Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MATA PELAJARAN FISIKA

“TERMODINAMIKA”

Guru pembimbing : Aan Andianah, S.Pd.

DISUSUN OLEH :
Erlangga Aditya Pratama
Nabil Raj Fathir
Nuraini Zamzami
Rosmala
Siti Rosidah

Tahun Pelajaran 2022/2023

MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 KARAWANG

Jln. Raya Telukbango KM.3 Kecamatan Batujaya Karawang 41354


KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
kepada penulis sehingga makalah yang berjudul “Termodinamika” dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya.

Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan dari tugas mata pelajaran
Termodinamika. Pada makalah ini akan dibahas mengenai Usaha dan Proses Termodinamika, Hukum I
Termodinamika dan Penerapannya, Kapasitas Kalor Gas, Siklus Termodinamika dan Efesiensi Medium
Kalor, Mesin Pendingin (Refrigerator), Hukum II Termodinamika, Proses Reversibel dan Ireversibel, dan
Entropi. Makalah ini disusun agar dapat menambah referensi para pembaca. Penulis Mengharapkan
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat diterima pembaca dengan senang hati. Selanjutnya dengan rendah
hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini agar selanjutnya dapat kami revisi
kembali, karena kami sangat menyadari bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak
kekurangan.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah mendukung serta
membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga rampungnya makalah ini.
Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah kami buat ini mampu
memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Batujaya, 07 Maret 2023

Tim Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ma..................................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................................................... 3

BAB II ISI

2.1 Usaha dan Proses Termodinamika ............................................................................................ 4

2.2 Hukum I Termodinamika dan Penerapannya ........................................................................... 6

2.3 Kapasitas Kalor Gas .................................................................................................................. 8

2.4 Siklus Termodinamika dan Efesiensi Medium Kalor ............................................................... 9

2.5 Mesin Pendingin (Refrigerator) ................................................................................................ 10

2.6 Hukum II Termodinamika ......................................................................................................... 13

2.7 Proses Reversibel dan Ireversibel .............................................................................................. 15

2.8 Entropi ....................................................................................................................................... 16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 18

3.2 Saran .......................................................................................................................................... 18

DAFTAR mi ................................................................................................................................... 19

2
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Termodinamika memainkan peran penting dalam analisis sistem yang ada didalamnya terjadi
perpindahan formasi energi. Implikasi termodinamika bercakupan jauh, dan Penerapannya
membentang ke seluruh kegiatan manusia. Bersamaan dengan sejarah teknologi kita, perkembangan
sains telah memperkaya kemampuan kita untuk memanfaatkan energi dan menggunakan energi
tersebut untuk kebutuhan masyarakat. Kebanyakan kegiatan kita melibatkan perpindahan energi dan
perubahan energi. Termodinamika merupakan ilmu tentang energi, yang secara spesifik membahas
tentang hubungan antara energi panas dengan kerja. Seperti telah diketahui bahwa energi didalam alam
dapat terwujud dalam berbagai bentuk, selain energi panas dan kerja, yaitu energi Kimia, energi listrik,
energi nuklir, energi gelombang elektromagnet, energi akibat gaya magnet, Dan lain-lain. Energi dapat
berubah dari satu bentuk ke bentuk lain, baik secara alami maupun hasil rekayasa teknologi. Selain itu
energi di alam semesta bersifat kekal, tidak dapat dibangkitkan atau dihilangkan, yang terjadi adalah
perubahan energi dari satu bentuk menjadi bntuk lain tanpa ada pengurangan atau penambahan. Prinsip
ini disebut sebagai prinsip konservasi atau kekekalan energi.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada pembuatan makalah ini sebagai berikut:
1. Apa saja proses termodinamika yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari?
2. Bagaimana proses termodinamika yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari?
3. Bagaimana sistem dari termodinamika?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menganalisis tentang proses termodinamika yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
2. Memahami berbagai jenis sistem yang ada pada termodinamika

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah informasi dan referensi serta wawasan para
pembaca.

3
BAB II

ISI

2.1 Usaha dan Proses Termodinamika

Proses Termodinamika

1. Proses Tekanan Konstan (Isobarik)

Pada proses tekanan konstan, tekanan awal proses sama dengan tekanan akhir Proses atau p1= p2 .
Bila p = C maka dp = 0. Pada diagram p-V dapat digambar sebagai berikut.

Karena berada dalam tekanan konstan, maka usaha yang dilakukan (W = p∆V). Kalor di sini dapat
dinyatakan sebagai kalor pada tekanan konstan Qp. Sebelumnya telah dituliskan bahwa perubahan
energi dalam sama dengan kalor yang diserap pada volume konstan

QV =∆U

Dari sini usaha dapat dinyatakan sebagai

W = Qp – QV

Jadi, usaha yang dilakukan (W) dapat dinyatakan sebagai selisih energi (kalor) Yang diserap pada
tekanan konstan (Qp) dengan energi (kalor) yang diserap Pada volume konstan (QV).

2. Proses Volume Konstan (Isokhorik)

Pada proses isokhorik, volume awal akan sama dengan volume akhir gas atau V1 = V2. Bila V1 =
V2 maka dV = 0. Pada diagram p-V dapat digambar sebagai berikut :

4
Pada proses isokhorik atau volume konstan, tidak ada kerja yang diberikan atau dihasilkan sistem,
karena volume awal dan akhir proses sama sehingga perubahan volume (dV) adalah 0. Pada proses
semua kalor yang Diberikan diubah menjadi energi dalam sistem.

QV = ∆U

3. Proses Temperatur Konstan (Isotermal)

Pada proses isotermal, temperatur awal proses akan sama dengan temperatur akhir proses atau T1 =
T2 . kondisi ini menyebabkan dT = 0 sehingga perubahan energi dalam sistem (dU) = 0.

Karena berlangsung dalam suhu konstan, tidak terjadi perubahan energi dalam (∆U = 0) dan
berdasarkan hukum I termodinamika kalor yang diberikan sama dengan usaha yang dilakukan
sistem.

(Q = W)

5
4. Proses adiabatis reversibel (isentropi)

Proses adiabatis reversibel adalah proses termodinamika dimana tidak ada kalor Yang masuk atau
keluar dari sistem (adiabatis) dan proses ini mampu balik (reversibel) artinya tidak ada hambatan
atau gesekan. Pada kenyataannya proses Ini tidak ada di alam, tetapi penyederhaan yang demikian
dapat mempermudah Untuk menganalisa sistem. Pada p-V diagram dapat digambarkan sebagai
berikut.

5. Proses polytropis.

Proses polytropis adalah proses termodinamika dengan index isentropis k = n dimana n > 1 atau
p.Vn = C. Proses ini sama dengan proses adiabatis reversibel hanya dibedakan jika pada proses
adiabatis, kalor tidak dapat keluar atau masukKe sistem, tetapi pada proses ini kalor dapat berubah
(dapat keluar – masuk Sistem). P – V diagram untuk proses politropis sama dengan p-V diagram
proses Adiabatis.

2.2 Hukum I Termodinamika dan Penerapannya

A. Pengertian Hukum 1 Termodinamika

Hukum ini berbunyi: “Kalor dan kerja mekanik adalah bisa saling tukar”. Sesuai dengan
hukum ini, maka sejumlah kerja mekanik dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah kalor,
dan sebaliknya.

Hukum ini bisa juga dinyatakan sebagai: “Energi tidak bisa dibuat atau dimusnahkan,
namun bisa dirubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya”.

6
Sesuai dengan hukum ini, energi yang diberikan oleh kalor mesti sama dengan kerja
eksternal yang dilakukan ditambah dengan perolehan energi dalam karena kenaikan
temperatur.

Jika kalor diberikan kepada sistem, volume dan suhu sistem akan bertambah (sistem akan
terlihat mengembang dan bertambah panas). Sebaliknya, jika kalor diambil dari sistem,
volume dan suhu sistem akan berkurang (sistem tampak mengerut dan terasa lebih dingin).
Prinsip ini merupakan hukum alam yang penting dan salah satu bentuk dari hukum
kekekalan energi.

Sistem yang mengalami perubahan volume akan melakukan usaha dan sistem yang
mengalami perubahan suhu akan mengalami perubahan energi dalam. Jadi, kalor yang
diberikan kepada sistem akan menyebabkan sistem melakukan usaha dan mengalami
perubahan energi dalam. Prinsip ini dikenal sebagai hukum kekekalan energi dalam
termodinamika atau disebut Hukum I Termodinamika. Untuk suatu proses dengan keadaan
akhir (2) dan keadaan awal (1)

∆U = U2 – U1

Secara matematis, Hukum I Termodinamika dituliskan sebagai

Q = W + ∆U

Dimana Q adalah kalor, W adalah usaha, dan ∆U adalah perubahan energi dalam. Tapi rumus itu
berlaku jika sistem menyerap kalor Q dari lingkungannya dan melakukan kerja W pada
lingkungannya.

Hukum I Termodinamika menyatakan hubungan antara energi dalam (U), perpindahan


panas (Q), dan kerja (W)

∆U = U1 – U2 = Q – W

7
Jika dalam sistem mengalami proses perubahan yang sangat kecil, maka :

dQ = dU + dW

dQ = dU + p dV

B. Penerapan Hukum I Termodinamika

Salah satu contoh penerapan Hukum I Termodinamika ialah Termos. Penerapan hukum
termodinamika I juga terdapat pada termos, dengan menggunakan bahan yang bersifat adiabatik,
sehingga menghambat terjadinya pertukaran kalor antara sistem ke lingkungan dan sebaliknya,
sehingga tidak terjadi penurunan suhu.

2.3 Kapasitas Kalor Gas

KAPASITAS KALOR

Kapasitas kalor C suatu zat menyatakan banyaknya kalor Q yang diperlukan untuk Menaikkan
suhu zat sebesar 1 Kelvin. Kapasitas gas kalor adalah kalor yang diberikan kepada gas untuk
menaikan suhunya dapat dilakukan pada tekanan tetap (proses isobarik) atau volum tetap (proses
isokhorik). Kapasitas kalor gas diperoleh dari fungsi empirik temperatur, dan B dalam bentuk yang
sama. Kapasitas kalor gas sangat dipengaruhi oleh tekanan, namun pengaruh tekanan pada sifat
termodinamika tidak digunakan dalam. Karena gas pada tekanan rendah biasanya mendekati ideal,
kapasitas kalor gas ideal bisa digunakan untuk hampir semua perhitungan gas real pada tekanan
atmosfir. Ada dua jenis kapasitas gas kalor yaitu kapasitas kalor gas pada tekanan tetap dan
kapasitas kalor pada volume tetap. Kapasitas kalor gas pada tekanan tetap adalah kalor yang
diperlukan untuk menaikan suhu suatu zat satu kelvin pada tekanan tetap. Pada tekanan tetap,
tekanan sistem selalu dijaga agar tetap konstan, maka perubahan energi dalam, kalor, dan kerja
pada proses ini tidak ada yang bernilai nol.

Kalor pada volum tetap artinya kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu suatu Zat satu
kelvin pada volum tetap. Artinya kalor yang diberikan dijaga selalu konstan. Karena volume
system selalu konstan, maka system tidak bisa melakukan kerja pada lingkungan.

Demikian juga sebaliknya, lingkungan tidak bisa melakukan kerja pada system. Jadi kalor yang

Ditambahkan pada system digunakan untuk menaikan energi dalam sistem.Kapasitas kalor pada
gas monoatomik, diatomik dan monoatomik berbeda-beda karena Bergantung kepada derajat
kebebasan gas.

8
2.4 Siklus Termodinamika dan Efesiensi Mesin Kalor

A. SIKLUS TERMODINAMIKA

Siklus termodinamika adalah serangkaian proses termodinamika mentransfer panas dan kerja
dalam berbagai keadaan (tekanan, temperatur, dan keadaan lainnya). Hukum pertama
termodinamika menyebutkan bahwa sejumlah panas yang masuk setara dengan sejumlah panas
yang keluar pada seluruh bagian siklus. Proses alami yang berulang-ulang menjadikan proses
berlanjut, membuat siklus ini sebagai konsep penting dalam termodinamika.

Proses termodinamika berlangsung dalam rantai tertutup pada diagram P-V, di mana axis Y
menunjukkan tekanan (pressure, P) dan axis X menunjukkan volume (V). Area di dalam siklus
adalah kerja (work, W) yang dirumuskan dengan:

Kerja adalah setara dengan panas yang ditransferkan ke sistem:

Persamaan kedua membuat proses siklik mirip proses isotermal, meski energi dalam berubah
selama proses siklik, ketika proses siklik selesai energi sistem adalah sama dengan energi ketika
proses dimulai. Jika proses siklik bekerja searah jarum jam, maka ini menunjukkan mesin kalor,
dan W akan positif. Jika bergerak berlawanan dengan arah jarum jam, maka menunjukkan pompa
kalor, dan W akan negatif.
9

B. EFISIENSI MESIN KALOR

Besar usaha (W) dan efisiensi mesin Carnot (η) dipengaruhi oleh nilai kalor (Q) dan suhu (T) yang
terlibat dalam sebuah sistem. Di mana besar usaha yang dilakukan mesin Carnot sama dengan

banyak kalor yang diserap. Sementara efisiensi mesin Carnot adalah perbandingan antara besar
yang dilakukan sistem terhadap energi kalor yang diserapnya. Satuan usaha mesin Carnot
dinyatakan dalam Joule (J) dan efisiensi mesin Carnot dinnyatakan dalam persen.

Mesin Carnot disebut juga mesin kalor adalah alat yang berfungsi mengubah energi panas menjadi
energi mekanik. Konsep mengenai kerja mesin Carnot diperkenalkan oleh Sadi Carnot yang
pemanfaatannya terdapat di berbagai kerja mesin seperti pada lokomotif uap.

Proses yang terjadi dalam siklus Carnot adalah sistem menerima kalor Q1 dari reservoir bersuhu
tinggi T1 dan melepas kalor Q2 ke reservoir bersuhu rendah T2. Pada siklus Carnot, proses selalu
kembali ke keadaan semula sehingga ΔU = 0.

Besar usaha yang dilakukan mesin Carnot sama dengan luas daerah di dalam siklus suatu sistem.
Sehingga besar usaha (W) yang dilakukan mesin Carnot sesuai dengan persamaan berikut.

2.5 Mesin Pendingin (Refrigerator)

A. PENGERTIAN

Refrigerasi adalah suatu sistem, alat dan media yang berfungsi mengatur suhu hingga mencapai
suhu di bawah ruangan dengan cara menyerap kalor dari suatu lingkungan kemudian
melepaskannya ke lingkungan yang lain. Refrigerasi dicapai dengan melakukan penyerapan panas
pada suhu rendah secara terus menerus, yang biasanya bisa dicapai dengan menguapkan suatu
cairan secara terus menerus.

Penggunaan refrigerasi sangat dikenal pada sistem pendingin udara pada bangunan, transportasi,
dan pengawetan suatu bahan makanan dan minuman. Penggunaan refrigerasi juga dapat ditemukan
pada pabrik skala besar, contohnya proses dehidrasi gas, aplikasi pada industri petroleum seperti
pemurnian minyak pelumas, reaksi suhu rendah dan proses pemisahan hidrokarbon yang mudah
menguap.
10

B. MANFAAT

Manfaat refrigerasi antara lain adalah sebagai berikut:

 Pengkondisian udara pada mangan dalam bangunan/rumah, sehingga temperatur di dalam


bangunan/rumah lebih dingin dibanding di luar rumah.
 Pengolahan/transportasi/penyediaan bahan-bahan makanan/minuman menjadi legis
terhadap aktivitas mikro organisme.
 Pembuatan batu es dan dehidrasi gas dalam skala besar .
 Pemurnian minyak pelumas pada industri minyak bumi.
 Melangsungkan reaksi-reaksi kimia pada temperatur rendah.
 Pemisahan terhadap komponen-komponen hidrokarbon yang mudah menguap.
 Pencairan gas untuk mendapatkan gas mumi (O2 dan N2)

C. KOMPONEN SISTEM REFRIGERASI

a. Kompresor

Kompressor adalah alat yang digunakan untuk menghisap uap refrigeran dan mengkompresinya
sehingga tekanan uap refrigeran naik sampai ke tekanan yang diperlukan untuk pengembunan
(kondensasi) uap regrigeran di dalam kondensor.

Kompresor bekerja dengan perbedaan tekanan sehingga bahan pendingin dapat mengalir dari satu
bagian ke bagian yang lain dari sistem. Kompresor berfungsi untuk mengisap refrigeran dari
evaporator dengan suhu dan tekanan rendah lalu memampatkan refrigeran tersebut sehingga
tekanan dan suhunya meningkat untuk kemudian dialirkan ke kondensor.

b. Kondensor

Kondensor berfungsi untuk membuang kalor yang diserap dari evaporator dan panas yang
diperoleh dari kompresor, serta mengubah wujud gas menjadi cair. Jumlah kalor yang dilepaskan
dalam kondensor sama dengan jumlah kalor yang diserap oleh refrigeran di dalam evaporator
setara ekuivalen dengan energi yang diperlukan untuk melakukan kerja kompresi dan kalor dari
sistem.

Uap yang mengalir melalui satu susunan pipa-pipa, diembunkan sewaktu bersentuhan dengan
permukaan pipa-pipa yang dialiri cairan pendingin. Pipa-pipa ini permukaannya dijaga agar tetap
bertemparatur rendah dengan mengalirkan cairan pendingin.

c. Katup Ekspansi

Katup ekspansi digunakan untuk mengekspansi secara adiabatik cairan refrigeran yang bertekanan
dan bertemperatur tinggi sampai mencapai tingkat keadaan tekanan dan temperatur rendah. Katup
ekspansi berfungsi untuk mengalirkan dan menurunkan tekanan refrigran dari kondensor supaya
mudah menguap di dalam evaporator.

11

d. Evaporator

Evaporator juga disebut juga dengan boiler, freezer, froster, cooling coil, chilling unit dan lain-lain.
Fungsi evaporator adalah untuk menyerap panas dari udara atau air di dalam ruangan yang
didinginkan. Kemudian membuang kalor tersebut melalui kondensor di ruang yang tidak
didinginkan.

Evaporator mempunyai fungsi berkebalikan dengan kondensor. Evaporator terletak di antara pipa
kapiler dan kompresor, yang merupakan daerah sisi tekanan rendah dari sistem. Evaporator dibuat
dari bermacam-macam logam, tergantung dari bahan pendingin yang dipakai dan pemakaian dari
evaporator sendiri. Logam yang banyak dipakai besi, baja, tembaga, kuningan dan aluminium.

e. Refrigeran

Refrigeran merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk menyerap kalor dari
lingkungan atau untuk melepaskan kalor ke lingkungan. Refrigeran berfungsi sebagai media
pendingin dengan menyerap kalor dari benda atau bahan lain seperti air atau udara ruangan,
sehingga refrigeran tersebut dapat dengan mudah mengubah phasanya dari cair.

D. PRINSIP KERJA

Prinsip kerja yang terjadi pada sistem regrefigerasi terdiri dari beberapa siklus, yaitu:

 Kompresor memompa bahan pendingin melalui seluruh sistem. Kompresor menarik gas
refrigerant dingin melalui jalur isap (suction line) dari evaporator freezer. Pada saat yang
sama, mengompres gas dan mepompa ke discharge line (jalur tekanan tinggi). Gas yang
terkompresi temperaturnya meningkat tajam dan memasuki kondensor.
 Kondensor melakukan fungsi yang mirip dengan radiator di sebuah mobil. Kondensor
adalah koil pendingin untuk gas refrigerant panas. Dalam kondensor, panas tersebut
dikeluarkan ke ruang udara di luar kabinet. Selama proses ini, gas refrigerant melepas
panas dalam kabin dan merubah ke bentuk cair. Lalu cairan pendingin panas meninggalkan
kondensor dan memasuki tabung (pipa) kapiler, Dan filter dryer atau saringan menghapus
segala uap air atau kotoran.
 Tabung kapiler diukur dengan seksama panjang dan diameter dalam untuk mengukur arus
refrigerant cair dengan jumlah yang tepat untuk alirkan sesuai yang dibutuhkan untuk
setiap unit. Sebuah panjang yang telah ditetapkan tabung kapiler biasanya disolder di
sepanjang bagian luarsuction line, membentuk penukar panas, yang membantu untuk
mendinginkan refrigerant cair panas dalam tabung kapiler. Pipa Kapiler kemudian
dihubungkan ke pipa yang lebih besar yaitu evaporator.
12

 Refrigeran keluar dari tabung kapiler dan memasuki tabung yang lebih besar atau
evaporator. Peningkatan mendadak dalam bentuk diameter pipa membentuk daerah
tekanan rendah dan suhu refrigerant turun secara drastis karena perubahan dari cair ke
campuran cair dan gas. Dalam proses melewati evaporator, refrigerant menyerap panas
dari area sekelilingnya. Refrigerant kemudian secara bertahap berubah dari cair ke
campuran cair dan gas ke gas.
 Gas refrigerant bertekanan rendah meninggalkan koil evaporator sekarang memasuki
akumulator, yang dirancang berbentuk silinder besar untuk menjebak cairan refrigeran
yang tidak atau belum berubah menjadi gas di evaporator. Karena tidak mungkin untuk
kompres cairan, akumulator mencegahre frigerant dalam bentuk cairan kembali ke
kompresor.
 Gas refrigerant meninggalkan akumulator, kembali ke kompresor melalui garis isap, yang
merupakan bagian dari panas exchanger, sehingga menyelesaikan siklus.Ppengaruh
penambahan pelat datar vertikal pada tube penukar panas dengan tambahan aluminium foil
yang mengelilingi tube, dan pengaruh besar ruang yang terbentuk di sisi bagian dalam
penukar panas dimana tubenya memiliki jarak tertentu dengan styrofoam (ada rongga).
Diperkirakan besar rongga yang ada akan berpengaruh pada besar laju perpindahan panas
yang terjadi, demikian pula dengan efisiensi penukar panas menyeluruh.

2.6 Hukum II Termodinamika

HUKUM II TERMODINAMIKA

Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa aliran kalor memiliki arah. Dengan kata lain,
tidak semua proses di alam adalah reversibel (arahnya dapat dibalik). Hukum kedua termodinamika
menyatakan bahwa kalor mengalir secara spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu
rendah dan tidak pernah mengalir secara spontan dalam arah kebalikannya. Misalnya, jika sebuah
kubus kecil dicelupkan ke dalam secangkir air kopi panas, kalor akan mengalir dari air kopi panas
ke kubus es sampai suhu keduanya sama (Marthen Kanginan, 2007: 246-250). Hukum pertama
termodinamika tidak dapat menjelaskan apakah proses tersebut mungkin terjadi ataukah tidak
mungkin terjadi. Oleh karena itu, muncullah hukum kedua termodinamika yang disusun tidak lepas
dari usaha untuk mencari sifat atau besaran sistem yang merupakan fungsi keadaan. Sehingga
hukum termodinamika kedua dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Proses suatu sistem terisolasi yang disertai dengan penurunan entropi tidak mungkin terjadi.
Dalam setiap proses yang terjadi pada sistem terisolasi, maka entropi sistem tersebut selalu naik
atau tetap tidak berubah.”
Hukum kedua termodinamika juga memberikan batasan dasar pada efisiensi sebuah mesin atau
pembangkit daya.

13

Hukum ini juga memberikan batasan energi masukan minimum yang dibutuhkan untuk
menjalankan sebuah sistem pendingin. Selain itu, hukum kedua termodinamika juga dapat
dinyatakan dalam konsep entropi yaitu sebuah ukuran kuantitatif derajat ketidakaturan atau
keacakan sebuah sistem.

Dari hasil percobaan para ahli menyimpulkan bahwa mustahil untuk membuat sebuah mesin kalor
yang mengubah panas seluruhnya menjadi kerja, yaitu mesin dengan efisiensi termal 100%.

Kemustahilan ini adalah dasar dari satu pernyataan hukum kedua termodinamika sebagai berikut :

“Adalah mustahil bagi sistem manapun untuk mengalami sebuah proses di mana sistem menyerap
panas dari reservoir pada suhu tunggal dan mengubah panas seluruhnya menjadi kerja mekanik,
dengan sistem berakhir pada keadaan yang sama seperti keadaan awalnya”.

Pernyataan ini dikenal dengan sebutan pernyataan “mesin” dari hukum kedua termodinamika.

Dasar dari hukum kedua termodinamika terletak pada perbedaaan antara sifat alami energi dalam
dan energi mekanik makroskopik. Dalam benda yang bergerak, molekul memiliki gerakan acak,
tetapi diatas semua itu terdapat gerakan terkoordinasi dari setiap molekul pada arah yang sesuai
dengan kecepatan benda tersebut. Energi kinetik dan energi potensial yang berkaitan dengan
gerakan acak menghasilkan energi dalam.

Jika hukum kedua tidak berlaku, seseorang dapat menggerakkan mobil atau pembangkit daya
dengan mendinginkan udara sekitarnya. Dua kemustahilan ini tidak melanggar hukum pertama
termodinamika. Oleh karena itu, hukum kedua termodinamika bukanlah penyimpulan dari hukum
pertama termodinamika, tetapi berdiri sendiri sebagai hukum alam yang terpisah. Hukum pertama
termodinamika mengabaikan kemungkinan penciptaan atau pemusnahan energi. Sedangkan hukum
kedua termodinamika membatasi ketersediaan energi dan cara penggunaan serta pengubahannya.

Panas mengalir secara spontan dari benda panas ke benda yang lebih dingin, tidak pernah
sebaliknya. Sebuah pendingin mengambil panas dari benda dingin ke benda yang lebih panas,
tetapi operasinya membutuhkan masukan energi mekanik atau kerja. Hal umum mengenai
pengamatan ini dinyatakan sebagai berikut :

“Adalah mustahil bagi proses mana pun untuk bekerja sendiri dan menghasilkan perpindahan
panas dari benda dingin ke benda yang lebih panas.”

Pernyataan ini dikenal dengan sebutan pernyataan “pendingin” dari hukum kedua termodinamika.

Pernyataan “pendingin” ini mungkin tidak tampak berkaitan sangat dekat dengan pernyataan
“mesin”. Tetapi pada kenyataannya, kedua pernyataan ini seutuhnya setara. Sebagai contoh, jika
seseorang dapat membuat pendingin tanpa kerja, yang melanggar pernyataan “pendingin” dari
hukum kedua termodinamika, seseorang dapat menggabungkannya dengan sebuah mesin kalor,
memompa kalor yang terbuang oleh mesin kembali ke reservoir panas untuk dipakai kembali.

14

Meski gabungan ini akan melanggar pernyataan “mesin” dari hukum kedua termodinamika karena
selisih efeknya akan menarik selisih panas sejumlah dari reservoir panas dan mengubah seutuhnya
menjadi kerja (W).

Perubahan kerja menjadi panas, seperti pada gesekan atau aliran fluida kental (viskos) dan aliran
panas dari panas ke dingin melewati sejumlah gradien suhu, adalah suatu proses ireversibel.
Pernyataan “mesin” dan “pendingin” dari hukum kedua menyatakan bahwa proses ini hanya dapat
dibalik sebagian saja. Misalnya, gas selalu mengalami kebocoran secara spontan melalui suatu
celah dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah. Gas-gas dan cairan-cairan yang
dapat bercampur bila dibiarkan akan selalu tercampur dengan sendirinya dan bukannya terpisah.
Hukum kedua termodinamika adalah sebuah pernyataan dari aspek sifat searah dari proses-proses
tersebut dan banyak proses ireversibel lainnya. Perubahan energi adalah aspek utama dari seluruh
kehidupan tanaman dan hewan serta teknologi manusia, maka hukum kedua termodinamika adalah
dasar terpenting dari dunia tempat makhluk hidup tumbuh dan berkembang (Sears dan Zemansky,
2000: 561-562).

2.7 Proses Reversibel dan Ireversibel

a. Proses Reversibel ( = 0 )

Proses reversible adalah proses yang selalu mendekati keadaan kesetimbangan


termodinamika antara sistem itu sendiri dengan lingkungannya. Boleh dikatakan bahwa
kebanyakan proses alamiah yang terjadi di alam semesta ini merupakan proses yang tidak
dapat dibalik. Proses yang dapat dibalik hanya ada dalam teori saja.

Proses reversible dapat terjadi dengan persyaratan yang sangat khusus yaitu:

 Selama proses tidak ada gesekan 


 Proses dapat dibalik.
 Jika terjadi perpindahan panas maka perpindahan ini hanya diakibatkan oleh
perubahan suhu sedikit demi sedikit.  
 Tidak terjadi percampuran
 Tidak terjadi gejolak/turbulensi
 Tidak terjadi pembakaran 

b. Proses Ireversibel ( > 0 )


Suatu proses dikatakan irreversible, jika keadaan mula-mula dari sistem tidak dapat
dikembalikan tanpa menimbulkan perubahan keadaan pada sistem lain. Proses irreversible
terjadi pada semua proses yang nyata (seperti, pembakaran lilin menjadi cahaya). 

15

Proses termodinamik yang berlangsung secara alami seluruhnya adalah proses irreversible.

Proses tersebutnya adalah proses yang berlangsung secara spontan pada satu arah tetapi
tidak pada arah sebaliknya. Keadaan akhir proses irreversible itu dapat dicapai dengan
ekspansi reversible. Dalam ekspansi semacam ini usaha luar harus dilakukan. Karena
tenaga Dakhil sistem tetap, maka harus ada arus panas yang mengalir kedalam sistem yang
sama besarnya dengan usaha luar tersebut. Entropi dalam gas reversible ini naik dan
kenaikan ini sama dengan kenaikan dalam proses sebenarnya yang ireversible, yaitu
ekspansi bebas.

2.8 Entropi

ENTROPI

Entropi adalah ukuran banyaknya energi atau kalor yang tidak dapat diubah menjadi usaha.
Besarnya entropi suatu sistem yang mengalami proses reversibel sama dengan kalor yang diserap
sistem dan lingkungannya dibagi suhu mutlak sistem tersebut (T).  Entropi adalah fungsi keadaan,
nilainya pada suatu keadaan setimbang dapat dinyatakan dalam variabel-variabel yang menentukan
keadaan sistem. Asas kenaikan entropi dapat dinyatakan bahwa entropi selalu naik pada tiap proses
ireversibel. Karena itu dapat dikatakan bahwa entropi dari suatu sistem terisolasi sempurna selalu
naik tiap proses ireversibel.

Dalam proses adiabatik, d’Q = 0, dan dalam proses adaibatik ireversibel d’Qr = 0. Oleh karena itu
dalam proses adibatik reversibel, ds = 0 atau ini berarti bahwa entropi S tetap. Proses demikian ini
disebut pula sebagai proses insentropik. Jadi:

D’Qr = 0 dan dS = 0

Dalam proses isotermal reversibel, suhu T tetap, sehingga perubahan entropi

Untuk melaksanakan proses semacam ini maka sistem dihubungkan dengan sebuah reservoir yang
suhunya berbeda. Jika arus panas mengalir masuk kedalam sistem, maka Qr positif dan entropi
sistem naik. Jika arus panas keluar dari sistem Qr negatif dan entropi sistem turun.

Contoh proses isotermal reversibel ialah perubahan fase pada tekanan tetap. Arus panas yang
masuk kedalam sistem per satuan massa atau per mol sama dengan panas transformasi 1, sehingga
perubahan entropi jenisnya. Jika dalam suatu proses terdapat arus panas antara sistem dengan
lingkungannya secara reversibel, maka pada hakekatnya suhu sistem dan suhu lingkungan adalah
sama. Besar arus panas ini yang masuk kedalam sistem atau yang masuk kedalam lingkungan
disetiap titik adalah sama, tetapi harus diberi tanda yang berlawanan. Karena itu perubahan entropi
lingkungan sama besar tapi berlawanan tanda dengan perubahan entropi sistem dan jumlahnya
menjadi nol.

16

Sebab sistem bersama dengan lingkungannya membentuk dunia, maka boleh dikatakn bahwa
entropi dunia adalah tetap. Hendaknya diingat bahwa pernyataan ini berlaku untuk proses
reversibel saja.

Keadaan akhir proses irreversibel itu dapat dicapai dengan ekspansi reversibel. Dalam ekspansi
semacam ini usaha luar haus dilakukan. Karena tenaga dakhil sistem tetap, maka harus ada arus
panas yang mengalir kedalam sistem yang sama besarnya dengan usaha luar tersebut. Entropi
dalam gas dal proses reversibel ini naik dan kenaikan ini sama dengan kenaikan dalam proses
sebenarnya yang irreversibel, yaitu ekspansi bebas.

Entropi merupakan fungsi keadaan dari sistem atau ukuran dari ketidakteraturan dan keteraturan
dari sistem. Entropi dapat juga dikatakan sebagai suatu ukuran banyaknya energi atau kalor yang
tidak dapat diubah menjadi usaha. Jika suatu sistem pada suhu T mengalami proses reversible
dengan menyerap kalor Q maka kenaikan entropi sistem ditulis dengan persamaan.

Entropi merupakan fungsi keadaan sehingga sama seperti energi dalam, perubahan entropi dari
proses yang berlangsung pada sistem tidak bergantung pada lintasan tetapi tergantung pada
keadaan awak dan akhirnya saja. Akibatnya untuk suatu proses siklus, perubahan entropi sama
dengan nol (DS=0).
17

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam termodinamika ada tiga jenis sistem, yaitu sistem tertutup, sistem terbuka, dan Sistem
terisolasi. Dalam sistem tertutup masa dari sistem yang dianalisis tetap dan tidak ada masa
Keluar dari sistem atau masuk kedalam sistem, tetapi volumenya bisa berubah. Sedangkan pada
Sistem tersisolasi tidak ada energi dan partikel yang keluar. Sistem yang mengakibatkan tidak
Terjadinya pertukaran panas, zat atau kerja dengan lingkungannya.

3.2 Saran

Saran penulis kepada para pembaca terhadap makalah ini adalah penulis berharap

makalah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca dan pembaca dapat memberikan
kritik yang membangun terhadap makalah ini apabila terjadi kesalahan.
18

DAFTAR PUSTAKA

https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Siklus_termodinamika

https://idschool.net/sma/besar-usaha-dan-efisiensi-mesin-carnot/?amp

repository.stimart-amni.ac.id

http://repository.stimart-amni.ac.id › ...PDF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pendingin ...

https://www.kajianpustaka.com/2019/05/komponen-dan-prinsip-kerja-
refrigerasi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai