Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

POTENSIAL TERMODINAMIK DAN PERSAMAAN MAXWELL

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:


Prof. Dr. Makmur Sirait, M.Si.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
NAMA (NIM):
1. SIMSON SABAR APRIANDI SITORUS (4202421007)
2. ELI ANTIKA (4201121010)
3. FANDY OCWANDO RIYANTO (4203321016)
4. ROTUA YOHANNA OKTAVERA SITANGGANG (4201121023)
5. SYIFA ANNISA SIRAIT (4201121001)

FISIKA DIK A 2020

PROGRAM STUDI (S-1) PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan tugas rutin ini. Atas rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas rutin yang berjudul "Potensial
Termodinamik dan Persamaan Maxwell" ini tepat waktu.
Tugas rutin "Potensial Termodinamik dan Persamaan Maxwell" ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah dari Prof. Dr. Makmur Sirait, M.Si. pada mata kuliah
Termodinamika Fakultas MIPA Unimed.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Makmur Sirait,
M.Si. selaku dosen mata kuliah Termodinamika. Tugas yang diberikan ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis menyadari tugas rutin ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan makalah ini
sehingga menjadi lebih sempurna, baik, dan bermanfaat.

Medan, 21 Nobvember 2021

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Penerapan Termodinamika pada Zat Padat.....................................................................3
B. Potensial Termodinamik.................................................................................................5
1. Pengertian Potensial Termodinamik............................................................................5
2. Energi Dalam (U)........................................................................................................6
3. Entalpi (H)...................................................................................................................7
4. Energi Bebas Helmholzt F...........................................................................................8
5. Energi bebas Gibbs G................................................................................................10
C. Persamaan Maxwell......................................................................................................14
BAB III PENUTUP................................................................................................................19
A. Kesimpulan................................................................................................................19
B. Saran..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Energi merupakan kemampuan untuk melakukan kerja (misalnya untuk energi listrik
dan mekanika), daya (kekuatan) yg dapat digunakan untuk melakukan berbagai proses
kegiatan, misalnya dapat merupakan bagian suatu bahan atau tidak terikat pada bahan
(spt sinar matahari), tenaga. Energi di alam semesta memiliki berbagai macam cakupan,
seperti energi mekanis, nuklir, potensial, masih banyak lagi. Namun, pada pembahasan
makalah ini lebih menjurus pada energi bebas dalam hubungannya dengan
termodinamika. Parameter termodinamika untuk perubahan keadaan diperlukan untuk
mendeskripsikan ikatan kimia, sruktur dan reaksi. Pengetahuan termodinamika
sederhana sangat bermanfaat untuk memutuskan apakah struktur suatu senyawa akan
stabil, kemungkinan kespontanan reaksi, perhitungan kalor reaksi, penentuan mekanisme
reaksi dan pemahaman elektrokimia.
Sistem dalam termodinamika adalah obyek atau kawasan yang menjadi perhatian
kita. Kawasan di luar sistem disebut lingkungan. Sistem mungkin berupa sejumlah
materi atau suatu daerah yang kita bayangkan dibatasi oleh suatu bidang batas, yaitu
bidang yang membatasi sistem terhadap lingkungannya. Bidang batas ini dapat kita
bayangkan pula mampu mengisolasi sistem dari lingkungannya ataupun memberikan
suatu cara interaksi tertentu antara sistem dan lingkungannya.
Jika sistem terisolasi maka ia tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. Walaupun
demikian perubahan-perubahan mungkin saja terjadi di dalam sistem . Perubahan-
perubahan tersebut misalnya temperatur dan tekanan. Namun demikian perubahan yang
terjadi dalam sistem yang terisolasi seperti ini tidak dapat berlangsung terus tanpa batas;
suatu saat akan tercapai kondisi keseimbangan internal yaitu kondisi di mana perubahan-
perubahan dalam sistem sudah berhenti. umum adalah sumber energi yang dapat dengan
cepat dipulihkan kembali secara alami, dan prosesnya berkelanjutan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep potensial termodinamik dan persamaan maxwell?
2. Bagaimana energy dalam pada potensial termodinamik?
3. Bagaimana entalpi pada potensial termodinamik?
4. Bagaimana energy bebas Helmhots itu?
5. Bagaimana energy bebas Gibbs itu?
1
6. Bagaimana menentukan persamaan maxwell?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep potensial termodinamik dan persamaan maxwell
2. Untuk mengetahui energy dalam pada potensial termodinamik
3. Untuk mengetahui entalpi pada potensial termodinamik
4. Untuk mengetahui energy bebas Helmhots itu
5. Untuk mengetahui energy bebas Gibbs itu
6. Untuk mengetahui persamaan maxwell

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penerapan Termodinamika pada Zat Padat
 ENTALPHI ( H ).
Dari Hukum Termodinamika diperoleh :
dQ = du + dw
dQ = du + P dV
Dimana : d (PV) = P dV + V dP
dQ = du + d (PV) - V dP
dQ = d ( u + PV ) – V dP

 Entalpi (H) adalah penjumlahan energi dalam dengan perkalian tekanan dan volume.
H = U + PV
dQ = dH – V dP
dH = dQ + V dP

 Perubahan entalpi ( dH ) merupakan fungsi dari panas (dQ) dan perubahan tekanan
( dP ).

 Proses Isobarik Reversibel


P = konstan; dP = 0
dH = dQ --------- dQ = Cp dT
maka : dH = Cp dT
∂H ∂Q
( ) ( )
∂T P
=
∂T P
=C P

 Selama proses isobar berlangsung, perubahan entalpi sama dengan kalor yang
dipindahkan (kalor laten ).
kalor laten : yakni kalor yang digunakan untuk merubah wujud zat.
Dalam zat murni : dH = dQ + V dp  dQ = T ds
dH = T ds + V dp
Dari persamaan diferensial parsial :

dH=
( ∂∂Hs ) ds + ( ∂∂Hp ) dp
P S

3
( ∂∂Hs ) = T dan ( ∂∂ HP ) =V
P S

 Proses Adiabatik Reversibel


dQ = 0 dH = V dp
f

∫ Vdp
 Hf – Hi = i

suatu sistem yang terisolasi (tertutup rapat) dari keadaan sekitar tanpa diberi panas,
maka suatu saat akan terjadi perubahan entalpi yang merupakan fungsi tekanan.
PROSES THROTTLING
Berdasarkan atas percobaan “Joule-Thompson” , pada gambar berikut:

referens isolasi

flow (A) (B)


Pi, Vi Pf, Vf

Sumbat berpori

Seluruh instalasi diisolasi, suatu aliran gas yang kontinu pada tekanan Pi dengan volume
Vi, mengalir melalui sumbat berpori dari keadaan di A menuju ke B. Maka dapat
dipahami bahwa terjadi perubahan tekanan di A dan di B. Proses terjadi dapat dijelaskan
dengan sistem volume atur.

Energi yang Energi yang Energi yang


Memasuki volume keluar volume tersimpan di
atur atur volume atur

Karena sistem adalah stasioner, maka tidak ada energi yang tersimpan dalam volume
atur (dalam hal ini sumbat berpori), maka :

4
Energi yang memasuki = Energi yang keluar
Volume atur Volume atur

sehingga :
mi ( ui + vi2 + PiVi + g Zi ) = mf ( uf + vf2 + PfVf + g Zf )
karena : mi = mf ; maka persamaan diatas menjadi :
∆Ek = 0 dan ∆Ep = 0
ui + Pi Vi = uf + PfVf
Hi = Hf  Entalpi Tetap

Proses tersebut di atas dapat juga dijelaskan, dengan prinsip kerja netto, yaitu :
W = P f Vf – Pi Vi
Syarat : dQ = 0 (instalasi diisolasi)
Dari Hukum Termodinamika :
dQ = du + dw
                    0 = du + dw
f

∫ du
i = - dw
uf - ui = - ( PfVf – PiVi )
ui + PiVi = uf + P f V f )
Hi = Hf

Untuk h = H / n
* hi = hf ( h entalphi molar )
Pada proses Thorttling, tidak terjadi perubahan entalphi ( dH = 0 )

B. Potensial Termodinamik

1. Pengertian Potensial Termodinamik


Potensial termodinamik adalah fungsi termodinamik yang digunakan dalam
membahas sifat dan stabilitas suatu sistem termodinamik.Potensial termodinamik yang
umum digunakan adalah energi dalam (U), energi bebas Helmholtz (H), energi bebas
Gibbs (G), entalpi (H) dan potensial grand. Proses termodinamik melibatkan peubah dan
fungsi termodinamik tertentu. Secara matematik, biasanya pasangan peubah dan fungsi

5
tertentu lebih elegan dibandingkan jika menggunakan pasangan peubah termodinamik
yang lain. Contohnya, peninjauan fisika biasanya menggunakan energi dalam U(V,T)
sebagai potensial termodinamik, sedangkan dalam kimia digunakan entalpi H(P,T).
Antara dua peubah ini dapat dilakukan transformasi, yaitu transformasi Legendre.
Dari Hukum Thermodinamika, bersama dengan metode kalkulus diferensial
memungkinkan penurunan sejumlah persamaan yang berguna mengenai sifat
Thermodinamika. Persamaan yang akan diturunkan kemudian, berlaku semua sistem
yang berada dalam keadaan setimbang. Keadaannya hanya berubah bila panas dan kerja
mekanik melintasi batasnya, dan Hanya memerlukan dua sifat independent untuk
menentukan keadaan Thermodinamika. Syarat ini dipenuhi, oleh sistem komponen
tunggal bila tak ada pengaruh gravitasi, listrik, magnet dan permukaan. Syarat ini juga
dipenuhi oleh sistem yang terdiri dari campuran zat, asalkan tidak terjadi reaksi kimia

2. Energi Dalam (U)


Energi dalam (U) adalah total energi kinetik (Ek) dan energi potensial (Ep) yang ada
di dalam sistem. Oleh karena itu energi dalam bisa dirumuskan dengan persamaan U =
Ek + Ep. Namun karena besar energi kinetik dan energi potensial pada sebuah sistem
tidak dapat diukur, maka besar energi dalam sebuah sistem juga tidak dapat ditentukan,
yang dapat ditentukan adalah besar perubahan energi dalam suatu sistem. Perubahan
energi dalam dapat diketahui dengan mengukur kalor (q) dan kerja (w), yang akan timbul
bila suatu sistem bereaksi.
Oleh karena itu, perubahan energi dalam dirumuskan dengan persamaan U = q + w.
Jika sistem menyerap kalor, maka q bernilai positif. Jika sistem mengeluarkan kalor,
maka q bernilai negatif. Jika sistem melakukan kerja, maka w pada rumus tersebut
bernilai positif. Jika sistem dikenai kerja oleh lingungan, maka w bernilai negatif. Jadi
bila suatu sistem menyerap kalor dari lingkungan sebesar 10 kJ, dan sistem tersebut juga
melakukan kerja sebesar 6 kJ, maka perubahan energi dalam-nya akan sebesar 16 kJ. 7
Perubahan energi dalam bernilai 0 jika jumlah kalor yang masuk sama besar dengan
jumlah kerja yang dilakukan, dan jika kalor yang dikeluarkan sama besar dengan kerja
yang dikenakan pada sistem. Artinya, tidak ada perubahan energi dalam yang terjadi
pada system.
Dari persamaan energi dalam diperoleh :
dU = T ds - P dV

dU = ( ∂∂ UV ) dV + ( ∂∂ US ) dS
S V
6
( ∂U∂ S ) = T dan ( ∂∂ UV ) = − P
V S ……………(1)

3. Entalpi (H)
Entalpi adalah istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah energi dari
suatu sistem termodinamika. Entalpi terdiri darienergi dalam sistem, termasuk satu dari
lima potensial termodinamika dan fungsi keadaan, juga volume dan
tekanannya(merupakan besaran ekstensif. Satuan SI dari entalpi adalah joule, namun
digunakan juga satuan British thermal unit dan kalor. Entalpi dari suatu sistem homogen
didefinisikan sebagai:
H=U + pV

di mana:
H = entalpi sistem (joule)
U = energi dalam (joule)
P = tekanan dari sistem (Pa)
V = volume sistem (m3)
Entalpi adalah properti ekstensif yang berarti untuk sistem homogen, besarnya
berbanding lurus dengan ukuran sistem. Terkadang digunakan juga entalpi spesifik
h=H/m dengan m adalah massa sistem, atau entalpi molar H m = H/n, dengan n adalah
jumlah mol (h dan Hm adalah properti intensif. Untuk sistem tak homogen, entalpi adalah
jumlahan entalpi dari beberapa subsistem dengan k merujuk pada beberapa subsistem.

Pada kasus untuk nilai p, T, dan komposisi yang berbeda-beda maka jumlah menjadi
integral:

dengan ρ adalah densitas.

7
Entalpi H(S,p) dari suatu sistem homogen dapat diturunkan sebagai fungsi
karakteristik S dan tekanan p sebagai berikut: kita mulai dari hukum pertama
termodinamika untuk sistem tertutup

Disini, δQ adalah sejumlah kecil panas yang ditambahkan dalam sistem dan δW
adalah sejumlah kerja yang dilakukan sistem. Untuk sistem homohen hanya proses
reversibel yang dapat berlangsung sehingga hukum kedua termodinamika menyatakan
δQ = TdS dengan T adalah temperatur absolut sistem. Jika hanya kerja PV yang ada, δW
= pdV. Sehingga

Menambahkan d(pV) di kedua sisi sehingga menjadi

4. Energi Bebas Helmholzt F


Kelvin memformulasikan bahwa pada umumnya alam tidak memperkenankan panas
dikonversikan menjadi kerja tanpa disertai oleh perubahan besaran yang lain. Kalau
formulasi Kelvin ini kita bandingkan dengan pernyataan Hukum Thermodinamika Ke-
dua, maka besaran lain yang berubah yang menyertai konversi panas menjadi kerja
adalah perubahan entropi. Perubahan neto entropi, yangnselalu meningkat dalam suatu
proses, merupakan energi yang tidak dapat diubah menjadi kerja, atau biasa disebut
energi yang tak dapat diperoleh (unavailable energy).
Sesuai Hukum Thermodinamika Pertama, jika kita masukkan energi panas ke dalam
sistem dengan maksud untuk mengekstraknya menjadi kerja maka yang bisa kita peroleh
dalam bentuk kerja adalah energi yang masuk ke sistem dikurangi energi yang tak bisa
diperoleh, yang terkait dengan entropi. Karena mengubah energi menjadi kerja adalah
proses irreversible, sedangkan dalam proses irreversible entropi selalu meningkat, maka
energi yang tak dapat diperoleh adalah TS dimana S adalahentropi dan T adalah
8
temperatur dalam kondisi keseimbangan. Energi yang bisa diperoleh disebut energi
bebas yang yang diformulasikan oleh Helmholtz sebagai
A = E – TS
Bagi suatu perubahan kecil yang berlangsung tak reversibel pada temperatur T
berlaku: dS> δ q/T atau δ q - T d S< 0 .
Pada volume tetap, dV = 0, sehingga
dU - T dS < 0 atau d( U — TS ) T,p < 0
fungsi U - TS, yang merupakan fungsi keadaan, disebut energi bebas Helmholtz,
A, A=U-TS
Bila persamaan dideferensiasi, diperolehd
A = d U - T dS – Sd T
bagi proses yang berjalan reversibel dan isoterm
d A = δ W .. jadi penurunan energi bebas helmholtz, -
∆ A , ialah kerja maksimum yang dapatdihasilkan dan suatu proses yang dikerjakan
secara isotherm.

Jadi pada proses isothermal di mana tidak ada kerja, energi bebas Helmholtz
menurun dalam semua proses alamiah dan mencapai nilai minimum setelah mencapai
keseimbangan. Pernyataan ini mengingatkan kita pada peristiwa dua atom yang saling
berdekatan membentuk ikatan atom. Ikatan terbentuk pada posisi keseimbangan yang
merupakan posisi di mana energi potensial kedua atom mencapai nilai minimum.
Demikian pula halnya dengan sejumlah atom yang tersusun menjadi susunan kristal;
energi potensial total atom-atom ini mencapai nilai minimum. Melalui analogi ini, energi
bebas dipahami jugasebagai potensial thermodinamik.
Membuat temperatur konstan dalam suatu proses bisa dilakukan di laboratorium.
Tetapi tidaklah mudah membuat sistem tidak memuai pada waktu energi panas masuk ke
dalamnya. Lagi pula sekiranya pemuaian dapat diabaikan seperti pada kasus pemanasan
dielektrik, polimerisasi ataupun depolimerisasi akan terjadi di dalam dielektrik sehingga
kerja selalu diperlukan.
Dari persamaan Thermodinamika yaitu :
du = T ds – p dv
T ds = du + p dv
Diferensial parsial dari d( Ts) adalah :
d ( Ts ) = S dT + T ds
9
d ( Ts) – S dT = du + p dv
- S dT = ( du-d (Ts) + p dv
- S dT = d (u – Ts) + p dv
Fungsi Helm Holtz (F) didefenisikan :
pengurangan antara energi dalam (U) dengan perkalian T S: F = U – TS

Persamaan di atas menjadi :


-   S dT = dF + P dV
Fungsi Helm Holtz disebut juga “ Energi bebas Helm Holtz”

Fungsi Helm Holtz ditinjau untuk beberapa proses :


a.  Proses isoterm reversibel infinitisimal.
Syarat : dT = 0  dF = - P dV
f
Ff – Fi = - ∫ P dV
i Perubahan fungsi Helm Holtz merupakan kerja eksternal
yang dilakukan sistem.

b.  Proses isovolum reversibel infinitisimal.


Syarat : dT = 0 dan dV = 0
 dF = 0
Untuk zat murni yang reversibel infinitisimal, maka fungsi Helm Holtz
dapat ditulis fungsi parsial yaitu :
 dF = - P dV – S dT

dF = ( ∂∂VF ) dV + ( ∂∂TF ) dT
T V

( ∂∂VF ) = −P dan ( ∂∂ FT ) = − s
T V

5. Energi bebas Gibbs G


Kebanyakan proses biasanya dikerjakan pada temperatur dan tekanan tetap.
d(U — pV — TS)T,p < 0 besaran U + PV — TS merupakan fungsi keadaan, disebut
energi bebas Gibbs, G.

10
G =U+PV—TS =H -TS =A + PV
Jadi, suatu proses yang berlangsung pada temperatur dan tekanan tetap disertai
dengan penurunan energi bebas Gibbs, dG)T,p < 0 (hanya kerja volume).
Suatu persamaan penting yang mengkaitkan ∆H, ∆S dan ∆G dapat diturunkan
sebagai berikut:
Besaran U + PV – TS merupakan fungsi keadaan,disebut energi bebas gibbs
G =U + PV – TS = H – TS = A + PV
Pada suhu tetap, ∆G =∆H – T ∆S
Persamaan penting ini memberikan hubungan antara ∆H,∆S,dan ∆G pada suhu yang
sama.
Hubungan entropi dengan ketidakteraturan molekul : makin besar ketidakteraturan
atau gerakan bebas atom atau molekul dalam sistem, makin besar entropi sistem.
Susunan yang paling teratur dari setiap zat dengan gerakan bebas atom atau molekul
yang paling kecil adalah kristal sempurna murni pada nol mutlat (0oK).
Hukum kedua termodinamika: ΔStotal> 0
Untuk menentukan tanda dari ΔStotal, ΔSsis dan ΔSlingk harus diketahui. Perhitungan
Δslingk sulit dilakukan. Fungsi termodinamika lain diperlukan untuk membantu dalam
menentukan apakah suatu reaksi berjalan secara spontan atau tidak dengan hanya
mempelajari sistem itu sendiri. Untuk proses spontan,
ΔStotal = ΔSsis + ΔSlingk> 0
Atau
T ΔStotal = - ΔHsis + T ΔSsis> 0
Kriteria kespontanan reaksi dapat diekspresikan berdasarkan sifat sistem (ΔHsis dan
ΔSsis) dan tidak lagi memperhatikan lingkungan.
Persamaan di atas dapat dituliskan sebagai ΔHsis - T ΔSsis< 0
Untuk menyatakan kespontanan reaksi secara langsung, fungsi termodinamika baru
yang disebut energi bebas Gibbs (G) digunakan dimana
G = H – TS
Semua besaran dalam persamaan merujuk ke sistem dan T merupakan suhu sistem.
G merupakan fungsi keadaan:
ΔG = ΔH - T ΔS
Kondisi kespontanan dan kesetimbangan pada suhu dan tekanan tetap dapat
disimpulkan berdasarkan ΔG sebagai berikut: ΔG < 0 reaksi spontan ΔG > 0 reaksi tidak

11
spontan (reaksi spontan dalam arah yang berlawanan) ΔG = 0 sistem berada pada
kesetimbangan

Dari fungsi “ entalphi “ diperoleh hubungan :


dH = T d S + V dP
d (TS) = T dS + S dT T dS = d (TS) - SdT
dH = d (TS) - S dT + V dP
dH – d( TS) = - S dT + V dP
Fungsi Gibbs adalah pengurangan entalpi ( H) dengan TS dirumuskan :
G = H – TS
Persamaan di atas menjadi :
d( H- TS) = - S dT + V dP
dG = - S dT + V dP
dG = V dP – S dT

Untuk proses isobar dan isoterm reversibel infinitisimal,


dP = dT = 0 ; diperoleh : dG = 0
Hasil ini dapat mengkaji proses-proses perubahan fase-fase yang berlangsung isoterm
dan isobar reversibel.
Fungsi ini dapat dijelaskan dengan harga molar untuk : g’ : molar dari zat padat
jenuh
g” : molar dari zat cair jenuh
g”’ : molar dari zat gas jenuh
Dari dG = 0 atau G = konstan, maka hubungan ketiga (g) tersebut di atas dapat
dituliskan :

g’ = g’’ = g’’’
Dari persamaan di atas, untuk zat murni reversibel infinitisimal dengan menggunakan
diferensial parsial, maka :
dG = - S dT + V dP
dG = V dP – S dT
∂G ∂G
dG = ( )
∂P T
dP + ( ) dT
∂T P

12
( ∂G∂ P ) = V dan ( ∂G∂T ) = −s
T P

Dari persamaan energi dalam diperoleh :


dU = T ds - P dV
∂U ∂U
( ) ( ) dS
dU =
∂V S
dV +
∂S V

( ∂U∂ S ) = T dan ( ∂∂ UV ) = − P
V S ……………(1)

Dari persamaan Entalpi :


dH = T dS + V dP

∂H ∂H
dH = ( ) ( ) dP
∂S P
dS +
∂P S

∂H ∂H
( ∂S ) P
= T dan (∂ P) =V S …………….(2)

Dari Persamaan Helm Holtz diperoleh :


dF = - S dT - P dV

dF = ( ∂∂ FT ) dT + ( ∂∂ VF ) dV
V T

∂F ∂F
( ∂T ) V
= −S dan ( ∂ V ) =−PT ………(3)

Dari persamaan Gibbs diperoleh :


dG = - S dT + V dP

∂G ∂G
dG = ( ) ( )
∂T P
dT +
∂P T
dP

( ∂∂ GT ) = − S dan ( ∂∂ GP ) = V
P T ………(4)

13
Sesuai dengan intensitas medan listrik E merupakan negatif dari gradien potensial Φ, dimana
komponennya :

∂Φ
Ex = -
∂Φ
( )
∂x ; Ey = -
∂Φ
( )
∂y dan Ez = -
( )
∂z
Dengan cara yang sama, maka turunan parsial dari U, F, G dan H disebut sebagai Potensial
Termodinamik (Persamaan 1, 2, 3, 4)
C. Persamaan Maxwell
Dari Hukum Thermodinamika dan persamaan diferensial parsial diperoleh hubungan
berikut :
1. Energi Dalam
du = T dS - P dV

( ∂∂VT ) = −( ∂∂ PS )
s V ………….(1)

2. Entalpi
dH = T dS + V dP
∂T ∂V
( ) ( )
=
∂ P s ∂S P …………….(2)

3. HelmHoltz
dF = - S dT - P dV

( ∂V∂ S ) = ( ∂∂TP )
T V ……………(3)

4. Gibs
dG = - S dT + V dP

( ∂∂ PS ) = − ( ∂V∂T )
T S …………….(4)
Persamaan (1), (2), (3), dan (4) disebut “ Maxwell Equation “.
Hubungan ini sangat berguna, karena menyajikan kuantitas yang dapat
diukur dengan kuantitas tak dapat diukur.
Persamaan T ds
Dari persamaan di atas telah diperoleh :

14
T ds = du + P dV
Persamaan ini menyatakan hubungan sifat thermodinamika yang berlaku untuk tiap
proses bagi zat murni. Namun persamaan ini sangat penting, bentuknya terlalu umum, dan
diperlukan bentuk lain yang ekivalen yang lebih berguna untuk hal – hal tertentu.
Sebagai contoh : telah ditunjukkan hubungan antara energi dalam ( u ) dengan fungsi
thermodinamik ( P, T dan V ). Hal yang sama akan diturunkan untuk entropi.
Kegunaannya akan ditunjukkan contoh berikut.
*Misalkan diperlukan persamaan mengenai entropi gas sempurna dan Van der Waals.
Pada gas sempurna ( PV = RT, dan du = Cv dT ) dari persamaan di atas diperoleh :
du P
+
dS = T T dv
Cv dv
dS = T dT + R v
Setelah diintegralkan diperoleh :
Tf Vf
Sf - Si = Cv ln T i + R ln vi

Untuk gas Van der Waals, prosedurnya lebih sulit


Persamaan keadaan Van der Waals, adalah :
( P + a/V2 ) ( V - b ) = RT
Persamaan dasar Thermodinamik tidak dapat lagi dengan mudah digunakan untuk
memperoleh entropy. Dan bentuk lain harus digunakan. Bentuk ini dikenal dengan
persamaan T ds yang diperoleh dengan menggunakan pasangan variabel independent
T,V dan P, V.

Untuk S = f (T , V) 
ds=( ∂∂Ts ) dT +( ∂∂ vs ) dv
V T

∂u ∂u
du=( ) dT + ( ) dv
Untuk u = f (T , V)  ∂T V ∂v T

dengan mengganti du ke (T ds = du + p dv) diperoleh :

T
ds= ( ∂∂uT ) dT +( ∂∂ uv ) dv + pdv
V T

T
ds= ( ∂∂uT ) dT +[( ∂u∂v ) + p ] dv
V T

15
1 ∂u 1
ds= ( ) {( ) }
T ∂T V
dT +
T
∂u
∂v T
+ p dv

( ∂T∂ s ) = T1 ( ∂T∂u )
v v

( ∂∂ sv ) = T1 {( ∂u∂v ) + P }
T T

Tujuan manipulasi matematik ini adalah untuk menyatakan tiap turunan parsial dalam
bentuk standar:
Bila digunakan panas jenis ( Cv ) :
∂Q ∂u
( ) ( )=
∂ T v ∂T v
=Cv

Maka persamaan di atas menjadi :

( ∂T∂ s ) = T1 C
v
v

∂s
Untuk menuliskan
( )
∂T V dalam bentuk standart masih diperlukan beberapa

manipulasi lebih lanjut, Dengan mendeferensial persamaan


( ∂T∂ s ) = T1 ( ∂T∂u )
v v

∂2 s 1 ∂2 u
=
terhadap V, maka :
∂v ∂T T ∂ v ∂T

Dari persamaan
( ∂∂ sv ) = T1 {( ∂u∂v ) + P }
T T

didiferensialkan terhadap T diperoleh :

2
∂ s 1

{( ) }
∂u
∂v T
+p
−1 ∂u
= 2
∂T ∂ v T ∂v T
+p +
T {( ) } ∂T

∂2 s 1 ∂u 1 ∂2 u 1 ∂p
∂T ∂ v
=− 2
T ∂v T {( ) } ( ) ( )
+p + ∂ ∂ +
T v T T T ∂T
Dari hubungan diferensial eksak diperoleh :

1 ∂2 u 1 ∂u 1 ∂2 u 1 ∂ p
T ∂ v∂ T
=− 2
T ∂v T {( ) } ( ) ( )
+p + ∂ ∂ +
T v T T ∂T

16
1 ∂u P ∂p
( ) ( )
+ =
T ∂v T T ∂ T v

∂u ∂p ∂p β
P+( ) = T ( ) ( ) =
∂v T∂T v  ∂T v k

∂u β
P+
(∂v) Κ

T

( ∂u∂ v ) =Τ Κβ
T -P

Hasil persamaan ini disubsitusi ke persamaan


( ∂∂ sv ) = T1 {( ∂u∂v ) + P }
T T diperoleh

∂s β
( ) =
∂v T Κ
Akhirnya dengan mensubsitusi persamaan - persamaan di atas, diperoleh :
Cv β
dT + dv
Ds = T Κ
Atau
β
T ds = Cv dT + T Κ dv
Persamaan ini dapat digunakan mencari persamaan entropi gas Van der Waals
*Dengan menggunakan rumus minus satu, yakni :

( ∂T∂ v ) ( ∂Τ∂ p ) ( ∂∂ pv ) = −1
P V T

Dari :
∂p
1 ∂v
β= (
1
( ∂T )
v ∂T )
v
=− 2
v ∂p RV ( v −b )
( ∂ v)
p

T
=
RTV 3 −2 a ( v−b )2
Dan dari :
1 ∂v v 2 ( v−b )2
k =−
v ∂p ( ) T
3
= RTv −2 a (v−b )
2

Dari persamaan :
β
T ds = Cv dT + T Κ dv

17
R
T ds = Cv dT + T v−b dv
dT Rdv
+
ds = Cv T v−b
Tf v f −b
+R ln
Sf - Si = Cv ln Ti v i−b

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Potensial termodinamik adalah fungsi termodinamik yang digunakan dalam
membahas sifat dan stabilitas suatu sistem termodinamik.Potensial termodinamik yang
umum digunakan adalah energi dalam (U), energi bebas Helmholtz (H), energi bebas
Gibbs (G), entalpi (H) dan potensial grand. Proses termodinamik melibatkan peubah dan
fungsi termodinamik tertentu. Secara matematik, biasanya pasangan peubah dan fungsi
tertentu lebih elegan dibandingkan jika menggunakan pasangan peubah termodinamik
yang lain. Contohnya, peninjauan fisika biasanya menggunakan energi dalam U(V,T)
sebagai potensial termodinamik, sedangkan dalam kimia digunakan entalpi H(P,T).
Antara dua peubah ini dapat dilakukan transformasi, yaitu transformasi Legendre.
Dari Hukum Thermodinamika, bersama dengan metode kalkulus diferensial
memungkinkan penurunan sejumlah persamaan yang berguna mengenai sifat
Thermodinamika. Persamaan yang akan diturunkan kemudian, berlaku semua sistem
yang berada dalam keadaan setimbang. Keadaannya hanya berubah bila panas dan kerja
mekanik melintasi batasnya, dan Hanya memerlukan dua sifat independent untuk
menentukan keadaan Thermodinamika. Syarat ini dipenuhi, oleh sistem komponen
tunggal bila tak ada pengaruh gravitasi, listrik, magnet dan permukaan. Syarat ini juga
dipenuhi oleh sistem yang terdiri dari campuran zat, asalkan tidak terjadi reaksi kimia

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, ke depannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Ahmad Abu. (2011). Segi Delapan Ajaib. Prosiding Seminar Nasional Penelitian,
Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Diakses
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/AHMAD_SAMSUDIN
/Publikasi/15PFis_AhmadAbu.pdf

http://kimiakar.blogspot.com/2017/12/persamaan-maxwell.html

20

Anda mungkin juga menyukai