Anda di halaman 1dari 69

BAB 6.

Dinamika Sistem Partikel


1

 Adelin Hasugian (4173240001)


 Lincaria Siregar (4172240006)
 Naomi Sirait (4173540012)
 Willy Firmandi Sibarani (4172240008)

11/26/2019
Gerak Pusat Massa
Misal terdapat partikel massa m1 ; m2 ; ……. mn
dan berposisi pada ; r1; r2 ; ………rn dan seluruh
partikel merupakan kesatuan.

Posisi sistem pusat massa didefinisikan sebagai;


n n

m r m r m r  m r m i i i ri
Rc  1
  ....... 
1 2 2
  n n i 1 i 1

m m
1 2 m m M n i

dR 1 dr  mv
v    v 
c i i i
c m i c
dt M dt M

M v c  P  pi
2
n
 mi yi
i 1
yc 
M
n
 mi xi
xc  i 1 R c  xc ˆi  yc ˆj  zc kˆ
M
n
Rc 
 m x ˆi   m y ˆj   m z kˆ
i i i i i i
 mi zi M
i 1
zc 
M Rc 
 i i i i
m ( x ˆi  y ˆj  z kˆ )
M
Rc 
 mr i i

M
ri  xi ˆi  yi ˆj  zi kˆ
3
Contoh.

Sistem terdiri dari tiga partikel sama dan memi-


liki massa satu satuan massa dengan posisi dan
kecepatan sebagai berikut.

r1 = i + j , v1 = 2 j
r2 = j + k , v2 = j
r3 = k , v3 = i + j + k
Carilah posisi kecepatan dan p linier sistem massa
tersebut !
Penyelesaian.

m1 = m2 = m3 = 1 satuan

4
Posisi pusat massa,
(i  j)  ( j  k )  k i  2 j  2 k
Rc  
m1  m2  m3 3
2 j  j  (i  j  k ) i  4 j  2 k
v pusat massa, v c  
m1  m2  m3 3
i  4 j 2k
p pusat massa, p c  v c  3  i  4 j 2k
3

5
Partikel Bebas.

Partikel bebas, partikel yang tidak memiliki inter-


aksi dengan partikel lain.

Sistem partikel bebas (sistem partikel tertutup),


memiliki p tetap (hukum Newton I).

Pusat massa sistem tertutup bergerak dengan v


tetap dalam sistem inersial.

Pusat massa partikel sistem tertutup relatif diam


pada kerangka acuan inersial pusat massa (vc =
0).
Pernyataan vc = 0, disebut kerangka acuan C
atau kerangka acuan pusat massa.
6
Momentum sistem partikel dalam kerangka acu-
an C momentumnya selalu nol (P =  pi = 0).

Kerangka acuan C, disebut kerangka acuan mo-


mentum nol (karena vc relatif diam pada pusat
massa).

Kerangka acuan C penting pada beberapa perco-


baan yang dilakukan di dalam laboratorium [ke-
rangka acuan L (laboratorium) dapat dipermudah
analisisnya dalam kerangka acuan C].

7
Sistem S terbuka (artinya parti-
S S! kel penghuni S dapat berinter-
aksi dengan partikel lain di se-
keliling S).
Sistem lain S!, secara bersama-sama S membentuk
sistem tertutup (sistem S + S!, sistem tertutup).

Partikel anggota S, tidak hanya berinteraksi dengan


partikel sesama anggota, tetapi juga dengan partikel
di luar S (yaitu S!).
Momentum partikel S (disebut pi) dan S! (disebut pj)
sehingga partikel sistem S + S! momentum total.

P = Σ pi + Σ pj = tetap atau P = Ps + Ps! = tetap

8
Perubahan p yang dialami oleh partikel S akan
diikuti oleh partikel dari S! dengan nilai sama
besar tetapi berlawanan tanda sehingga jika di-
jumlahkan besarnya nol.

Ps = - Ps! atau  pi = -  pj

Interaksi partikel isi S dan S! menggambarkan per


tukaran p.

Bila pertukaran p tersebut berjalan dalam waktu


dt yang mendekati nilai nol sehingga berlaku:

9
dPs dP !
 s
dt dt
Perubahan p tiap satuan waktu sistem S! disebut F
luar yang didesakkan pada sistem S,
d
Ps   F   Pi   F
d
dt dt
Fℓ (gaya luar) merupakan perubahan p tiap satuan
waktu sistem S sebagai hasil interaksi dengan S!.

F dalam yang ada pada S (merupakan interaksi


partikel penyusun S) tidak menghasilkan per ubah-
an p total (sebagai akibat prinsip kekekalan p).

10
Gaya luar (Fℓ) dari sistem S!, maka Fℓ = - Fℓ! (me-
rupakan hukum aksi-reaksi, antara sistem S de-
ngan S!).
Kecepatan pusat massa sistem S menjadi,
Ps
 percepatan  v c   F  M v c 
d d
vc 
M dt dt
Gerak pusat massa sistem partikel sama dengan
tingkah laku benda jika dikenai gaya luar yang ber-
titik tangkap pada pusat massanya.

11
Contoh.

Benda massa M dijatuhkan, pada saat


ketinggian 2000 m pada saat memiliki v
= 60 m s-1 dan pecah menjadi dua
bagian sama besar. Sesaat setelah
ledakan salah satu bagian ber-v 80 m s-1
ke bawah. Carilah posisi pusat massa
sistem 10 detik setelah ledakan !
60 m s-1
Penyelesaian.
80 m s-1
Asumsi setelah terjadi ledakan gaya luar
tidak berubah (pusat massa benda terus
2000 m
bergerak setelah ledakan).

12
Setelah ledakan pusat massa benda setinggi,
h = ho + vot + ½ g t2
Diisikan besaran yang (diketahui),
h = (2000 m) - 60 m s-1 (10 s) - ½ (9,8 m s-2)(10 s)2
= 910 m

Cara lain,

Dihitung langsung posisi pusat tiap massa bagian,


setelah 10 detik ledakan.
M vo = m1 v1 + m2 v2 , (m1 = m2 =½ M).
2 vo = v1 + v2 ,
2 (- 60 m s-1) = (- 80 m s-1) + v2  v2 = - 40 m s-1.
13
Kedua bagian benda, bergerak secara bersm.

Bagian pertama, setelah 10 detik

h1 = ho + v1 t + ½ g t2

h1 = (2000 m) - 80 m s-1 (10 s) - ½ (9,8 m s-2)(10 s)2


= 710 m
Bagian kedua, setelah 10 detik
h2 = ho + v2 t + ½ g t2

h2 = (2000 m) - 40 m s-1 (10 s) - ½ (9,8 m s-2)(10 s)2


= 1110 m

Pusat massa dihitung lewat formula,


14
m1 h1  m2 h2 h1  h2
h h
m1  m2 2
1110  710
  910 m
2
Hasil kedua perhitungan sama.

15
Contoh.
Dua buah massa m dan M, (m < M) dihubungkan
dengan tali dilewatkan piringan. Piringan dapat
berputar pada sumbunya. Hitunglah a pusat
massa sistem tersebut ? Segala sesuatu yang
berhubungan dengan piringan dan tali diabaikan.
Penyelesaian

Misal M bergerak turun (m naik) akan mengguna-


kan percepatan yang sama yaitu,
M m
a g
M m
M ( a)  m (a)
Percepatan pusat massa , a cm 
M m
16
(karena percepatan M turun dan m naik dengan ni-
lai sama).
M m 
2

Percepatan pusat massa , a cm    g


 M m 
Cara lain.
M x1  m x2 M a1  m a2
Posisi pusat massa , xcm   acm 
M m M m

Karena a1 = - a2 = a (arah berlawanan)

M m 
2

Percepatan pusat massa , a cm    g


 M m 
17
Hubungan (Fℓ) dengan Gaya Penyusun Sistem

Sistem tertutup, terdiri dari dua partikel m1 dan m2.


m2 F12 merupakan gaya yang dimi-
liki partikel m1 karena berinter-
F1 F21 aksi dengan partikel m2.

F21 merupakan gaya yang dimi-


F12 F2
liki partikel m2 karena berinter-
aksi dengan partikel m1.
m1
F12 = - F21
F1 dan F2 ,resultan gaya luar yang bekerja pada par
tikel m1 serta m2.
Dalam sistem dua massa, berlaku hukum ke dua
Newton dengan formulasi persm,
18
d
p1   F1  F12 dan p 2   F2  F21
d
dt dt
Resultan F sistem,
d
P   p1  p 2   F1  F2
d
dt dt

Perubahan p total sistem tiap satu satuan waktu =


jumlah F luar yang bekerja pada partikel m1 dan
m2 .
d
P   d
p i  F
dt dt
F luar memberi warna gerakan sistem partikel
(dapat diartikan benda).

19
Bab 6-19
Massa Reduksi

m2 Dua partikel massa m1 dan m2


F21 saling berinteraksi (tanpa ada
m1 F12 aksi gaya luar).
r12 r2 Gaya F12 dan F21, merupakan
r1 gaya dalam (internal, gaya in-
x teraksi).
0
F12 & F21 // r12
r12 merupakan garis hubung kedua partikel.
Persm gerak relatif sistem partikel terhadap 0,
dv1 dv 2
m1  F12 dan m2  F21
dt dt
20
dv1 dv 2 F12 F21  1 1 
 v1  v2   
d
     F12
dt dt m1 m2 dt  m1 m2 
1  1 1  m1 m 2
Massa reduksi (  )        
  m1 m2  m1  m2
F12
d
v1  v2   ( v12 )   F12   a12
d
dt dt 
v12 kecepatan partikel m1 relatif terhadap partikel m2
a12 percepatan partikel m1 relatif terhadap partikel m2
Jika nilai massa m1  m2 maka massa reduksi,
m1  m1 
  m1 1    pendekatan.
m1  m2 
1
m2
Bila, m1 = m2 nilai massa
21
reduksi  = ½ m1.
Contoh.
Diamati dua partikel massa m1 dan m2 ber-v, v1
dan v2. Hitung v pusat massa relatif terhadap
pengamat dan p tiap partikel relatif terhadap pusat
massanya !

Penyelesaian.
Kecepatan relatif pusat massa (dua partikel) terha
dap pengamat,
m1 v1  m2 v 2
vc 
m1  m2
Kecepatan relatif tiap partikel terhadap pusat massa
adalah,

22
Partikel pertama , v 1!  v 1  v c
m1 v1  m2 v 2
 v1 
m1  m2
m2 ( v 1  v 2 )

m1  m2

Partikel kedua , v  v 2  v c
!
2

m1 v1  m2 v 2
 v2 
m1  m2
m1 ( v1  v 2 )

m1  m2
23
Kedua kecepatan, nampak berlawanan sebagai aki
bat pengamatan pada kerangka acuan C, (pc = 0)
(jumlah momentum sistem tidak berubah).

m1 m2 ( v 1  v 2 )
Momentum partikel pertama , m1 v  !

m1  m2
1

  (v1  v 2 )

m1 m2 ( v 1  v 2 )
Momentum partikel kedua , m2 v  
!

m1  m2
2

   (v1  v 2 )

24
Momentum Sudut Sistem (L)

Momentum sudut (L) partikel re-


F1 m2
latif terhadap suatu titik tertentu,
F21
dinyatakan sebagai L = r × mv
m1 F12 F2 atau L = r × p dan momen gaya
r12 r2  = dL/dt.
r1
Momen sistem dua partikel ber-
x laku, 1 = dL1/dt dan 2 = dL2/dt.
0

1 = r1 x (F1 + F12) dan 2 = r2 x (F2 + F21)


d
L1  L 2   τ1  τ 2
dt
 r1  F1  F12   r2  F2  F21 
25
d
L1  L 2   r1  F1  F12   r2  F2  F21 
dt
 r1  F1  r2  F2  (r1  r2 )  F12
 r1  F1  r2  F2  0
Hukum kedua Newton untuk masing-masing partikel,

Partikel pertama, m1 a1 = F1 + F12

Partikel kedua, m2 a2 = F2 + F21


Karena bergerak, tiap partikel suatu saat ber-v, v1
dan v2.
Dalam waktu dt kedua partikel berpindah sejauh dr1
dan dr2 sehingga diperoleh,

26
Partikel pertama, m1 a1 . dr1 = F1 . dr1 + F12 . dr1

Partikel kedua, m2 a2 . dr2 = F2 . dr2 + F21 . dr2

m1 a1 . dr1 + m2 a2 . dr2 = F1 . dr1 + F2 . dr2


+ F12 . (dr1 - dr2)

m1 v1 dv1 + m2 v2 dv2 = F1 . dr1 + F2 . dr2 + F12 . dr12

Dalam waktu to  t, partikel berpindah dari A  B.


v v B B
m1  v1 dv1  m2  v2 dv2   F1 . dr1  F2 . dr2    F12 . dr12
vo vo A A
1 1
Ruas kiri, (m1v1  m1v01 )  (m2 v 2  m2 v02 )
2 2 2 2

2 2
27
B B
Ruas kanan,  F . dr
A
1 1  F2 . dr2    F12 . dr12  W  Wd
A

1 1
(m1v1  m2 v 2 )  (m1v01  m2 v02 )  Ek  Ek o
2 2 2 2

2 2

Disusun Persamaan, ΔEk = Ek – Eko = Wℓ + Wd

Ek = kerja yang dilakukan oleh sistem karena


adanya gaya yang bekerja padanya (baik gaya
luar maupun dalam).

28
Hukum Kekekalan Energi Sistem

Jika hukum interaksi dua partikel memiliki gaya


bersifat konservatif, sehingga memunculkan kon
sep energi potensial (Ep) yang tergantung pada
posisi koordinat massa partikel m1 dan m2 ber-
laku,
B

F 12 . dr12  Ep12 o  Ep12 


A

Ep12 nilai Ep saat t dan (Ep12)o nilai saat to dise-


but Ep dalam suatu sistem nilainya tergantung
pada jarak r12 .
Ek – Eko = Wℓ + (Ep12)o - (Ep12)

29
(Ek + Ep) = Wℓ + (Ek + Ep12)o

Persm tersebut merupakan pernyataan hukum


kekekalan energi, sebagai akibat adanya prinsip
kekekalan momentum serta asumsi konserva-
tisasi gaya.
Besaran Ek + Ep12 = U, disebut "proper energi"
sehingga diperoleh, U – Uo = Wℓ.
Perubahan proper energi (U) = kerja yang dilaku
kan oleh sistem karena adanya gaya luar.

Bila di dalam sistem tidak ada gaya luar (partikel


bebas atau sistem disekap), Wℓ = 0 U - Uo = 0
atau U = Uo.
30
Jika dalam sistem yang terlindungi, Ek bertambah
maka Ep berkurang atau sebaliknya (karena jum-
lahnya harus tetap).

Bila sistem terdiri lebih dari dua partikel, Ep diper-


oleh dari tiap pasangan partikel,
U = Ek + Epd = ½ m v2 + Epij
1 2 1 1 1
Ek  mv  m1v1  m2 v 2  .....  m2 v n2
2 2

2 2 2 2
Epd = Epij = Ep12 + Ep13 + ……+ Ep1n + Ep2n + Epnm

Bila dalam sistem bekerja gaya luar bersifat konser


vatif berarti Wℓ = (Epℓ)o - (Epℓ).

31
Besaran (Epℓ)o - (Epℓ ), Ep yang berhubungan de-
ngan gaya luar dari keadaan awal dan akhir sistem.
(U + Epℓ) = (U + Epℓ )o

Energi total sistem, E = U + (Epℓ) = Ek + Epd + Epℓ

32
Tumbukan

Gaya-gaya yang bekerja pada proses tumbukan


adalah pasangan gaya aksi-reaksi

Dua partikel bergerak saling mendekati satu de-


ngan yang lain (melakukan interaksi sehingga ge-
rak mereka berubah, artinya mereka telah melaku-
kan pertukaran momentum dan energi).
Dengan melakukan pertukaran energi dan mo-
mentum artinya kedua partikel tersebut telah
melakukan tumbukan.
Pengertian tumbukan tidak perlu bersinggungan
secara fisik (bila telah berinteraksi, artinya telah
melakukan tumbukan).
33
Dua partikel bergerak dengan kecepatan tetap
sebelum dan sesudah bertumbukan.

Selama tumbukan mereka di bawah pengaruh


gaya aksi-reaksi satu dengan lainnya.

Dalam tumbukan berlaku hukum ketiga Newton.

Momentum total partikel sebelum dan sesudah


tumbukan tetap (dapat terjadi besar momentum
sudut tetap).

p1  p 2  p1!  p!2  m1 ( v1  v1! )   m2 ( v 2  v!2 )

v1, kecepatan partikel satu, sebelum tumbukan


dan v1! sesudah tumbukan.
34
v2, kecepatan partikel dua, sebelum tumbukan
dan v2! sesudah tumbukan.

Bila gaya-gayanya konservatif Ek tetap (Ep sebe-


lum dan sesudah tumbukan sama).
Gaya-gaya yang berperan selama dalam tumbuk-
an adalah gaya dalam (momentum dan energi-
nya kekal).

Energi total,
1 1 1 1
m1v1  m2 v 2  m1v1  m2 v 2!2
2 2 !2

2 2 2 2
1 1
m1 (v1  v1 )   m2 (v 22  v 2!2 )
2 !2

2 2
35
m1 ( v1  v1! ) . ( v1  v1! )   m2 ( v 2  v!2 ) . ( v 2  v!2 )

Bila p dan E dibagikan dihasilkan bentuk,

( v1  v1! )  ( v 2  v !2 )
( v1  v 2 )   ( v1!  v !2 )
Perbandingan antara kecepatan relatif sesudah tum
bukan dengan sebelum tumbukan disebut koefisien
restitusi atau koefisien tumbukan (e).

v1!  v2!
e
v1  v2
36
Klasifikasi tumbukan

berlaku hukum kekekalan


lenting sempurna
momentum dan energi
energi mekanik berkurang
Tumbukan lenting sebagian (tidak berlaku kukum
kekekalan energi)
setelah tu mbukan
tidak lenting sama sekali
kedua benda menyatu

37
Macam-macam tumbukan

m2
F21 F12
m1
tumbukan kontak langsung
F
F12
F12
p
F
He4 t

hamburan F21 F21

38
Tumbukan lenting sempurna (e = 1).

Tumbukan yang dipenuhi oleh hukum kekekalan


momentum dan energi disebut tumbukan elastik
sempurna.

v1 v2 - v1 - v2
sebelum tumbukan sesudah tumbukan

Tumbukan dengan energi sesudah dan sebelum


tumbukan tetap (Ek = Ek! – Ek = 0), tumbukan
tersebut terpenuhi oleh nilai (e = 1).

39
Tumbukan tidak lenting sama sekali, (e = 0)

Tumbukan tidak lenting sama sekali (jika kedua


partikel bergabung lalu bergerak bersama-sama,
dipenuhi v1! = v2! = v).

Sebelum tumbukan
Setelah tumbukan
v1
v2 v
m2 m1 m1 + m2

Kecepatan gabungan dua benda (v) setelah tum-


bukan nilainya (hukum kekekalan momentum),

m1 v1  m2 v 2
v
m1 40m2
Tumbukan lenting sebagian, (0< e < 1)

Antara dua tumbukan (lenting dan tidak lenting


sama sekali), dinamakan tumbukan lenting seba
gian (tumbukan non elastik) dipenuhi oleh nilai
e, (0  e  1).

41
Contoh.
Benda massa 1 kg bergerak dengan kecepatan,
v1 = 3 i – 2 j. Benda kedua massa 2 kg bergerak
dengan kecepatan, v2 = 4 j – 6 k. Kedua benda
bertumbukan dengan tidak lenting sama sekali.
Tentukan kecepatan benda setelah tumbukan !
Penyelesaian.
m1 v 1  m2 v 2
v
m1  m2
(1 kg)(3 i  2 j)  (2 kg)( 4 j  6 k )
v
(1  2) kg
 i  2 j  4 k ,besar kecepatan setelah tumbukan
√21 m s-1.
42
Contoh.
Benda massa 4 kg bergerak dengan kecepatan 4 m s-1
ditumbuk oleh benda lain massa 2 kg dari belakang
dengan kecepatan 9 m s-1 sehingga kecepatannya
menjadi 6 m s-1.

Pertanyaan a. berapa besar koefisien tumbukannya ?


b. berapa besar perubahan Ek sistem?
Penyelesaian.

p1 + p2 = p1 ! + p2 !

(4 kg)(4 m s-1) + (2 kg)(9 m s-1) = (4 kg)(6 m s-1)


+ (2 kg)(v2!)
v2! = 5 m s-1
43
v1!  v2!
Koefisien restitusi, e  
v1  v2
65
e  0,2
49
Ek  Ek !  Ek
1 1
 (m1v1  m2 v 2 )  (m1v12  m2 v 22 )
!2 !2

2 2
1
  
1
 (4)(6 )  (2)(5 )  (4)( 4 2 )  (2)(9 2 )
2
2 2

2

  16J

Tanda negatif, artinya kehilangan (berkurang, ada


yang hilang) energi setelah tumbukan.

44
Contoh.

Bola baja massa m dilemparkan pada pelat baja


bermassa M dengan sudut . Bola baja mental
(bergerak membalik) dengan sudut θ. Buktikan
tan θ = ½ (e – 1) tan  !
Penyelesaian.
y Bola baja sumbu x berlaku
m m v cos  = m v!bx atau
v cos  = v!bx. Pelat baja
v x
sumbu x berlaku M vpx = M
 v!px = 0. Bola dan pelat
θ
sumbu y berlaku m v sin 
+ M vpy = m v!by + M v!py

sehingga v sin  = v!by + v!py.

45
Koefisien restitusi,

v v
! !
v !by  v !py
e 1
e
2

v1  v 2  v sin 
e v sin   vby
!
 v !py
v sin   vby
!
 v!py 1
 v  (e  1) v sin 
!

e v sin   v  v! ! by
by py
2

(e - 1) v sin  1
!
vby
 tan     (e  1) tan 
!
vbx 2 v cos  2

46 11/26/2019
Dalam peristiwa tumbukan alur penyajian kon-
sep (penyelesaian) dapat dilihat dalam bagan di
bawah ini.

Bagan.

Tumbukan

Memberlakukan hukum kekekalan momentum

Tidak memasukkan Memasukkan


hukum kekekalan Ek. hukum kekekalan Ek.

47 11/26/2019
Lanjutan.

Tidak memasukan Memasukan Hukum


hukum kekekalan Ek. kekekalan Ek.

Tumbukan tidak lenting Tumbukan lenting


sempurna

Kedua benda Kedua benda


bergabung tetap terpisah e=1
Δv = - Δv!
Tumbukan tidak Tumbukan
lenting sama lenting sebagian v !
e
sekali v
0<e <1
v1 = v2 = v  e = 0
! !
48 11/26/2019
Soal.

Sebuah peluru bermassa 20 gram ditembakkan


pada bandul balistik bermassa 1980 gram sehing-
ga akhirnya peluru bersarang dalam bandul. Jika
sesaat setelah tumbukan kecepatan bandul dan
peluru adalah 2 m s-1, tentukan kecepatan peluru
sebelum menumbuk bandul.
Penyelesaian

49 11/26/2019
Contoh.

50 11/26/2019
51 11/26/2019
52 11/26/2019
53 11/26/2019
54 11/26/2019
55 11/26/2019
Torsi – Momen gaya

 Torsi didefenisikan
sebagai hasil kali
besarnya gaya
dengan panjangnya
lengan

56 11/26/2019
Torsi – Momen gaya

 Torsi berarah positif apabila gaya menghasilkan


rotasi yang berlawanan dengan arah jarum jam.

 Satuan SI dari Torsi: newton.m (N.m)

57 11/26/2019
Bab 6-57
Hukum Kekekalan Momentum Sudut
dL
 EXT
dimana  L  r  p dan  EXT  r  FEXT
dt
dL
Jika torsi resultan = nol, maka  EXT  0
dt

Hukum kekekalan momentum sudut I11  I 22

58 11/26/2019
Bab 6-58
Momentum Sudut: Defenisi & Penurunan

Gerak linear sistem partikel berlaku, p = mv

dp
FEXT  Momentum kekal jika FEXT  0
dt
Bagaimana dengan Gerak Rotasi ?

Untuk Rotasi, analog gaya F adalah Torsi   r F


analog momentum p adalah

momentum sudut Lr p

59 11/26/2019
Bab 6-59
Sistem Partikel

Untuk sistem partikel benda tegar, setiap partikel


memiliki kecepatan sudut yang sama, maka mo-
mentum sudut total:
n
L  l1  l2  l3    ln   li
i 1

dL n dli n
   net ,i   net
dt i 1 dt i 1
Perubahan momentum sudut sistem hanya disebab-
kan oleh torsi gaya luar saja.

60 11/26/2019
Bab 6-60
Perhatikan sistem partikel benda tegar yang bero-
tasi pd bidang x-y, sumbu rotasi z. Total momen-
tum sudut adalah jumlah masing2 momentum su-
dut partikel:

(karena ri dan vi
L   ri  pi   mi ri  v i   mi ri v i k̂ tegak lurus)
i i i

Arah L sejajar sumbu z v1

Gunakan vi =  ri , diperoleh m2
j

L   mi ri  kˆ
2 r2
i r1 m1
i v2 
r3
m3 v3
 
L  I analog dengan p = mv !
61 11/26/2019
Bab 6-61
Vektor Momentum Sudut

Definisi: Momentum sudut dari sebuah benda yang


berotasi tehadap sumbu tetap adalah hasil
kali dari momen inersia benda dengan ke-
cepatan sudut terhadap sumbu rotasi terse-
but.  
L  I
Demikan juga dengan torsi (Hk II Newton untuk
gerak rotasi):
  
 dL d ( I ) d 
   I  I
dt dt dt

62 11/26/2019
Momen Inersia

Untuk benda yang mempunyai distribusi massa kontinu, mo-


men inersianya diberikan dalam bentuk integral

I   mi ri  I   r dm
2 2
z
i

I   r 2 dm   ρr 2 dV
dm
Dimana Elemen Volume y

dV  r dr  d  dl
x
dimana r dr : perubahan radius,
dθ : perubahan sudut,
dl : perubahan ketebalan.
11/26/2019
Momen Inersia
Untuk lempengan benda di bawah ini, momen inersia
dalam bentuk integral

I   r  r dr  d  dl 
2

Asumsi rapat massa ρ konstan


Kita dapat membaginya dalam 3
integral sbb:
2
I    r rdr    d  0 dl 
R L
2
0 0

64 11/26/2019
Bab 6-64
Lanjutan.
R
r 
4
I       0  l 0
2 L
Hasilnya adalah
 4 0
4
Massa dari R
I  2  L
lempengan tersebut 4

1
M     R  L
2
Momen Inersia benda I  MR 2
2

65 11/26/2019
Bab 6-65
Teorema sumbu sejajar

Untuk benda tegar bermassa M yang berotasi terha-


dap sumbu putar sembarang yang berjarak h dari
sumbu sejajar yang melalui titik pusat massanya
(ICM diketahui), momen inersia benda dapat diten-
tukan dengan menggunakan:

Teorema sumbu sejajar, I  I cm  Mh 2

Sehingga, teorema Kerja-Energi untuk gerak rotasi


menjadi:
2 2
W    d   I d  I  I12
1 2 1
2
1 1 2 2

66 11/26/2019
Bab 6-66
Lanjutan.
1 2
W  Ekrotasi dimana Ekrotasi  I
2

Bila  0 ,maka W 0 sehingga

Ekrot  0 Hukum kekekalan Ek Rotasi

67 11/26/2019
Gerak menggelinding pada bidang miring

N Gunakan: torsi = I 

R  Fg sin   I P
Fg sin R fs x acom = -  R
Maka:
P
MR2 g sin θ = - I  acom
 
Ip = Icom + MR2
Fg Fg cos
g sin 
acom 
1  I com / MR 2

11/26/2019
68
Bab 6-68
Contoh.

69 11/26/2019

Anda mungkin juga menyukai