Anda di halaman 1dari 23

PEMBIASAN CAHAYA A.

Pengertian Pembiasan Cahaya Ketika cahaya melintas dari suatu medium ke medium yang lainnya, sebagian cahaya datang dipantulkan pada perbatasan. Sisanya dibelokkan pada waktu memasuki medium yang baru. Pembiasan cahaya bertanggung jawab untuk sejumlah ilusi optik yang umum. Sebagai contoh, sebatang tongkat yang sebagiannya tercelup di dalam kolam berisi air dan bening akan terlihat patah. Selain itu orang yang berdiri didalam air yang dalamnya sepinggang tampak memiliki kaki yanglebih pendek. Berdasarkan penjelasan tersebut maka pembiasan cahaya adalah pembelokan arah rambat cahaya saat melewati bidang batas dua medium bening yang berbeda indeks biasnya. B. Hukum Snellius Pada Pembiasan. Seperti pada peristiwa pemantulan cahaya, pada pembiasan cahaya juga dijumpai hukum Snellius. Misalkan cahaya merambat dari medium 1 dengan kecepatan v1 dan sudut datang i menuju ke medium 2. Saat di medium 2 kecepatan cahaya berubah menjadi v2 dan cahaya dibiaskan dengan sudut bias r seperti diperlihatkan pada Gambar 1 di bawah.

Gambar 1. Sinar yang berasal dari udara dibiaskan menjauhi garis normal saat masuk ke dalam air. Berdasarkan teori muka gelombang, rambatan cahaya dapat digambarkan sebagai muka gelombang yang tegak lurus arah rambatan dan muka gelombang itu membelok saat menembus bidang batas medium 1 dan medium 2 seperti dipelihatkan Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Muka gelombang pada peristiwa pembiasan. Cahaya datang dengan sudut i dan dibiaskan dengan sudut r. Cepat rambat cahaya di medium 1 adalah v1 dan di medium 2 adalah v2. Waktu yang diperlukan cahaya untuk merambat dari B ke D sama dengan waktu yang dibutuhkan dari A ke E sehingga DE menjadi muka gelombang pada medium 2. Oleh karenanya BD = v1 t AE = v2 t Dari gambar 2 juga kita dapatkan bahwa = i dan = r sehingga

Bila kita bagi sin i dengan sin r kita akan peroleh persamaan pembiasan cahaya

dengan i = sudut datang r = sudut bias

v1 = kecepatan cahaya sebelum dibiaskan v2 = kecepatan cahaya setelah dibiaskan Pada tahun 1621 Snellius, seorang fisikawan berkebangsaan Belanda melakukan serangkaian percobaan untuk menyelidiki hubungan antara sudut datang (i) dan sudut bias (r) di atas. Hasil eksperimennya dibuat dalam tabel di bawah. Tabel 1: Hasil percobaan tentang pembiasan pada balok kaca. i 18 26 36 43 47 50 60 r 12 17 23 27 29 33 35 i/r 1,50 1,53 1,57 1,59 1,62 1,67 1,71 sin i 0.309 0.438 0.588 0.682 0.731 0.819 0.866 sin r 0.208 0.292 0.391 0.454 0.485 0.545 0.574 1,49 1,50 1,50 1,50 1,51 1,50 1,51

Dari tabel di atas tampak bahwa harga dengan kata lain bahwa harga

pada tiap percobaan cenderung sama, yakni 1,50

bernilai tetap. Tetapan itu disebut indeks bias.

Persamaan Hukum Pembiasan dengan i = sudut datang r = sudut bias n = indeks bias bahan Persamaan di atas merupakan salah satu dari dua hukum pembiasan cahaya yang selengkapnya dapat dirumuskan sebagai berikut:

Hukum Pembiasan Cahaya 1. 2. Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang. Perbandingan sinus sudut datang dan sinus sudut bias cahaya yang memasuki bidang batas dua medium yang berbeda selalu bernilai tetap (konstan). Anda telah mempelajari bahwa indeks bias dibedakan atas indeks bias mutlak dan indeks bias relatif. Sekedar mengingatkan, di bawah ini dijelaskan kembali pengertian kedua indeks bias ini. Indeks bias mutlak medium yaitu indeks bias medium saat berkas cahaya dari ruang hampa melewati medium tersebut. Indek bias mutlak suatu medium dituliskan nmedium. Indeks bias mutlak kaca dituliskan nkaca, indeks bias mutlak air dituliskan nair dan seterusnya. Tabel 2 di bawah memperlihatkan indeks bias mutlak beberapa zat. Tabel 2. Indeks bias mutlak beberapa zat. Medium Udara (1 atm, 0 C) Udara (1 atm, 0 C) Udara (1 atm, 0 C) Air Alkohol Gliserin Kaca kuarsa Kaca kerona Kaca flinta Intan Indeks bias mutlak 1,00029 1,00028 1,00026 1,33 1,36 1,47 1,46 1,52 1,65 2,42

Pada tabel terlihat bahwa tekanan dan suhu mempengaruhi indeks bias zat khususnya udara. Perbedaan itu tampak kecil saja. Dalam modul ini, bias udara sama dengan satu.

Indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias dua medium yang berbeda. Indeks bias relatif medium kedua terhadap medium pertama didefinisikan sebagai perbandingan indeks bias medium kedua terhadap medium pertama. Persamaan indek bias relatif dua medium dengan n21 = indeks bias relatif medium kedua terhadap medium pertama n1 = indeks bias mutlak medium pertama n2 = indeks bias mutlak medium kedua Pada uraian sebelumnya telah kita dapatkan bahwa

Persamaan pembiasan cahaya dari medium 1 medium 2

Jadi, nilai tetap (konstan) pada penyataan kedua hukum pembiasan cahaya di atas adalah indeks bias relatif antara dua medium seperti diuraikan sebelumnya. Sedangkan yang dimaksud satu bidang pada pernyataan pertama dapat dijelaskan dengan melihat kembali gambar 2 di atas. Pada gambar tersebut tampak sinar datang, sinar bias dan garis normal berada pada satu bidang, yakni bidang batas. Cukup jelas, bukan? Contoh: 1. Cepat rambat cahaya di medium A besarnya 2 x 108 m/s. Bila cepat rambat cahaya di ruang hampa 3 x 108 m/s, berapakah indeks bias mutlak medium itu? Penyelesaian: Cahaya datang dari ruang hampa menuju medium A dan indeks bias ruang hampa (n1) kita anggap sama dengan indeks bias udara. Diketahui : n1 = 1 v1 = 3 x 108 m/s

v2 = 2 x 108 m/s Ditanya : n2 = ? Jawab :

n2 = 1,5 Jadi, indeks bias medium tersebut adalah n2 = 1,5. Contoh: 2. Berapakah kecepatan cahaya di suatu medium yang indek biasnya 1,6? Penyelesaian: Tanpa disebut atau dinyatakan dalam soal, kita harus sudah maklum bahwa cepat rambat cahaya di ruang hampa adalah 3 x 108 m/s sehingga dari, n= kita dapatkan cepat rambat cahaya pada medium tersebut yakni,

v = 1,88 x 108 m/s Contoh: 3. Seberkas cahaya datang dari udara (nu = 1) ke dalam air (na = 1,33) dengan sudut datang 30. Tentukan besar sudut bias! Penyelesaian Diketahui : nu = 1 na = 1,33 i = 30

Ditanya : r = ? Jawab : Berkas sinar berasal dari udara menuju air jadi n1=nu=1 dan n2=na=1,33. Berdasarkan hukum Snellius,

r = 22,1 Besar sudut bias r = 22,1 di atas tentunya didapat dengan bantuan kalkulator atau tabel trigonometri pada matematika. Anda tentu dapat melakukannya. Contoh: 4. Seberkas sinar datang dari udara ke lapisan minyak yang terapung di air dengan sudut datang 30. Bila indeks bias minyak 1,45 dan indeks bias air 1,33, berapakah besar sudut sinar tersebut di dalam air? Penyelesaian: Pada kasus ini mula-mula berkas sinar merambat di udara lalu masuk ke lapisan minyak yang terapung di permukaan air, baru kemudian sinar masuk ke dalam air. Jadi, sebelum sampai ke dalam air sinar mengalami dua kali pembiasan seperti diperlihatkan gambar di bawah.

Gambar 3. Berkas sinar memasuki air dari udara melalui lapisan minyak mengalami dua kali pembiasan.

Pembiasan pertama, berkas sinar datang dari udara ke minyak dengan n1 = 1 dan n2 = 1,45 serta i1 = 30, kita hitung besar sin r1,

sin r1 = 0,345 Dalam hal ini kita tidak membutuhkan besar sudut r1, sebab untuk langkah pengerjaan berikutnya justru nilai sin r, yang dibutuhkan. Pembiasan kedua, berkas sinar datang dari minyak ke air dengan n1 = 1,45 dan n2 = 1,33, dan dari gambar di atas tampak besar i2 = r1 atau sin i2 = sin r1, kita hitung besar r2

sin r2 = 0,375 r2 = 220 Contoh: 5. Cepat rambat cahaya di dalam kaca 2,00 x 108 m/s dan cepat rambat cahaya di dalam air 2,25 x 108 m/s. Tentukan: a) indeks bias relatif air terhadap kaca b) indeks bias relatif kaca terhadap air Penyelesaian:

Diketahui :

vkaca = 2,00 x 108 m/s vair = 2,25 x 108 m/s

Ditanya : a) nair-kaca b) nkaca-air Jawab : a) nair-kaca = = = 0,89 b) nkaca-air = = = 1,13 Pembiasan dan Warna Cahaya Mari kita lanjutkan pelajaran dengan melihat kemungkinan adanya hubungan antara pembiasan dan warna cahaya. Anda telah pahami bahwa besar cepat rambat cahaya sama dengan frekuensi dikalikan dengan panjang gelombangnya atau v = f. sehingga dari persamaan, n21 = kita dapatkan

Pada kenyataannya frekuensi cahaya tidak mengalami perubahan saat cahaya melewati bidang batas dua medium. Artinya perubahan kecepatan cahaya berhubungan dengan perubahan panjang gelombangnya saja. Jadi, Persamaan indeks bias relatif sebagai perbandingan panjang gelombang cahaya 1= panjang gelombang cahaya pada medium 1 2= panjang gelombang cahaya pada medium 2 Panjang gelombang cahaya menentukan kesan warna tertentu pada mata kita. Ada banyak sekali warna cahaya yang merentang dari warna merah, jingga, kuning, hijau, biru sampai ungu. Setiap warna memiliki panjang gelombang sendiri-sendiri yang besarnya berbeda satu terhadap lainnya. Merah memiliki panjang gelombang terbesar, sedangkan ungu paling kecil. Tabel 3 memperlihatkan warna benda dan panjang gelombang yang dimilikinya. Anda harus berhati-hati dalam membaca tabel ini. Bila Anda sebut warna merah misalnya, merah yang mana? Sebab ada merah darah, ada juga merah jambu. Itu sebabnya data pada kolom 2 tabel 3 menggunakan rentang panjang gelombang. Satu hal yang harus Anda catat adalah satu warna tertentu hanya memiliki satu panjang gelombang tertentu saja. Tabel 3. Panjang gelombang warna cahaya. Merah Jingga Kuning Hijau Biru Ungu Contoh: 1. Berkas sinar merambat di udara dengan kecepatan 3 x 108 m/s dan frekuensi 4,62 x 1014 Hz menuju permukaan air yang indeks biasnya . Tentukan panjang gelombang cahaya: 630 - 700 nm 590 - 630 nm 570 - 590 nm 500 - 570 nm 450 - 500 nm 400 - 450 nm

a) saat berada di udara b) saat berada di air! Penyelesaian: Diketahui : c = 3 x 108 m/s f = 6 x 1014 Hz nu = n1 = 1 na = n2 = 4/3 Ditanya : a) u = ? b) a = ? a) c = .f u = 6,5 x10-7 m Jadi, panjang gelombang cahaya di udara adalah 1 = 6,5 x 10-7 m. b) Panjang gelombang cahaya di dalam air (2) bila panjang gelombang cahaya di udara 1 = 6,5 x 10-7 m

Jawab :

Jadi, panjang gelombang cahaya di dalam air adalah 4,86 x 10-7 m.

C. Medium Optik Kurang Rapat dan Medium Optik Lebih Rapat

Di samping menunjukkan perbandingan cepat rambat cahaya di dalam suatu medium, indeks bias juga menunjukkan kerapatan optik suatu medium. Semakin besar indeks bias suatu medium berarti semakin besar kerapatan optik medium tersebut. Di samping itu, diketahui pula bahwa cahaya merambat lebih cepat pada medium yang kerapatan optiknya kecil. Jadi, dengan melihat data pada tabel 2 di atas, kaca merupakan medium optik lebih rapat bila dibandingkan air, sedangkan udara merupakan medium kurang rapat bila dibandingkan kaca dan air. Cobalah Anda bandingkan kerapatan optik antara medium yang satu terhadap medium yang lain yang ada pada tabel 2. Bila cahaya merambat dari medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal, sebaliknya bila cahaya merambat dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat akan dibiaskan menjauhi garis normal seperti diperlihatkan gambar 4.

(a)

(b) Gambar 4. (a) Cahaya dibiaskan mendekati garis normal. (b) Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal.

D. Pemendekan Semu Akibat Pembiasan Bila Anda perhatikan kaki teman Anda yang terendam di dalam air, akan tampak lebih pendek dari keadaan sesungguhnya. Saat Anda melihat koin atau sesuatu yang berada di dasar bak mandi, tampak mereka lebih dangkal. Gejala yang disebut pemendekan semu ini terjadi karena pembiasan di mana cahaya merambat dari medium optik yang lebih rapat ke medium optik yang kurang rapat, misalnya dari air ke udara. Gambar 5 memperlihatkan rambatan cahaya pada peristiwa pemendekan semu ini.

Gambar 5. Benda di dalam air diamati dari udara akan terlihat lebih dangkal dari kedalaman sesungguhnya. Pada gambar 5, A dan B adalah dua orang pengamat yang berbeda posisi, namun keduanya ada di medium udara dan benda yang mereka amati ada dalam air.

karena

maka,

Padahal telah Anda pahami bahwa

sehingga, Persamaan pemendekan semu untuk pengamat A

dengan h' = tinggi bayangan semu yang dilihat oleh pengamat pada posisi A h = tinggi benda sesungguhnya n1 = indeks bias medium tempat benda berada n2 = indeks bias medium tempat pengamat berada i = sudut datang r = sudut bias Untuk pengamat B yang posisinya tegak lurus dengan benda, besar sudut datang i akan sama dengan nol, begitu juga sudut bias r akan sama dengan nol pula sehingga persamaan pemendekan semu berubah menjadi Persamaan pemendekan semu untuk pengamat B Jadi, baik Pengamat A maupun Pengamat B tidak melihat posisi benda yang sebenarnya, kedua pengamat ini sama-sama melihat benda lebih dangkal dari posisi sebenarnya. Contoh: 2. Sebuah batu terletak di dasar sebuah kolam berisi air (na =4/3) sedalam 2 m. Pada kedalaman berapakah batu itu dilihat oleh pengamat di atas permukaan air, jika: a) posisi mata pengamat tegak lurus dengan batu; b) posisi mata pengamat membentuk sudut 30 dengan garis normal. Penyelesaian: Gunakan gambar 5 di atas untuk membayangkan posisi batu dan pengamat.

Diketahui :

na = n1 = 4/3 nu = n2 = 1 h=2m

Ditanya : a. h bila i = 0 (pengamat berada di B) b. h bila r = 30 (pengamat berada di A) Jawab : a. Gunakan persamaan pemendekan semu untuk pengamat pada posisi B

h' = 1,5 m Jadi bila dilihat dari arah tegak lurus, kedalaman batu 1,5 m. Lebih pendek dari kedalaman sesungguhnya, bukan? b. Gunakan persamaan pemendekan semu untuk pengamat pada posisi A

Besar sudut i belum diketahui, jadi harus dicari dengan menggunakan hukum Snellius, yakni

sin i = 3/8 Dengan menggunakan kalkulator atau Tabel matematika kita dapatkan besar sudut datang i dari sin i =3/8, yakni i = 22,02. Kedalaman semu h' kini dapat kita tentukan

h = 1,4 m Jadi, menurut pengamat dengan posisi mata 30 terhadap garis normal kedalaman batu hanya 1,4 m. Kedalaman batu ternyata terlihat berbeda-beda bergantung posisi pengamatnya. Nah, sekarang bagaimana kalau pengamat di dalam air melihat benda-benda di udara?

E. Pemanjangan semu akibat pembiasan Bila pengamat berada di medium optik lebih rapat mengamati benda yang berada pada medium optik kurang rapat, misalnya pengamat di dalam air mengamati benda di udara, maka benda akan terlihat lebih panjang dari keadaan sesungguhnya (gambar 6). Peristiwa ini disebut pemanjangan semu.

Gambar 6. Pengamat yang berada di medium optik lebih rapat melihat benda yang berada pada medium optik kurang rapat lebih panjang dari keadaan sesungguhnya. Sama seperti pemendekan semu, persamaan untuk pemanjangan semu dapat diturunkan berdasarkan hukum-hukum pembiasan dan hasilnya adalah kebalikan dari persamaan pemendekan semu, seperti pada contoh berikut ini. Contoh: 1. Dona sedang menyelam di kolam renang pada kedalaman 0,5 m dari permukaan air (na= ), sementara Tuti yang berbaring di atas papan loncat kolam renang itu tegak lurus dengan Dona pada ketinggian 3 m dari permukaan air. Berapakah jarak antara Dona dan Tuti menurut Dona? Penyelesaian: Dono melihat dirinya berada 0,5 m dari permukaan air kolam, tetapi melihat Toto tidak berada pada posisi 3,5 m di atas permukaan air sebab berkas cahaya yang datang dari Toto

mengalami pembiasan sebelum sampai ke mata Dono. Akibatnya ketinggian Toto yang sesungguhnya 3,5 m dari permukaan air akan dilihat oleh Dono lebih tinggi lagi. Diketahui : nu = n1 = 1 na = n2 = 4/3 h=2m Ditanya : h' = ? Jawab :

h' = 5,33 m Jarak antara Dono dan Toto sama dengan 5,33 m ditambah 0,5 m yaitu 5,83 m. Jarak ini lebih besar dibanding jarak sebenarnya yang hanya 4,50 m.

F. Pemantulan Total. Sebelumnya sudah diuraikan bahwa saat cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat dengan sudut datang tertentu, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Artinya sudut bias akan selalu lebih besar dibandingkan sudut datang. Bila sudut datang cukup besar, maka sudut bias akan lebih besar lagi, Apa yang terjadi, bila sudut datang terus diperbesar?

Gambar 7. Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal, semakin besar sudut datang semakin besar sudut bias. Sebelumnya Anda harus catat bahwa pada umumnya saat cahaya merambat dari medium 1 ke medium 2, tidak semua berkas cahaya dibiaskan sebagian ada yang dipantulkan. Artinya di samping terjadi pembiasan terjadi juga pemantulan dengan besar sudut pantul yang selalu sama dengan sudut datang sesuai dengan hukum pemantulan.. Kali ini fokus perhatian kita pada peristiwa pembiasannya. Nah, bila sudut datang terus diperbesar, maka suatu saat sinar bias akan sejajar dengan bidang yang berarti besar sudut biasnya 90. Sekali lagi apabila sudut datang diperbesar, maka tidak ada lagi cahaya yang dibiaskan, sebab seluruhnya akan dipantulkan. Sudut datang pada saat sudut biasnya mencapai 90 ini disebut sudut kritis atau sudut batas dan pemantulan yang terjadi disebut pemantulan total atau pemantulan sempurna. Pada gambar 7 di atas sudut i3 adalah sudut kritis (ik) sebab besar sudut r3 = 90. Besar sudut kritis untuk setiap bahan akan berbeda-beda karena indeks bias mereka yang berbeda-beda. Besar sudut itu dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut.

Bila kita terapkan hukum Snellius pada gambar 5 kita dapatkan: n1 sin ik = n2 sin r3 n1 sin ik = n2 sin 90 Persamaan sudut kritis dengan ik = sudut kritis medium lebih rapat (asal sinar datang) n1 = indeks bias medium kurang rapat (tempat sinar bias) n2 = indeks bias bahan lebih rapat (asal sinar datang) n1> n2 Contoh: 1. Berkas sinar datang dari intan ke udara. Bila indeks bias intan = 2,4 dan indeks bias udara = 1 tentukan sudut kritis pada intan! Penyelesaian: Diketahui : n1 = 2,4 n2 = 1

Ditanya : ik = ? Jawab :

ik = 24,6

Jadi, sudut kritis untuk intan adalah 24,6. Artinya bila sinar datang dari intan menuju udara dengan sudut datang lebih besar dari 24,6, maka sinar-sinar tersebut akan dipantulkan kembali ke intan. Oleh karenanya, intan dibentuk sedemikian sehingga hampir semua sinar datang ke permukaannya membentuk sudut yang lebih besar dari 24,6 sehingga sinar yang

datang ke intan setelah masuk ke permukaan dalamnya akan dipantulkan sempurna. Akibatnya intan tampak berkilauan.

Gambar 8. Intan berkilauan akibat pemantulan sempurna. Pemantulan total diterapkan pada banyak alat optik antara lain periskop, teleskop, mikroskop, dan teropong binokuler. Dewasa ini dikembangkan pemakaian serat optik. Serat optik adalah pipa kecil dan panjang terbuat dari plastik atau kaca yang digunakan untuk penyalur cahaya. Serat optik terdiri dari inti serat yang terbuat dari kaca berkualitas dan berindeks bias tinggi yang dibungkus oleh lapisan tipis kaca yang indeks biasnya lebih rendah serta bagian luar serat yang terbuat dari plastik atau bahan lain untuk melindungi inti serat. Cahaya dapat melewati serat optik dari ujung yang satu ke ujung yang lain meskipun serat optik itu dibengkokkan (Gambar 9.a). Endoskop (Gambar 9.b) dibuat dengan memanfaatkan serat optik. Dengan bantuan endoskop para dokter dapat melihat bagian dalam tubuh manusia (misalnya lambung) dan bahkan memotretnya. Dalam teknologi komunikasi serat optik digunakan untuk mengirim sinyal-sinyal komunikasi.

(a) Gambar 9.

(b)

(a) Serat optik; (b) Endoskop: alat untuk melihat bagian dalam tubuh manusia. Demikianlah telah diuraikan kepada Anda apa yang dimaksud dengan pembiasan, indeks bias mutlak dan indeks bias relatif, medium optik lebih rapat dan medium optik kurang rapat, hukum-hukum pembiasan dan pemantulan total atau pemantulan sempurna. Bacalah kembali uraian di atas bila masih ada yang belum Anda pahami.

Anda mungkin juga menyukai