Anda di halaman 1dari 11

Koefisien Transmisi dan Refleksi : Reflektansi dan

Transmitansi

Sekarang kita akan fokus membahas hubungan amplitude medan listrik


untuk fenomena terjadinya refraksi dan transmisi gelombang. Kita akan
mempertimbangkan dua basic polarisasi gelombang datang yang terpisah.
Pertama, gelombang elektromagnetik (EM) berhubungan dengan vector medan
listrik pada bidang datar. Kedua, vector medan listrik yang tegak lurus dengan
bidang. Pada saat kondisi syarat batas yang tepat, ini dapat menjelaskan bahwa
gelombang itu mempunyai medan listrik yang parallel pada bidang, refleksi dan
transmisi gelombang akan juga dimiliki medan listrik pada bidang tersebut.
Dengan cara yang sama, jika gelombang listrik ekuivalen dengan gelombang
datang maka akan tegak lurus dengan bidang, medan listrik yang mengalami
refleksi dan transmisi akan tegak lurus dengan bidang.
Hubungan vector medan listrik dengan gelombang monokromatik berada
pada bideng kejadian, ditujukan pada gambar 2.4

Gambar 2.4 Permukaan gelombang refleksi dan transmisi


Refleksi dan transmisi terjadi ketika gelombang datang jatuh pada
permukaan bidang yang terpisah dua medium dielektrik, ditunjukan oleh arah
wavevector, medan listrik dan vector medan magnet untuk gelombang datang (i),
gelombang pantul (r) dan gelombang yang diteruskan (t), kita mengasumiskan
vector medan listrik berada pada bidang x-z korespondesi untuk TM (transverse
magenetic ). Kondisi kontinu dari komponen tangensial medan listrik
Menggunakan geometri pada gambar 2.4

Ketika (x=0 )

Disisi lain, kondisi kontinu pada komponen normal dari perpindahan vector
dielektrik

Dimana:

, relasi fungsi medan listrik menjadi

Mengabungkan persamaan 2.115 dan 2.117, kita dapat menemukan relasi


amplitude medan listrik yang dipantulkan dan gelombang datang

Dimana rTMadalah koefisien refleksi untuk polarisasi parallel. Dengan cara yang
sama, relasi amplitude medan listrik yang diteruskan dan gelombang datang

Dimana tTM adalah koefisien transmisi untuk polarisasi parallel.

Gambar 2.5 koefisien refleksi dan transmisi air dan silica


Meskipun koefisien refleksi dan transmisi memberikan informasi yang
berharga tentang amplitude medan listrik, gelombang refleksi dan transmisi
mempunyai parameter yang relevan yaitu fraksi energy yang datang terpantul dan
di teruskan, kita menyebut Reflektansi dan Transmitansi.
Reflektansi adalah hasil bagi antara energy yang dipantulkan dan energy
yang datang tiap satuan waktu pada luas yang sama.
Transmitansi adalah hasil bagi antara energy yang diteruskan dan energy
yang datang tiap satuan waktu pada luas yang sama.
Fluks energy berhubungan dengan vector Poynting yang tegak lurus dengan
bidang. Bentuk persamaan Reflektansi dan Transmitansi sebagai berikut

Definisi vector Poynting datang, refleksi, dan transimisi. Dan waktu rata-rata
fungsi kuadrat cosinus

Menggunakan persamaan 2.120 kita dapat menemukan Reflektansi untuk TM


incidence

Atau dalam bentuk sudut datang dan dipantulkan

Dengan cara yang sama, Transmitansi dalam bentuk sudut datang dan diteruskan

Sebagai tambahan, relasi persaman Reflektansi dan Transmitansi


RTM+ TTM = 1
Itu dapat digunakan pada konservasi energy elektromagnetik untuk gelombang
datang, dipantulkan dan diteruskan.
Dengan hukum snellius, Reflektansi sama dengan nol, RTM=0 untuk sudut datang
memenuhi

Saat sudut RTM=0 disebut sudut Brewster 𝜃𝐵 atau sudut polarisasi. Pada Gambar
2.6 kurva Transmitansi dan Reflektansi untuk air dan silica mempunyai sudut
Brewster 𝜃𝐵 = 55,4o.
Untuk keadaan normal (𝜃𝑖 = 0), formula Reflektansi menjadi

Tidak adanya subscript TM menandakan bahwa dalam keadaan normal tidak ada
perbedaan sifat fisika Antara parallel dan tegaklurus

Gambar 2.6 Koefisien Refreksi dan Transmisi untuk TM air dan silika

Gambar 2.7 Refleksi dan Transmisi untuk TE incidence


Vektor medan listrik gelombang datang yang tegak lurus dengan bidang,
kita menyebut transverse electric incidence (TE incidence) atau perpendicular
polarization. Gambar 2.7 vektor medan listrik tegak lurus dengan bidang datang,
dan vector medan magnet berada pada bidang.
Koefisien dapat dinyatakan sebagai fungsi sudut datang dan di biaskan dan
indeks refraksi dua medium menggunakan hokum snellius.

Mengikuti cara yang sama untuk kasus TM incidence, Reflektansi dan


Transmitansi untuk TE

Gambar 2.8 Koefisien Refreksi dan Transmisi untuk TE air dan silika
Gambar 2.9 Reflektansi dan Transmitasi untuk TE air dan silika
Jika berkas cahaya tidak terpolarisasi mempunyai sudut 𝜃𝐵 , komponen TE akan
dipantulkan seperti radiasi, dan pantulan gelombang terpolarisasi dengan medan
listrik akan tegak lurus denga bidang datar. Ini menjadi sebab mengapa sudut
Brewster disebut sudut polarisasi.
REFLEKSI INTERNAL TOTAL

Refraksi pada sebuah antarmuka


Hukum Snellius meenjelaskan bahwa jika n2 > n1, maka q1 > q2, artinya jika cahaya
memasuki medium dimana n lebih besar (dan lajunya lebih kecil), maka berkas cahaya
dibelokkan menuju garis normal. Dan jika n1 > n2, maka q2 > q1, sehingga berkas dibelokkan
menjauhi garis normal. (Giancoli, 2001). Hukum snelius menjelaskan bahwa sinar datang dari
medium kurang rapat ke medium lebih rapat, sinar akan dibiaskan mendekati garis normal. Hal
ini berarti sudut bias lebih kecil dari pada sudut datangnya (r<i).

Sumber: www.fisikabc.com

Jika sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat, cahaya akan dibiaskan
menjauhi garis normal. Jadi, sudut datang akan lebih kecil dari sudut biasnya (i<r).
Sumber: www.edu.pe.ca

Jika sinar datang tegak lurus batas dua medium, maka sinar tidak dibiaskan melainkan
diteruskan.

Sumber: www.fisikabc.com

Sudut Kritis

Hukum snellius memungkinkan kita untuk menghitung nilai sudut dari cahaya yang
ditransmisikan melalui sebuah medium dengan persamaan matematis sebagai berikut:

𝑛1 𝑠𝑖𝑛𝜃1 = 𝑛2 𝑠𝑖𝑛𝜃2

𝑛1
𝑠𝑖𝑛𝜃2 = 𝑠𝑖𝑛𝜃1 ≤ 1
𝑛2

𝑛2
𝜃1 = sin−1 ( )
𝑛1

Jika sudut datang diperbesar, maka nilai sudut bias juga akan semakin meningkat.
Namun, pada nilai sudut datang tertentu akan mengakibatkan terbentuknya sudut bias yang
bernilai 90o. Keadaan tersebut dinamakan sudut kritis dimana nilai sudut datang adalah sebesar
48,8o (untuk medium air) (Beeyerdorf, 2006). hubungan antara indeks bias dan sudut kritis dapat
dilihat dalam sekema dibawah ini.
Sumber: google.com

Cahaya bergerak dari medium yang lebih padat "b" ke medium yang lebih renggang "a"

𝑏
sin 𝑖
𝑎 𝜇𝑎 =
sin 𝑟

𝑏
sin 𝐶
𝑎 𝜇𝑎 =
sin 90

Dimana C adalah sudut kritis dengan sudut biasnya sebesar 90o.

Sumber: google.com

Namun, apa yang akan terjadi ketika sudut datang terus di perbesar hingga sudut biasnya
mencapai 90o (sudut kritis)? Pada kondisi ini akan terjadi pemantulan internal total.
Pemantulan Internal Total

Pemantulan Internal Total (total internal reflection) merupakan pemantulan yang terjadi
jika 𝑛1>𝑛2yaitu ketika cahaya dari medium dengan kerapatan optis tinggi ke medium dengan
kerapatan optis lebih rendah. Hal ini menyebabkan sudut datang terus di perbesar hingga sudut
biasnya mencapai 90 derajat (sudut kritis) sehingga tidak ada sinar yang terbiaskan atau sinar
akan terpantul sempurna (Surya, 2009).

Perbedaan antara pemantulan internal total dan pemantulan dari cermin datar sebagai berikut:

Pemantulan Internal Total Pemantulan Dari Cermin Datar


Terjadi ketika cahaya berpindah dari Terjadi pada segala medium dan segala
medium yang lebih rapat ke medium yang sudut
lebih renggang dengan nilai sudut datang
lebih besar dari sudut kritis
Tidak ada energi yang hilang Energi sudah pemantulan lebih kecil dari
energi sebelumnya (ada energi yang hilang)
Seluruh cahaya dipantulkan Hanya sebagian cahaya yang dipantulkan,
sebagiannya diserap dan dibiaskan.
Gambarnya jauh lebih terang dan Citra kurang terang dan kecerahannya
kecerahannya bersifat permanen berangsur-angsur berkurang.

DuasyaratuntukRefleksi Internal Total dalahcahayaberada di media yang


lebihpadatdanmendekati media yang
kurangpadat.dansudutkejadianlebihbesardaripadasudutkritis.ansmisi

KofisienRefleksidanTransmisi

Jika gelombang terjadi dari media yang lebih padat ke medium yang kurang padat(n1> n2)
sebuah fenomena tak biasa terjadi pada rentang sudut datangtertentu, dimana rumus yang
sebelumnya diberikan untuk reflektansi dan transmitansi (R dan T) tidak bisa lagi
diterapkan.Untuk kejadian (n1> n2) ada sudut datang θi yang mana sudut yang dibiaskan θt
memiliki nilai π / 2 radian. Sudut ini disebut sudut kritis θc, dan nilainya, yang dihitung
langsung dari hukum Snell adalah:
θc=sin−1(n2/n1) (1.1)

Untuk sudut datang yang lebih besar dari sudut kritis, sinus dari sudut yang dibiaskan akan
mencapai nilai lebih besar dari 1, sehingga sudut refraksi tidak lagi bilangan ril sesuai untuk
hukum Snell. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa dalam medium (2) tidak ada gelombang
yang ditransmisikan.

Untuk menghitung reflektifitas dalam kasus ini, perlu dilakukanevaluasi cos θt termasuk
dalam rumus untuk koefisien refleksi dan transmisi. Menurut hukum Snell, berikut ini:

cosθt=−(1−sin2θt)1/2 (1.2)

Dengan mempertimbangkan bahwa sekarang sin θt> 1, rumus terakhir dapat dinyatakan sebagai:

cosθt=−i(sin2θt−1)1/2=−iB (1.3)

dimanabesarnya B didefinisikansebagaibilanganriloleh

B≡(sin2θt−1)1/2=(n2sin2θi/n2−1)1/2 (1.4)

Menurut definisi B, koefisien refleksi dan transmisi untuk TM (Transverse Magnetic)dan TE


(Transverse Electric)menjadi:

(1.5)

(1.6)

ContohAplikasiRefleksi Internal Total

Prinsip ini dimanfaatkan di dalam teknologi serat optik, di mana isinya adalah medium dengan
indeks bias yang bervariasi. Model serat optik paling sederhana adalah medium dengan indeks
bias rendah diapit oleh medium dengan indeks bias tinggi. Cahaya merambat dengan sudut di
atas sudut kritis, sehingga cahaya dipantulkan bolak-balik di sepanjang serat optik, sampai ke
ujung serat optik. Efisiensi pemantulan akan berkurang jika serat optik melengkung
(Zanoon, 2014)
Contoh lain pada berlian memiliki sudut kritis yang sangat kecil. Ini berarti sebagian besar
cahaya memasuki batu mengalami refleksi internal total dan keluar dari bagian atas batu
sehingga tampak bercahaya.

Sumber: www.edu.pe.ca

Anda mungkin juga menyukai