Anda di halaman 1dari 13

Bab 1 Statistik Klasik

1.1 Pendahuluan Dalam mekanika statistik prinsip-prinsip mekanika diperluas untuk sistem partikel jamak, dengan tekanan pada metoda-metoda yang digunakan untuk menentukan sifat-sifat kolektif atau makroskopik dari sistem itu, tanpa memperhatikan gerak deteil setiap partikel. Partikel dimaksud: elektron, atom, atau molekul. Kita tahu bahwa 1 cm3 gas pada suhu dan tekanan standard (STP) mengandung 3x109 molekul. Tak mungkin dan tak perlu memperhitungkan gerak molekul satu persatu untuk menentukan sifat-sifat sistem gas itu. Yang diperlukan adalah analisa statistik dengan membuat beberapa taksiran tentang keadaan dinamis setiap partikel berdasarkan sifat-sifat umum partikel-partikel itu. Taksiran itu dibuat dengan memperkenalkan konsep probabilitas distribusi partikel-partikel di antara berbagai keadaan dinamis di mana partikel-partikel itu mungkin berada. Validitas analisa statistik suatu sistem partikel jamak berhubungan langsung dengan validitas asumsi-asumsi tentang distribusi probabilitas partikel-partikel. 1.2 Kesetimbangan Statistik Tinjau suatu sistem terisolasi yang mengandung N buah partikel; setiap partikel bisa menduduki salah satu dari sejumlah keadaan dengan energi E1, E2, E3, .., di mana setiap energi itu merupakan jumlah energi kinetik dan energi potensial. Energi-energi keadaan itu bisa terkuantisasi seperti energi rotasi dan vibrasi atau kontinu seperti energi kinetik translasi. Pada suatu saat tertentu, partikel-partikel itu terdistribusi di antara keadaankeadaan seperti di atas; misalnya n1 buah yang berenergi E1, n2 buah berenergi E2, dan seterusnya. Jumlah total partikel:
N = n1 + n 2 + ....... = ni
i

(1.1)

Jika tidak ada interaksi antar partikel atau kalau interaksi itu dapat diabaikan, maka total energi sistem:
U = n1 E1 + n 2 E 2 + ......... = ni E i
i

(1.2)

Jika interaksi tak dapat diabaikan, total energi di atas harus ditambah dengan:

E12 + E13 + ..... + E 23 + E 24 + ...... =

E
i j

ij

Dalam kasus itu, orang tak dapat mengemukakan energi setiap partikel, tetapi hanyalah energi sistem. Untuk itu, dalam teknik self-consistent field dikemukakan bahwa setiap partikel dapat dipandang memiliki interaksi rata-rata dengan yang lain ave sehingga pers. (2) tetap terpakai dengan E i = E ki + E pi (k=kinetik, p=potensial). Jika sistem dalam keadaan terisolasi, maka total energi U konstan. Tetapi, karena interaksi dan tumbukan, distribusi partikel-partikel pada energi-energi keadaan bisa berubah; jadi n1, n2,yang merupakan partisi (distribusi) dari N buah partikel di antara energi-energi keadaan yang ada akan berubah. Oleh sebab itu, dapat diasumsikan bahwa pada setiap keadaan makroskopik suatu sistem, ada suatu partisi

yang lebih baik daripada partisi-partisi lain. Artinya, secara fisis pada suatu sistem yang memiliki sejumlah partikel dengan total energi tertentu, terdapat suatu partisi yang paling mungkin (most probable partition). Jika partisi itu tercapai, sistem itu disebut setimbang secara statistik. Dalam keadaan setimbang itu, partisi berfluktuasi di sekitar harga-harga yang berkaitan dengan partisi paling mungkin, tanpa pengaruh makroskopis yang berarti. Masalahnya adalah, bagaimana menemukan partisi paling mungkin dari suatu sistem yang terisolasi. Artinya, bagaimana ditemukan hukum distribusi? Jika itu diperoleh, tugas selanjutnya adalah menentukan metoda untuk menurunkan sifat-sifat sistem yang dapat diamati secara makroskopik. 1.3 Hukum distribusi Maxwell-Boltzmann Tinjau suatu sistem dari sejumlah partikel yang identik (sama struktur dan komposisi) dan dapat dibedakan (diketahui perbedaan satu sama lain). Misalkan partisinya adalah: n1, n2, n3, seperti dalam Gambar 1 berikut. Asumsi: (i) Semua tingkat energi berpeluang sama untuk ditempati partikel (misalnya g=1), dan (ii) peluang suatu partisi sebanding dengan jumlah cara yang berbeda dengan mana partikel-partikel bisa didistribusikan di antara tingkat-tingka energi yang ada untuk menghasilkan partisi itu. E5 E4 E3 n5=4 n4=1 n3=2

n2=0 E2 Gambar 1. DistribusiEpartikel-partikel pada tingkat-tingkat energi keadaan berbeda. n1=3 1 Cara berbeda maksudnya, bahwa angka-angka n1, n2, n3, tetap, tapi partikelpartikel di setiap tingkat harus berbeda. Misalnya, partikel a di E1 dan partikel p di E3 dipandang berbeda dengan partikel a di E3 dan partikel p di E1. Ini akibat dari pernyataan awal di mana partikel bisa dibedakan. Jika tak dapat dibedakan maka kedua partisi itu sama. Misalkan jumlah seluruh partikel N. Dalam pengisian tingkat energi E1, jumlah cara berbeda untuk memasukkan tiga dari N buah partikel adalah:
N ( N 1)( N 2) = N! ( N 3)!

(1.3)

Berilah tanda pada ketiga partikel: a, b, c; yakni abc, bac, cab, bca, acb, cba. Jadi, ada enam urutan (permutasi) berbeda dan itu adalah 3!. Keenam urutan itu isinya sama. Oleh sebab itu, jumlah cara berbeda untuk memasukkan tiga dari N buah partikel ke E1 adalah:
N! 3!( N 3)!

Secara umum, jumlah cara berbeda memasukkan n1 dari N buah partikel ke tingkat energi E1 adalah:
N! n1!( N n1 )!

Setelah memasukkan n1 buah partikel ke E1, maka yang tersisa adalah N-n1 buah. Jika kita ingin memasukkan n2 dari N-n1 partikel ke E2, maka jumlah cara berbeda adalah:
( N n1 )! n2 !( N n1 n2 )!

Dengan cara yang sama, jumlah cara berbeda memasukkan n3 dari (N-n1-n2) buah partikel ke E3 adalah ( N n1 n2 )! n3 !( N n1 n2 n3 )! Jumlah cara berbeda untuk mengisikan n1 partikel ke E1, n2 partikel ke E2, n3 partikel ke E3 dan seterusnya hingga ke tingkat terakhir, adalah
P=

( N n1 )! N! x n 2 !( N n1 n 2 )! n1 !( N n1 )!

( N n1 n 2 )! x.......... .x.......... n3 !( N n1 n 2 n3 )!
P = N! n1 ! n 2 ! n3 !......... ....

(1.4)

Sampai di sini, telah diasumsikan setiap tingkat energi memiliki peluang yang sama untuk ditempati partikel. Bisa terjadi tingkat-tingkat energi itu memiliki peluang yang berbeda, misalnya g1 adalah peluang suatu partikel untuk menempati E1; jadi peluang n1 buah n partikel menempati E1 adalah: g 1 1 . Jika g2 peluang suatu partikel untuk menempati
n E2, maka peluang n2 buah partikel menempati E2 adalah: g 2 2 . Jadi, total peluang untuk partisi tersebut: n n N ! g1n1 g 2 2 g 3 3 ...... P= n1!n2 !n3 !..... (1.5)

Inilah peluang suatu distribusi (partisi) dalam statistik Maxwell-Boltzmann. Jika partikel-partikel itu identik dan tak dapat dibedakan, maka persamaan (7) menjadi

P=

n n g1n1 g 2 2 g 3 3 ..... n1!n 2 !n3 !.....

(1.6)

Masalah selanjutnya adalah bagaimana cara menentukan keadaan setimbang yang berkaitan dengan partisi paling mungkin, yakni harga P maksimum. P maksimum jika perubahann dP=0 untuk perubahan dn1, dn2, dn3,. Secara matematik, lebih mudah memaksimumkan ln P. ln P = n1 ln g1 + n2 ln g 2 + n3 ln g 3 + ..... [ ln(n1!) + ln(n 2 !) + ln(n3 !) + .......] Ingat, untuk n yang besar berlaku ln (n!)=n ln n-n, sehingga,

ln P = n1 ln g1 + n2 ln g 2 + n3 ln g 3 + ..... [ (n1 ln n1 n1 ) + ( n2 ln n2 n2 ) + (n3 ln n3 n3 ) + ....] = n1 ln(n1 / g 1 ) n 2 ln(n2 / g 2 ) n3 ln(n3 / g 3 ) ........ + (n1 + n2 + n3 + ......) = N ni ln(ni / g i ) Selanjutnya, diferensial: d (ln P ) = ( dni ) ln(ni / g i ) ni d (ln ni / g i ) = (dni ) ln(ni / g i ) ni ( dni ) / ni ) = (dni ) ln(ni / g i ) dni
i i i i i i

Karena N tetap maka,

dn
i

=0

d (ln P ) = [ln(ni / g i )]dni = 0


i

(1.7)

Karena sistem terisolasi, N tetap: N = n1 + n2 + ....... = ni

dn
i

=0
(1.8)

Karena energi total sistem tetap: U = n1 E1 + n 2 E 2 + ......... = ni E i

E dn
i i

=0
(1.9)

Untuk memenuhi ketiga persamaan (9), (10), dan (11) di atas, diperkenalkan tetapan dan sedemikian hingga berlaku

[ln(n
i

/ g i ) + + Ei ]dni = 0
(1.12)

ln(ni / g i ) + + Ei = 0 Dengan demikian maka partisi paling berpeluang adalah:

ni = g i e Ei
Sekarang bisa dinyatakan: N = n i = g i e E i = e g i e E i
i i i

(1.10)

=e Z Z = g i e E i
i

(1.11)

Jadi partisi dengan peluang maksimum adalah


ni = N g i e Ei Z

(1.12)

Inilah yang disebut hukum partisi (distribusi) Maxwell-Boltmann. Contoh 1.1 Suatu sistem dari 4000 partikel memiliki tiga tingkat energi 0, dan 2 dengan peluang penempatan yang sama. (a) Bandingkanlah peluang-peluang relatif dari partisi di mana 2000 partikel menempati tingkat energi paling rendah, 1700 pada tingkat energi sedang dan yang 300 pada tingkat energi tertinggi, dengan partisi yang dihasilkan oleh perpindahan satu partikel dari tingkat energi sedang ke tingkat terendah dan satu partikel ketingkat tertinggi. (b)Tentukanlah partisi paling berpeluang (keadaan setimbang). Andaikan g sama utk semua tingkatan energi. n n g1n1 g 2 2 g 3 3 ...... P= n1!n 2 !n3 !..... (a) Berdasarkan persamaan di atas: PA = g 4000 ; 2000!1700!300! PB= g 4000 ; 2001!1698!301!

PB 2000! 1700! 300! 1700x1699 = = = 4,8 PA 2001! 1698!301! 2001x 301 Besarnya perbandingan peluang itu menunjukkan bahwa partisi A dan B jauh dari partisi paling berpeluang (setimbang statistik). (b) Total energi U=2000x0+1700x + 300x2 =2300 Dengan rumus partisi paling berpeluang ni = g i e Ei Total partikel N: n1 + n1e + n1e 2 = 4000

n1 (1 + e + e 2 ) = 4000
Misalkan

x = e
maka

(1.13) (1.14)

n1 (1 + x + x 2 ) = 4000

Total energi E:

n1e + n1e 2 2 = 2300 n1 (e + 2e 2 ) = 2300


sehingga
n1 ( x + 2 x 2 ) = 2300

(1.15)

Dengan persamaan (14) dan (15) diperoleh: 57x2+17x-23=0, atau

x=0,5034, dan n1=2277, n2=1146 dan n3=577. Jadi, peluang sebelum dan setelah perpindahan satu partikel dari E2 ke E1 dan satu partikel dari dari E2 ke E3, adalah
g 4000 PA = ; 2277!1146!577! g 4000 PB= ; 2278!1144!578!

PB 1146 x1145 = = 0,9966 PA 2278 x578

Jadi, perpindahan partikel dari tingkat energi sedang, satu ke tingkat rendah dan satu lagi ketingkat tinggi, hampir-hampir tak mengubah peluang itu. Itu menunjukkan bahwa sistem memiliki partisi paling mungkin (setimbang statistik). 1.4 Temperatur Parameter langsung dihububungkan dengan besaran fisis yakni temperatur.
U = ni Ei =
i

N Z

g i Ei e E
i

(1.6)

PA =

g 4000 ; 2277!1146!577!

PB=

g 4000 ; 2278!1144!578!

PB 1146 x1145 = = 0,9966 PA 2278 x 578

Dengan

Z = g i e Ei
i

U =

N d N dZ g i e Ei = Z d i Z d 1 dZ d = (ln Z ) Z d d

maka

U = N

d (ln Z ) d

(1.17)

Inilah hubungan antara energi total dan fungsi partisi suatu sistem dalam kesetimbangan statistik. Energi rata-rata partikel:

E ave =

U d = (ln Z ) N d

(1.18)

Jadi, parameter merupakan karakteristik energi dalam sistem. Oleh sebab itu, diungkapkan dengan besaran yang disebut suhu absolut T (Kelvin), seperti

= kT

(1.19)

di mana k=1,3805x10-23 J/K disebut konstanta Boltzmann. Ini hanya berlaku untuk sistem partikel dalam kesetimbangan statistik. Tidak berlaku untuk partikel tunggal. Jadi rumus untuk fungsi partisi dalam kaitannya dengan suhu adalah:

Z=

g e
i i

(1.20)
Ei / kT

sedangkan jumlah partikel dalam kesetimbangan:


ni = N g i e Ei / kT Z

(1.21)

yang merupakan hukum distribusi Maxwell-Boltzmann. Karena =1 / kT maka d=-dT/kT2 dan energi total:
U = kNT
2

d (ln Z ) dT

(1.22)

dan energi rata-rata satu partikel:


E ave = U d = kT 2 (ln Z ) N dT

(1.23)

Contoh 1.2 Tentukan ratio antara dua bilangan okupasi pada pada suhu-suhu 100K, 300K dan 1000K, jika beda energinya (a) E=10-4eV (setara dengan energi rotasi molekul), (b) 5x10-2 eV (setara dengan energi vibrasi molekul), dan (c) 3 eV (setara dengan energi eksitasi elektron dalam atom). Andaikan g=1.

n2 = e ( E2 E1 ) / kT = e E / kT n1
Hasil perhitungan diperlihatkan dalam tabel berikut: n2/n1 (eV) 100K 300K 1000K -4 10 0,9885 0,9962 0,9988 5x10-2 3x10-3 1,45x10-1 5,6x10-1 3 3x10-164=0 8x10-49=0 8x10-16=0 Pada E=10-4eV, kedua tingkat berpopulasi hampir sama pada semua suhu. Pada E=5x10-2eV ada sedikit partikel di tingkat dua, dan jumlah itu meningkat sesuai dengan suhu. Ini berkaitan dengan eksitasi. Pada E=3eV jelas bahwa tingkat kedua itu kosong. Contoh 1.3

Suatu sistem molekul polar di tempatkan dalam medan listrik uniform, tetapi terisolasi dari gangguan luar. Turunkanlah polarisasi sistem sebagai fungsi suhu. Misalkan momen dipol listrik setiap molekul: p o . Energi suatu molekul yang dipolnya berorientasi dengan sudut terhadap medan listrik E adalah E()= -po E cos . Jika sudut itu bervariasi dari 0- maka energi bukannya diskrit tapi kontinu. Oleh sebab itu, peluang penempatan energi harus dinyatakan dengan sudut ruang yang dibentuk antara dan +d , yakni d=2 sin d . Maka fungsi partisi dibentuk seperti:
Z = exp( p o E cos / kT ) 2 sin d = 4
0

kT sinh( p oE / kT ) p oE

(1.24)

Dipol rata-rata:
pave = 1 Z

( po cos ) e

p0E cos / kT

pE kT 2 sin d = p0 coth o kT poE

(1.25)

Hasil ini disebut rumus Langevin. Untuk E sangat besar atau T sangat rendah, coth (poE /kT)=1, kT/poE=0 sehingga pave=po; artinya semua molekul terorientasi sejajar medan listrik. Untuk poE<<kT , pave=po2E/3kT (Ingat: coth x=1/x+x/3+. sehingga jika x<<1, coth x=x/3); jika ada n buah molekul, polarisasi zat adalah: P=(npo2/3kT)E; =npo2/3kT adalah permittivitas medium yang mengandung molekulmolekul polar. 1.5 Kesetimbangan suhu; Hukum Termodinamika ke Nol Misalkan suatu sistem terisoler mengandung dua macam kelompok partikel. Melalui tumbukan atau interaksi lainnya, energi bisa berpindah antar partikel kedua kelompok, tetapi total energi tetap saja. Misalkan N-jumlah partikel dari kelompok satu, dengan bilangan okupasi n1 berenergi E1, n2 berenergi E2, ..dan N dari kelompok kedua, dengan bilangan okupasi n1 berenergi E1, n2 berenergi E2, ..
N = ni = konstan N ' = n'i = konstan
i i

(1.26)

U = ni Ei + n'i E i' = konstan


i i

Jadi, dalam tiap kelompok jumlah partikel konstan, sedangkan energi total tiap kelompok bisa berubah, namum total energi kedua kelompok selalu tetap. Peluang suatu partisi atau distribusi merupakan perkalian dari masing-masing distribusi:
n n n n g1n1 g 2 2 g 3 3 ..... g '1 '1 g ' n '2 g '3 '3 ..... 2 P= x n1!n 2 !n3 !..... n'1 !n' 2 !n'3 !.....

(1.27)

Kesetimbangan sistem gabungan dapat ditentukan dengan mana P merupakan suatu harga maksimum. Hasilnya adalah
ni = N N' g i exp( Ei ) , n' j = g ' j exp( E ' j ) Z Z'

(1.28)

di mana Z dan Zadalah fungsi partisi masing-masing. Kedua subsistem itu dalam keadaan setimbang harus memiliki parameter yang sama. Karena =1/kT maka disimpulkan bahwa: dua sistem partikel yang berbeda dan berinteraksi, maka dalam kesetimbangan statistik harus memiliki suhu yang sama. Inilah yang disebut hukum termodinamika ke nol. Jadi, dalam keadaan setimbang statistik, suhu kedua kelompok itu sama; bilangan okupasi setiap kelompok adalah

ni =

N g i e Ei / kT Z N' E ' / kT n' j = g' j e j Z'

(1.29)

Rumusan di atas menunjukkan bahwa dalam kesetimbangan termal setiap kelompok mencapai partisi paling mungkin selama sistem itu terisolasi dan suhunya sama. Jadi, total energi tiap kelompok juga tetap. Meskipun pertukaran energi bisa terjadi pada tingkat mikroskopik dalam dua arah, tapi secara rata-rata tidak ada netto energi yang dipertukarkan. 1.6 Aplikasi pada Gas Ideal Gas ideal dipandang sebagai sekumpulan molekul monoatom; karena monoatom energi rotasi dan vibrasi diabaikan. Selain itu jarak antara molekul-molekul cukup renggang sehingga energi potensial (interaksi) antara molekul-molekul diabaikan. Energi hanyalah kinetik saja; hal itu memerlukan volume besar sehingga energinya kontinu. Jadi, fungsi partisinya diungkapkan dalam bentuk integral: Z = e E / kT g ( E )dE
0

(1.30)

di mana g(E)dE menyatakan jumlah keadaan molekul dalam daerah energi antara E dan E+dE. Sebuah partikel gas ideal didalam kubus bersisi a mempunyai komponenkomponen momentum linier:
p x = n1 (h / 2a ); p y = n2 (h / 2a); p z = n3 (h / 2a)
(1.31)

di mana n1, n2, n3 adalah bilangan-bilangan bulat positif. Energi kinetik adalah:
E= p2 h2 2 2 = 2 ; 2 = n12 + n 2 + n3 2 2m 8ma

(1.32)

Jelas bahwa untuk kubus yang besar (a>>), tingkat-tingkat energi sangat dekat (rapat) yang secara praktis membentuk spektrum kontinu. Tinjaulah sebuah bola dengan jari-jari
=
8ma 2 E h2

Jumlah keadaan dalam rentang energi antara 0 dan E untuk suatu oktan (n1, n2, n3 selalu positif) adalah:
N (E) =
1 3 4 8 ( 3 ) =

8mE V 6 h2

3/ 2

8V ( 2m 3 )1 / 2 E 3 / 2 ; V = a 3 3 3h
E 1 / 2 dE , V=volume

Selanjutnya, g ( E )dE = dN ( E ) = Kembali ke fungsi partisi, maka

4 V ( 2m 3 )1 / 2 h
3

4V (2m 3 )1 / 2 Z= h3
Misalkan x=E
1/2

E
0
2

1/ 2

e E / kT dE

1 / 2 E / kT 2 x E e dE = 2 x e 0

/ kT

dx =

(kT ) 3

Akhirnya diperoleh:
Z = V ( 2m ) 3 / 2 kT h3

(1.33)

Inilah fungsi partisi gas ideal monoatom sebagai fungsi suhu dan volume gas. Ingat energi rata-rata:
E ave = U d = kT 2 (ln Z ) N dT
V (2mkT ) 3 / 2 h3

Z =

Dengan maka

ln Z = C + 3 2 ln kT
U d = kT 2 (ln Z ) N dT

E ave =

Jadi, energi rata-rata satu molekul gas ideal adalah: E=3/2 kT Dengan NA=6,0225x1023 mole-1 adalah bilangan Avogadro, maka n=N/NA adalah jumlah mole dari gas. Jadi
U = 3 2 kNT = 3 2 nRT

di mana

10

R = kN A = 8,314 J mole 1 K 1 = 1,986 kalori mole 1 K 1 = 5,1894x1019 eV mole 1 K 1

disebut tetapan gas. Ingat hukum partisi (distribusi) Maxwell-Boltmann: N ni = g i e Ei / kT Z sebagai distribusi molekul di antara berbagai tingkat energi. Untuk kasus kontinue, gi diganti dengan:
g ( E )dE = 4V ( 2 m 3 ) 1 / 2 1 / 2 E dE h3

maka jumlah molekul dengan energi di antara E dan E+dE, adalah


dn = N E / kT N 4V (2m 3 )1 / 2 1 / 2 E / kT e g ( E )dE = E e dE Z Z h3

dengan

Z =
maka diperoleh

V (2mkT ) 3 / 2 h3

dn 2N = E 1 / 2 e E / kT 3 dE (kT )

Ini merupakan rumus Maxwell untuk distribusi energi dari molekul dalam suatu gas ideal. Untuk dua macam suhu distribusi di atas digambarkn sebagai berikut.
50 0 0 40 5 0

dn/dE

40 0 0 30 5 0 30 0 0 20 5 0 20 0 0 10 5 0 10 0 0 5 0 0 0 0

100K

300K E (10-2 eV)

1 0

Kebenaran statistik Maxwell-Boltzmann bagi gas ideal adalah mengamati apakah distribusi energi seperti digambarkan di atas terjadi? Suatu cara tak langsung untuk itu adalah menganalisa kebergantungan laju reaksi kimia terhadap suhu. Misalkan bahwa suatu reaksi kimia hanya terjadi jika molekul-molekul bertumbukan dengan energi yang sama atau lebih besar dari pada Ea. Maka, laju reaksi pada suatu

11

suhu tertentu bergantung pada jumlah molekul yang mempunyai energi sama atau lebih besar daripada Ea. Jumlah itu untuk kedua harga suhu diperlihatkan dalam bentuk terarsir. Tampak lebih banyak molekul yang ada pada suhu lebih tinggi. Dengan perhitungan yang baik, dapat diramalkan pengaruh dari tambahan molekul-molekul itu, dan ramalan teoretis bisa dibandingkan dengan data eksperimen. Hasil eksperimen sangat sesuai dengan rumusan dn/dE di atas; hal ini menunjukkan termanfaatkannya statistik Maxwell-Boltzmann untuk gas. Berdasarkan rumusan Maxwell tentang distribusi energi molekul dalam gas ideal, maka rumusan Maxwell tentang distribusi kecepatan molekul bersangkutan (dn/dv) dapat diturunkan mengingat energi kinetik E=1/2 mv2, yakni
dn m = 4 dv 2kT
3/ 2

v 2 e mv

/( 2 kT )

Gambaran dn/dv sebagai fungsi v adalah:


50 00 40 50 40 00 30 50 30 00 20 dn/dv50 20 00 10 50 10 00 50 0 0 0

100K

800 K

1 0

v Soal-soal 1. Suatu sistem dari 4000 partikel memiliki tiga tingkat energi 0, dan 2 dengan peluang penempatan (g) yang sama. (a) Bandingkanlah peluang-peluang relatif dari partisi di mana 2000 partikel menempati tingkat energi paling rendah, 1700 pada tingkat energi sedang dan yang 300 pada tingkat energi tertinggi, dengan partisi yang dihasilkan oleh perpindahan satu partikel dari tingkat energi teratas dan satu partikel dari tingkat energi terendah ke tingkat energi sedang. (b)Tentukanlah partisi keadaan setimbang. (c) Dalam keadaan setimbang, dengan =0,02 eV, hitunglah suhunya. 2. Tentukanlah perbandingan jumlah elektron yang memiliki spin paralel dan antiparalel terhadap medan magnet sebagai fungsi suhu. Lakukanlah pada T=10, 300 dan 1000 K. Ingat, momen magnet spin suatu elektron: M S = 2 B S , di mana B adalah magneton Bohr elektron. 3. (a) Tunjukkan bahwa fungsi partisi suatu gas elektron dalam suatu medan magnet B adalah Z= 2 cosh( BB/kT), di mana B adalah magneton Bohr. (b) Hitunglah energi magnetik suatu elektron gas dalam medan magnet, lalu tunjukkan bahwa

12

paramagnetisme elektron-elektron bebas berkaitan dengan M=n Btanh( BB/kT), n adalah jumlah elektron per satuan volum.

magnetisasi

4. Energi-energi yang mungkin dari suatu sistem partikel adalah ), 0, , 2 , ..,n ,. (a) Tunjukkan bahwa fungsi partisi sistem itu adalah:
Z = [1 exp( / kT )] 1 . (b) Hitunglah energi rata-rata. (c) Tentukanlah harga

batas energi rata-rata jika <<kT. Andaikan semua gi=1. 5. Momen magnetik atom-atom (juga molekul) yang memiliki momentum sudut J adalah M J = B gJ . (a) Temukanlah suatu rumusan yang memberikan jumlah atom-atom dengan nilai Jz=m , jika atom-atom ditempatkan dalam medan magnet B yang sejajar sumbu-z. (b)Tunjukkan bahwa fungsi partisi sistem itu 1 2 B

Z=

s i n h j[ +( ) g B/ k T] s i n h12( B g B/ k T) .

(c) Buktikan bahwa untuk j=1/2, fungsi partisi itu berubah menjadi fungsipartisi untuk elektron (soal no.3). 6. Tentukanlah energi dan kecepatan paling mungkin dari molekul-molekul gas pada suatu suhu tertentu; harga-harga ini berkaitan dengan harga maksimum dn/dE dan dn/dv. 7. Rumuskanlah kecepatan rata-rata (vave) dan kecepatan rms (vrms) dari molekulmolekul gas ideal. Ingat, defenisi kecepatan rata-rata:
v ave = 1 N
N

v dn
0

dan, defenisi kecepatan rms:


v rms = (v ) ave
2

1 = v 2 dn N 0

13

Anda mungkin juga menyukai