PENGANTAR
Pada kalkulus dan fisika dasar, integral dapat digunakan untuk mencari
luasan, volume, massa, momen inersia, dan sebagainya. Bab ini memaparkan
integral lipat dan pemanfaatannya dalam fisika serta cara pengoprasiannya.
Contoh soal :
1
1. ∫ 2𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑐𝑜𝑠𝜃 𝑑𝜃 = 𝑠𝑖𝑛² 𝜃 𝑜𝑟 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃 𝑜𝑟 − 2 𝑐𝑜𝑠2𝜃. 𝐻𝑖𝑛𝑡 ∶
𝑢𝑠𝑒 𝑡𝑟𝑖𝑔 𝑖𝑑𝑒𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠
Jawab :
∫ sin. 𝑢. 𝑑𝜃 d𝜃 =
1
du
2
1
∫ sin 𝑢.
2
1
∫ sin 𝑢. 𝑑𝑢
2
1
. – cos u
2
1
= − 2 𝑐𝑜𝑠 u
1
= − 2 𝑐𝑜𝑠 2𝜃
2. INTEGRAL LIPAT DUA DAN TIGA
Menurut perhitungan kalkulus, luas
daerah di bawah kurva dari 𝑥 = 𝑎 sampai 𝑥 =
𝑏 pada Gambar 2.1 dapat dihitung
𝑏 𝑏
menggunakan integral ∫𝑎 𝑦 𝑑𝑥 = ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥.
Luas daerah tersebut merupakan hasil dari
penjumlahan semua segi empat dari 𝑥 = 𝑎
𝑏
sampai 𝑥 = 𝑏 yang berada di bawah kurva. Jadi, integral ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
didefinisikan sebagai nilai limit jumlah luas dari semua segi empat di bawah
kurva.
Gambar 2.2 memperlihatkan hal yang setara
dengan Gambar 2.1. Bedanya, Gambar 2.1 berupa dua
dimensi yang dapat dihitung luasnya, sedangkan Gambar
2.2 berupa tiga dimensi yang dapat dihitung luas dan
volumenya. Penghitungan integral pada Gambar 2.2
melibatkan integral lipat, karena 𝑧 bergantung pada
peubah 𝑦 dan 𝑥 sehingga 𝑧 = 𝑓 (𝑥, 𝑦) dan luas
penampangnya 𝛥𝐴 = (𝛥𝑥) (𝛥𝑦). Jadi, pada pola tiga
dimensi sistemnya tersusun oleh sejumlah batang yang
tingginya 𝑧 dan luas penampangnya 𝛥𝐴 = (𝛥𝑥) (𝛥𝑦).
Jika jumlah batang penyusun pola tersebut tak terhingga, maka nilai 𝛥𝑥 dan 𝛥𝑦
mendekati nol. Jadi, volume benda (V) merupakan hasil perhitungan integral
lipat dari 𝑓 (𝑥, 𝑦) pada seluruh kawasan, yaitu ∬𝐴 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 𝑑𝑦.
1 6𝑥 2𝑥 3 1 5
(2.2) ∫𝑥=0(4 − 6𝑥 + 2𝑥 2 )𝑑𝑥 = 4𝑥 − + | =3
2 3 0
1 2−2𝑥 1 2−2𝑥
(2.3) ∫𝑥=0 (∫𝑦=0 (1 + 𝑦)𝑑𝑦) 𝑑𝑥 atau ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 (1 + 𝑦)𝑑𝑦 𝑑𝑥
1 2−2𝑥
atau ∫𝑥=0 𝑑𝑥 ∫𝑦=0 𝑑𝑦 (1 + 𝑦)
⁄
(1 + 𝑦)𝑑𝑥) 𝑑𝑦 = ∫𝑦=0(1 + 𝑦)𝑥| 1 − 𝑦 2𝑑𝑦
2 1−𝑦⁄2 2
(2.4) ∫𝑦=0 (∫𝑥=0
𝑥=0
2
= ∫𝑦=0(1 + 𝑦)(1 − 𝑦⁄2)𝑑𝑦
2 5
= ∫𝑦=0(1 + 𝑦⁄2 − 𝑦 2 ⁄2)𝑑𝑦 = 3
Persamaan (2.2) dan (2.4) menunjukkan hasil yang sama. terdapat dua
metode untuk menyelesaikan integral ganda dengan menggunakan iterasi
integral.
Kedua metode di atas lebih banyak dipilih untuk menyelesaikan integral
ganda daripada metode yang lain karena dianggap mudah dan sederhana.
Area yang ditunjukkan pada Gambar 2.5: Mengintegrasikan terhadap y
terlebih dahulu. Perhatikan bahwa atas dan bawah daerah A adalah kurva yang
persamaannya diketahui batas di 𝑥 = 𝑎 dan 𝑥 = 𝑏 adalah berupa garis
vertikal.
Luasnya dapat dihitung dengan persamaan:
𝑏 𝑦2 (𝑥)
(2.5) ∬𝐴 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 𝑑𝑦 = ∫𝑥=𝑎 (∫𝑦=𝑦 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦) 𝑑𝑥
1 (𝑥)
𝑑 𝑥2 (𝑦)
(2.6) ∬𝐴 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 𝑑𝑦 = ∫𝑦=𝑐 (∫𝑥=𝑥 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥) 𝑑𝑦
1 (𝑦)
Jika fungsi f bergantung pada peubah x dan y 𝑓(𝑥, 𝑦) seperti pada area
yang ditunjukkan Gambar 2.7 maka luasnya dapat diperoleh dengan persamaan
berikut:
𝑏 𝑦2(𝑥)
(2.7) ∬𝐴 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 𝑑𝑦 = ∫𝑥=𝑎 ∫𝑦=𝑦 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑦 𝑑𝑥
1(𝑥)
𝑑 𝑥2(𝑦)
=∫ ∫ 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 𝑑𝑦
𝑦=𝑐 𝑥=𝑥1(𝑦)
f dapat dinyatakan sebagai hasil perkalian antara dua fungsi yang
masing-masing bergantung pada peubah x saja dan y saja. Fungsi itu dapat
dinyatakan sebagai 𝑓(𝑥, 𝑦) = 𝑔(𝑥)ℎ(𝑦) dan dapat ditulis sebagai berikut:
𝑏 𝑑
(2.8) ∬𝐴 𝑓(𝑥, 𝑦)𝑑𝑥 𝑑𝑦 = ∫𝑥=𝑎 ∫𝑦=𝑐 𝑔(𝑥)ℎ(𝑥)𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑏 𝑑
= (∫ 𝑔(𝑥)𝑑𝑥) (∫ ℎ(𝑦)𝑑𝑦)
𝑎 𝑐
Contoh 2. Carilah massa benda bergeometri pelat yang dibatasi oleh garis 𝑥 =
0, 𝑥 = 2, 𝑦 = 0, 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 1. Jika densitas (massa per satuan luas) adalah f (x,
y) = xy. Massa persegi panjang kecil ΔA = ΔxΔy adalah sekitar f (x, y) ΔxΔy,
dimana f (x, y) dievaluasi di beberapa titik di ΔA.
2 1
(2.9) 𝑀 = ∬𝐴 𝑥𝑦 𝑑𝑥 𝑑𝑦 = ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 𝑥𝑦 𝑑𝑥 𝑑𝑦
2 1 1
= (∫0 𝑥 𝑑𝑥) (∫0 𝑦 𝑑𝑦) = 2 . 2 = 1
Persamaan (2.8) dapat diterapkan pada sistem tiga dimensi. Misalnya, untuk
menghitung volume benda berpeubah koordinat x, y, z pada fungsi 𝑓 =
𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧). Volume itu dapat dihitung dengan menggunakan integral lipat 3
(triple integral); ∭𝑉 𝑓(𝑥, 𝑦, 𝑧)𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧 .
(2.10) 𝑉 = ∭𝑣 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧
1 2−2𝑥 1+𝑦
= ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 ( ∫𝑧=0 𝑑𝑧)𝑑𝑦𝑑𝑥
1 2−2𝑥 1 + 𝑦
= ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 𝑧| 𝑑𝑦𝑑𝑥
0
1 2−2𝑥
= ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 (1 + 𝑦) 𝑑𝑦𝑑𝑥
1 2 − 2𝑥
1
= ∫𝑥=0 𝑦 + 2 𝑦 2 | 𝑑𝑥
0
1 1
= ∫𝑥=0 2 − 2𝑥 + 2 (2 − 2𝑥)2 𝑑𝑥
2 1
= 4𝑥 − 3𝑥 2 + 3 𝑥 3 |
0
2 5
=4−3+3=3
1 2−2𝑥 1+𝑦
𝑨𝒕𝒂𝒖 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 ∫𝑧=0 𝑑𝑧𝑑𝑦𝑑𝑥
1 2−2𝑥
5
=∫ ∫ (1 + 𝑦)𝑑𝑦𝑑𝑥 =
𝑥=0 𝑦=0 3
Contoh 4. Carilah massa benda padat (lihat gambar 2.3). Jika diketahui benda
itu bermassa jenis 𝑥 + 𝑧. Elemen massa benda itu 𝑑𝑀 = 𝑝𝑑𝑉 = (𝑥 +
𝑧)𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧. Jumlahkan elemen massa seperti menjumlahkan elemen volume;
dan batasnya adalah sama seperti dalam contoh 3.
1 2−2𝑥 1+𝑦
(2.11) 𝑀 = ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 ∫𝑧=0 (𝑥 + 𝑧)𝑑𝑧𝑑𝑦𝑑𝑥
1 2−2𝑥
1 1+𝑦
𝑀= ∫ ∫ (𝑥𝑧 + 𝑧 2 )| 𝑑𝑦𝑑𝑥
𝑥=0 𝑦=0 2 0
1 2−2𝑥
1
𝑀=∫ ∫ (𝑥(1 + 𝑦) + (1 + 𝑦)2 𝑑𝑦𝑑𝑥
𝑥=0 𝑦=0 2
1
1 1 1 1 2 − 2𝑥
𝑀= ∫ (𝑥𝑦 + 𝑥𝑦 2 + 𝑦 + 𝑦 2 + 𝑦 3 )| 𝑑𝑥
𝑥=0 2 2 2 6 0
1
1 1 1 1
𝑀 = ∫ (𝑥(2 − 2𝑥) + 𝑥(2 − 2𝑥)2 + (2 − 2𝑥) + (2 − 2𝑥)2 + (2 − 2𝑥)3 𝑑𝑥
𝑥=0 2 2 2 6
1
4 3 26 4 4 5 2 26 1 4 5 26 48
𝑀=∫ 𝑥 − 5𝑥 + 𝑑𝑥 = 𝑥 − 𝑥 + 𝑥| = − + = =2
𝑥=0 6 6 24 2 6 0 24 2 6 24
Contoh
1. Diberikan kurva 𝑦 = 𝑥 2 dari 𝑥 = 0 sampai 𝑥 = 1
a. Luas dibawah kurva (luasan dibatasi oleh kurva, sumbu 𝑥, dan garis 𝑥 =
1)
b. Massa suatu helai bidang dari potongan material dalam bentuk luasan
bila kerapatannya (massa per satuan luas) adalah 𝑥𝑦
c. Panjang busur kurva
d. Pusat massa dari luasan
e. Pusat massa dari busur
f. Momen inersia terhadap sumbu 𝑥, 𝑦, 𝑧 dari soal (b)
Jawab
a. Luasnya adalah
1 1
1 3 1 1
𝐴 = ∫ 𝑦 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 2 𝑑𝑥 = 𝑥 │0 =
3 3
𝑥=0 0
Menggunakan integral lipat dua
1 𝑥2 1 1
2 1 3 1 1
𝐴 = ∫ ∫ 𝑑𝑦𝑑𝑥 = ∫ 𝑦 │0𝑥 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 2 𝑑𝑥 = 𝑥 │0 =
3 3
𝑥=0 𝑦=0 𝑥=0 𝑥=0
b. Elemen dari suatu luasan, seperti metode integral lipat (a), dA = dy dx.
Karena kerapatan 𝜌 = xy, massa elemen adalah dM = xy dy dx, dan
massa total adalah:
𝜌 = 𝑥𝑦
𝑑𝐴 = 𝑑𝑥𝑑𝑦
𝑑𝑀 = 𝜌𝑑𝐴
1 𝑥2 1 1
𝑥𝑦 2 𝑥 2 𝑥(𝑥 2 )2 𝑥𝑥 4 𝑥5
𝑀 = ∫ ∫ 𝑥𝑦 𝑑𝑦𝑑𝑥 = ∫ │0 = ∫ = =
2 2 2 2
𝑥=0 𝑦=0 𝑥=0 𝑥=0
1 1 1 1 1 1
= 2 ∫𝑥=0 𝑥 5 𝑑𝑥 = 2 ∙ 6 𝑥 6 = 𝑥 6 │10 =
12 12
c. 𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑥 2 + 𝑑𝑦 2
𝑑𝑠 = √𝑑𝑥 2 + 𝑑𝑦 2
𝑑𝑠 𝑑𝑥 2 𝑑𝑦 2
=√ 2+ 2
𝑑𝑥 𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑠 𝑑𝑦 2 𝑑𝑦 2
= √1 + 𝑑𝑥 2 = 𝑑𝑠 = √1 + 𝑑𝑥 2 ∙ 𝑑𝑥
𝑑𝑥
𝑑𝑠 𝑑𝑥 2 𝑑𝑦 2
=√ 2 + 2
𝑑𝑥 𝑑 𝑑𝑦
𝑑𝑠 𝑑𝑥 2 𝑑𝑥 2
= √ + 1 = 𝑑𝑠 = √ + 1 ∙ 𝑑𝑦
𝑑𝑥 𝑑𝑦 2 𝑑𝑦 2
𝑑𝑦
Jika 𝑦 = 𝑓(𝑥) mempunyai suatu turunan pertama kontinu , maka kita
𝑑𝑥
dapat mencari panjang busur dari kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥) antara 𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑏
𝑏
dengan menghitung ∫𝑎 𝑑𝑠. Sebagai contoh:
𝑑𝑦 𝑑(𝑥 2 )
= = 2𝑥
𝑑𝑥 𝑑𝑥
𝑑𝑠 = √1 + (2𝑥 2 ) 𝑑𝑥
= √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑥
1
2√5 + ln(2 + √5)
𝑠 = ∫ √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑥 =
𝑥=0 4
d. ∫ 𝑥̅ 𝑑𝑀 = ∫ 𝑥 𝑑𝑀 ∫ 𝑦̅ 𝑑𝑀 = ∫ 𝑦 𝑑𝑀 ∫ 𝑧̅ 𝑑𝑀 = ∫ 𝑧 𝑑𝑀
1 𝑥2 1 1 5 1 1
∫ 𝑦 𝑑𝐴 ∫𝑥=0 ∫𝑦=0 𝑦 𝑑𝑦𝑑𝑥 ∫𝑥=0 𝑥 4 𝑑𝑥 10 𝑥 │0 10 1 3
𝑦̅ = = 1 𝑥2 = 1 = = = ∙
∫ 𝑑𝐴 𝑑𝑦𝑑𝑥 ∫ 𝑥 2 𝑑𝑥 1 3 1 1 10 1
∫𝑥=0 ∫𝑦=0 𝑥=0 3 𝑥 │0 3
3
=
10
𝑧̅ = 0
karena bidangnya 2 dimensi yaitu hanya pada koordinat x dan y saja
3 3
sehingga (𝑥̅ , 𝑦̅) = (4 , 10)
∫ 𝑥̅ 𝜌 𝑑𝑠 = ∫ 𝑥 𝜌 𝑑𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∫ 𝑥̅ 𝑑𝑠 = ∫ 𝑥 𝑑𝑠
∫ 𝑥̅ 𝜌 𝑑𝑠 = ∫ 𝑥 𝜌 𝑑𝑠
∫ 𝑥̅ 𝑑𝑠 = ∫ 𝑥 𝑑𝑠
1
1
∫ 𝑥̅ √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑥
0
0
1
1 1
∫ 𝑦̅ √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑦 = ∫ 𝑦 √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑦 = ∫ 𝑥 2 √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑥
0 0
0
f. Momen inersia
Momen inersia I dari suatu titik massa m terhadap sumbu didefinisikan
sebagai perkalian massa dengan jarak kuadrat 𝑙 2 dari m ke sumbu (𝑚𝑙 2 )
𝑑𝑀 = 𝜌 𝑑𝐴
𝑑𝑀 = 𝜌 𝑑𝑦 𝑑𝑥
1 𝑥2
𝐼𝑥 = 𝑚𝑙 2 = ∫ ∫ 𝜌 𝑑𝐴 (𝑙)2
𝑥=0 𝑦=0
1 𝑥2
= ∫ ∫ 𝑥 𝑦 (𝑦)2 𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑥=0 𝑦=0
1 𝑥2
= ∫ ∫ 𝑥𝑦 3 𝑑𝑦 𝑑
𝑥=0 𝑦=0
1 𝑥2
𝑥𝑦 4
=∫ | 𝑑𝑥
4 0
0
1
𝑥(𝑥 2 )4
=∫ − 0 𝑑𝑥
4
0
1
𝑥9
= ∫ 𝑑𝑥
4
0
1
𝑥10 (1)10 1
= | …= −0=
40 0 40 40
𝜌 = 𝑥𝑦 , 𝑑𝐴 = 𝑑𝑦 𝑑𝑥 , 𝑙 = 𝑥
𝑑𝑀 = 𝜌 𝑑𝐴
𝑑𝑀 = 𝜌 𝑑𝑦 𝑑𝑥
1 𝑥2
𝐼𝑦 = 𝑚𝑙 2 = ∫ ∫ 𝜌 𝑑𝐴 (𝑙)2
𝑥=0 𝑦=0
1 𝑥2
= ∫ ∫ (𝑥)2 𝑥 𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑥=0 𝑦=0
1 𝑥2
= ∫ ∫ (𝑥)3 𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑥=0 𝑦=0
1 𝑥2
(𝑥)3 𝑦 2
= ∫ | 𝑑𝑥
2 0
𝑥=0
1
(𝑥)3 (𝑥 2 )2
= ∫ − 0 𝑑𝑥
2
𝑥=0
1 1
(𝑥)7 𝑥8 (1)8 1
= ∫ 𝑑𝑥 = | = −0=
2 16 0 16 16
𝑥=0
𝜌 = 𝑥𝑦 , 𝑑𝐴 = 𝑑𝑦 𝑑𝑥 , = 𝑥 2 + 𝑦 2
𝑑𝑀 = 𝜌 𝑑𝐴
𝑑𝑀 = 𝜌 𝑑𝑦 𝑑𝑥
1 𝑥2
𝐼𝑧 = 𝑚𝑙 2 = ∫ ∫ 𝜌 𝑑𝐴 (𝑙)2
𝑥=0 𝑦=0
1 𝑥2
= ∫ ∫ (𝑥 2 + 𝑦 2 ) 𝑥 𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑥=0 𝑦=0
1 𝑥2
= ∫ ∫ (𝑥 3 𝑦 + 𝑥𝑦 3 ) 𝑑𝑦 𝑑𝑥
𝑥=0 𝑦=0
1 𝑥2
𝑥 3 𝑦 2 𝑥𝑦 4
= ∫ + | 𝑑𝑥
2 4 0
𝑥=0
1
𝑥 3 (𝑥 2 )2 𝑥(𝑥 2 )4
= ∫ + − 0 𝑑𝑥
2 4
𝑥=0
1 1
𝑥7 𝑥9 𝑥 8 𝑥10 (1)8 (1)10 7
= ∫ + 𝑑𝑥 = + | = + −0=
2 4 16 40 0 16 40 8
𝑥=0
1 1 7
Terbukti 𝐼𝑥 + 𝐼𝑦 = 40 + 16 = 8
1
𝑀= = 12 𝑀
12
1 3
𝐼𝑥 = 𝑥 12 𝑀 = 𝑀
40 10
1 12 3
𝐼𝑦 = 𝑥 12 𝑀 = 𝑀=
16 16 4
7 21
𝐼𝑧 = 𝑥12𝑀 = 𝑀
80 20
Contoh 2.
Luas putaran terhadap sumbu x dari contoh 1 membentuk suatu volume dan
permukaan putaran, dan dapatkanlah :
(a) Volume
(b) Momen inersia terhadap sumbu x suatu benda yang kerapatannya konstan.
(c) Luas permukaan lengkung
(d) Pusat massa permukaan lengkung.
Penyelesaian
(a) menghitung volume
Jalan termudah untuk mendapatkan volume putaran adalah
membuat irisan tipis elemen volume benda (Gbr.3.4) pada jawaban d.
Irisan melingkar dengan jari-jari y dan ketebalan dx; jadi volume elemen
adalah 𝜋𝑦 2 𝑑𝑥
Maka volume dalam contoh adalah
1
1 1 1 1 𝑥5 𝜋
𝑉 = ∫0 𝜋𝑦 2 𝑑𝑥 = ∫0 𝜋(𝑥 2 )2 𝑑𝑥 = ∫0 𝜋(𝑥)4 𝑑𝑥 = 𝜋 ∫0 (𝑥)4 𝑑𝑥 = 𝜋 | =
5 0 5
𝑉 = ∭ 𝑑𝑥𝑑𝑦𝑑𝑧
1 𝑥2
√𝑥 4 −𝑧 2
𝑉= ∫ ∫ ∫ 𝑑𝑦𝑑𝑧𝑑𝑥
𝑦=−√𝑥 4 −𝑧 2
𝑥=0 𝑧=−𝑥 2
(b) Untuk memdapatkan momen inersia benda terhadap sumbu-x, kita harus
mengintegrasi l2dM, dimana l adalah jarak dari dM ke sumbu-x; dari
Gbr. 3.5, sumbu-x tegak lurus kertas, l2 = y2 + z2. Kita asumsikan
kerapatannya konstan, jadi faktor ρ bisa ditulis diluar integral. Sehingga
1 𝑥2 √𝑥 4 −𝑧 2 𝜋
𝐼𝑥 = 𝜌 ∫𝑥=0 ∫𝑧=−𝑥 2 ∫𝑦=−√𝑥 4 −𝑧 2(𝑦 2 +𝑧 2 ) 𝑑𝑦 𝑑𝑧 𝑑𝑥 = 18 𝜌
Karena massa benda pada persamaan 3.8 adalah
𝜋
𝑀 = 𝜌𝑉 = 𝜌
5
Kita bisa menulis Ix sebagai kelipatan M:
𝜋 5 5
𝐼𝑥 = 𝑀= 𝑀.
18 𝜋 18
∫ 𝑥̅ 𝑑𝐴 = ∫ 𝑥 𝑑𝐴
Atau mnggunakan 𝑑𝐴 = 2𝜋𝑦 𝑑𝑠 dan luas total A dari (c), kita peroleh
1 1
𝑥̅ 𝐴 = ∫ 𝑥. 2𝜋𝑦 𝑑𝑠 = ∫ 𝑥. 2𝜋𝑥 2 √1 + 4𝑥 2 𝑑𝑥
𝑥=0 0
𝑥 = 𝑟𝑐𝑜𝑠𝜃
𝑦 = 𝑟𝑠𝑖𝑛𝜃
Panjang elemen lengkung 𝑑𝑠 dapat ditentukan dengan mengacu pada gambar 4.2,
yaitu :
𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 𝑑𝜃 2 atau
𝑑𝑟 2 𝑑𝜃
𝑑𝑠 = √𝑟 2 + (𝑑𝜃 ) 𝑑𝜃 =√1 + 𝑟 2 ( 𝑑𝑟 ) 2 𝑑𝑟
JAWAB :
a. Gambar 4.3 memperlihatkan adanya simetri pelat terhadap sumbu 𝑥, dan
pelat itu homogen (bermassa jenis 𝜌, dan 𝜌 berupa tetapan) sehingga letak
pusat massanya disumbu 𝑥, yaitu di 𝑦̅ = 0. Letak pusat massa di sumbu 𝑥
(=𝑥̅ ) dapat ditentukan melalui integrasi
∫ 𝑥̅ 𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃 = ∫ 𝑥𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃
melaui perubahan variabel dari x ke variabel polar (𝑟, 𝜃) diperoleh :
𝜋 𝜋
𝑎 𝑎
𝑥̅ ∫𝑟=0 ∫ 2 𝜋 𝑟 𝑑𝑟𝑑𝜃 = ∫𝑟=0 ∫ 2 𝜋 𝑟 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃
𝜃=− 𝜃=−
2 2
selanjutnya
𝜋
𝑎2 𝑎3 𝑎3
𝑥̅ 𝜋= 𝑠𝑖𝑛𝜃 { 2𝜋 = .2
2 3 −2 3
4𝑎
𝑥̅ = 3𝜋
b. Momen kelembaman pelat terhadap sumbu 𝑦 dapat dihitung dari
persamaan pada hitung momen kelembaman, yaitu 𝐼𝑦 = ∫ 𝑥 2 𝑑𝑀, dimana
massa dari sepotong pelat adalah 𝑑𝑀 = 𝜌𝑑𝐴 = 𝜌𝑟𝑑𝑟𝑑𝜃. Mengingat pelat
homogen, 𝜌 bisa dikeluarkan dari tanda integral dan selanjutnya diperoleh
:
𝜋
𝑎 𝜋𝑎2
𝐼𝑦 = 𝜌 ∫ 𝑥 2 𝑟𝑑𝑟𝑑𝜃 = 𝜌 ∫𝑟=0 ∫ 2 𝜋 𝑟 2 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃𝑟𝑑𝑟𝑑𝜃 = 𝜌
𝜃− 2
2
𝑥 = 𝑟 cos 𝜃 ...............…….(4.41a)
𝑦 = 𝑟 sin 𝜃….…………....(4.41b)
𝑧 = 𝑧..................……...….(4.41c)
𝑑𝑉 = 𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝑧 ………(4.42)
𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 𝑑𝜃 2 +
𝑑𝑧 2 …..............................…(4.43)
𝑑𝑉 = 𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝑧 ( Koordinat Silinder )
KOORDINAT BOLA
Alihan dari koordinat cartesius (𝑥, 𝑦, 𝑧) ke koordinat bola
(𝑟, 𝜃, 𝜑)dinyatakan pada persamaan (4.51)sedangkan volume elemenya (𝑑𝑉)
dinyatakan pada persamaan (4.52). dan persamaan (4.53)digunkan untuk
menentukan panjang sepotong lengkung (𝑑𝑠)serta luas permukaan pada
persamaan (4.54)
Gambar 4.5
𝑥 = 𝑟 sin 𝜃 𝑐𝑜𝑠 𝜑
…………………(4.51a)
𝑦 = 𝑟 sin 𝜃 sin 𝜑
…………………(4.51b)
𝑧 = 𝑟 cos 𝜃
…………………(4.51c)
𝑑𝑉 = 𝑟 2 sin 𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝜑
……........(4.52)
𝑑𝑠 2 = 𝑑𝑟 2 + 𝑟 2 𝑑𝜃 2 +
𝑟 2 sin2 𝜃 𝑑𝜑 2 ....(4.53)
𝑑𝐴 = 𝑎2 sin 𝜃 𝑑𝜃 𝑑𝜑
………….(4.54)
𝑑𝑉 = 𝑟 2 sin 𝜃 𝑑𝑟 𝑑𝜃 𝑑𝜑 ( Koordinat Bola )
Jacobian. Untuk koordinat polar, silinder dan spiral kita telah mengetahui
bagaimana menemukan luas dan volume elemen dari geometri. Namun, akan
lebih mudah untuk mengetahui cara aljabar menemukan luas dan volume yang
dapat kita gunakan untuk sistem koordinat yang asing.(masalah 16 dan 17) atau
untuk setiap perubahan variabel dalam sebuah integral ganda (masalah 19 dan
20. Disini kami menyatakan tanpa bukti (lihat bab 6, bagian 3, contoh 2)
beberapa kaidah yang menyatakan kepada kita bagaimana cara melakukan ini.
Pertama, di 2 dimensi, permisalan x dan y memberikan fungsi ke dua variabel
baru yaitu s dan t. jacobian dari x , y sehubungan dengan s,t adalah penentu di
bawah (4.8). kita juga menunjukkan singkatan yang digunakan untuk itu.
𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝑥,𝑦 𝜕(𝑥,𝑦) 𝜕𝑠 𝜕𝑡
(4.8) J=J( )= = |𝜕𝑦 𝜕𝑦
|
𝑠,𝑡 𝜕(𝑠,𝑡)
𝜕𝑠 𝜕𝑡
(4.9) 𝑑𝐴 = │𝐽│ 𝑑𝑠 𝑑𝑡
(4.11) ∭ 𝑓(𝑢, 𝑣, 𝑤) 𝑑𝑢 𝑑𝑣 𝑑𝑤
Dalam satuan variabel 𝑢, 𝑣, 𝑤. Biarkan 𝑟, 𝑠, 𝑡 sebagai satuan variabel
yang lain, berhubungan dengan 𝑢, 𝑣, 𝑤 diberikan persamaan
Kita dapat gunakan (4.12) untuk menguji volume elemen (4.6) untuk
koordinat yang berbentuk silinder. (masalah 15) dan volume elemen (4.7)
untuk koordinat yang berbentuk bulat. Mari kita kalkulasikan untuk koordinat
bulat. Dari (4.5), kita memiliki
𝜕𝑥 𝜕𝑥 𝜕𝑥
𝜕𝑟 𝜕𝜃 𝜕∅
(4.14)
𝜕(𝑥,𝑦,𝑧)
= |𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑦|
=
𝜕(𝑟,𝜃,∅) |𝜕𝑟 𝜕𝜃 𝜕∅|
𝜕𝑧 𝜕𝑧 𝜕𝑧
𝜕𝑟 𝜕𝜃 𝜕∅
sin𝜃 𝑐𝑜𝑠∅ r cos𝜃 𝑐𝑜𝑠∅ −𝑟 sin𝜃 𝑠𝑖𝑛∅
|sin 𝜃𝑠𝑖𝑛 ∅ 𝑟 cos 𝜃 𝑠𝑖𝑛 ∅ 𝑟 sin 𝜃 𝑐𝑜𝑠 ∅ |
𝑐𝑜𝑠𝜃 −𝑟 𝑠𝑖𝑛 𝜃 0
= 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛𝜃[−𝑠𝑖𝑛2 ∅(−𝑠𝑖𝑛2 𝜃 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃) − 𝑐𝑜𝑠 2 ∅(−𝑠𝑖𝑛 𝜃 − 𝑐𝑜𝑠 2 𝜃)]
= 𝑟²𝑠𝑖𝑛 𝜃
5. Surface Integrals
Pada subbab ini kita mempertimbangkan cara komputasi integral
permukaan secara umum, apakah permukaan itu adalah permukaan revolusi
atau tidak. Perhatikan bagian pada permukaan di gambar 5.1 proyeksi pada
bidang (x,y). Kita asumsikan bahwa setiap garis sejajar dengan sumbu z
berpotongan di suatu permukaan. Jika salah, kita harus mencarinya dengan
memproyeksikan permukaan ke dalam bidang berbeda. Sebagai contoh, jika
permukaan tertutup, kita dapat menemukannya daerah dari atas dan bagian
bawah secara terpisah. Untuk sebuah bidang silinder dengan garis sejajar
dengan bidang z, kita bisa memproyeksikan bagian depan dan belakang secara
terpisah ke bidang (x,y).
Gambar 5.1
(5.2) ∬ 𝑑𝐴 = ∬ sec 𝛾 𝑑𝑥 𝑑𝑦
𝒌∙𝑔𝑟𝑎𝑑 ∅ 𝜕∅⁄𝜕𝑧
𝒏 ∙𝒌= |𝑔𝑟𝑎𝑑 ∅|
= |𝑔𝑟𝑎𝑑 ∅|
1 1
sec 𝛾 = = ,
cos 𝛾 |𝒏 ∙ 𝒌|
Jadi,
𝜕∅ 2 𝜕∅ 𝜕∅ 2
|𝑔𝑟𝑎𝑑 ∅| √( ) + ( )2 +( )
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑧
(5.5) sec 𝛾 = |𝜕∅⁄𝜕𝑧| = |𝜕∅⁄𝜕𝑧 |
Sering sekali persamaan permukaan disajikan dalam bentuk z = 𝑓(𝑥, 𝑦). Pada
∂∅
kasus ∅(x, y, z) = 𝑧 − 𝑓(𝑥, 𝑦), sehingga ∂z = 1
Contoh 1
Cari daerah potong bagian atas bola 𝑥 2 + 𝑦 2 + 𝑧 2 = 1 dari silinder 𝑥 2 +
𝑦2 − 𝑦 = 0
gambar 5.2
Y dari 0 sampai 1
1 √𝑦−𝑦 2 𝑑𝑥 𝑑𝑦
(5.7) 𝐴 = 2 ∫𝑦=0 ∫𝑥=0
√1−𝑥 2 −𝑦 2
𝜋
sin 𝜃 𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃
(5.8) 𝐴 = 2 ∫𝜃=0
2
∫𝑟=0 √1−𝑟 2
Persamaan diatas masih merupakan integral sederhana, jika kita mengubah dari
variabel 𝑧 = √1 − 𝑟 2, sehingga 𝑑𝑧 = − 𝑟 𝑑𝑟⁄√1 − 𝑟 2 dan batas 𝑟 = 0 sampai
sin 𝜃 menjadi 𝑧 = 0 sampai cos 𝜃, sehingga menjadi
𝜋⁄2 cos 𝜃
(5.9) 𝐴 = −2 ∫𝜃=0 ∫𝑧=1 𝑑𝑧 𝑑𝜃 = 𝜋 − 2.