Transmitansi
Ketika (x=0 )
Disisi lain, kondisi kontinu pada komponen normal dari perpindahan vector
dielektrik
Dimana:
Dimana rTMadalah koefisien refleksi untuk polarisasi parallel. Dengan cara yang
sama, relasi amplitude medan listrik yang diteruskan dan gelombang datang
Definisi vector Poynting datang, refleksi, dan transimisi. Dan waktu rata-rata
fungsi kuadrat cosinus
Dengan cara yang sama, Transmitansi dalam bentuk sudut datang dan diteruskan
Saat sudut RTM=0 disebut sudut Brewster 𝜃𝐵 atau sudut polarisasi. Pada Gambar
2.6 kurva Transmitansi dan Reflektansi untuk air dan silica mempunyai sudut
Brewster 𝜃𝐵 = 55,4o.
Untuk keadaan normal (𝜃𝑖 = 0), formula Reflektansi menjadi
Tidak adanya subscript TM menandakan bahwa dalam keadaan normal tidak ada
perbedaan sifat fisika Antara parallel dan tegaklurus
Gambar 2.6 Koefisien Refreksi dan Transmisi untuk TM air dan silika
Gambar 2.8 Koefisien Refreksi dan Transmisi untuk TE air dan silika
Gambar 2.9 Reflektansi dan Transmitasi untuk TE air dan silika
Jika berkas cahaya tidak terpolarisasi mempunyai sudut 𝜃𝐵 , komponen TE akan
dipantulkan seperti radiasi, dan pantulan gelombang terpolarisasi dengan medan
listrik akan tegak lurus denga bidang datar. Ini menjadi sebab mengapa sudut
Brewster disebut sudut polarisasi.
REFLEKSI INTERNAL TOTAL
Sumber: www.fisikabc.com
Jika sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, cahaya akan dibiaskan
menjauhi garis normal. Jadi, sudut datang akan lebih kecil dari sudut biasnya (i<r).
Sumber: www.edu.pe.ca
Jika sinar datang tegak lurus batas dua medium, maka sinar tidak dibiaskan melainkan
diteruskan.
Sumber: www.fisikabc.com
Sudut Kritis
Hukum snellius memungkinkan kita untuk menghitung nilai sudut dari cahaya yang
ditransmisikan melalui sebuah medium dengan persamaan matematis sebagai berikut:
𝑛1 𝑠𝑖𝑛𝜃1 = 𝑛2 𝑠𝑖𝑛𝜃2
𝑛1
𝑠𝑖𝑛𝜃2 = 𝑠𝑖𝑛𝜃1 ≤ 1
𝑛2
𝑛2
𝜃1 = sin−1 ( )
𝑛1
Jika sudut datang diperbesar, maka nilai sudut bias juga akan semakin meningkat.
Namun, pada nilai sudut datang tertentu akan mengakibatkan terbentuknya sudut bias yang
bernilai 90o. Keadaan tersebut dinamakan sudut kritis dimana nilai sudut datang adalah sebesar
48,8o (untuk medium air) (Beeyerdorf, 2006). hubungan antara indeks bias dan sudut kritis dapat
dilihat dalam sekema dibawah ini.
Sumber: google.com
Cahaya bergerak dari medium yang lebih padat "b" ke medium yang lebih renggang "a"
𝑏
sin 𝑖
𝑎 𝜇𝑎 =
sin 𝑟
𝑏
sin 𝐶
𝑎 𝜇𝑎 =
sin 90
Sumber: google.com
Namun, apa yang akan terjadi ketika sudut datang terus di perbesar hingga sudut biasnya
mencapai 90o (sudut kritis)? Pada kondisi ini akan terjadi pemantulan internal total.
Pemantulan Internal Total
Pemantulan Internal Total (total internal reflection) merupakan pemantulan yang terjadi
jika 𝑛1>𝑛2yaitu ketika cahaya dari medium dengan kerapatan optis tinggi ke medium dengan
kerapatan optis lebih rendah. Hal ini menyebabkan sudut datang terus di perbesar hingga sudut
biasnya mencapai 90 derajat (sudut kritis) sehingga tidak ada sinar yang terbiaskan atau sinar
akan terpantul sempurna (Surya, 2009).
Perbedaan antara pemantulan internal total dan pemantulan dari cermin datar sebagai berikut:
KofisienRefleksidanTransmisi
Jika gelombang terjadi dari media yang lebih padat ke medium yang kurang padat(n1> n2)
sebuah fenomena tak biasa terjadi pada rentang sudut datangtertentu, dimana rumus yang
sebelumnya diberikan untuk reflektansi dan transmitansi (R dan T) tidak bisa lagi
diterapkan.Untuk kejadian (n1> n2) ada sudut datang θi yang mana sudut yang dibiaskan θt
memiliki nilai π / 2 radian. Sudut ini disebut sudut kritis θc, dan nilainya, yang dihitung
langsung dari hukum Snell adalah:
θc=sin−1(n2/n1) (1.1)
Untuk sudut datang yang lebih besar dari sudut kritis, sinus dari sudut yang dibiaskan akan
mencapai nilai lebih besar dari 1, sehingga sudut refraksi tidak lagi bilangan ril sesuai untuk
hukum Snell. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa dalam medium (2) tidak ada gelombang
yang ditransmisikan.
Untuk menghitung reflektifitas dalam kasus ini, perlu dilakukanevaluasi cos θt termasuk
dalam rumus untuk koefisien refleksi dan transmisi. Menurut hukum Snell, berikut ini:
cosθt=−(1−sin2θt)1/2 (1.2)
Dengan mempertimbangkan bahwa sekarang sin θt> 1, rumus terakhir dapat dinyatakan sebagai:
cosθt=−i(sin2θt−1)1/2=−iB (1.3)
dimanabesarnya B didefinisikansebagaibilanganriloleh
B≡(sin2θt−1)1/2=(n2sin2θi/n2−1)1/2 (1.4)
(1.5)
(1.6)
Prinsip ini dimanfaatkan di dalam teknologi serat optik, di mana isinya adalah medium dengan
indeks bias yang bervariasi. Model serat optik paling sederhana adalah medium dengan indeks
bias rendah diapit oleh medium dengan indeks bias tinggi. Cahaya merambat dengan sudut di
atas sudut kritis, sehingga cahaya dipantulkan bolak-balik di sepanjang serat optik, sampai ke
ujung serat optik. Efisiensi pemantulan akan berkurang jika serat optik melengkung
(Zanoon, 2014)
Contoh lain pada berlian memiliki sudut kritis yang sangat kecil. Ini berarti sebagian besar
cahaya memasuki batu mengalami refleksi internal total dan keluar dari bagian atas batu
sehingga tampak bercahaya.
Sumber: www.edu.pe.ca