Anda di halaman 1dari 45

KULIAH 11

Solusi Deret Persamaan Diferensial dan Persamaan Legendre

A. Pendahuluan
Pada tujuh perkuliahan berikutnya, yakni Kuliah 11 sampai Kuliah 17, kita akan
mempelajari fungsi khusus jilid kedua seperti fungsi Legendre, Bessel, Hermit, dan Laguerre
tetapi dengan penurunan beberapa formulanya dan sifat-sifat yang lebih lengkap. Pada
perkuliahan ke – 11 ini, kita akan mempelajari penyelesaian persamaan diferensial dengan
menggunakan deret kemudian menerapkan keterampilan ini untuk menyelesaikan persamaan
Legendre sehingga kita mampu memperoleh polinom Legendre. Oleh karena itu, pada akhir
perkuliahan ini diharapkan Saudara mampu
 menemukan solusi (selesaian) persamaan diferensial dengan menggunakan deret
pangkat
 menyelesaikan persamaan diferensial Legendre dengan menggunakan deret sehingga
menemukan polinom Legendre
 menemukan penyelesaian permasalahan fisika dengan menggunakan persamaan/
fungsi/polinom Legendre
Kami menyarankan Saudara untuk membaca kembali teknik penyelesaian persamaan
diferensial dan deret yang telah dibahas pada matakuliah Fisika Matematika I. Secara khusus,
Saudara memiliki bekal keterampilan mendiferensialkan suku-suku deret pangkat dan
menemukan formula koefisien deret pangkat.

B. Series Solution of Differential Equations


Deret pangkat merupakan salah satu cara untuk menentukan solusi persamaan
diferensial (PD). Untuk meyakinkan pernyataan ini, berikut diberikan contoh sederhana cara
menentukan solusi PD dengan deret pangkat dan metode elementer. Persamaan diferensial
y  2 xy (11.1)
diasumsikan memiliki solusi dalam bentuk deret
y  a0  a1x  a2 x 2  a3 x 3  ...  an x n  ...

y   an x n (11.2)
n0
Turunan pertama (11.2) adalah
y  a1  2a2 x  3a3 x 2  ...  nan x n 1  ...

y   nan x n 1 (11.3)
n 1
Subtitusikan (11.3) dan (11.2) ke dalam (11.1) untuk memperoleh
 
n 1
 na x n  2 an x n 1 (11.4)
n 1 n0
Untuk menemukan keofisien setiap suku, maka koefisien masing-masing suku ditabelkan
sebagai berikut.
const. x x2 x3 x4 ... xn ...
y a1 2a2 3a3 4a4 5a5 n  1an 1
2 xy - 2a0 2a1 2a2 2a3 2an 1

Persamaan (11.4) benar, jika dan hanya jika koefisien suku yang berderajat sama pada sisi kiri
dan kanan sama. Hal ini berarti bahwa

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 1


a1  0 ; a2  a0 ; a3  23 a1  0 ; a4  12 a2  12 a0

Secara umum, koefisien suku ke n + 1 adalah


(n  1)an 1  2an 1 .
Untuk n ganjil
2a 2 2 2 2 2 2
a2 n 1  2 n 1  . . ... . . a1  0 (11.5)
2n  1 2n  1 2n  1 2n  3 7 5 3
Untuk n genap
2a 1 1 1 1 1 1 1 1
a2 n  2 n  2  .a2 n  2  . . ... . . .1.a0  a0 (11.6)
2n n n n 1 n  2 4 3 2 m!
Substitusikan (11.5) dan (11.6) ke dalam (11.2) untuk mendapatkan solusi persamaan (11.1)
sebagai berikut
1 1 
x 2m
y  a0  a0 x 2  a0 x 4  ...  a0 x 2m  ...  a 0 
2! m! m  0 m!
Sekarang, persamaan diferensial (11.1) diselesaikan dengan metode elementer yang kita
pelajari pada kuliah Fisika Matematika I. Dengan pemisahan variabel, persamaan (11.1) dapat
dituliskan
dy dy
 2 xy atau  2 x dx
dx y
Solusinya adalah
2
ln y  x 2  ln C atau y  Ce x

Solusi ini dapat dituliskan dalam bentuk deret sebagai berikut


2  x4  
x2 m
y  Ce x  C 1  x 2   ...   C 
 2!  m  0 m!

Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa deret pangkat merupakan salah satu cara untuk
menentukan solusi PD. Cara ini akan lebih berguna untuk menyelesaikan PD yang kompleks.

Soal-soal 11.1
Tentukan solusi PD berikut dengan deret pangkat dan dengan metode elementer. Tunjukkan
bahwa keduanya memberikan hasil yang sama.
1. y  xy  x 2. xy  xy  y 3. y  2 y  0 4. xy   y
2 2
5. y  x  y  1 6. xy  y  x 7. y   3x y 8. (1  y ) y '  y
9. x 2 y '3xy  1 10. y   2 xy  x 11. y  2 xy  4 x 12. xy  y  yy
13. y  4 y 14. y  y  4 x sin x 15. y  2 y  y  0 16. y   y
17. y  y  4 sin 3x 18. x 2 y  3xy  3 y  0 19. y   4 xy   (4 x 2  2) y  0
20. ( x 2  1) y   2 xy   2 y  0 21. ( x 2  2 x) y  2( x  1) y  2 y  0
Tentukan solusi PD berikut dengan deret pangkat
22. y  x 2 y  xy  0 23. y  ( x 2  1) y  0 24. y  xy  0
2
25. y  2 y  4 x 2e x 26. y  4 y  (4 x 2  2) y  0 27. y  xy  y  0
28. ( x 2  2 x) y  2 xy  2 y  0 29. y ' y  e x

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 2


y
30. Tentukan solusi dari y    0 dengan deret pangkat. Buktikan bahwa
x2
nn  1 a n 1 x n 1
a n1  a n . Dengan tes rasio kita temukan bahwa lim   sehingga kita
n 1 n 
an x n
simpulkan bahwa deret tersebut divergen dan tidak ada solusi deret dari persamaan
diferensial ini. Tunjukkan bahwa ini salah dan tunjukkan bahwa solusi dari persamaan ini
adalah y  konstanta
 
31. Tentukan solusi 1  x 2 y  xy  n 2 y  0 dengan deret pangkat. Solusi yang berbentuk
polinom dengan koefisien yang dipilih sedemikian sehingga y (1)  1 disebut fungsi
Chebyshev Tn  x  . Tentukan T0  x  , T1  x  , and T2  x 

C. Persamaan Legendre
Persamaan diferensial (PD) Legendre adalah
(1  x 2 ) y  2 xy  l (l  1) y  0 dengan l adalah konstanta (11.7)
Solusi PD Legendre disumsikan berbentuk deret pangkat

y  a0  a1x  a2 x 2  a3 x 3  ...  an x n  ...   an x n (11.8a)
n 0
Turunan pertama dan kedua dari (11.8a) adalah

y  a1  2a2 x  3a3 x 2  ...  nan x n 1  ...   nan x n 1 (11.8b)
n 1

y  2a2  6a3 x  12a4 x 2  ...  n(n  1)an x n  2  ...   n(n  1)an x n  2 (11.8c)
n2
Substitusikan (11.8) ke dalam (11.7) dan masukkan koefisien masing-masing suku ke dalam
tabel berikut
conts. x x2 x3 ... xn ...
y  2a2 6a3 12a4 20a5 n  2n  1an  2
 x 2 y  2a2  6a3  nn  1an
 2 xy  2a1  4a2  6a3  2nan
l (l  1) y l (l  1) a0 l (l  1)a1 l( l  1 )a2 l (l  1)a3 l (l  1)an

Nilai jumlah koefisien pada setiap kolom harus sama dengan nol. Hal ini berarti bahwa
l (l  1)
2a2  l (l  1) a0  0 atau a2   a0
2
(l  1)(l  2)
6a3  (l 2  l  2) a1  0 atau a3   a1
3!
(l  2)(l  3) l (l  1)(l  2)(l  3)
12a4  (l 2  l  6) a2  0 atau a 4   a2  a0
12 4!
Koefisien x n adalah (n  2)(n  1)an  2  (l 2  l  n 2  n)an  0 . l 2  l  n 2  n dapat difaktorkan
menjadi l 2  l  n 2  n  (l  n)(l  n)  (l  n)  (l  n)(l  n  1)
Dengan demikian dapat diperoleh
(l  n)(l  n  1)
an  2   an (11.9)
(n  2)(n  1)

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 3


Solusi PD Legendre, persamaan (11.7, diperoleh dengan mensubtitusikan persamaan (11.9)
ke dalam persamaan (11.8a). Solusinya adalah
 l (l  1) 2 l (l  1)(l  2)(l  3) 4 
y  a0 1  x  x  ...
 2! 4! 
 (l  1)(l  2) 3 (l  1)(l  2)(l  3)(l  4) 5 
 a1  x  x  x  ... (11.10)
 3! 5! 
Deret ini merupakan deret konvergen untuk x 2  1 (dengan tes rasio pada persamaan (11.10))
tetapi pada umumnya merupakan deret divergen untuk x2 = 1. Pada berbagai aplikasi, variable
x berubah menjadi cos  , dan l adalah bilangan bulat positif. Diharapkan sebuah solusi yang
konvergen untuk seluruh  atau solusi yang konvergen pada x = ± 1 dan pada x  1 . Solusi
yang demikian ini dapat ditemukan untuk nilai l yang bulat. Berikut ini contohnya

Untuk l = 0, persamaan (11.10) menghasilkan deret divergen jika x2 = 1 bagi deret a1 .


a0 memberikan deret y  a0
Untuk l = 1, persamaan (11.10) menghasilkan deret divergen jika x2 = 1 bagi deret a0 .
a1 memberikan deret y  a1 x
Untuk l = 2, persamaan (11.10) menghasilkan deret divergen jika x2 = 1 bagi deret a1 .
a0 memberikan deret y  a0 1  3 x 2  , dan seterusnya. Untuk setiap nilai l yang bulat, salah
satu deret berakhir dan memberikan solusi berbentuk polinom sedangkan deret yang lain
merupakan deret konvergen pada x2 = 1. (Bilangan bulat l negative memberikan solusi yang
sama dengan yang diperoleh ketika bilangan bulat l positif).

Polinom Legendre atau fungsi Legendre bentuk pertama diperoleh dari polinom dari solusi
persamaan (11.10) yakni deret a0 atau deret a1 jika nilai konstanta a0 atau a1 pada setiap
polinom dipilih sedemikian sehingga y = 1 jika x = 1 (ini berarti bahwa Pl 1  1 ). Polinom
Legendre ini dilambangkan Pl  x  . Nilai-nilai polinom Legendre antara lain

Untuk l = 0, polinomnya adalah y  a0 . Jika x = 1 dan y = 1 maka a0  1 . Oleh karena itu


polinom Legendrenya adalah P0  x   1
Untuk l = 1, polinomnya adalah y  a1 x . Jika x = 1 dan y = 1 maka a1  1 . Oleh karena itu
polinom Legendrenya adalah P1  x   x
1
Untuk l = 2, polinomnya adalah y  a0 1  3 x 2  . Jika x = 1 dan y = 1 maka a0   . Oleh
2
1
karena itu polinom Legendrenya adalah P2  x   3x 2  1 .
2
Polinomial Legendre atau fungsi Legendre bentuk pertama dapat juga ditentukan dengan
formula berikut ini

l /2
Pl  x     1
k  2l  2k ! xl 2 k (11.11)
l
k 0 2 k ! l  k  ! l  2 k  !

1
Dengan formula ini dapat ditunjukkan bahwa P0  x   1 ; P1  x   x ; dan P2  x  
2
 
3x 2  1

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 4


sebagaimana diperoleh sebelumnya.

Solusi deret untuk setiap l yang tidak berakhir dan divergen pada x2 = 1 disebut fungsi
Legendre bentuk kedua dan dilambangkan sebagai Ql  x  . Formula Ql  x  untuk l genap dan
ganjil adalah

Ql  x  
 1l / 2 2 l n / 2 !2  x  l  1l  2  x 3  l  1l  2l  3l  4 x 5  ... (11.12a)
 
l!  3! 5! 

Ql  x  
 1l 1 / 2 2l 1l  1 / 2!2 1  l l  1 x2  l l  1l  2l  3 x 4  ...
(11.12b)
 
1.3.5...l  2! 4! 
Ql  x  konvergen untuk x 2  1 . Fungsi Ql  x  tidak dipakai seperti Pl  x  . Untuk l pecahan
Ql  x  berupa deret takhingga dan lebih jarang dipakai.
Dengan demikian solusi persamaan Legendre yaitu persamaan (11.10) adalah
y  C1Pl  x   C2Ql  x  (11.13)

Soal-Soal 11.2
Gunakan persamaan (11.10) dan Pl 1  1 untuk menentukan
1. P3  x  2. P4  x  3. P5  x  4. P6  x  5. P7  x 
6. Turunkan persamaan (11.11)
Gunakan persamaan (11.11) untuk menentukan
7. P3  x  8. P4  x  9. P5  x  10. P6  x  11. P7  x 
dan bandingkan jawabannya dengan soal 1 to 5.
l l
12. Tunjukkan bahwa Pl ( x)   1 Pl ( x ) dan secara khusus Pl (1)   1 . Tentukan kapan
Pl (x ) merupakan fungsi genap dan kapan Pl (x ) merupakan fungsi ganjil.
13. Buatlah grafik dari P0 ( x ) ; P1 ( x ) ; P2 ( x) ; dan P3 ( x) untuk x = –1 sampai x = 1
 
14. Tentukan solusi 1  x 2 y  xy  n 2 y  0 dengan deret. Solusi yang berbentuk polinom
dengan koefisien yang dipilih sedemikian sehingga y (1)  1 disebut fungsi Chebyshev
Tn  x  . Tentukan T0  x  , T1  x  , dan T2  x 

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 5


KULIAH 12
Polinom Legendre
A. Pendahuluan
Pada perkuliahan ini, kita akan mempelajari polinom Legendre secara lebih mendalam.
Kita akan membahas formula Rodrigues untuk menentukan polinom Legendre, fungsi
pembangkit polinom Legendre dan hubungan rekursi polinom Legendre. Kita tidak
menunjukkan proses penurunan formula untuk ketiga topic tersebut. Oleh karena itu, di akhir
perkuliahan ke – 12 ini, diharapkan Saudara mampu
 menerapkan formula Rodrigues untuk menemukan polinom Legendre
 menerapkan fungsi pembangkit polinom Legendre untuk menemukan deret polinom
Legendre pada penyelesaian permasalahan listrik statis
 menggunakan hubungan rekursi polinom Legendre untuk menentukan polinom
Legendre yang berderajat lebih tinggi
 menemukan solusi permasalahan fisika yang memerlukan polinom Legendre
Agar tidak mengalami kesulitan mengikuti perkuliahan ini, diharapkan Saudara
menguasai diferensial, aturan Leibniz tentang diferensial, dan aljabar fungsi. Saudara
sebaiknya mempelajari kembali topic ini dari buku-buku kalkulus.

B. Formula Rodrigues Polinom Legendre


Cara lain untuk menemukan polinom Legendre adalah dengan formula Rodrigues.
Formulanya adalah
1 dl 2
Pl ( x )  l
2 l! dx l

x 1
l
 (12.1)

Turunan ke l dari suatu fungsi dapat diperoleh dengan aturan Leibniz yaitu
dl l
l!  d r f  d l  r g 
 f .g     r  l  r  (12.2)
dx l r  0 r ! l  r !  dx  dx 
d9 d9 dx d 8 9.8 d 2 d7
Contoh 1; x sin x   x 9 sin x  9 sin x  ( x ) 7 sin x  ...
dx 9 dx dx dx 8 2! dx 2 dx
9 2 8
d d d d9
 x sin x   x cos x  9 sin x ; karena x  0 ; sin x   sin x ; sin x   cos x
dx 9 dx 2 dx8 dx 9

1 d5 2 1 d5
Contoh 2, P5  x   5
2 5! dx 5
 5
x 1  5 
2 5! dx 5
x  15 x  15
5 4
1  5 d d 5 d 5.4 d 2 5 d
3
P5  x   5  x  1 5  x  1  5  x  1     x  15 
5 5
x  1  x  1
2 5!  dx dx dx 4 2! dx 2 dx 3
5. 4 d 3 5 d
2
d4 5 d 5 d
5

 3
x  1 2 x  1  5 4 x  1 x  1  x  1 5 x  15 
5 5

2! dx dx dx dx dx 
1
P5  x  
2 5

x  15  25x  14 x  1  100x  13 x  12  100x  12 x  13 
4

25 x  1 x  1   x  1
5

1 1
  
P5  x   5 252 x 5  280 x 3  60 x  63 x 5  70 x 3  15 x
2 8

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 6


Soal-soal 12.1
dn
1. Dengan aturan Leibniz tentukan formula untuk (uv )
dx n
Dengan jawaban no 1, tentukan turunan berikut
d 10 x d6 2 d 25 d 100 2  x
2. ( xe ) 3. ( x sin x ) 4. ( x cos x ) 5. (x e )
dx10 dx 6 dx 25 dx100
6. Ada dua bagian untuk membuktikan bahwa formula Rodrigues memberikan polinom
Legendre secara benar. Bagian pertama adalah untuk membuktikan bahwa jika
d lv
 l
v  x 2  1 maka
dx l
adalah solusi dari persamaan diferensial Legendre. Bagian kedua

adalah untuk membuktikan bahwa Pl (1)  1 . Buktikan bagian pertama.


7. Gunakan formula Rodrigues untuk menunjukkan Pl (1)  1 . Ini dapat dilakukan dengan
 
l l l
memfaktorkan x 2  1 menjadi  x  1  x  1 dan mendiferensialannya sebanyak l kali
dengan aturan Leibniz. Tanpa menuliskan banyak suku, dapat dilihat bahwa setiap suku
yang mengandung faktor  x  1 akan menjadi nol jika x = 1. Gunakan ini untuk
menghitung Pl  x  pada saat x = 1 untuk mendapatkan bahwa Pl (1)  1 .
Gunakan persamaa (12.1) untuk menentukan
8. P3  x  9. P4  x  10. P5  x  11. P6  x  12. P7  x 
dan bandingkan jawabannya dengan soal no 1 – 5 pada Soal-soal 11.2
1
m
13. Tunjukkan bahwa x Pl ( x) dx  0 jika m < l. (gunakan formula Rodrigues dan
1
integralkan secara parsial, diferensialkan x berpangkat dan integral diferensial setiap saat)

C. Fungsi Pembangkit Polinom Legendre


Fungsi

( x ,h )  1  2 xh  h 2 ; h 1 1 / 2
(12.3)
disebut sebagai fungsi pembangkit polinom Legendre. Dengan demikian, dapat dituliskan
bahwa


( x ,h )  1  2 xh  h 2 1 / 2
 P0 ( x )  hP1( x )  h 2 P2 ( x )  ...   hl Pl ( x ) (12.4)
l 0
Untuk membuktikannya, (12.3) didiferensialkan terhadap x dan h. Hasil
pendiferensialannya adalah sebagai berikut
 2  2
(1  x 2 ) 2  2 x  h 2 (h )  0 (12.5)
x x h
Substitusikan persamaan (12.4) ke dalam (12.5) untuk mendapatkan
  
(1  x 2 ) hl Pl( x )  2 x  hl Pl( x)   l (l  1)hl Pl ( x)  0
l 0 l 0 l 0
l
Koefisien h adalah
(1  x 2 ) Pl( x)  2 xPl( x)  l (l  1) Pl ( x)  0
yang merupakan PD Legendre dengan y  Pl (x )

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 7


1. Potensial Listrik Oleh Muatan Titik
Potensial listrik (juga berlaku untuk potensial gravitasi) pada titik P dengan vektor posisi r
yang berjarak d dari muatan q (atau massa untuk potensial gravitasi) dengan vektor posisi R
adalah (lihat Gambar 12.1):
Q
V k Q
d
Dengan aturan cosinus, jarak d dapat dituliskan sebagai
d  R  r  R 2  2 Rr cos  r 2 R
2
r r  d
d  R 1  2 cos   
R R O
sehingga potensial listrik (atau gravitasi) menjadi r P
2 1 / 2
kQ  2r r  Gambar 12.1
V 1  cos     
R  R R 
Untuk r  R potensial listrik menjadi

r l Pl (cos )
V  kQ
l 0 R l 1

2. Potensial Listrik Oleh Dipol Listrik


P
Dua muatan +q dan –q diletakkan pada x = a dan x = –a
(lihat Gambar 12.2) r2
Potensial listrik di P adalah r r1
1 1 q q
V  kq  

 
 r1 r2  a
a Gambar 12.2
Dengan aturan cosinus dapat diperoleh untuk r1 dan r2 ,
potensial listrik di P menjadi
2 1 / 2 2 1 / 2 
kq   a a   a a  
V   1  2  cos       1  2  cos      
r   r  r    r  r  
 
Untuk a  r potensial listriknya menjadi
l l
kq    a  
la

V     P (cos  )    1   Pl cos 
r  l 0  r  
l
l 0 r 
Suku pertama untuk r  a merupakan suku yang terbesar yakni
P (cos  )
V  2aqk 1 2
r
yang disebut sebagai dipol listrik

3. Energi Potensial Listrik


Energi potensial listrik antara dua muatan Q pada vektor posisi R dan muatan qi pada vektor
posisi ri yang berjarak d adalah:

r l Pl (cos )
EPi  kQqi 
l 0 R l 1
Energi potensial listrik total pada muatan Q dari seluruh muatan qi adalah

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 8


N N 
r l Pl (cos )
EP   EPi  kQ qi 
i 0 i 0 l 0 R l 1
Jika muatannya bukan muatan diskrit tetapi muatan kontinyu maka tanda q i berubah
menjadi  dq sehingga energi potensial listrik menjadi

r l Pl (cos ) 
r l Pl (cos )
EP  kQ  dq  kQ   d 
l0 R l 1 l 0 R l 1

1
EP  kQ  l 1 
r l Pl (cos )  d
l 0 R
dengan  adalah rapat muatan atau muatan per satuan volume

Untuk l = 0, energi potensial listrik total menjadi


kQ kQ
 d 
R 
EP  .muatan total
R
Jika R jauh lebih besar dibandingkan dengan ri, energi potensial pada muatan Q dengan
seluruh muatan sama dengan energi potensial pada muatan Q dengan sebuah muatan tunggal
pada posisi yang sama Q.
Untuk l = 1, energi potensial listrik total menjadi
kQ
r cos   d
R 2 
EP 
Ini adalah momen dipol distribusi muatan pada arah R.

Untuk mampu memaknai kasus ini, gunakan konsep momen


dipole listrik dari pasangan muatan +q dan –q yang terpisah pada r1 +q
jarak d. Momen dipole didefinisikan sebagai qd. Karena
qd = q(r1 – r2) = qr1 – qr2, biasanya +qr1 dan –qr2 disebut sebagai d
momen dipole +q dan –q terhadap titik O; sedangkan jumlah O
momen kedua muatan adalah jumlah kedua momen dipolnya.
Jadi momen dipole terhadap titik asal dari seluruh muatan adalah r2 –q
 qi ri . Komponen momen dipole ini terhadap vector R yang membentuk sudut i dengan ri
i

adalah  q r cos .
i
i i i

Untuk distribusi muatan kontinyu menjadi  r cos  d . Dengan demikian kasus l = 1,
memberikan makna momen dipole seluruh muatan pada komponen atau arah R.

D. Hubungan Rekursi Untuk Polinom Legendre


Hubungan rekursi ini diperoleh dari fungsi pembangkit polinom Legendre, yakni dengan cara
mendiferensialkan fungsi pembangkit polinom Legendre (persamaan 12.3) terhadap h.
Hasilnya adalah sebagai berikut
 1
  (1  2 xh  h 2 ) 3 / 2 (2 x  2h)
h 2

(1  2 xh  h 2 )  ( x  h ) (12.6)
h
Dengan menggukan persamaan (12.5) maka diperoleh:
 
(1  2 xh  h 2 ) lhl 1Pl ( x) ( x  h) hl Pl ( x) (12.7)
l 0 l 0

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 9


Koefisien hl-1 adalah
lPl ( x)  2 x(l  1) Pl 1 ( x)  (l  1) Pl  2 ( x )  xPl 1 ( x)  Pl  2 ( x )
Persamaan ini dapat disederhanakan menjadi
lPl ( x)  (2l  1) xPl 1 ( x )  (l  1) Pl  2 ( x) (12.8)

Beberapa hubungan rekursi dirangkum sebagai berikut


1. lPl ( x)  (2l  1) xPl 1 ( x )  (l  1) Pl  2 ( x)
2. xPl( x)  Pl1 ( x)  lPl ( x )
3. Pl( x)  xPl1 ( x)  lPl 1 ( x ) (12.9)
2
4. (1  x ) Pl( x )  lPl 1 ( x )  lxPl ( x)
5. (2l  1) Pl ( x)  Pl1 ( x)  Pl1 ( x )
1
Contoh, tentukan P3  x  jika diketahui P1  x   x dan P2  x  
2
3x 2  1  
Dengan menggunakan hubungan rekursi no 1 maka dapat diperoleh
1  5x 2  1
3P3  x   6  1 )xP2  x   P1  x  atau P3  x   
3 2
 
3x  1  x   5 x 3  3 x  
 2

Soal-soal 12.2
 2  2
1. Tunjukkan bahwa 1  x 
x 2
2
 2x 
x
 h 2 (h )  0
h
Gunakan data pada contoh dan hubungan rekursi untuk menentukan
2. P4  x  3. P5  x  4. P6  x  5. P7  x 
Dan bandingkan jawabannya dengan jawaban soal no 2 – 5 Soal-soal 11.2 dan soal no 9 –
12 Soal-soal 12.1

 
6. Tunjukkan bahwa  x  h  h . Masukkan    h l Pl ( x ) untuk membuktikan
x h l 0
hubungan rekursi no 2.
7. Diferensialkan hubungan rekursi no 1 dan gunakan hubungan rekursi no 2 dengan
mengganti l dengan l – 1 untuk membuktikan hubungan rekursi no 3.
8. Buktikan hubungan rekursi no 4 dari hubungan rekursi no 2 dan 3. Caranya adalag dengan
mendiferensialkan hubungan rekursi no 4 terhadap x dan ganti Pl1  x  pada hubungan
rekursi no 2 untuk memperoleh persamaan diferensial Legendre.
9. Buktikan hubungan rekursi no 5 dengan menggunakan hubungan rekursi no 4 tetapi l
diganti dengan l + 1 dan gunakannya untuk mengganti xPl x  pada hubungan rekursi no 2.
11. Gunakan fungsi pembangkit polinom Legendre untuk menunjukkan bahwa P2 n1 (0)  0
(1)n (2n  1)!! (2n  1)!
dan P2 n (0)  n
. Catatan: (2n  1)!!  1.3.5.7...(2n  1) 
2 n! 2n n!
1
P (0)  Pl 1 (0)
12. Gunakan hubungan rekursi no 5 untuk menunjukkan bahwa  Pl ( x)dx  l 1 .
0
2l  1
1 1
(1)n (2n  1)!!
Tunjukkan bahwa  P2n ( x )dx  0 dan  P2n 1 ( x )dx  n 1
0 0
2 (2n  1)!
13. Temukan jawaban soal no 12 dengan integral fungsi pembangkitkan polinom Legendre
dari 0 ke 1 dan deretkan hasilnya dalam deret pangkat h. Samakan koefisien h l pada

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 10


identitas dan gunakan
 12  12  12  32 ... 12  n  1  1n 1 3.5.7...(2n  3)  1n 1 2n  3!!
    
n n! n!2 n 2n !!
n
14. Tunjukkan bahwa  2l  1P ( x)  P ( x)  P 
l 0
l n n 1 ( x) . Gunakan induksi matematika: (1)

buktikan formula tersebut untuk n = 0. (2) dengan mengasumsikan bahwa hal itu benar
untuk l  n  1 tunjukkan bahwa formula tersebut benar untuk l  n dengan menggunakan
hubungan rekursi no 5
b
d
15. Hitunglah
dx
 2
  
1  x Pl ( x)  l (l  1) Pl ( x)  0 untuk menunjukkan bahwa,  Pl ( x)dx  0
a

untuk l  0 jika a dan b adalah dua titik maksimum atau minimum dari Pl (x)
d
16. Integralkan hubungan rekursi no 5 dan
dx
  
1  x 2 Pl( x)  l (l  1) Pl ( x)  0 kemudian
gabungkan hasilnya untuk menunjukkan bahwa
2l  1( x  12 ) Pl( x)  l l  1Pl 1 ( x)  Pl 1 ( x) . Tunjukkan bahwa Pl 1 ( x)  Pl 1 ( x) pada
titik maksimum atau minimum Pl (x) dan pada  1
17. Ganti l dengan l  1 dalam hubungan rekursi no 1 kemudikan kalikan dengan Pn (x) dan
1
integralkannya untuk menghitung  xP ( x) P ( x)dx for n  l
l n
1
18. Tunjukkan bahwa setiap polinom berderajat n dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear
dari polinom Legendre dengan l ≤ n

Nyatakan polinom berikut sebagai kombinasi linear dari polinom Legendre


19. 5 – 2x 20. 3x2 + x – 1 21. x4 22. x – x3 23. 7x4 – 3x + 1 24. x5

25. Turunkan formula potensial listrik (dalam deret polinom Legendre) untuk susunan muatan
sebagai berikut q  2q q
  
a a
26. Turunkan formula potensial listrik (dalam deret polinom Legendre) untuk susunan muatan
sebagai berikut
q 2q  2q q
   
 2a a a 2a

27. Tentukan komponen medan listrik pada arah vektro satuan dalam koordinat bola dengan
  P (cos )
bantuan persamaan E  V dan V  2aqk 1 2 (diasumsikan bahwa r  a )
r

1 
28. Tunjukkan bahwa  Pl cos   csc
l 0 2 2

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 11


KULIAH 13
Deret Legendre
A. Pendahuluan
Pada perkuliahan ke 13 ini, kita akan mempelajari fungsi yang orthogonal dan
ternormalisa. Kemudian berdasarkan konsep ini, kita akan membahas bahwa polinom atau
fungsi Legendre merupakan fungsi yang orthogonal dan ternormalisasi kemudian menentukan
nilai normalisasinya. Dengan ketentuan bahwa fungsi yang orthgonal dan ternormalisasi atau
disingkat orthonormal dapat dijadikan sebagai fungsi satuan dari deret fungsi yang lain, maka
kita akan mempelajari bagaimana menentukan deret polinom Legendre. Oleh karena itu, di
kahir perkuliahan ini, diharapkan Saudara mampu
 menyelesaikan orthonormalisasi polinom Legendre
 menemukan deret Legendre dari suatu fungsi pada interval (0, 1)
 menemukan aplikasi polinom/deret Legendre untuk menyelesaikan permasalahan
fisika
Agar Saudara mengikuti perkuliahan ini dengan lancar, diharapkan Saudara telah
menguasai diferensial dan integral. Disarankan agar Saudara membuka kembali buku-buku
kalkulus.

B. Fungsi Orthogonal
Perkalian skalar antara dua buah vector A dan B yang orthogonal (saling tegak lurus)
sama dengan nol atau secara matematis ( 1 = x; 2 = y; 3 = z):
2

 A B  0 untuk kasus dua dimensi


i 1
i i

 A B  0 untuk kasus tiga dimensi


i 1
i i

 A B  0 untuk kasus n dimensi


i 1
i i

Analog dengan kasus kedua vector yang orthogonal dan pendekatan   untuk
distribusi yang kontinyu, maka maka dua fungsi A x  dan B x  adalah orthogonal pada
b

 A x Bx dx  0 dengan A (x) adalah kompleks konjugate Ax 


 
interval (a, b) jika
a

Untuk seluruh set fungsi, An x  dengan n = 1, 2, 3, ... maka fungsi An x  set fungsi
b
  0, jika m  n
yang orthogonal jika  A ( x) A ( x)dx  konstanta  0, jika m  n
n m
a
Pada perkuliahan pertama (KULIAH 1), telah diperoleh bahwa
   0, m  n
 0 , if m  n 
 sin mx sin nx dx  , if m  n  0 ;  cos mx cos nx dx    , m  n  0
2 , m  n  0

  
 0 , if m  n
 e  e
inx  imx
 sin nx cos mx dx  0 ; dx   e  inxeimx dx  
   2, if m  n
Oleh karena itu sin nx , cos nx , seluruh set fungsi yang mengandung sin nx dan cos nx , dan set
fungsi eksponensial adalah set fungsi yang orthogonal pada interval (, – )

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 12


Pada perkuliahan kedua dan ketiga (KULIAH 2 dan 3 ), fungsi-fungsi tersebut digunakan

1
dalam deret Fourier pada interval (, – ); f ( x)  a 0   a n cos nx  bn sin nx
2 n 1

inx
dan f(x)  c e
n  -
n . Istilah lain ang penting terkait dengan set fungsi yang orthogonal adalah

lengkap (complete). Set fungsi orthogonal lengkap pada suatu interval jika tidak ada fungsi
lain yang orthogonal pada seluruh set fungsi tersebut pada interval tersebut. Sekarang dapat
dipahami bahwa fungsi dapat dideretkan dari deret fungsi orthogonal yang lengkap.

Soal-soal 13.1
b b
 
1. Tunjukkan bahwa jika  A ( x) B( x)dx  0 maka  A( x) B ( x)dx  0 dan sebaliknya
a a
in x / l
2. Tunjukkan bahwa e dengan n = 0, 1, 2, ... adalah set fungsi orthogonal pada
interval (–l, l).
3. Tunjukkan bahwa fungsi x2 dan sin x adalah orthogonal pada (–1, 1).
4. Tunjukkan bahwa fungsi f (x ) dan g (x) adalah orthogonal pada (a, a ) jika f (x ) adalah
fungsi genap dan g (x) adalah fungsi ganjil.
1
5. Hitunglah  P ( x) P ( x)dx  0 untuk menunjukkan bahwa fungsi tersebut orthogonal pada
0 2
1
(–1, 1).
6. Tunjukkan dengan dua cara bahwa Pl (x ) dan Pl(x ) adalah orthogonal pada (–1, 1).
7. Tunjukkan bahwa sin nx adalah bukat set fungsi lengkap pada (, – ) jika digunakan
untuk menderetkan f(x) = 1 pada (, – ).
8. Tunjukkan bahwa cos n  12 x dengan n = 0, 1, 2, adalah orthogonal pada (0, ). Deret
fungsi f(x) = 1 pada (0, ) sebagai deret set fungsi cos n  12 x .
1
9. Tunjukkan dengan dua cara bahwa P 2 n 1 ( x)dx  0
1

C. Orthogonalitas Polinom Legendre


Polinom Legendre adalah set fungsi orthogonal pada  1,1 karena
1  0,l  m
P
 l m( x ) P ( x )dx   2 ,l  m (13.1)
1  2l  1

Untuk membuktikan (13.1), persamaan Legendre dituliskan dalam bentuk sebagai berikut
d
dx
  
1  x 2 Pl( x)  l (l  1) Pl ( x)  0 (13.2)
l adalah indek dummy, sehingga untuk indeks lain, misalnya m, persamaan Legendre menjadi
d
dx
  
1  x 2 Pm ( x)  m(m  1) Pm ( x )  0 (13.3)

Kalikan persamaan (13.2) dengan Pm (x ) dan persamaan (13.3) dengan Pl (x ) kemudian


dikurangkan untuk mendapatkan
d d
Pm ( x)
dx
  
1  x 2 Pl( x)  Pl ( x )
dx
  
1  x 2 Pm ( x)  l (l  1)  m(m  1)Pm ( x ) Pl ( x )  0

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 13


Dua suku yang pertama dapat digabungkan menjadi
d
dx

1  x 2 Pm ( x ) Pl( x )  Pl ( x) Pm ( x)  
Integralkan dari – 1 ke 1 untuk mendapatkan
1 1
1  x P ( x) P( x)  P ( x)P ( x)
2
m l l m  l (l  1)  m(m  1) Pm ( x ) Pl ( x)dx  0
1 1
Suku pertama bernilai nol karena (1 – x2) = 0 untuk x = 1. Berdasarkan suku kedua maka
dapat ditentukan bahwa
1

 P ( x) P ( x)dx  0 untuk l  m.
1
l m (13.4)

Karena suatu fungsi dengan derajat n dapat dituliskan sebagai kombinasi linier dari
polinom Legendre dengan derajat  n maka berdasarkan hasil di atas (persamaan (13.4) dapat
ditunjukkan bahwa
1

 P x . polinom berderajat  l dx  0


1
l (13.5)

Soal-Soal 13.2
1. Dengan metode yang sama yang digunakan untuk menunjukkan bahwa Pl (x ) adalah set
fungsi yang orthogonal pada ( – 1, 1), tunjukkan bahwa solusi
 
(1  x 2 ) y  2 xy  l (l  1)  (1  x 2 )1 y  0 adalah set yang orthogonal pada (–1, 1)
2. Dengan metode yang sama yang digunakan untuk menunjukkan bahwa Pl (x ) adalah set
fungsi yang orthogonal pada ( – 1, 1), tunjukkan bahwa solusi y n ( x)  n 2 y n ( x) adalah
set yang orthogonal pada ( ,  )
1
3. Gunakan soal no 13 pada Soal-soal 12.1 untuk menunjukkan bahwa  P ( x) P ( x)dx  0
l m
1
untuk m < l.
1 1
4. Tunjukkan bahwa  Pl ( x) Pl1 ( x)dx  0 dan
1
 P ( x) P
1
l l 1 ( x)dx  0 dengan menggunakan
1
(13.4) dan  P x . any polynomial of degree  l dx  0
1
l

1 1
5. Tunjukkan bahwa  P ( x) dx  0 untuk l > 0 dengan menggunakan  P ( x) P ( x)dx  0
l l 0
1 1

6. Tunjukkan bahwa Pl (x ) adalah orthogonal Pl (x) pada (–1, 1).


2

1
m
7. Tunjukkan bahwa x Pl ( x) dx  0 jika m < l. (gunakan formula Rodrigues dan
1
integralkan secara parsial)

D. Normalisasi Polinom Legendre



   A
Pada vektor, A.A  A2 adalah kuadrat panjang (atau norm) dari vektor A dan  Â
 A
adalah vektor satuan pada arah vektor A . Analogi dengan vektor ini, maka jika

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 14


b

 A ( x) A( x)dx  N
2
maka N adalah norm dari fungsi A x  pada (a, b) dan N 1 f ( x) adalah
a

fungsi yang ternormalisasi; fungsi ternormalisasi memiliki norm = 1. N 1 disebit faktor




normalisasi. Sebagai contoh, karena  sin 2 nx dx  , maka norm fungsi sin nx pada (0, )
0
2
 2
adalah dan sin nx adalah fungsi yang ternormalisasi.
2 

Orthonormal adalah fungsi yang orthogonal yang ternormalisasi. Contohnya adalah


2
sin nx . Analogi dengan set vektor satuan orthonormal sebagai vektor basis, maka set

fungsi orthonormal juga merupakan fungsi basis (fungsi keadaan pada fisika kuantum)
sehingga fungsi lain dapat dinyatakan sebagai deret set fungsi orthonormal.

2l  1
Polinom Legendre juga merupakan set fungsi orthonormal pada (–1, 1) yaitu Pl ( x) .
2
Bukti diperoleh dengan bantuan hubungan rekursi no 2 yakni:
lPl ( x )  xPl( x)  Pl1 ( x) (13.6)
Kalikan dengan Pl (x ) dan integralkan untuk mendapatkan
1 1 1
l  Pl ( x) dx   xPl ( x ) Pl( x) dx   Pl ( x ) Pl1 ( x)dx
2
(13.7a)
1 1 1
1
Integral ketiga sama dengan nol karena  P ( x).( polinom berderajat  l )dx  0 . Integral kedua
l
1
diselesaikan dengan cara integral parsial sebagai berikut
1
Pl ( x)2
u  x  du  dx ; dv  Pl ( x ) Pl( x )dx  Pl ( x)dPl ( x)  v 
2
Dengan variabel baru ini, maka integral kedua pada (13.7a) menjadi
1
x 1
11
 xPl ( x) Pl( x) dx  Pl ( x)2  Pl ( x)2 dx (13.7b)
1
2 1
2 1
Karena Pl (1)  (1) l maka dapat diperoleh
1 1
1
 xPl ( x) Pl( x) dx  1  Pl ( x)2dx (13.7c)
1
2 1
Dengan demikian dapat diperoleh bahwa
1
2
1Pl ( x) dx  2l  1
2
(13.7d)

2l  1
Jadi Pl ( x) adalah set fungsi orthonormal pada (–1, 1)
2
1
Dengan menggabungkan persamaan (13.7d) dan  P ( x) P ( x)dx  0 untuk l  m maka dapat
1
l m

disimpulkan bahwa

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 15


1  0,l  m
 Pl ( x )Pm ( x )dx   2 ,l  m (13.8)
1  2l  1
.

Exercises 13.3
Tentukan norm dan fungsi ternormalisasi dari fungsi berikut pada interval yang diberikan.
1. cos nx on ( 0 , ) 2. P2 ( x ) on (–1, 1) 3. xe  x / 2on ( 0,  )
2 2
4. e  x / 2 on (  , ) 5. xe  x / 2 on ( 0, )
6. Gunakan fungsi pembangkit polinom Legendre untuk menentukan faktor normalisasi
polinom Legendre.
7. Buktikan orthonormalitas polinom Legendre dengan cara lain, yakni dengan cara
mengalikan hubungan rekursi no 5 dengan Pl (x ) kemudian mengintegralkan dari –1 ke 1
dan bagian tengah selesaikan dengan integral parsial..
1
2
8. Gunakan  Pl ( x)2 dx  untuk menuliskan empat polinom Legendre pertama yang
1
2l  1
ternormalisasi.

E. Deret Legendre
Karena polinom Legendre merupakan set fungsi orthormal pada interval (–1, 1) maka
suatu fungsi dapat dideretkan pada polinom Legendre. Deret Legendre adalah

f ( x )   Cl Pl ( x) (13.9a)
l 0
1
2l  1
dengan Cl  f ( x) Pl ( x ) dx (13.9b)
2 1
Contoh, tentukan deret Legendre dari fungsi berikut ini
0,  1  x  0
f ( x)   (13.10a)
 1, 0  x  1

Deret Legendre nya adalah f ( x )   Cl Pl ( x) dengan
l 0
1 1
2.0  1 1  1
C0   f ( x ) P ( x ) dx   0   dx 
2   2
0
2 1 0 
2.1  1 1 3 1
 3
C1  f ( x ) P1 ( x ) dx   0   x dx   (13.10b)
2 1 2  0
 4

2.2  1 1 5 1
1 
C2  f ( x )P2 ( x ) dx   0   ( 3 x 2  1 ) dx   0
2 1 2  0
2 

dan seterusnya sehingga diperoleh
f ( x)  12 P0 ( x )  34 P1 ( x )  167 P3 ( x)  11 P ( x )  ...
32 5
(13.10c)

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 16


Soal-soal 13.4
Tentukan deret Legendre dari fungsi berikut
 1,  1  x  0 0,  1  x  0
1. f ( x)   2. f ( x)  
 1, 0  x  1  x, 0  x  1
3. f ( x )  P3( x ) f(x) 4. f ( x)  arcsin x
 0,  1  x  0
5. 6. f ( x)   1 2
ln x  0  x  1
1

–1 1

1
 0,  1  x  0
7. f ( x )   8.
 1 x 0  x 1
9. f ( x)  Pn ( x) –1 a 1

Tentukan deret Legendre dari polinom berikut. Bandingkan jawabannya dengan jawaban soal
no 19 – 24 pada Soal-soal 12.2.
10. 5 – 2x 11. 3x2 + x – 1 12. x4 13. x – x3 14. 7x4 – 3x + 1 15. x5

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 17


KULIAH 14
Fungsi yang Dikaitkan dengan Fungsi Legendre
(Associated Legendre Functions)

A. Pendahuluan
Pada perkuliahan ke-14 ini, kita akan mempelajari persamaan atau fungsi atau polinom
yang dikaitkan dengan persamaan atau fungsi atau polinom Legendre yang disebut the
associated Legendre equation, function or polynomial. Kita akan mempelajari langkah-
langkah menyelesaikan persamaan yang dikaitkan dengan persamaan Legendre dengan cara
yang sedikit berbeda dengan penyelesaian persamaan Legendre. Kita juga akan mempelajari
formula Rodrigues, hubungan rekursi, fungsi pembangkit, dan orthonormalitas polinom yang
dikaitkan dengan polinom Legendre. Oleh karena itu, di akhir perkuliahan ini, Saudara
diharapkan mampu
 menyelesaikan persamaan dikaitkan dengan fungsi Legendre (the associated Legendre
function)
 menerapkan formula Rodrigues untuk memperoleh polinom yang dikaitkan dengan
polinom Legendre (the associated Legendre polynomial)
 menerapkan hubungan rekursi untuk menentukan polinom yang dikaitkan dengan
polinom Legendre (the associated Legendre polynomial) yang berderajat lebih tinggi
 menerapkan fungsi pembangkit the associated Legendre polynomial untuk menentukan
deret the associated Legendre polynomial
 menyelesaikan orthonormalitas the associated Legendre polynomial
 menemukan solusi permasalahan fisika yang terkait dengan polinom yang dikaitkan
dengan polinom Legendre
Agar Saudara dapat mengikuti perkuliahan ini dengan lancar, diharapkan Saudara telah
menguasai diferensial dan integral. Disarankan agar Saudara membuka kembali buku-buku
kalkulus.

B. Persamaan Diferensial The Associated Legendre


PD yang dikaitkan dengan PD Legendre
2
1  x 2 y  2 xy  l (l  1)  m 2  y  0 (14.1a)
 1 x 
dengan m 2  l 2 memiliki solusi
y  C1Pl m  x   C2Qlm  x  (14.1b)
m m
d m/2 d

dengan Pl m ( x)  1  x 2
dx

m l
m/ 2
P ( x) dan Qlm  x   1 x 2
dx m
 
Ql  x  . (14.1c)

Pl m  x  and Qlm  x  adalah fungsi yang dikaitkan dengan fungsi Legendre bentuk pertama dan
kedua. Bentuk kedua fungsi yang dikaitkan dengan fungsi Legendre jarang digunakan pada
aplikasi fisika. Untuk memperoleh persamaan (14.1b) dan (14.1c), solusi persamaan (14.1a)
diasumsikan berbentuk

y  1 x 2 um/2
(14.2)
Turunan pertama dan kedua (14.2) adalah
 
y  mx 1  x 2
1 ( m / 2 )
u  (1  x 2 ) m / 2 u
y  m1  x  2 1 ( m / 2 )
 
2  ( m / 2 )
u  m(m  2) x 2 1  x 2 u
2 1 m / 2 2 1 m / 2
 mx (1  x ) u  2 x(1  x ) u  (1  x 2 )u

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 18


Substitusikan persamaan ini ke persamaan (14.1a) untuk memperoleh
 
1  x 2 u  2(m  1) xu  l (l  1)  m(m  1)u  0 (14.3a)

Untuk m = 0, persamaannya adalah persamaan Legendre yakni


 
1  x 2 u  2 xu  l( l  1 )u  0 dengan solusi u  Pl (x ) (14.3b)

Diferensialkan persamaan (14.3a) untuk memperoleh


 
 
1  x 2 u  2(m  1)  1xu  l (l  1)  (m  1)(m  2)u  0 (14.3c)
Hasil ini serupa dengan persaam (14.3a) jika u diganti dengan u dan m diganti dengan
(m + 1).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
Pl (x ) adalah solusi persamaan (14.3a) ketika m = 0
Pl(x ) adalah solusi persamaan (14.3a) ketika m = 1
Pl(x ) adalah solusi persamaan (14.3a) ketika m = 2

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa


dm
Pl (x ) adalah solusi persamaan (14.3a) untuk 0  m  l
dx m

Dengan cara yang sama untuk kedua polinom Legendre, maka dapat disimpulkan juga bahwa
dm
Ql  x  adalah solusi persamaan (14.3a) untuk 0  m  l
dx m

Oleh karena itu solusi persamaan (14.1) adalah


y  C1Pl m  x   C2Qlm  x  (14.4a)
m
d
dengan Pl m ( x)  1  x 2 
m/ 2

dx m
Pl ( x) (14.4b)

dm
l
m

Q  x   1 x
dx m

2 m/2
Ql  x  . (14.4c)
Sebagaimana disebutkan pada persamaan (14.1).

C. Formula Rodrigues Untuk Polinom yang Dikaitkan dengan Polinom Legendre


Karena polinom Legendre diberikan oleh formula Rodigues sebagai
1 dl 2
Pl ( x )  l
2 l! dx l

x 1
l

Maka polinom yang dikaitkan dengan polinom Legendre (the associated Legendre
polynomials) dapat diperoleh dari formula Rodrigues sebagai berikut
l m
1 m/2 d

2 l!

Pl m ( x)  l 1  x 2
dx
l m
( x 2  1)l (14.5)
1/ 2 d
Contoh, Persamaan (14.4b) memberikan P21  x   1  x 2  P2  x  dengan
dx
1
P2  x   3x 2  1 maka dapat diperoleh P21 x   3x 1  x 2
2
1/ 2
 

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 19


Dengan persamaa (14.5) dapat ditunjukkan bahwa
3
1 1/ 2 d 1

P21  x   2 1  x 2
2 2!
dx 3
2
 
1/ 2
 
x 2  1  1  x 2 .24 x  3 x 1  x 2
8
 
1/ 2

D. Pembangkit Fungsi yang Dikaitkan dengan Fungsi Legendre (the associated


Legendre function)
Pembangkit fungsi yang dikaitkan dengan fungsi Legendre adalah
2m! 1  x 2 m / 2 hm 
  h n Pnm  x  (14.6)

2m m! 1  2hx  h 2 
m 1 / 2
n m

E. Hubungan Rekursi untuk Fungsi yang Dikaitkan dengan Fungsi Legendre (the
associated Legendre function)
Hubungan rekursi fungsi yang dikaitkan dengan fungsi Legendre adalah sama dengan
hubungan rekursi polinom Legendre yaitu sebagai berikut
a. n  1  m Pnm1 x   2n  1xPnm  x   n  m Pnm1  x  (14.7a)
2  m  1
b. Pnm  2  x   xPnm 1  x    n  m  n  m  1 Pnm  x  (14.7b)
2 1/ 2
1  x 
F. Orthonormalitas Fungsi yang Dikaitkan dengan Fungsi Legendre (the associated
Legendre function)
Orthonormalitas fungsi yang dikaitkan dengan fungsi Legendre adalah
1  0, ln
m m  2 (l  m)!
1 Pl ( x) Pn ( x) dx   (14.8a)
,l n
 2l  1 (l  m)!

Dengan demikian, fungsi yang dikaitkan dengan fungsi Legendre yang ternormalisasi adalah
2l  1l  m! P m ( x ) (14.8b)
l
2l  m !
Pada perkuliahan Fisika Modern, komponen  dari persamaan Schrodinger untuk atom
berelektron tunggal adalah persamaan diferensial the associated Legendre function sebagai
berikut
1 d  d   m2 
 sin    l (l  1)  2    0 (14.9)
sin  d  d   sin  
Persamaan ini dapat diperoleh dari persamaan (14.1) dengan pengubahan variabel x  cos 
dan y  
Contoh, fungsi gelombang elektron pada atom berelektron tunggal pada komponen  yang
ternormalisasi untuk n  2 l  1 m  0 adalah ditentukan dengan persamaan (14.8b)
sebagai berikut

 
2.1  11  0! P 0 cos  dengan P 0 cos   1  cos 2  0 / 2 P cos   cos 
 
1 1 1
21  0 !
6
  cos 
2

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 20


Soal-soal 14
Hitunglah fungsi yang dikaitkan dengan fungsi Legendre berikut dengan (14.4b) dan (14.5)
1. P11  x  2. P22  x  3. P31  x  4. P32  x  5. P33  x 
6. P21n1 (0)

7. Jika P21  x   3 x 1  x 2  1/ 2
maka dengan hubungan rekursi tentukan P22  x  dan bandingkan
jawabannya dengan soal no 2.
1/ 2
Jika P31  x   3
2  5x 2
 11  x 2  maka dengan hubungan rekursi tentukan
8. P32  x  9. P33  x 
dan bandingkan jawabannya dengan soal no 4 dan 5.

1
10. Tunjukkan Pl m (x ) adalah orthogonal yakni tunjukkan bahwa  Pl m ( x) Pnm ( x ) dx  0, l  n
1
11. Dengan pengubahan variabel x  cos  dan y   pada (14.9), buktikan bahwa
1 d  d   m2 
 sin    l (l  1)  2    0
sin  d  d   sin  
12. Tunjukkan bahwa Pl m (x ) adalah orthornormal pada (–1, 1) untuk setiap nilai m; yakni
1
tunjukkan bahwa  Pl m ( x) Pnm ( x ) dx  0 untuk l  n .
1

Hitunglah fungsi yang dikaitkan dengan fungsi Legendre berikut dengan (14.4b) dan (14.5)
dengan perubahan variabel x  cos 
13. P11 (cos  ) 14. P41 (cos  ) 15. P32 (cos )
d l m 2 l (l  m)! 2 m d
l m
16. Tunjukkan bahwa l m
( x  1)  ( x  1) l m
( x 2  1)l
dx (l  m)! dx
(l  m)! m
17. Gunakan no 16 untuk menunjukkan bahwa Pl  m ( x )  (1)m Pl ( x)
(l  m)!
(l  m)! ( x 2  1)m d l  m 2
m m
18. Gunakan no 16 untuk menunjukkan bahwa Pl ( x)  (1) l l m
( x  1)l
(l  m)! 2 l! dx
1
2 (l  m)!
m
19. Buktikan bahwa P l ( x) Pnm ( x ) dx 
for l  n
1
2l  1 (l  m)!
20. Gunakan (14.8) untuk mendapatkan formula deret fungsi yang dikaitkan dengan fungsi
Legendre (the associated Legendre polynomials)

Gunakan no 20 untuk menemukan deret fungsi yang dikaitkan dengan fungsi Legendre (the
associated Legendre series) dari fungsi-fungsi berikut
 1,  1  x  0 0,  1  x  0
21. f ( x)   22. f ( x)  
 1, 0  x  1  x, 0  x  1
23. f ( x )  P3( x ) 24. f ( x)  arcsin x

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 21


25. 26.
f(x)

1
1

–1 1 –1 a 1

 0,  1  x  0  0,  1  x  0
27. f ( x )   28. f ( x)   1 2
 1 x 0  x 1 ln x  0  x  1
29. f ( x)  Pn ( x)

Tentukan deret fungsi yang dikaitkan dengan fungsi Legendre (the associated Legendre
series) dari fungsi-fungsi berikut
30. 3 x 2  x  1 31. 7 x 4  3x  1 32. x  x3

33. Tunjukkan bahwa fungsi gelombang pada komponen  yang ternormalisasi untuk
berbagai nilai l dan m seperti ditunjukkan oleh tabel berikut (diambil dari buku Concepts
of Modern Physics 6th edition by Arthur Beiser)

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 22


KULIAH 15
Metode Frobenius dan Fungsi Bessel
A. Pendahuluan
Mula-mula perkuliahan ke 15 akan mendiskusikan metode Frobenius. Metode ini hampir
sama dengan metode penyelesaian persamaan diferensial dengan deret tetapi dengan
tambahan pangkat konstanta. Kemudian berdasarkan metode Frobenius ini, kita akan
mempelajari penyelesaian persamaan Bessel. Solusi persamaan Bessel terdiri dari dua bentuk
yakni fungsi Bessel bentuk pertama dan kedua. Akan tetapi karena bentuk kedua tidak jauh
berbeda dengan bentuk pertama, maka bentuk kedua dikalikan dengan fungsi tertentu
sehingga menghasilkan bentuk kedua yang dikenal dengan fungsi Neumann. Fungsi Bessel
sangat penting pada fisika kuantum, elektrodinamika, dan sebagainya. Oleh karena itu di akhir
perkuliahan ini diharapkan Saudara mampu
 menyelesaikan persamaan diferensial dengan metode Frobenius
 menemukan solusi persamaan Bessel atau menemukan fungsi Bessel bentuk pertama
dan kedua
 menyelesaikan permasalahan fisika yang terkait dengan fungsi Bessel
Saudara akan mengikuti perkuliahan ini dengan mudah apabila Saudara menguasai deret,
persamaan diferensial dengan deret, integral dan aljabar fungsi. Oleha karena itu, Saudara
diharapkan mempelajari kembali materi-materi tersebut dari buku-buku teks kalkulus.

B. Metode Frobenius
Metode Frobenius merupakan cara menemukan solusi PD (yang kompleks) dengan
mengasumsikan solusinya dalam bentuk deret yang lebih kompleks yakni

y   an x n  s (15.1)
n0
Contoh 1
x 2 y  6 y  0 (15.2)
memiliki solusi yang diasumsikan dalam bentuk deret sebagai berikut

y   an x n  s  a0 x s  a1 x s 1  a2 x s  2  ... (15.3a)
n0
Turunan pertama dan kedua darai persamaan (15.3a) adalah

y   (n  s )an x n  s 1  sa0 x s 1  ( s  1)a1x s  (s  2)a2 x s 1  ... (15.3b)
n 0

y   ( n  s)( n  s  1)an x n  s  2  s( s  1) a0 x s  2  ( s  1) sa1 x s 1  ... (15.3c)
n0

Substitusikan persamaan (15.3) ke dalam persamaan (15.2) dan koefisien masing-masing suku
yang memiliki pangkat yang sama diletakkan pada matrik berikut ini
xs x s 1 xs 2 ... xs n ...
x 2 y s(s–1)a0 (s+1)sa1 (s+2)(s+1)a2 (n+s)(n+s –1)an
6y –6a0 –6a1 –6a2 –6an

Jumlah koefisien pada setiap suku yang pangkatnya sama harus sama dengan nol. Oleh karena
itu koefisien x s juga harus sama dengan nol, yang menghasilkan persamaan
( s 2  s  6)a0  0 .
Karena a0  0 dengan hipotesis, maka

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 23


s2  s  6  0 (15.4)
Persamaan untuk s ini (15.4) disebut persamaan indicial. Solusi persamaan indicial adalah
s = –2 dan s = 3.
Untuk kasus s = –2:
Koefisien kolom ketiga yakni koefisien dari x s 1 adalah
s  1sa1  6a1  2a1  6a1  0  a1  0
Koefisien kolom ketiga yakni koefisien dari x s  2 memberikan bahwa a2  0
Koefisien x s  n memberikan an (n  2)(n  3)  6  0 atau an  0 untuk n(n  5)  0
Hal ini berarti bahwa a0  0 dan a5  0 . Oleh karena itu solusi untuk s = –2 adalah
y  a0 x 2  a5 x 3 (15.5a)

Untuk kasus s = 3:
Untuk menghindari kebingunan simbol, maka koefisien a diganti dengan b. Dengan demikian
solusi yang diasumsikan berbentuk deret menjadi

y   bn x n  s
n0

Berdasarkan matrik di atas tetapi koefisien a diganti keoefisien b, maka koefisien dari x s 1
adalah
s  1sb1  6b1  12b1  6b1  0  b1  0
Koefisien kolom keempat atau koefisien dari x s  2 memberikan b2  0
Koefisien dari x s  n memberikan bn n  3n  2   6  0 atau bn  0 untuk nn  5  0
Hal ini berarti bahwa b0  0 ( n  5 tidak digunakan karena deret mulai dari n = 0).
Oleh karena itu solusi untuk s = –3 adalah
y  b0 x 3 . (15.5b)
Solusi ini (persamaan (15.5b)) pada dasarnya sudah tercakup dalam solusi untuk s = –2.
Oleh karena itu solusi persamaan (15.2) adalah
y  a0 x 2  a5 x 3 (15.6)

Dengan metode persamaan Cauchy, hasil yang sama juga akan diperoleh. Dengan
pengubahan variabel
2
z dy dy 2 d y d 2 y dy
x  e maka x  dan x   .
dx dz dx 2 dz 2 dz
Dengan substitusi variabel baru ini maka persamaan (15.2) menjadi
x 2 y  6 y  0
d 2 y dy
  6y  0
dz 2 dz
D  3D  2 y  0
Solusinya adalah
y  Ae2 z  Be3 z or y  Ax 2  Bx3 (15.7)
(sebagaimana yang diperoleh dengan metode Frobenius; persamaan (15.6)).

Contoh 2:
Solusi dari
x 2 y  4 xy  ( x 2  2) y  0 (15.8)

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 24


ditemukan dengan metode Frobenius dengan mengasumsikan solusinya berbentuk deret

y   an x n  s  a0 x s  a1 x s 1  a2 x s  2  ... (15.9a)
n0
Turunan pertama dan kedua dari (15.9a) adalah

y   (n  s )an x n  s 1  sa0 x s 1  ( s  1)a1x s  (s  2)a2 x s 1  ... (15.9b)
n 0

y   ( n  s)( n  s  1)an x n  s  2  s( s  1) a0 x s  2  ( s  1) sa1 x s 1  ... (15.9c)
n0

Substitusikan persamaan (15.9) ke dalam (15.8) dan koefisien masing-masing suku yang
memiliki pangkat yang sama diletakkan pada matrik berikut ini
xs x s 1 xs 2 ... xs n ...
x y s(s-1)a0 (s+1)sa1 (s+2)(s+1)a2
2 (n+s)(n+s –1)an
4 xy 4sa0 4(s+1)a1 4(s+2)a2 4(n + s)an
x2 y a0 an-2
2y 2a0 2a1 2a2 2an

Jumlah koefisien pada setiap suku yang pangkatnya sama harus sama dengan nol. Oleh karena
itu koefisien x s juga harus sama dengan nol, yang menghasilkan persamaan
( s 2  3s  2)a0  0
Karena a0  0 maka s 2  3s  2  0 sehingga s = – 2 atau s = –1.
Untuk kasus s = –1:
a0
Koefisien xs+1 memberikan a1= 0 dan keofisien dari xs+2 memberikan a2  
3!
Koefisien xs+n memberikan bentuk umum
an n  1n  2  4n  1  2   an 2
an  2
 
an n 2  3n  2  4n  4  2   an 2 atau an  
n(n  1)
Karena a1= 0, koefisien a dengan indeks ganjil sama dengan nol. Untuk koefisien a dengan
indeks genap:
a a a
a2   0 ; a4  0 ; a6   0 ; dan seterusnya.
3! 5! 7!
Salah satu solusi (untuk s = –1) adalah
a a
y  a0 x 1  0 x  0 x 2  ...
3! 5!
3
 x x5  a sin x
y  a 0 x  2  x    ...  0 2 (15.10)
 3! 5!  x
Untuk s = –2
Untuk menghindari kesamaan hasil dengan kasus s = 3, koefisien a diganti dengan b. Solusi
deretnya menjadi

y   bn x n  s
n0

b0
Koefisien xs+1 memberikan b1= 0 dan koefisien xs+2 memberikan b2  
2!
Koefisien xs+n memberikan bentuk umum

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 25


bn  2
bn n  2n  3  4n  2  2  bn  2 or bn  
nn  1
Karena b1= 0 maka koefisien untuk n ganjil sama dengan nol. Koefisien untuk n genap adalah
b b b
b2   0 ; b4  0 ; b6   0 ; dan seterusnya.
2! 4! 6!
Dengan demikian solusi untuk s = –2 adalah
b b b
y  b0 x  2  0  0 x 2  0 x 4  ...
2! 4! 6!
2 4
 x x x6  b cos x
y  b0 x  2 1     ...  0 2 (15.10b)
 2! 4! 6!  x
a0 sin x b0 cos x
Jadi solusi PD adalah y   (15.10c)
x2 x2

Soal-soal 15.1
Selesaikan PD berikut dengan metode Frobenius
1. x 2 y  xy  9 y  0 2. x 2 y  2 xy  6 y  0 3. 2 xy  y  2 y  0
2 2
4. 3 xy  (3x  1) y  y  0 5. x y  ( x  2) y  0 6. x 2 y  2 x 2 y  2 y  0
7. xy  y  9 x5 y  0 8. 2 xy  y  2 y  0 9. 36 x 2 y  (5  9 x 2 ) y  0
10. x 2 y  xy  6 y  0 11. 3xy  2(3 x  1) y  3x  2 y  0
12. Tentukan solusi dari y    y dengan metode Frobenius. Tunjukkan bahwa s  0 dan
s  1 . Untuk s  0 menuju kepada solusi cos x dan sin x sebagaimana solusi yang
bn
ditentukan dengan metode elementer. Untuk s  1 tunjukkan bahwa bn  
n  3(n  2)

dengan asumsi solusinya berbentuk y   bn x n1
n 0

dT (t )
13. Selesaikan   T (t )  0 dengan metode Frobenius
dt

C. Persamaan Bessel
1. Fungsi Bessel Bentuk Pertama
Persamaan Bessel adalah
 
x 2 y  xy  x 2  p 2 y  0 dengan p adalah konstanta (15.11)

Karena x 2 y  xy  x xy maka persamaan Bessel ((15.11)) dapat disederhankan menjadi

 
x xy  x 2  p 2 y  0 (15.12)
Metode Frobenius digunakan untuk menyelesaikannya dengan solusinya diasumsikan
berbentuk deret

y   a n x n s (15.13a)
n 0
Turunan pertama dari (15.13a) adalah

y   (n  s )an x n  s 1
n 0
kemudian setiap suku persamaan (15.12) memiliki bentuk

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 26



xy   (n  s )an x n  s
n0

xy   (n  s)2 an x n  s 1
n0


x xy   (n  s ) 2 an x n  s (15.13b)
n0

x 2 y   an x n s  2 (15.13c)
n 0
Substitusikan persamaan (15.13) ke persamaan Bessel yakni persamaan (15.12) dan koefisien
masing-masing suku yang memiliki pangkat yang sama diletakkan pada matrik berikut ini
xs x s 1 xs 2 ... xs n ...
2 2 2 2
 s a0 (s+1) a1 (s+1) a2 (n+s) an
x xy
x2 y a0 an-2
2 2 2
 py –p a0 –p a1 –p a2 –p2an

Koefisien x s memberikan persamaan indicial


( s 2  p 2 )a0  0 (15.14)
2 2
Karena a0  0 maka s  p  0 atau s = p
Untuk s = p:
Koefisien xs+1 memberikan a1= 0;
a0
Koefisien xs+2 memberikan a2  
s  12  p2
Koefisien xs+n memberikan
an  2 an  2
an [(n  p) 2  p 2 ]   an  2 atau an   
2
n  p   p 2
nn  2 p 
Karena a1= 0 maka koefisien a dengan indeks ganjil sama dengan nol. Untuk koefisien a
dengan indeks genap (untuk mewakili bilangan genap, indeks n diganti dengan 2n)
a2 n  2 a
a2n     2 2n 2
2n2n  2 p  2 nn  p 
(n + p) dapat disederhanakan dengan hubungan rekursi fungsi gamma. Dengan
( p  1)  p( p ) maka dapat diperoleh persamaan berikut ini
( p  2)  ( p  1)( p  1)
( p  3)  ( p  2)( p  2)  ( p  2)( p  1) ( p  1)
Dengan persamaan dalam fungsi gamma ini, maka koefisien a menjadi
a a  (1  p)
a2   2 0   20
2 (1  p) 2 ( 2  p )
a a0 a (1  p )
a4   2 2  4
 04
2 2(2  p ) 2!2 (2  p )(1  p ) 2!2  (3  p )
a a0 a (1  p )
a6   2 4  6   06 dan seterusnya
2 4(4  p ) 3! 2 (1  p)(2  p)(3  p ) 2!2 (4  p )

Salah satu solusi untuk s = p adalah

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 27


a0(1  p ) p  2 a  (1  p ) p  4 a (1  p) p  6
y  a0 x p  2
x  04 x  06 x
2 ( 2  p) 2!2 (3  p ) 2!2 (4  p )
2 4 6
 1 1  x 1 x 1  x 
y  a0 x p  (1  p )           ...
  (1  p)  (2  p)  2  2!(3  p )  2  3!( 4  p)  2  
p 2 4 6
p x 
 1 1  x 1  x 1  x 
y  a0 2   (1  p )            ...
2  (1)(1  p) (2)(2  p)  2   (3)(3  p)  2   (4) (4  p )  2  
1 1
Jika a0  p
 p maka y disebut sebagai fungsi bentuk pertama yang berorde p
2 (1  p) 2 p!
dan dituliskan sebagai J p  x 
p 2 p 4 p 6 p
1  x 1  x 1 x 1 x
J p ( x)              ...
(1)(1  p)  2   (2)( 2  p)  2   (3)(3  p)  2   ( 4)  ( 4  p )  2 
2n p

(1) n  x (15.15)
J p ( x)    
n0 ( n  1) ( n  p  1)  2 

Grafik tiga fungsi Bessel yang terendah ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

Pembuat nol fungsi Bessel pertama disajikan pada tabel berikut ini.

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 28


Soal-soal 15.2
Gunakan definisi fungsi Bessel (persamaan 15.15) untuk menunjukkan bahwa
2 4 d
1. J 2 ( x )  J1 ( x )  J 0 ( x) 2. J1 ( x)  J 3 ( x)  J 2 ( x ) 3. J 0 ( x )   J1 ( x )
x x dx
d d J x  1
4. xJ1 ( x)  x J 0 ( x) 5. J 0 ( x)  J 2 ( x)  2 J1 ( x) 6. lim 1 
dx dx x0 x 2
2 x
7. lim x 3 / 2 J 3 / 2 ( x )  31 8. J1 / 2 ( x )  sin x
x 0  2
2n p
9. Tunjukkan dengan uji rasio bahwa fungsi Bessel J p ( x)  

(1) n  x
 
n 0  ( n  1) ( n  p  1) 2
merupakan deret konvergen pada seluruh nilai x
2n p
10. Gunakan fungsi Bessel J p ( x)  

(1) n  x untuk menunjukkan bahwa
 
n 0  ( n  1) ( n  p  1) 2
J 0 (0)  1 ; dan J p (0)  0 dengan p  1, 2, 3,...

2. Fungsi Bessel Bentuk Kedua


Untuk s = – p
Solusi untuk s = – p adalah sama dengan untuk s = p dengan p diganti dengan – p
2 n p

(1) n x (15.16)
J  p ( x)    
n 0  ( n  1) ( n  p  1) 2
Dapat ditunjukkan bahwa J  p ( x )  (1) p J p ( x ) .

Untuk p bukan integer maka J p (x) dan J  p (x) adalah dua solusi yang saling bebas; tetapi
jika p integer maka J p (x) dan J  p (x) bukanlah dua solusi yang saling bebas. Oleh karena itu
kombinasi linier fungsi Bessel bentuk pertama J p  x  dan kedua J  p  x  yang disebut sebagai
fungsi Neumann atau Weber dan dituliskan
cos( p) J p ( x )  J  p ( x)
N p ( x )  Yp ( x )  (15.17)
sin  p
sebagai solusi kedua. Dengan demikian solusi persamaan Bessel, (15.11) adalah
y  AJ p ( x )  BN p ( x) (15.18)

Soal-soal 15.3
1. Gunakan persamaan (15.15) dan (15.16) untuk menemukan beberapa suku pertama dari
J 0 ( x) , J1 ( x ) , J 1 ( x) , J 2 ( x ) , J  2 ( x) . Tunjukkan bahwa J 1 ( x)   J1 ( x) and
J  2 ( x)  J 2 ( x)
2. Tunjukkan bahwa J  n ( x )  (1) n J n ( x) jika n bilangan bulat
Gunakan persamaan (15.15) dan (15.16) untuk menunjukkan bahwa
x
3. J 1/ 2 ( x)  cos x 4. J 3 / 2 ( x )  x 1J1/ 2 ( x)  J 1 / 2 ( x )
2
5. N1/ 2 ( x)   J 1 / 2 ( x) dan N 3 / 2 ( x )  J 3 / 2 ( x) 6. N 2 n1 ( x)  (1) n 1 J  2 n1 ( x)
2 2

7. Jika  pembuat nol yang pertama dari J1 ( x) and  n pembuat nol dari J 0 ( x ) , tentukan
nilai x pada titik-titik maksimum dan minimum dari y  xJ1  x  .

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 29


D. Fungsi Pembangkit Fungsi Bessel
Pembangkit fungsi Bessel adalah

 ( x, h)  e1 / 2 x h  h  
1
n
h J
n  
n ( x) .

Soal-soal 15.4
1. Dengan menderetkan fungsi pembangkit fungsi Bessel dari deret pangkat x h  h 1  
tunjukkan bahwa suku dengan n  0 adalah J 0 ( x )
2
 2  2   
2. Tunjukkan bahwa x 2
x  x 2   h    0 . Gunakan hasil ini dan
x x  h 

n
( x, h)  h J
n  
n ( x) untuk menunjukkan bahwa J n (x ) memenuhi persamaan diferensial

Bessel.

3. Dengan pengubahan variabel h  ei pada ( x, h)  h J n
n ( x) dan pemisahan bagian real
n  
dan imajiner untuk menunjukkan bahwa

cos x sin    J 0  x   2 J 2  x  cos 2  4 J 4  x  cos 4  ...  J 0 ( x)  2 J 2n x  cos 2n
n 1

sin  x sin    2 J1  x sin   J 3  x  cos 3  ...  2 J 2n 1  x sin 2n  1
n 1
Ini merupakan deret Fourier dengan fungsi Bessel sebagai koefisien. Gunakan formula
tersebut untuk koefisien dalam deret Fourier untuk menemukan integral yang mewakili
J n (x ) untuk n genap dan untuk n ganjil. Tunjukkan bahwa hasi-hasil tersebut dapat

1
digabungkan sehingga memberikan persamaan J n ( x )  cosn  x sin  d
 0
4. Dengan pengubahan variabel untuk   0 dan    / 2 secara berturut-turut pada

cos x sin    J 0  x   2 J 2  x  cos 2  4 J 4  x  cos 4  ...  J 0 ( x)  2 J 2n x  cos 2n
n 1

1
kemudian tambahkan hasilnya untuk menunjukkan bahwa  J x   2 1  cos x 
n 1
4n

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 30


KULIAH 16
Hubungan Rekursi, Orthonormalitas dan Aplikasi Fungsi Bessel

A. Pendahuluan
Kita akan mempelajari sifat-sifat penting fungsi Bessel secara rinci pada perkuliahan yang
ke – 16 ini. Secara umum, kita akan mempelajari hubungan rekursi, orthonormalitas, dan
jenis-jenis fungsi Bessel. Kita juga akan mempelajari cara menentukan solusi persamaan
diferensial yang solusinya memiliki fungsi Bessel. Kita juga akan melihat aplikasi fungsi
Bessel pada fisika. Oleh karena itu, di akhir perkuliahaan ini, diharapkan Saudara mampu
 menerapkan hubungan fungsi Bessel untuk menentukan fungsi Bessel yang memiliki
orde lebih tinggi
 menyelesaikan orthonormalitas fungsi Bessel
 mengevaluasi jenis-jenis fungsi Bessel
 menentukan solusi persamaan diferensial yang memiliki solusi fungsi Bessel
 menggunakan fungsi Bessel untuk menyelesaikan permasalahan fisika yang sesuai.
Saudara akan mengikuti perkuliahan ini dengan mudah apabila Saudara diferensial,
integral dan aljabar fungsi. Oleha karena itu, Saudara diharapkan mempelajari kembali
materi-materi tersebut dari buku-buku teks kalkulus.

B. Hubungan Rekursi Fungsi Bessel


Berikut ini adalah persamaan hubungan rekursi untuk fungsi Bessel. Hubungan rekursi ini
juga berlaku untuk N p  x  walaupun di sini dituliskan J p  x 
d p
1.
dx
 
x J p ( x )  x p J p 1 ( x ) (16.1)
d p
2.
dx
 
x J p ( x )   x  p J p 1 ( x ) (16.2)
2p
3. J p 1 ( x )  J p 1 ( x)  J p ( x) (16.3)
x
4. J p 1 ( x )  J p 1 ( x )  2 J p ( x) (16.4)
p p
5. J p ( x)   J p ( x)  J p 1 ( x)  J p ( x)  J p 1 ( x) (16.5)
x x

Hubungan rekursi (16.1) diturunkan dengan cara sebagai berikut.


2n2 p
p

(1)n x
x J p ( x)   2n p
n  0  ( n  1) ( n  p  1) 2
2 n  2 p 1
d p 
(1)n (2n  2 p) x
x J p ( x)   2n p
dx n  0  ( n  1) ( n  p  1) 2

d p
x J p( x )  

 1 n  p  n
x 2 n  2 p 1
n  0 n  p n  1n  p  2
2 n  p 1
dx
2 n  p 1
1 d p 
(1)n  x
p
x J p ( x)      J p 1 ( x)
x dx n  0  ( n  1) ( n  p )  2 

Soal-soal 16.1
1. Buktikan hubungan rekursi no 2 dengan cara seperti membuktikan hubungan rekursi no 1
2. Gunakan hubungan rekursi no 1 dan 2 untuk membuktikan hubungan rekursi no 3 dan 4

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 31


3. Gunakan hubungan rekursi no 1 dan 2 untuk membuktikan hubungan rekursi no 5
4. Gunakan hubungan rekusi no 4 dan no 5 untuk menunjukkan bahwa J 0 ( x)  J 2 ( x) pada

setiap maksimum dan minimum dari J1 ( x) ; dan tunjukkan bahwa J 0 ( x)   J 2 ( x )  J1 ( x)
pada setiap pembuat nol fungsi J1 ( x) .
5. Gunakan hubungan rekursi untuk menunjukkan bahwa
2 4 d
a. J 2 ( x )  J1 ( x )  J 0 ( x) b. J1 ( x)  J 3 ( x)  J 2 ( x ) c. J 0 ( x )   J1 ( x )
x x dx
d d
d. xJ1 ( x)  x J 0 ( x) e. J 0 ( x)  J 2 ( x)  2 J1 ( x)
dx dx
dan bandingkan jawabannya dengan jawaban soal no 1 – 6 Soal-soal 15.2


6. Gunakan hubungan rekursi no 2 untuk menunjukkan bahwa  J1 ( x) dx   J 0 ( x )  1
0
0
7. Gunakan hubungan rekursi no 4 untuk menunjukkan bahwa
  

 J1 ( x) dx  J 3 ( x) dx ...   J 2 n 1 ( x) dx
0 0 0
and
  

 J 0 ( x) dx  J 2 ( x) dx ...   J 2 n ( x) dx
0 0 0

d p
8. Gunakan
dx
 
x J p ( x)   x  p J p 1 ( x) secara berulang untuk menunjukkan bahwa
2
 1 d  2 1 d 
J 1 ( x)  x   J 0 ( x) ; J 2 ( x)  x    J 0 ( x ) dan secara
 x dx   x dx 
n
 1 d 
n
umum, J n ( x)  x    J 0 ( x)
 x dx 

Gunakan hubungan rekursi fungsi Bessel untuk menunjukkan bahwa



1
9.  x  p J p 1 ( x )dx  p 10.  x3 J 0 ( x)dx  x 3 J1 ( x)  2 x 2 J 2 ( x )
0
2  (1  p )

C. Persamaan Diferensial yang Memiliki Solusi Fungsi Bessel


Bentuk umum dari PD berikut
1  2a  a 2  p 2c2 
y 
x

y   bc x c 1 2

x2
y  0 (16.6)
 
Memiliki solusi
y  x a Z p (bx c ) (16.7)
dengan Z bisa berupa J p  x  atau N p  x  atau kombinasi lenier keduanya. a, b, c, dan p
adalah konstanta.

Contoh, y  9 xy  0 memiliki 1 – 2a = 0, (bc)2 = 9; 2(c – 1) = 1 dan a2 – p2c2 = 0.


Penyelesaian persamaan-persamaan tersebut memberikan hasil a = ½; c = 3/2; b = 2; p = 1/3
Jadi solusinya adalah
 
y  x1 / 2 Z1/ 3 (2 x3 / 2 ) or y  x1 / 2 AJ1 / 3 (2 x 3 / 2 )  BN1 / 3 (2 x 3 / 2 )

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 32


Soal-soal 16.2
Tentukan solusi PD berikut dalam bentuk fungsi Bessel
1. xy  2 y  4 y  0 2. y  4 x 2 y  0
3. 3 xy  2 y  12 y  0 4. 4 xy  y  0
1  1
5. y  y   4  2  y  0 6. xy  3 y  x 2 y  0
x  x 
7. y  xy  0 8. 3 xy  y  12 y  0
2
9. xy  y  9 x y  0 10. xy  5 y  xy  0
11. 4 xy  2 y  y  0 12. xy  4 xy  ( x 2  2) y  0
13. x 2 y  4 xy  ( x 2  2) y  0 14. x 2 y  xy  (4 x 2  9) y  0
15. x 2 y  xy  (16 x 2  1) y  0 16. xy  y  9 xy  0
 1
 
17. x xy  25 x 2  4 y  0 18. y  xy  0 19. y  y  iy  0
x
2x
20. Tentukan solusi y  e y  0 dalam bentuk fungsi Bessel dengan pengubahan variabel
z  ex
2
 
21. Tentukan solusi xy  y  x 3 e x  p 2 y  0 dalam bentuk fungsi Bessel dengan
2
pengubahan variabel z  e x /2

D. Apalikasi Fungsi Bessel (Lengthening Pendulum)


Aplikasinya adalah pada pendulum dengan panjang tali yang
bertambah panjang. Energi kinetik pendulum adalah
T  1 mv 2  1 m l
 
2
2 2 l 
Energi potensial dengan referensi energi potensial sama m
dengan nol pada saat tali pada posisi horisontal
V  mgl cos
Lagrangian dari pendulum adalah
L  T  V  12 ml 2 2  mgl cos 
Persamaan Lagrang gerak pendulum adalah
d L L
 0
dt  
d
 ml 2  mgl sin   0

dt
Tali bertambah panjang dengan persamaan bahwa pada saat t panjang tali adalah
d d
l  l0  vt  dl  v dt or v
dt dl
Untuk  yang kecil ( sin    ), dapat diperoleh bahwa
d 2 d g
l 2 2   0
dt dt v 2
Persamaan ini adalah persamaan diferensial yang memiliki solusi yang berbentuk fungsi
g
Bessel. Persamaan ini memiliki 1 – 2a = 2; (bc)2 = 2 ; 2(c – 1) = –1 dan a2 – p2c2 = 0.
v

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 33


2 g1 / 2
Persamaan-persamaan ini memberikan a = –1/2; c = 1/2; b = ; dan p = 1. Jadi solusinya
v
adalah
2 g1 / 2
  l 1 / 2 Z1 (bl 1 / 2 ) dengan b = .
v
1/ 2
1/ 2 2 gl 
Persamaan ini dapat disederhanakan dengan pengubahan variabel u  bl 
v
sehingga dapat diperoleh
  Au 1 J 1 (u )  B u 1 N 1 (u )
Variasi  terhadap u dan dengan hubungan rekursi no 2, maka dapat diperoleh
d
du

  Au 1J 2 (u )  Bu 1 N 2 (u ) 
Jika syarat awal yang diberikan adalah t = 0:    0 ;  0 maka
 u02  u 02
A  0 N 2 (u0 ) and B   0 J 2 (u 0 ) .
2 2
gl 1/ 2 adalah pembuat nol dari J (u) ; maka B = 0
Jika u0  2 0 2
v
Dengan demikian solusinya adalah
2 g 1 / 2 u0  l1 / 2
  Au 1J1 (u )  Cl 1 / 2 J1 (bl1 / 2 ) dengan b   1 / 2 dan C  0 0
v l0 J1 (u0 )

Soal-soal 16.3
d 2 d g d
1. Buktikan bahwa l 2
2  2   0 diperoleh dari (ml 2)  mgl sin   0 jika
dl dl v dt
l  l0  vt
2
2. Buktikan bahwa J p ( x) J  p ( x)  J  p ( x) J p ( x )   sin p
x
J p ( x) J  p ( x)  J p ( x) J  p ( x) 2
3. Tunjukkan bahwa J p ( x) N  p ( x)  J p ( x ) N p ( x)  
sin p x
4. Gunakan hubungan rekursi dan soal no 3 untuk menunjukkan bahwa
2
J n ( x) N n 1 ( x)  J n 1 ( x) N n ( x)  
x
d  u2
5. Tunjukkan bahwa
du
 
  Au 1J 2 (u )  Bu 1 N 2 (u ) memberikan A   0  0 N 2 (u0 ) dan
2
 u 02
B  0 J 2 (u 0 ) jika syarat awalnya adalah bahwa pada saat t = 0:    0 ;  0
2

6. Dengan pemisalan u0  2 0
gl 1/ 2 yang merupakan pembuat nol J (u) maka B = 0 dan
2
v
  Au 1 J 1 (u )  B u 1 N 1 (u ) menjadi   Au 1J1 (u )  Cl 1 / 2 J1 (bl1 / 2 ) . Tunjukkan bahwa
2 g 1 / 2 u0  0l01 / 2
b  1 / 2 dan C 
v l0 J1 (u0 )

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 34


d d du dl d
7. Tentukan    dari  
  Au 1J 2 (u )  Bu 1 N 2 (u ) untuk B = 0.
dt du dl dt du
Tunjukkan bahwa   0 jika J1 (u )  0 dan   0 jika J 2 (u )  0
8. Gunakan prosedur penurunan solusi pada kasus bandul sederhana dengan panjang tali yang
bertambah panjang untuk kasus bandul sederhana dengan panjang tali yang bertambah
pendek l  l0  vt .
9. PD dari getaran dari tali yang kerapatannya bertambah secara linier dari satu ujung ke
ujung yang lain adalah y   Ax  B  y  0 . Tentukan solusi umum PD in ke dalam solusi
yang berbentuk fungsi Bessel.

E. Fungsi Bessel Bentuk Lain


1. Fungsi Bessel bentuk pertama adalah J p (x) (16.8)
2. Fungsi Bessel bentuk kedua atau fungsi Neumann adalah N p (x ) (16.9)
3. Fungsi Bessel Bentuk Ketiga atau Fungsi Hankel
H (p1) ( x)  J p ( x )  iN p ( x ) (16.10a)
H p( 2) ( x )  J p ( x )  iN p ( x) (16.10b)
4. Fungsi Bessel Hiperbolik atau Fungsi Bessel termodifikasi
 
Solusi x 2 y  xy  x 2  p 2 y  0 adalah y  AI p  x   BK p  x  dengan
p
I p ( x)  i J p (ix) (16.11a)
 p1 (1)
K p ( x)  i H p (ix) (16.11b)
2
5. Fungsi Bessel Speris
n
  1 d   sin x 
jn ( x )  J ( 2 n 1) / 2 ( x )  x n      (16.12a)
2x  x dx   x 
n
 n 1 d   cos x 
yn ( x)  Y( 2n 1) / 2 ( x)   x     (16.12b)
2x  x dx   x 
hn(1) ( x)  jn ( x)  iyn ( x) (16.12c)
hn( 2) ( x )  jn ( x )  iyn ( x ) (16.12d)
6. Fungsi Ber, Bei, Ker, Kei
J 0 (i 3 / 2 x)  ber x  i bei x (16.13a)
K 0 (i 3 / 2 x)  ker x  i kei x (16.13b)
ber = fungsi Bessel real; bei = fungsi Bessel imajiner
ker = fungsi Bessel Hiperbolik real; kei = fungsi Bessel Hiperbolik imajiner
7. Fungsi Airy
PD Airy adalah y  xy  0 . PD ini memiliki solusi y  x Z1 / 3  23 ix 3 / 2  . Solusi ini
mengandung fungsi Bessel hiperbolik sehingga dapat didefinisikan fungsi Airy sebagai
berikut
1 x
Ai( x) 
 3

K1 / 3 23 x 3 / 2  (16.14a)

x
Bi( x ) 
3
   
I 1 / 3 23 x 3 / 2  I1 / 3 23 x 3 / 2  (16.14b)

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 35


Soal-soal 16.4
2
2. Dapat dibuktikan bahwa J1 / 2 ( x)  sin x . Tentukan J 3 / 2 ( x ) ; J 5 / 2 ( x) ; dan J 7 / 2 ( x) .
x
Subtituisikan hasil-hasil ini ke dalam persamaan fungsi Bessel Speris untuk menyatakan
j0 ( x) ; j1 ( x) ; dan j2 ( x ) ke dalam sin x dan cos x.
2
3. Dapat dibuktikan bahwa Y1 / 2 ( x )   cos x . Tentukan Y3 / 2 ( x ) ; Y5 / 2 ( x) ; dan Y7 / 2 ( x)
x
Subtituisikan hasil-hasil ini ke dalam persamaan fungsi Bessel Speris untuk menyatakan
y0 ( x ) ; y1 ( x ) ; dan y2 ( x) ke dalam sin x dan cos x.
2 sinh x 2 cosh x
4. Tunjukkan bahwa I1 / 2 ( x)  dan I 1 / 2 ( x) 
 x  x
ix n
 1 d  e 
5. Tunjukkan bahwa hn(1) ( x)  ix n      .

 x dx   x 
6. Tunjukkan bahwa fungsi Bessel speris memenuhi PD x 2 y  2 xy  x 2  n(n  1) y  0  
7. Tentukan solusi dari xy  y dengan metode bentuk umum dari PD yang solusinya
memiliki bentuk fungsi Bessel kemudian nyatakan jawabnya sebagai fungsi I p
8. Kerjakan hal sama dengan no 7 untuk xy  x 4 y  0
9. Tentukan hubungan rekursi I p berdasarkan fungsi Bessel Hiperbolik dan hubungan rekursi
fungsi Bessel. Tunjukkan bahwa I 0 ( x)  I1 ( x ) .
Gunakan hubungan rekursi fungsi Bessel dan formula fungsi Bessel speris untuk
membuktikan hubungan rekursi fungsi Bessel speris berikut ini
j ( x) d j ( x)
10. jn 1 ( x)  jn 1 ( x)  (2n  1) n 11. jn ( x)  jn 1 ( x)  (n  1) n
x dx x
d j ( x) d n
12.
dx
jn ( x )  n n
x
 jn 1 ( x) 13.
dx
 
x jn ( x)   x  n jn 1 ( x )

d n 1 1
14.
dx
 
x jn ( x)  x n 1 jn 1 ( x) 15.  x  n jn 1 ( x)dx 
(2n  1)!!
0

16.
d nj ( x)  (n  1) jn 1 ( x)
jn ( x )  n 1
dx 2n  1

n
17. Dengan pengubahan variabel h  ik dan x  iy pada ( x, h)  h J
n  
n ( x) untuk

menunjukan bahwa e1 / 2  y k  k  
1
n
k
n  
I n ( x)

d 1
18. Gunakan hubungan rekursi untuk membuktikan bahwa
dx 2

K p ( x )   K p 1 ( x )  K p 1 ( x ) 
 
J p ( x) J  p ( x)  J p ( x) J  p ( x) 2
19. Gunakan J p ( x) N  p ( x)  J p ( x ) N p ( x)   fungsi Bessel
sin p x
1
speris untuk menunjukkan bahwa j n ( x) y n ( x )  y n ( x) j n ( x )  2 . Gunakan fungsi Bessel
x
1
speris untuk menunjukkan bahwa j n ( x) y n1 ( x )  y n ( x) j n1 ( x )  2
x

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 36


F. Orthogonalitas Fungsi Bessel
Orthogonalitas fungsi Bessel adalah
1
 0 if a  b
0 xJ p ( ax ) J p ( bx )dx   2 2 2 (16.15)
 2 J p1( a )  2 J p1( a )  2 J p ( a ) if a  b
1 1 1

dengan a dan b adalah pembuat nol dari J p (x)

Formula ini menyatakan bahwa jika an dengan n= 1, 2, 3, …, adalah pembuat nol dari J p (x) ,
maka
a. x J p (an x) adalah fungsi orthogonal pada (0, 1)
b. J p (an x) adalah fungsi orthogonal pada (0, 1) dengan fungsi pembobot x.

Persamaan (16.15) diturunkan sebagai berikut. PD x( xy )  (a 2 x 2  p 2 ) y  0 memiliki solusi



y  J p (ax ) , karena penggantian x dengan ax tidak mengubah x xy dengan alasan
dy dy 
ax  . Dengan cara yang sama PD x xy  (b 2 x 2  p 2 ) y  0 memiliki solusi
d (ax ) dx
y  J p (bx)
Jadi dapat dituliskan ulang

xxJ p (ax)   (a 2 x 2  p 2 ) J p (ax)  0 (16.16)

x xJ p (bx )   (b 2 x 2  p 2 ) J p (bx)  0 (16.17)
Kalikan (16.16) dengan J p (bx) dan (16.17) dengan J p (ax) dan kurangkan maka diperoleh
 
J p (bx)xJ p (ax)   J p (ax )xJ p (bx)   (a 2  p 2 ) xJ p (ax ) J p (bx)  0 (16.18a)
Dua suku yang pertama dapat disederhanakan menjadi
d
dx
 
J p (bx) xJ p (ax)  J p (bx) xJ p (ax ) (16.18b)
Substitusikan (16.18b) ke dalam (16.18a) dan diintegralkan untuk menghasilkan
1
1
    2 2
J p (bx) xJ p (ax)  J p (bx ) xJ p (ax)  (a  b )  xJ p (ax) J p (bx)dx  0
0
(16.19)
0
Suku pertama sama dengan nol, sehingga
1

 x J ax J bx dx  0


0
p p if a  b

Untuk batas integral yang lebih umum misalnya dari 0 sampai dengan  maka pada sisi kiri
r
persamaan (16.15) x dapat dimisalkan sebagai x  atau r  x sehingga

dr
diperoleh dx  . Batas integralnya menjadi x  0  r  0 dan x  1  r   . Substitusikan

nilai-nilai variabel ini ke dalam sisi kiri persamaan (16.15) untuk memperoleh
 
r  ar   br  dr 1  ar   br 
0 a p    p      2 0 rJ p    J p   dr
J J 

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 37


  0 if a  b
 ar   br   2
0 rJ p    J p   dr    J 2p1 a    J 2p1 ( a )   2 J p2 a  if a  b
2
(16.20)
 2 2 2

Soal-soal 16.5
1
 0 if a  b
1. Buktikan bahwa 0 xJ p ( ax ) J p ( bx )dx   2 2 2 dengan
 2 J p1( a )  2 J p1( a )  2 J p ( a ) if a  b
1 1 1

menggunakan cara sebagai berikut. Anggap a pembuat nol fungsi Bessel sedangkan b
1

bukan pembuat nol, kemudian tunjukkan bahwa  x J p (ax) J p (bx )dx  J p (b2)aJ p2(a) . Jika
0
b a
1
b  a dan gunakan aturan L’Hopital untuk memperoleh  x J p (ax) J p (bx )dx  1 J p (a )2
0
2
untuk a = b.
2  sin x 
2. Jika J 3 / 2 ( x )    cos x  maka dengan normalitas fungsi Bessel, tentukan
 x x 
1 2
 sin ax 
0  ax  cos ax  dx di mana a adalah akar persamaan tan x = x
3. Tentukan orthonormalitas fungsi Bessel speris berdasarkan orthonormalitas fungsi Bessel
bentuk pertama.

4. Nyatakan J p (z ) dalam deret pangkat bilangan kompleks dengan mengganti x dengan z


2n p
pada persamaan J p ( x)  

(1) n  x . Tunjukkan bahwa deret ini konvergen
 
n 0  ( n  1) ( n  p  1) 2
untuk seluruh z . Tunjukkan bahwa seluruh pembuat nol dari J p (z ) adalah bilangan real.

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 38


COURSE 17
Fungsi Hermit dan Laguerre

A. Pendahuluan
Pada perkuliahan ke 17 ini, kita akan mempelajari dua bentuk fungsi khusus yakni fungsi
Hermit dan Laguerre. Kita akan mempelajari teknik operator yang merupakan teknik baru
untuk menyelesaikan persamaan diferensial. Kita juga akan mempelajari sifat-sifat setiap
fungsi secara rinci seperti formula Rodrigues, fungsi pembangkit, hubungan rekursi,
orthonormalitas, dan sebagainya. Oleh karena itu, di akhir perkuliahan ini, Saudara
diharapkan mampu
 menyelesaikan persamaan diferensial Hermit dengan operator diferensial
 menentukan polinom Hermit
 menyelesaikan orthonormalitas polinom Hermit
 menerapkan hubungan rekursi polinom Hermit
 menyelesaikan persamaan diferensial Laguerre
 menentukan polinom Laguerre
 menyelesaikan orthonormalitas polinom Laguerre
 menerapkan hubungan rekursi polinom Laguerre
 menyelesaikan permasalahan fisika yang terkait dengan polinom Hermit atau Laguerre
Saudara akan mengikuti perkuliahan ini dengan mudah apabila Saudara diferensial,
integral dan aljabar fungsi. Oleha karena itu, Saudara diharapkan mempelajari kembali
materi-materi tersebut dari buku-buku teks kalkulus.

B. Persamaan Hermit
1. Fungsi dan Polinom Hermit
Persamaan diferensial
y n  x 2 y n  (2n  1) y n dengan n = 0, 1, 2, ... (17.1a)
memiliki solusi yang disebut sebagai fungsi Hermit
2 dn 2
yn  e x / 2 n e  x (17.1b)
dx
d
Cara menyelesaikan persamaan Hermit (17.1a) adalah dengan operator diferensial D 
dx
Dengan operator D maka dapat diperoleh
D  x D  x  y  D  x  y  xy   y  x2 y  y
D  x D  x  y  D  x  y  xy   y  x2 y  y
Dengan operator D, persamaan (17.1a) dapat dituliskan dengan dua cara yaitu
D  x D  x  yn  2nyn (17.2a)
atau
D  x D  x yn  2(n  1) yn (17.2b)

Jika (D + x) dioperasikan pada (17.2a) dan (D – x) dioperasikan pada (17.2b) dengan


pengubahan indeks n menjadi m maka diperoleh:
D  x D  x D  x ym  D  x (2mym )
D  x D  x D  x ym   2mD  x ym  (17.3a)
Dengan cara yang sama

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 39


D  x D  x D  x  ym   2(m  1)D  x ym  (17.3b)
(tanda kurung siku disisipkan untuk memperjelas langkah berikutnya)

Pembandingan persamaan (17.2b) dan (17.3a) memberikan


yn  D  x  ym dan n = m + 1.
Dapat disimpulkan bahwa
y m 1  D  x  y m (17.4)
(D – x) disebur ‘operator penaik (raising operator)’ karena jika ym diketahui maka ym+1
ditemukan dengan operator (D – x).

Pembandingan (17.2a) dan (17.3b) memberikan


yn  D  x  ym dan n = m – 1.
Dapat disimpulkan bahwa
ym 1  D  x  ym (17.5)
(D + x) disebut operator penurun (lowering operator) karena jika ym diketahui maka
ym 1 dapat ditemukan dengan operator (D – x).

Sekarang, untuk n = 0, persamaan (17.1a) menjadi


y0  x 2 y0   y0 or D  x D  x  y0  0
Solusinya adalah
D  x y0  0 atau dy0   xdx atau y 0  e  x / 2
2

y0
Dengan menggunakan operator penaik maka dapat diperoleh
n
yn  D  x  y0
n
Cara penyelesaikan D  x  y0 adalah sebagai berikut
2 2
D  x n F ( x)  e x / 2 D n (e x / 2 F ( x))
n 2 n 2
yn  D  x  y0 dengan y0  e  x / 2  D  x  e  x /2
diturunkan sebagai berikut

Pertama dimulai dengan penurunan


2 2
e x / 2 D[e  x / 2 f ( x )]  Df ( x)  xf ( x)  D  x  f ( x )
2 2
Jika f ( x)  ( D  x) g ( x) maka f ( x)  ( D  x ) g ( x )  e x /2
D[e  x /2
g ( x)]

Dengan demikian dapat ditunjukkan bahwa


2 2 2 2
e x / 2 D[e  x / 2 e x / 2 D (e  x / 2 g ( x))]  D  x ( D  x ) g ( x )
2 2 2
e x / 2 D 2[e  x / 2 g ( x )]  D  x  g ( x )
Secara umum dapat disimpulkan bahwa
2 2
D  x n F ( x)  e x / 2 D n (e x / 2 F ( x))
Jadi
n
n  x2 / 2 x2 / 2 d  x2
y n  D  x  e e e
dx n
sebagaimana dinyatakan oleh persamaan (17.1b)

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 40


2. Polinom Hermit
n 2
Polinom Hermit adalah fungsi Hermit dikalikan dengan  1 e x / 2 . Polinom Hermit
dinyatakan oleh persamaan
n
2 d 2
H n ( x )  (1)n e x n
e x (17.7a)
dx
Polinom Hermit adalah solusi persamaan diferensial
y  2 xy  2ny  0 (17.7b)

Polinom Hermit (17.7a) sebagai solusi (17.7b) dapat ditunjukkan sebagai berikut
2 dn 2 2
yn  e x / 2 n e  x  e  x / 2 H n ( x)
dx
Turunan pertama dan keduanya adalah
2 2
yn   xe  x / 2 H n ( x)  e  x / 2 H n ( x)
2 2 2 2
yn  e  x / 2 H n ( x )  x 2e  x / 2 H n ( x )  2 xe  x / 2 H n ( x)  e  x / 2 H n( x)
Subtitusikan persamaan-persamaan ini ke dalam persamaan (17.7b) untuk mendapatkan
H n( x )  2 xH n ( x)  2nH n ( x )  0 .
Ini menunjukkan bahwa y  2 xy  2ny  0 memiliki solusi y  H n (x ) .

Beberapa Polinom Hermit


n
2 d 2
H n ( x )  (1)n e x n
e x (17.8)
dx
0 x 2  x2
H 0 ( x )  (1) e e  1 (17.9a)
2 d 2
H1 ( x )  (1)1 e x e x  2 x (17.9b)
dx
2
2 d 2 2 d 2
H 2 ( x)  (1)2 e x 2
e x  e x (2 xe x )  4 x 2  2 (17.9c)
dx dx

3. Orthonormalitas Polinom Hermit



 x2 0; nm
e H n ( x) H m ( x)dx    2n n! ; n  m (17.10)

4. Fungsi Pembangkit Polinom Hermit


2

hn
 ( x, h)  e 2 xh  h   H n ( x ) (17.11)
n0 n!
5. Hubungan Rekursi Polinom Hermit
1. H n ( x )  2nH n 1 ( x ) (17.12)
2. H n 1 ( x )  2 xH n ( x)  2nH n 1 ( x ) (17.13)

Soal-soal 17.1
1. Gunakan persamaan (17.8) untuk menentukan H 3 ( x ) , H 4 ( x ) , H 5  x  , dan H 6  x  .
Kemudian gunakan hubungan rekursi untuk menentukan polinom-polinom Hermit tersebut.
Bandingkan kedua jawaban.

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 41


2. Tentukan solusi PD y  2 xy  2 py  0 dengan deret pangkat sebagaimana pada PD
Legender. Masing-masing polinom pada koefisien a0 atau a1 dengan suku dengan orde
tertinggi adalah (2x)n sehingga ditemukan nilai koefisien a0 atau a1 dan memasukkannya ke
polinom maka diperoleh polinom Hermit. Tentukan H 0 ( x) , H1 ( x) , dan H 2 ( x ) .
2
3. Substitusikan y n  e  x / 2 H n ( x) ke dalam PD y n  x 2 y n  2n  1 y n untuk menunjukkan
bahwa y  H n (x) adalah solusi dari PD y  2 xy  2ny  0
4. Buktikan bahwa polinom H n (x) adalah orthogonal pada  ,   dengan fungsi pembobot
2 d
2
e  x dengan menuliskan PD y  2 xy  2ny  0 ke dalam bentuk e x 
dx
2
e  x y  2ny  0
2
5. Buktikan fungsi pembangkit polinom Hermit dengan mengembangkan ( x, h)  e 2 xh h ke
 2   2
dalam deret pangkat. Tunjukkan identitas berikut ini  2 x  2 h 0.
x 2 x h 2

hn
Subsitusikan ( x, h)   H n ( x) ke dalam identitas tersebut untuk membutkikan bahwa
n0 n!
H n (x) adalah solusi dari y  2 xy  2ny  0
6. Dengan menggunakan fungsi pembangkit polinom Hermit buktikan hubungan rekursinya.

2 0; nm
7. Buktikan normalitas polinom Hermit  e  x H n ( x) H m ( x)dx   n
   2 n! ; n  m

C. Fungsi Laguerre
1. Polinom Laguerre
Persamaan diferensial xy  (1  x) y  ny  0 (17.14a)
memiliki solusi yn yang disebut sebagai polinom Laguerre polynomials dan dituliskan
sebagai yn  Ln (x ) (17.14b)
Formula Rodrigues untuk Polinom Laguerre adalah
1 dn

Ln ( x)  e x n x ne  x
n ! dx
 (17.15)

n(n  1) x 2 n(n  1)(n  2) x3 (1)n x n


Ln ( x )  1  nx    ... 
2! 2! 3! 3! n!
n
n! xm
Ln ( x )   (1)m (17.16)
m 0 (n  m)!m ! m !
Beberapa Polinom Laguerre
0! x 0
L0 ( x )  (1)0 1 (17.17a)
0! 0! 0!
1
n! xm 1! x
L1 ( x )   (1)m  1  (1)1  1 x (17.17b)
m 0 (n  m)!m ! m ! 0!1! 1!
2
n! xm 2! x 2 x2
L2 ( x)   (1) m  1  x  (1) 2  1  2x  (17.17c)
m0 (n  m)!m ! m ! 0!2! 2! 2

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 42


2. Orthonormalitas Polinom Laguerre

x 0; n  k
0 e Ln ( x) Lk ( x)dx   nk  1 ; n  k (17.18)

3. Fungsi Pembangkit Polinom Laguerre


e  xh /(1 h ) 
 ( x, h)    Ln ( x )h n (17.19)
1 h n 0

4. Hubungan Rekursi Polinom Laguerre


1. Ln 1 ( x)  Ln ( x)  Ln ( x)  0 (17.20)
2. (n  1) Ln 1 ( x )  (2n  1  x) Ln ( x)  nLn 1 ( x)  0 (17.21)
3. xLn ( x)  nLn ( x)  nLn 1 ( x)  0 (17.22)

5. Polinom yang dikaitkan dengan Polinom Lagurre (The Assosiated Laguerre


Polynomial)
Persamaan diferensial
xy   (k  1  x) y   ny  0 (17.23)
Memiliki solusi yn yang disebut sebagai plinom yang dikaitkan dengan polinom Laguerre
(the associated Laguerre polynomials) dan dituliskan sebagai
k
k d
yn  Lkn  x    1 Ln  k  x  (17.24)
dx k
Formula Rodrigues unruk the associated Laguerre polynomials adalah
x k e x d n n  k  x
Lkn ( x ) 
n ! dx n

x e  (17.25)

6. Hubungan Rekursi untuk the associated Laguerre polynomials


a. n  1Lkn1 ( x )  2n  k  1  x Lkn  x   n  k Lkn1  x   0 (17.26)
d k
b. x Ln ( x)  nLkn ( x )  (n  k ) Lkn1 ( x )  0 (17.27)
dx

7. Orthonormalitas dari the associated Laguerre polynomials


 0; nm
k x k k 
0 x e Ln ( x) Lm ( x)dx   (n  k )! ; n  m (17.28)
 n!
Aplikasinya pada teori atom hidrogen, polinom yang dikaitkan dengan polinom Laguerre
yang ternormaliasi dinyatakan sebagai berikut

(n  k )!

k 1  x k 2

0 x e Ln ( x) dx (2n  k  1) n! (17.29)

Soal-soal 17.2
1 x d n n x
1. Gunakan aturan Leibniz pada Ln ( x)  e
n ! dx n
 
x e untuk mendapatkan
n
n! xm
Ln ( x )   (1)m
m 0 (n  m)!m ! m !

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 43


2. Gunakan (17.15) untuk menentukan L3 ( x ) ; L4 ( x) ; L5  x  ; L6  x  dan L7  x  . Gunakan
(17.6) untuk menentukan polinom-polinom Laguerre tersebut. Gunakan hubungan rekursi
untuk menentukan polinom-polinom Laguerre tersebut. Bandingkan jawabannya.
3. Tentukan solusi PD xy  (1  x) y  ny  0 dengan deret. Tunjukkan bahwa deret a0
berakhir untuk bilangan bulat p. Untuk setiap bilangan bulat n persamaan diferensial
memiliki satu solusi yang berupa polinom berderajat n. Polinom-polinom ini dengan a0 = 1
adalah polinom Laguerre. Tentukan L0 ( x ) , L1 ( x ) , dan L2 ( x) .
4. Tunjukkan bahwa y  Ln (x) adalah solusi dari PD xy  (1  x) y  ny  0
5. Buktikan bahwa polinom Ln (x ) adalah orthogonal pada 0,   dengan fungsi pembobot
d
e  x dengan menuliskan PD xy  (1  x) y  ny  0 ke dalam bentuk e x xe x y  ny  0
dx
dan gunakan ide orthogonalitas polinom Legendre dan Bessel
 xh
e 1h
6. Buktikan fungsi pembangkit polinom Laguerre dengan mengembangkan  ( x, h) 
1 h
2 2
  
ke dalam deret pangkat. Tunjukkan identitas berikut ini x 2  (1  x)  h 2  0.
x x h

Subsitusikan  ( x, h)   Ln ( x )h n ke dalam identitas tersebut untuk membutkikan bahwa
n 0

Ln (x ) adalah solusi dari xy  (1  x) y  ny  0


6. Buktikan hubungan rekursi polinom Laguerre dengan
 Diferentialkan fungsi pembangkit polinom Laguerre terhadap x untuk memperoleh

h  h  1 ; samakan koefisien h n 1
x
 Diferentialkan fungsi pembangkit polinom Laguerre terhadap h untuk memperoleh
1  h 2   1  h  x  ; samakan koefisien hn
h
 
 Gabungkan hasil pertama dan kedua untuk memperoleh x  h  h1  h   0.
x h
Subtitusikan fungsi pembangkit polinom Laguerre ke identitas dan samakan koefisien
hn

0; n  k
7. Buktikan normalitas polinomial Laguerre,  e x Ln ( x ) Lk ( x)dx   nk  
0 1 ; n  k
8. Tentukan Lkn  x  for n = 0, 1, 2, dan k = 1, 2 dengan menggunakan (17.24). Tentukan Lkn  x 
for n = 0, 1, 2, dan k = 1, 2 dengan (17.25). Tentukan Lkn  x  for n = 0, 1, 2, dan k = 1, 2
dengan hubungan rekursi. Bandingkan jawabannya.
9. Tunjukkan bahwa Lkn  x  memenuhi persamaan diferensial xy  (k  1  x ) y  ny  0
x k e x d n n  k  x k d
k
10. Tunjukkan Lkn ( x ) 
n ! dx n
 x e  adalah sama dengan Lk
n
 x    1
dx k
Ln  k  x 

11. Buktikan hubungan rekursi polinom yang dikaitkan dengan polinom Laguerre sebagai
berikut
a. Pada (17.21), ganti n dengan n +1 dan diferensialkan k kali dengan aturan Libniz ; pada
(17.20), ganti k dengan n + k dan diferensialkan k – 1 kali dengan aturan Libniz.
Kurangkan k kali hasil yang kedua dari yang pertama.

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 44


b. Pada (17.22), ganti n dengan n + k dan diferensialkan k kali.
12. Buktikan bahwa polinom Lkn (x) adalah orthogonal pada 0,   dengan fungsi pembobot
x k e  x dengan menuliskan PD xy  (k  1  x ) y  ny  0 ke dalam bentuk
d
x  k e x x k 1e  x y  ny  0
dx
13. Buktikan normalitas polinom yang dikaitkan dengan polinom Laguerre,
 0; nm
k x k k 
0 x e L n(
x ) L ( x ) dx   ( n  k )! .
m
; n  m
 n!
  1 l (l  1) 
14. Tentukan y      y  0 dengan l = bilangan bulat  0. Tentukan 
x 4 x2 
sedemikian hingga y  0 untuk x   dan tentukan fungsi eigennya. Solusi PD dapat
2
diperoleh dengan pemisalan y  x l  1e  x / 2 v ( x) dan menunjukkan bahwa v(x)
memenuhi PD xv  (2l  2  x)v  (  l  1)v  0
 x
15. Fungsi pada teori atom hidrogen adalah f n ( x )  x l 1e  x / 2 n L2nll11  dengan l dan n integer
n
 x
dan 0  l  n  1 . Untuk l = 1, tunjukkan bahwa f 2 ( x)  x 2e  x / 4 ; f3 ( x)  x 2e  x / 6  4   ;
 3
2
 5x x 
f 4 ( x)  x 2e  x / 8 10   
 4 32 
16. Ulangi soal no 15 untuk l  0 , n  1, 2, 3 .
17. Gunakan hubungan rekursi no 5 untuk fungsi Bessel untuk menunjukkan bahwa
p p d
R p   D and L p   D di mana D  berturut-turut adalah operator penaik dan
x x dx
penurun untuk fungsi Bessel yakni R p J p ( x)  J p 1 ( x ) dan L p J p ( x)  J p 1 ( x ) .
18. Find the raising and lowering operators for spherical Bessel functions.

Solusi Deret Persamaan Diferensial Fisika Matematika II SD - 45

Anda mungkin juga menyukai