Anda di halaman 1dari 13

MEKANIKA LAGRANGE DAN HAMILTON

PARADIGMA LAGRANGIAN DAN HAMILTONIAN

NAMA : SABTI WIDIYATI SUMARAH


NIM

: 14302244006

PENDIDIKAN FISIKA A 2014

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Permasalahan yang banyak berhubungan dengan pola suatu data adalah fungsi
yang melibatkan data. Untuk dapat membuat perbandingan antara mekanika Lagrangian
dan hamiltonian dengan baik, maka perlu dilakukan telisik secara mendasar terhadap cara
pandang keduanya. Perbandingan yang baik tidak dapat dicapai hanya dengan menyajikan
contoh-contoh penyelesaian atas kasus fisis yang sama yang coba diselesaikan dengan cara
ala Lagrange dan hamilton. Cara pandang keduanya perlu diungkap sebab cara pandang
inilah yang menuntun bagaimana sebuah fenomena fisis seharusnya dipandang dan
akhirnya dengan cara bagaimana harus diselesaikan. Cara pandang ini oleh Thomas S.
Kuhn disebut sebagai paradigma (Kuhn, 2002).
Kedua metode ini bukan hasil dari teori-teori baru. Mereka berasal dari hukum
kedua Newton dan mereka memaparkan banyak kemudahan dalam menangani masalah
yang sangat sulit yang bersifat fisik. Pertama, teknik ini menggunakan koordinat umum.
Artinya, bukan dari yang terbatas pada penggunaan koordinat persegi panjang atau kutub
dan sejenisnya, kuantitas apapun yang cocok, seperti kecepatan, momentum linier,
momentum sudut, atau (panjang), yang digunakan dalam memecahkan masalah. Koordinat
umum tersebut biasanya dilambangkan dengan qK, di mana q1 mungkin v, q2 mungkin x,
q3 mungkin sudut, dan seterusnya. Selanjutnya, teknik ini menggunakan pendekatan
energi, memiliki keuntungan utama berurusan dengan skalar, bukan vektor. Secara singkat
perbedaan antara Lagrange dan metode Hamilton yaitu dalam formalismeya Lagrange
koordinat umum yang digunakan adalah posisi dan kecepatan, sehingga menggunakan
persamaan diferensial linear orde kedua. Di Hamilton formalisme koordinat umum yang
digunakan adalah posisi dan momentum, sehingga menggunakan diferensial linear orde
pertama persamaan. Metode ini tidak hanya membantu dalam memecahkan persamaan
gerak menggambarkan sistem, tetapi juga dapat digunakan untuk menghitung kendala dan
gaya reaksi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. MEKANIKA LAGRANGE
Dalam kondisi khusus terdapat gaya yang tak dapat diketahui melalui pendekatan
Newton. Sehingga diperlukan pendekatan baru dengan meninjau kuantitas fisis lain
yang merupakan karakteristik partikel, misal selisih Energi Kinetik dengan
Potensial.
Persamaan Lagrangia:

L =TV

dimana, T = Energi Kinetik ( Joule)

V = Energi Potensial (Joule)

T=

1
2
mv
2

V =mgh

Pendekatan Lagrangian dengan Newtonia:


mulai dari membandingkan pendekatan Mekanika Newtonia pada Mekanika
Lagrangia yang pendekatan lebih rinci. Hukum II Newton : Hukum II
Newton,berbunyi: Perubahan momentum yang terjadi tiap perubahan waktu.
Secara Matematis adalah :

F=

d p
dt

... (1)

Jadi Hukum II Newton ini berlaku pada suatu benda dengan massa tertentu
mengalami perubahan momentum tiap seiring perubahan waktu. Namun,
persamaan Hukum II Newton yang lebih terkenal adalah :

F=m a ( 2 ) ,

sehingga persamaan (1) hanya menjadi moyang bagi persamaan 2, karena


persamaan (2) didapatkan dari penurunan persamaan sebagai berikut:
...
F=
m

d ( m v )
dt

d v
.
F=m a
dt
F = ma

F=

d p
dt

Dimana dipertimbangkan sebuah partikel berpindah ke dalam R. Posisinya,


misalkan q, tergantung pada waktu t R , jadi fungsi didefinisikan:
q : RRn
dari definisi ini dapat ditentukan kecepatan,
v = q

: RR n

persamaan Euler Lagrangian


d L L
=
dt x x

( )

Solusi persamaan gerak menggunakan metode Lagrange dapat dicari dengan


melihat persamaan Euler Lagrange dan persamaan gerak pegas di atas yaitu :
L
L
=m x ;
=kx Kemudian dicari solusi masing-masing menjadi :
x
x
L
=m x
x
L=m x x

L=m x d x
L=m

( 12 x )
2

1
2
T = m x
2
L
=kx
x
L=kx x

L=k x dx
L=k
V=

( 12 x )
2

1 2
kx
2

Jadi solusi persamaan gerak pegas


1
1 2
2
L= m x k x
2
2
Dengan metode Lagrange ini kita dapat mencari solusi persamaan gerak dan juga
kita dapat mencari persamaan gerak dari solusi persamaan geraknya , dan persamaan
geraknya diberikan oleh persamaan Euler Lagrange. Diperoleh :

d 1
1
1
1
m x 2 k x 2 =
m x 2 k x 2
dt x 2
2
x 2
2

( (

)) (

d 1
1
m2 x = k 2 x
dt 2
2

d
m x =kx
dt
m

d x
=kx
dt

m x =kx

B. GAYA PADA SISTEM KOORDINAT UMUM


Jika sebuah partikel mengalami pergeseran sejauh

dibawah pengaruh

sebuah gaya aksi F , gaya yang bekerja padanya dinyatakan dengan


W =F .r=F x x+ F y y+ F z z
Dalam bentuk yag lebih sederhana dinyatakan dengan
W = F i x i
i

Tampak bahwa persamaan di atas tidak hanya berlaku untuk partikel tunggal,
tetapi juga untuk sistem banyak partikel. Untuk satu partikel, harga

adalah dari 1

partikel, harga i adalah dari 1 sampai 3 N .


Jika pertambahan x i dinyatakan dalam koordinat umum, maka diperoleh

sampai 3. Untuk

W = F i

xi
q
qk k

Fi

xi
q
qk k

Fi

xi
qk
qk

(
(
(
i

)
)

Persamaan di atas dapat ditulis


W = Q k qk
k

dimana

Q k = F i
Besaran

Qk

adalah gaya jika

yang didefinisikan menurut persamaan di atas disebut dengan


Qk q k

gaya umum. Oleh karena perkalian


Qk

xi
qk

qk

memiliki dimensi usaha, maka dimensi

menyatakan jarak, dan dimensi

Qk

adalah torka jika

q k menyatakan sudut.
C. GAYA UMUM UNTUK SISTEM KONSERVATIF
Jika sebuah gaya bekerja pada sebuah partikel dalam sebuah medan gaya
konservatif, besarnya gaya tersebut dinyatakan oleh persamaan
V
Fi =
xi
dimana V menyatakan sebuah fungsi energi potensial. Oleh karena itu perumusan gaya
umum dapat dinyatakan

Q k =

V xi
xi qk

merupakan turunan parsial V

terhadap q k , maka

( qV )

Qk =

Misalkan, kita menggunakan koordinat polar, q1 =r

umum dapat dinyatakan dengan


r

Q r=

V
r

Q=

V
. Jika

; q 2= , maka gaya

merupakan fungsi

saja (dalam kasus gaya sentral), maka Q=0 .


Persamaan diferensial gerak untuk suatu sistem konservatif dapat dicari jika

kita ketahui fungsi Lagrangian dalam bentuk koordinat tertentu. Di sisi lain, jika gaya
rampatan tidak konservatif, misalkan nilainya adalah
V
Q k Q 'k
q k

Q 'k

, maka kita dapat menuliskan

Selanjutnya kita dapat mendefinisikan sebuah fungsi Lagrangian


menuliskan persamaan diferensial gerak dalam bentuk

L=T V , dan

d L
L
Q 'k
dt q k
q k
d L L

Qk'
dt &
qk qk

Bentuk di atas lebih mudah dipakai jika gaya gesekan diperhitungkan.


D. CONTOH PEMAKAIAN METODE LAGRANGE
Berikut ini akan dibahas beberapa kehandalan persamaan Lagrange untuk menyelesaikan
masalah-masalah gerak. Prosedur umum yang dipakai untuk mencari persamaan
diferensial gerak dari sebuah sistem adalah sebagai berikut:
1. Pilih sebuah kumpulan koordinat untuk menyatakan konfigurasi sistem.
2. Cari energi kinetik T sebagai fungsi koordinat tersebut beserta turunannya
terhadap waktu.
3. Jika sistem tersebut konservatif, cari energi potensial V sebagai fungsi
koordinatnya, atau jika sistem tersebut tidak konservatif, cari koordinat rampatan
Qk.
4. Persamaan deferensial gerak selanjutnya dapat dicari dengan menggunakan
persamaan di atas.
Beikut ini adalah beberapa contoh pemakaiannya
1. Osilator Harmonik
Ditinjau sebuah osilator harmonik dimana terdapat gaya redaman yang sebanding dengan
kecepatan. Jadi sistem adalahnon konservatif. Jika x pergeseran maka fungsi lagrangenya
adalah :
L=T-V=

1
2

mx 2 12 kx 2

dimana m adalah massa dan k adalah tetapan pegas. Selanjutnya:


L
mx
x

L
kx
x

Oleh karena pada sistem bekerja gaya yang tidak konservatif yang harganya sebanding

&
x
dengan kecepatan; dalam hal ini Q' = -c , sehingga persamaan gerak dapat ditulis :
d
mx cx ( kx )
dt

&
& cx
& kx 0
mx

Ini tak lain adalah persamaan gerak osilator harmonik satu dimensi dengan gaya
peredam.
2. Parikel yang berada dalam Medan Sentral
Rumuskan persamaan Lagrange gerak sebuah partikel dalam sebuah bidang di bawah
pengaruh gaya sentral. Kita pilih koordinat polar q1 = r, q2 = . Maka
T 12 mv 2 12 m r 2 r 2 2

V V(r )

L 12 m r 2 r 2 2 V r

Selanjutnya dengan menggunakan persamaan Lagrange, diperoleh :


L
L
mr
mr 2 f (r )
r
r
L
0

L
mr 2

Oleh karena sistemnya tidak konservatif, maka persamaan geraknya adalah :


d L L
d L L

dt r
r
dt

d
mr 2 0
dt

mr mr 2 f (r )

E. MEKANIKA HAMILTON
Persamaan Hamilton untuk gerak pada sebuah fungsi dari koordinat umum
H
q k p k L

Untuk sebuah sistem dinamik sederhana, energi kinetik sistem adalah fungsi
kuadrat dari

dan energi potensialnya merupakan fungsi q saja :


L T(q k , q k ) V(q k )

Berdasarkan teorema Euler untuk fungsi homogen, diperoleh


L
T
q k p k L
q k

q k
2T

q
k
k
k
k
k

Oleh karena itu :


H

q p
k

L 2T ( T V ) T V

Persamaan ini tak lain adalah energi total dari sistem yang kita tinjau. Selanjutnya,
pandang n buah persamaan yang ditulis sebagai :

pk

dan nyatakan dalam

L
q k

(k = 1,2, n)

dalam p dan q
q k q k (p k , q k )

Dengan persamaan di atas, kita dapat nyatakan fungsi H yang bersesuaian dengan variasi

p k , q k

sebagai berikut :

L
L
H
q k
p k q k q k p k q k
q k
q k

Suku pertama dan suku kedua yang ada dalam tanda kurung saling meniadakan, oleh
karena menurut defenisi
H

p k L / q k

, oleh karena itu:


q p k p k q k

Variasi fungsi H selanjutnya dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :


H

H
H
p k
q k

p k
q k

Akhirnya diperoleh :
H
q k
p k
H
p k
q k ini dikenal dengan persamaan kanonik Hamilton untuk gerak.
Dua persamaan terakhir
Persamaan-persamaan ini terdiri dari 2n persamaan defernsial orde-1 (bandingkan dengan
persamaan Lagrange yang mengandung n persamaan diferensial orde-2. Persamaan
Hamilton banyak dipakai dalam mekanika kuantum (teori dasar gejala atomik).
F. CONTOH PEMAKAIAN MEKANIKA HAMILTON
1. Osilator Harmonik.
Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan sebagai :
1
1
T mx 2
V Kx 2
2
2
dan
(58)
Momentumnya dapat ditulis
T
p
p
mx
x
x
m
atau
(59)
Hamiltoniannya dapat ditulis :

HTV

1 2 K 2
p x
2m
2

Persamaan geraknya adalah :


H
x
p

(60)

H
p
x

(61)

dan diperoleh :
p
x
m

Kx p

Persamaan pertama menyatakan hubungan momentum-kecepatan. Dengan menggunakan


kedua persamaan di atas, dapat kita tulis :
mx Kx 0

(62)

yang tak lain adalah persamaan osilator harmonik.


2. Parikel yang berada dalam Medan Sentral
Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan dalam koordinat polar sebagai
berikut:
T

m 2
(r r 2 2 )
2

dan V=V(r)

Jadi :
pr
p

T
mr
r

T
mr 2

pr
m

p
2
mr

Akibatnya :
H

p2
1
(p 2r 2 ) V (r )
2m
r

Persamaan Hamiltoniannya:
H
H H
r H p

p
r
p r
p
r

,
,
,
Selanjutnya:
pr
r
m
V(r ) p 2
3 p r
r
mr

p

mr 2

p 0
Dua persamaan yang terakhir menunjukkan bahwa momentum sudut tetap,
p kons tan mr 2 & mh
Sedangkan dua persamaan sebelumnya memberikan,
mh 2 V(r )
mr p r 3
r
r
untuk persamaan gerak dalam arah radial.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Persamaan gerak partikel yang dinyatakan oleh persamaan Lagrange dapat diperoleh
dengan meninjau energi kinetik dan energi potensial partikel tanpa perlu meninjau gaya
yang beraksi pada partikel. Energi kinetik partikel dalam koordinat kartesian adalah
fungsi dari kecepatan, energi potensial partikel yang bergerak dalam medan gaya
konservatif adalah fungsi dari posisi.
2. Persamaan Lagrange merupakan persamaan gerak partikel sebagai fungsi dari koordinat
umum, kecepatan umum, dan mungkin waktu. L = T V
3. Persamaan Hamilton terdiri dari 2n persamaan defernsial orde-1 (bandingkan dengan
persamaan Lagrange yang mengandung n persamaan diferensial orde-2. Persamaan
Hamilton banyak dipakai dalam mekanika kuantum (teori dasar gejala atomik).
4. Persamaan Hamilton untuk gerak pada sebuah fungsi dari koordinat umum yaitu
H
q k p k L

DAFTAR PUSTAKA
Boas, Mary. --. Mathematical Methods in the Physical Sciences. --Goldstein, Hebert. 2000. Classical Mechanics Third Edition. New York: Addison Wesley.
Gregory, Douglas. 2006. Classical Mechanics. New York: Cambridge University Press.
Morin, David. 2004. Introduction to Classical Mechanics With Problems and Solutions.
New York: Cambridge University Press.
Mekanikalagrangian.pdf. https://www.academia.edu/8142053/Mekanika_Lagrangian. 20
Mei 2016
Mekanikalagarange.pdf. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Supardi,
%20M.Si/MEKANIKA%20LAGRANGE.pdf. 23 mei 2016
dinamikalagrangrdanhamilton.pdf. file:///C:/Users/MY/Downloads/173777149-tugastranslate-chapter12-Lagrangian-and-Hamiltonian.pdf. 23 mei 2016.

Anda mungkin juga menyukai