadi adanya perubahan suhu pada
keduanya maka air dan minyak dapat katakan berada dalam keseimbangan
panas. Misalkan wadah berisi minyak disentuhkan dengan wadah berisi
gliserin, dan tidak terjadi adanya perubahan suhu keduanya, maka minyak
dan gliserin juga berada dalam keseimbangan panas. Maka wadah berisi
air dan wadah berisi gliserin juga tidak akan mengalami perubahan suhu
ketika disentuhkan. Dengan kata lain, keduanya juga berada dalam
keseimbangan panas.

Hukum ke-0 termodinamikan merupakan landasan bagi pembuatan


alat ukur suhu. Ketika termometer diberi skala sebenarnya termometer
tersebut dibuat dalam kesetimbangan termal dengan benda yang telah
diketahui suhunya (benda referensi). Termometer yang telah memiliki
skala digunakan untuk mengukur suhu benda-benda lain. Saat termometer
berada dalam keseimbangan termal dengan benda yang sedang diukur

12
maka benda yang sedang diukur tersebut berada dalam kesetimbangan
termal dengan penda yang digunakan saat memberi skala pada
termometer. Jadi, suhu benda yang diukur disimpulkan sama dengan suhu
benda standar yang digunakan untuk memberi skala pada termometer.

II.5 Hukum I Termodinamika


Saat gas mengalami suatu proses maka ada beberapa peristiwa
yang dapat terjadi, seperti:
1. Energi dalam yang dimiliki gas berubah
2. Muncul kerja yang dilakukan oleh gas atau yang dilakukan oleh
lingkungan
3. Adanya pertukaran kalor antara gas dan lingkungan
Peristiwa di atas berpengaruh pada jumlah energi yang dimiliki gas.
Hukum I termodinamika merupakan hukum kekekalan energi yang
diterapkan pada sistem termodinamika. Hukum I Termodinamika
menyatakan :
“Jika sejumlah kalor Q diberikan pada sistem, kalor digunakan sebagian
oleh sistem untuk melakukan usaha W, dan selisih energi Q-W sama
dengan perubahan energi dalam ∆ U dari sistem”.
Pertambahan energi dalam gas hanya tejadi karena adanya kerja yang
dilakukan lingkungan pada gas dan adanya aliran masuk kalor ke dalam
gas. Secara matematika, pernyataan di atas dapat diungkapkan oleh
persamaan ∆ U =Q+W
Dimana :
∆ U =¿ U 1−U 2
W =−W
Hukum Termodinamika juga dapat ditulis sebagai berikut :
Q1 →2= ( U 2−U 1 ) +W
Ket :
Q1 →2=¿ Kalor dari keadaan 1 ke keadaan 2

13
Ketika menerapkan hukum I termodinamika, yang harus diperhatikan
adalah memperhatikan tanda dengan seksama. Ketentuan untuk tanda
U , W , dan Q sebagai berikut:
W bertanda (+) jika sistem melakukan usaha
W bertanda (-) jika sistem menerima usaha
Q bertanda (+) jika sistem menerima kalor
Q bertanda (-) jika sistem melepas kalor
U positif jika energi dalam yang dimiliki gas bertambah
U negatif jika energi dalam yang dimiliki gas berkurang

Contoh :
1. Dalam suatu proses isobaric, volume gas berubah dari 1 L menjadi 2 L.
Tekanan gas adalah 105 Pa. Jika pada proses tersebut kalor masuk ke
dalam gas sebanyak 500 J, berapa perubahan energi dalam gas?
Jawab :
Karena kalor masuk maka Q = + 500 J
Kerja isobarik:
W =−P ( V 2−V 1 )

¿−10 × ( 2 ×10 −10 )=−100 J


5 −3 −3

Berdasarkan hukum I termodinamika


∆ U =Q−W
¿ 500−100=400 J

II.5.ii Penerapan Hukum I Termodinamika


Pada proses isobarik, sistem tidak mengalami perubahan tekanan
( ∆ P=0). Hukum I termodinamika pada proses ini dinyatakan :
Q=∆ U + P ∆ V
Q=( U 2−U 1 ) + P(V 2 −V 1) .

14
Proses isotermal adalah proses yang tidak mengalami perubahan
suhu (∆T =0) , sehingga perubahan energi dalamnya nol ( ∆U =0).
Hukum I termodinamika pada proses ini dinyatakan :
V2
Q=W =nRT ln ⁡( ).
V1
Proses isokhorik adalah proses yang dialami oleh sistem tanpa
adanya perubahan volume ( ∆V =0), sehingga usaha oleh sistem gas
adalah W =p ∆ V =0 . Hukum I termodinamika pada proses ini
dinyatakan sebagai berikut:
3
Q=∆ U= nR ∆ T
2
Pada proses adiabatik, tidak terjadi pertukaran kalor dari sistem ke
lingkungannya ( ∆Q=0). Hukum I termodinamika pada proses ini
dinyatakan sebagai berikut:
Q=∆ U +W →Q=0
3
W =−∆ U = nR(T 1−T 2)
2
Persamaan di atas berarti usaha luar yang dilakukan sistem akan
mengurangi energi dalam sistem.

II.6 Perubahan Energi Dalam (∆ U )


Energi dalam (U) merupakan jumlah energi kinetik translasi dari
semua atom. Jumlah ini sama dengan energi kinetik rata-rata per molekul
dikalikan total molekul. Energi dalam ditulis dalam persamaan :
3 3
U = NK ∆ T = nR ∆ T
2 2
Ket :
U =¿ Energi dalam
N=¿ Jumlah molekul gas
K=¿ Konstanta Boltzmann (1,38 ×10−23 )
n=¿ Jumlah mol gas
R=¿ Konstanta gas universal (8,31 J/mol.K)

15
∆ T =¿ Perubahan Suhu

II.7 Kapasitas Kalor Gas Ideal


Jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu disebut
kapasitas kalor atau dinyatakan dalam simbol C.
Q
C=
∆T
Dengan :
C = Kapasitas kalor gas (J/K)
Q = Jumlah kalor yang diserap gas (J)
∆ T = Perubahan suhu gas (K)
Kapasitas kalor untuk gas dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Kapasitas kalor pada volume tetap (C ¿¿ v )¿ yang dinyatakan:
Qv
C v=
∆T
2. Kapasitas kalor pada tekanan tetap (C p) yang dinyatakan:
Qp
C p=
∆T

Untuk gas monoatomik energi dalam suatu gas terdiri dari energi
kinetik translasi saja, sehingga memenuhi :
3
U = nR ∆ T
2
Ket :
U =¿ Energi dalam
n=¿ Jumlah mol gas
R=¿ Konstanta gas universal (8,31 J/mol.K)
∆ T =¿ Suhu
Dengan demikian, kapasitas panasnya adalah :
3
nR ∆ T
∆U 2 3
C v= = = nR
∆T ∆T 2

16
3 5
C p=C v + nR= nR+nR= nR
2 2
cp
Dengan γ= =¿ konstanta Laplace, maka untuk gas monoatomik
cv
diperoleh :
5
nR
Cp 2 5
γ= = = =1,67
Cv 3 3
nR
2
Untuk gas diatomik, selain memiliki energi kinetik translasi juga
memiliki energi rotasi, sehingga :
5
U = nR ∆ T
2
Dengan demikian, kapasitas panasnya adalah :
5
nR ∆ T
∆U 2 5
C v= = = nR
∆T ∆T 2
5 7
C p=C v + nR= nR+nR= nR
2 2
cp
Dengan γ= =¿ konstanta Laplace, maka untuk gas monoatomik
cv
diperoleh :
7
nR
Cp 2 7
γ= = = =1,4
Cv 5 5
nR
2

Contoh :
1. Ketika menyerap kalor, sebanyak 0,2 mol gas monoatomik mengalami
proses isokhorik hingga suhunya berubah dari 100°C menjadi 300°C.
Berapakah kalor yang terlibat? Apakah kalor tersebut masuk ke gas
atau keluar dari gas?
Penyelesaian :
Diketahui :

17
n=0,2 mol
T 1=100° C=100+273=373 K
T 2=300° C=300+273=573 K .
Pada proses isokhorik, volum konstan, sehingga W =0. Dengan hukum
I termodinamika didapat Q=U .
Sehingga
3
∆ U = nR(T 2−T 1)
2
3
¿ ×0,2 × 8,315×(573−373)
2
¿ 499 J
Dengan demikian Q=U =499 J . Karena Q positif maka kalor mengalir
masuk ke dalam gas.

II.8 Hukum II Termodinamika


Terdapat batasan tentang cara pemanfaatan kalor. Batasan tersebut
diungkapkan oleh hukum II termodinamika. Ada dua versi ungkapan
hukum II termodinamika yang ekivalen satu sama lain. Jika ungkapan
pertama benar maka ungkapan kedua benar, dan sebaliknya. Hukum II
termodinamika menyatakan bahwa:
“Tidak mungkin ada suatu sistem yang dapat mengubah seluruh kalor
yang diterima menjadi usaha”.
Konsekuansi pernyataan ini adalah tidak mungkin membuat mesin kalor
yang memiliki efisiensi 100%.

II.8.i Siklus Carnot dan Efisiensi Mesin


Siklus adalah suatu rangkaian proses berkelanjutan yang pada
akhirnya kembali ke keadaan semula. Siklus Carnot adalah siklus
reversibel yang terdiri atas dua proses isotermal dan dua proses
adiabatik.

18
Menurut kurva hubungan p−V dari siklus Carnot, usaha yang
dilakukan oleh gas adalah luas daerah dalam kurva p−V siklus tersebut.
Secara matematis dinyatakan :
W siklus=∆ Q siklus →( ∆ U=0)
W siklus=Q1−Q2
Dengan,
Q1 = Kalor yang diserap sistem
Q1 = Kalor yang dilepaskan oleh sistem
Besar usaha yang dilakukan gas pada tekanan tidak tetap adalah
sebanding dengan luas daerah di bawah kurva (luas daerah yang diarsir).

Perhatikan gambar sebagai contoh kasus.


Proses I = Proses kearah kanan = V 2 >V 1, maka W bernilai positif.
Proses II = W II =0→ ∆ V =0
Proses III = Proses kearah kiri = V 2 <V 1, maka W bernilai negatif.
Usaha total siklus tersebut adalah

19
W =W I +W II + W III
1
W =( 4 ×10 ) ×3+0− ((4 +2)×10 )×3
5 5
2
5 5
W =12× 10 −9 ×10
5
W =3 ×10
Jadi usaha yang dihasilkan siklus tersebut sebesar 3 ×105 J .
Perbandingan antara besar usaha yang dilakukan sistem (W) terhadap
energi kalor yang diserap (Q1 ) disebut efisiensi mesin (η).

η=
W
Q1
Q −Q 2
× 100 %= 1
Q1
Q
(
×100 %= 1− 2 ×100 %
Q1 )
η = Efisiensi mesin (%)
W =¿ Usaha yang dilakukan sistem (J)
Q1 = Energi kalor yang diserap sistem (J)
Q 2 = Energi kalor yang dilepaskan sistem (J)
Pada mesin Carnot, besarnya kalor yang diserap oleh sistem Q 1
sama dengan temperatur reservoir suhu tingginya T 1, dan besarnya kalorr
yang dilepaskan sistem Q2 sama dengan temperatur reservoir suhu rendah
T 2 mesin tersebut. Efisiensi mesin dapat juga dinyatakan:

(
η= 1−
T2
T1 )
×100 %

η = Efisiensi mesin (%)


T 1 = Temperatur pada reservoir suhu tinggi (K)
T 2 = Temperatur pada reservoir suhu rendah (K)

II.8.ii Entropi
Entropi adalah besaran yang menyatakan banyaknya energi atau
kalor yang tidak dapat diubah menjadi usaha. Jika suatu sistem
menyerap sejumlah kalor Q dari reservoir yang memiliki temperatur
mutlak, entropi sistem tersebut akan meningkat dan entropi

20
reservoirnya akan menurun sehingga perubahan entropi sistem dapat
dinyatakan dengan persamaan :
∆Q
∆ S=
T
Ketentuan :
Untuk proses reversibel, perubahan total entropi, ∆ S=0 untuk sistem
atau lingkungan.
Untuk proses irreversibel, berlaku : Δ S sistem + Δ Slingkungan =Δ S seluruhnya ≥ 0

II.8.iii Mesin Pendingin


Mesin pendingin ini bekerja dengan menerima usaha dari luar
untuk memindahkan kalor pada reservoir bersuhu rendah menuju
reservoir bersuhu tinggi. Berdasarkan hukum kedua termodinamika,
kalor yang dilepaskan ke suhu tinggi sama dengan kerja yang ditambah
kalor yang diserap. Secara matematis dapat ditulis dalam persamaan
berikut:
Q1=Q2 +W
Hasil bagi antara kalor yang masuk Q 1 dengan usaha yang diperlukan
W disebut koefisien daya guna (performansi) yang dinyatakan sebagai
berikut:
Q2 Q2
K p= =
W Q1−Q2
Jika gas yang digunakan dalam sistem mesin pendingin adalah gas
ideal, persamaannya menjadi:
T2
K p=
T 1−T 2

II.9 Hukum III Termodinamika


Hukum III Termodinamika dinyatakan sebagai berikut, yaitu
mengenai sifat sistem dalam kesetimbangan pada temperatur nol mutlak.
Entropi kristal sempurna pada nol mutlak adalah tepat sama dengan nol.

21
Pada titik nol mutlak (nol kelvin), sistem harus berada dalam
keadaan dengan energi seminimum mungkin, dan pernyataan hukum
ketiga di atas berlaku karena kristal sempurna hanya memiliki
satu keadaan energi minimum. Entropi berhubungan dengan
jumlah keadaan mikro yang mudah diakses, dan untuk sistem yang terdiri
dari banyak partikel, mekanika kuantum menunjukkan bahwa hanya ada
satu keadaan unik (disebut keadaan dasar) dengan energi minimum. Jika
sistem tidak memiliki tatanan yang terdefinisi dengan baik (jika ordenya
adalah glassy, misalnya), maka dalam praktiknya masih ada sedikit entropi
karena sistem dibawa ke suhu yang sangat rendah akibatnya sistem
menjadi terkunci dalam konfigurasi dengan energi tidak minimal. Nilai
konstan tersebut dinamakan entropi residual.
Secara sederhana, hukum ketiga menyatakan bahwa entropi kristal
sempurna suatu zat murni mendekati nol karena suhu mendekati nol.
Penyelarasan kristal sempurna tidak meninggalkan ambiguitas terhadap
lokasi dan orientasi setiap bagian kristal. Seiring dengan berkurangnya
energi kristal, vibrasi individual atom berkurang hingga tiada, dan kristal
menjadi sama di mana-mana.
Hukum ketiga memberikan titik acuan mutlak untuk penentuan
entropi pada suhu lainnya. Entropi suatu sistem, yang ditentukan relatif
terhadap titik nol ini, adalah entropi mutlak dari sistem itu. Secara
matematis, entropi mutlak setiap sistem pada suhu nol adalah log natural
dari jumlah keadaan dasar dikalikan konstanta
Boltzmann kB = 1,38×10−23 J K−1.
Entropi kisi kristal sempurna seperti yang didefinisikan oleh
teorema Nernst adalah nol asalkan keadaan dasarnya unik, karena ln(1) =
0. Jika sistem terdiri dari satu miliar atom, semuanya sama, dan terletak di
dalam matriks kristal yang sempurna, jumlah permutasi dari satu miliar hal
identik yang dikurangi satu miliar pada satu waktu adalah Ω = 1.Maka:
S−S 0=k B ∈¿Ω=k B ln 1 = 0

22
Perbedaannya adalah nol, maka entropi awal S 0 dapat berupa nilai
berapapun yang dipilih asalkan semua perhitungan lainnya dimasukkan
sebagai entropi awal. Akibatnya, nilai entropi awal nol yang dipilih
adalah S0 = 0 untuk kenyamanan.
S−S 0=S−0=0
S=0
Sebagai contoh, misalkan sebuah sistem terdiri dari 1 cm3 materi dengan
massa 1 g dan 20 g/mol. Sistem terdiri dari 3×1022 atom identik pada 0 K.
Jika satu atom harus menyerap foton dengan panjang gelombang 1 cm
maka atom itu unik dan permutasi dari satu atom unik di
sekitar 3×1022 adalah N = 3×1022. Entropi, energi, dan suhu sistem
meningkat dan dapat dihitung. Perubahan entropi adalah:
∆ S=S−S 0=k B ln Ω
Dari hukum kedua termodinamika:
SQ
∆ S=S−S 0=
T
Maka:
SQ
∆ S=S−S 0=k B ln Ω =
T
Perhitungan perubahan entropi:
S−0=K B ln N
= 1,38 x 10−23 x ln 3 x 1022
= 70 x 10−23 J K −1
Perubahan energi sistem sebagai akibat menyerap energi foton tunggal
adalah
hc
SQ = ϵ=
λ
6,62 x 10−34 J . S x 3 x 10 8 m s−1
=
0,01 m
= 2 x 10−23 J
Suhu sistem meningkat menurut:

23
λ 2 x 10−23 J 1
T= = −1 =
k
∆ S 70 x 10 J K
−23
35
Hal ini bisa diartikan sebagai suhu rata-rata sistem berkisar dari 0 < S
< 70×10−23 J/K.[9] Atom tunggal diasumsikan menyerap foton namun
perubahan suhu dan entropi mencirikan seluruh sistem.
Contoh sistem yang tidak memiliki keadaan dasar yang unik adalah
sistem yang spin bersihnya adalah bilangan setengah bulat, yang simetri
pembalikan waktunya menghasilkan dua keadaan dasar degeneratif. Untuk
sistem semacam itu, entropi pada suhu nol setidaknya kB × ln(2) (yang
diabaikan pada skala makroskopis). Beberapa sistem kristal
menunjukkan frustrasi geometris, yaitu ketika struktur kisi kristal
mencegah kemunculan keadaan dasar yang unik. Helium pada keadaan
dasar (kecuali di bawah tekanan) tetap cair.
Selain itu, larutan kaca dan padat mempertahankan entropi besar
pada 0 K, karena merupakan kumpulan besar keadaan nyaris degeneratif,
di mana mereka terjebak dalam kesetimbangan. Contoh lain dari padatan
dengan keadaan dasar nyaris degeneratif, terjebak dalam kesetimbangan,
adalah es Ih, yang memiliki "proton disorder".
Untuk entropi pada nol mutlak adalah nol, momen magnetik kristal
yang tertata sempurna harus ditata dengan sempurna; dari perspektif
entropis, ini dapat dianggap sebagai bagian dari definisi "kristal
sempurna". Hanya bahan feromagnetik, antiferomagnetik,
dan diamagnetik yang dapat memenuhi kondisi ini. Namun, bahan
feromagnetik sebenarnya tidak memiliki entropi nol pada suhu nol, karena
putaran elektron yang tidak berpasangan semuanya selaras dan ini
menghasilkan degenerasi spin keadaan dasar.

24
BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN
Termodinamika merupakan bagian dari cabang Fisika yaitu
Termofisika (Thermal Physics). Termodinamika adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara energi dan kerja dari suatu sistem.
Termodinamika adalah cabang ilmu fisika yang membahas tentang
hubungan antara panas (kalor) dan usaha yang dilakukan oleh kalor
tersebut. Usaha dan proses dalam termodinamika dibagi menjadi 4, yaitu :
Usaha pada tekanan tetap, suhu tetap, volume tetap, dan pada proses
adiabatik. Hukum dalam termodinamika dibagi menjadi hukum ke-nol
termodinamika, hukum I termodinamika, dan hukum II termodinamika.

III.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini, kami berharap agar pembaca dapat
lebih memahami mengenai termodinamika, macam-macam usaha dan
proses dalam termodinamika, serta hukum-hukum termodinamika dan
penerapannya

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. (2016). Fisika Dasar I. Institut Teknologi Bandung.


Apriliyani, Sri., dkk. Buku Pintar Belajar Fisika Untuk SMA/MA Kelas XI.
Sagufiando Kinarya.
Supadi, Rossalia, D., & Gita, Y. (2015). Big Book Fisika SMA Kelas 1, 2, 3.pdf
(Taqwa (ed.); 1st ed.). Penerbit Cmedia Imprint Kawan Pustaka.

26

Anda mungkin juga menyukai