Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hukum II Termodinamika merupakan pernyataan khusus. Disebut pernyataan
khusus karena hanya berlaku untuk satu proses saja, yaitu berkaitan dengan perpindahan
kalor.
Hukum II Termodinamika bertujuan untuk menjelaskan tidak adanya
reversibilitas (bisa balik) dari suatu proses. Para ilmuan pada abad Sembilan belas
merumuskan prinsip baru yang dikenal sebagai Hukum II Termodinamika. Hukum ini
merupakan pernyataan mengenai proses yang terjadi di alam dan yang tidak. Hukum ini
dapat dinyatakan dalam berbagai cara, semuanya sama. Satu pernyataan yang dibuat oleh
R.J.E. Clausius (1822 1888), adalah: (Giancoli, 2001: 527).
Kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda yang dingin; kalor
tidak akan mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas.
Berkaitan dengan proses reversible dan irreversible, ada beberapa fenomena yang
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti: mengapa buah mangga yang jatuh
ke tanah tidak dapat bergerak kembali ke atas? Mengapa bangunan roboh akibat gempa
bumi tidak dapat berdiri tegak seperti semula? Atau fenomena lain yang juga
berhubungan dengan Hukum II Termodinamika sepert: Mengapa kalor tidak dapat
berpindah dari benda yang tempereturnya rendah ke benda yng temperaturnya lebih
tinggi? Mengapa perbedaan temperature dibutuhkan untuk menjalankan mesin uap?
Agar tidak terjadi salah konsepsi dalam menjelaskan fenomena di atas konsep-
konsep Hukum II Termodinamika harus dipahami agar dapat memecahkan berbagai
masalah yang terjadi di alam yang berkaitan dengan Hukum II Termodinamika.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan proses reversible dan proses irreversible?
2. Bagaimanakah Prinsip Kerja Mesin Kalor?
3. Bagaimanakah rumusan Hukum II Termodinamika?
4. Bagaimanakah perubahan entropi yang terjadi di alam?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan proses reversible dan proses irreversible.
2. Menjelaskan Prinsip Kerja Mesin Kalor.
3. Menentukan dan menjelaskan rumusan Hukum II Termodinamika.
4. Menjelaskan perubahan entropi yang terjadi di alam.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan mengenai Hukum II Termodinamika bagi mahasiswa 1/B
Jurusan Pendidikan Kimia Universitan Pendidikan Ganesha.
2. Menambah modul pembelajaran mengenai Hukum II Termodinamika.
3. Memberikan tambahan wawasan mengenai Hukum II Termodinamika.
BAB II

ISI

1. Proses Reversibel dan Irreversibel

Klasifikasi jenis proses di dasarkan pada sifat system yang berubah atau tetap. Proses
reversible dan irreversible didasarkan pada ada tidaknya kebocoran energy (energy
dissipation) seperti timbulnya panas karena adanya gesekan. Proses reversible merupakan
(a) proses yang dapat dibalik arahnya, keadaan yang telah dilalui sama dengan keadaan yang
akan dilalui dengan arah yang berlawanan. (b) proses berlangsung sedemikian lambat, setiap
keadaan yang dilalui system berada dalam kesetimbangan dan berakhir pada waktu tertentu
yang disebabkan tanpa adanya kebocoran energy (tanpa gesekan). Artinya, proses dapat
dibalik arahnya dengan memberikan sedikit energy yang melawan arah proses.karena tidak
adanya kebocoran energy, kerja pada proses reversible adalah kerja maksimum. Proses yang
reversible bisa saja isothermal reversible, adiabatic reversible dan lain-lainnya. Proses-
proses tertentu yang dapat dipandang mendekati reversible, seperti: perubahan fase pada
temperatur tetap, perubahab temperature pada suatu bahan dimana kedua proses tersebut
harus berlangsung dalam waktu yang lambat. Proses irreversible nerupakan proses yang
tidak dapat balik dan proses adanya kebocoran energy.

2. Reservoir Energi Panas

Reservoir mempunyai pengertian adalah suatu benda/zat yang mempunyai kapasitas


energi panas (massa x panas jenis) yang besar. Artinya reservoir dapat menyerap/ menyuplai
sejumlah panas yang tidak terbatas tanpa mengalami perubahan temperatur. Reservoir kalor
adalah suatu model reservoir yang mempunyai temperature homogeny dan temperature ini
tidak berubah bila terjadi transfer sejumlah panas/kalor tertentu dari atau ke reservoir.
Contoh dari benda/zat besar yang disebut reservoir adalah samudera, danau dan sungai
untuk benda besar berwujud air dan atmosfer untuk benda besar berujud udara. Sistem dua-
fasa juga dapat dimodelkan sebagai suatu reservoir, karena sistem dua-fasa dapat menyerap
dan melepaskan panas tanpa mengalami perubahan temperatur. Dalam praktek, ukuran
sebuah reservoir menjadi relatif. Misalnya, sebuah ruangan dapat disebut sebagai sebuah
reservoir dalam suatu analisa panas yang dilepaskan oleh pesawat televisi. Reservoir yang
menyuplai energi disebut dengan source dan reservoir yang menyerap energi disebut dengan
sink.
3. Mesin Kalor
Mesin kalor adalah alat yang merubah energy termal menjadi energy mekanik, seperti
mesin uap dan mesin mobil. Gagasan dasar penggunaan mesin kalor adalah bahwa kalor bisa
diubah menjadi energi mekanik hanya jika kalor dibiarkan mengalir dari tempat bersuhu
tinggi menuju tempat bersuhu rendah. Selama proses ini, sebagian kalor diubah menjadi
energi mekanik (sebagian kalor digunakan untuk melakukan kerja), sebagian kalor dibuang
pada tempat yang bersuhu rendah. Proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi
pada mesin kalor.

Gambar 1. Diagram skematik untuk


transfer energy pada mesin kalor

Pada diagram diatas, Suhu tinggi (TH) dan suhu rendah (TL) dikenal juga dengan istilah
suhu operasi mesin (suhu = temperatur). Kalor masukan yang mengalir dari tempat bersuhu
tinggi diberi simbol QH, sedangkan kalor yang dibuang ke tempat bersuhu rendah diberi
simbol QL. Ketika mengalir dari tempat bersuhu tinggi menuju tempat bersuhu rendah,
sebagian QH diubah menjadi energi mekanik (digunakan untuk melakukan kerja/W),
sebagian lagi dibuang sebagai QL. Sebenarnya sangat diharapkan bahwa semua QH bisa
diubah menjadi W, tapi pengalaman seharihari menunjukkan bahwa hal tersebut tidak
mungkin terjadi. Selalu saja ada kalor yang terbuang. Dengan demikian, berdasarkan
kekekalan energi, bisa disimpulkan bahwa:

W = QH - QL

Artinya, kerja mekanik yang dilakukan sama dengan selisih antara kalor yang masuk
dengan kalor yang keluar dan terbuang sia-sia. Jika ditinjau lebih lanjut mesin kalor yang
biasa digunakan untuk mengubah kalor menjadi energi mekanik. Agar kerja bisa dilakukan
secara terus menerus maka kalor harus mengalir secara terus menerus dari tempat bersuhu
tinggi menuju tempat bersuhu rendah. Jika kalor hanya mengalir sekali saja maka kerja yang
dilakukan mesin kalor juga hanya sekali saja atau dengan kata lain energi mekanik yang
dihasilkan sangat sedikit (Alexander. 2008: 38).
Dengan demikian mesin kalor tersebut tidak bisa dimanfaatkan secara optimal. Mesin
kalor bisa dimanfaatkan secara optimal jika dapat melakukan kerja secara terus menerus.
Dengan kata lain, simpanan energi mekanik yang dihasilkan mesin kalor cukup banyak
sehingga bisa digunakan untuk menggerakkan sesuatu.

Mesin Uap

Mesin uap adalah salah satu kelas yang tergolong dalam mesin kalor.
Gambar 2. Mesin uap

Air dalam wadah dipanaskan pada tekanan yang tinggi, sehingga proses pendidihan air
terjadi pada suhu yang tinggi. Biasanya air mendidih Uap bersuhu tinggi atau uap
bertekanan tinggi tersebut bergerak melewati katup masukan dan memuai terhadap piston.
Ketika memuai, uap mendorong piston sehingga piston meluncur ke kanan. Pada saat piston
bergerak ke kanan, roda yang dihubungkan dengan piston berputar (1). Setelah melakukan
setengah putaran, roda menekan piston kembali ke posisinya semula (2).
Ketika piston bergerak ke kiri, katup masukan dengan sendirinya tertutup, sebaliknya
katup pembuangan dengan sendirinya terbuka. Uap tersebut dikondensasi oleh kondensor
sehingga berubah menjadi embun. Selanjutnya, air yang ada di dalam kondensor dipompa
kembali ke wadah untuk dididihkan lagi. Demikian seterusnya, karena prosesnya terjadi
secara berulangulang maka piston bergerak ke kanan dan ke kiri secara terus menerus, maka
roda pun berputar secara terus menerus.

Siklus Carnot

Prinsip siklus termodinamika (teori dasar pertama yang menjelaskan menganalisis


kerja mesin kalor) dipublikasi pada tahun 1824 oleh seorang insinyur Perancis bernama
Nicholas Leonard Sadi Carnot dan disebut siklus Carnot. Siklus Carnot adalah suatu siklus
ideal reversibel yang terdiri atas dua proses isotermal dan proses adiabatik,
Gambar 3. Siklus Carnot pada Mesin Carnot

Pada gambar tersebut suatu gas ideal berada di dalam silinder yang terbuat dari bahan yang
tidak mudah menghantarkan panas. Volume silinder tersebut dapat diubah dengan cara
memindahkan posisi pistonnya. Untuk mengubah tekanan gas, diletakkan beberapa beban di
atas piston. Pada sistem gas ini terdapat dua sumber kalor yang disebut reservoir suhu tinggi
(memiliki suhu 300 K) gas memiliki temperatur tinggi (300 K), tekanan tinggi (4 atm), dan
volume rendah (4 m3).

Siklus Carnot terdiri dari 4 tahapan proses, sebagai berikut.


Proses 12, gas mengalami ekspansi isothermal reversible. Reservoir suhu tinggi
menyentuh dasar silinder dan jumlah beban di atas piston dikurangi. Selama proses ini
berlangsung, temperatur sistem tidak berubah, namun volume sistem bertambah.
Selama proses tersebut, energi kalor Q1 diserap oleh gas karena konduksi melalui alas.
Ekspansi tersebut adalah isotermal pada T1 dan gas melakukan kerja di dalam
menaikkan pengisap dan bebannya.
dU = dQ PdV atau dU = dQ + dW
Proses Isotermal dU = 0, sehingga:
-dW = dQ = PdV
T
W 12 Q 1 nR
V V
V2
W 12 Q 1 nRTIn
V1

Proses 23, gas berubah dari keadaan 2 ke keadaan 3 dan mengalami proses ekspansi
adiabatic reversible. Selama proses ini berlangsung, tidak ada kalor yang keluar atau
masuk ke dalam sistem. Tekanan gas diturunkan dengan cara mengurangi beban yang
ada di atas piston. Akibatnya, temperatur sistem akan turun dan volumenya bertambah.
Pada proses ini Q = 0, sehingga:
dU = dW = -PdV
dW = Cv.dT
W23 = Cv(T2-T1), dimana T1 > T2
Cv = kapasitas panas pada volume tetap
Proses 34, keadaan gas berubah dari keadaan 3 ke keadaan 4 melalui proses kompresi
isothermal reversible. Pada langkah ini, reservoir suhu rendah (200 K) menyentuh
dasar silinder dan jumlah beban di atas piston bertambah. Akibatnya tekanan sistem
meningkat, temperaturnya konstan, dan volume sistem menurun. Dari keadaan 3 ke
keadaan 4, sejumlah kalor (Q2) dipindahkan dari gas ke reservoir suhu rendah untuk
menjaga temperatur sistem agar tidak berubah.
Pada proses ini:
V4
W 34 Q 2 nRTIn , dimana V3 > V4
V3

Proses 41, gas mengalami proses kompresi adiabatic reversible dan keadaannya
berubah dari keadaan 4 ke keadaan 1. Jumlah beban di atas piston bertambah. Selama
proses ini berlangsung, tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem,
tekanan sistem meningkat, volumenya berkurang dan kerja dikenakan terhadap
system.

Pada proses ini:

W4 = Cv(T1-T2), dimana T1 > T2

Total kerja (Wtotal) yang dilakukan mesin carnot dalam satu siklus sebagai
berikut:
Wtotal = W12 + W23 + W34 + W41
V2 V4
= nRTIn + Cv(T2-T1) nRTIn + Cv(T1-T2)
V1 V3

V2 V
= nRTIn nRTIn 4
V1 V3

= - Q1 Q2
Q2 berharga negative karena V3 > V4. Sesuai dengan fakta bahwa kalor ini
dilepaskan oleh system, sehingga:
W = - Q1 + Q2 atau W = Q1 Q2
Kerja dilakukan oleh mesin adalah selisih Antara kalor yang diserap (Q 1) dengan kalor
yang dilepaskan (Q2).
Efisiensi mesin carnot ( ) adalah perbandingan antara kerja yang dilakukan mesin
dengan kalor yang diserap (Q1).
W

Q1

(Q 1 Q 2 )

Q1

Q2
1
Q1

Sejumlah kalor Q1 diserap dari reservoir kalor yang temperature T1, sejumlah kalor Q2
dilepaskan ke reservoir kalor yang temperaturnya T2 dan kerja dilakukan oleh system.
Kalor yang ditransfer tergantung pada beda temperature Antara dua reservoir.

Q2
Temperature reservoir ini disebut temperature termodinamika. Karena T
Q1

sebanding dengan temperature termodinamika dari reservoir, sehingga efisiensi mesin


carnot dapat dinyatakan sebagai berikut:
T2
1
T1

Dari hasil yang diperolehnya, Canot menyampaikan teoremanya bahwa tidak ada
mesin kalor yang bekerja antara dua reservoir kalor mempunyai efisiensi lebih besar
dari mesin carnot (ideal) yang bekerja pada dua reservoir kalor yang sama. Teorema
ini menunjukan bahwa mesin kalor yang irreversible mempunyai efisiensi lebih rendah
dari mesin reversible. Simpulan rumusan efisiensi mesin carnot sebagai berikut:

Semua mesin carnot yang bekerja pada dua reservoir kalor yang sama mempunyai
efisiensi yang sama.

Efisiensi mesin kalor tidak bergantung pada jenis material yang digunakan.

Temperature termodinamika tidak bergantung pada jenis material.

Contoh Soal:
Sebuah mesin uap bekerja antara 500C dan 270C. Berapa efisiensi maksimum yang
mungkin dari mesin ini dan brapa persen efisiensinya?

PEMBAHASAN:

Pertama kuta harus mengubah temperatur menjadi kelvin. Dengan demikian, TH = 773 K dan
TL = 534 K. Kemudian dari persamaan 4.2.3,

543
Eideal = 1 0,30.
773

Untuk mendapatkan efisiensi dalam persen, kita kalikan dengan 100. Dengan demikian
efisiensi maksimum adalah 30%.

Temperatur Termodinamika

Temperatur Termodinamika, T didefinisikan dari prinsip kerja mesin kalor ideal


(Carnot). Tidak seperti konsep temperature yang lain, misalnya Celcius yang didasarkan
pada titik didih dan titik beku suatu bahan., skala temperaturnya tergantung pada jenis
material/bahan yang digunakan. Temperature termodinamika tidak tergantung pada
jenismaterial (working substance) yang digunakan. Skala temperature termodinamika
ditentukan berdasarkan rumusan efisiensi mesin kalor ideal, dimana efisiensi mesin kalor
paling besar yang mungkin terjadi adalah 1, sehingga temperature terendah dari reservoir
kalor yang mungkin adalah 0. Walaupun secara matematika bisa diperoleh efisiensi = 1,
namun secara kajian hukum II termodinamika tidak ada mesin kalor yang mempunyai
efisiensi = 1 karena melanggar hukum tersebut. Dengan demikian, secara teoritis
termodinamika terendah adalah 0, namun tidak akan pernah tercapai secara praktis.
Karena harga terendah dari temperature termodinamika adalah 0, maka temperature ini
juga disebut sebagai temperature mutlak dan diberi satuan Kelvin untuk menghormati
William Thomson yang bergelar Kelvin. Selanjutnya bisa dibuktikan bahwa temperature
termodinamika, T, sama dengan temperature gas ideal (temperature yang digunakan
dalam persamaan keadaan gas ideal).

2.3 Hukum II Termodinamika


Hukum I Termodinamika menyatakan bahwa energi bersifat kekal, tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk
yang lain. Pada hukum I Termodinamika tidak ada petunjuk adanya arah perubahan dan
batasan-batasan yang lain. Ada beberapa masalah yang tidak dapat diterangkan pada
hukum I Termodinamika antara lain :
1. Dapatkah kalor mengalir dari benda yang dingin ke benda yang lebih panas
atau dari benda yang sama suhunya dengan tiba-tiba dapt mengalirkan
kalor, sehingga suhu kedua benda menjadi berbeda.
2. Dapatkah energi kalor seluruhnya diubah menjadi energi mekanik atau
usaha secara terus-menerus.
3. Dapatkah energi diubah sekehendak kita.
4. Dapatkah energi kalor seluruhnya diubah menjadi usaha.
Jawabannya adalah dapat, tetapi hanya untuk satu proses atau satu tahan saja.

Hukum II Termodinamika membatasi perubahan energi mana yang dapat terjadi


dan yang tidak dapat terjadi. Pembatassan ini dinyatakan dengan berbagai cara, antara
lain :
1. Hukum II Termodinamika dalam menyatakan aliran kalor.
Kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu
rendah dan tidak mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya.
2. Hukum II Termodinamika dalam pernyataan tentang mesin kalor.
Tidak mungkin membuat suatu mesin kalor yang bekerja dalam suatu siklus yang
semata-mata menyerap kalor dari sebuah reservoir dan megubah seluruhnya
menjadi usaha luar.
3. Hukum II Termodinamika dalam pernyataan entropi.
Total entropi semesta tidak berubah ketika proses reversibel terjadi dan
bertambah ketika proses irreversibel terjadi.
Kerja Mekanik atau kerja listrik bisa diubah menjadi kalor, dimana kalor yang
dihasilkan diukur berdasarkan kenaikan temperature dan kapasitas panas material system.
Telah diperoleh fakta secara eksperimen bahwa kerja bisa diubah menjadi kalor dalam
jumlah yang ekuivalen. Percobaan Joule telah membuktikan bahwa kerja bisa diubah
menjadi kalor secara sempurna (100%). Berbasis pada analisis carnot dan studi-studi
yang dilakukannya terhadap perubahan kalor menjadi kerja. William Thompson (Kelvin),
seorang ahli termodinamika dan Planck sampai pada pernyataan selanjutnya yang kita
kenal sebagai pernyataan hukum II termodinamika, yaitu:

Tidak mungkin mengkonstruksi mesin kalor yang bekerja menurut proses


siklik yang hanya menghasilkan perubahan kalor menjadi kerja tanpa efek
lain

Dengan kata lain, tidak mungkin mengubah kalor menjadi kerja dengan efisiensi
100%. Pernyataan Kelvin-Planck tentang hukum II termodinamika seiring dengan
pernyataan dari Clausius yang merupakan bentuk lain dari hukum II termodinamika,
yaitu :

Tidak mungkin mesin kalor yang bekerja menurut proses siklik hanya terjadi
perpindahan kalor dari reservoir yang lebih dingin ke yang lebih panas tanpa
melibatkan kerja dari luar

Dengan kata lain, kalor tidak mungkin pindah secara spontan dari temperature
rendah ke temperature yang lebih tinggi. Kalor bisa berpindah dari temperature rendah ke
temperature yang lebih tingg bila system diberikan kerja dari luar. Ini adalah prinsip kerja
dari mesin pendingin (refregerator).

Kaitan Hukum II Termodinamika dengan Reversibelitas


Proses reversibelitas telah dijelaskan sebelumnya, dimana proses ini merupakan
proses quasi-statik yang berlangsung sangat lambat dan tidak terjadi gesekan atau
kebocoran energy. Pada proses reversibel, system mengalami sederetan perubahan yang
kotinue dan selalu berkesetimbangan.

Hukum II termodinamika memiliki keterkaitan dengan reversibelitas. Hanya


proses yang memenuhi kaidah hukum II termodinamika yang merupakan proses
reversibel, sedangkan proses yang melanggar kaidah hukum II termodinamika merupakan
proses irreversible. Proses siklik tanpa gesekan adalah reversibel dan ada gesekan adalah
irreversibel. Proses siklik tanpa gesekan tidak melanggar kaidah hukum II
termodinamika, sedangkan bila ada gesekan maka disebut melanggar kaidah hukum II
termodinamika. Cermati penjelasan di bawah ini untuk memahami pernyataan di atas.

Suatu gas di dalam suatu wadah yang ditutup dengan piston diekspansi dan
dikompresi secara adiabatic (dQ = 0 . T1 T2). Apabila ada gesekan antara piston
dengan wadah, maka pada saat ekspansi, kerja yang dilakukan oleh gas sama dengan
kerja yang digunakan melawan kerja di luar system ditambah dengan kerja untuk
melawan gesekan. Kerja yang dilakukan system menjadi lebih besar dari kerja di luar
system. Demikian pula, kerja yang diberikan untuk mengembalikan piston ke keadaan
semula lebih besar dari kerja luar system karena gaya gesekan selalu bekerja pada arah
yang berlawanan dengan arah pergerakan piston. Agar piston dapat dikembalikan ke
keadaan semula (proses siklik) tanpa terjadi perubahan pada lingkungan (reversibel),
maka semua panas yang dihasilkan karena gesekan harus diubah secara sempurna
menjadi kerja. Hal ini jelas tidak diijinkan oleh hukum II termodinamika. Dengan
demikian, proses siklik yang ada gesekan melanggar hukum II termodinamika sehingga
irreversible.

Bila proses di atas berlangsung tanpa gesekan, kerja system akan sama dengan
kerja luar dan system bisa dikembalikan ke keadaan semula tanpa perubahan dengan
lingkungan serta tidak ada pelanggaran terhadap hukum II termodinamika. Proses ini
adalah reversibel.

Teorema Clausius dan Besaran Entropi

Pada proses siklik reversibel berlaku :

1 Q2 / Q1 1 T2 / T1

Q1 Q2 / Q1 / T1 T2 / T1
Q1 .T1 Q 2 .T1 Q1 .T1 Q1 .T2

Q2 .T1 Q1 .T2

Q 2 / T2 Q1 . / T1 0

Secara umum proses siklik reversibel berlaku :


Q / T 0 (Teorema Clausius)

Makna dari teorema tersebut adalah : pada proses reversibel, Q / T adalah suatu besaran
termodinamika baru, walaupun Q sendiri bukan besaran keadaan system. Faktor 1/T
adalah faktor pengintegrasi yang menyebabkan Q menjadi diferensial eksak yang
merupakan ciri besaran keadaan system (besaran termodinamika). Besaran
termodinamika baru inilah yang disebut dengan Entropi, S.

dS Qrev / T

Lebih jauh Clausius memperoleh hubungan yang berlaku umum baik pada proses
reversibel maupun irreversible yang dikenal dengan ketidaksamaan Clausius (Clausius
inequality).

Q / T 0

Harga integrasi lebih kecil dari nol berlaku pada proses irreversible

Dari kajian di atas cukup jelas bisa dipahami bahwa konsep entropi yang
dikemukakan oleh Clausius muncul dari kajian mesin Carnot. Persamaan

dS Qrev / T adalah formulasi matematika dari hukum II termodinamika.

2.4 Entropi dan Perubahannya

Konsep entropi yang dikemukakan oleh Clausius muncul dari kajian mesin Carnot
yang dirumuskan sebagai berikut.

Qrev
dS jika persamaan ini diintegrasikan maka akan diperoleh perubahan entropi
T

T2
Qrev
S sebagai berikut : S = S2 S1 = T
T1

Dari persamaan di atas dapat menunjukkan bahwa perubahan entropi hanya dapat
ditentukan secara langsung jika proses berlangsung secara reversibel.
Perubahan Entropi pada Proses Irreversibel.

Dua proses adiabatic irreversible yang hipotetik, yang pertama entropi bertambah dan
yang kedua entropi berkurang. Kedua proses ini irreversible dari ini dari keadaan 1 ke keadaan 2
ditunjukkan oleh garis titik- titik pada gambar.

Garis titik-titik digunakan untuk menyatakan bahwa tahap antara dari proses irreversibel
tidak diketahui, dan garis padat menunjukkan proses yang berlangsung secara reversibel. Untuk
kedua diagram, U = 0. Menurut hukum termodinamika, W12 + W23 + W31 + Q23 = 0, karena
proses irreversibel dan tahap 3-1 dalam kedua hal adalah proses adiabatik.

Bila Q23 positif (a) kalor akan diserap oleh sistem dalam proses siklik dan diubah
sempurna menjadi kerja. Hal ini berlawanan dengan hukum kedua, jadi proses yang digambarkan
oleh gambar (a) tak dapat terjadi menurut hukum kedua termodinamika.

Bila Q23 negatif (b) kalor akan dilepaskan oleh sistem dalam proses siklik, dimana kerja
dilakukan pada sistem. Gambar b menggambarkan konversi kerja menjadi kalor yang
diperbolehkan menurut hukum kedua. Karena entropi bertambah dalam perubahan adiabat
reversibel dari keadaan 1 ke keadaan 2, maka dapat ditarik simpulan bahwa untuk proses adiabat.

S > 0

Perubahan alamiah yang digambarkan pada gambar b adalah perubahan alamiah dalam
sistem terisolasi. Dapat disimpulkan bahwa perubahan irreversibel berlangsung dalam sistem
terisolasi. Alam semesta merupakan sistem terisolasi, sehingga entropi alam semesta cenderung
meningkat sampai tercapai suatu nilai maksimum. Perubahan entropi alam semesta dpat ditulis :

dSalam semesta > 0

dSlingkungan + dSsistem > 0

Perhitungan Perubahan Entropi

1. Perubahan Entropi pada Proses Fisis


a. Proses Fisis yang Tidak Disertai Perubahan Fase
Perubahan entropi dalam proses ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Qrev dH dT
dS Cp
T T T
Jika Cp tidak tergantung oleh suhu maka persamaan di atas dapat diintegrasi menjadi :

S = Cp ln

Contoh soal :
Air pada 25oC dan 1 atm dipanaskan hingga suhunya 80 oC pada tekanan tetap. Tentukan
perubahan entropi proses tersebut. Diketahui Cp = 75,6 JK-1mol-1
Penyelesaian :

S = Cp ln

S = 75,6 ln = 75,6 . 1,16 = 87,696 JK-1mol-1

b. Proses Fisis yang Disertai Perubahan Fase secara Reversibel


Pada proses fisis yang disertai oleh perubahan fase secara isothermal, isobar dan
reversible, perubahan entropi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Qrev
dS
T
T2
Qrev Qrev H
S
T1
T

T

T
Contoh Soal :
Tentukan S air pada titik didihnya, jika kalor penguapan air 40,77 kJ/mol.
S = H/T = 40,77/373 = 109,3 JK-1mol-1

Menurut Trouton, cairan yang memiliki sifat mendekati ideal, perubahan entropi
penguapannya Suap dapat dinyatakan sebagai berikut.
Suap = 21kal/mol der = 87,822 J/mol der, atau
Suap = Huap/Tb = 87,822 J/mol der. Dengan demikian Huap dapat ditentukan
berdasarkan Tb

c. Proses Perubahan Fase secara Irreversibel


Perhitungan entropi pada proses ireversibel dilakukan dengan memecah proses
tersebut menjadi beberapa bagian, sehingga setiap bagian proses bersifat reversibel.
Contoh :
H2O(l, 298 K, 1 atm) H2O(g, 373 K, 1 atm)
Pemecahan proses ini menjadi bagian-bagian proses yang bersifat reversible adalah
sebagai berikut.
S
H2O(l, 298K, 1 atm) H2O(g, 373K, 1 atm)

S1

S2
H2O(l, 373K, 1 atm)
373 40770
S S1 S 2 75,6. ln 126,3 J / Kmol
298 373

2. Perubahan Entropi pada Reaksi Kimia


Pada reaksi kimia aA + bB cC + dD, perubahan entropi (S) dapat dinyatakan sebagai
berikut:
S = (c.Sc + d.Sd) (a.Sa+ b.Sb)
Pada keadaan standar,
So = (c.Sco + d.Sdo) (a.Sao+ b.Sbo)
Pada umumnya, reaksi kimia berlangsung pada tekanan tetap. Jika persamaan di atas
diturunkan terhadap T pada P tetap, maka :
S S S S S
c. c d . d a. a b. b
T P T P T P T P T P
S c.Cpc d .Cpd a.Cpa b.Cpb Cp

T P T T
dT
dS Cp
T
T2
dT
S 2 S1 Cp
T1
T
Jika Cp tidak tergantung pada T, maka Cp adalah tetapan, sehingga :
T2
dT T
S 2 S1 Cp Cp. ln 2
T1
T T1
Contoh soal :
a. Tentukan perubahan entropi standar pada reaksi pada reaksi CaO(s) + CO2(g) CaCO3(s)
jika diketahui So (CaO) = 38,8 J/K, So (CO2) = 92,9 J/K, So (CaCO3) = 92,9 J/K
Jawab : So = So(CaCO3) - So(CaO) - So(CO2)
So = 92,9 38,8 213,6 = -160,5 J/K
b. Reaksi CaO(s) + CO2(g) CaCO3(s) S298K = 1650,5 J/K. Berapakah perubahan entropinya
pada 500 K jika diketahui Cp (CaO) = 42,8 J/K, Cp (CO2) = 37,1 J/K, Cp (CaCO3) = 81,9
J/K
Jawab :
Cp = Cp(CaCO3) - Cp(CaO) - Cp(CO2)
= 81,9 42,8 37,1 = 2,0 J/K
T2
S500 = S298 + Cp.ln
T1
500
= - 160,5 + 2,0 ln = -159,5 J/K
298

3. Perubahan Entropi untuk Gas Ideal


Qrev Qrev
T2

Untuk gas ideal : dS


T
sehingga S
T1

T
Berdasarkan rumusan Hukum I Termodinamika diperoleh bahwa :
Qrev dU wmax nCv dT + P dV = nCv.dT + nRT dV/V
dT nRT dV dT dV
dS nCv nCv nR
T T V T V
T2 T
dT 2 dV
S nCv nR
T1
T T1 V
Bila Cv adalah tetapan yang tidak bergantung pada T, maka :
T V
S nCv ln 2 nR ln 2
T1 V1
Karena pada gas ideal berlaku :
V2 T2 P1
, maka persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai berikut :
V1 T1 P2
T T P T P
S nCv ln 2 nR ln 2 nR ln 2 [ n(Cv R )] ln 2 nR ln 2
T1 T1 P1 T1 P1
T P
S nCp ln 2 nR ln 2
T1 P1
Bila Cp = f(T), maka:
nCpdT P
S nR ln 2
T P1
Contoh :
1 mol gas CO terdapat dalam wadah berbentuk kubus dengan panjang sisi a dm pada 27oC.
Gas dipindah ke dalam wadah kubus yang lebih besar dengan panjang sisi 2a dm pada
temperature yang sama. Berapakah perubahan entropi jika dianggap proses reversibel dan gas
bersifat ideal.
Jawaban :
V
S nR ln 2
V1
8a 3
S = (1mol)(8,314 J/mol K) ln 3 =17,29 J/K
a
BAB III
PENUTUP

3.1. SIMPULAN

Proses reversible merupakan proses yang dapat dibalik arahnya, keadaan


yang telah dilalui sama dengan keadaan yang akan dilalui dengan arah yang berlawanan
dan berakhir pada waktu tertentu yang disebabkan tanpa adanya kebocoran energy (tanpa
gesekan). Proses irreversible nerupakan proses yang tidak dapat balik dan proses adanya
kebocoran energy. Gagasan dasar penggunaan mesin kalor adalah bahwa kalor bisa
diubah menjadi energi mekanik hanya jika kalor dibiarkan mengalir dari tempat bersuhu
tinggi menuju tempat bersuhu rendah. Selama proses ini, sebagian kalor diubah menjadi
energi mekanik (sebagian kalor digunakan untuk melakukan kerja), sebagian kalor
dibuang pada tempat yang bersuhu rendah. Proses perubahan bentuk energi dan
perpindahan energi pada mesin kalor. Siklus Carnot terdiri dari 4 tahapan proses, sebagai
berikut: ekspansi isothermal reversible, ekspansi adiabatic reversible, kompresi
isothermal reversible, komperasi adiabatic reversible. Efisiensi mesin carnot ( ) adalah
perbandingan antara kerja yang dilakukan mesin dengan kalor yang diserap (Q 1). Kerja
Mekanik atau kerja listrik bisa diubah menjadi kalor, dimana kalor yang dihasilkan
diukur berdasarkan kenaikan temperature dan kapasitas panas material system. Telah
diperoleh fakta secara eksperimen bahwa kerja bisa diubah menjadi kalor dalam jumlah
yang ekuivalen. Percobaan Joule telah membuktikan bahwa kerja bisa diubah menjadi
kalor secara sempurna (100%). Berbasis pada analisis carnot dan studi-studi yang
dilakukannya terhadap perubahan kalor menjadi kerja.

Perubahan entropi pada proses fisis dapat diamati pada proses fisis yang tidak
disertai perubahan fase, perubahan fase yang berlangsung secara reversibel atau
irreversibel. Perubahan entropi juga dapat diamati dalam reaksi kimia dan gas ideal

Anda mungkin juga menyukai