Anda di halaman 1dari 14

KESETIMBANGAN DALAM FASA GAS

Ditujukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Termodinamika Kimia

Kelompok 5

ANGGOTA: M. Fayaadh Rifki 11220960000077


Nuri Nafisah 11220960000084
Jovan Syafiqriyanto H 11220960000098
M. Ikhsan Nuril Hakim 11220960000099
KELAS: 3C
DOSEN PENGAMPU: Isalmi Aziz, M.T.

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur
kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun
akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai
tugas dari mata kuliah Termodinamika dengan judul “Kesetimbangan dalam Fasa Gas”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................6
2.1 Ayat Al-quran........................................................................................................6
2.2 Entropi....................................................................................................................6
2.3 Fungsi Helmholtz dan Gibbs................................................................................7
2.3 Energi Bebas Gibss dan Pengaruhnya.................................................................8
BAB III KESIMPULAN...............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Termodinamika adalah ilmu tentang energy yang secara spesifik membahas
tentang hubungan antara energy panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa
energy didalam alam dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energy panas
dan kerja, yaitu energy kimia, energy listrik, energi nuklir, energy gelombang
electromagnetic, energy akibat gaya magnet, dan lain-lain. Energy dapat berubah
dari satu bentuk ke bentuk yang lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa
teknologi. Selain itu energy di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan
atau dihilangkan, yang terjadi adalah perubahan energy dari satu bentuk menjadi
bentuk yang lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip ini disebut
sebagai prinsip konservasi atau kekekalan energy. Prinsip termodinamika tersebut
sebenarnya telah terjadi secara alami dalam kehidupan sehari-hari. Bumi setiap hari
menerima energi gelombang elektromagnetik dari matahari, dan dibumi energy
tersebut berubah menjadi energi panas, energi angin, gelombang laut, proses
pertumbuhan berbagai tumbuh-tumbuhan dan banyak proses alam lainnya. Proses
didalam diri manusia juga merupakan proses konversi energy yang kompleks, dari
input energy kimia dalam makanan menjadi energy gerak berupa segala kegiatan
fisik manusia, dan energy yang sangat bernilai yaitu energy pikiran kita. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka prinsip alamiah dalam
berbagai proses termodinamika direkayasa menjadi berbagai bentuk mekanisme
untuk membantu manusia dalam menjalankan kegiatannya. Mesin-mesin
transportasi darat, laut maupun udara merupakan contoh yang sangat kita kenal dari
mesin konversi energy, yang merubah energi kimia dalam bahan bakar atau sumber
energi lain menjadi energy mekanis dalam bentuk gerak atau perpindahan diatas
permukaan bumi, bahkan sampai di luar angkasa. Pabrik-pabrik dapat memproduksi
berbagai jenis barang, digerakkan oleh mesin pembangkit energy listrik yang
menggunakan prinsip konversi energy panas dan kerja. Untuk kenyamanan hidup,
kita memanfaatkan mesin air conditioning, mesin pemanas, dan refrigerators yang
menggunakan prinsip dasar termodinamika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa ayat yang berkaitan dengan kesetimbangan dalam fasa gas dan
kandungannya?
2. Apa yang dimaksud dengan entropi?
3. Bagaimana fungsi helmholtz dan Gibbs?

4
4. Bagaimana energi bebas Gobbs dan pengaruhnya?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Ayat al-quran yang berhubungan dengan kesetimbangan dalam
fasa gas
2. Mengetahui pengertian entropi
3. Mengetahui Fungsi Helmholtz dan Gibbs
4. Mengetahui energi bebas Gibbs dan pengaruhnya

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ayat Al-quran

2.2 Entropi
Istilah entropi secara literatur berarti transformasi, dan diperkenalkan oleh
Claussius. Entropi adalah sifat termodinamika yang penting dari sebuah zat, dimana
harganya akan meningkat ketika ada penambahan kalor dan menurun ketika terjadi
pengurangan kalor. Dalam hal ini, sulit untuk mengukur entropi, tetapi akan mudah
untuk mencari perubahan entropi dari suatu zat. Pada jangkauan kecil temperature,
kenaikan atau penurunan entropi jika dikalikan dengan temperatur akan
menghasilkan jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan oleh suatu zat. Secara
matematis:
dQ = T.dS
dimana: dQ = Kalor yang diserap
T = temperatur absolut
ds = kenaikan entropi.
Persamaan di atas juga bisa digunakan untuk kalor yang dilepaskan oleh suatu
zat, dalam hal ini dS menjadi penurunan entropi. Para ahli teknik dan ilmuwan
menggunakan entropi untuk memberikan jawaban cepat terhadap permasalahan yang
berkaitan dengan ekspansi adiabatik.
Entropi adalah ukuran banyaknya energi atau kalor yang tidak dapat diubah
menjadi usaha. Besarnya entropi suatu sistem yang mengalami proses reversibel
sama dengan kalor yang diserap sistem dan lingkungannya dibagi suhu mutlak sistem
tersebut (T). Entropi adalah fungsi keadaan, nilainya pada suatu keadaan setimbang
dapat dinyatakan dalam variabel-variabel yang menentukan keadaan sistem. Asas
kenaikan entropi dapat dinyatakan bahwa entropi selalu naik pada tiap proses
ireversibel. Karena itu dapat dikatakan bahwa entropi dari suatu sistem terisolasi
sempurna selalu naik tiap proses ireversibel.
Dalam proses adiabatik, d’Q = 0, dan dalam proses adiabatik ireversibel d’Qr =
0. Oleh karena itu dalam proses adiabatik reversibel, ds = 0 atau ini berarti bahwa
entropi S tetap. Proses demikian ini disebut pula sebagai proses isentropik. Jadi:
d’Qr = 0 dan dS = 0
Dalam proses isotermal reversibel, suhu T tetap, sehingga perubahan entropi
untuk melaksanakan proses semacam ini maka sistem dihubungkan dengan sebuah

6
reservoir yang suhunya berbeda. Jika arus panas mengalir masuk ke dalam sistem,
maka Qr positif dan entropi sistem naik. Jika arus panas keluar dari sistem Qr negatif
dan entropi sistem turun.
Jika dalam suatu proses terdapat arus panas antara sistem dengan lingkungannya
secara reversibel, maka pada hakekatnya suhu sistem dan suhu lingkungan adalah
sama. Besar arus panas ini yang masuk kedalam sistem atau yang masuk kedalam
lingkungan di setiap titik adalah sama, tetapi harus diberi tanda yang berlawanan.
Karena itu perubahan entropi lingkungan sama besar tapi berlawanan tanda dengan
perubahan entropi sistem dan jumlahnya menjadi nol. Sebab sistem bersama dengan
lingkungannya membentuk dunia, maka boleh dikatakan bahwa entropi dunia adalah
tetap. Hendaknya diingat bahwa pernyataan ini berlaku untuk proses reversibel saja.
Keadaan akhir proses irreversibel itu dapat dicapai dengan ekspansi reversibel.
Dalam ekspansi semacam ini usaha luar harus dilakukan. Karena tenaga dakhil
sistem tetap, maka harus ada arus panas yang mengalir kedalam sistem yang sama
besarnya dengan usaha luar tersebut. Entropi dalam gas dalam proses reversibel ini
naik dan kenaikan ini sama dengan kenaikan dalam proses sebenarnya yang
irreversibel, yaitu ekspansi bebas.

2.3 Fungsi Helmholtz dan Gibbs


Ketaksamaan Clausius:
dQ dQ
dS ≥ → dS - ≥0
T T
Ketaksamaan ini dapat dikembangkan dengan dua cara:
1. Asumsi, kalor berpindah pada volume tetap, dQv = dU (hukum termodinamika
1)
dU
dS - ≥0
T
T.dS ≥ dU → (V tetap, tidak ada pemuaian)
dU - T.dS ≤ 0
2. Asumsi, kalor berpindah pada P tetap, dQp = dH
T.dS ≥ dH → (P tetap, Tak ada kerja bukan pemuaian)
dH - T.dS ≤ 0
Persamaan (1) dan (2) dinyatakan sebagai 2 fungsi termodinamika yaitu:
1. Fungsi Helmholtz
dU - T.dS ≤ 0
dA = dU - T.dS
dAT ,V ❑ ≤ 0 (Spontan)
2. Fungsi Gibbs
dH - T.dS ≤ 0
dG = dH - T.dS
dGT , P❑ ≤ 0 (Spontan)

7
2.3 Energi Bebas Gibss dan Pengaruhnya
A. Fungsi Gibbs Molar Standar

dG = dH - T.dS
Δ G° = Δ H° - T. Δ S °

B. Ketergantungan G Pada T dan P


Energi Bebas karena perubahan suhu dan tekanan :
G = H - T.S U = H - P.V → H = U + P.V
G = U + P.V - T.S
Selanjutnya, dideferensialkan
dG = dU + P.dV + V.dP - T.dS - S.dT
dG = T.dS - P.dV + P.dV + V.dP - T.dS - S.dT
dG = V.dP - S.dT
C. G Pada T Konstan
dG = V.dP - S.dT
dG = V.dP
GT ❑= n.R.T. ln P + G°
Persamaan diferensial:
n.R.T
dG = V.dP → V =
P
n.R.T
1. dG = dP
P
❑ ❑
dP
∫ ❑G=n . R . T .∫ ❑ P
❑ ❑
GT ❑= n.R.T. ln P + G°
n.R.T
2. dG = dP
P
T T
dP
∫ ❑G=n . R . T .∫ ❑ P
0 0
PT
GT ❑- G0❑= n.R.T. ln
P0
PT
Δ G = n.R.T. ln
P0
D. Penentuan G untuk Reaksi Kimia

Energi Bebas Standar, ΔG °


aA (g) + bB (g) ↔ mM (g) + nN (G)
Δ G ° = [m G° (M) + n G° (N)] - [a G° (A) + b G° (B)]

8
Pengaruh Koefisien Reaksi Terhadap Δ G °

aA (g) + bB (g) ↔ mM (g) + nN (G) → Δ G ° = X kal


↓xα
α aA (g) + α bB (g) ↔ α mM (g) + α nN (G) → Δ G ° = α X kal

Reaksi Kimia Pada T Tertentu

E. Pengaruh T terhadap Kesetimbangan


ΔG ° =−RTln kp

0
ΔG
=−R ln Kp → d ( ΔG °/T )/dT =−R( d lnKp)/dT
T

2 2
ΔH
d lnKp/dT =−1/R d /dT ( ΔG ° /T )⇒ ∫ ❑d lnKp= ∫ ❑T −2 dT
1 R 1

ln
Kp(T 0) [
Kp(T ) −ΔH 1 1
= −
R T T0 ]
Δ H diukur pada 1/2(T +T 0)
Δ H =konstan

o
0 Δ G H−T . S
Δ G =−RT lnKp =
T T
o
ΔG ΔG −1
=−R ln Kp =H T −S
T T
0 o
d (Δ G /T ) d (lnKp) d ΔG −2 −ΔH
=−R ( )=−H T = 2
dT dT dT T T

( )
0
d ln Kp −1 d Δ G
=
dT R dT T

( ) ( )

d ln Kp ❑ 1 d −ΔH ❑
1 − ΔH
∫❑ dT
=∫ ❑−
R dT T 2
= ∫ ❑−
R T2
❑ ❑ ❑
❑ ❑

∫ ❑ d lndTKp =∫ ❑ ΔH2
❑ ❑ RT
❑ ❑

∫ ❑d ln Kp= ∫ ❑ ΔH2 dT
❑ ❑ RT

Kp2 ΔH
ln =∫ ❑ dT
Kp1 ❑ RT 2

9
Jika ΔH adalah konstanta ( ΔH # f(T)), maka:

Kp2 ΔH
ln = ∫ ❑ dT
Kp1 R T 2 ❑ T 2

ln
Kp2 ΔH 1
Kp1
= −
R T1 T 2
1
[ ]
Jika ΔH bukan konstanta ( ΔH = F(T)), maka:

Kp2 ΔH
ln =∫ ❑ dT
Kp1 ❑ RT 2

ΔH =ΔH 0+ ΔaT +
Δb 2 Δc 3
2
T +
3
T( ) ( )
( ) ( )
0
d ln Kp −Δ H 0 0 Δb 2 Δc 3
= ⇒ ΔH oT = Δ H + ΔaT + T + T
dT R 2 3

0
d ln Kp −Δ H 0 Δa Δb ΔcT
= 2
+ + +
dT RT RT 2 R ❑ 3R

[ ]
0
Kp(T ) −Δ H 0 1 1 Δa T Δb Δc 2
( T −T 0 ) + 6 R ( T −T 0 )
2
ln = − + ln +
Kp(T 0) R T T0 R T0 2 R

jadi:

[ ]
0
Kp(T ) −Δ H 0 1 1
ln = −
Kp(T 0) R T T0

[ ]
0
Kp(T ) −Δ H 0 1 1 Δa T Δb Δc 2
ln
Kp(T 0)
=
R

T T0
+
R
ln +
T0 2 R
( T −T 0 ) +
6R
( T −T 0 )
2

[ ]
❑ ❑
Δ G2 Δ G1 1 1 T Δb Δc
− = Δ H 00 2 − 1 + Δa ln 2 + ( T 2 −T 1 ) + ( T 2−T 20 )
T2 T1 T T T1 2 6

F. G pada P konstan
ΔG=ΔH −T . ΔS

10
( ∂∂TG ) p=−S
( ∂∂TG ) p= G−H
T

( )
∂ ( GT ) p= −H
∂T T2
G(T 2 ) G(T 1 ) T 2 H
T2
= ∫ ❑ dT
T1 T 1 T 2

T2
ΔG(T 2 ) ΔG (T 1) ΔH
− =−∫ ❑ 2 dT
T2 T1 T1 T

ΔH =f (T )atau≠ f (T )

1. G=H −T . S

( ∂∂TG ) p=−S
2. G=H −T . S
G−H
=−S
T

persamaan 1 dan 2 digabung

( ∂∂TG ) p= G−H
S

3. G=H −T . S

G H −T . S H
= = −S
T T T

( )
∂ ( GT ) =−H
∂T T2

❑ ❑


( )
∫ ❑∂ GT =∫❑− H2 dT
❑ T

11
Δ G2 Δ G1 ❑ ΔH
− =∫ ❑− 2 dT
T2 T1 ❑ T

ΔH ≠ f (T )

T2
ΔG(T 2) ΔG (T 1)
=−ΔH ∫ ❑T dT
−2

T2 T1 T1

( )
ΔG2 Δ G1 1 1
− =Δ H 0 2 − 1
T2 T1 T T

12
BAB III
KESIMPULAN

1. Entropi adalah sifat termodinamika yang penting dari sebuah zat, dimana harganya
akan meningkat ketika ada penambahan kalor dan menurun ketika terjadi
pengurangan kalor.
2. Fungsi Helmholtz dan Gibbs dapat dinyatakan dengan
Ketaksamaan Clausius:

dQ dQ
dS ≥ → dS - ≥0
T T
yang mana, Ketaksamaan ini dapat dikembangkan dengan dua cara:
1. Asumsi, kalor berpindah pada volume tetap, dQv = dU (hukum termodinamika
1)
2. Asumsi, kalor berpindah pada P tetap, dQp = dH

13
DAFTAR PUSTAKA
Alberty, Robert and Daniels, Ferrington, 1978. Physical Chemistry, New York, John
Wiley & Sons.
Atkin, P.W, 1986, Physical Chemistry, New York W.H. Freeman and Company
Barrow, Gordon M, 1983, Ph~!sical CI~emistn.~ Tokyo, McGraw Hill International
Book Company
Dykstra, Clifford EE, 1997, Physical Chemistry, New Jersey, Prentice Hall International
Hadi, Dimsiki, 1993, Termodinamika, Jakarta; Dikti P dan K
Katz, David A, 2003 . Chemical Thermodynamics, Department of Chemistry Pima
Community College Tucson, AZ 85709, USA
Levine, Ira N, 1983, Physical Chemistry, New York, Mc Graw Hill, Book Company
Lando, Jerome, B dan Maron, Samuel H, 1982, Fundamentals of Physical Chemistry,
New York, Macmillan Publishing Co Inc.
Mulder, W.H, 2004, Cheniical Therdynamics, Department of Chemistry, University of
the West Indies Mona.

14

Anda mungkin juga menyukai