ENTROPI
Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Termodinamika
Dosen Pengampu : Nurdin Bukit, Prof.Dr, M.Si, S.Si
Muhammad Aswin Rangkuti, S.Pd, M.Pd
Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
Liza Yolanda 4153121037
Lidwina Iva Mayolly Sinaga 4153121034
Nikma Yanti A Siregar 4151121046
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat mengerjakan dan menyelesaikan
penyusunan makalah ini, meskipun disadari sepenuhnya makalah ini masih banyak
kekurangannya.
Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Termodinamika dan
untuk mengetahui lebih lanjut tentang Entropi.
Tiada yang sempurna di dunia ini selain Tuhan Yang Maha Esa, dan penyusun
menyadari bahwa masih banyak kesalahan-kesalahan dalam penulisan makalah
Termodinamika. Untuk itu penyusun mohon kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Penyusun berharap tugas makalah Entopi ini dapat bermanfaat bagi
penyusun pribadi dan pembaca pada umumnya.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1
ii
BAB I
PENDAHULAN
Kata energi, telah dikenal bahkan sebelum mulai dipergunakan dalam pelajaran awal
mengenai sains. Hal ini sangat membantu dalam mempelajari energi dalam termodinamika
teknik. Analisi sistem berdasarkan hukum kedua termodinamika dapat dengan mudah
dilakukan dengan sifat entropi. Konsep energi dan entropi merupakan konsep yang abstrak.
Namun, tidak seperti energi, kata entropi jarang didengar dalam percakapan sehari-hari,
apalagi melakukan analisis entropi secara kualitatif. Energi dan entropi memegang peranan
penting dalam pembahasan-pembahasan berikutnya.
Konsep entropi mula-mula diperkenalkan dalam fisika teori oleh R.J. Clausius dalam
pertengahan abad kesembilan belas. Sampai pada saat itu terdapat banyak hal yang
membingungkan mengenai hubungan antara kalor dan kerja serta perannya dalam operasi
mesin kalor. Insinyur Perancis yang terkenal, Carnot, Petit, Clement, dan Desormes hanya
memiliki sedikit pengetahuan mengenai hukum pertama termodinamika. Carnot percaya
bahwa keluaran kerja suatu mesin adalah akibat dari sejumlah kalor yang meninggalkan
tandon panas dan sejumlah kalor yang sama masuk ke tandon dingin.
Petit dan Clement menghitung efisiensi mesin kalor dengan menghitung kerja yang
dilakukan hanya dalam langkah daya tanpa meninjau keseluruhan daur yang menurut Carnot
harus dilakukan. Menurut Medoza, Dalam tangan Clapeyron, Kelvin, dan Clausius,
termodinamika mulai menemukan jalan maju hanya jika dipisahkan dari perancangan mesin.
Clausius membuktikan adanya fungsi entropi dengan mula-mula menurunkan teoremanya.
Penurunan teorema Clausius, sifat mesin Carnot yang merupakan landasan teorema itu, dan
penurunan Clausius mengenai keberadaan fungsi entropi dalam setiap seginya, setara dengan
cara umum Caratheodory.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Entropi ?
1.2.2 Bagaimana fungsi keadaan Entropi Teorema Clausius?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan Entropi Gas Ideal?
1.2.4 Bagaimana proses perubahan Entropi pada proses reversible dan irreversibel?
1.2.5 Bagaimana Asas Entropi dan pemakaiannya?
1.3 Tujuan
1.3.1 Menjelaskan pengertian Entopi
1.3.2 Mengetahui fungsi keadaan Entropi Teorema Clausius
1.3.3 Mengetahui Entropi dalam Gas Ideal
1.3.4 Mengetahui proses perubahan Entropi pada proses reversible dan irreversibel
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Entropi
Entropi merupakan fungsi keadaan dari sistem atau ukuran dari ketidakteraturan dan
keteraturan dari sistem. Entropi dapat juga dikatakan sebagai suatu ukuran banyaknya energi
atau kalor yang tidak dapat diubah menjadi usaha. Jika suatu sistem pada suhu T mengalami
proses reversible dengan menyerap kalor Q maka kenaikan entropi sistem ditulis dengan
persamaan.
Entropi merupakan fungsi keadaan sehingga sama seperti energi dalam, perubahan entropi
dari proses yang berlangsung pada sistem tidak bergantung pada lintasan tetapi tergantung
pada keadaan awak dan akhirnya saja. Akibatnya untuk suatu proses siklus, perubahan
entropi sama dengan nol (DS=0).
Menurut pernyataan di atas hanya peristiwa yang disertai perpindahan panas dari benda
panas ke benda dinginlah yang mungkin terjadi, bukan sebaliknya. Versi lain dari hukum
Termodinamika II adalah versi Carnot yang mengatakan: "Tidak ada mesin yang dapat
mengubah seluruh panas yang diterimanya menjadi kerja." Pernyataan diatas menekankan
bahwa bagaimanapun hebatnya membuat mesin, tidak mungkin ada peristiwa dimana suatu
proses mengubah seluruh panas yang diterima menjadi kerja yang efisiensinya 100%
4
Disamping versi Clausius, Carnot, Kelvin-Planck ada lagi versi lain hukum II
Termodinamika. Versi ini berlaku secara umum dan berbunyi: "Semua proses yang terjadi
secara spontan di alam ini cenderung membawa alam ini semakin tidak teratur (semakin
kacau) atau paling tidak sama dengan keadaan semula". Menurut versi ini, suatu peristiwa
hanya bisa terjadi jika peristiwa ini menyebabkan alam semakin tidak teratur atau paling
tidak keadaannya sama dengan keadaan sebelum peristiwa itu terjadi.
du = Cv dT Pv = RT
s2 s1 = Cv ln T2/T1 + R ln v2/v1
s2 s1 = CP ln T2/T1 + R ln P2/P1
5
Kedua persamaan ini digabungkan untuk memberikan
Contoh:
Setelah proses pembakaran dalam sebuah silinder, tekanan adalah 1200 kPa dan temperatur
350oC. Gas gas terekspansi ke 140 kPa dengan proses adiabatik reversibel. Hitunglah
besarnya usaha yang dilakukan oleh gas gas dengan mengasumsikan bahwa gas gas
tersebut dapat diaproksimasikan sebagai udara dengan kalor spesifik konstan.
Penyelesaian:
Hukum pertama dapat digunakan dengan perpindahan kalor nol, untuk memberikan w = u =
Cv (T2 T1). Temperatur T2 diperoleh dari rumus berikut sebesar
Ini memungkinkan kita untuk menghitung usaha spesifik w = Cv(T1 T2) = (0,717)(623
337) = 205 kJ/kg.
Menurut hukum kedua termodinamika entropi (S) adalah fungsi keadaan. Pada
proses reversible entropi alam semesta tetap, pada proses irreversible entropi alam semesta
bertambah. Entropi total (sistem dan lingkungan) untuk proses yang berlangsung spontan
selalu meningkat. Dengan kata lain, pada proses spontan entropi semesta meningkat, atau
dengan dan adalah perubahan entropi sistem dan perubahan entropi lingkugan.
Jika positif (>;0), maka perubahan entropi semesta meningkat dan proses berlangsung
spontan.Untuk dapat meramalkan bahwa proses itu berlangsung secara spontan atau
tidak harus diketahui nilai
Jika negatif (<; 0), maka proses tidak spontan.
6
Jika nol (=0), maka perubahan entorpi semesta mencapai nilai maksimum dan proses
berada dalam keadaan kesetimbangan atau reversible.
Proses reversible dapat terjadi dengan persyaratan yang sangat khusus yaitu:
Suatu proses dikatakan irreversible, jika keadaan mula-mula dari sistem tidak dapat
dikembalikan tanpa menimbulkan perubahan keadaan pada sistem lain. proses irreversible
terjadi pada semua proses yang nyata (seperti, pembakaran lilin menjadi cahaya). Proses
termodinamik yang berlangsung secara alami seluruhnya adalah proses irreversible. Proses
tersebutnya adalah proses yang berlangsung secara spontan pada satu arah tetapi tidak pada
arah sebaliknya.
Keadaan akhir proses irreversible itu dapat dicapai dengan ekspansi reversible. Dalam
ekspansi semacam ini usaha luar harus dilakukan. Karena tenaga Dakhil sistem tetap, maka
harus ada arus panas yang mengalir kedalam sistem yang sama besarnya dengan usaha luar
tersebut. Entropi dalam gas reversible ini naik dan kenaikan ini sama dengan kenaikan dalam
proses sebenarnya yang ireversible, yaitu ekspansi bebas.
7
Hukum keseimbangan / kenaikan entropi menyatakan bahwa Panas tidak bisa
mengalir dari material yang dingin ke yang lebih panas secara spontan. Entropi adalah
tingkat keacakan energi. Jika satu ujung material panas, dan ujung satunya dingin, dikatakan
tidak acak, karena ada konsentrasi energi. Dikatakan entropinya rendah. Setelah rata menjadi
hangat, dikatakan entropinya naik.
Jika semua sistem yang berinteraksi di dalam suatu proses di lingkungi dengan bidang
adiabatik yang tegar, maka semua itu membentuk sistem yang terisolasi sempurna dan
membentuk dunianya sendiri. Karena itu dapat dikatakan bahwa entropi dari suatu sistem
yang terisolasi sempurna selalu naik dalam proes ireversibel yang terjdai dalam sistem itu.
Sementara itu entropi tetap tidak berubah dalam sistem yang terisolasi jika sistem itu
mengalami proses reversibel
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Yang dimaksud dengan gas ideal merupakan kumpulan dari partikel-partikel suatu zat
yang jaraknya cukup jauh dibandingkan dengan ukuran partikelnya.
8
2. Sifat gas ideal Suatu gas terdiri atas partikel-partikel yang disebut molekul. Setiap
molekul identik (sama) sehingga tidak dapat dibedakan dengan molekul lainnya,
molekul-molekul gas ideal bergerak secara acak ke segala arah, molekul-molekul gas
ideal tersebar merata di seluruh bagian, Jarak antara molekul gas jauh lebih besar
daripada ukuran molekulnya dan tidak ada gaya interaksi antarmolekul; kecuali jika
antarmolekul saling bertumbukan atau terjadi tumbukan antara molekul dengan
dinding.
3. Perubahan keadaan gas ideal ada proses isotermik, proses isokorik, roses isobarik dan
proses adiabatik
4. Keadaan gas ideal dapat dilihat dari hukum-hukum seperti Hukum Boyle (P1V1 =
2 2
P2V2), Hukum Charles 1 = , dan Hukum Gay Lussac 1 =
1 2 1 2
3.2 Saran
Semoga kita dapat lebih mengetahui Persamaan Keadaan Suatu Gas Dalam Berbagai
Proses setelah kita membaca makalah ini, kami juga berharap untuk menerima saran dan
kritik untuk dapat memperbaiki makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
9
Ginting, R.U. 1989. Dasar-Dasar Termodinamika Teknik. Jakarta: Depdikbud
Moran, M.J dan Shapiro, H.N. 2004. Termodinamika Teknik Jilid 1 Edisi 4. Jakarta:
Erlangga.
Pauliza, Osa. 2008. Fisika Kelompok Teknologi. Bandung: Grafindo Media Pratama
Zemansky, M.W dan Dittman , R.H. 1986. Kalor danTermodinamika. Bandung: ITB Press.
10