Muhammad Kadri
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA
DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS N E G E R I
MEDAN
2023
0
BAB I
FISIKA STATISTIKA
1.1.Pendahuluan
Ruang lingkup fisika statistik meliputi dua bagian besar, yaitu teori kinetik dan
mekanika statistik. Berdasarkan pada teori peluang dan hukum mekanika, teori kinetik
mampu menggambarkan sistem dalam keadaan tak seimbang, seperti: proses efusi,
viskositas, konduktivitas termal, dan difusi. Molekul suatu gas ideal tidak dianggap bebas
sempurna tetapi ada interaksi ketika bertumbukan dengan molekul lain atau dengan
dinding. Bentuk interaksi yang terbatas ini diacukan sebagai interaksi lemah atau kuasi
bebas. Ruang lingkup ini tidak membahas partikel berinteraksi kuat.
Tidak seperti pada teori kinetik, mekanika statistik tidak membahas perincian
mekanis gerak molekular, tetapi berhubungan dengan segi energi molekul. Mekanika
statistik sangat mengandalkan teori peluang untuk menentukan keadaan seimbang sistem.
Dalam hal ini bahasan yang dikaji ditekankan pada sistem yang partikel-partikelnya
berinteraksi sangat lemah baik untuk partikel-partikel terbedakan maupun tak terbedakan.
Selain memiliki sifat kuasi bebas, molekul-molekul suatu gas ideal bersifat tak terbedakan
karena molekul tidak berkecenderungan menempati tempat tertentu dalam ruang atau
memiliki kecepatan tertentu. Sedangkan, untuk partikel-partikel yang menempati
kedudukan kisi yang teratur dalam kristal, yakni partikel bergetar di sekitar titik tetap,
dapat dibedakan karena letaknya. Materi fisika statistika mencakup probabilitas dan fungsi
distribusi, teori kinetik, dan mekanika statistik.
3
𝜖̅ = 2 𝑘𝑇
dengan
k = R/NA adalah konstanta Boltzmann,
R = konstanta gas universal, dan
NA = bilangan Avogadro.
1
Dengan menggunakan energi sistem adalah 𝐸 = ∑𝑗 𝑁𝑗 𝜖𝑗 dan jumlah partikel
𝑔𝑗
adalah 𝑁 = ∑𝑗 𝑁𝑗 , maka dengan menggunakan Persamaan 𝑁𝑗𝑀𝐵 = −(𝛼+ 𝛽 ∈𝑗) dapat
𝑒
dituliskan bahwa
𝐸 = ∑𝑗 (𝑔𝑗 𝑒 𝛼+𝛽∈𝑗 )(∈𝑗 )
Dan
𝑁 = ∑𝑗 (𝑔𝑗 𝑒 𝛼+𝛽∈𝑗 )
Dengan demikian rata-rata energi tiap partikel adalah
𝛼+𝛽∈𝑗 𝛽∈𝑗
𝐸 ∑𝑗∈𝑗 (𝑔𝑗 𝑒 ) ∑𝑗∈𝑗 (𝑔𝑗 𝑒 )
𝜖̅ = 𝑁 = 𝛼+𝛽∈𝑗 = 𝛽∈𝑗
∑𝑗(𝑔𝑗 𝑒 ) ∑𝑗(𝑔𝑗 𝑒 )
diperoleh bahwa
1
𝛽=−
𝑘𝑇
Demikianlah teori kinetik gas untuk mendahului pembahasan fisika statistika.
2
1.3.Termodinamika Statistik
- Boltzmann
- Gibbs
Setiap cabang khusus fisika mula-mula dipelajari dengan memisahkan ruang yang
terbatas dari lingkungannnya. Bagian yang dipisahkan yang menjadi pusat perhatian kita
disebut system dan segala sesuatu diluar sistem disebut lingkungan. Bila suatu sistem telah
dipilih maka kelakuan sistem atau interaksinya dengan lingkungan atau keduanya
dinyatakan dalam kuantitaskuantitas fisis. Pada umumnya terdapat dua pandangan yang
dapat diambil, pandangan makroskopik dan pandangan mikroskopik. Pada mekanika
statistika, keadaan mikro (microstate) adalah konfigurasi mikroskopik yang spesifik
dari sistem termodinamika yang mampu menempati sebuah kemungkinan selama
terjadi fluktuasi termal. Sebaliknya, keadaan makro (macrostate) dari sistem menunjukkan
sifat mikroskopiknya, seperti temperatur dan tekanan.
3
Pada termodinamika statistik (menurut Boltzmann) dibedakan “macrostate” dan
“microstate” (Gambar 1.1) suatu sistem. microstate dari sebuah sistem dapat dijelaskan
apabila posisi dan kecepatan setiap setiap partikel diberikan. Sedangkan macrostate dari
sebuah sistem dapat dijelaskan apabila sifat-sifat makroskopik sistem (seperti tekanan,
temperatur, volume, jumlah mole dll) diketahui.
Pada kenyataannya yang dapat kita ketahui, yaitu “macrostate”. Jika kita perhatikan
di alam semesta ini, materi atau benda makroskopik terdiri dari benda-benda mikroskopik
seperti molekul, atom dan yang lebih kecil lagi, elektron. Sebagai contoh, satu mol air
(atau sekitar 18 gram), terkandung sekitar 1023 molekul. Sangat sulit untuk mengetahui
kecepatan dan posisi partikel pada suatu waktu tertentu dengan jumlah molekul terlalu
banyak.
Pada tingkat mikroskopik, setiap atom atau molekul terlihat bergerak dan
berinteraksi dengan atom atau molekul lainnya secara acak atau random, tetapi pada
tingkat makroskopik, jika kita melihat dengan cara rata-rata sistem mempunyai sifat-sifat
yang tidak acak.
Ide pokok dalam pembahasan fisika statistik adalah bagaimana mencari fungsi
kerapatan probabilitas (probability density function) yang akan diterapkan pada
sekumpulan partikel identik. Suatu sistem termodinamika dapat dipandang sebagai suatu
assembly (rakitan) dari submikroskopik secara keseluruhan dalam kumpulan besar
keadaan kuantum. Suatu postulat mendasar dalam fisika statistik adalah bahwa :
‘semua keadaan mikro (microstate) yang mungkin dari sebuah assembly tertutup
memiki nilai peluang yang sama’.
4
Selanjutnya beberapa terminologi perlu didefenisikan. Terminologi assembly
dipakai untuk menyatakan sejumlah partikel identik, misalnya molekul, atom, elektron,
fonon, foton, osilator, dsb.
Keadaan mikro (microstate) suatu sistem, atau konfigurasi, menyatakan jumlah
partikel yang ada dalam suatu tingkatan energi dalam sistem. Jumlah partikel
yang ada pada tingkatan energi ke-i selanjutnya diberi simbol ni , sehingga
∑ 𝑛𝑖 = 𝑁
𝑛
Keadaan mikro (microstate) ditandai dengan jumlah partikel dalam suatu keadaan
energi. Secara umum, terdapat lebih dari satu keadaan energi (atau keadaan kuantum) pada
setiap tingkat energi. Keadaan seperti disebut dengan degenerasi. Jadi dalam hal ini
keadaan mikro merupakan gambaran yang paling spesifik yang dapat kita berikan. Secara
umum, terdapat sejumlah keadaan mikro yang berbeda yang bersesuaian dengan keadaan
makro yang diberikan.
Sejumlah keadaan mikro yang membentuk suatu keadaan makro disebut peluang
termodinamika. Untuk memberi gambaran bagaimana konsep peluang diterapkan dalam
fisika statistik, kita akan memberikan satu contoh sederhana sebagai berikut, pelemparan
mata uang.
Misalkan kita memiliki sejumlah N mata uang, kita lempar kemudian menghitung
munculnya gambar G(garuda) dan gambar angka K(Kakaktua){uang 100 rupiah}.
N A N NG
Jika diambil N 4 , kita dapat membuat daftar peluang yang terjadi apabila
keempat mata uang dilempar bersamaan. Satu keadaan mikro kita analogikan dengan
jumlah sisi gambar dan jumlah sisi angka. Sedangkan keadaan mikro dianalogikan dengan
tiap mata uang yang akan memunculkan salah satu dari dua keadaan (muncul gambar atau
angka) (table 1.1.). Hal yang akan kita bahas adalah jumlah keadaan mikro yang
bersesuaian dengan tiap keadaan makro. Jadi peluang untuk setiap keadaan makro adalah:
5
𝑤𝑖
𝑝𝑘 = dimana 𝑊 = ∑5𝑘=1 𝑤𝑘 = 16
𝑊
Tabel.1 Peluang yang diperoleh dari pelemparan mata uang yang dianalogikan dengan
bahasa statistik termodinamika.
Peluang Peluang
Label Keadaan Keadaan Mikro termo- Ril
keadaan makro dinamika
makro k (NA,NG) Koin Koin Koin Koin wi Pk
1 2 3 4
1 4,0 K K K K 1 1/16
2 3,1 K K K G 4 4/16
K K G K
K G K K
G K K K
3 2,2 K K G G 6 6/16
G G K K
K G K G
G K G K
K G G K
G K K G
4 1,3 K G G G 4 4/16
G K G G
G G K G
G G G K
5 0,4 G G G G 1 1/16
∑𝑚 𝑁𝑘,𝑚 𝑤𝑚 ∑𝑚 𝑁𝐴,𝑚 𝑤𝑚
̅𝑘 =
𝑁 = = ∑ 𝑁𝑘,𝑚 𝑝𝑚
∑𝑚 𝑤𝑘 𝑁
𝑚
Rata-ratanya adalah :
N A 4 161 3 41 2 83 1 41 0 161 2
6
̅𝐾 = 2. Jadi 𝑁
Jadi 𝑁 ̅𝐾 + 𝑁
̅𝐺 = 4. Gambar 1.2 berikut menunjukkan plot peluang terhadap
̅𝐾 . Kurva tersebut simetris di sekitar 𝑁
𝑁 ̅𝐾 = 2.
4 koin
Nk
̅𝐾
Gambar 1.2. Plot peluang terhadap 𝑁
Jika percobaan dilanjutkan dengan sejumlah besar mata uang yang dilempar
bersamaan, maka kita dapat mencari banyaknya gambar angka dan gambar yang muncul
tanpa melakukan tabulasi. Banyaknya cara munculnya gambar atau angka diberikan oleh
koefisien binomial
𝑁 𝑁!
𝑤=( )=
𝑁𝑘 𝑁𝑘 (𝑁 − 𝑁𝑘 )!
7
Kita lihat arahnya :
Ω = ∑ 𝑊𝑘
𝑘
Sifat-sifat makroskopis benda tergantung pada nilai ‘rata-rata dalam waktu’ sifat-
sifat mikroskopisnya. Contoh tekanan gas tergantung pada harga rata-rata laju momentum
dalam suatu area tertentu. Jadi dibutuhkan suatu cara untuk menentukan jumlah partikel
̅𝑗 pada level energi j dalam assembly. 𝑁
rata-rata 𝑁 ̅𝑗 disebut jumlah penempatan (occupation
8
Ambil Njk sebagai jumlah penempatan pada level j di “macrostate” k. Maka rata-
rata grup yang menempati level j :
̅̅̅̅
𝑔 ∑𝑘 𝑁𝑗𝑘 𝑊𝑘 1
𝑁𝑗 = = ∑ 𝑁𝑗𝑘 𝑊𝑘
∑𝑘 𝑊𝑘 Ω
𝑘
Secara rata-rata waktu juga akan didapat hasil serupa. Dapat ditulis:
̅𝑗 = 1 ∑𝑘 𝑁𝑗𝑘 𝑊𝑘
𝑁 Ω
Sebut:
Qi koordinat gabungan (posisi dan spin) partikel ke-i
si keadaan kuantum partikel ke-i
Keadaan seluruh gas:
{s1, s2, s3,....}
dengan fungsi gelombang pada keadaan ini:
Ψ = Ψ[s1,s2 ,s3,..](Q1, Q2,...... QN)
Beberapa kasus:
A. Kasus “Klassik” (Statistik Maxwell Boltzmann)
Dalam kasus ini (Statistik MB)
partikel dapat dibedakan (distinguishable)
berapa pun jumlah partikel dapat menempati keadaan tunggal
9
s yang sama
tidak ada simetri yang dibutuhkan ketika dua partikel ditukar
10
→ Karena sifat antisimetri dan partikel indistinguishable maka dua atau lebih partikel
tidak mungkin pada keadaan yang sama.
→ Prinsip eksklusi Pauli
Resume :
Klasik Kuantum
Maxwell-Boltzmann Bose-Einstein Fermi-Dirac
Distinguishable indistinguishable, indistinguishable
spin: 0,1,2,3,4,... spin: 2
1,2
3 ,....
Tak ada simetri Simetri Antisimetri
Tak ada batasan Tak ada batasan Prinsip eksklusi
jumlah menempati jumlah menempati Pauli
satu keadaan satu keadaan
contoh: contoh:
Foton, He4 Foton, He4
Supaya jelas kita tinjau kasus 2 partikel dengan keadaan kuantum yang mungkin ada tiga s
= 1, 2, 3.
Maxwell – Boltzman :
1 2 3
AB ... ...
... AB ...
... ... AB
A B ...
B A ...
A ... B
B ... A
... A B
... B A
Bose – Einstein :
11
1 2 3
AA ... ...
... AA ...
... ... AA
A A ...
A ... A
... A A
Fermi Dirac :
1 2 3
A A ...
A ... A
... A A
Contoh:
Kemungkinan susunan keberadaan dua partikel (a dan b) pada tiga level energi :
Level
Keadaan
1 2 3
1 ab - -
2 - Ab -
3 - - Ab
4 a B -
5 b A -
6 a - B
7 b - A
8 - A B
9 - B A
12
Kalau ada Nj partikel, jumlah kemungkinan distribusi:
𝑤𝑗 = 𝑔𝑗 𝑁𝑗
Jadi :
𝑁! 𝑔𝑗 𝑁𝑗
𝑊𝑘 = . ∏ 𝑔𝑗 𝑁𝑗 = 𝑁! ∏
∏𝑗 𝑁𝑗 ! 𝑁𝑗 !
𝑗 𝑗
Dimana :
Nj = jumlah partikel
g j = jumlah level
(𝑔𝑗 + 𝑁𝑗 + 1)
𝑤𝑗 =
(𝑔𝑗 − 1)! 𝑁𝑗 !
Fermi Dirac :
𝑔𝑗 !
𝑤𝑗 =
(𝑔𝑗 − 𝑁𝑗 )! 𝑁𝑗 !
1.5. Interpretasi Statistik tentang Entropi
13
Dari sudut pandang statistik, perubahan energi adalah akibat dari perubahan jumlah
“microstate” yang mungkin. Ada hubungan antara model statistik dengan entropi. Dalam
hal ini entropi dapat dihubungkan dengan probabilitas termodinamik (jumlah “microstate”
dalam assembly). Karena entropi merupakan besaran ekstensif, maka entropi total S
merupakan jumlah entropi-entropi S1 dan S2 dari individual sistem.
𝑆 = 𝑆1 + 𝑆2
Sementara itu,
Ω = Ω1 . Ω2
Jadi entropi tidak mungkin berbanding lurus dengan probabilitas termodinamika. Mari kita
asumsikan bahwa S merupakan fungsi tertentu dari Ω seperti S = J(Ω), maka :
𝜕𝐽(Ω1 ) 𝑑𝐽(Ω1 )
=
𝜕Ω1 𝑑Ω1
𝑑𝐽(Ω1 )
Sehingga : = Ω2 𝐽(Ω1 . Ω2 )
𝑑Ω1
𝑑𝐽(Ω2)
Dengan cara yang sama : = Ω1 𝐽(Ω1 . Ω2 )
𝑑Ω2
𝑑𝐽 (Ω1 ) 𝑑𝐽(Ω2 )
Ω1 = Ω2
𝑑Ω1 𝑑Ω2
dan karena Ω1 dan Ω2 independen, maka persamaan tersebut hanya benar bila sama
dengan suatu konstanta, misal = a.
Jadi untuk sebarang sistem:
𝑑𝐽(Ω)
Ω =𝑎
𝑑Ω
𝑑Ω
𝑑𝐽(Ω) = 𝑎
Ω
Sehingga 𝐽(Ω) = 𝑎 𝑙𝑛 Ω
14
Supaya sesuai dengan termodinamika klasik, a = k (konstanta Boltzmann)
𝑆 = 𝑘 ln Ω
bahwa definisi entropi secara termodinamik 𝑑𝑆 = 𝑑′𝑄⁄𝑇 sejalan dengan definisi statistik S
= k ln Ω.
15
BAB 2
Agar gambar yang konsisten dapat dipresentasikan untuk jenis statistik yang
berbeda, konsep keberadaan energi telah diperkenalkan bahkan juga dalam kasus satistik
klasik. Pendekatan ini dapat dijustifikasi baik dengan mempertibangkan kasus klasik
sebagai representasi batas dimana pemisahan level energi akan menjadi nol atau tanpa ada
sesuatu yang mengarah pada statistik kalsik, yang hanya membatasi satu per satu dari
jenis statistik kuantum. Dalam kasus yang jarang terjadi, hasil yang diperoleh untuk
rangkaian klasik dengan metode ini akan terlihat memiliki bentuk yang sama seperti yang
diturunkan atas asumsi level energi kontinue.
Distribusi statistik yang sekarang telah diturunkan dengan menentukan sebagian besar
keadaan yang dimungkinkan dari rangkaian klasik dari sistem yang tidak berinteraksi
yang menjadi dasar dari statistik Mazwell Boltzman atau statistik klasik.
Energi dari sistem ini kemudian akan dihubungkan dengan total energi dengan
syarat Σ εj = E sebagai alternatif, distribusi yang tidak terlalu rinci dapat diberikan dengan
menspesifikasikan jumlah sistem yang memiliki energi dalam rentang ε hingga ε + dε.
16
Jenis yang terakhir dari distribusi ini adalah jelas lebih sesuai untuk tujuan perhitungan
statistik dan masih akan memberikan semua informasi yang dibutuhkan tentang keadaan
rangkaian itu.
Perhatikan bahwa energi dari sistem dapat dibagi ke dalam kolom sehingga kolom
s akan mencakup semua keadaan energi dalam rentang εs hingga εs + dεs, dan juga energi
efektif dari system dalam kolom adalah εs. Jumlah keadaan energi yang tersedia bagi
sistem di dalam kolom s, gi adalah disebut sebagai berat dari kolom. Distribusi dari
sistem terhadap berbagai energi adalah kemudian diberikan dengan menspesifikasikan
bilangan okupasi ns untuk bilangan sistem dengan energi ε s, dalam kolom s. Bila energi
dari sistem ini adalah menyebar terhadap total energi r akan distribusi ini dapat dituliskan
dalam pengertian bilangan okupasi yang ada.
Bilangan sheet 1 2 2 s r
Energi sheet ε1 ε2 ε3 εs εr
Bobot sheet g1 g2 g3 gs gr
Bilangan ocupasi n1 n2 n3 ns nr
Dimana total dari bilangan okupasi ∑𝑟𝑠=1 𝑛𝑠 εs adalah sama dengan total bilangan
sistem N. energi dari sistem ini dalam sheet s adalah n s εs dan total energi dari rangkaian
ini adalah ∑𝑟𝑠=1 𝑛𝑠 εs
Beberapa jenis susunan yang berbeda yang berhubungan dengan konfigurasi yang
sama diilustrasikan dalam Gambar 2. Disini empat sistem, telah diberi label a, b, c dan d,
yang terlihat terdistribusi terhadap lembar atau sheet energi dengan berat atau bobot g = 3
dan g = 4.
17
Kolom 1 : g = 3
a B A b c B ca
Kolom 2 : g = 4
c D c b
a d d b
Sangat penting dicatat bahwa mereka dengan susunan baru yang dihasilkan dengan
mempertukarkan dua sistem hanya dapat dipertimbangkan ketika sistem itu dapat
dibedakan secara klasik. Ketika sistem itu telah diambil untuk lebih identik, maka akan
ada statistik kuantum yang akan terlihat dengan pertukaran dari dua sistem yang tidak
menghasilkan susunan baru.
Dalam hal ini, sangat perlu untuk memperkenalkan salah satu asumsi mendasar
dari fisika statistik yaitu :
Probabilitas dimana rangkaian ini adalah dalam sebuah susunan tertentu yang sama
untuk semua susunan yang telah ada. (Asumsi ini dapat terlihat ekuivalen dalam
pernyataan yang melibatkan 6N-ruang fase dimensional. Sehingga, bila keadan dari
rangkaian ini dinyatakan oleh titik dalam ruang Γ6𝑁 , maka probabilitas yang ada di dalam
ruang Γ6𝑁 tertentu adalah sama untuk volume yang sama). Kondisi ini diimplikasikan oleh
istilah yang memperkenankan susunan yang muncul dari kondisi yang kemudian dapat
diarahkan pada rangkaian, k yaitu volume yang tetap dan energi yang tetap. Justifikasi
dari asumsi ini adalah cukup beralasan sebagaimana terlihat dan akan dengan jelas
terletak pada hasil yang kemudian diperoleh dari aplikasinya.
Sementara semua susunan dari sistem ini adalah diasumsikan kemungkinan sama,
semua konfigurasi ini tidak demikian. Sehingga konfigurasi di dalam mana semua sistem
N dari rangkaian ini adalah dalam keadaan energi yang sama akan dapat dihasilkan hanya
dalam satu cara. Pada sisi lain, konfigurasi di dalam mana sistem N adalah hanya
dispesifikasikan sebagai sesuatu yang terdistribusi diantara keadaan g dari sheet tertentu
yang memiliki susunan gN yang berbeda karena setiap sistem dapat diposisikan dalam
shset dalam cara g yang berbeda. Perbandingan dari kedua konfigurasi ini akan
18
mmeperlihatkan bahwa atas dasar persamaan probabilitas untuk setiap susunan, akan
konfigurasi terakhir adalah gN kali dari probabilitas yang pertama.
Karena konfigurasi yang mungkin dari rangkaian ini adalah kemungkinan sama
maka perlu untuk engurangi bobot W, terutama untuk setiap konfigurasi. Bobot ini adalah
diambil sebagai bilangan dari susunan yang berbeda dari sistem yang adalah berhubungan
dengan konfigurasi tertentu. Probabilitas yang dibentuk adalah merupakan konfigurasi
yang diberikan yang akan sebanding dengan bobot konfigurasi yang dimaksud.
Bila sistem di dalam rangkaian ini terdistribusi sedemikian sehingga ada sistem n s
dalam sheet s, sebagaimana dibahas dalam tindakan sebelumnya, bobot konfigurasi ini
akan ditemukan dengan sejumlah cara yang menghasilkan konfigurasi di dalam sistem N
dari rangkaian itu. Demikian juga lembaran order, bilangan dari cara memilih sistem n 1
dari sheet energi pertama dari total N sistem yang sederhana
N!
Cn1 2.1
n1!N n1 !
N
Sistem n2 dari sheet kedua dapat kemudian dipilih dari sistem yang tersisa (N - n1)
( N n1 )!
Cn1 2.2
n2 !N n1 n2 !
( N n1 )
Total jumlah dari cara memilih sistem untuk sheet pertama dan kedua adalah hasil dari
bilangan persamaan 2.1 dan 2.2 yaitu
N! ( N n1 )! N!
x =- 2.3
n1!N n1 ! n2 ! N n1 n2 ! n1! n2 !N n1 n2 !
Bila hanya ada tiga sheet bilangan sistem dalam sheet ketiga maka harus
n3 N n1 n2
dan karena pemilihan sistem n1 dan n2 akan menjadi hal yang sangat penting, juga pilih
sistem n3 di dalam sheet ketiga, total jumlah dari cara pemilihan konfigurasi dengan
bilangan n1, n2 dan n3 adalah dari persamaan 2.3.
N!
2.4
n1! n2 ! n3!
19
Ekstensi dari argumen ini terhadap kasus dari sheet r akan memberikan bilangan cara
memilih sistem untuk berbagai lembaran sebagai
N!
2.5
n1! n2 ! n3!...ns !...nr !
Sekarang, dalam sheet energi s adalah ada g, keadaan energi. Sehingga, tanpa perubahan
konfigurasi, setiap sistem ns adalah sheet yang dapat ditempatkan dalam gs dan disini akan
ada total dari g sns dalam susunan sistem ns di dalam sheet dimaksud. Total bilangan dari,
N!
n1! n2 ! n3!...ns !...nr !
Sehingga, tanpa perubahan konfigurasi, setiap sistem n2 adalah lapisan yang dapat
ditempatkan dalam g dan disini akan ada total dari g dalam susunan sistem n1 di dalam
lapisan yang dimaksud. Total bilangan dari susunan sistem dalam konfigurasi yang
diberikan, maka bobot konfigurasi adalah
𝑁!
𝑊=𝑛 𝑔1 𝑛1 𝑔2 𝑛2 … 𝑔𝑠 𝑛𝑠 … 𝑔𝑟 𝑛𝑟 2.6
1 !𝑛2 !…𝑛𝑠 !…𝑛𝑟 !
𝑔 𝑛𝑠
Dengan menggunakan simbol produk ∏𝑠 { 𝑛𝑠 ! } Untuk menotasikan produk kuantitas
𝑠
𝑔𝑠 𝑛𝑠
untuk semua nilai dari s dari 1 hingga hasil r yang lebih tepat.
𝑛𝑠 !
𝑔 𝑛𝑠
𝑊 = 𝑁! ∏𝑠 { 𝑛𝑠 ! } 2.7
𝑠
(Jenis dari distribusi sistem ini telah dipertimbangkan dan mengabaikan variasi yang
dimungkinkan dari posisi sistem terhadap volume rangkaian. Sementara efek dari variasi
posisional akan dibahas kemudian, terutama dengan merujuk pada sistem interaksi.
Sehinga cukup dicatat disini bahwa susunan baru akan dibentuk dengan perubahan posisi
dari sistem yang tidak berkaitan dengan yang diperkenankan untuk nilai bobot dari
lembaran 𝑔𝑠 .
Dari bentuk persamaan 2.7, maka jelas bahwa akan ada nilai tertentu yang sama
dari jumlah pekerjaan di mana bobot dari konfigurasi itu akan menjadi maksimum.
Kemudian, karena probabilitas ini adalah dalam konfigurasi yang sebanding langsung
20
dengan bobot w, maka dapat mengikuti konfigurasi ini dengan bobot maksimum yang
sebagian besar merupakan konfigursi yang dimungkinkan dari rangkaian itu.
Telah diperlihatkan bahwa karena rangkaian yang dipertimbangkan ini terdiri dari
sejumlah sistem yang besar, puncak dari bobot W dalam bagian di sekitarnya dari nilai
maksimum, W adalah sangat jelas. Ini akan melihatkan beberapa rangkaian yang
dihabiskan sejauh proporsi yang lebih besar dari waktu di dalam konfigurasi yang sangat
erat dengan berbagai kemungkinan yang telah ada dengan sifat rangkaian dari berbagai
hal yang berhubungan dalam sifat-sifat ini adalah merupakan konfigurasi probabilitas.
𝜕𝑊
𝑑𝑊 = ∑𝑠 𝜕𝑛 𝜕𝑛𝑠 = 0 2.8
𝑠
Atau
∑𝑠 𝑑𝑛𝑠 = 𝑑𝑁 = 0 2.9b
∑𝑠 𝑛𝑠 𝜖𝑠 = 𝐸 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛 2.10a
Atau
∑𝑠 𝑑𝑛𝑠 = 𝑑𝐸 = 0 2.10b
21
𝑑𝑊 + 𝑎 𝑑𝑁 + 𝑏 𝑑𝐸 = 0 2.11
𝜕𝑊
∑𝑠 𝑑𝑛𝑠 + 𝑎 ∑𝑠 𝑑𝑛𝑠 + 𝑏 ∑𝑠 𝜖𝑠 𝑑𝑛𝑠 = 0 2.12
𝜕𝑛𝑠
Karena bentuk yang diberikan untuk W oleh persamaan 2.7 akan ditentukan untuk
pengembangan sisi maksimum dari log W selaindari W dan ini dapat dilihat dalam
persamaan 2.11 dan 2.12 dalam bentuk itu. dan
𝑑 log 𝑊 + 𝛼 𝑑𝑁 + 𝛽 𝑑𝐸 = 0 2.13
Dan
𝜕 log 𝑊
∑𝑠 𝑑𝑛𝑠 + 𝛼 ∑𝑠 𝑑𝑛𝑠 + 𝛽 ∑𝑠 𝜖𝑠 𝑑𝑛𝑠 = 0 2.14
𝜕𝑛𝑠
Dimana term α dan β menggantikan pengali a dan b dari persamaan 2.11 dan 2.12.
persamaan 2.14 dapat dituliskan kembali dengan penjumlah terhadap semua term
sehingga
𝜕 log 𝑊
∑𝑠 { + 𝛼 + 𝛽𝜖𝑠 } 𝑑𝑛𝑠 = 0 2.15
𝜕𝑛𝑠
Bila W dan oleh karena itu log W adalah merupakan nilai maksimum (atau
kemungkinan minimum), persamaan 2.15 harus tetap irrespektif dari besaran peningkatan
individual . Oleh karena itu, semua nilai dari s, ini adalah term yang dikebangkan dalam
persamaan 2.15 dengan rangkaian nol
𝜕 log 𝑊
+ 𝛼 + 𝛽𝜖𝑠 = 0 2.16
𝜕𝑛𝑠
𝜕 log 𝑊
Diferensial , dapat dievaluasi dengan bantuan dari pendekatan Stirling
𝜕𝑛𝑠
terutama untuk berbagai bilangan yang lebih besar. Bentuk dari pendekatan ini adalah
dibahas dalam lampiran 2 dimana ini memperlihatkan bahwa jumlah yang besar
22
karena adanya sistem yang dapat dipertimbangkan mengarah pada lembar energi
dari keadaan energi yang diberikan, dengan pekerjaan yang diadakan dan dinilai untuk
lebih besar pada pendekatan persamaan 2.17 yang akan berlaku pada n2 untuk nilai dari s.
𝑔 𝑛𝑠
log 𝑊 = log 𝑁! + log [∏𝑠 { 𝑛𝑠 ! }]
𝑠
𝑔 𝑛𝑠
= log 𝑁! + ∑𝑠 log { 𝑛𝑠 ! }
𝑠
𝜕 log 𝑊
= log 𝑔𝑠 − log 𝑛𝑠
𝜕𝑛𝑠
𝑔𝑠
= log 2.19
𝑛𝑠
𝑔𝑠
log + 𝛼 + 𝛽𝜖 𝑠 = 0
𝑛𝑠
Maka diperoleh ,
𝑛𝑠 = 𝑔𝑠 𝑒 𝛼+𝛽𝜖𝑠 2.20
Hasil yang diperoleh dalam persamaan 2.20 akan memberikan distribusi dari
sistem terhadap berbagai sheet energi untuk berbagai konfigurasi yang dimungkinkan dan
diketahui sebagai distribusi Mazwell Boltzman. Term yang terjadi dalam distribusi ini
seringkali dirujuk sebagai faktor Boltzman. Hasil dari bentuk yang sama dari persamaan
2.20 adalah diperoleh dalam persamaan 10.27 tetapi dari sudut pandang yang berbeda.
Bila disamping lembar atau sheet energi, hanya kondisi energi individu yang
dipertimbangkan ketika jumlah rata-rata R1 dapat didefinisikan untuk keadaan I dari
energi ai. Karena beberapa keadaan memiliki bobot uniti, persamaan 2.20
memprediksikan nilai untuk jumlah okcupasi rata-rata :
23
Sebelum distribusi diberikan oleh persamaan 2.20 didefinisikan jelas adalah
sangat penting untuk menentukan pengali α dan β maka ini juga sangat penting untuk
memperlihatkan bahwa persamaan 2.20 mendefinisikan maksimum W dan bahwa
ketajamandari maksimum ini adalah dianggap cukup untuk membenarkan distribusi
sebagai representasi dari distribusi rata-rata untuk angkaian ini. Pertanayan dari
maksimum W akan dipertimbangkan perama kali.
Nilai dari jumlah ocupasi diberikan dalam persamaan 2.20 yang mendefisnisikan
titik stasioner untuk bobot W. Sifat dari W di dalam bagian titik stasioner dapat
dipertimbangkan dan harus mengembangkan nilai log W sebagai deret Taylor pada titik
ini. Pengembangan ini memiliki bentuk
Dimana Wmax adalah diambil sebagai nilai stasioner dan W adalah bobot
konfigurasi untuk bilangan ocupasi akan dibedakan oleh n, dll dari W max (juga harus ada
istilah tambahan dalam persamaan 2.22 dalam bentuk
s t
2
log W / ns nt
max
ns nt
saja, seperti yang diperlihatkan oleh persamaan 2.19, dan term ini bernilai nol).
karena itu perlu untuk mengevaluasi order kedua saja. Dari persamaan 2.19
log W / ns log g s / ns sehingga :
2 log W 1
2.23
ns
2
ns
Penulisan n sm untuk nilai ns pada titik stasioner, substitusi dari persamaan 2.23 ke
dalam persamaan 2.22 menghasilkan
ns2
log W log Wmax 12 2.24
s nsm
Atau
24
n 2
W Wmax exp 12 s 2.25
s nsm
Bahwa jumlah Wmax adalah dimaksudkan sebagai nilai maksimum dari W adalah
terlihat dari persamaan 2.25 karena berbapa deviasi n s positif atau negtif dari ns , dari
W Wmax exp 12 nsm s2 2.26
s
Kemudian, bila kasus ini dipertimbangkan didalam semua deviasi fraksional maka
memiliki besaran yang sama s tetapi dengan tanda yang dipilih untuk menghasilkan
n
s
s s 0 , persaaan 2.26 menjadi
W Wmax exp 12 2 nsm Wmax exp 12 N 2 2.27
s
W Wmax exp 12 10 20.10 16 Wmax 10 2150
Penurunan yang cepat dari W untuk nilaid ari deviasi fraksionald ari order satu
bagian dalam 1010 adalah terindikasi dalam gambar 3 untuk N = 1020.
25
Semakin jelas dari perhitungan ini bahwa maksimum W adalah sangat tajam dan
bahwa hanya mereka yang memiliki konfigurasi yang adalah dapat dilakukan dalam
berbagai konfigurasi yang dimungkinkan yang memiliki probabilitas dari kejadian yang
berbeda dari angka nol. Oleh karena itu ini akan memperkenalkan tidak adanya kesalahan
yang terdeteksi bila ini diasumsikan bahwa sebagian besar masalah konfigurasi dari
rangkaian ini adalah sama seperti konfigurasi keseimbanan dan bahwa sifat-sifat ini
dihitung untuk sebagian besar konfigurasi yang dimungkinkan yang terjadi pada sifat rata-
rata dari rangkaian itu. Maka harus jelas bahwa bila jumlah dari sistem ini adalah
rangkaian yang dapat direduksi, maka ketajaman konfigurasi maksimum ini akan menjadi
kurang tertandai dan juga fluktasi dari berbagai konfigurasi kemungkinan akan menjadi
hal yang dianggap sangat penting.
2.5. Pengali β
pun, sebelum didahului dengan tiga substitusi, maka akan sangat menarik untuk
mempertimbangkan β dari sudut pandang termodinamika dan akan dilakukan dengan dua
cara ini.
Dua rangkaian dari A’ dan A” yang meiliki sistem N’ dan N” Rangkaian ini dapat
ditempatkan dalam kontak thermal terhadap energi, tetapi bukan sistem, yang dapat
dirubah ke arahnya dan kemudian sebaliknya dapat diisolasi dari lingkungan sekitarnya.
Dengan pertukaran energi, dua rangkaian ini akan mencapai suhu yang sama seperti ketika
ada dalam keseimbangan thermal. Total energi E dari kedua rangkaian ini adalah
merupakan jumlah yang tetap dengan kondisi.
Nyatakan energi dalam kedua rangkaian ini dibagi ke dalam lembaran dan
nyatakan lembaran s memiliki energi s' dan s" dan juga jumlah ocupasi n s' dan n s" untuk
rangkaian A ' dan A" . aka total energinya adalah
26
E ns s nsn sn
s s
dN dns 0 ; dN dns 0
s s
Dan
Bila bobot individu dari kedua rangkaian ini dalam konfigurasi tertentu adalah W '
dan W " , maka total bobot dari konfigurasi kedua rangkaian ini adalah
WT W W 2.30
Masing-masing susunan dari A ' akan diambil bersama dengan susunan energi A"
kondisi untuk sebagian besar konfigurasi dari kombinasi rangkaian ini akan diberikan,
oleh analogi dengan persamaan 2.13 sebagai:
Dimana kondisi ini akan dinyatakan oleh persamaan 2.28 yang ada melalui
pengali ' , " dan . Sekarang, dari persamaan 2.30, log WT log W log W dan juga
akan tergantung pada jumlah persamaan lainnya.
log W
d log W dns
s ns
Dan
log W
d log W dns
s ns
Persamaan 2.31` ini dapat dituliskan dengan kondisi yang diambil dari persamaan 2.29
sebagai (Pers 2.32)
log W log W
s ns
dn s
s ns
dns dns
s
dns s dns sdns 0
s s s
Atau
27
log W log W
s dns sdns 0 2.32
s ns s ns
Karena persamaan 2.32 adalah diambil sebagai pendefinisikan titik stasioner maka
harus dipenuhi untuk nilai kecil dari dn s' dan dns" dan kondisi untuk konfigurasi yang
dimungkinkan yang ekuivalen dengan dua kondisi
log W
s 0 2.33a
ns
Dan
log W
s 0 2.33b
ns
Untuk semua nilai s. persamaan 2.33a dan 2.33b yang mendefinisikan sebagian
besar distribusi untuk kedua rangkaian dan ini terlihat bahwa kedua dari distribusi ini
akan tergantung pada nilai pengali β. Kemudian, karena ini hanya merupakan suhu dari
kedua rangkaian yang perlu memiliki nilai yang sama, maka ini terlihat bahwa β adalah
fungsi dari temperatur itu sendiri, yaitu:
f T 2.34
Nyatakan jumlah panas dQ dapat disuplai untuk rangkaian dan juga rangkaian
dikembangkan oleh jumlah eV. Rangkaian ini kemudian menjadi jumlah kerja dari pdV
dan p adalah tekanan yang diberikan pada rangkaian oleh lingkungan sekitarnya.
Peningkatan dalam energi dari rangkaian ini kemudian diberikan oleh hukum pertama
thermodinamika sebagai:
dE = dQ – p dV 2.35
28
dE d n s s
s
2.36
s dn s n s d s
s s
Kedua term di dalam ekspresi ini muncul dari dua bentuk energi dalam persamaan
2.35. perubahan d s dari level energi s akan dapat disebabkan oleh a perubahan dalam
pekerjaan yang dilakukan oleh rangkaian. Susunan sistem diantara lembaran energi yang
mengarah pada term
s
s dns harus dihubungkan dengan panas yang diberikan pada
n d
s
s s pdV 2.37
dan
s
s dns dQ 2.38
(selisih antara kedua pernyaaan ini dapat dipertimbangkan sebagai perbedaan antara energi
yang diurutkan \ atau kerja dan juga energi disorder atau panas)
Bila hasil dari persamaan 2.38 adalah digunakan bersama dengan persamaan 2.13
untuk kasus dimana akan ada perubahan dalam volume rangkaian, maka kondisi
keseimbangan dari rangkaian ini menjadi:
d log W dN dQ 0 2.39
Karena peningkatan energi ini harus terkait dengan suplai dari panas dQ. Dalam
kasus ini dimana dQ adalah telah disuplai pada rangkaian dengan jumlah konsanta dari
sistem (yaitu dN = 0 ) maka akan ada perubahan dalam bobot rangkaian yang diberikan
oleh:
d log W dQ 2.40
Dalam pernyataan ini, d log W adalah merupakan diferensial sempurna dan oleh
karena itu β dQ harus menjadi diferensial sempurna. Sekarang akan diketahui dalam
29
thermodinamika bahwa pengali 1/T merubah kuantitas dQ ke dalam diferensial yang
sempurna:
dQ
dS =
T
dimana S adalah entropi dari rangkaian dan T adalah suhu pada derajat Kelvin. Oleh
karena itu dapat diikuti bahwa di dalam hubungan umum yang diberikan oleh persamaan
2.34, maka :
1
2.41
kT
dimana k adalah konsanta dan penggunaannya adalah dibuat dari fakta bahwa β
harus negatif. Dalam hal ini k adalah telah diketahui sebagai kosntanta Boltzmann yang
terjadi dalam teori kinetik dasar yang kemudian akan diperlihatkan dengan
mempertimbangkan energi rata-rata dari sistem dalam rangkaian dimaksud.
Maka dalam pembahasan β, kondisi yang diberikan pada bagian distribusi ini oleh
energi total dan juga bagian dari sistem dalam rangkaian ini adalah digunakan untuk
menentukan energi rata-rata dari sistem itu. Dari teori energi kinetik dasar maka telah
diketahui bahwa rata-rata energi ini memiliki nilai yang diturunkan dari persamaan gas
ideal sebagai:
3
kT 2.42
2
E s g s e s 2.43a
s
Dan
N g s e s 2.43b
s
30
Faktor e dapat diestimasi diantara kedua persamaan ini untuk menghasilkan
energi rata-rata per sistem sebagai
E
g e s s
s
s
g e s 2.44
N s
s
g s Bs 2.45
Dimana s ini adalah volume dari ruang fase enam dimensi yang memiliki
rentang energi s hinga s d s dan di dalam volume V dari rangkaian.
Dimana m adalah massa a dari sistem komponen dari rangkaian itu. (Volume
dari ruang fase ini akan memadukan unsur yang telah ada)
d dxdydz dp x dp y dp z
Terutama terhadap nilai x, y dan z dan terhadap semua arah dari momen yang ada
karena energi s adalah diambil sebagai independen dari kedua posisi dari sistem dan juga
arah dari gerakan. Dengan mensubstitusikan dari persamaan 2.46 dalam persaaan 2.45
menghasilkan:
1
g s BV . 2 2m 2 s2 d s
3
2.47
31
sehingga akan memperlihatkan term dalam g s dari penyebut dan pembilang dan juga
dropping dari subskrip s:
3
0
e d
2
2.48
1
e d
2
0
Bila diingat bahwa β adalah merupakan kuantitas negatif, maka integrasi parsial
dari pembilang dari persamaan 2.48 menghasilkan:
3 1
3
0
2 e d
2
0
2 e d
3
2.49
2
1
kT
2.6. Pengali
A e 2.50
n s Ag s e s 2.51
N A g s e s 2.52
s
Dan
32
N
A
g s e s
S
2.53
N
A 1
2.54
2 2m BV e d
1
2
2
0
3
1 3 1
2 e d 2 x 2 e x dx 2
3
0
2
0
2
3
2
N
A 1
2m 2
BV
1
Atau, dengan
kT
N
A 2.55
BV 2mkt 2
1
N
log A log 2.56
BV 2mkT 12
Pernah dan dikenal dalam hal parameter juga memungkinkan untuk menulis
distribusi lebih dari energy, seperti yang di berikan oleh persamaan 2.20, dalam hal
parameter. Namun, untuk distribusi ini akan berguna, itu hanya dinyatakan sebgai
distribusi differentil. Misalnya, jika dn diambil sebagai sejumlah system yang memiliki
33
koordinat dalam sebuah volume d dari fase maka distribusi differential ini dapat di tulis
dengan menggantikan sejumlah keadaan gs dalam persamaan 2.20 dengan B d untuk
memberikan
dn e B d 2.57
Alternative jika gs adalah sejumlah keadaan dengan energy dengan kisaran c, persamaan
2.20 menjadi
Untuk jumlah system yang memiliki energy dalam rentang sampai d . Hanya nilai
g d yang akan diberikan untuk bobot gs dalam persamaan 2.47 dengan s digantikan
oleh . Dengan demikian, disubstitusi dan dari persamaan 2.56 dan 2.41, persamaan
2.58 menjadi
2N
1
n e / kT 2 d 2.59
kT
1
2
seperti yang akan disebutkan kemudian, kuantitas g sering disebut sebagai keadaan
berat jenis. Ini merupakan distribusi Maxwell-Boltzmann di dalam diferensial.
Hal yang menarik untuk di catat di sini bahwa distribusi dalam persamaan 2.59 adalah
tidak bergantung dari konstanta B. bentuk ini dapat di simpulkan bahwa, di dalam sama
sekali pemisahan tingkat energi habis, distribusi yang sama akan di peroleh.
34
Soal
1. Tunjukkan bahwa distribusi yang diperoleh dari persamaan 2.11 seperti halnya
pada persamaan 2.13 tidak bergantung pada apakah bentuk dari aproksimasi
Stirling dinyatakan sebagai N ! N / e ataukah dalam bentuk yang lebih
N
2. Dengan mengintegrasikan secara langsung dari nd dengan n diperoleh
0
dari persamaan 2.59 maka tunjukkan bahwa total energi dari asembli dinyatakan
3
sebagai RT dimana R=Nk
2
35
BAB III
Terdapat beberapa properti sistem Y (x, p) yang merupakan fungsi dari enam
koordinat diwakili oleh x ≡ x, y, z dan p ≡ Px, Py, Pz. Distribusi sistem selama energi
tersedia diketahui mungkin untuk mengekspresikan nilai rata-rata Y (x, p) dalam hal
distribusi i. Jika ada sistem dn dengan koordinat (x, p) dalam unsur fase ruang dΓ =
dxdydz dpydpydpz maka probabilitas untuk menemukan sistem dalam elemen ini dapat
ditulis sebagai:
𝒅𝒏
∫(𝒙, 𝒑) dΓ = 𝑵
3.1.
Di mana N adalah jumlah total sistem dan ∫(x,p) adalah fungsi probabilitas.
Dengan dn diperoleh dari persamaan 2.57 ini memberikan:
𝒆𝜶+𝜷 𝑩𝒅𝚪
∫(𝒙, 𝒑)𝒅┌ = 𝑵
3.2.
Nilai rata-rata dari Y (x, p) diperoleh dengan mengambil statistik rata-rata normal
dalam bentuk:
∫ ┌𝒀(𝒙,𝒑) ∫(𝒙,𝒑) 𝒅𝜞
Ῡ= 3.3.
∫ ┌𝒆−€/𝒌𝑻 𝒅𝜞
Di mana integral diperoleh dari seluruh ruang fase dan tepat untuk menunjukkan
integral dalam bentuk penyebut meskipun ∫ ┌ ∫(𝑥, 𝑝)𝑑𝛤 dΓ. Subtitusikan persamaan 3.2
ke persamaan 3.3 yang diberikan atas batas 𝑒 𝛼 B/N,
€
−
∫ ┌𝒀(𝒙,𝒑) 𝒆 𝒌𝑻 𝒅𝜞
Ῡ= 3.4.
∫ ┌𝒆−€/𝒌𝑻 𝒅𝜞
Sekarang, ∑𝑁
𝑖=1 €i = E, energi total pembuatan, sehingga :
36
3.5
Jika energi dari sistem yang dibuat berhubungan dengan kuadrat posisi dan
kooordinat momentum sistem untuk setiap hubungan kuadrat, sumbangan dari rata-rata
1
energi yang diberikan kT dimana T adalah temperatur sistem. Ilustrasi dari hal tersebut
2
ditunjukkan dengan contoh.
Dengan mempertimbangkan molekul gas dari massa m dan membiarkan energi untuk
gerak di sumbu x kuadrat momentum px .i.e. x px 2 / 2m. Nilai rata-rata dari x didapat
dari persamaan 3.4 Jadi, pada temperatur T;
rP / 2me d
2 / kT
x
re d
x e / kT
3.6.
Dimana energi adalah total energi yang terkandung dalam s .dengan mengambil energi
px
2
px
2
exp 2m / kT dxdydzdp y dp z 2m exp( p x / 2mkT)dp x
2
s
px
2
exp 2m / kT dxdydzdp y dp z exp( p x / 2mkT)dp x
2
3.27.
kT e u u 2 du
2
x
e
u 2
du
3.8
37
1 3.9
x kT
2
Hasil yang sama pada persamaan 3.9 yang memiliki energi pada sumbu x didapat
1 2
dari kuadrat kordinat x, contohnya x x . Bagaimanapun, jika energi diubah lebih
2
dari satu keadaan. Energi dinilai pengintegralan atau megikuti aturan yang ada.
Menganggap sebuah osilator harmoni sederhana pada satu dimensi mempunyai energi
yang dibentuk pada kuadraan dua, contohnya:
2
p 1
x x x 2
2m 2 3.10
1 2 / kT
r p / 2m x e d
2
x
x
2
re
/ kT
d
3.11
1
Jika integral dari exp p x / 2m x 2 / kT dydxdpy dp z diambil dari semua nilai
2
2
y, z , p y danp x dibatalkan dari persamaan 3.31 energi rata-ratanya mejadi,
px
2
1 2
p x
2
1 2
2m 2 2m 2 dxdpx
x exp x / kT
x
px
2
1 2
exp 2m 2 x / kT dxdpx
3.12
Pembatasan untuk gerak di sumbu x yang ditujukan untuk gaya osilator. Tetapi,
untuk menilai integral dari persamaan 3.12 koordinat p x dan x dapat ditunjukkan pada
koordinat polar menjadi
38
2
px 1 2
r 2 sin 2 , x r 2 cos 2
2m 2
1
Kemudian dxdpx 2 m / ) 2 rdrd dan persamaan 3.32 diintegrasi semua nilai
dan r ,
2
d e
r 2
/ kT
r 3 dr
x 0
2
0
kT 3.13
d e
r 2 / kT
r dr
0 0
Energi rata-rata dari molekul bebas yang diberi, dengan menggunakan analisis
yang sama;
p x 2 py 2 p z 2 1 1 1 3
kT kT kT kT
2m 2m 2m 2 2 2 2
pada persamaan 2.42 ketika energi rata-rata berada pada tiga dimensi osilator akan
menjadi,
p 2 py 2 p z 2 1
x 6. kT 3kT
2m 2m 2m 2 3.14
ditugaskan pada masing-masing tingkat dari kebebasan atau mode bebas dari pengambilan
energi. Seperti pada contoh yang menimbang sebuah massa atom dari elemen padat yang
berisi atom NA , dimana NA adalah bilangan Avogadro. Jika masing-masing atom
dianggap mempunyai tiga dimensi osilator harmonik yang akan menjadi total dari 6N A
tingkat kebebasan. Energy dari massa atom zat padat pada temperature T akan menjadi :
1
𝐸 = 6NA . 2 𝑘𝑇
= 3RT 3.15
39
𝜕𝐸
Cv = {𝜕𝑇 } = 3 R 3.16
𝑣
Jika volume zat padat bernilai konstan. Ini merupakan hasil yang telah diperoleh
dari Dulong dan Petit untuk kalor dari sebuah logam.
Diskusi selanjutnya dari tingkat kebebasan telah diberikan di dalam bagian selanjutnya.
Karena equip partisi dari energy, jika pemberian molekul mempunyai tingkat
kebebasan f, dalam sebuah gas klasik pada temperatur T, itu akan mempunyai energi
1
pembagi dari (f x 2 𝑘𝑇). Energi dari massa molekul dari gas pada temperature T dengan
demikian menjadi :
1
E = NA x f x 𝑘𝑇 3.17
2
𝜕𝐸 1
Cv = {𝜕𝑇 } = 2 𝑁𝐴 𝑘𝑓 3.18
𝑣
1
= 2Rf
Jika molekul gas merupakan monoatomik, hanya terdiri 3 komponen energi kinetik
dari translasi yang akan mengkonstribusi ke energy gas. Lalu akan menjadi tiga tingkat
kebebasan, i.e.f = 3. (akan didiskusikan nanti, beberapa perubahan gerakan rotasi dari
atom tentang sumbu melalui titik pusat akan memerlukan energi yang sangat besar
dibandingkan dengan suhu normal energi kT yang berupa rotasi dikatakan menjadi
‘penghalang’). Kalor pada gas terdiri dari persamaan 3.38, dengan f = 3, seperti :
3
Cv (monoatomik) = 2R 3.19
Jika molekul-molekul gas adalah diatomik maka akan menjadi lima tingkat
kebebasan. Disamping tiga tingkat kebebasan dari translasi dimana kini hadir untuk
40
molekul monoatomik yang akan menjadi dua tingkat kebebasan dari rotasi seperti ilustrasi
pada gambar 1.
wy
wx
Jika sumbu mengikuti dua atom dari molekul-molekul yang diambil seperti sumbu
z maka energi rotasinya diberikan oleh dua suhu kuadrat seperti :
1 1
Erot = 2 𝐼𝑥 𝑤𝑥2 +2 𝐼𝑦 𝑤𝑦2
dimana Ix dan Iy adalah momen inersia tentang sumbu x dan y dan wx dan wy
merupakan kecepatan sudut. Rotasi molekul tentang sumbunya itu menghalangi kembali
pada suhu normal dan ini juga terjadi dalam keadaan umum beserta getaran atom-atomnya
pada sumbu tersebut. Kalor yang dikandung oleh subtitusi untuk f = 5 didalam persamaan
3.38 yang memberikan :
5
Cv (diatomik) = 2R 3.20
Untuk sebuah triatomik, atau yang lebih kompleks, molekul-molekul tersebut umumnya
enam tingkat kebebasan. Disana ada tiga tingkat kebebasan translasi bersama dengan tiga
tingkat kebebasan rotasi yang digabungkan kepada tiga sumbu utama yang mana rotasinya
tidak menghalangi pada suhu normal. Subtitusi untuk f = 6 dalam persamaan 3.18
memberikan kalor berupa gas seperti :
41
Cv (triatomik) = 3 R 3.21
Ketika nilainya dapat ditahan untuk beberapa tipe dari molekul-molekul dengan
lebih dari dua atom, beberapa keadaan dimana kontribusi dari energi getaran dan nilai dari
f akan menjadi lebih besar daripada enam. A memenuhi diskusi dari titik ini yang harus
meninggalkannya, bagaimanapun, hingga bagian 8.3 pada molekul diatomik.
Jika menggunakan pembuatan hubungan diantara prinsip kalor dari gas sempurna, yang
diibaratkan :
Cp – Cv = R
𝐶𝑝
Lalu rasio γ = 1 + kemungkinan determinan untuk masing-masing dari tiga
𝐶𝑣
1
keadaan dipertimbangkan disini. Jika nilai dari Cv ditandai dari persamaan 3.38 seperti 2Rf
1 2
lalu Cp = R(1 + 2 𝑓) dan γ = (1 + 𝑓).
5 7 4
γ(monoatomik) = , γ(diatomik) = , 𝑑𝑎𝑛 γ(triatomik) =
3 3 3
4
untuk molekul yang lebih kompleks dengan f > 6, akan menjadi lebih kecil daripada 3 dan
Mengingat kandungan sebuah gas di dalam sebuah bejana dengan dinding tidak
berpenghantar. Kira-kira menjadi sebuah tempat berlistrik E berlaku gas yang artinya
sebagai wadah luar pengisian bejana seperti yang terlihat di gambar 2 dan kira-kira ion
n(x) per unit volume pada jarak x dari bawah bejana. Jika pengisian pada masing-masing
ion adalah q lalu energi potensial dari sebuah ion pada x, dibandingkan dengan ion itu
pada x = 0 , akan menjadi :
42
𝜖(𝑥 ) = −𝑞𝐸𝑥
Dimana n(0) adalah konsentrasi ion-ion pada x = 0 dan T adalah suhu dari gas.
Sekarang, jika ion-ion mempunyai sebuah mobilitas 𝜇, tentu akan menjadi sebuah
kecepatan aliran ionik 𝜇𝐸 dalam direksi dari tempat E. Disana akan menjadi sebuah aliran
arus dari ion-ion yang membentangi bidang pada x sama dengan :
Juga, jika D adalah koefisien difusi untuk ion-ion, maka akan menjadi sebuah arus difusi
dari ion-ion yang bertemu pada area unit x yang mana didefinisikan oleh :
𝑑𝑛(𝑥)
j (difusi) = −𝐷 3.24
𝑑𝑥
per unit waktu dalam direksi dari gradien konsentrasi. Bagaimanapun, sejak keadaan
dibawah diskusi ini dapat menjadi tidak adanya total aliran arus, dimana dapat menjadi
tidak adanya perpindahan total dari ion. Sebagai berikut :
43
j (aliran) + j (difusi) = 0
𝑑𝑛(𝑥)
n(x). 𝜇𝐸 = 𝐷 3.25
𝑑𝑥
𝑑𝑛(𝑥) 𝑞𝐸
= n(x).𝑘𝑇
𝑑𝑥
𝐷𝑞
𝜇=
𝑘𝑇
atau
𝜇 𝑞
= 3.26
𝐷 𝑘𝑇
44
SOAL
45
2. Hitunglah nilai rata-rata dari |𝑣𝑧 |dan 𝑣𝑥2 (section 3.3)
Jawab:
−𝑣 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑣𝑥 < 0
|𝑣𝑧 | = { 𝑥
𝑣𝑥 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑣𝑥 ≥ 0
Jadi
01 ∞
𝑚 2 𝑚𝑣𝑥2 𝑚𝑣𝑥2
|𝑣𝑧 | = ( ) [− ∫ 𝑣𝑥 exp (− ) 𝑑𝑣𝑥 + ∫ 𝑣𝑥 exp (− )]
2𝜋𝑘𝑇 −∞ 2𝑘𝑇 0 2𝑘𝑇
𝑚𝑣𝑥2 𝑘𝑇𝑑𝑢
Misalkan = 𝑢 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑑𝑖 𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑥 =
2𝑘𝑇 𝑚
Untuk 𝑣𝑥 = 0, 𝑢 = 0 dan untuk 𝑣𝑥 = −∞, 𝑢 = ∞
Sehinggan denagn memasukkan fakta tersebut kepersamaan sebelumnya dan
mengganti kembali u menjadi 𝑣𝑥 diperoleh
1
0 ∞
𝑘𝑇 2
|𝑣𝑧 | = ( ) [− ∫ exp(−𝑣𝑥 ) 𝑑𝑣𝑥 + ∫ exp(−𝑣𝑥 ) 𝑑𝑣𝑥 ]
2𝜋𝑚 ∞ 0
1
𝑘𝑇 2 0 0
= ( ) [ exp(−𝑣𝑥 )| − exp(−𝑣𝑥 ) | ]
2𝜋𝑚 ∞ ∞
1
𝑘𝑇 2 1 1 1 1
=( ) [ 0 − lim 𝑣𝑥 − lim 𝑣𝑥 + 0 ]
2𝜋𝑚 𝑒 𝑣𝑥→0 𝑒 𝑣𝑥→∞ 𝑒 𝑒
1
2𝑘𝑇 2
= ( )
𝜋𝑚
Untuk 𝑣𝑥2
1 3
∞
𝑚 2 𝑘𝑇 2
̅̅̅̅
2
𝑣𝑥 = ( ) 2 [∫ √2 ( ) √𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑥 exp(−𝑣𝑥 )]
2𝜋𝑘𝑇 0 𝑚
∞ 1
2𝑘𝑇
= ( ) ∫ 𝑒 −𝑣𝑥 𝑣𝑥2 𝑑𝑣𝑥
√𝑥𝑚 0
2𝑘𝑇 3
= ( )Γ( )
√𝑥𝑚 2
2𝑘𝑇 1 1
= ( ) Γ (2)
√𝑥𝑚 2
𝑘𝑇
= (𝑚)
Perlu diperlukan bahwa nilai kedua besaran in tidak sama dengan nilai dari v x
yang nilainya sama dengan 0. Anda bias membayangkan nya secara intutif
3. Tunjukan bahwa integrasi terhadap persamaan 3.10 untuk semua sudut
koordinat kutup akan menghasilkan distribusi seperti pada persamaan 3.8
Jawab :
3
∞
𝑚 2 𝑚(𝑣𝑥2 + 𝑣𝑦2 + 𝑣𝑧2 )
𝑁( ) ∭ exp (− ) 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
2𝜋𝑘𝑇 −∞ 2𝑘𝑇
46
3 2
2𝜋 𝜋 ∞ 𝑚𝑣𝑟
𝑚
= 𝑁 (2𝜋𝑘𝑇 ) ∫𝑣𝜑=0 ∫𝑣𝜃=0 ∫𝑣𝑟=0 𝑒 − 2𝑘𝑇
2
𝑣𝑟2 sin(𝑣𝜃 ) 𝑑𝑣𝑟 𝑑𝑣𝜃 𝑑𝑣𝜑
3 ∞
𝑚 2 𝑚𝑣𝑟2
= 𝑁( ) 2𝜋. 2 ∫ 𝑣𝑟2 𝑒 − 2𝑘𝑇 𝑑𝑣𝑟
2𝜋𝑘𝑇 0
3 ∞
𝑚 2 𝑚𝑣𝑟2
∫ 2 − 2𝑘𝑇
= 𝑁( ) 4𝜋 𝑣𝑟 𝑒 𝑑𝑣𝑟
2𝜋𝑘𝑇 0
Karena yang diintegralkan hanya sudut kutubnya maka, nilai in sudah sama
dengan yang diperoleh pada persamaan 3.8.
47
BAB 4
STATISTIK BOSE-EINSTEIN
Setelah turunan dari penyaluran statistik yang sesuai untuk kumpulan yang tidak
mempengaruhi sistem klasik perlu untuk mempertimbangkan sifat dari perkumpulan di
mana sistem, masih dianggap tidak mempengaruhi, mematuhi hukum mekanika kuantum.
Dari sudut pandang mekanika statistik perbedaan prinsip antara Boson dan sistem
klasik terletak pada kenyataan bahwa setiap dua Boson identik akan benar-benar tidak bisa
dibedakan. Jadi, sementara pertukaran dua system yang 'indetical' dapat menyebabkan
pengaturan baru dalam perkumpulan, pertukaran dua Boson identik tidak bisa. Perbedaan
ini akan menyebabkan hasil yang berbeda untuk distribusi energi yang paling mungkin
dari sistem dalam perkumpulan.
Perbedaan lain antara sistem mekanik dan klasik kuantum dalam sifat diskrit dari
keadaan energi yang tersedia. Dalam statistik klasik distribusi, yang diperoleh pada asumsi
bahwa energi bisa diturunkan ke level diskrit, itu terbukti tidak berubah ketika pemisahan
tingkat diizinkan untuk cenderung nol. Dalam kasus mekanika kuantum keadaan energi
diskrit tentu harus dianggap seolah-olah masing-masing keadaan tersedia menempati
volume yang pasti dari ruang fase. Dalam lampiran 5 buku ini terbukti h3sama dengan per
keadaan *sehingga, dalam volume ruang fase d , akan menjadi d / h 3
Distribusi energi yang paling mungkin untuk kumpulan identik, Boson non-
berinteraksi dapat diperoleh dengan metode akurat serupa dengan yang digunakan dalam
48
kasus sebuah kumpulan klasik. Konfigurasi kumpulan ini lagi ditentukan dengan lembar s,
yang terdiri dari semua keadaan g s yang menyatakan dengan energi dalam kisaran s ke
nomor kedudukan ns timbul dari energi E tetap dan jumlah tetap sistem N perkumpulan
sehingga
n s s E n s N
s s 4.1
Sekarang diperlukan untuk menemukan jumlah susunan yang berbeda dari sistem
yang sesuai dengan konfigurasi yang diberikan atau nomor kedudukan yang ditetapkan.
Karena sistem tidak dapat dibedakan pertukaran dua sistem, apakah antara dua lembar atau
antara dua keadaan energi dalam lembar yang sama. tidak akan menghasilkan pengaturan
baru. Satu-satunya pengaturan yang berbeda yang dapat dibentuk timbul dari susunan
sistem dalam lembar antara kedudukan-kedudukan yang tersedia di lembar.
Pertama
Arrangement 1 | || .. || . || . || . || |
Arrangement 2 | . || || .. || || . || . |
Arrangement 3 | || || ... || . || || . |
Arrangement 4 | .. || . || || || .. || |
Garis ganda mewakili batas-batas antara bagian dan titik-titik mewakili sistem.
49
Batas bagian pertama ini mungkin memiliki salah satu system ns atau salah satu
yang tersisa g s 1 menyatakan di sebelah kanan dan sistem ini atau kedudukan dapat
dipilih dalam total g s 1 ns . Jumlah total cara memposisikan sistem ns ini dan
g s g s 1 ns !
Cara mengatur sistem ns antara kedudukan gs. Namun, jumlah ini termasuk g s !
Pengaturan dari kedudukan di antara mereka sendiri dan n s ! Pengaturan sistem tidak dapat
dibedakan. Jumlah dari pengaturan yang tidak dapat dibedakan, ws, dari sistem dalam
lembar s, oleh karena itu
g s g s 1 ns !
ws
g s ! ns !
g s 1 ns ! 4.2 *
g s 1!ns !
W ws
s
g s 1 ns ! 4.3
s g s 1! ns !
50
log W
s dns 0
s ns 4.4
*Tidak mengherankan hasil ini hanya memberi sejumlah cara pengaturan sistem ns
identik dan ( g s 1) batas identik antara bagian-bagian yang diilustrasikan dalam Gbr.9
oleh titik dan garis ganda masing-masing. Didalam Gbr.9. sepuluh objek yang akan diatur
dan ini terdiri dari lima titik yang identik dan lima garis ganda identik. Jumlah pengaturan
dibedakan kemudian 10!/5!5! yang setara dengan persamaan 4.2
Tetapi pada saat maksimum persamaan ini harus sesuai untuk semua nilai yang
kecil dari dns kemudian dari penjelasan hubungan yang ada dalam tanda kurung pada
persamaan 4.4 harus terpenuhi untuk semua nilai dari s maka
log W
s 0 4.5
n s
Jika menganggap bahwa jumlah dari keadaan pada setiap bagian cukup dengan memilih
gs! dan ns! Yang didapat dari pendekatan stirling (lihat Appendix 2) kemudian log W
didapat dari persamaan 4.3 sebagai berikut
log W log ws
s
g s 1 ns !
log W log
s g s 1!ns !
log W g s 1 n s log g s 1 n s g s 1 log g s 1 n s log n s
s 4.6
ns n s
log W g s 1 ns log g s 1 ns g s 1 log g s 1 n s log ns
ns n s ns ns
g s 1log g s 1
Karena diturunkan terhadap ns maka adalah konstan ,dan untuk
ns
51
g s 1 n s log g s 1 n s
u v v u
n s
u g s 1 ns
u 1
v log g s 1 n s
1
v
g s 1 ns
g s 1 n s log g s 1 n s
1log g s 1 n s g s 1 n s
1
n s g s 1 ns
g s 1 n s log g s 1 n s
log g s 1 n s 1
n s
Dan untuk
n s log n s
u v v u
n s
u ns
u 1
v log n s
1
v
ns
n s log n s 1
1log n s n s
n s ns
n s log n s
log n s 1
n s
log W
log g s 1 n s 1 log n s 1
n s
Maka
log W
log g s 1 n s log n s
n s
Karena telah diasumsikan bahwa g s dan ns jauh lebih besar dari pada satu,maka
log W g ns
log s 4.7
ns ns
52
Kemudian substitusikan persamaan 4.7 ke persamaan 4.5 sehingga
g ns
log s s 0
ns
gs
e s 1
ns
Kemudian didapat
g
ns s
s
4.8
e 1
Yang mana persamaan diatas merupakan bentuk umum dari distribusi Bose-
Einstein untuk gas Boson.
Jika pendapat pada bagian 2.50 pada termodinamika digunakan yaitu pengali
gs
ns 4.9
1 S / kT
e 1
A
Dan jumlah rata-rata dari sistem pada keadaan tunggal i dengan energi i adalah
1
ni 4.10
1 i / kT
e 1
A
Jika molekul berada pada gas yang mempunyai integral momentum angular yaitu
h / 2 maka dapat dikatakan gas tesebut memenuhi statistik Bose – Einstein seperti pada
gas Boson dan yang lainnya.distribusi molekul gas pada setiap bagian energi diberikan
oleh persamaan 4.9
53
Karena setiap keadaan energi yang terpenuhi membutuhkan volume h 3 dalam
ruang fasa maka bobot keadaan energi dalam suatu keadaan dapat ditentukan dengan
menggunakan volume d dalam ruang fasa, maka persamaannya adalah
d
g 4.11
h3
Berdasarkan appendix 4 (persamaan A4.7) volume dalam ruang fasa pada tingkat
1
energi ke d adalah 2 2m d .V untuk volume V.jumlah energi keadaan yang
3
2 2
ada pada tingkat energi ini diberikan sperti persamaan dibawah ini
1
2 2m d .V
3
2
g d
2
4.12
h3
Persamaan 4.9
gs
ns
1 s / kT
e 1
A
Maka jumlah dari molekul yang mempunyai energi pada tingkat ke d adalah
g d
n d
1 / kT
e 1
A
1
2 2m d .V
3
2 2
n d h3
1 / kT
e 1
A
54
Dengan bentuk sederhana nya
1
1 2 2m d .V
3
2
n d
2
4.13
h3 1 / kT
e 1
A
Nilai dari parameter A pada distribusi diatas dapat ditentukan dengan kondisi sebagai
berikut
n d N
0
4.14
Dimana N adalah jumlah total dari molekul yang ada pada volume V.secara umum
integral ini sulit untuk diselesaikan karena nilai dari A untuk gas cukup kecil sehingga
menyebabkan suku yang bernilai 1 pada penyebut dalam persamaan 4.13 dapat diabaikan
,bila kondisi ini dipenuhi maka distribusi ini akan mendekati distribusi Maxwell-Boltzman
dan karena molekul-molekul tersebut menyebar diantara keadaan – keadaan energi maka
gas itu dikatakan tidak terdegenerasi,hasil integral dari persamaan 4.14 memiliki hasil
yang sama dengan persamaan 2.55 dengan mengganti konstanta B menjadi h 3 maka
persamaan nya menjadi
Nh 3
A 4.15
V 2mkT
3
2
Dan
Nh 3
log A log 3
4.16
V 2mkT 2
Karena exponensial e / kT adalah lebih besar dari (atau sama dengan) 1 untuk
semua nilai energi pada kondisi persamaan 4.13 dengan menggunakan pendekatan
distribusi klasik pada persamaan 4.15 sehingga didapat A << 1,jika nilai dari N,V dan m
untuk gas helium * disubstitusikan pada persamaan 4.15 maka untuk standar tekanan
atmosphere diperoleh:
55
Pada T 4 K maka A 0.15
1 / kT
Jadi bahkan pada T 4 K nilai dari e >>1 tetap terpenuhi dan gas helium akan
A
berlaku untuk pendekatan yang baik bagi gas klasik
*
isotop yang umum dari gas helium dibentuk dari 4 nukleon dan 2 elektron dan yang
mempunyai integral momentum angular maka akan berlaku gas Boson
A. Kondensasi Einstein
Jika nilai dari A meningkat menuju satu maka mungkin gas Boson akan berlaku
1 / kT
karena kondisi e >>1 hanya berlaku untuk energi molekul yang tinggi.pada kasus ini
A
jumlahnya harus diambil dari adanya energi keadaan pada 0 ,jadi jika distribusi dari
keadaan energi yang diberikan oleh persamaan 4.12 diperkirakan bahwa g 0 0 ,maka
hanya ada 1 keadaan yang diperbolehkan pada energi nol,maka mungkin untuk
menuliskan distribusi dari molekul ,dan jumlah total dari N adalah
g d
1
N
1 0 1 / kT
1 e 1 4.17
A A
N N0 N
paling rendah dan N adalah jumlah molekul dengan energi diatas energi keadaan yang
paling rendah tersebut,karena nilai A meningkat menuju satu maka jumlah N 0 akan
meningkat dengan memasukkan sebagian besar dari fraksi seluruh molekul
56
4.3. Radiasi Benda Hitam : Gas Foton
Pertama, karena foton-foton tersebut dapat diserap dan dipancarkan kembali oleh
dinding-dinding dalam ruang tertutup, jumlah foton dalam ruang tersebut menjadi tidak
tetap. Dengan demikian pada kondisi n
s
s N atau dn
s
s 0 , yang diberikan dalam
persamaan 4.1 tidak dapat terpenuhi pada distribusi dan pengali adalah sama dengan nol
(yaitu A e 1 )
0 A e e 0 1
Kedua, energi foton berbentuk hv , dimana v adalah frekuensi radiasi, dan oleh
karena itu akan lebih memudahkan apabila distribusi energi foton diekspresikan dalam
frekuensi atau panjang gelombang foton. Yang ditunjukkan dalam Lampiran 5 (persamaan
5.10) bahwa jumlah dari bentuk-bentuk gelombang bebas dalam batas panjang gelombang
hingga d adalah (4 / 4 )d per satuan volume dalam ruang tertutup. Akan tetapi
pada gas foton, kemungkinan ada 2 arah polarisasi gelombang elektromagnetik, arah-arah
ini menjadi tegak lurus terhadap arah rambatan gelombang. Setiap foton dapat memiliki
salah satu dari arah-arah polarisasi ini dan jumlah dari bentuk-bentuk yang diberikan oleh
karenanya dirangkap. Jumlah dari keadaan-keadaan atau bentuk-bentuk yang diberikan
dalam batas hingga d adalah sebagai berikut:
8
g ( ) d d 4.18
4
per satuan volume dimana g ( ) merupakan densitas dari suatu keadaan yang
dihubungkan dengan panjang gelombang. Dengan menggunakan distribusi Bose-Einstein
dari persamaan 4.9 dengan A sama dengan kesatuan dan energy sebagai hvs untuk bagian
s memberikan jumlah foton dalam bagian ini pada temperature T sebagai berikut
57
gs
ns
1 s / kT
e 1
A
gs
ns
1 s / kT
e 1
e
gs
ns
1 hvs / kT
e 1
e0
gs
ns
1 hvs / kT
e 1
1
g
ns s
4.19
e hvs / kT
1
g ( )d
n ( ) d
e hvs / kT 1
8 1
n ( )d 4 d. hvs / kT
e 1
8 1
n ( )d d. hc / kT
4.20
4
e 1
Distribusi spectral dari energi dalam gas foton dapat didefinisikan dalam hubungan
E ( ) , energy radiasi per satuan volume per satuan panjang gelombang batas pada
panjang gelombang . Kemudian, bukankah bahwa E n ( )hv n ( )( hc / ) karena
energi per foton adalah hv , energi radiasi pada panjang gelombang dengan batas hingga
d akan menjadi
E ( )d n ( )d.hv
E ( )d n ( )d.(hc / )
8 1
E ( )d d. hc / kT
.(hc / )
4
e 1
58
8hcd
E ( )d 4.21
(e hc / kT 1)
5
Ekspresian pada persamaan 4.21 dikenal sebagai Hukum Radiasi Planck untuk
distribusi spectral dari energi radiasi dalam temperatur konstan dalam ruang tertutup.
Bentuk dari E ( ) sebagai fungsi dari panjang gelombang dan juga dari temperature
yang ditunjukkan pada gbr.4.3.
(a) Ekspresian untuk E ( ) merupakan bentuk dari (1 / ) 5 f (T ) yang diprediksi oleh
Hukum Radiasi Wien berdasarkan argument-argumen Termodinamika.
5
1
E ( ) f (T )
(b) Pada panjang gelombang yang bernilai besar, yaitu dimana e hc / kT ~
1 hc / kT ,
persamaan 4.21 diturunkan menjadi
8hcd
E ( )d
(e hc / kT 1)
5
8hcd
E ( )d 5
(1 hc / kT 1)
8hcd
E ( )d 5
(hc / kT )
8kTd
E ( )d ~
4.22
4
59
*Hal itu seharusnya dapat dijadikan perhatian bahwa, hal ini bertentangan terhadap
eksperimen, formula klasik ini diprediksi sebagai nilai tak terhingga untuk energi E ( )
ketika 0!
(c) Pada panjang gelombang yang bernilai kecil, yaitu dimana e hc / kT 1 , persamaan
4.21 diturunkan menjadi
8hcd
E ( )d
(e hc / kT 1)
5
8hc
E ( )d ~
5 e hc / kT d
4.23
Yang merupakan Formula Distribusi Wien yang pada awalnya diusul sebagai suatu
pencocokan empiris terhadap hasil-hasil eksperimen pada panjang gelombang yang
bernilai kecil.
(d) Jika sebuah lubang kecil yang dibuat pada sisi ruang tertutup bertemperatur konstan
beberapa energi elektromagnetik akan dipancarkan keluar dari ruang tertutup.
Sekarang hal itu dikenal dari teori kinetik bahwa pada suatu gas dengan n molekul per
satuan volume jumlah molekul bergeser dengan satuan bidang pada satuan waktu
1
adalah hv , dimana v merupakan kecepatan rata-rata molekul. Kemudian, jika
4
tidak ada panjang gelombang pilihan tertentu dalam penyerapan atau emisi dari
radiasi oleh lubang (yaitu lubang yang berindak sebagai radiator benda hitam) jumlah
foton yang dipancarkan pada batas panjang gelombang d per satuan bidang
lubang per satuan waktu, nrad ( )d , dapat digunakan sebagai berikut.
c
n rad ( )d n ( )d.
4
c
n rad ( )d n ( )d.
4
8 1 c
n rad ( )d d . hc / kT
.
4
e 1 4
2cd
nrad ( )d 4.24
(e hc / kT 1)
4
60
Energi yang diradiasikan per satuan bidang per satuan waktu pada batas panjang
gelombang yang diberikan secara jelas merupakan (hc / ) nrad ( )d dan dapat ditulis
sebagai berikut.
hc
E rad ( )d nrad ( )d
hc 2cd
E rad ( )d
(e hc / kT 1)
4
2hc 2 d
Erad ( )d 5 hc / kT 4.25
(e 1)
(e) Energi total E per satuan volume pada temperatur konstan dalam ruang tertutup
dipereloh dengan mengitegralkan persamaan 4.21 lebih dari batas panjang gelombang
keseluruhan. Itu adalah
E E ( )d
0
8hcd
E hc / kT
4.26
0 (e 1)
5
Karena
hc hc
t
kT kTt
t hc(kT ) 1
dt hckT (kT ) 2 d
hckT
dt d
(kT ) 2
hc
dt d
kT ( ) 2
kT ( ) 2
d dt
hc
61
8hcd
E hc / kT
0 (e 1)
5
8hc kT ( ) 2
0
E dt
5 (e hc / kT 1) hc
8kT
0
E dt
(e t 1)
3
8kT
0
E 3
dt
hc t
(e 1)
kTt
8kT kTt
0 3
E t dt
(e 1) hc
8h kT
0 4
t3
E 3 dt
c h (e t 1)
8h kT
0 4
t3
E dt
c 3 h (e t 1)
8h kT
4 0
t3
E 3
c h
(e t 1)
dt
4
4.27
8h kT t dt 3
E
c3 h e
0
t
1
t 3 dt t 3 dt e t t 3 e t dt
0 e t 1 0 e t 1 . e t
0 (1 e t
)
.
t 3 dt
0 e t 1
nt t 3
e .e t dt ( e t ) n 1 .t 3 dt
n 0 0 n 0 0
t 3 dt
0 e t 1 n0 0 e .t dt
n t 3
1
1
1
3! 6
1 4
e x dx
x n
(n 1) (3 1) ( 4) 6
0 n 1
n 1 n 31
n 1 n
4
n 1 n
4
n 1 n
4
n 1 n
4
15
62
4
8h kT t 3 dt
E 3
c h 0 e t 1
8h kT 4
4
E 3 .
c h 15
8 5 k 4 4
E 3 3 T 4.28
15h c
Yang merupakan ekuivalen terhadap densitas energi dari radiasi yang diberikan
oleh hukum Stefan-Boltzmann.
Hukum radiasi Stefan dalam bentuk energi yang diradiasikan per satuan bidang per
satuan waktu dari suatu benda yang bertemperatur T adalah
E rad T 4
Dimana merupakan konstanta Stefan. Ekspresi ini salah satunya dapat diperoleh
dengan mengintegrasikan persamaan 4.25 atau, seperti penjelasan diatas, dengan
1
mengalikan persamaan 4.28 dengan c yang diberikan
4
E rad 1
c
T4 4
8 5 k 4 4
3 3
T
15h c 1
c
4
T 4
8 k 4 1
5
3 3 c
15h c 4
2 5 k 4
4.29
15h3c 2
63
bahwa distribusi fonon memiliki hubungan dengan frekuensinya. Bilangan fonon, nv(v)dv,
dengan frekuensi v sampai v + dv dinyatakan dari distribusi Bose-Einstein pada persamaan
4.9, dengan 𝛼 sama dengan nol, maka
g v dv
nv v dv
e hv / kT 1 4.30
Dimana g(v)dv adalah bilangan dari bentuk yang diperbolehkan, atau keadaan untuk fonon
dalam jarak v sampai v + dv.
Bentuk distribusi keadaan , g(v), dalam persamaan 4.30 tentunya berbeda dari
persamaan distribusi untuk gas sempurna dari foton. Pertama, ada tiga kemungkinan
polarisasi fonon : satu polarisasi longitudinal dan dua relatif transversal terhadap arah
perambatan. Kecepatan dari perambatan sesuai dengan dua jenis dari polarisasi yang
berbeda karena gelombang pemampatan merupakan gelombang geser. Kedua, medium
zat padat tidak kontinum tetapi terdiri dari titik-titik kisi diskrit.
Untuk memperoleh bentuk relatif dari nv(v)dv dalam persamaan 4.30 hal ini
membutuhkan pendekatan pada g(v)dv. Seperti pendekatan yang diperoleh oleh Debye
dalam bentuk
g v dv Cv 2 dv, v vm
g v dv 0, v vm 4.31
vm
3N g v dv Cv 2 dv
0 0
1 3
Cvm
3
64
9N
C
vm3 4.32
Bentuk yang diasumsikan untuk g(v) ditunjukkan dalam gambar. 4.4. Dalam
gambar ditunjukkan bahwa pendekatan distribusi akan sesuai untuk frekuensi fonon yang
rendah yang mana tampak pada zat padat secara kontinu tetapi dalam hal ini tampak
penyimpangan dari distribusi utama pada frekuensi tinggi dimana panjang gelombang
mendekati pemisahan atom.
d c / v v 2 dv
c / v 4 c3
g(v)
vm v
Energi E dari massa atom zat padat monoatomik pada suhu T diperoleh dari
bilangan atom N yang sama dengan bilangan Avogadro NA, menempatkan energi fonon
dalam jarak frekuensi v sampai v + dv karena nv(v)hvdv dan integral jarak frekuensi 0
sampai vm. Maka , dengan menggunakan persamaan 4.33,
vm
E hvnv v dv
0
65
vm
9 N v 2 dv
hv
0 v m3 e hv / kT 1
vm
9 N v 3 dv
h
0 v m3 e hv / kT 1
v
9 Nh m v 3 dv
3 hv / kT
vm 0 e 1
Karena N = NA maka
v
9 N h m v 3 dv
3A hv / kT
vm 0 e 1
4.34
Kalor jenis dari zat padat diperoleh dari persamaan 4.34 dengan suhu T. Jika
diasumsikan bahwa batas frekuensi vm konstan selama volume dari zat padat tidak
berubah, maka
E
C
T v
9 N A h vm v 3 dv
3 hv / kT
vm 0 e 1
C
T
Misalnya :
u v3
u' 0
v e hv / kT
Misalnya :
u hv
u' 0
v kT
v' k
Maka :
66
u ' v v ' u (0)( kT ) khv hv / kT
v
'
e
v2 (kT ) 2
u ' v v 'u
v' 2
khv hv / kT
e
v (kT ) 2
khv hv / kT 3
(0)(e hv / kT ) (e ) v
u vvu
' '
(kT ) 2
2
hv / kT 2
v (e )
u ' v v 'u khv 4 (e hv / kT )
v2 (kT ) 2 (e hv / kT ) 2
v
9 N h m khv4 (e hv / kT )dv
C 3A
v m 0 (kT ) 2 (e hv / kT ) 2
vm
9N Ah 2 1 v 4 e hv / kT dv
C
v m3 kT 2 e
0
hv / kT
1
2
4.35
Jika variabel berubah menjadi x = hv/kT dan hvm/k diganti oleh 𝜃𝐷 , ‘ karakteristik
suhu Debye’, persamaan 4.35 menjadi
x hv / kT
xkT
dx hdv / kT dimana v
hv
kT
dv dx
h
4
xkT x kT
2 D / T e dv
9N Ah 1 hv h
v m3 kT 2 0
Cv
e x 12
5 /T
9 N A h 2 1 kT 2 D
x 4 e x dv
Cv
v m5 kT 2 h e
0
x
1
2
2 D / T
3 1
9 N k 2T x 4 e x dv
Cv 5 A
v 1
h 2
e
0
x
1
2
67
1 /T
kT 2 D
x 4 e x dv
Cv 9 N A k
h
e
0
x
1 2
3 /T
T D
x 4 e x dx
e
Cv 9 R 4.36
D 0
x
1 2
9R
Cv ~ x
2
dx
D 0
3R
Jika pada suhu tinggi, menurut teori Debye bahwa Cv akan sama dengan kalor jenis
klasik, sesuai dengan eksperimen.
D
Dalam suhu rendah dimana 𝜃𝐷 /𝑇 sangat besar dan e T
≪ 1 persamaan 4.34 dapat
𝜃𝐷
dituliskan dengan batas atas dari integrasi adalah ≅ ∞, maka
𝑇
3
T x 4 e x dx
9R
Cv ~
D
e
0
x
1 2
68
3
12 T
4 R
Cv ~
15 D 4.37
3R
Cv
Cv 𝛼 𝑇 3
1 2 𝑇/𝜃𝐷
Gambar. 4.3. Kalor jenis dari atom zat padat – teori Debye
Suhu Debye 𝜃𝐷 yang dihitung dari kurva eksperimen dengan perhitungan konstan
elastis dari zat padat melalui C konstan dalam persamaan 4.31.
69
Soal
1. Gunakan persamaan 4.20 untuk membuktikan bahwa jumlah total foton persatuan
3
kT 1
volume dalam kesetimbangan termal T adalah 16
hc
n
n 1
3
70
BAB 5
DISTRIBUSI
n
s
s N, n
s
s s E 5.1
Seperti dalam kasus Boson setiap penyusunan kembali fermion dibedakan masing-
masing tidak akan menghasilkan apapun, perlu dilakukan cara penyusunan baru. Oleh
karena itu, jika terdapat cara mengatur ws mengubah ns didalam keadaan s diantara
W ws 5.2
S
71
Karena prinsip pengecualian, nilai keadaan dalam suatu tempat dapat hanya 0 atau
1, kemudian ns dari g s Dalam keadaan s akan ditempati oleh suatu system dan g s ns
dari g s , tempat akan kosong. Jumlah pengaturan system dalam tempat s dapat diambil
baik sebagai jumlah cara mengatur urutan keadaan g s . Yang mirip ns dan g s ns sama
dengan tempat kosong, yang merupakan hal yang sama, seperti jumlah cara diberikan,
dalam kedua kasus
gs!
ws 5.3
n s !g s n s !
Gambar.5.1. 5!/3!2! = sepuluh cara menduduki 5 tempat dengan 3 diisi dan 2 lainnya
kosong.
Berat seluruh konfigurasi diperoleh dengan menggabungkan persamaan 5.2 dan 5.3
sebagai berikut
gs!
ws
s n s !g s n s !
72
Setelah memasukkan nilai nilai g s dan ns penyelesaiannya dilakukan pendekatan stirling,
gs!
log W log
s n s !g s ns ! 5.5
Berdasarkan persamaan 2.15, konfigurasi yang paling mungkin adalah sebagai berikut
log W
s dn s 0
s n s 5.6
log W
s 0
n s 5.7
5.7 untuk menentukan keadaan ekuilibrium dari dua tempat dalam kontak termal maka
log W g ns
log s
n s ns
g s ns
log s 0
ns
kemudian yaitu,
73
gs
e s 1
ns
g
ns s
s
e 1 5.9
Nilai 1 / e s 1 pada persamaan 5.9 umumnya dikenal sebagai fungsi Fermi dan
dapat lebih mudah ditulis dalam bentuk
f
1
F kT
e 1 5.10
Sebelum memulai diskusi dapat mengetahui komposisi dari gas yang terdiri dari
fermion, itu menunjukkan pentingnya energi Fermi F . Mempertimbangkan persamaan
5.10 untuk energi Fermi yaitu F 0 .
74
Dibawah ini adalah dua kemungkinan nilai fungsi Fermi:
Perilaku f ini dapat dijelaskan dengan sangat sederhana. Pada suhu nol
mutlak, fermion tentu akan menempati keadaan energi terendah yang telah tersedia.
Dengan demikian, dengan hanya satu fermion diperbolehkan per keadaan, semua keadaan
terendah akan ditempati sampai fermion semua ditampung. Tingkat Fermi , dalam hal ini
hanyalah keadaan tertinggi yang diduduki dan di atas tingkat energi di keadaan-keadaan
yang kosong ini. Nilai dari f 0 dapat ditemukan dari persamaan 5.11 dengan penerapan
kondisi :
n nd N
s 51.3a
0
s
Karena dari fungsi Fermi di T 0K , n g untuk f 0 , sementara
g d N
0
51.3b
Karena fermi adalah sistem mekanis kuantum berupa kepadatan kondisi g
dapat diambil dari persamaan 4.12 tetapi dengan penyisihan dibuat untuk fakta bahwa
75
spin momentum sudut dari fermi akan menghasilkan lebih dari satu kondisi diperbolehkan
untuk per tingkat energi. Karena aplikasi yang luas, misalnya dalam kasus elektron,
biasanya untuk mempertimbangkan kasus di mana jumlah kuantum spin magnetik dari
1 1
fermi memiliki dua nilai yang mungkin dan . Maka akan ada dua keadaan per
2 2
tingkat energi dan :
3
2m 2
1
g V .4 2 2 5.14
h
Untuk volume. Persamaan 5.13b kemudian menjadi :
f 0
3
2m 2
1
0
V .4 2 2 d N
h
Yang mana :
2
h 2 3N 3
f 0 5.15
2m 8V
Agar pada perbandingan yang mudah dapat dilakukan antara energi Fermi dan
energi panas yang normal kT , akan lebih mudah untuk menentukan suhu Fermi* TF,
seperti :
kTF F 0 5.16
Dalam tabel 1 nilai-nilai dari f 0 dan TF diberikan untuk gas fermi yang berbeda : gas
fermion yang dibentuk oleh atom dari isotop helium 23 He pada tekanan standar dan juga
“gas” elektron dalam lithium logam alkali dan kalium, (Untuk tujuan perhitungan energi
Fermi diasumsikan bahwa elektron valensi logam alkali berperilaku sebagai gas partikel
bebas yang terkandung di dalam potensial yang dihasilkan oleh ion positif kisi).
yang berbeda besar antara energi Fermi untuk gas 23 He dan gas elektron timbul sebagian
dari perbedaan massa partikel bersangkutan dan sebagian dari perbedaan jumlah partikel
per satuan volume dalam dua kasus.
76
Tabel 5.1 : Energi Fermi dan suhu
Untuk gas-gas molekul yang terdiri dari fermion suhu Fermi rendah
dibandingkan dengan suhu kamar normal. Efek dari prinsip pengecualian Pauli pada
distribusi energi dalam kasus tesis karena itu akan menjadi kecil pada suhu biasa. Ini
dikarenakan , kecuali untuk energi terendah, kedudukan rata-rata dari kondisi akan sangat
jauh lebih sedikit daripada per unit dan, bagi mereka molekul memiliki energi
F kT , fungsi Fermi akan sangat mendekatkan ekspresi klasik exp F / kT
. Distribusi energi dari molekul gas pada suhu kamar karena itu akan sangat mendekatkan
bahwa untuk gas maxwell - Boltzman klasik.
Dalam kasus gas elektron dalam logam , logam akan mencair jauh sebelum enrgi
dari kT telah mendekati nilai energi Fermi. Karena itu, untuk menghilangkan gas elektron
sebagai kasus terpisah.
f
1
F kT , 1
0.73
e 1
f
1
F , 0.5
e 1
0
77
f
1
F kT, 0.27
e 1
Karena distribusi aktual elektron atas energi adalah yang diberikan oleh produk
dalam persamaan 5.11, misalnya :
nd f g d
Dengan g seperti yang diberikan dalam persamaan 5.14, bentuk n
akan yang ditampilkan di Gambar.5.6 dimana kurva untuk g juga ditunjukkan.
Pada nol mutlak nilai rata-rata dari berbagai sifat elektron dapat dihitung dari
integral distribusi dengan batas diambil sebagai 0 dan F 0 . Misalnya, energi dari
elektron di T = 0 diberikan oleh :
nd
0 0
nd
0
Sehingga, dengan f 1 untuk F 0 dan f 0 untuk 1 0
78
F 0
g d
0 F 0
0 3
F 0
5.17
5
g d
0
dimana penggunaan telah dibuat dari nilai g diberikan dalam persamaan 5.14.
Dalam rangka untuk menemukan efek pada distribusi karena meningkatkan suhu
di atas nol mutlak perlu untuk mendapatkan nilai energi Fermi sebagai fungsi temperatur.
Dengan menggunakan persamaan 5.11 kondisi nd N
0
menjadi :
f g d N
0
5.18
Itu hanya perlu untuk mengevaluasi ini secaara terpisah untuk menentukan
energi Fermi. Di bawah kondisi T TF pendekatan yang sangat baik dapat diperoleh
dengan menggunakan fakta bahwa df / d (atau f ) hanya secara signifikan
berbeda dari nol dikondisi F . Rincian perhitungan diberikan dalam lampiran VIII
dan hanya hasil utama yang akan disajikan di sini .
2 T 2
F F 01 5.19
12 TF
2
2 T
memiliki nilai suhu
0
Dimana, untuk TF ~ 30,000 K, dengan syarat
12 TF
79
3 T 2 2
F 0
5 TF 4
Volume konstan panas spesifik dari "mol" dari gas elektron diberikan sebagai
N A / T , dimana NA adalah bilangan Avogadro, sehingga :
2 RT
Cv 5.20
2 TF
Dengan 𝑇𝑓 ~30,000°𝐾, suhu ruang dari kalor jenis akan menjadi sekitar 0,05 R. Ini
3
harus sebanding dengan nilai 2 𝑅 untuk kalor jenis dari gas elektron ‘klasik’, di mana
3
setiap elektron akan memiliki energi sebesar 2 𝑘𝑇, dan dengan nilai 3 R untuk kalor jenis
kisi. (Jika diperlukan untuk menentukan kalor jenis elektron harus dilakukan percobaan
pengukuran, secara umum, dilakukan pada suhu rendah di mana kalor jenis kisi berkurang
menjadi 𝑇 3 -lihat persamaan 4.37. Pada suhu yang tinggi kalor jenis kisi akan
mengaburkan gas elektron).
Apabila medan magnet tidak diterapkan tidak akan ada momen magnet karena
adanya spin dalam logam. Namun, ketika medan magnet H diterapkan dengan logam,
elektron-elektron berputar dalam momen magnet sejajar dengan arah medan akan
memiliki energi magnetik
∆𝜖 = 2𝜇𝐵 𝐻 5.21
lebih kecil dari elektron yang berputar dalam momen magnet dalam arah yang
berlawanan, misalnya antiparalel pada medan. (Di sini 𝜇𝐵 , magneton Bohr, adalah
momen magnet yang terjadi karena waktu yang diperlukan elektron untuk berputar dalam
medan magnet mencapai hingga satu dari dua posisi, baik paralel atau antiparalel pada
medan) karena perbedaan energi untuk dua keadaan spin beberapa elektron akan
menyesuaikan arah sendiri sampai elektron memiliki momen magnetik lebih sejajar pada
medan daripada antiparalel.
80
Diagram tingkat energi untuk dua keadaan dari spin elektron pada suhu nol mutlak
ditunjukkan pada Gambar 5.7 di mana massa jenis 𝑔(𝜖 ) diambil dari persamaan 5.14 dan
1
elektron dengan spin + 2 agar memiliki momen antiparalel pada medan H. Jumlah massa
1
jenis yang ditunjukkan 2 𝑔(𝜖 ) karena hanya setengah dari elektron akan berada dalam
1
keadaan spin diberikan. Elektron dengan spin + 2 dapat dianggap memiliki energinya
1
bertambah dengan jumlah 𝜇𝐵 𝐻 , sedangkan dengan spin − 2 energinya berkurang dengan
1
Ini terlihat pada Gambar 5.7(b), untuk keseimbangan, elektron dengan spin + 2 dan
energi yang lebih besar daripada 𝜖𝑓 (0) harus kembali ditinjau untuk memberikan
konfigurasi di Gambar 5.7(c).
Gambar. 5. 7 Variasi tingkat energi dengan medan magnet diterapkan (Keadaan yang
terisi diarsir) (a) Distribusi elektron antara berbagai keadaan energi di nol medan. b)
Perubahan dalam keadaan energi ketika medan H diterapkan. c) Tinjauan kembali elektron
ke keadaan energi terendah saat medan dipertahankan pada nilai H.
dengan mengambil
𝜖 (0)+𝜇𝐵 𝐻 1 1
∆𝑛 = ∫𝜖 𝑓(0) 𝑔(𝜖 )𝑑𝜖 ≃ 2 [𝜖𝑓 (0)]𝜇𝐵 𝐻 5.22
𝑓 2
81
Sekarang setiap elektron yang ditinjau kembali mengubah momen dari −𝜇𝐵 ke +𝜇𝐵 , yaitu
perubahan dari 2𝜇𝐵 . Oleh karena itu momen magnet berlebih karena penataan ulang dari
elektron hanya sebesar:
𝑀 = ∆𝑛. 2𝜇𝐵
𝑀 𝑔[𝜖𝑓 (0)]
𝑚= = 𝜇𝐵2 𝐻 5.24
𝑉 𝑉
Karena momen berada di arah yang sama dengan medan magnet yang diterapkan
akan memberikan kontribusi paramagnetik terhadap total momen logam.
𝑚 𝑔[𝜖𝑓 (0)]
𝜒𝑝 = = 𝜇𝐵2 5.25
𝐻 𝑉
3
2𝑚 2 3
𝜒𝑝 = 𝜇𝐵2 4𝜋 { 2 } 𝜖𝑓 (0)2
ℎ
Menggunakan persamaan 5.15 untuk memberikan jumlah elektron per satuan volume
sebagai
3
𝑁 2 2𝑚 2 3
𝑛 = = . 4𝜋 { 2 } 𝜖𝑓 (0)2
𝑉 3 ℎ
3 𝑛
𝜒𝑝 = 𝜇2
2 𝜖𝑓 (0) 𝐵
5.26
82
8.1, seperti Suhu Bebas Paramagnetik. Satu-satunya ketergantungan suhu 𝜒𝑝 adalah
melalui variasi dari Fermi energi 𝜖𝑓 dan variasi ini diabaikan untuk rentang suhu biasa.
(Perlu dicatat bahwa kerentanan gas elektron. Ada juga kontribusi diamagnetik yang
1
besarnya − 3 𝜒𝑝 , berada di inti dari ion positif)
Seperti yang sudah dijelaskan, gas elektron dalam logam dapat terkandung di
dalam sebuah sumur potensial satu dimensi, di mana energi potensial dari sebuah elektron
dalam sumur adalah −𝜖0 . Jika sebuah elektron lepas dari logam, maka elektron memiliki
sebuah energi kinetik 𝜖𝑛 lebih besar dari 𝜖0 di mana 𝜖𝑛 adalah komponen energi kinetik
yang normal pada permukaan logam. Distribusi, 𝑛(𝜖), elektron untuk berbagai keadaan
energi 𝜖 pada suhu tinggi T ditunjukkan pada Gambar 5.8(b). Energi ditunjukkan 𝜙,
perbedaan antara 𝜖0 dan 𝜖𝑓 , dikenal sebagai fungsi kerja logam.
Gambar. 5.8. (a) Elektron dalam sumur potensial dengan kedalaman 𝜖0 (b)
Distribusi 𝑛(𝜖)
Gambar 5.9. Hal ini jelas bahwa hanya elektron yang memiliki kecepatan 𝑣𝑥
menuju permukaan dan yang mana
1
𝜖𝑛 = 2 𝑚𝑣𝑥2 ≽ 𝜖0 5.27
bisa lepas dari logam dan berkontribusi pada emisi termionik elektron.
83
Gambar. 5.9 Elektron dekat batas logam.
Jumlah elektron per satuan volume yang memiliki komponen kecepatan dalam
arah x dengan nilai antara 𝑣𝑥 dan 𝑣𝑥 + 𝜕𝑣𝑥 , ditunjukkan dalam bagian 3.2 menjadi
∞ ∞
𝑛𝑥 (𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥 = {∫−∞ ∫−∞ 𝑛3 (𝑣𝑥 , 𝑣𝑦 , 𝑣𝑧 )𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 }𝑑𝑣𝑥 5.28
di mana 𝑛3 (𝑣𝑥 , 𝑣𝑦 , 𝑣𝑧 )𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 adalah jumlah elektron per satuan
volume dengan komponen kecepatan antara 𝑣𝑥 ke 𝑣𝑥 + 𝜕𝑣𝑥 , 𝑣𝑦 + 𝜕𝑣𝑦 , 𝑣𝑧 + 𝜕𝑣𝑧 .
Fungsi distribusi Fermi-Dirac pada masing – masing kecepatan dapat dituliskan seperti
persamaan 5.9 yaitu :
2𝑑Γ
𝑛3 (𝑣𝑥 , 𝑣𝑦 , 𝑣𝑧 )𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 ≅ 𝑓(𝜖)
ℎ3
Lalu, substitusikan persamaan 5.10 untuk fungsi 𝑓(𝜖), dan akan menjadi
hanya karena elektron – elektron memiliki energi 𝜖0 yang berlebihan maka sangat
mungkin energi tersebut akan dikontribusi ke emisi termionik, untuk pendekatan yang
84
lebih akurat pada perhitungan dan untuk mengabaikan penyebut dari persamaan 5.29.
1
Dengan demikian, 𝜖 = 𝑚(𝑣𝑥2 + 𝑣𝑦2 + 𝑣𝑧2 ), persamaan 5.29 menjadi :
2
1
2𝑚 3 𝜖 𝑚(𝑣𝑥2+𝑣𝑦2+𝑣𝑧2)
𝑛3 (𝑣𝑥 , 𝑣𝑦 , 𝑣𝑧 )𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧 ≃ exp (𝑘𝑇𝐹 ) 𝑥 exp {− 2 } 𝑥 𝑑𝑣𝑥 𝑑𝑣𝑦 𝑑𝑣𝑧
ℎ3 𝑘𝑇
5.30
𝑛𝑥 (𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥 =
1 1 1
2𝑚 3 𝜖 𝑚𝑣𝑥2 ∞ 𝑚𝑣𝑦2 ∞ 𝑚𝑣𝑧2
exp (𝑘𝑇𝐹 ) exp (− 2 𝑘𝑇 ) 𝑥 {∫−∞ exp (− 2 𝑘𝑇 ) 𝑑𝑣𝑦 𝑥 ∫−∞ exp (− 2 𝑘𝑇 ) 𝑑𝑣𝑧 } 𝑑𝑣𝑥
ℎ3
5.31
∞ 2 𝑑𝑥
Dimana, telah didapatkan bahwa ∫−∞ 𝑒 −⋋𝑥 = √(𝜋/⋋) seperti yang diberikan pada bab
6
Jumlah elektron yang meninggalkan logam per satuan luas per satuan waktu
dengan komponen x dari kecepatan elektron di sekitar vx menuju vx + dvx akan menjadi :
𝑣𝑥 𝑛𝑥 (𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥
1
bila, seperti pada persamaan 5.27 , 2 𝑚𝑣𝑥2 ≥ 𝜖0 dan tidak ada refleksi yang terjadi
pada batas logam. Arus per satuan luas misalnya kepadatan arus yang dibawa oleh
elektron menjadi :
∞
𝑖 = ∫1𝑚𝑣 2 ≥𝜖 𝜖 𝑣𝑥 𝑛𝑥 (𝑣𝑥 )𝑑𝑣𝑥 5.33
2 0 𝑥
4𝜋𝑘𝑇𝑚2 𝜖 /𝑘𝑇 ∞ 1 2
𝑖= 𝜖 3
𝑒 𝐹 ∫ e−2𝑚𝑣𝑥 /𝑘𝑇 vx dvx
ℎ 1
𝑚𝑣𝑥2 ≥𝜖0
2
85
4𝜋𝑘 2 𝑇 2𝑚
= 𝜖 𝑒 𝜖𝐹 /𝑘𝑇 𝑒 −𝜖0 / kT
ℎ3
Atau :
𝑖 = 𝐴′ 𝑇 2 𝑒 −ϕ/ kT 5.34
Dimana, 𝐴′ = 4𝜋𝑘 2 𝑚𝜖/ℎ3 dan ϕ = (𝜖0 − 𝜖𝐹 ) adalah fungsi kerja logam. Persamaan 5.34
di kenal sebagai persamaan Richardson untuk kerapatan arus yang disebabkan oleh emisi
termionik elektron dari sebuah logam.
86
SOAL
1. Tunjukkan bahwa kecepatan rata – rata elektron dalam gas pada suhu nol mutlak
3
adalah 4 𝑣𝐹 dimana 𝑣𝐹 adalah kecepatan elektron pada energi Fermi !
2. Hitunglah energi Fermi untuk elektron valensi di logam natrium, dimana elektron
valensi natrium adalah 1, massa jenis natrium adalah 0,97 g cm-3, massa electron
adalah 9,05 x 10-28 g, konstanta Planck adalah 6,62 x 10-27 erg sec, bilangan
Avogadro adalah 6,025 x 1023 per molekul gram dan berat atom logam natrium
adalah 23 !
3. Tunjukkan bahwa untuk gas dimana molekul berperilaku sebagai fermion, besar
energi Fermi nya sekitar
𝑁ℎ 3
𝜖𝐹 ≃ 𝑘𝑇 log { 3 }
𝑉(2𝜋𝑚𝑘𝑇)2
JAWABAN
∞
∫0 𝑣 𝑛(𝑣)𝑑𝑣
1. 𝑣̅ = ∞
∫0 𝑛(𝑣)𝑑𝑣
𝑣𝐹
∫0 𝑣 𝑛(𝑣)𝑑𝑣
= 𝑣
∫0 𝐹 𝑛(𝑣)𝑑𝑣
𝑣9𝑁 𝑣 2 𝑑𝑣
𝐹
∫0 𝑣
3 𝑒 ℎ𝑣/𝑘𝑇 − 1
𝑣𝑚
=
𝑣 9𝑁 𝑣 2 𝑑𝑣
∫0 𝐹 3 ℎ𝑣/𝑘𝑇
𝑣𝑚 𝑒 −1
9𝑁 1 𝑣
3 𝑒 ℎ𝑣/𝑘𝑇 − 1 ∫ 𝐹 𝑣 3 𝑑𝑣
𝑣𝑚 0
= 𝑣
9𝑁 1 ∫0 𝐹 𝑣 2 𝑑𝑣
3 𝑒 ℎ𝑣/𝑘𝑇 − 1
𝑣𝑚
𝑣𝐹
∫0 𝑣 3 𝑑𝑣
= 𝑣
∫0 𝐹 𝑣 2 𝑑𝑣
1 𝑣
[ 4 𝑣 4 ]0𝐹
=
1 𝑣
[ 3 𝑣 3 ]0𝐹
3
= 𝑣𝐹
4
87
23
2. m = 6.0251023 = 3,817 10−23 𝑔𝑟
𝑚
𝜌= 𝑉
𝑚 3,817 10−23 𝑔𝑟
V= = = 3,935 10−29 𝑚3
𝜌 0,97 𝑔𝑟/𝑐𝑚 3
2
ℎ2 3𝑁
𝜖𝐹 (0) = { }3
2𝑚 8 𝜋 𝑉
2
(6,62 10−34 )2 3 (6,025 1023 )
𝜖𝐹 (0) = { }3
2 (3,817 10−26 ) 8 (3,14)(3,935 10−29 )
8,59 10−8
𝜖𝐹 (0) = = 5,36 1011 𝑒𝑣
1,6 10−19
k TF = 𝜖𝐹 (0)
8,6 10−5 𝑒𝑣/𝐾 TF = 5,36 1011 𝑒𝑣
TF = 0,62325 1016 K
3. Persamaan 2. 56
𝑁
𝛼 = log[ 3 ]
𝐵𝑉 (2𝜋𝑚𝑘𝑇)2
Dimana :
𝜖𝐹
𝛼=
𝑘𝑇
1
𝐵= 3
ℎ
Maka,
𝑁
𝛼 = log[ 3 ]
𝐵𝑉 (2𝜋𝑚𝑘𝑇)2
𝜖𝐹 𝑁
= log[ 3 ]
𝑘𝑇
𝐵𝑉 (2𝜋𝑚𝑘𝑇)2
𝑁
𝜖𝐹 = 𝑘𝑇 log[ 3 ]
𝐵𝑉 (2𝜋𝑚𝑘𝑇)2
𝑁
𝜖𝐹 = 𝑘𝑇 log[ 1
3 ]
𝑉 (2𝜋𝑚𝑘𝑇)2
ℎ3
𝑁 ℎ3
𝜖𝐹 = 𝑘𝑇 log[ 3 ]
𝑉 (2𝜋𝑚𝑘𝑇)2
88
BAB 6
Pada bab sebelumnya telah diberikan pembahasan mengenai sifat-sifat fisik dari
berbagai rangkain termodinamik dan pembahasan mengenai hasil yang diperoleh dari sifat
statistik yang diberikan tanpa refrensi tertentu terhadap sifat thermodinamika dari fungsi
ini. Bagaimanapun, dua fungsi thermodinamika yang penting juga telah dimasukkan ke
dalam pembahasan statistik : total energi dan suhu. Energi, tentu saja merupakan kuantitas
umum yang diberikan pada rangkaian makroskopik dan sistem individu, tetapi konsep dari
suhu ini hanya dapat memiliki makna ketika digunakan pada kasus rangkaian
makroskopik. Karena sifat dari suhu ini akan sangat bermanfaat, sebelum dikembangkan
untuk penanganan statistik dari fungsi umum termodinamik, pembahasan akan diberikan
dari thermodinamika dan statistik dari segi suhu. Yang kemudian akan memperlihatkan
hubungan antara satistik dan juga konsep termodinamika dari rangkaian makroskopik
sebagai mana telah ditetapkan melalui pertimbangan suhu dan entropi sistem.
Selain itu, pembahasan akan dibatasi, pada bagian utama terhadap rangkaian di
mana jumlah sistem dan total energi dapat dipertimbangkan tetap. Bagaimanapun, akan
terlihat bahwa lebih tepat kemungkinan terjadi fluktuasi energi dari rangkaian yang ada,
terutama dalam penanganan fluktuasi yang tidak akan diberikan hingga bab terakhir dari
teks ini.
89
dimungkinkan ini ditentukan sehingga pengali β dan suhu, yang kemudian menjadi
sebuah kuantitas yang tetap. Ketergantungan dari β terhadap suhu mutlak T sebagaimana
didefinisikan diatas kesempurnaan dari skala gas atau skala Kelvin dari suhu, dapat
diperoleh dalam persamaan 2.41 dengan mempertimbangkan sifat dari gas Maxwell dan
Boltzman. Sehingga ini memperlihatkan
1
kT
Hubungan ini tentu dapat diambil sebagai definisi β atau T tergantung pada jumlah
dan dapat dipertibangkan terutama yang ditetapkan oleh keadan rangkaian.
Interpretasi statistic dari suhu pada rangkaian ini mengalir dari hubungan yang
telah ada antara pengali β dan sebagian besar konfigurasi dari rangkaian. Kedua
rangkaian yang sama ini memiliki total energy yang sama dari sistem yang sama, dan juga
volume yang sama yang ada dalam berbagai suhu thermodinamika. Dua rangkaian ini
tentu saja tidak akan penting pada konfigurasi yang sama, pada waktu yang diberikan dan
juga memiliki konfigurasi yang sama. Demikian juga bila kedua rangkaian ini telah
ditempatkan dalam kontak personal terhadap energi antara mereka dan juga diberikan
padanya pengalihan energi dari satu rangkaian terhadap rangkaian yang lain.
Bagaimanapun tidak ada pengalihan energi ketika rata-rata diambil terhadap peridoe
waktu.
6.2. Energi
Bila jumlah panas dQ diberikan pada rangkaian, sementara kedua volume
rangkaian dan total jumlah sistem ini bersifat kosntanta, maka tidak ada kerja yang
dilakukan oleh rangkaian itu, dan pada peningkatan dalam energi dE yang sama dengan
dQ. juga akan ada perubahan pada bobot W dengan berbagai konfigurasi yang
dimungkinkan, sebagaimana diberikan oleh persamaan 2.13 di aas untuk menghasiklan
Dengan menuliskan β = -1/kT dan juga mengingatkan bahwa jumlah dQ/T yang sama
dengan dS, akan ada entropi dari rangkaian yang sama, persamaan 6.1 memberikan
dS k d log W 6.2
90
Hubungan antara entropi dan berat pada konfigurasi dari rangkaian ini dapat
dipertimbangkan sebagai bentuk yang berbeda dari hubungan Boltzman. S = k log W,
yang merupakan hal penting dalam penelitian termodinamika statistik. Bagaimanapun,
sebelum hubungan ini diterapkan secara bebas terhadap permasalahan dalam
thermodinamik pembahasan ini telah diberikan. Untuk tujuan berikut ada sifat paralel
dari entropi dan logaritma dari bobot pada konfigurasi rangkaian yang diperlukan.
(i) Mempertimbangkan dua rangkaian pada suhu yang sama dan tekanan dan terdiri
dari sistem non interaksi. Entrofi dari kedua rangkian itu memiliki kondisi yang
diberikan dalam S1 dan S2 dan kemudian bobot dari konfigursi yang terjadi dari
rangkaian W1 dan W2. Sekarang ini, bila kedua rangkaian ini dipertimbangkan
sebagai rangkaian yang sudah dikombinasikan, akan entropi total dari kombinasi
ini adalah
ST S1 s2 6.3
Pada saat yang sama, total berat dari konfigurasi rangkaian kombinasi adalah
wT W1 W2 6.4
S log W
Sifat aditif dari entropi ini akan mengikuti persamaan 6.4 dalam bentuk.
(ii) Telah diketahuai bahwa teorema panas Nernst (hukum termodinamika ketiga)
yang merupakan suhu dari rangkaian thermodinamik yang cenderung menjadi
nol mutlak terhadap entrofi cenderung menjadi nol. Sekarang ini dalam produksi
suhu yang mendekati nol absolut, poenggunaannya dibuat dari proses yang
91
dikenal sebagai demagnetisasi adiabatik. Dalam proses ini, spin elektron dari
garam paramagnetik ini telah ditentukan pada apliaksi dari medan magnetic
sehingga pemindahan dari spin ini mengalami peningktan. Akan cukup beralasan
untuk mengasumsikan bahwa ketika suhu mengarah pada elektron yang
mencapai spin akan dapat diurutkan dengan lengkap. Maka akan ada energi
thermal untuk menempatkannya dari berbgai kesesuaian sepanjang medan
magnetik. Konfigurasi dari rangkkaian spin dalam keadaan ini hanya akan
terbentuk dalam satu cara sehingga dengan W = 1, nilai dari log W akan menjadi
nol. Entropi dari elektron spinning sebagainana diberikan oleh hubungan S x log
W, akan dapoat menjadi nol terhadap kasus di dalam kesepakatan dengan hukum
ketiga termodinamika.
(iii) Dari hukum termodinamika kedua ini dikenal sebagai perubahan spontan yang
terjadi dalam keadan rangkaian termodinamika yang terisolasi yang dicapai
dengan perubahan dalam entropi yang akan positif atau nol tetapi tidak pernah
negatif. Pertimbangan dari sudut pandang berat rangkaian maka jelas bahwa
perubahan spontan hanya akan terjadi bila tahapan awal dari rangkaian itu
kurang dimungkinkan atau adanya probabilitas kejadian sebagai keadaan akhir.
Karena probabilitas dari konfigurasi ini dapat mengasumsikan proporsional
terhadap bobotnya, dengan peningktan dalam entropi yang terjadi dalam
rangkaian yang dapat ditepati oleh perubahan dari berbagai konfigurasi yang
memiliki bobot utama dengan bobot yang lebih besar sebagaiana terlihat dalam
hubungan yang dianjurkan.
92
(i) Akhirnya, perhatikan kasus dari dua rangkaian gas yang tidak sama A dan B yang
adalah dipisahkan oleh partisi seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 20(a).
Asumsikan bahwa rangkaian A adalah terdiri dari molekul dan rangkaian B adalah
terdiri dari molekul b. Demikian juga entrofi dan konfigurasi bobot dari rangkaian
A dengan SA dan WA yang akan berhubungan dengan kuantitas untuk rangkaian B
dengan SB dan WB. Bila partisi diantara kedua rangkaian ini dipisahkan akan tidak
ada perubahan dalam energi dari rangkaian yang telah ada sepanjang
suhu dan tekanan dari kedua rangkaian ini sama dan bahwa tidak ada inteaksi
antara molekul. Bagaimanapun, sebagai molekul komponen dari satu rangkaian yang
terdifusi ke dalam bagian yang telah ditepati sebelumnya oleh rangkaian lain, seperti
diperlihatkan dalam Gambar 20(b). Akan ada perubahan dalam entropi total. Karena
proses difusi adalah irreversibel akan perubahan ini akan positif dan juga total entrofi
akhir S yang akan memperlihtkan peningkatan terhadap entropi yang dikombinaiskan.
ST S A S B 6.6
WT > WAWB
untuk berbagai rangkaian yang telah dikombnasikan. bentuk yang tepat dari
pencampuran ini tentu akan mengarah pada peningkatan entropi pada kasus yang telah
dibahas lebih rinci dalam seksi 7.3.
93
Mengikuti pembahasan di atas maka semakin jelas bahwa persamaan (6.1)
menyatakan hasil yang merupakan kesesuaian dengan hukum termodinamika dan sangat
dimungkinkan untuk menggunakan bentuk integral dari persamaan sebagai
S = k log W 6.7
Ini akan diikuti dari persamaan 6.7 dimana entropi dari rangkaian dalam
keseimbangannya akan diberikan oleh hubungan
Alternatif pada konstanta Boltsman dari persamaan 6.8 merupakan bentuk yang
diberikan oleh Plank yaitu
S k log
Dimana adalah berat total dari rangkaian yang meurpakan jumlah dari semua
bobot W untuk semua konfigurasi rangkaian yang dimungkinkan dengan energi dan
sejumlah sistem. Untuk tujuan ini, maka perbedaan diantara kuantitas log W max dan log
adalah negative, melihat kejelasan dari W maksimum dan disini persamaan 6.8 akan
digunakan secara eksklusif, dengan distribusi yang dibuat diantara dua definisi yang
umumnya tidak menguntungkan. Bagaimanapun, ini harus dicatat bahwa argumen yang
diberikan dia atas akan diberlakukan pada Boltsman dan juga definisi Plank dan bahwa
dimana perlu untuk membuat perbedaan antara kedua definisi, Plank memiliki bentuk
yang sesuai.
Sejauh pembahasan yang diberikan dalam bagian ini telah diberikan keterkaitan
antara entropi dan rangkaian dan bobot dari konfigurasi rangkaian tertentu. Kadangkala
akan sangat bermanfaat untuk mempertibangkan entropi yang ditentukan oleh keadaan
dari rangkaian itu yang kemudian mengabaikan berbagai rangkaian yang telah ada.
Misalnya, bila molekul dari gas ini dibatasi oleh paritisi sehingga mereka dapat menempati
94
bagian di dalam bejana yang dievakuasi, kemduian tentu akan memeprlihatkan posisi dari
molekul yang ada di dalam set batas oleh vessel dan partisi, dengan partisi yang
dihilangkan yang dapat dikembangkan hingga molekul ini bergerak dan kemudian akan
ada posisi dari molekul yang dapat direduksi. Peningktan dalam hubungan entropi dengan
gerakan molekul ini diarahkan pada konfigursi yang dicapai oleh peningkatan di dalam
pemindahan gas dan oleh peningktan kelalaian pengamat dari posisi molekul gas.
Contoh kedua dari keterkaitan antara entropi dan juga kelalaian pengamat dari
keadaan itu tentu dapat diperoleh dengan mempertimbangkan penjumlahan-penjumlahan
dari molekul yang melintas dengan kecepatan yang ada. Beberapa bagian ini akan
diurutkan dengan koreposondensi terhadap tingkat kelalaian dari keadaan molekul dan
juga untuk nilai entropi yang ada. Bila molekul ini masuk melalui lubang kecil ke dalam
bagian yang tertutup tentu akan menyebar ke dalam bentuk gas acak yang kemudian
menjadi sesuatu yang bersifat disorder dan akibatnya akan ada kelalaian pengamat dari
posisi dan juga amonia dari molekul yang telah ada. Demikian juga keadan yang memiliki
probabilitas yang tinggi dari kejadian itu yaitu bobot yang lebih besar dari pada berbagai
keadaan awal dan juga kelalaian dari keadaan yang ada menurut keterkaitannya dengan
entropi yang diberikan dalam persamaan 6.7
F = E – TS 6.9
Bila rangkaian ini menglami perubahan keadaan pada suhu yang kosntant sehingga
energi berubah dari E ke E + DE sementara
* Ini bukan untuk mengatakan bahwa perubahan diperintahkan untuk keadaan teratur
benar-benar tidak dapat diubah. Jika molekul adalah sistem klasik maka tidak ada alasan
mengapa kecepatan mereka mungkin tidak terbalik pada suatu saat waktu tertentu. Jika
semua molekul melakukan menderita seperti pembalikan maka Majelis akan menelusuri
kembali langkah-langkah untuk negara asli dan lebih memerintahkan yang itu sebelum
partisi telah dihapus. Namun, proses tersebut memiliki probabilitas sangat kecil terjadinya
95
dibandingkan dengan probabilitas bahwa gas akan tetap dalam keadaan teratur. Selain itu
negara ini lebih teratur akan berlangsung untuk suatu jangka pendek yang akan hampir
mustahil untuk mendeteksi kejadian tersebut. Dalam kasus perakitan mekanik kuantum di
mana posisi dan momentum dari sistem yang tentu pasti pembalikan seperti gerakan tidak
mungkin untuk menentukan. Jadi, sementara Disordering tidak; statistik 'ireversibel,
mungkin dianggap thermodynemically ireversibel.
dF dE TdS 6.10
Sekarang ini, dari hukum termodinamika pertama dan kedua, maka dimungkinkan
endapatkan ketidaksamaan
TdS dE dW 6.11
Diana dW adalah kerja yang dilakukan oleh rangkaian terhadap lingkungans ekitarnya dan
tanda persamaan ini haya menaytakan proses reversibel secara terodinamika. Perubahan
yang bersesuaiand alam energi bebas tentud pat ditemukand engan engkombnasikan
persamaan 6.11 dan 6.10 yang menghaislkan
dF dW 6.12
Selama perubahan itu maka energi bebas F akan berkurang dengan jumlah yang sama
dengan atau lebih besar dari kerja yang dilakukan oleh rangkaian. Tanpa adanya kerja
yang dialkukan oleh bagian itu maka akan ada perubahan isothermal dalam energi bebas
yang akan dapat dikembangkan atau sma dengan nol. Keseimbangan dari rangkaian di
bawah kndisi ini akan dapat dikembangkan dalam total energi bebas yang berkurang pada
nilai maksimum karena adanuya perubahand lam parameter rangkaian yang emebrikan
perubahan dalam energi bebas (Pers 6.13)
Setelah suhu dari rangkaian ini adalah ditetapkan dalam aplikasid ari persamaan 6.13 yang
akan memungkinkan keadaan keseimbangan dari rangkaian yang akan ditentukan bila
energi bebas diketahui dalam pengertian dari berbagai parameter thermodinamika.
Indikasi dari beberapa aplikasi itu diberikan dalams eksi 8.4 dan 8.5.
Manfaat dasri pengetahuan tentang energi bebas ini adalah munculd ri hubungannya
dengan fungsi thermodinamika dari rangkaian yang ada. Misalnya, perhatikan perubahan
reversibel dalam rangkaian yang ada termasuk perubahan suhu oleh dT dan hanya kerja
yang dilakukan yang ada pada pengembangan rangkaian yang telah ada. Demikian juga
96
kerja yang dilakukan oleh rangkaian itu di dalam kasus p dV dimana p ini adalah tekanan
yang dilakukan oleh rangkaian yang ada dan dengan kebutuhan tanda yang sama untuk
poroses reversibel, persamaan 6.11 menjadi
Dengan nilai TdS dan juga dengan suhu yang diperkenankan untuk variasi perubahan
dalam energi bebas diperoleh dari persamaan 6.9
dF dE TdS SdT
Dari persamaan 6.14 maka dimungkinkan untuk mengekspresikan tekanan dan entropi
dalam persamaan energi bebas sebagai
F
p 6.15
V T
Dan
F
S 6.16
T v
Persamaan 6.15 dapat digunakan untuk menemukan persamaan dari keadaan rangkaian
yang kemudian akan memberikan tekanan oleh rangkaian dalam pengertian volume dan
suhu.
Substitusi dari entropi pada persamaan 6.16 dengan persamaan 6.9 yang memungkinkan
energi bebas dituliskan sebagai :
F
F E T
T v
Ekspresi ini dapat disusun trhadap energi E yang dikembnagkan sebagai fungsi dari energi
dalam bentuk
F
E F T 6.17
T v
97
F
F
2 T
T 6.18
T v
v
6.19
E
Cv
T v
2 E
Cv T 2 6.20
T v
2 F
Cv k 2 2
6.21
H v
Dalam bab berikutnya akan terlihat bagaimana energi bebas dapat ditentukan dari
pengetahuan distribusi statistic dari sistem di dalam rangkaian. Demikian juga karena
hubungan yang dberikan dalam persamaan 6.15, 6.16 dll. Ini dapat terlihat bagaimana sifat
yang lain dari rangkaian ini dapat menjadi energi bebas yang telah diketahui.
98
BAB 7
TERMODINAMIKA GAS
Pada bab ini dibahas mengenai fungsi hukum termodinamika gas ideal dimana ada
interaksi antar molekul, bahkan terjadi tumbukan antar molekul yang dianggap memiliki
efek yang dapat diabaikan pada sifat termodinamika gas. Ini akan dilihat bahwa keganjilan
hasil yang diperoleh untuk entropi dan energi bebas gas. Jika semua molekul diperlukan
sebagai perbedaan sistem klasik. Untuk menghindari keanehan itu perlu memperbaiki gas
dalam cara “semi-klasik” dimana dianggap bahwa semua molekul dengan isotop yang
sama benar-benar tidak dapat dibedakan. Itu juga akan terlihat sesuai untuk menunjukkan
kuantitas 1 sebagai jumlah per unit volume dari ruang fase untuk menggantikan
h3
konstanta yang tidak terdefinisi dari mekanika statistik klasik.
Ditunjukkan pada persamaan 2.7 berat konfigurasi yang diberikan molekul dalam
gas ideal dimana terdapat N klasik molekul yang renggang
g s ns
W N! (2.7)
s n s !
dimana ns adalah jumlah partikel pada lapisan s dan gs adalah degenerasi pada lapisan s
tersebut. Mengambil energi pada lapisan s menjadi s , jumlah untuk konfigurasi yang
paling memungkinkan ditunjukkan pada persamaan 2.20 yaitu
n s g s e s (2.20)
dimana dan terdefinisi. Berat yang paling memungkinkan konfigurasi Wmax yang
kemudian diperoleh dalam rumus logaritma dengan penerapan persamaan Stirling.
99
log W N log N N n s log g s n s log n s n s
s
g
N log N n s log s
s ns
g
N log N ns log s
s ns
log W N log N N ns log e s
s
N log N ns ns s
s s
(7.1)
E
log W N log N N log A
kT
N E
N log
A kT
(7.3)
(Meskipun dalam kasus yang pasti secara matematika sesuai dengan (sebagai variable)
kebalikan dari T seperti contoh persamaan 6.19 dan 6.21 ini tidak selamanya sesuai
sehingga dua alternative untuk fungsinya tergantung pada temperature termodinmika.
Umumnya pada massa temperatur T dimana rumus yang lebih sederhana menyertakan
mungkin diberikan dalam tanda kurung).
100
7.2 Fungsi Partisi Boltzmann
Pada rasio N dari persamaan 7.3 ditemukan sesuai defnisikan itu Z seperti
A
g e s
s / kT
Z s
e
Z g s e s / kT
s
(7.4)
Dalam rumus Z diketahui sebagai fungsi partisi Boltzman (atau sederhana yang
sebagai fungsi partisi) dari sebuah system secara keseluruhan. Isltilah ini digunakan
karena dalam pernyataan Z, masing – masing termiologi dalam meletakan hasil akhir dari
bagian kumpulan system didistribusikan atau disekat, diantara macam – macam lapisan
energy
Rumus persamaan 7.4 umunya sangat sempurna tetapi itu kadang berguna untuk
mengungkapkan fungsi partisi dalam transminologi keadaan masing – masing energy
tersedia. Jika energy dari keadaan diambil menjadi i maka berat keadaan masing -masing
menjadi satu,
Z e i / kT (7.5)
i
(Karena kemungkinan pernyataan partisi dlam rumus ini, Z kadang – kadang menunjukan
jumlah keadaan untuk system dalam kumpulan. Symbol Z diambil dari ekivlalen
pernyataan jerman Zustanduumme).
Fungisi partisi dimana didefenisikan oleh persamaan 7.4 dan 7.5 bukan salah satu
dari pengukuran secara umum atau diukur dari kuantitas termodinamika maupun manual
dalam persamaan nomal. Tetapi persamaan itu merupakan sebuah jembatan yang penting
antara pernyataan statif untuk keadaan kumpul dan kemiripan kesederhanaan dalam
termonologi fungsi partisi.
101
Mensubtitusikan Z N dalam persamaan 7.3 memberikan pernyataan untuk
A
berat untuk konfigurasi yang peling memungkinkan sebagai
E
log Wmax N log Z (7.6)
kT
Atau Nkn diganti dengan konstanta gas dalam R untuk gr molekul gas
S R log Wmax
E
Nk log Z (7.7)
T
itu menunjukan untuk mendaptkan sebuah persamaan. Untuk energy total E terminologi
fungsi partisi dengan mensunbtitusikan langsung dari persamaan 7.8 ke dalam pernyataan
F / T
E T 2 dari persmaan 6.18. Bagaimanapun metode langsung lebih mudah
T V
diikuti.
Maksud dari energi sistem dalam kumpulan klasik mungkin ditulis dengan
_
E
n s s g e s
s / kT
s
s
s
N n s
s g e s
s / kT
menghasilkan
g s e s / kT
s
(7.9)
Z
102
Z 1
2 g s s
s / kT
T V kT s
Z
kT 2
T V
Z
Z
kT 2 (7.10)
T V
E N
atau
log Z
E NkT 2 (7.11)
T V
Pernyataan yang lebih sederhana dalam term diperoleh dari persamaan 7.11 sebagai
berikut
log Z
E N
V
log Z
S Nk log Z
log V
log Z
FN
Menunjukkan lagi ke persamaan dari energy bebas dalam persamaan 7.8, ini dapat dilihat
bahwa
103
F
log Z
NkT
atau
Z e s / kT e / kT (7.12)
F
Menuliskan f energy bebas persamaan fungsi partisi menjadi
N
Z e s / kT e / kT (7.13)
i
(i) Panas tertentu pada volume konstanta diperoleh dengan bantuan persamaan 7.11
sebagai berikut.
F log Z 2 log Z
Cv Nk 2T 2
V T T V
(ii) Tekanan gas diperoleh dari tekanan 6.15 dan 7.8 ebagai berikut.
F log Z
p NkT (7.14)
V V
1
g d BV 2 2m2 2 d
3
Z g s e s / kT
s
e / kT g d
0
1
2 BV 2m 2 2 e / kT d
3
104
Dari persamaan A5.9 dan A5.10 dari lapisan 5,integral dalam persamaan ini adalah
1
3
d kT 2 kT 2
3 3
0
2 / kT
e
2 2
Sekarang
Z BV 2mkT 2
3
(7.15)
N
Dari defenisi Z dalam persamaan sebagai (lihat persamaan 2.55) mensubtitusi
A
untuk nilai Z dalam persamaan 7.8 memberikan energy
F NkT log BV 2mkT 2
3
(7.16)
F
S
T V
Nk log BV 2mkT 2 Nk
3 3
(7.17)
2
log Z 31
Dari persamaan 7.15 menghasilkan , kemudian total energy gas
T V 2 T
molekul N diberikan dari persamaan 7.11 sebagai
3
E NkT (7.18)
2
Pada statistik klasik konstanta B dari keadaan kental dan ketidaktentuan f dalam
fungsi partisi klasik pada sebuah kumpulan. Ketidakan ini memberikan factor tertentu
dimana tergantung nilai log . Kedudukan energy bebes dan entropi dalam kumpulan.
Bagaimanapun ada ketidakpastian dalam energy ataupun panas tertentu dari kumpulan .
Karena kuantitas ini hanya bergantung pada turunan dari log Z dan konstanta
lainnya pada Z dieleminasi dalam kasus ini.
105
Pada persamaan keadaan dalam gas ideal klasik mungkin didapatkan dari fungsi
partisi pada persamaan 7.15 dengan menggunakan persamaan 7.14 sehingga,
log Z
p NkT
V T
NkT
(7.19)
V
Menulisakan Nk R ini memberikan persamaan keadaan normal yang molekul dari gas
ideal
pV RT (7.20)
Efek itu dirumuskan berbeda dari molekul – molekul pada sifat termodinamika gas klasik
akan dipertimbangkan.
Jika entropi gas klasik dihitung dari persamaan 7.17 ada ditemukan hasil
perbedaan asas dari kasus itu ketika 2 volume gas yang sama pada temperature dan
tekanan yang sama dari molekul - molekul dimaukan volume 1 dan 2 pada gambar 2.1.
Jika 2 volume ini masing – masing secara terpisah dengan entropi S1 bernilai entropi ini
akan diberikan dengan persamaan 7.17.
S Nk log BV 2mkT 2 Nk
3 3
2
106
Entropi total Si diperoleh dengan menyampurkan 2 volume yang dihasilkan dengan
mempengaruhi N menjadi 2N dengan V menjadi 2V sedangkan temperaturnya menjadi
kuantitas intensif (yaitu sendiri dari perluasan kumpulan) sisanya tak berubah maka
ST 2 Nk log BV 2mkT 2 Nk
3 3
2
3
2 Nk log BV 2mkT 2 Nk 2 Nk log 2
3
2
2S 2 Nk log 2 (7.21)
Dari persamaan ini akan kelihatan bahwa penghilangan partisi anatara 2 volume yang
sama dari gas yang sama menyebabkan peningkatan pada total entropi dan penigkatan ini
diberikan dengan mencampur terminologi 2 Nk log Z (atau 2 R log Z untuk gram molekul).
Sebaliknya, pergantian partisi untuk melukiskan kembali translas lain volume yang
sama dari gas yang sama kiranya mengembalikan total entropi untuk nilai aslinya dari 2S
total gas bagaimanapun dihasilkan atau kebalikannya dari partisi antara 2 volume tidak
memiliki efek apapun terhadap enrtropi jika gas masing – masing sama. Ternyata ini
bertentangan dengan kebiasaan entropi yang dikenal sebegai lawan asas Gibbs murni.
Ini mungkin dilihat lebih dekat nyatanya lawan asas dalam fenomena ini sejak
system ini dalam kumpulan klasik yaitu molekuk – molekul pada gas ideal klasik.
Digambarkan benar – benar berbeda dari yang lainnya, 2 volume gas klasik yang harus
diambil benar – benar tidak sama meskipun itu diperoleh dengan memberi molekul isotop
yang sama dengan elemen yang sama pada kasus ini benar – benar dibedakan. Tidak ada
perbedaan dalam entropi yang identik dengan mengkombinasikan volume apapun. Itu
diperoleh katakanlah 2 volume yang setara dari oksigen atau 1 volume oksigen dan 1
volume nitrogen (semua akan dibedakan dalam masing – masing entropi untuk
membentuk terminologi 2mkT 2 dalam persamaan 7.17 pada massa molekul). Demikian,
3
107
disamping asumsi ini pengkali partisi dipindahkan ke kondisi asli tidak bisa dipulihkan
dengan menggantihnya.
W W .2 N 2
Jika berat total W volume gas yang dicampur sebagai hasil berat masing – masing maka
pada pencampuran
S k log W
` k log W 2 Nk log 2
2S 2 Nk log 2
Sebagai intinya, jika molekul – molekul dan 2 volume benar – benar serupa
kombinasi entropi akan menjadi sederhana. S 2 s dan penghilangan atau sebaiknya
partisi antara 2 volume gas tidak akan ada efek pada total entropi. Dari sini terlihat bahwa
itu seharusnya eror dalam mengungkap secara klasik untuk entropi dan juga entropi bebas
dari gas ideal homogen dari molekul sampai mengikuti bagian ini bisa dihapuskan jika
molejkul gas di perlukan dalam cara “semi klasik”.
(Ini menarik untuk dicatat bahwa mencampur terminologi yang sama membuat
dari pernyataan termodinamika untuk entropi gram molekul gas ideal dapat ditulis
108
dan
dimana Cp panas tertentu pada tekanan konstan. Jika dua volume gas yang sama pada
temperatur yang sama dan tekanan yang ditambah sehingga Cp, Cv, R dan V harus
digantikan dengan 2Cp, 2Cv, 2R dan 2V berturut-turut maka itu jelas bahwa persamaan
7.22 menunjukkan gabungan terminologi dari 2R log 2 sedangkan persamaan 7.23 tidak.
Perbedaan yang benar-benar terlihat dari faktanya bahwa V sebuah kuantitas luas
dimana bergantung pada jumlah gas yang diperoleh sedangkan T dan p adalah kuantitas
intensif dimana tidak bergantung pada jumlah gas yang dihasilkan. Ini adalah peraturan
yang berguna dalam termodinamika bahwa persamaan 7.22 digunakan dalam penjumlahan
entropi campuran dari dua gas yang berbeda dan persamaan 7.23 digunakan untuk entropi
dari dua volume gas yang sama, ini satu-satunya aplikasi analisis masalah statistik yang
bisa dipecahkan).
Itu mungkin untuk memperoleh yang benar. Pernyataan yang sesuai untuk entropi
gas ideal yang sesungguhnya dengan menggunakan kuantum statistik yang tepat. Statistik
sebenarnya akan terpilih bergantung pada molekul gas apapun, faktanya Boson atau
femion. Bagaimanapun dalam berhadapan dengan gas pada temperatur dan tekanan yang
luar biasa, ini sesuai secara matematika untuk dilanjutkan ke batas klasik dari kuantum
statistik tersebut dimana jumlah partikeln dari masing-masing lapisan ns kecil
dibandingkan dengan jumlah level yang tersedia gs. Dalam kasus keterbatasan ini akan
dilihat bahwa tiga jenis statistik memberikan kenaikan hasil yang sama untuk entropi dan
untuk distribusi energi dengan syarat terminologi N! diganti dari berat kumpulan klasik.
Itu diperlukan untuk mengganti terminologi N! ini dari berat klasik, faktor ini dimana
memberikan jumlah susunan molekul diantar mereka dan menentang dari asumsi
perbedaan molekul.
n
gs s
WMB (7.24)
s n !
s
109
Berat yang sesuai untuk distribusi Bose-Einstein dan Fermi-Dirac adalah
(n s g s 1)!
WBE (bandingkan 4.3) (7.24’)
s n s !( g s n s )!
dan
gs!
WFD (bandingkan 5.4) (7.24”)
s n s !( g s n s )!
g
n s log s n s (7.25a)
s ns
n gs n s g s
n s log s g s log
s
ns g s
g
n s log s n s (7.25b)
s ns
g s ns g s
dimana persamaan ns g s 1 ns g s , dan
ns ns
n gs ns ns
log s log 1 telah digunakan.
gs gs gs
g ns g s n s
n s log s g s log
s
ns g s
g
n s log s n s (7.25c)
s ns
110
dimana persamaan ini sama halnya dengan (ii) telah diperkenalkan.
Ini jelas bahwa dibawah kondisi itu postulat berat diberikan kumpulan itu juga
hampir bebas dari tipe sistem dimana kumpulan diubah. Distribusi kesetimangan energi
sistem akan lebih dekat ke persamaan Maxwell-Boltzmann dari n s g s e / kT untuk s
masing-masing kasus dan kesetimbangan entropi akan diebrikan dengan nilai ns diambil
log
gs
ns
s
kT
log Wmax n s s n s
s kT
E
N N
kT
karena ns
s dan n
s
s s E . Kumpulan entropi S k log Wmax , sehingga
E
S kN kN (7.26)
T
Konstanta e A bisa diambil dari persamaan 7.4 untuk diberikan dengan N/Z sehingga
log N / Z . Persamaan 7.26 bisa demikian ditulis dalam terminologi fungsi partisi
sebagai
Z E
S Nk log Nk (7.27)
N T
Untuk sebuah gas diubah susunan energi molekul ‘semi-klasik’ E secara sederhana energi
3
translasi NkT . Fungsi partisi untuk kumpulan kuantum diberikan persamaan 7.15
2
dengan faktor yang tidak menentukan B diganti dengan h-3 pernyataan mekanika kuantum
untuk jumlah keadaan yang ditunjukkan per unit volume dalam fase kosonng adalah
V
3
Z 2mkT 2 (7.28)
h3
Pada substitusi dengan nilai E dan Z dalam persamaan 7.27, entropi diperoleh
111
V 2mkT 2
3
S Nk log 5
(7.29)
Nh 3 2
Itu memungkinkan untuk memperoleh pernyataan untuk energi bebas F gas ‘semi-
klasik’ ideal. Menggunakan bentuk entropi dan persamaan 7.27 dalam persamaan F=E-Ts
menghasilkan
Z
F NkT log NkT
N
F kT log Z N log N!
ZN
F kT log (7.30)
N!
ZN
Z (7.31)
N!
112
persamaan 7.30 untuk energi bebas menjadi
F
Z e kT (7.33)
(Pembahasan lebih lanjut dari sifat total fungsi partisi dan total energi gas terdapat di bab
9).
Persamaan keadaan dan total energi gas diperoleh dari energi bebas yang diberikan
dalam persamaan 7.30 sama dengan yang diperoleh untuk gas klasik seutuhnya.
Z e t i , j ,l / kT (7.35)
i , j ,l
dimana jumlahnya harus diambil dari semua kemungkinan nilai yang ada dari i,j,l dan
semua keadaan yang memburuk termasuk masing-masing. Substitusi dari persamaan 7.34
ke persamaan 7.35 memberikan
Z e
(1i 2 j 3 l ) / kT
i , j ,l
113
e 1i / kT .e
2 j / kT
.e 3l / kT (7.36)
i j l
x y z x y
i
i
j
j
l
l
i j l
i j zl
Jika 1i, 2j, 3l masing-masing persamaan 7.36 dapat ditulis sebagai
Z e 1i / kT e e
2 j / kT 3 l / kT
(7.37)
i j i
Z Z1 Z 2 Z 3 (7.38)
Sekarang maksud energi sistem untuk yang fungsi partisinya adalah Z dan
log Z
temperaturnya adalah T diberikan dengan t kT 2 . Substitusi dari persamaan
T V
7.38 maka menghasilkan
1 2 3 (7.40)
Itu dapat disimpulkan bahwa untuk sistem memiliki lebih dari 1 derajat kebebasan,
itu untuk memungkinkan fungsi partisi untuk dibagi bagian-bagian komponen. Perlakuan
sempurna terpisah seperti fungsi partisi yang diberikann pada bagiann 8.3 untuk kasus
molekul diatomik. Bagaimanapun itu tepat untuk pembahasaan sementara dari total fungsi
molekul yang tidak bertumbukan N pada temperatur T diperoleh sebagai sebuh, sistem
114
makroskopik diubah subsitem molekular maka fungsi partisi dari sitem makroskopik ini
dapat dituliskan dari fungsi patisi
e
1i 2 j 3 l 4 m .......... / kT
Z (7.41)
allstaes
dimana 1i ,2 j , dan lain-lain adalah energi dari masing – masing molekul atau subsistem
1, 2, dan lain – lain, dalam keadaan i ,j, dan lain – lain penjumlahan dan terakhir diambil
dari semua keadaaana atau susunan molekul dari semua gas. fungsi partisi dalam
persamaan 7.41 bisa bisa di pisahkan kedalam bagian – bagian komponen yang telah
ditululis dalam persamaaan 7.37 yang menghasilkan
1
Z
N! i
e1 i / kT e1 i / kT e1l l / kT
j l
(7.42)
Pembagian oleh N! dalam persamaan 7.42 dibutuhkan karena dalam menghasilkan hasil
akhir masing masing terminologi akan terjadi N! kali. Mengganggap 3 molekul diberi
label 1,2,dan 3 dan membiarkan mereka dalam keadaan i,j,dan l. Jika molekul
dibedakan,mengubah susunan molekul diantara 3 keadaan tidak menghasilkan keadaan
yang baru, perbedaan keadaan atau susunan. Maka susunan 3! dari energi 1i , 2 j , 3l
1i 2 j 3l
1 j 2i 3l
1 j 2l 3i
ekuivalen susunan yang berbeda 3!
1i 2l 3 j
1l 2 j 3i
1l 2i 3 j
adalah ekuivalen untuk susunan tunggal. Menyampaikan pendapat ini untuk kasus sub-
sistem N , karena perbedaan subsistem ada N! kali sebanyak terminologi dalam
menghasilkan persamaan 7.42 dan persamaan 7.41.)
e e ...... ....... Z
1i / kT 2 j / kT
i j l
115
menjadi fungsi partisi untuk masing-masing molekul. Persamaan 7.42 memberikan
pernyataan untuk total fungsi partisi
ZN
Z
N!
Total fungsi partisi untuk gerak translasi dapat diperoleh menggunakan bentuk
integral sama dengan yang dijumlahkan dalam memperoleh persamaan 7.15 kecuali
keadaan digantikan dengan dp x dp y dp z dxdydz / h 3 . Fungsi partisi tunggal untuk 1 molekul
dengan sederhana
Z e 1i / kT
i
dimana 1 menunjukkan kembali volume fase kosong yang tersedia dari koordinat px1 dan
x1 dan lain-lain, mendefinisikan posisi sub-sistem 1 dalam enam-dimensi fase kosong.
Fungsi partisi total dalam persamaan 7.42 menjadi
1
Z
N! h 3 N
1
e 1 / kT dp x1 dp y1 dp z1 dx1 dy1 dz1 e 2 / kT dp x 2 dp y 2 ........ e N / kT dp xN ......dz1
2 N
(7.43)
dimana 6N menunjukkan kembali volume enam-dimensi fase kosong yang tersedia untuk
semua sub-sistem N maka total energi sub-sistem N adalah
E 1 2 3 ........ N
1
e
E / kT
Z dp x1 ........dz N (7.44)
N! h 3 N 6 N
116
Pada kasus gas ideal molekul-molekul tidak bertumbukan sehingga diperoleh energi
tunggal dari posisi molekul. Oleh karena itu integral 3N spasial koordinat dari lebih
VN
e
E / kT
Z dp x1 dp y1 dp z1 ...dp xN dp yN dp zN (7.45)
N! h 3 N
Itu harus diingat asal persamaan 7.44 didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada
tumbukan antar molekul. Untuk lebih lanjut akan dibahas pada bab 9.
Akhirnya itu dicatat bahwa untuk sitiap molekul dimana tidak tersusun akan
dikontribusikan ke total fungsi partisi dengan mode gerak yang berbeda. Contohnya mode
gerak memberikan fungsi partisi untuk masing masing sub-sistem dalam bentuk
Z Z 1 Z 2 Z 3 sebagai persamaan 7.38, total fungsi partisi akan diberikan dengan persamaan
7.31 untuk N seperti sub-sistem
(Z 1 Z 2 Z 3 ) N
Z (7.46)
N!
117
BAB 8
Pada bab ini akan dibahas dan diberikan beberapa contoh mengenai aplikasi fisika
tentang termodinamika statistika. Metode yang akan digunakan tidak akan dijelaskan
secara umum .Dan hal ini menjadi satu-satunya metode dimana suatu masalah yang akan
dibahas dapat diselesaikan dengan menggunakan metode alternatif yang akan ditunjukkan
pada penjelasan bab ini. Juga, karena metode statistik telah dikembangkan sejauh ini
hanya untuk mendapatkan energi tetap dan tetap jumlah sistem.
𝑚 = 𝑥𝐻
dimana x adalah kerentanan paramagnetik gas per satuan volume dan H adalah bidang
terapan. bentuk yang ditemukan kerentanan paramagnetik akan tergantung pada apakah
momen magnetik diperlakukan secara klasik dari kuantum mekanik (meskipun seperti
yang akan terlihat perbedaan antara hasil dalam dua kasus yang sedikit). Untuk
menggambarkan hal ini kedua kasus akan diperlakukan di sini meskipun masalahnya
hanya ketat setuju untuk perlakuan mekanik kuantum.
Misalkan gas mengandung molekul n per satuan volume, setiap molekul memiliki
momen magnetik intrinsik µ, dan bahwa tidak ada interaksi antara molekul. Ketika medan
magnetik diterapkan pada gas setiap molekul yang memiliki momen magnetik yang
menunjuk pada sudut θ ke arah area yang memiliki energi magnetik dari
dibandingkan dengan energi magnetik ketika 𝜃 = 𝜋/2 (posisi sudut tertentu dari momen
magnetik yang diambil sebagai mewakili nol energi magnetik adalah penting karena 𝜀(𝜃)
118
adalah energi rotasi, bukan translasi, dan karenanya setiap hal yang konstan dalam 𝜀(𝜃)
akan hilang dari analisis.)
𝜖(𝜃)
𝑍𝑚𝑎𝑔 = ∑ 𝑒 − 𝑘𝑇
𝜃
di mana penjumlahan adalah atas semua nilai yang mungkin dari sudut θ. Biarkan
sekarang diasumsikan bahwa jumlah keadaan yang tersedia untuk molekul dengan momen
magnetik mereka menunjuk seorang malaikat, 0 dalam unsur padat sudut 𝑑𝜔 sebanding
dengan besarnya 𝑑𝜔. Persamaan 8.3 mungkin dapat digantikan dengan integral jadi,
𝜋
𝑍𝑚𝑎𝑔 = ∫ 𝑒 𝜇𝐻 cos 𝜃/𝑘𝑇 𝐶 𝑑𝜔
𝜃=0
𝑑𝜔 = 2𝜋 𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑𝜃
𝜋 𝜃
𝑍𝑚𝑎𝑔 = ∫ 𝑒 𝜇𝐻 cos𝑘𝑇 𝐶 (2𝜋 sin 𝜃 𝑑𝜃)
𝜃=0
𝜋 𝜃
𝑍𝑚𝑎𝑔 = 2𝜋𝐶 ∫ 𝑒 𝜇𝐻 cos𝑘𝑇 sin 𝜃 𝑑𝜃
𝜃=0
Persamaan 8.5
nkt 2 Z mag
E mag
Z mag T
119
nkt 2 Z mag
E mag
Z mag T
nkT 2 kT H
4c sinh
kT H T H kT
4c sinh
H kT
nkT 2 k H
4c T . sin
kT H H T kT
4c sinh
H kT
nkT H
T . sinh
H T kT
sinh
kT
misal :
u T
u' 1
H
v sinh
kT
H H
v ' cosh
kT kT 2
𝑢′ 𝑣 + 𝑣′𝑢
𝜇𝐻 𝜇𝐻 𝜇𝐻
1 + (sin ℎ ) + ( 2 cos ℎ ) (𝑇 )
𝑘𝑇 𝑘𝑇 𝑘𝑇
𝜇𝐻 𝜇𝐻 𝜇𝐻
sin ℎ − cos ℎ
𝑘𝑇 𝑘𝑇 𝑘𝑇
𝑛𝑘𝑇 𝜕 𝜇𝐻
𝐸𝑚𝑎𝑔 = (𝑇 sin ℎ )
𝜇𝐻
sin ℎ 𝑘𝑇 𝜕𝑇 𝑘𝑇
𝑛𝑘𝑇 𝜇𝐻 𝜇𝐻 𝜇𝐻
𝐸𝑚𝑎𝑔 = (sin ℎ − cos ℎ )
𝜇𝐻 𝑘𝑇 𝑘𝑇 𝑘𝑇
sin ℎ 𝑘𝑇
𝑛𝑘𝑇 𝜇𝐻 𝑛𝑘𝑇 𝜇𝐻 𝜇𝐻
𝐸𝑚𝑎𝑔 = ( . sin ℎ ) − ( . cos ℎ )
𝜇𝐻 𝑘𝑇 𝜇𝐻
sin ℎ 𝑘𝑇 sin ℎ 𝑘𝑇 𝑘𝑇 𝑘𝑇
120
𝜇𝐻
𝐸𝑚𝑎𝑔 = 𝑛𝑘𝑇 − 𝑛𝜇𝐻 coth
𝑘𝑇
𝑛𝜇𝐻𝑘𝑇 𝜇𝐻
𝐸𝑚𝑎𝑔 = − 𝑛𝜇𝐻 coth
𝜇𝐻 𝑘𝑇
𝑘𝑇 𝜇𝐻
𝐸𝑚𝑎𝑔 = 𝑛𝜇𝐻 { − coth }
𝜇𝐻 𝑘𝑇
jika ada induksi magnetik saat m per satuan volume dalam arah medan diterapkan maka
energi magnetik ini dapat dinyatakan dalam bentuk yang sama dengan persamaan
sehingga
E mag mh
E mag
m
H
kT H
nmh coth
H kT
H
kT H
n coth
H kT
1
Jika L( x) coth x
x
H kT
coth
kT H
Maka:
H
nL ………………………………………8.8
kT
dimana fungsi Langevin 𝐿(𝑥) didefinisikan sehingga 𝐿(𝑥 ) = coth 𝑥 − 1/𝑥 .Ketika
kondisi 𝑥 ≫ 1 maka kondisi 𝑥 ≫ 1 maka𝐿(𝑥) akan mendekati ke kesatuan, sehingga
pada nilai-nilai medan magnet diterapkan sehingga 𝜇𝐻 ≫ 𝑘𝑇 persamaan 8.8 memprediksi
121
bahwa momen magnetik akan mendekati maksimum, atau saturasi, nilai 𝑛𝜇. Ketika di sisi,
𝑥 ≪ 1 perluasan 𝐿(𝑥) persyaratan yang melibatkan 𝑥 3 memberikan pendekatan
𝑥
𝐿(𝑥) ≅
3
𝑛𝜇
𝑚= 𝐻
3𝑘𝑇
dari persamaan 8.9 kerentanan paramagnetik, didefinisikan dalam persamaan 8.1 dengan
hubungan 𝑋 = 𝑚/𝐻 ,kan sebagai
𝑛𝜇2
𝑋=
3𝑘𝑇
Dalam mekanika kuantum momentum sudut dari sebuah atom atau molekul
ditentukan oleh total momentum sudut kuantum j bilangan integer.Bilangan magnetik
kuantum 𝑀𝐽 , komponen J sepanjang arah medan magnet diterapkan, hanya diperbolehkan
mengambil nilai integral
𝑀𝐽 = 𝐽, 𝐽 − 1, 𝐽 − 2, … ,0, … − (𝐽 − 1), −𝐽
Untuk sebuah molekul dengan diberikan nilai dari 𝑀𝐽 komponen dari momen magnetik
selama aplikasi dari arah diberikan oleh
𝜇𝐻 = 𝑔𝜇𝐵 𝑀𝐽
dimana 𝜇𝐻 adalah magnet Bohr dan g adalah spektroskopik (atau Lande) adalah faktor
splitting dari molekul. Mengambil energi potensial magnetik ddari molekul sebagai −𝜇𝐻 𝐻
adalah persetujuan dengan persamaan 8.2 fungsi partisi untuk molekul menjadi
122
𝑀𝐽 =+𝐽
𝐻⁄
𝑍𝑚𝑎𝑔 = ∑ 𝑒 𝜇𝐻 𝑘𝑇
𝑀𝐽 =−𝐽
𝑀𝐽 =+𝐽
𝐻⁄
𝑍𝑚𝑎𝑔 = ∑ 𝑒 𝑔𝜇𝐵𝑀𝐽 𝑘𝑇
𝑀𝐽 =−𝐽
1
Di dalam wilayah yang rendah mendekati 𝑒 𝑥 ≅ 1 + 𝑥 + 2 𝑥 2 mungkin digunakan dalam
𝑀𝐽 =+𝐽
𝑔𝜇𝐵 𝐻 1 𝑔𝜇𝐵 𝐻 2 2
≅ ∑ [1 + { } 𝑀𝐽 + { } 𝑀𝐽 ]
𝑘𝑇 2 𝑘𝑇
𝑀𝐽 =−𝐽
𝑀𝐽 =+𝐽
𝑔𝜇𝐵 𝐻 1 𝑔𝜇𝐵 𝐻 2 2
≅ ∑ [1 + { } 𝑀𝐽 + { } 𝑀𝐽 ]
𝑘𝑇 2 𝑘𝑇
𝑀𝐽 =−𝐽
Subsitusikan sekali lagi dalam persamaan 7.11 total energi magnetik untuk gas dengan n
sebagai molekul-molekul per unit volume menjadi
𝜕
2
𝑔𝜇𝐵 𝐻 2 𝐽(𝐽 + 1)(2𝐽 + 1)
𝐸𝑚𝑎𝑔 = 𝑛𝑘𝑇 𝑙𝑜𝑔 [(2𝐽 + 1) + { } ]
𝜕𝑇 𝑘𝑇 6
𝐽(𝐽 + 1)(2𝐽 + 1)
𝑛 (𝑔𝜇𝐵 𝐻)2
𝐸𝑚𝑎𝑔 =− 3
2
𝑘𝑇 𝑔𝜇 𝐻 𝐽(𝐽 + 1)(2𝐽 + 1)
(2𝐽 + 1) + { 𝐵 }
𝑘𝑇 6
Dalam batas daerah rendah dimana 𝑔𝜇𝐵 𝐻 ≪ 𝑘𝑇 persamaan denominator 8.14 sangat
dekat 2𝐽 + 1 dan dimana
𝑛𝑔2 𝜇2 𝐵 𝐽(𝐽 + 1) 2
𝐸𝑚𝑎𝑔 ≅− 𝐻
3𝑘𝑇
Energi ini lagi berkoresponden ke sebuahh moment magnetik per unit volume dari
−𝐸𝑚𝑎𝑔 /𝐻 jad
123
𝑛𝑔2 𝜇2 𝐵 𝐽(𝐽 + 1)
𝑚= 𝐻
3𝑘𝑇
𝑛𝑔2 𝜇2 𝐵 𝐽(𝐽 + 1)
𝑥=
3𝑘𝑇
Sekali lagi yang tersisa sebagai latihan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa hasil yang
sama diperoleh dengan mencari saat rata-rata dari molekul ke arah lapangan dari
hubungan
𝑀 =+𝐽 𝐻⁄
∑𝑀𝐽 =−𝐽 𝑔𝜇𝐵 𝑀𝐽 𝑒 𝑔𝜇𝐵𝑀𝐽 𝑘𝑇
𝐽
̅̅̅̅
𝜇𝐻 = 𝑀 =+𝐽 𝐻⁄
∑𝑀𝐽 =−𝐽 𝑒 𝑔𝜇𝐵 𝑀𝐽 𝑘𝑇
𝐽
𝑚 = 𝑛𝜇
̅̅̅̅
𝐻
Menurut mekanika klasik tidak ada batasan pada energi osilator harmonik
sederhana. Oleh karena itu berikut bahwa, seperti yang ditunjukkan dalam bagian 3.6
berarti energi osilator harmonik satu dimensi klasik dalam perakitan pada suhu T adalah
kT. Di sisi lain jika osilator harmonik satu dimensi mematuhi mekanika kuantum itu hanya
mungkin energi yang diberikan oleh salah satu dari nilai diskrit
1
∈= (𝑛 + ) ℎ𝑣
2
Dimana v adalah frekuensi osilator dan n adalah sebuah bilangan positif. Energi terendah
1
tersedia pada osilator mekanika kuantum adalah 2 ℎ𝑣 dan dikenal sebagai energi titik nol.
124
Energi dari sebuah osilator harmonik mekanika kuantum pada suhu T dapat dihitung
dengan mengubah fungsi partisi sebagai
∞ 1
(𝑛+ )ℎ𝑣
− 2
𝑍= ∑𝑒 𝑘𝑇
𝑛=0
∞
1
𝑍= 𝑒 −2ℎ𝑣/𝑘𝑇 ∑ 𝑒 −𝑛ℎ𝑣/𝑘𝑇
𝑛=0
1
𝑒 −2ℎ𝑣/𝑘𝑇
𝑍= 1
(1 − 𝑒 −2ℎ𝑣/𝑘𝑇 )
𝜕 log 𝑍
̅ = 𝑘𝑇 {
∈ }
𝜕𝑇 𝑣
Jadi,
1 1
̅ = ℎ𝑣 { + ℎ𝑣/𝑘𝑇
∈ }
2 𝑒 −1
Pada suhu tinggi dimana ℎ𝑣/𝑘𝑇 ≪ 1 itu mungkin untuk mensubsitusikan dalam
persamaan dalam persamaan 8.21 untuk
ℎ𝑣/𝑘𝑇
ℎ𝑣 1 ℎ𝑣 2
𝑒 ≈ 1+{ }+ { }
𝑘𝑇 2 𝑘𝑇
1 1
̅ = ℎ𝑣 { +
∈ }
2 ℎ𝑣 1 ℎ𝑣 2
{ }+ { }
𝑘𝑇 2 𝑘𝑇
1 𝑘𝑇 1 ℎ𝑣
̅ ≈ ℎ𝑣 { +
∈ (1 − )}
2 ℎ𝑣 2 𝑘𝑇
125
̅ = 𝑘𝑇
∈
Level-level energi yang tersedia untuk lima bentuk dari gerak dan hanya dalam
keadaan gerak translasi.
𝑍 = 𝑍𝑡 𝑍𝑟 𝑍𝑣 𝑍𝑒 𝑍𝑛
Bahwa fungsi partisi spin secara umum melibatkan hanya perkalian dengan
faktor konstan, istilah ini akan diberikan kemudian dalam bagian setelah nilai
dideterminasikan untuk komponen yang lain. Gerak translasi molekul diatomik cukup
dimengerti dengan itu sudah dianggap untuk molekul yang tidak berstruktur dan fungsi
partisi 𝑍𝑡 , akan sama dengan persamaan
𝑉 3
𝑍𝑡 = 3
(2𝜋𝑚𝑘𝑇)2
ℎ
ℎ2
∈𝑗 = 𝑗(𝑗 + 1)
8𝜋 2
Di mana j, total momentum sudut jumlah kuantum dari gerak rotasi adalah
bilangan bulat positif dan 𝜑 adalah saat jika inersia dari molekul suatu sumbu melalui
pusat gravitasi dan normal untuk garis yang menghubungkan dua atom. Untuk setiap nilai
nomor kuantum j magnet bilangan kuantum 𝑚𝑗 dapat diambil beberapa nilai bilangan
126
bulat positif diantara j dan –j. Setiap tingkat energi ∈𝑗 demikian merupakan (2j + 1) bagian
dan, memungkinkan untuk degenerasi ini, fungsi partisi rotasi menjadi
∞
𝑗(𝑗+1)𝐾
𝑍𝑟 = ∑(2𝐽 + 1)𝑒 − 𝑘𝑇
𝑗=0
Dimana 𝑘 = ℎ2 /8𝜋 2 𝜑
Gerak getaran dari molekul dapat diasumsikan, untuk pendekatan yang baik,
menjadi lebih sederhana dalam bentuk dan harmonis bebas dari setiap distorsi anharmonic.
Itu adalah mungkin. The Oleh karena itu, untuk mengambil fungsi partisi getaran dari
molekul seperti diberikan dalam persamaan 8.20 untuk osilator harmonik satu dimensi
yang sederhana:
1
𝑒 −2ℎ𝑣/𝑘𝑇
𝑍𝑣 =
1 − 𝑒 −ℎ𝑣/𝑘𝑇
𝑍𝑒 ≈ 𝑔0 + 𝑔1 𝑒 −∈𝑒1 /𝑘𝑇
Fungsi partisi lengkap dari molekul diatomik yang diperoleh dari bagian komponennya,
seperti yang ditunjukkan dalam persamaan 8.22 sebagai
127
1
ℎ𝑣
∞ −2 ∈𝑒 1
𝑉 3
−
𝑗(𝑗+1)𝐾 𝑒 𝑘𝑇
𝑍= ( 2𝜋𝑚𝑘𝑇 ) 2 {∑(2𝐽 + 1)𝑒 𝑘𝑇 }
ℎ𝑣 × {𝑔0 + 𝑔1 𝑒 − 𝑘𝑇 } 𝑍𝑛
ℎ3
𝑗=0 1 − 𝑒 −𝑘𝑇
{ }
Berikut metode yang digunakan dalam derivasi dari persamaan energi dari gas molekul
diatomik N dapat ditulis sebagai
dan tidak ada kontribusi dari istilah 𝑍𝑛 yang diambil menjadi suhu bebas.
ɛ2, dan (N-n) sistem dalam keadaan energi yang lebih rendah. ɛ1.
bentuk persamaannya adalah
𝑁!
𝑊=
𝑛! (𝑁 − 𝑛)!
𝑆 = 𝑘 log 𝑊
𝑁!
𝑆 = 𝑘 log
𝑛! (𝑁 − 𝑛)!
Persamaan 8.39
Persamaaan 8.40
𝐹 = 𝐸 − 𝑇𝑆
128
𝐹 = 𝑛 ∈2 + (𝑁 − 𝑛) ∈1 − 𝑘𝑁𝑇[𝑁 log 𝑁 − 𝑛 log 𝑛 − (𝑁 − 𝑛) log(𝑁 − 𝑛)]
Untuk penyelesaian yang akan di konfigurasi pada kesetimbangan suhu T jumlah sistem
semakin bertambah, n akan seperti energi bebas menjadi minimum. Persamaaannya adalah
𝜕𝐹
=0
𝜕𝑛
Atau
𝑁−𝑛
= 𝑒 (∈2−∈1 )/𝑘𝑇
𝑛
Jumlah sistem di tingkat energi atas diperoleh dari persamaan 8.41 yaitu:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑒 (∈2−∈1 )/𝑘𝑇
𝑁
𝑛=
1 + 𝑒 ∈/𝑘𝑇
Dimana ɛ=ɛ2-ɛ1 adalah energi gap antara energi total dua tingkat .suatu pembentukan ini
kemudian disederhanakan
𝐸 = 𝑛 ∈2 + (𝑁 − 𝑛) ∈1
𝑁
𝐸 = 𝑁 ∈1 +
1 + 𝑒 ∈/𝑘𝑇
panas spesifik yang diperoleh dari persamaan 8.43 dengan volume, dan karenanya tingkat
energi. Menghasilkan panas yag konstan
𝜕𝐸
𝐶𝑣 = { }
𝜕𝑇 𝑣
𝑁 ∈2 𝑒 ∈/𝑘𝑇
𝐶𝑣 =
𝑘𝑇 2 (1 + 𝑒 ∈/𝑘𝑇 )2
atau
129
𝜃 2 𝑒 𝜃/𝑇
𝐶𝑣 = 𝑁𝑘 { }
𝑇 (1 + 𝑒 𝜃/𝑇 )2
Variasi pembentukan entropi dapat dianggap dalam teori bolltzmann atau planck
yag setara. Dikatakan baahwa, ketika pembentukan dilakukan dengan semua sistem
dalam keadaan dasar, entropi akan menjadi nol. ini menyatakan fakta bahwa hanya ada
satu cara untuk mengatur seperti melakukan konfigurasi , sehingga w = 1 dan log w = 0
.sehingga kondisi ini akan sesuai dengan kasus di mana T suhu pada persamaan 8.42
adalah nol. sebagai suhu naik di atas nol mutlak dan entropi akan meningkat dengan
jumlah sistem yang semakin bertambah . n, bertambah.jika suhu bisa cenderung tak
terbatas ,kemudian, menurut persamaan 8.42, jumlah sistem meningkat, n, akan cenderung
mendekati ½ N dan entropi, seperti yang diberikan oleh persamaan 8.39. akan memiliki
nilai maksimum
𝑆𝑚𝑎𝑥 = 𝑁𝑘 log 2
Jika hal itu mungkin untuk merangsang semua sistem ke keadaan energi atas
sehingga menjadi n = N pembentukan lagi akan benar-benar dalam keadaan nol entropi
.Menurut Persamaan 8.42 situasi ini hanya bisa dicapai jika suhu T mendekati nilai nol
dari sisi temperatur negatif. yaitu 1 / {1 + eɛ / k (-T)} -0 sebagai T -0. Sementara suhu
negatif sebesar itu tidak mungkin diperoleh dalam praktek. kemungkinan untuk
memperolehnya pada suhu negatif sangat terbatas ,seperti yang didefinisikan oleh
Persamaan 8.42. mekanisme untuk menghasilkan suhu negatif seperti itu akan serupa
dengan yang digunakan dalam laser untuk menarik sistem, sehingga ada lebih banyak di
energi atas yang digunakan dari pada di bawah. saat ini terjadi populasi di kedua tempat
energi yang dikatakan "terbalik" ,pada kondisi ini suhu negatif terhadap aspek tertentu dari
pembentukan masih dipertimbangkan.
130
REFERENSI
131