PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan proses reversible dan proses irreversible.
2. Menjelaskan Prinsip Kerja Mesin Kalor.
3. Menentukan dan menjelaskan rumusan Hukum II Termodinamika.
4. Menjelaskan perubahan entropi yang terjadi di alam.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan mengenai Hukum II Termodinamika bagi mahasiswa 1/B
Jurusan Pendidikan Kimia Universitan Pendidikan Ganesha.
2. Menambah modul pembelajaran mengenai Hukum II Termodinamika.
3. Memberikan tambahan wawasan mengenai Hukum II Termodinamika.
BAB II
ISI
Klasifikasi jenis proses di dasarkan pada sifat system yang berubah atau tetap. Proses
reversible dan irreversible didasarkan pada ada tidaknya kebocoran energy (energy
dissipation) seperti timbulnya panas karena adanya gesekan. Proses reversible merupakan
(a) proses yang dapat dibalik arahnya, keadaan yang telah dilalui sama dengan keadaan yang
akan dilalui dengan arah yang berlawanan. (b) proses berlangsung sedemikian lambat, setiap
keadaan yang dilalui system berada dalam kesetimbangan dan berakhir pada waktu tertentu
yang disebabkan tanpa adanya kebocoran energy (tanpa gesekan). Artinya, proses dapat
dibalik arahnya dengan memberikan sedikit energy yang melawan arah proses.karena tidak
adanya kebocoran energy, kerja pada proses reversible adalah kerja maksimum. Proses yang
reversible bisa saja isothermal reversible, adiabatic reversible dan lain-lainnya. Proses-
proses tertentu yang dapat dipandang mendekati reversible, seperti: perubahan fase pada
temperatur tetap, perubahab temperature pada suatu bahan dimana kedua proses tersebut
harus berlangsung dalam waktu yang lambat. Proses irreversible nerupakan proses yang
tidak dapat balik dan proses adanya kebocoran energy.
Pada diagram diatas, Suhu tinggi (TH) dan suhu rendah (TL) dikenal juga dengan istilah
suhu operasi mesin (suhu = temperatur). Kalor masukan yang mengalir dari tempat bersuhu
tinggi diberi simbol QH, sedangkan kalor yang dibuang ke tempat bersuhu rendah diberi
simbol QL. Ketika mengalir dari tempat bersuhu tinggi menuju tempat bersuhu rendah,
sebagian QH diubah menjadi energi mekanik (digunakan untuk melakukan kerja/W),
sebagian lagi dibuang sebagai QL. Sebenarnya sangat diharapkan bahwa semua QH bisa
diubah menjadi W, tapi pengalaman seharihari menunjukkan bahwa hal tersebut tidak
mungkin terjadi. Selalu saja ada kalor yang terbuang. Dengan demikian, berdasarkan
kekekalan energi, bisa disimpulkan bahwa:
W = QH - QL
Artinya, kerja mekanik yang dilakukan sama dengan selisih antara kalor yang masuk
dengan kalor yang keluar dan terbuang sia-sia. Jika ditinjau lebih lanjut mesin kalor yang
biasa digunakan untuk mengubah kalor menjadi energi mekanik. Agar kerja bisa dilakukan
secara terus menerus maka kalor harus mengalir secara terus menerus dari tempat bersuhu
tinggi menuju tempat bersuhu rendah. Jika kalor hanya mengalir sekali saja maka kerja yang
dilakukan mesin kalor juga hanya sekali saja atau dengan kata lain energi mekanik yang
dihasilkan sangat sedikit (Alexander. 2008: 38).
Dengan demikian mesin kalor tersebut tidak bisa dimanfaatkan secara optimal. Mesin
kalor bisa dimanfaatkan secara optimal jika dapat melakukan kerja secara terus menerus.
Dengan kata lain, simpanan energi mekanik yang dihasilkan mesin kalor cukup banyak
sehingga bisa digunakan untuk menggerakkan sesuatu.
Mesin Uap
Mesin uap adalah salah satu kelas yang tergolong dalam mesin kalor.
Gambar 2. Mesin uap
Air dalam wadah dipanaskan pada tekanan yang tinggi, sehingga proses pendidihan air
terjadi pada suhu yang tinggi. Biasanya air mendidih Uap bersuhu tinggi atau uap
bertekanan tinggi tersebut bergerak melewati katup masukan dan memuai terhadap piston.
Ketika memuai, uap mendorong piston sehingga piston meluncur ke kanan. Pada saat piston
bergerak ke kanan, roda yang dihubungkan dengan piston berputar (1). Setelah melakukan
setengah putaran, roda menekan piston kembali ke posisinya semula (2).
Ketika piston bergerak ke kiri, katup masukan dengan sendirinya tertutup, sebaliknya
katup pembuangan dengan sendirinya terbuka. Uap tersebut dikondensasi oleh kondensor
sehingga berubah menjadi embun. Selanjutnya, air yang ada di dalam kondensor dipompa
kembali ke wadah untuk dididihkan lagi. Demikian seterusnya, karena prosesnya terjadi
secara berulangulang maka piston bergerak ke kanan dan ke kiri secara terus menerus, maka
roda pun berputar secara terus menerus.
Siklus Carnot
Pada gambar tersebut suatu gas ideal berada di dalam silinder yang terbuat dari bahan yang
tidak mudah menghantarkan panas. Volume silinder tersebut dapat diubah dengan cara
memindahkan posisi pistonnya. Untuk mengubah tekanan gas, diletakkan beberapa beban di
atas piston. Pada sistem gas ini terdapat dua sumber kalor yang disebut reservoir suhu tinggi
(memiliki suhu 300 K) gas memiliki temperatur tinggi (300 K), tekanan tinggi (4 atm), dan
volume rendah (4 m3).
Proses 23, gas berubah dari keadaan 2 ke keadaan 3 dan mengalami proses ekspansi
adiabatic reversible. Selama proses ini berlangsung, tidak ada kalor yang keluar atau
masuk ke dalam sistem. Tekanan gas diturunkan dengan cara mengurangi beban yang
ada di atas piston. Akibatnya, temperatur sistem akan turun dan volumenya bertambah.
Pada proses ini Q = 0, sehingga:
dU = dW = -PdV
dW = Cv.dT
W23 = Cv(T2-T1), dimana T1 > T2
Cv = kapasitas panas pada volume tetap
Proses 34, keadaan gas berubah dari keadaan 3 ke keadaan 4 melalui proses kompresi
isothermal reversible. Pada langkah ini, reservoir suhu rendah (200 K) menyentuh
dasar silinder dan jumlah beban di atas piston bertambah. Akibatnya tekanan sistem
meningkat, temperaturnya konstan, dan volume sistem menurun. Dari keadaan 3 ke
keadaan 4, sejumlah kalor (Q2) dipindahkan dari gas ke reservoir suhu rendah untuk
menjaga temperatur sistem agar tidak berubah.
Pada proses ini:
V4
W 34 Q 2 nRTIn , dimana V3 > V4
V3
Proses 41, gas mengalami proses kompresi adiabatic reversible dan keadaannya
berubah dari keadaan 4 ke keadaan 1. Jumlah beban di atas piston bertambah. Selama
proses ini berlangsung, tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem,
tekanan sistem meningkat, volumenya berkurang dan kerja dikenakan terhadap
system.
Total kerja (Wtotal) yang dilakukan mesin carnot dalam satu siklus sebagai
berikut:
Wtotal = W12 + W23 + W34 + W41
V2 V4
= nRTIn + Cv(T2-T1) nRTIn + Cv(T1-T2)
V1 V3
V2 V
= nRTIn nRTIn 4
V1 V3
= - Q1 Q2
Q2 berharga negative karena V3 > V4. Sesuai dengan fakta bahwa kalor ini
dilepaskan oleh system, sehingga:
W = - Q1 + Q2 atau W = Q1 Q2
Kerja dilakukan oleh mesin adalah selisih Antara kalor yang diserap (Q 1) dengan kalor
yang dilepaskan (Q2).
Efisiensi mesin carnot ( ) adalah perbandingan antara kerja yang dilakukan mesin
dengan kalor yang diserap (Q1).
W
Q1
(Q 1 Q 2 )
Q1
Q2
1
Q1
Sejumlah kalor Q1 diserap dari reservoir kalor yang temperature T1, sejumlah kalor Q2
dilepaskan ke reservoir kalor yang temperaturnya T2 dan kerja dilakukan oleh system.
Kalor yang ditransfer tergantung pada beda temperature Antara dua reservoir.
Q2
Temperature reservoir ini disebut temperature termodinamika. Karena T
Q1
Dari hasil yang diperolehnya, Canot menyampaikan teoremanya bahwa tidak ada
mesin kalor yang bekerja antara dua reservoir kalor mempunyai efisiensi lebih besar
dari mesin carnot (ideal) yang bekerja pada dua reservoir kalor yang sama. Teorema
ini menunjukan bahwa mesin kalor yang irreversible mempunyai efisiensi lebih rendah
dari mesin reversible. Simpulan rumusan efisiensi mesin carnot sebagai berikut:
Semua mesin carnot yang bekerja pada dua reservoir kalor yang sama mempunyai
efisiensi yang sama.
Efisiensi mesin kalor tidak bergantung pada jenis material yang digunakan.
Contoh Soal:
Sebuah mesin uap bekerja antara 500C dan 270C. Berapa efisiensi maksimum yang
mungkin dari mesin ini dan brapa persen efisiensinya?
PEMBAHASAN:
Pertama kuta harus mengubah temperatur menjadi kelvin. Dengan demikian, TH = 773 K dan
TL = 534 K. Kemudian dari persamaan 4.2.3,
543
Eideal = 1 0,30.
773
Untuk mendapatkan efisiensi dalam persen, kita kalikan dengan 100. Dengan demikian
efisiensi maksimum adalah 30%.
Temperatur Termodinamika
Dengan kata lain, tidak mungkin mengubah kalor menjadi kerja dengan efisiensi
100%. Pernyataan Kelvin-Planck tentang hukum II termodinamika seiring dengan
pernyataan dari Clausius yang merupakan bentuk lain dari hukum II termodinamika,
yaitu :
Tidak mungkin mesin kalor yang bekerja menurut proses siklik hanya terjadi
perpindahan kalor dari reservoir yang lebih dingin ke yang lebih panas tanpa
melibatkan kerja dari luar
Dengan kata lain, kalor tidak mungkin pindah secara spontan dari temperature
rendah ke temperature yang lebih tinggi. Kalor bisa berpindah dari temperature rendah ke
temperature yang lebih tingg bila system diberikan kerja dari luar. Ini adalah prinsip kerja
dari mesin pendingin (refregerator).
Suatu gas di dalam suatu wadah yang ditutup dengan piston diekspansi dan
dikompresi secara adiabatic (dQ = 0 . T1 T2). Apabila ada gesekan antara piston
dengan wadah, maka pada saat ekspansi, kerja yang dilakukan oleh gas sama dengan
kerja yang digunakan melawan kerja di luar system ditambah dengan kerja untuk
melawan gesekan. Kerja yang dilakukan system menjadi lebih besar dari kerja di luar
system. Demikian pula, kerja yang diberikan untuk mengembalikan piston ke keadaan
semula lebih besar dari kerja luar system karena gaya gesekan selalu bekerja pada arah
yang berlawanan dengan arah pergerakan piston. Agar piston dapat dikembalikan ke
keadaan semula (proses siklik) tanpa terjadi perubahan pada lingkungan (reversibel),
maka semua panas yang dihasilkan karena gesekan harus diubah secara sempurna
menjadi kerja. Hal ini jelas tidak diijinkan oleh hukum II termodinamika. Dengan
demikian, proses siklik yang ada gesekan melanggar hukum II termodinamika sehingga
irreversible.
Bila proses di atas berlangsung tanpa gesekan, kerja system akan sama dengan
kerja luar dan system bisa dikembalikan ke keadaan semula tanpa perubahan dengan
lingkungan serta tidak ada pelanggaran terhadap hukum II termodinamika. Proses ini
adalah reversibel.
1 Q2 / Q1 1 T2 / T1
Q1 Q2 / Q1 / T1 T2 / T1
Q1 .T1 Q 2 .T1 Q1 .T1 Q1 .T2
Q2 .T1 Q1 .T2
Q 2 / T2 Q1 . / T1 0
Makna dari teorema tersebut adalah : pada proses reversibel, Q / T adalah suatu besaran
termodinamika baru, walaupun Q sendiri bukan besaran keadaan system. Faktor 1/T
adalah faktor pengintegrasi yang menyebabkan Q menjadi diferensial eksak yang
merupakan ciri besaran keadaan system (besaran termodinamika). Besaran
termodinamika baru inilah yang disebut dengan Entropi, S.
dS Qrev / T
Lebih jauh Clausius memperoleh hubungan yang berlaku umum baik pada proses
reversibel maupun irreversible yang dikenal dengan ketidaksamaan Clausius (Clausius
inequality).
Q / T 0
Harga integrasi lebih kecil dari nol berlaku pada proses irreversible
Dari kajian di atas cukup jelas bisa dipahami bahwa konsep entropi yang
dikemukakan oleh Clausius muncul dari kajian mesin Carnot. Persamaan
Konsep entropi yang dikemukakan oleh Clausius muncul dari kajian mesin Carnot
yang dirumuskan sebagai berikut.
Qrev
dS jika persamaan ini diintegrasikan maka akan diperoleh perubahan entropi
T
T2
Qrev
S sebagai berikut : S = S2 S1 = T
T1
Dari persamaan di atas dapat menunjukkan bahwa perubahan entropi hanya dapat
ditentukan secara langsung jika proses berlangsung secara reversibel.
Perubahan Entropi pada Proses Irreversibel.
Dua proses adiabatic irreversible yang hipotetik, yang pertama entropi bertambah dan
yang kedua entropi berkurang. Kedua proses ini irreversible dari ini dari keadaan 1 ke keadaan 2
ditunjukkan oleh garis titik- titik pada gambar.
Garis titik-titik digunakan untuk menyatakan bahwa tahap antara dari proses irreversibel
tidak diketahui, dan garis padat menunjukkan proses yang berlangsung secara reversibel. Untuk
kedua diagram, U = 0. Menurut hukum termodinamika, W12 + W23 + W31 + Q23 = 0, karena
proses irreversibel dan tahap 3-1 dalam kedua hal adalah proses adiabatik.
Bila Q23 positif (a) kalor akan diserap oleh sistem dalam proses siklik dan diubah
sempurna menjadi kerja. Hal ini berlawanan dengan hukum kedua, jadi proses yang digambarkan
oleh gambar (a) tak dapat terjadi menurut hukum kedua termodinamika.
Bila Q23 negatif (b) kalor akan dilepaskan oleh sistem dalam proses siklik, dimana kerja
dilakukan pada sistem. Gambar b menggambarkan konversi kerja menjadi kalor yang
diperbolehkan menurut hukum kedua. Karena entropi bertambah dalam perubahan adiabat
reversibel dari keadaan 1 ke keadaan 2, maka dapat ditarik simpulan bahwa untuk proses adiabat.
S > 0
Perubahan alamiah yang digambarkan pada gambar b adalah perubahan alamiah dalam
sistem terisolasi. Dapat disimpulkan bahwa perubahan irreversibel berlangsung dalam sistem
terisolasi. Alam semesta merupakan sistem terisolasi, sehingga entropi alam semesta cenderung
meningkat sampai tercapai suatu nilai maksimum. Perubahan entropi alam semesta dpat ditulis :
S = Cp ln
Contoh soal :
Air pada 25oC dan 1 atm dipanaskan hingga suhunya 80 oC pada tekanan tetap. Tentukan
perubahan entropi proses tersebut. Diketahui Cp = 75,6 JK-1mol-1
Penyelesaian :
S = Cp ln
Menurut Trouton, cairan yang memiliki sifat mendekati ideal, perubahan entropi
penguapannya Suap dapat dinyatakan sebagai berikut.
Suap = 21kal/mol der = 87,822 J/mol der, atau
Suap = Huap/Tb = 87,822 J/mol der. Dengan demikian Huap dapat ditentukan
berdasarkan Tb
S1
S2
H2O(l, 373K, 1 atm)
373 40770
S S1 S 2 75,6. ln 126,3 J / Kmol
298 373
3.1. SIMPULAN
Perubahan entropi pada proses fisis dapat diamati pada proses fisis yang tidak
disertai perubahan fase, perubahan fase yang berlangsung secara reversibel atau
irreversibel. Perubahan entropi juga dapat diamati dalam reaksi kimia dan gas ideal