Anda di halaman 1dari 11

HUKUM KE II TERMODINAMIKA

RUMUSAN HUKUM KE II TERMODINAMIKA DAN PROSES BERSIKLUS

Disusun Oleh:

Iffah Khairiyah Ismayanti (4172121023)


Nanda Julfa Rezeki (4173121032)
Poibe Simanjuntak (4171121024)
Riski Maulida Afni (4171121029)

Dosen Pengampu :
Deo Demonta Panggabean, S.Pd., M,Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala RahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai .Terimakasih kepada bapak Deo Demonta
Panggabean selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Termodinamika, tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-ide dan waktunya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca ,Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.

Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 29 oktober 2018

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perumusan Hukum Ke II Termodinamika 2
2.2 Beberapa Proses Bersiklus 3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan 7
3.2 Saran 7
DAFTAR PUSTAKA 8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Termodinamika adalah nama yang diberikan untuk studi proses di mana energi
ditransfer sebagai kalor dan sebagai kerja. Dalam termodinamika terdapat beberapa hukum
yang meliputinya. Hukum termodinamika pertama menyatakan bahwa energi adalah kekal.
Sebagai contoh, ketika sebuah benda yang panas diletakkan bersentuhan dengan benda yang
dingin, kalor mengalir dari yang panas ke yang dingin, tidak pernah sebaliknya secara
spontan. Jika kalor meninggalkan benda yang dingin dan masuk ke yang panas, energi akan
tetap bisa kekal. Tetapi ini tidak berlangsung secara spontan.

Hukum termodinamika pertama, kekekalan energi, tidak akan dilanggar jika proses-
proses ini terjadi dengan sebaliknya. Untuk menjelaskan tidak adanya reversibilitas (bisa
balik) para ilmuwan di paruh kedua abad sembilanbelas merumuskan prinsip baru yang
dikenal dengan hukum termodinamika kedua. Hukum ini merupakan pernyataan mengenai
proses yang terjadi di alam dan yang tidak. Hukum ini dapat dinyatakan dengan berbagai
cara, semuanya sama.

1.2 Rumusan Masalah

Maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apa pengertian dan aplikasi hukum kedua termodinamika ?

2. Bagaimana Prinsip kerja dari beberapa siklus menurut hukum 2 Termodinamika

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, antara lain:

1. Memberikan tambahan pengetahuan kepada pembaca tentang Hukum 2


Termodinamika.

1
2. Memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai Rumusan Hukum Ke Ii
Termodinamika Dan Proses Bersiklus

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perumusan Hukum Kedua Termodinamika

Pengalaman menunjukkan bahwa tidak ada satupun dari mesin-mesin yang


dibicarakan sebelumnya (mesin kalor dan mesin pendingin) mempunyai efisiensi 100%. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak ada satupun mesin-mesin tersebut yang mampu mengubah kalor
seluruhnya menjadi usaha. Dalam pembahasans sebelumnya mengenai hukum pertama
termodinamika ketidakmungkinan ini tidak disinggung sama sekali. Dalam membahas tentang
hukum kedua termodinamika, hal ini akan dibahas.
Hukum kedua termodinamika merupakan suatu generalisasi dari pengalaman-
pengalaman tersebut serta terdapat dua formulasi yang sangat berguna untuk memahami
konversi energi panas menjadi energi mekanik. Kedua formulasi ini merupakan formulasi
yang dikemukakan oleh Kelvin – Planck dan Rudolf Clausius.
1. Perumusan Kelvin – Planck
Kelvin – Planck menyatakan hukum kedua termodinamika dengan ungkapan
bahwa, “Tidak mungkin untuk membuat pesawat yang bekerja dalam suatu siklus yang
semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu reservoir bersuhu tertentu
seluruhnya menjadi energi mekanik (usaha)”. Perumusan Kelvin – Planck menyatakan
bahwa kita tidak dapat menghasilkan kerja mekanis dengan menarik atau menyerap kalor
dari reservoir panas tanpa mengembalikan suatu kalor pada reservoir dingin. Apabila
hukum ini tidak benar, maka kita dapat menggerakkan atau mengambil panas dari lautan
atau menjalankan pembangkit tenaga listrik dengan mengambil panas dari udara di
sekelilingnya.
2. Perumusan Clausius
Clausius menyatakan hukum kedua termodinamika dengan ungkapan bahwa,
“Tidak mungkin membuat sebuah pesawat yang kerjanya hanya menyerap kalor dari
reservoir bersuhu rendah dab memindahkan kalor ini ke reservoir bersuhu tinggi tanpa

2
disertai dengan perubahan lain”. Pernyataan Clausius menunjukkan bahwa untuk
memindahkan kalor dari reservoir dingin secara terus menerus ke reservoir panas maka
diperlukan kerja oleh pengaruh luar (lingkungan). Telah kita ketahui bersama bahwa
apabila dua benda yang memiliki perbedaan temperature kita sentuhkan satu sama lainnya,
maka kalor akan mengalir dari benda yang temperaturnya lebih tinggi ke benda yang
temperaturnya lebih rendah.
Mungkin dalam pikiran kita akan muncul pertanyaan, mungkinkah kalor mengalir
dari benda bersuhu rendah ke benda bersuhu dingin? Hukum kedua termodinamika
mengabaikan kemungkinan kalor dapat mengalir dari benda bertemperatur rendah ke
benda bertemperatur tinggi. Hal ini berarti bahwa, pada hukum kedua termodinamika arah
proses menjadi perhatian, dimana arah tersebut hanya dapat dibalik dengan adanya suatu
usaha luar dari sistem.
2.2 Beberapa Proses Bersiklus
Dalam proses bersiklus Hukum Ke II Termodinamika, terbagi dua yaitu: Proses
reversible dan irreversible. dan Siklus carnot. Dijabarkan sebagai berikut :
1. Proses reversible dan irreversible
Bila kita meninjau sebuah sistem yang khas dalam kesetimbangan
termodinamika dengan massa M dari suatu gas ideal yang dibatasi dalam sebuah
susunan silinder pengisap dengan volume V, tekanan P serta temperatur T. Dalam
kesetimbangan maka variabel-veriabel tersebut tetap konstan terhadap waktu.
Dimisalkan bahwa silinder tersebut dinding-dindingnya adalah isolator panas yang
ideal dan alasnya adalah penghantar panas yang ideal ditempatkan pada sebuah
reservoir besar yang dipertahankan pada temperatur T sama seperti gambar 1.
Kemudian keadaan sistem tersebut diubah dengan T adalah sama tetapi volume V
direduksi sebesar setengah volume awal.

3
 Proses Irreversibel (Proses Tak Terbalikkan)

Apabila kita menekan pengisap tersebut dengan sangat cepat sampai kembali
lagi ke kesetimbangan dengan reservoir, selama proses ini gas bergolak dan tekanan
serta temperaturnya tidak dapat didefinisikan secara tepat sehingga grafik proses ini
tidak dapat digambarkan sebagai sebuah garis kontinu dalam diagram P-V karena tidak
diketahui berapa nilai tekanan atau temperatur yang akan diasosiasikan dengan volume
yang diberikan. Proses inilah yang dinamakan proses irreversibel.

 Proses Reversibel (Proses Terbalikkan)

Apabila kita menekan pengisap dengan sangat lambat sehingga tekanan,


volume, dan temperatur gas tersebut pada setiap waktu adalah kuantitas-kuantitas yang
dapat didefinisikan secara tepat. Mula-mula sedikit butiran pasir dijatuhkan pada
pengisap dimana kemudian volume sistem akan direduksi sedikit dan T akan naik serta
terjadi penyimpangan terhadap kesetimbangan yang sangat kecil. Sejumlah kecil kalor
akan dipindahkan ke reservoir dan dalam waktu singkat sistem akan mencapai
kesetimbangan baru dengan T adalah sama dengan T reservoir. Peristiwa ini
diulakukan berulang-ulang sampai akhirnya kita mereduksi volume menjadi setengah
kali volume awalnya. Selama keseluruhan proses ini, sistem tersebut tidak pernah
berada dalam sebuah keadaan yang berbeda banyak dari sebuah keadaan
kesetimbangan. Proses inilah yang dinamakan proses reversibel. Proses reversibel
adalah sebuah proses yang dengan suatu perubahan diferensial di dalam
lingkungannya dapat dibuat menelusuri kembali lintasan proses tersebut.

4
Pada praktiknya semua proses adalah irreversibel tetapi kita dapat mendekati
keterbalikan (reversibel) sedekat mungkin dengan membuat perbaikan-perbaikan
eksperimen yang sesuai. Proses yang betul-betul reversibel adalah suatu abstraksi
sederhana yang berguna dalam hubungannya dengan proses riel adalah serupa seperti
hubungan abstraksi gas ideal dengan gas riel. Pada proses reversibel juga terjadi proses
isotermal, kerena kita menganggap bahwa T gas berbeda pada setiap waktu hanya
sebanyak diferensial dT dari T konstan reservoir dimana silinder berdiam. Volume gas
tersebuat juga dapat direduksi secara adiabatikr dengan memindahkan silinder dari
reservoir kalor dan menaruhnya pada sebuah tempat yang tidak bersifat sebagai
penghantar. Dalam proses adiabatikr tidak ada kalor yang masuk ataupun keluar dari
sistem. Proses adiabatikr dapat merupakan proses reversibel atau irreversibel, dimana
proses reversibel kita dapat menggerakkan pengisap sangat lambat dengan cara
pembebanan pasir dan proses yang irreversibel kita dapat menyodok pengisap dengan
sangat cepat ke bawah.

Selama proses kompresi adiabatik temperatur gas akan naik karena dari Hukum
I Termodinamika bila Q = 0 maka besarnya usaha W untuk mendorong pengisap ke
bawah harus muncul sebagai suatu pertambahan energi dalam sebesar ΔU. W akan
bernilai berbeda untuk kecepatan yang berbeda dari pendorongan pengisap tersebut ke
bawah yang diberikan oleh ∫PdV yaitu luas daerah di bawah kurva pada diagram P –V
(hanya untuk proses reversibel untuk P tetap). ΔU dan ΔT tidak akan sama baik untuk
proses reversibel ataupun irreversibel.

2. Siklus carnot
Carnot memahami proses dasar yang mendasari usaha oleh semua mesin,
dimana proses itu adalah suatu perubahan bentuk dari energi (kalor) melalui bentuk
energi lainnya (usaha mekanik). Usaha hanya dapat dilakukan ketika kalor mengalir
dari suhu tinggi ke suhu rendah. Carnot kemudian mengusulkan suatu mesin kalor
ideal yang bekerja secara siklus dan dapat bekerja balik (reversibel) di antara dua suhu.
Efisiensi dari mesin Carnot tidaklah 100%, melainkan sebuah mesin yang efisiensinya
paling besar dari semua mesin yang mengubah kalor menjadi usaha. Dari hasil analisis

5
terhadap perubahan energi selama satu siklus dari performansi mesin dan menentukan
kondisi-kondisi untuk mencapai efisiensi maksimum.

Langkah 1 : Proses pemuaian


isotermal
Langkah 3 : Proses
pemampatan adiabatik
Langkah 2 : Proses
pemuaian adiabatik
Q1
Sumber panas

Isolator
Isolator

Langkah 3 : Proses
pemampatan isotermal
Q2
Penampung panas

Gambar 3 : Diagram sebuah mesin Carnot yang


menggunakan gas ideal sebagai fluida kerja

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dalam materi Hukum Ke II Termodinamika: Rumusan


Hukum Ke II Termodinamika Dan Proses Bersiklus, yaitu sebagai berikut:

1. Hukum kedua termodinamika merupakan suatu generalisasi dari pengalaman-


pengalaman tersebut serta terdapat dua formulasi yang sangat berguna untuk
memahami konversi energi panas menjadi energi mekanik
2. Perumusan Hukum Ke II Termodinamika terbagi atas:
a. Perumusan Kelvin – Planck
“Tidak mungkin untuk membuat pesawat yang bekerja dalam suatu siklus yang
semata-mata mengubah energi panas yang diperoleh dari suatu reservoir bersuhu
tertentu seluruhnya menjadi energi mekanik (usaha)”.
b. Perumusan Clausius
“Tidak mungkin membuat sebuah pesawat yang kerjanya hanya menyerap
kalor dari reservoir bersuhu rendah dab memindahkan kalor ini ke reservoir bersuhu
tinggi tanpa disertai dengan perubahan lain”.
3. Beberapa proses bersiklus pada hokum ke dua termodinamika terbagi dua yaitu proses
reversible & irreversible dan juga siklus carnot
3.2 Saran
Penulis mengharapkan para pembaca maupun penulis sendiri dapat lebih memahami
perumusan hokum kedua termodinamika dan proses-proses bersiklus, sehingga lebih
menguasai termodinamika itu sendiri. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini

7
masih memiliki banyak kekurangan untuk itu penulis mengharapkan kritik maupun saran
dari pembaca yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Halliday, Resnick. 1998. Fisika Edisi Ke 3. Jakarta; Erlangga

Hadi, Dimsiki. 1993. Termodinamika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan.

Kanginan, Marthen. 2007. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

Halliday dkk. 2010. Dasar-Dasar Fisika Versi Diperluas. Tanggerang: Binapura Aksara.

Sutrisno dan Tan Ik Gie. 1983. Seri Fisika Dasar (Listrik, Magnet dan Termofisika Listrik).
Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai