Anda di halaman 1dari 24

1.

PENGANTAR
Pada kalkulus dan fisika dasar, integral dapat digunakan untuk mencari
luasan, volume, massa, momen inersia, dan sebagainya. Bab ini memaparkan
integral lipat dan pemanfaatannya dalam fisika serta cara pengoprasiannya.

Komputer dan tabel integral dapat digunakan untuk menghitung hasil


dari integral. Point terpenting adalah komputer hanya dapat menghitung hasil
dari integral tentu, sedangkan integral tak tentu memiliki banyak kemungkinan
jawaban yang tidak dapat diperoleh jika menggunakan komputer.

Contoh soal :
1
1. ∫ 2𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑑𝜃 = 𝑠𝑖𝑛² 𝜃 𝑜𝑟 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 𝑜𝑟 − 2 𝑐𝑜𝑠2𝜃. 𝐻𝑖𝑛𝑡 ∶
𝑢𝑠𝑒 𝑡𝑟𝑖𝑔 𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠

Jawab :

∫ 2 sin 𝜃 𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑑𝜃 lihatlah identitas trigonometri


u = 2𝜃
∫ sin 2𝜃 𝑑𝜃
𝑑𝑢
=2
𝑑𝜃
Misal : 2𝜃 = u
du = 2.d𝜃

∫ sin. 𝑢. 𝑑𝜃 d𝜃 =
1
du
2

1
∫ sin 𝑢.
2
1
∫ sin 𝑢. 𝑑𝑢
2
1
. – cos u
2

1
= − 2 𝑐𝑜𝑠 u

1
= − 2 𝑐𝑜𝑠 2𝜃
2. INTEGRAL LIPAT DUA DAN TIGA
Menurut perhitungan kalkulus, luas
daerah di bawah kurva dari 𝑥 = 𝑎 sampai 𝑥 =
𝑏 pada Gambar 2.1 dapat dihitung
𝑏 𝑏
menggunakan integral ∫𝑎 𝑦 𝑑𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥.
Luas daerah tersebut merupakan hasil dari
penjumlahan semua segi empat dari 𝑥 = 𝑎
𝑏
sampai 𝑥 = 𝑏 yang berada di bawah kurva. Jadi, integral ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
didefinisikan sebagai nilai limit jumlah luas dari semua segi empat di bawah
kurva.
Gambar 2.2 memperlihatkan hal yang setara
dengan Gambar 2.1. Bedanya, Gambar 2.1 berupa dua
dimensi yang dapat dihitung luasnya, sedangkan Gambar
2.2 berupa tiga dimensi yang dapat dihitung luas dan
volumenya. Penghitungan integral pada Gambar 2.2
melibatkan integral lipat, karena 𝑧 bergantung pada
peubah 𝑦 dan 𝑥 sehingga 𝑧 = 𝑓 (𝑥, 𝑦) dan luas
penampangnya 𝛥𝐴 = (𝛥𝑥) (𝛥𝑦). Jadi, pada pola tiga
dimensi sistemnya tersusun oleh sejumlah batang yang
tingginya 𝑧 dan luas penampangnya 𝛥𝐴 = (𝛥𝑥) (𝛥𝑦).
Jika jumlah batang penyusun pola tersebut tak terhingga, maka nilai 𝛥𝑥 dan 𝛥𝑦
mendekati nol. Jadi, volume benda (V) merupakan hasil perhitungan integral
lipat dari 𝑓 (𝑥, 𝑦) pada seluruh kawasan, yaitu ∬𝐴 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 𝑑𝑦.

Contoh 1. Hitunglah volume benda (Gambar 2.3) di bawah bidang 𝑧 = 1 +


𝑦 yang dibatasi oleh bidang (𝑥, 𝑦) di bagian bawah, dan 2𝑥 + 𝑦 = 2 bagian
tegak. Volume yang dimaksud menggunakan persamaan ∬𝐴 𝑧 𝑑𝑥 𝑑𝑦 =
∬𝐴(1 + 𝑦) 𝑑𝑥 𝑑𝑦, dimana A adalah luas di bidang (𝑥, 𝑦) yang ditunjukkan
pada Gambar 2.4. Untuk menghitung V, gunakan integrasi pada x tetap di
kawasan 𝑦 = 0 sampai 𝑦 = 2 − 2𝑥 sehingga:
2−2𝑥 2−2𝑥 2 − 2𝑥 𝑦2
(2.1) ∫𝑦=0 𝑧 𝑑𝑦 = ∫𝑦=0 (1 + 𝑦)𝑑𝑦 = (𝑦 + )|
0 2
= (2 − 2𝑥) + (2 − 2𝑥)2⁄2 = 4 − 6𝑥 + 2𝑥 2

Kemudian integralkan persamaan (2.1) pada kawasan dari 𝑥 = 0 sampai 𝑥 =


1 dan dapat ditulis:

1 6𝑥 2𝑥 3 1 5
(2.2) ∫𝑥=0(4 − 6𝑥 + 2𝑥 2 )𝑑𝑥 = 4𝑥 − + | =3
2 3 0

Persamaan (2.1) dan (2.2) dapat ditulis sebagai berikut:

1 2−2𝑥 1 2−2𝑥
(2.3) ∫𝑥=0 (∫𝑦=0 (1 + 𝑦)𝑑𝑦) 𝑑𝑥 atau ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 (1 + 𝑦)𝑑𝑦 𝑑𝑥
1 2−2𝑥
atau ∫𝑥=0 𝑑𝑥 ∫𝑦=0 𝑑𝑦 (1 + 𝑦)

Persamaan (2.3) disebut interasi (pengulangan) integral dan biasa


digunakan untuk menyelesaikan integral lipat. Setiap integral lipat selalu
melibatkan lebih dari satu peubah sehingga notasi batasnya harus ditulis secara
1 1
lengkap seperti ∫𝑥=0 bukan hanya∫0 .
Volume juga dapat dihitung dengan ∬𝐴 𝑧 𝑑𝐴. Integrasi dilakukan
terhadap peubah x yang terjadi pada y tetap (Gambar 2.4b) dari 𝑥 = 0 sampai
𝑥 = 1 − 𝑦⁄2. Cara ini menunjukkan bahwa benda pada Gambar 2.3 tersusun
oleh pelat-pelat tegak lurus terhadap sumbu y dari 𝑦 = 0 sampai 𝑦 = 2.
Integrasi dapat ditulis dalam bentuk:


(1 + 𝑦)𝑑𝑥) 𝑑𝑦 = ∫𝑦=0(1 + 𝑦)𝑥| 1 − 𝑦 2𝑑𝑦
2 1−𝑦⁄2 2
(2.4) ∫𝑦=0 (∫𝑥=0
𝑥=0
2
= ∫𝑦=0(1 + 𝑦)(1 − 𝑦⁄2)𝑑𝑦
2 5
= ∫𝑦=0(1 + 𝑦⁄2 − 𝑦 2 ⁄2)𝑑𝑦 = 3
Persamaan (2.2) dan (2.4) menunjukkan hasil yang sama. terdapat dua
metode untuk menyelesaikan integral ganda dengan menggunakan iterasi
integral.
Kedua metode di atas lebih banyak dipilih untuk menyelesaikan integral
ganda daripada metode yang lain karena dianggap mudah dan sederhana.
Area yang ditunjukkan pada Gambar 2.5: Mengintegrasikan terhadap y
terlebih dahulu. Perhatikan bahwa atas dan bawah daerah A adalah kurva yang
persamaannya diketahui batas di 𝑥 = 𝑎 dan 𝑥 = 𝑏 adalah berupa garis
vertikal.
Luasnya dapat dihitung dengan persamaan:

𝑏 𝑦2 (𝑥)
(2.5) ∬𝐴 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 𝑑𝑦 = ∫𝑥=𝑎 (∫𝑦=𝑦 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦) 𝑑𝑥
1 (𝑥)

Area yang ditunjukkan pada Gambar 2.6: Mengintegrasikan terhadap x


terlebih dahulu. Perhatikan bahwa sisi daerah A adalah kurva yang
persamaannya diketahui batas di 𝑦 = 𝑐 dan 𝑦 = 𝑑 adalah berupa garis lurus
horizontal.

Luasnya dapat dihitung dengan persamaan:

𝑑 𝑥2 (𝑦)
(2.6) ∬𝐴 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 𝑑𝑦 = ∫𝑦=𝑐 (∫𝑥=𝑥 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥) 𝑑𝑦
1 (𝑦)

Jika fungsi f bergantung pada peubah x dan y 𝑓(𝑥, 𝑦) seperti pada area
yang ditunjukkan Gambar 2.7 maka luasnya dapat diperoleh dengan persamaan
berikut:

𝑏 𝑦2(𝑥)
(2.7) ∬𝐴 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 𝑑𝑦 = ∫𝑥=𝑎 ∫𝑦=𝑦 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 𝑑𝑥
1(𝑥)
𝑑 𝑥2(𝑦)
=∫ ∫ 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 𝑑𝑦
𝑦=𝑐 𝑥=𝑥1(𝑦)
f dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian antara dua fungsi yang
masing-masing bergantung pada peubah x saja dan y saja. Fungsi itu dapat
dinyatakan sebagai 𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑔(𝑥)ℎ(𝑦) dan dapat ditulis sebagai berikut:

𝑏 𝑑
(2.8) ∬𝐴 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 𝑑𝑦 = ∫𝑥=𝑎 ∫𝑦=𝑐 𝑔(𝑥)ℎ(𝑥)𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑏 𝑑
= (∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥) (∫ ℎ(𝑦)𝑑𝑦)
𝑎 𝑐

Contoh 2. Carilah massa benda bergeometri pelat yang dibatasi oleh garis 𝑥 =
0, 𝑥 = 2, 𝑦 = 0, 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 1. Jika densitas (massa per satuan luas) adalah f (x,
y) = xy. Massa persegi panjang kecil ΔA = ΔxΔy adalah sekitar f (x, y) ΔxΔy,
dimana f (x, y) dievaluasi di beberapa titik di ΔA.

2 1
(2.9) 𝑀 = ∬𝐴 𝑥𝑦 𝑑𝑥 𝑑𝑦 = ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 𝑥𝑦 𝑑𝑥 𝑑𝑦
2 1 1
= (∫0 𝑥 𝑑𝑥) (∫0 𝑦 𝑑𝑦) = 2 . 2 = 1

Persamaan (2.8) dapat diterapkan pada sistem tiga dimensi. Misalnya, untuk
menghitung volume benda berpeubah koordinat x, y, z pada fungsi 𝑓 =
𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧). Volume itu dapat dihitung dengan menggunakan integral lipat 3
(triple integral); ∭𝑉 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧)𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧 .

Contoh 3. Carilah volume benda menggunakan integral lipat 3 pada gambar


(2.3). Benda itu dapat dipandang tersusun oleh batang-batang dan setiap
batang bervolume Δx Δy Δz; unsur volume dx, dy, dz. Artinya, setiap elemen
volume benda itu 𝑑𝑉 = 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧 sehingga volume keseluruhannya adalah
seperti yang diperoleh pada contoh 1. Sehingga;

(2.10) 𝑉 = ∭𝑣 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧
1 2−2𝑥 1+𝑦
= ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 ( ∫𝑧=0 𝑑𝑧)𝑑𝑦𝑑𝑥
1 2−2𝑥 1 + 𝑦
= ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 𝑧| 𝑑𝑦𝑑𝑥
0
1 2−2𝑥
= ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 (1 + 𝑦) 𝑑𝑦𝑑𝑥
1 2 − 2𝑥
1
= ∫𝑥=0 𝑦 + 2 𝑦 2 | 𝑑𝑥
0
1 1
= ∫𝑥=0 2 − 2𝑥 + 2 (2 − 2𝑥)2 𝑑𝑥
2 1
= 4𝑥 − 3𝑥 2 + 3 𝑥 3 |
0
2 5
=4−3+3=3

1 2−2𝑥 1+𝑦
𝑨𝒕𝒂𝒖 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 ∫𝑧=0 𝑑𝑧𝑑𝑦𝑑𝑥
1 2−2𝑥
5
=∫ ∫ (1 + 𝑦)𝑑𝑦𝑑𝑥 =
𝑥=0 𝑦=0 3

Contoh 4. Carilah massa benda padat (lihat gambar 2.3). Jika diketahui benda
itu bermassa jenis 𝑥 + 𝑧. Elemen massa benda itu 𝑑𝑀 = 𝑝𝑑𝑉 = (𝑥 +
𝑧)𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧. Jumlahkan elemen massa seperti menjumlahkan elemen volume;
dan batasnya adalah sama seperti dalam contoh 3.

1 2−2𝑥 1+𝑦
(2.11) 𝑀 = ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 ∫𝑧=0 (𝑥 + 𝑧)𝑑𝑧𝑑𝑦𝑑𝑥

1 2−2𝑥
1 1+𝑦
𝑀= ∫ ∫ (𝑥𝑧 + 𝑧 2 )| 𝑑𝑦𝑑𝑥
𝑥=0 𝑦=0 2 0

1 2−2𝑥
1
𝑀=∫ ∫ (𝑥(1 + 𝑦) + (1 + 𝑦)2 𝑑𝑦𝑑𝑥
𝑥=0 𝑦=0 2

1
1 1 1 1 2 − 2𝑥
𝑀= ∫ (𝑥𝑦 + 𝑥𝑦 2 + 𝑦 + 𝑦 2 + 𝑦 3 )| 𝑑𝑥
𝑥=0 2 2 2 6 0
1
1 1 1 1
𝑀 = ∫ (𝑥(2 − 2𝑥) + 𝑥(2 − 2𝑥)2 + (2 − 2𝑥) + (2 − 2𝑥)2 + (2 − 2𝑥)3 𝑑𝑥
𝑥=0 2 2 2 6

1
4 3 26 4 4 5 2 26 1 4 5 26 48
𝑀=∫ 𝑥 − 5𝑥 + 𝑑𝑥 = 𝑥 − 𝑥 + 𝑥| = − + = =2
𝑥=0 6 6 24 2 6 0 24 2 6 24

3. APLIKASI INTEGRASI, INTEGRAL TUNGGAL DAN LIPAT


Banyak perbedaan dalam pelajaran fisika dengan materi integral. Konsep
dasar yang digunakan dalam masalah ini adalah bahwa integral yaitu "limit
dari penjumlahan". Aplikasi dalam integral yaitu untuk menghitung (volume,
luas area, momen inersia dst) dipotong menjadi sejumlah besar untuk
potongan-potongan kecil yang disebut dengan element. Batas untuk jumlah ini
(sebagai jumlah elemen cenderung tak terbatas dan ukuran masing-masing
elemen cenderung nol).

Selain menggunakan komputer, integral juga dapat dioprasikan


menggunakan tangan. Untuk menemukan batas, memutuskan untuk integrasi,
mendektesi dan memperbaiki kesalahan/error, membuat perubahan variabel
dan memahami arti dari simbol digunakan, penting untuk belajar beberapa
integral dengan tangan. Komputer juga berguna untuk merencanakan grafik,
kurva dan permukaan untuk membantu menemukan batas dalam beberapa
integral. Sehingga metode yang melakukan beberapa integral baik dengan
tangan dan oleh komputer.

Contoh
1. Diberikan kurva 𝑦 = 𝑥 2 dari 𝑥 = 0 sampai 𝑥 = 1
a. Luas dibawah kurva (luasan dibatasi oleh kurva, sumbu 𝑥, dan garis 𝑥 =
1)
b. Massa suatu helai bidang dari potongan material dalam bentuk luasan
bila kerapatannya (massa per satuan luas) adalah 𝑥𝑦
c. Panjang busur kurva
d. Pusat massa dari luasan
e. Pusat massa dari busur
f. Momen inersia terhadap sumbu 𝑥, 𝑦, 𝑧 dari soal (b)
Jawab
a. Luasnya adalah
1 1
1 3 1 1
𝐴 = ∫ 𝑦 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 2 𝑑𝑥 = 𝑥 │0 =
3 3
𝑥=0 0
Menggunakan integral lipat dua
1 𝑥2 1 1
2 1 3 1 1
𝐴 = ∫ ∫ 𝑑𝑦𝑑𝑥 = ∫ 𝑦 │0𝑥 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 2 𝑑𝑥 = 𝑥 │0 =
3 3
𝑥=0 𝑦=0 𝑥=0 𝑥=0

b. Elemen dari suatu luasan, seperti metode integral lipat (a), dA = dy dx.
Karena kerapatan 𝜌 = xy, massa elemen adalah dM = xy dy dx, dan
massa total adalah:
𝜌 = 𝑥𝑦
𝑑𝐴 = 𝑑𝑥𝑑𝑦
𝑑𝑀 = 𝜌𝑑𝐴
1 𝑥2 1 1
𝑥𝑦 2 𝑥 2 𝑥(𝑥 2 )2 𝑥𝑥 4 𝑥5
𝑀 = ∫ ∫ 𝑥𝑦 𝑑𝑦𝑑𝑥 = ∫ │0 = ∫ = =
2 2 2 2
𝑥=0 𝑦=0 𝑥=0 𝑥=0

1 1 1 1 1 1
= 2 ∫𝑥=0 𝑥 5 𝑑𝑥 = 2 ∙ 6 𝑥 6 = 𝑥 6 │10 =
12 12

c. 𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑥 2 + 𝑑𝑦 2
𝑑𝑠 = √𝑑𝑥 2 + 𝑑𝑦 2

𝑑𝑠 𝑑𝑥 2 𝑑𝑦 2
=√ 2+ 2
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑠 𝑑𝑦 2 𝑑𝑦 2
= √1 + 𝑑𝑥 2 = 𝑑𝑠 = √1 + 𝑑𝑥 2 ∙ 𝑑𝑥
𝑑𝑥

𝑑𝑠 𝑑𝑥 2 𝑑𝑦 2
=√ 2 + 2
𝑑𝑥 𝑑 𝑑𝑦

𝑑𝑠 𝑑𝑥 2 𝑑𝑥 2
= √ + 1 = 𝑑𝑠 = √ + 1 ∙ 𝑑𝑦
𝑑𝑥 𝑑𝑦 2 𝑑𝑦 2
𝑑𝑦
Jika 𝑦 = 𝑓(𝑥) mempunyai suatu turunan pertama kontinu , maka kita
𝑑𝑥
dapat mencari panjang busur dari kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥) antara 𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏
𝑏
dengan menghitung ∫𝑎 𝑑𝑠. Sebagai contoh:
𝑑𝑦 𝑑(𝑥 2 )
= = 2𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑠 = √1 + (2𝑥 2 ) 𝑑𝑥

= √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑥
1
2√5 + ln(2 + √5)
𝑠 = ∫ √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑥 =
𝑥=0 4

d. ∫ 𝑥̅ 𝑑𝑀 = ∫ 𝑥 𝑑𝑀 ∫ 𝑦̅ 𝑑𝑀 = ∫ 𝑦 𝑑𝑀 ∫ 𝑧̅ 𝑑𝑀 = ∫ 𝑧 𝑑𝑀

∫ 𝑥̅ 𝜌𝑑𝐴 = ∫ 𝑥 𝜌𝑑𝐴 ∫ 𝑦̅ 𝜌𝑑𝐴 = ∫ 𝑦 𝜌𝑑𝐴 ∫ 𝑧̅𝜌 𝑑𝐴 = ∫ 𝑧 𝜌𝑑𝐴

∫ 𝑥𝜌𝑑𝐴 ∫ 𝑥𝜌𝑑𝐴 ∫ 𝑥𝜌𝑑𝐴


𝑥̅ = 𝑦̅ = 𝑧̅ =
∫ 𝜌𝑑𝐴 ∫ 𝜌𝑑𝐴 ∫ 𝜌𝑑𝐴
𝜌 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛, 𝑠𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎:
1 𝑥2 1 1 1 1
∫ 𝑥 𝑑𝐴 ∫ ∫
𝑥=0 𝑦=0
𝑥 𝑑𝑦𝑑𝑥 ∫𝑥=0 𝑥 3 𝑑𝑥 4 𝑥 4 │0 4 1 3 3
𝑥̅ = = 1 𝑥2 = 1 = = = ∙ =
∫ 𝑑𝐴 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 𝑑𝑦𝑑𝑥 ∫𝑥=0 𝑥 2 𝑑𝑥 1 𝑥 3 │10 1 4 1 4
3 3

1 𝑥2 1 1 5 1 1
∫ 𝑦 𝑑𝐴 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 𝑦 𝑑𝑦𝑑𝑥 ∫𝑥=0 𝑥 4 𝑑𝑥 10 𝑥 │0 10 1 3
𝑦̅ = = 1 𝑥2 = 1 = = = ∙
∫ 𝑑𝐴 𝑑𝑦𝑑𝑥 ∫ 𝑥 2 𝑑𝑥 1 3 1 1 10 1
∫𝑥=0 ∫𝑦=0 𝑥=0 3 𝑥 │0 3
3
=
10
𝑧̅ = 0
karena bidangnya 2 dimensi yaitu hanya pada koordinat x dan y saja
3 3
sehingga (𝑥̅ , 𝑦̅) = (4 , 10)

e. Pusat massa ( 𝑥̅ 𝑦̅ ) bentuk kawat lengkung dari kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥),

∫ 𝑥̅ 𝜌 𝑑𝑠 = ∫ 𝑥 𝜌 𝑑𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∫ 𝑥̅ 𝑑𝑠 = ∫ 𝑥 𝑑𝑠

Menggunakan ds karena tinjauannya hanya garis lengkung 𝜌 adalah


kerapatan (massa per satuan panjang), dan integralnya adalah integral
tunggal dengan ds dinyatakan oleh (3.1) dan jika 𝜌 konstan. Sebagai
contoh:
∫ 𝑥̅ 𝑑𝑀 = ∫ 𝑥 𝑑𝑀

∫ 𝑥̅ 𝜌 𝑑𝑠 = ∫ 𝑥 𝜌 𝑑𝑠

∫ 𝑥̅ 𝑑𝑠 = ∫ 𝑥 𝑑𝑠

1
1
∫ 𝑥̅ √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑥
0
0

1
1 1
∫ 𝑦̅ √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑦 = ∫ 𝑦 √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑦 = ∫ 𝑥 2 √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑥
0 0
0

Perhatikan dengan seksama bahwa integral diatas menggunakan 𝑦 = 𝑥 2 ,


tetapi tidak dibenarkan jika digunakan dalam jawaban yang d karena y
bisa mengambil nilai dari 0 sampai dengan 𝑥 2 , tetapi pada lengkungan y
hanya membutuhkan nilai x2.

f. Momen inersia
Momen inersia I dari suatu titik massa m terhadap sumbu didefinisikan
sebagai perkalian massa dengan jarak kuadrat 𝑙 2 dari m ke sumbu (𝑚𝑙 2 )

Contoh dengan variabel kerapatan ρ = xy, kita memiliki dM = xy dy dx.


Jarak dari dM ke sumbu x adalah y (Gambar diatas), jarak dari dM ke
sumbu y adalah x. Jarak dari dM ke sumbu z (sumbu z tegak lurus
terhadap kertas pada Gambar diatas) adalah x2+y2. Kemudian tiga
momen inersia tentang tiga sumbu koordinat adalah:
𝜌 = 𝑥𝑦 , 𝑑𝐴 = 𝑑𝑦 𝑑𝑥 , 𝑙 = 𝑦

𝑑𝑀 = 𝜌 𝑑𝐴

𝑑𝑀 = 𝜌 𝑑𝑦 𝑑𝑥
1 𝑥2

𝐼𝑥 = 𝑚𝑙 2 = ∫ ∫ 𝜌 𝑑𝐴 (𝑙)2
𝑥=0 𝑦=0

1 𝑥2

= ∫ ∫ 𝑥 𝑦 (𝑦)2 𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑥=0 𝑦=0

1 𝑥2

= ∫ ∫ 𝑥𝑦 3 𝑑𝑦 𝑑
𝑥=0 𝑦=0

1 𝑥2
𝑥𝑦 4
=∫ | 𝑑𝑥
4 0
0
1
𝑥(𝑥 2 )4
=∫ − 0 𝑑𝑥
4
0

1
𝑥9
= ∫ 𝑑𝑥
4
0

1
𝑥10 (1)10 1
= | …= −0=
40 0 40 40

𝜌 = 𝑥𝑦 , 𝑑𝐴 = 𝑑𝑦 𝑑𝑥 , 𝑙 = 𝑥

𝑑𝑀 = 𝜌 𝑑𝐴

𝑑𝑀 = 𝜌 𝑑𝑦 𝑑𝑥
1 𝑥2

𝐼𝑦 = 𝑚𝑙 2 = ∫ ∫ 𝜌 𝑑𝐴 (𝑙)2
𝑥=0 𝑦=0

1 𝑥2

= ∫ ∫ (𝑥)2 𝑥 𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑥=0 𝑦=0

1 𝑥2

= ∫ ∫ (𝑥)3 𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑥=0 𝑦=0

1 𝑥2
(𝑥)3 𝑦 2
= ∫ | 𝑑𝑥
2 0
𝑥=0

1
(𝑥)3 (𝑥 2 )2
= ∫ − 0 𝑑𝑥
2
𝑥=0

1 1
(𝑥)7 𝑥8 (1)8 1
= ∫ 𝑑𝑥 = | = −0=
2 16 0 16 16
𝑥=0

𝜌 = 𝑥𝑦 , 𝑑𝐴 = 𝑑𝑦 𝑑𝑥 , = 𝑥 2 + 𝑦 2

𝑑𝑀 = 𝜌 𝑑𝐴
𝑑𝑀 = 𝜌 𝑑𝑦 𝑑𝑥
1 𝑥2

𝐼𝑧 = 𝑚𝑙 2 = ∫ ∫ 𝜌 𝑑𝐴 (𝑙)2
𝑥=0 𝑦=0

1 𝑥2

= ∫ ∫ (𝑥 2 + 𝑦 2 ) 𝑥 𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑥=0 𝑦=0

1 𝑥2

= ∫ ∫ (𝑥 3 𝑦 + 𝑥𝑦 3 ) 𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑥=0 𝑦=0

1 𝑥2
𝑥 3 𝑦 2 𝑥𝑦 4
= ∫ + | 𝑑𝑥
2 4 0
𝑥=0

1
𝑥 3 (𝑥 2 )2 𝑥(𝑥 2 )4
= ∫ + − 0 𝑑𝑥
2 4
𝑥=0

1 1
𝑥7 𝑥9 𝑥 8 𝑥10 (1)8 (1)10 7
= ∫ + 𝑑𝑥 = + | = + −0=
2 4 16 40 0 16 40 8
𝑥=0

1 1 7
Terbukti 𝐼𝑥 + 𝐼𝑦 = 40 + 16 = 8

Biasanya untuk menulis momen inersia adalah sebagai kelipatan


1
dari massa, dimana M-nya memakai M = 12 dari (b), dapat ditulis:

1
𝑀= = 12 𝑀
12
1 3
𝐼𝑥 = 𝑥 12 𝑀 = 𝑀
40 10
1 12 3
𝐼𝑦 = 𝑥 12 𝑀 = 𝑀=
16 16 4
7 21
𝐼𝑧 = 𝑥12𝑀 = 𝑀
80 20
Contoh 2.
Luas putaran terhadap sumbu x dari contoh 1 membentuk suatu volume dan
permukaan putaran, dan dapatkanlah :
(a) Volume
(b) Momen inersia terhadap sumbu x suatu benda yang kerapatannya konstan.
(c) Luas permukaan lengkung
(d) Pusat massa permukaan lengkung.

Penyelesaian
(a) menghitung volume
Jalan termudah untuk mendapatkan volume putaran adalah
membuat irisan tipis elemen volume benda (Gbr.3.4) pada jawaban d.
Irisan melingkar dengan jari-jari y dan ketebalan dx; jadi volume elemen
adalah 𝜋𝑦 2 𝑑𝑥
Maka volume dalam contoh adalah
1
1 1 1 1 𝑥5 𝜋
𝑉 = ∫0 𝜋𝑦 2 𝑑𝑥 = ∫0 𝜋(𝑥 2 )2 𝑑𝑥 = ∫0 𝜋(𝑥)4 𝑑𝑥 = 𝜋 ∫0 (𝑥)4 𝑑𝑥 = 𝜋 | =
5 0 5

Untuk ilustrasi pemakaian integral lipat tiga ,

misal persamaan permukan 𝑦 2 + 𝑧 2 = 𝑥 4

Untuk menggunakan integral lipat terpisahkan untuk volume yang


padat, maka potong padat menjadi lembaran seperti pada Gambar 3.4 dan
kemudian sebagai pada Gambar 3.5 kita memotong setiap lembaran
bentuk potongan dan setiap potongan ke dalam kotak kecil
volume dx dy dz. Volume

𝑉 = ∭ 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧

Dari Gambar 3.5, integrasi menurut y dari satu sisi lingkaran 𝑦 2 +


𝑧 2 = 𝑥 4 ke sisi lain
𝑦 = −√𝑥 4 − 𝑧 2 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 𝑦 = +√𝑥 4 − 𝑧 2

Integrasi menurut z dari bawah sampai puncak lingkaran

𝑦 2 + 𝑧 2 = 𝑥 4 adalah jari-jari dari lingkaran = ±𝑥 2

1 𝑥2
√𝑥 4 −𝑧 2
𝑉= ∫ ∫ ∫ 𝑑𝑦𝑑𝑧𝑑𝑥
𝑦=−√𝑥 4 −𝑧 2
𝑥=0 𝑧=−𝑥 2

(b) Untuk memdapatkan momen inersia benda terhadap sumbu-x, kita harus
mengintegrasi l2dM, dimana l adalah jarak dari dM ke sumbu-x; dari
Gbr. 3.5, sumbu-x tegak lurus kertas, l2 = y2 + z2. Kita asumsikan
kerapatannya konstan, jadi faktor ρ bisa ditulis diluar integral. Sehingga
1 𝑥2 √𝑥 4 −𝑧 2 𝜋
𝐼𝑥 = 𝜌 ∫𝑥=0 ∫𝑧=−𝑥 2 ∫𝑦=−√𝑥 4 −𝑧 2(𝑦 2 +𝑧 2 ) 𝑑𝑦 𝑑𝑧 𝑑𝑥 = 18 𝜌
Karena massa benda pada persamaan 3.8 adalah
𝜋
𝑀 = 𝜌𝑉 = 𝜌
5
Kita bisa menulis Ix sebagai kelipatan M:
𝜋 5 5
𝐼𝑥 = 𝑀= 𝑀.
18 𝜋 18

(c) Kita mencari luas permukaan perputaran dengan menggunakan elemen


permukaan lengkung suatu irisan tipis seperti pada Gbr 3.6. Ini adalah
keliling suatu keping 2πy dan lebar ds. Jika kamu ingin mencari volume
1
total kerucut dimana 𝑉 = 3 𝜋𝑟 2 ℎ, kamu harus menggunakan tinggi h
yang tegak lurus terhadap dasar, tapi dalam mencari total luas permukaan
lengkung
1
𝑆 = 2 2𝜋𝑟𝑠, kamu harus kemiringan tinggi s.

Luas permukaan elemen adalah


(3.11) 𝑑𝐴 = 2𝜋𝑦 𝑑𝑠
Luas totalnya adalah [menggunakan ds dari persamaan (3.2)]
1 1
𝐴 = ∫ 2𝜋𝑦 𝑑𝑠 = ∫ 2𝜋𝑥 2 √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑥
𝑥=0 0
(d) Koordinat y dan z centroid dari luas permukaan adalah nol karena
simetri. Untuk koordinat x, diperoleh dari persamaan (3.4)

∫ 𝑥̅ 𝑑𝐴 = ∫ 𝑥 𝑑𝐴

Atau mnggunakan 𝑑𝐴 = 2𝜋𝑦 𝑑𝑠 dan luas total A dari (c), kita peroleh
1 1
𝑥̅ 𝐴 = ∫ 𝑥. 2𝜋𝑦 𝑑𝑠 = ∫ 𝑥. 2𝜋𝑥 2 √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑥
𝑥=0 0

4. PERUBAHAN VARIABEL Pada INTEGRAL; JACOBIANS


Dijumpai masalah terapan yang bisa diselesaikan dengan hitung integral
melalui penggantian variabelnya. Jenis variabel itu berhubungan dengan sistem
koordinat yang dipilih. Penyelesaian sederhana dapat dilakukan jika dipilih
sistem koordinat yang sesuai dengan persoalan itu. Dikenal sistem koordinat 2
dimensi yaitu sistem koordinat polar dan 3 dimensi yang terdiri atas sistem
koordinat cartesius, silinder dan bola. Variabel pada sebuah sistem koorrdinat
dapat ditransformasikan ke sistem koordinat lainnya. Umpamanya, variabel
dikoordinat polar (𝑟, 𝜃) dapat dinyatakan dalam koordinat cartesius (𝑥, 𝑦)

Gambar itu memperlihatkan hubungan antara koordinat polar (𝑟, 𝜃) dengan


cartesius (𝑥, 𝑦), yaitu:

𝑥 = 𝑟𝑐𝑜𝑠𝜃

𝑦 = 𝑟𝑠𝑖𝑛𝜃

Elemen luasan di koordinat cartesius 𝑑𝑥𝑑𝑦 diambil dari potongan yang


dibatasi 𝑥 konstan dan 𝑦 konstan, sedangkan pada koordinat polar luasan itu
diambil dari potongan garis 𝜃 konstan dan busur lingkaran pada 𝑟 konstan.
Luasan itu mempunyai lebar 𝑑𝑟 (𝑑𝑖𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝜃 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛) dan panjangnya
merupakan busur lingkaran pada 𝑟 konstan, yaitu 𝑟𝑑𝜃 sehingga koordinat polar
𝑑𝐴 memenuhi persamaan:
𝑑𝐴 = 𝑑𝑟. 𝑟𝑑𝜃 = 𝑟𝑑𝑟𝑑𝜃

Panjang elemen lengkung 𝑑𝑠 dapat ditentukan dengan mengacu pada gambar 4.2,
yaitu :

𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 𝑑𝜃 2 atau

𝑑𝑟 2 𝑑𝜃
𝑑𝑠 = √𝑟 2 + (𝑑𝜃 ) 𝑑𝜃 =√1 + 𝑟 2 ( 𝑑𝑟 ) 2 𝑑𝑟

Contoh 1: Dijumpai pelat bergeometri setengah lingkaran berjejari 𝑎 dan


massa jenisnya 𝜌 yang konstan, tentukan:
a. Letak pusat massa pelat
b. Momen kelembamam pelat terhadap sumbu diameter yang berada di
sepanjang sisi pelat

JAWAB :
a. Gambar 4.3 memperlihatkan adanya simetri pelat terhadap sumbu 𝑥, dan
pelat itu homogen (bermassa jenis 𝜌, dan 𝜌 berupa tetapan) sehingga letak
pusat massanya disumbu 𝑥, yaitu di 𝑦̅ = 0. Letak pusat massa di sumbu 𝑥
(=𝑥̅ ) dapat ditentukan melalui integrasi
∫ 𝑥̅ 𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃 = ∫ 𝑥𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃
melaui perubahan variabel dari x ke variabel polar (𝑟, 𝜃) diperoleh :
𝜋 𝜋
𝑎 𝑎
𝑥̅ ∫𝑟=0 ∫ 2 𝜋 𝑟 𝑑𝑟𝑑𝜃 = ∫𝑟=0 ∫ 2 𝜋 𝑟 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃
𝜃=− 𝜃=−
2 2
selanjutnya
𝜋
𝑎2 𝑎3 𝑎3
𝑥̅ 𝜋= 𝑠𝑖𝑛𝜃 { 2𝜋 = .2
2 3 −2 3

4𝑎
𝑥̅ = 3𝜋
b. Momen kelembaman pelat terhadap sumbu 𝑦 dapat dihitung dari
persamaan pada hitung momen kelembaman, yaitu 𝐼𝑦 = ∫ 𝑥 2 𝑑𝑀, dimana
massa dari sepotong pelat adalah 𝑑𝑀 = 𝜌𝑑𝐴 = 𝜌𝑟𝑑𝑟𝑑𝜃. Mengingat pelat
homogen, 𝜌 bisa dikeluarkan dari tanda integral dan selanjutnya diperoleh
:
𝜋
𝑎 𝜋𝑎2
𝐼𝑦 = 𝜌 ∫ 𝑥 2 𝑟𝑑𝑟𝑑𝜃 = 𝜌 ∫𝑟=0 ∫ 2 𝜋 𝑟 2 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃𝑟𝑑𝑟𝑑𝜃 = 𝜌
𝜃− 2
2

adapun massa pelat (M) dapat dihitung dengan cara:


𝜋
𝑎
2 𝜋𝑎2
𝑀 = 𝜌 ∫ 𝑟𝑑𝑟𝑑𝜃 = 𝜌 ∫ ∫ 𝑟𝑑𝑟𝑑𝜃 = 𝜌
𝑟=0 𝜃−
𝜋 2
2
Selanjutny, momen kelembaman pelat terhadap sumbu 𝑦 adalah :
𝐼 𝑀𝑎2
𝑦=
4

KOORDINAT SILINDER DAN BOLA


Dua hal yang terpenting dalam sistem koordinat 3 dimensi adalah sistem
koordinat silinder dan bola. Dilihat dari gambar 4.4 dan 4.5 beserta
persamaannya menunjukan letak geometris dari variabel, dimana hubungan
aljabar 𝑥, 𝑦, 𝑧 dapat digunakan untuk memperlihatkan elemen volume dan
rumus untuk volume, panjang busur dan permukaan daerah.
Pada koordinat silinder terdapat koordinat polar pada bidang (𝑥, 𝑦)dan 𝑧
sebagai variabel ketiga. Sebagai catatan nya; pada koordinat bola
menggunakan 𝑟 dan 𝜃 dapat dilihat pada gambar 4.5 berbeda dengan koordinat
silinder atau koordinat polar 𝑟 dan 𝜃 pada gambar 4.4. untuk menghindari
banyak kekeliruan yang membingungkan bagi penggunaanya maka banyak
yang membedakannya dengan 𝑟 dan 𝜃 serta 𝑧 dan 𝜑 pada bola. Meskipun
jarang sekali menggunakan dua sistem ini dipermasalahan yang sama. Terdapat
banyak perbedaan dalam notasi untuk koordinat bola dalam berbagai naskah.
Kebanyakan dalam buku kalkulus terdapat pertukaran antara 𝜑 dan 𝜃, hal ini
membingungkan banyak orang. Sebenarnya pada dasarnya aplikasi dari ilmu
fisika ini sering digunakan untuk matematika juga (persamaan turunan parsial
dan fungsi khusus), dalam program komputer, serta buku referensi rumus dan
tabel.
KOORDINAT SILINDER
Kesetaraan antara koordinat cartesius (𝑥, 𝑦, 𝑧) dengan koordinat silinder
(𝑟, 𝜃, 𝑧)dinyatakan pada persamaan (4.41) . Adapun sepotong volume (𝑑𝑉)
yang berisi 𝑑𝑧, 𝑟𝑑𝜃, dan 𝑑𝑟 dinyatakan pada persamaan (4.42). Sementara itu,
panjang elemen lengkung pada koordinat silinder dinyatakan pada persamaan
(4.43) serta luas permukaan pada persamaan (4.44)

𝑥 = 𝑟 cos 𝜃 ...............…….(4.41a)
𝑦 = 𝑟 sin 𝜃….…………....(4.41b)
𝑧 = 𝑧..................……...….(4.41c)
𝑑𝑉 = 𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝑧 ………(4.42)
𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 𝑑𝜃 2 +
𝑑𝑧 2 …..............................…(4.43)

Gambar 4.4 𝑑𝐴𝑎 𝑑𝜃 𝑑𝑧………………..(4.44)


Kita membutuhkan volume dan luas permukaan dalam dua sistem
koordinat silinder dan bola (termasuk panjang busur). Untuk menemukan
koordinat polar seperti gambar 4.1 maka kita dapat menarik kurva 𝑟 =
𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛, 𝜃 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛. Dalam tiga dimensi kita perlu untuk menggambar
permukaan. Pada koordinat silinder permukaanya tersusun dari 𝑟 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛,
setengah dari bagian sudut 𝜃 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 dengan (melalui sumbu 𝑧 ) dan
bagian 𝑧 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 (sejajar dengan bidang 𝑥, 𝑦) sketsa gambar permukaan
dapat dilihat dari gambar 4.4.
Pada luas daerah jika 𝑟 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 maka dapat kita tuliskan bahwa 𝑟 =
𝑎 dengan memiliki tepi 𝑎 𝑑𝜃, 𝑑𝑧 jadi terbentuklah luas permukaan 𝑑𝐴 =
𝑎 𝑑𝜃 𝑑𝑧. Sama halnya dengan koordinat bola 𝑟 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 maka dapat kita
tuliskan bahwa 𝑟 = 𝑎 dengan tepi 𝑟 sin 𝜃 𝑑𝜑 dan 𝑟 𝑑𝜃

𝑑𝑉 = 𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝑧 ( Koordinat Silinder )
KOORDINAT BOLA
Alihan dari koordinat cartesius (𝑥, 𝑦, 𝑧) ke koordinat bola
(𝑟, 𝜃, 𝜑)dinyatakan pada persamaan (4.51)sedangkan volume elemenya (𝑑𝑉)
dinyatakan pada persamaan (4.52). dan persamaan (4.53)digunkan untuk
menentukan panjang sepotong lengkung (𝑑𝑠)serta luas permukaan pada
persamaan (4.54)

Gambar 4.5
𝑥 = 𝑟 sin 𝜃 𝑐𝑜𝑠 𝜑
…………………(4.51a)
𝑦 = 𝑟 sin 𝜃 sin 𝜑
…………………(4.51b)
𝑧 = 𝑟 cos 𝜃
…………………(4.51c)
𝑑𝑉 = 𝑟 2 sin 𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝜑
……........(4.52)
𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 𝑑𝜃 2 +
𝑟 2 sin2 𝜃 𝑑𝜑 2 ....(4.53)
𝑑𝐴 = 𝑎2 sin 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜑
………….(4.54)
𝑑𝑉 = 𝑟 2 sin 𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝜑 ( Koordinat Bola )

Jacobian. Untuk koordinat polar, silinder dan spiral kita telah mengetahui
bagaimana menemukan luas dan volume elemen dari geometri. Namun, akan
lebih mudah untuk mengetahui cara aljabar menemukan luas dan volume yang
dapat kita gunakan untuk sistem koordinat yang asing.(masalah 16 dan 17) atau
untuk setiap perubahan variabel dalam sebuah integral ganda (masalah 19 dan
20. Disini kami menyatakan tanpa bukti (lihat bab 6, bagian 3, contoh 2)
beberapa kaidah yang menyatakan kepada kita bagaimana cara melakukan ini.
Pertama, di 2 dimensi, permisalan x dan y memberikan fungsi ke dua variabel
baru yaitu s dan t. jacobian dari x , y sehubungan dengan s,t adalah penentu di
bawah (4.8). kita juga menunjukkan singkatan yang digunakan untuk itu.

𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝑥,𝑦 𝜕(𝑥,𝑦) 𝜕𝑠 𝜕𝑡
(4.8) J=J( )= = |𝜕𝑦 𝜕𝑦
|
𝑠,𝑡 𝜕(𝑠,𝑡)
𝜕𝑠 𝜕𝑡

Kemudian elemen daerah dy dt diganti di sistem s, t dengan elemen


daerah

(4.9) 𝑑𝐴 = │𝐽│ 𝑑𝑠 𝑑𝑡

Dimana │𝐽│ adalah nilai mutlak dari Jacobian di 4.8


Mari temukan Jacobian dari 𝑥, 𝑦 sehubungan dengan koordinat polar 𝑟, 𝜃
dan dengan demikian memastikan bahwa (4.8) dan metode geometrik
memeberikan hasil yang sama (4.2) untuk luas elemen koordinat polar. Kita
memiliki
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝜕(𝑥,𝑦) 𝜕𝑟 𝜕𝜃 𝑐𝑜𝑠𝜃 −𝑟 sin 𝜃
(4.10) = |𝜕𝑦 𝜕𝑦
|= | |
𝜕(𝑟,𝜃) 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑟 cos 𝜃
𝜕𝑟 𝜕𝜃

Kemudian dengan luas elemen (4.9) adalah 𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃 dalam (4.2)


Penggunan Jacobian memperluas untuk variabel yang banyak. Mari
gunakan metode umum.
Perhatikan integral lipat 3

(4.11) ∭ 𝑓(𝑢, 𝑣, 𝑤) 𝑑𝑢 𝑑𝑣 𝑑𝑤
Dalam satuan variabel 𝑢, 𝑣, 𝑤. Biarkan 𝑟, 𝑠, 𝑡 sebagai satuan variabel
yang lain, berhubungan dengan 𝑢, 𝑣, 𝑤 diberikan persamaan

𝑢 = 𝑢(𝑟, 𝑠, 𝑡) 𝑣 = 𝑣(𝑟, 𝑠, 𝑡) 𝑤 = 𝑤(𝑟, 𝑠, 𝑡)

Kemudian jika determinan


𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕𝑤
𝜕𝑟 𝜕𝑠 𝜕𝑡
(4.12) 𝐽=
𝜕(𝑢,𝑣,𝑤)
=| | 𝜕𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑤|
𝜕(𝑟,𝑠,𝑡) 𝜕𝑟 𝜕𝑠 𝜕𝑡 |
𝜕𝑤 𝜕𝑤 𝜕𝑤
𝜕𝑟 𝜕𝑠 𝜕𝑡

adalah Jacobian dari 𝑢, 𝑣, 𝑤 dengan menghubungkan ke 𝑟, 𝑠, 𝑡, kemudian


integral lipat 3 dalam variabel baru

(4.13) ∭ 𝑓. │𝐽│. 𝑑𝑟 𝑑𝑠 𝑑𝑡,

Dimana 𝑓 𝑑𝑎𝑛 𝐽 keduanya harus dinyatakan dalam jangka 𝑟, 𝑠, 𝑡 dan


batas harus disesuaikan dengan tepat agar sesuai dengan variabel baru

Kita dapat gunakan (4.12) untuk menguji volume elemen (4.6) untuk
koordinat yang berbentuk silinder. (masalah 15) dan volume elemen (4.7)
untuk koordinat yang berbentuk bulat. Mari kita kalkulasikan untuk koordinat
bulat. Dari (4.5), kita memiliki
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝜕𝑟 𝜕𝜃 𝜕∅

(4.14)
𝜕(𝑥,𝑦,𝑧)
= |𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦|
=
𝜕(𝑟,𝜃,∅) |𝜕𝑟 𝜕𝜃 𝜕∅|
𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑧
𝜕𝑟 𝜕𝜃 𝜕∅
sin𝜃 𝑐𝑜𝑠∅ r cos𝜃 𝑐𝑜𝑠∅ −𝑟 sin𝜃 𝑠𝑖𝑛∅
|sin 𝜃𝑠𝑖𝑛 ∅ 𝑟 cos 𝜃 𝑠𝑖𝑛 ∅ 𝑟 sin 𝜃 𝑐𝑜𝑠 ∅ |
𝑐𝑜𝑠𝜃 −𝑟 𝑠𝑖𝑛 𝜃 0
= 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛𝜃[−𝑠𝑖𝑛2 ∅(−𝑠𝑖𝑛2 𝜃 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃) − 𝑐𝑜𝑠 2 ∅(−𝑠𝑖𝑛 𝜃 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃)]

= 𝑟²𝑠𝑖𝑛 𝜃

Demikian volume elemen koordinat bulat adalah 𝑑𝑉 = 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑∅


dalam (4.7).

5. Surface Integrals
Pada subbab ini kita mempertimbangkan cara komputasi integral
permukaan secara umum, apakah permukaan itu adalah permukaan revolusi
atau tidak. Perhatikan bagian pada permukaan di gambar 5.1 proyeksi pada
bidang (x,y). Kita asumsikan bahwa setiap garis sejajar dengan sumbu z
berpotongan di suatu permukaan. Jika salah, kita harus mencarinya dengan
memproyeksikan permukaan ke dalam bidang berbeda. Sebagai contoh, jika
permukaan tertutup, kita dapat menemukannya daerah dari atas dan bagian
bawah secara terpisah. Untuk sebuah bidang silinder dengan garis sejajar
dengan bidang z, kita bisa memproyeksikan bagian depan dan belakang secara
terpisah ke bidang (x,y).

Gambar 5.1

𝑑𝐴 (gambar 5.1) merupakan elemen dari area permukaan yang diproyeksikan


ke 𝑑𝑥 𝑑𝑦 pada bidang (𝑥, 𝑦) dan 𝛾 merupakan sudut antara 𝑑𝐴 dan bidang
(𝑥, 𝑦), maka kita dapati

(5.1) 𝑑𝑥 𝑑𝑦 = 𝑑𝐴 cos 𝛾 atau 𝑑𝐴 = 𝑑𝑥 𝑑𝑦 sec 𝛾

Sehingga pada area permukaan didapatkan

(5.2) ∬ 𝑑𝐴 = ∬ sec 𝛾 𝑑𝑥 𝑑𝑦

dimana batas-batas pada x dan y harus sedemikian rupa sehingga kita


mengintegrasikan selama diproyeksikan daerah di bidang (x,y).
Sekarang kita harus mencari sec 𝛾. Sudut antara kedua bidang adalah
sama dengan bidang normalnya. Jika n adalah vektor satuan normal permukaan
di dA (Gambar 5.1), maka γ adalah (akut) sudut antara n dan z sumbu, yaitu,
antara vektor n dan k, cos 𝛾 = |𝒏 ∙ 𝒌| . Persamaan area permukaan adalah
𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧) = 𝑐𝑜𝑛𝑠𝑡. Dan ingat pada chapter 4 persamaan (9.14) untuk vektor,
𝜕∅ 𝜕∅ 𝜕∅
(5.3) 𝑔𝑟𝑎𝑑 ∅ = 𝒊 + 𝒋 𝜕𝑦 + 𝒌
𝜕𝑥 𝜕𝑧
Lalu n adalah vektor satuan dalam arah grad f, sehingga

(5.4) 𝒏 = (𝑔𝑟𝑎𝑑 ∅)/|𝑔𝑟𝑎𝑑 ∅|

Dari persamaan (5.3) dan (5.4) kita dapatkan

𝒌∙𝑔𝑟𝑎𝑑 ∅ 𝜕∅⁄𝜕𝑧
𝒏 ∙𝒌= |𝑔𝑟𝑎𝑑 ∅|
= |𝑔𝑟𝑎𝑑 ∅|

1 1
sec 𝛾 = = ,
cos 𝛾 |𝒏 ∙ 𝒌|

Jadi,

𝜕∅ 2 𝜕∅ 𝜕∅ 2
|𝑔𝑟𝑎𝑑 ∅| √( ) + ( )2 +( )
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
(5.5) sec 𝛾 = |𝜕∅⁄𝜕𝑧| = |𝜕∅⁄𝜕𝑧 |

Sering sekali persamaan permukaan disajikan dalam bentuk z = 𝑓(𝑥, 𝑦). Pada
∂∅
kasus ∅(x, y, z) = 𝑧 − 𝑓(𝑥, 𝑦), sehingga ∂z = 1

(5.6) sec 𝛾 = √(𝜕𝑓⁄𝜕𝑥)2 + (𝜕𝑓⁄𝜕𝑦)2 + 1

Contoh 1
Cari daerah potong bagian atas bola 𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 = 1 dari silinder 𝑥 2 +
𝑦2 − 𝑦 = 0

gambar 5.2

Ini adalah sama dengan daerah di bola yang proyek ke lingkaran 𝑥 2 +


𝑦 2 − 𝑦 ≤ 0 di bidang (x, y). Gambar 5.2 menunjukkan lingkaran dari integrasi
(arsir) dan khatulistiwa lingkaran bola (lingkaran besar). Menghitung sec 𝛾 dari
persamaan bola; kita bisa menggunakan (5.6), tapi lebih mudah untuk masalah
ini menggunakan (5.5) :
∅ = 𝑥2 + 𝑦2 + 𝑧2,
|𝑔𝑟𝑎𝑑 ∅| 1 1 1
sec 𝛾 = = √(2𝑥)2 + (2𝑦)2 + (2𝑧)2 = =
|𝜕∅⁄𝜕𝑧| 2𝑧 𝑧 √1 − 𝑥 2 − 𝑦 2

Kita menemukan batas integrasi dari persamaan bidang yang diarsir, 𝑥 2 +


𝑦 2 − 𝑦 ≤ 0. Kemudian diketahui batas-batasnya,

X dari 0 sampai √𝑦 − 𝑦 2 , sedangkan

Y dari 0 sampai 1

1 √𝑦−𝑦 2 𝑑𝑥 𝑑𝑦
(5.7) 𝐴 = 2 ∫𝑦=0 ∫𝑥=0
√1−𝑥 2 −𝑦 2

Integral ini merupakan integral sederhana pada koordinat polar. Persamaan di


bidang silinder adalah 𝑟 = sin 𝜃, jadi batasnya adalah r dari 0 sampai sin 𝜃,
𝜋
dan 𝜃 dari 0 sampai 2 . Kemudian (5.7) menjadi

𝜋
sin 𝜃 𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃
(5.8) 𝐴 = 2 ∫𝜃=0
2
∫𝑟=0 √1−𝑟 2

Persamaan diatas masih merupakan integral sederhana, jika kita mengubah dari
variabel 𝑧 = √1 − 𝑟 2, sehingga 𝑑𝑧 = − 𝑟 𝑑𝑟⁄√1 − 𝑟 2 dan batas 𝑟 = 0 sampai
sin 𝜃 menjadi 𝑧 = 0 sampai cos 𝜃, sehingga menjadi

𝜋⁄2 cos 𝜃
(5.9) 𝐴 = −2 ∫𝜃=0 ∫𝑧=1 𝑑𝑧 𝑑𝜃 = 𝜋 − 2.

Anda mungkin juga menyukai