Anda di halaman 1dari 15

BIASAN CAHAYA

1. PENDAHULUAN
Berkas cahaya dari udara yang masuk ke dalam kaca akan mengalami pembelokan.
Peristiwa tersebut disebut pembiasan cahaya. Hal ini disebabkan medium udara dan
medium kaca memiliki kerapatan optik yang berbeda. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
pembiasan cahaya terjadi akibat cahaya melewati dua medium yang berbeda kerapatan
optiknya. Sinar bias akan mendekati garis normal ketika sinar datang dari medium kurang
rapat (udara) ke medium lebih rapat (kaca).

Pembiasan tersebut telah dibuktikan oleh seorang ahli matematika dan


perbintangan Belanda pada 1621 bernama Willebrord Snell. Kesimpulan
hasil percobaan dirumuskan dan dikenal dengan Hukum Snellius

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pembiasan (refraksi) cahaya adalah pembelokan
arah rambat cahaya. Pembiasan cahaya disebabkan medium (zat Perantara) yang dilalui
cahaya berbeda kerapatan optiknya yang menyebabkan kecepatan cahaya pada medium itu
berbeda pula.

2. LAJU RAMBAT CAHAYA


Laju rambat cahaya atau kecepatan cahaya disimbolkan dengan c adalah sebuah konstanta
fisika universal yang penting dalam banyak bidang fisika. Nilai presisinya adalah
299.792.458 meter per detik (kira-kira 3.00×108 m/s), karena panjang meter didefinisikan
berdasarkan konstanta ini dan standar internasional waktu.
Dalam fisika klasik, cahaya dideskripsikan sebagai jenis gelombang elektromagnetik.
Perilaku klasik medan elektromagnetik dijelaskan oleh persamaan Maxwell, yang
memprediksi bahwa kelajuan c di mana gelombang elektromagnetik (seperti cahaya)
menyebar melalui vakum terkait dengan konstanta listrik ε0 dan konstanta magnetik μ0
1
dengan persamaan : c=
√ ε 0 μ0
3. INDEKS BIAS
Pembiasan cahaya dapat terjadi  dikarenakan adanya perbedaan laju cahaya pada kedua
medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil jika dibandingkan dengan laju
cahaya pada medium yang kurang rapat. “Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa
dengan laju cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias.” Christian  Huygens (1629-
1695)
Indeks bias bahan adalah rasio dari kecepatan cahaya dalam ruang hampa dengan
kecepatan cahaya dalam bahan itu.

a. Indeks Bias Relatif


Indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias dua medium yang berbeda. Indeks bias
relatif medium pertama terhadap medium kedua berarti perbandingan indeks bias medium
kedua terhadap medium pertama. Ini juga berlaku sebaliknya, dirumuskan sebagai berikut:
n1
n12=
n2
n12 = indeks bias relatif medium 1 terhadap medium 2
n1 = indeks bias medium 1
n2 = indeks bias medium 2
b. Indeks Bias Mutlak
Indeks bias mutlak adalah perbandingan antara cepat rambat cahaya dalam ruang hampa
dan cepat rambat cahaya dalam medium lain. Indeks bias medium yang rapat itu lebih
besar dari indeks bias medium yang kurang rapat. Sebaliknya indeks bias medium kurang
rapat itu lebih kecil dari indeks bias medium yang rapat. Indeks Bias mutlak dirumuskan :
 

Contoh :
1. Seberkas cahaya merambat dari udara ke dalam air. Bila diketahui indeks bias
udara (n udara ) 1,00 , dan indeks bias aiar (n air ) 1,33, dan cepat rambat cahaya dalam
ruang hampa (c) 3 x 108 m/s. tentukan kecepatan rambat cahaya dalam udara dan
dalam air !

Penyelesaian
Diketahui : n udara = 1,00
                        n air     = 1,33
                        c          = 3 x 108 m/s
Ditanya : a. c udara ?
b. c air ?

Penyelesaian :

Tabel Indeks Bias Beberapa Zat


Setiap zat atau materi tansparan mempunyai indeks bias yang berbeda-beda tergantung
pada kerapatan optiknya, berikut ini indeks bias dari beberapa zat.
Tabel Indeks Bias Beberapa zat
Medium n = c/v
Udara hampa 1,0000
Udara (pada STP) 1,0003
Karbodioksida 1,00045
Helium 1,000036
Hidrogen 1,000132
Air 1,333
Es 1,31
Alkohol 1,36
etil 1,48
Gliserol 1,50
Benzena 1,46
Kaca 1,52
 Kuarsa lebur 1,58
 Kaca korona
 Api cahaya/kaca flinta 1,51
Lucite
Garam dapur  1,53
intan 2,42

4. PEMBIASAN
a. Pembiasan Pada Prisma
Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas sinar
datang pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I,
akan dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar
tersebut akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan
mendekati garis normal, sebab sinar datang dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih
rapat yaitu dari udara ke kaca. Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar dibiaskan
menjahui garis normal, sebab sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik kurang rapat
yaitu dari kaca ke udara. Sehingga seberkas sinar yang melewati sebuah prisma akan
mengalami pembelokan arah dari arah semula. Proses pembiasan cahaya pada prisma
ditunjukkan oleh gambar di bawah:
Sudut antara kedua permukaan yang membentuk sudut disebut sudut pembias prisma (β).
Sifat prisma selalu membelokkan sinar menuju ke bagian prisma yang lebih tebal. Sinar
yang keluar dari prisma membelok sebesar sudut terhadap arah sinar yang mula-mula
mengenai prisma. Sudut σ disebut sudut deviasi atau sudut penyimpangan sinar.
Persamaan sudut puncak prisma atau biasa disebut sudut pembias prisma, dapat dihitung
menggunakan rumus :
b. Pembiasan Pada Bidang Datar
Pembiasan adalah pembelokan arah rambat cahaya, yang terjadi karena perubahan
kerapatan medium yang dilalui cahaya tersebut. Contohnya:
1) Pembiasan dari udara ke air
2) Pembiasan dari udara ke kaca
3) Pembiasan dari air ke udara
Akibat pembiasan:
 Cahaya mengalami perubahan kecepatan,
 Cahaya mengalami perubahan panjang gelombang,
 Dapat mengalami perubahan arah rambat.
Bila cahaya merambat dari medium optik lebih rapat menuju ke medium optik kurang
rapat (contohnya dari air menuju ke udara), maka berkas cahaya dibiaskan menjauhi garis
normal (sudut datang lebih kecil dari sudut bias).

c. Pembiasan Cahaya Pada Lensa


Pada dasarnya pembiasan dapat terjadi pada beberapa benda bening, seperti air, kaca,
lensa, prisma, dan sejenisnya. Akan tetapi yang akan dibicarakan disini adalah pembiasan
pada lensa, baik lensa cembung (konveks) maupun lensacekung (konkaf).
Lensa cembung merupakan lensa yang bagian tengahnya lebih tebal dibandingkan bagian
tepinya. Ada tiga jenis lensa cembung, yaitu :
1) lensa cembung ganda (bikonveks)
2) lensa cembung-datar (plankonveks), dan
3) lensa cembung-cekung (konveks-konkaf).
Lensa cekung merupakan lensa yang bagian tengahnya lebih tipis dibandingkan bagian
tepinya. Ada tiga jenis lensa cekung, yaitu :
1) lensa cekung ganda (bikonkaf)
2) lensa cekung datar (plankonkaf), dan
3) lensa cekung-cembung (konkaf-konveks).
d. Pembiasan Pada Lensa Cembung 
Lensa cembung dinamakan pula lensa konvergen karena lensa cembung memfokuskan
(mengumpulkan) berkas sinar sejajar yang diterimanya. Disini kita hanya akan membahas
lensa yang kedua permukaannya cembung (bikonveks). Karena lensa cembung seperti ini
memiliki dua buah permukaan lengkung, maka lensa cembung memiliki dua jari-jari
kelengkungan dandua titik fokus. Seperti halnya pada cermin, jari-jari kelengkungan lensa
adalah dua kali jarak fokusnya (R=2F). Untuk lensa cembung, jari-jari kelengkungan (R)
dan titik fokus (f) bertanda positif (+), sehingga lensa cembung sering dinamakan lensa
positif.
 Berkas sinar yang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus utama (F).
 Berkas sinar yang datang/melalui titik fokus dibiaskan sejajar sumbu utama.
 Berkas sinar yang melalui titik pusat optik (O) diteruskan tanpa dibiaskan.

Dari gambar terlihat bahwa panjang fokus lensa cembung bergantung pada ketebalan lensa
itu sendiri. Jika lensanya lebih tebal, maka panjang fokusnya menjadi lebih pendek. Pada
pembiasan cahaya oleh lensa cembung dikenal tiga sinar istimewa yaitu:

Untuk menentukan bayangan oleh lensa cembung diperlukan sekurang- kurangnya dua
berkas sinar utama. Bayangan yang dibentuk oleh lensa cembung merupakan perpotongan
dari sinar-sinar bias atau perpanjangan dari sinar-sinar bias. Apabila bayangannya
merupakan perpotongan dari sinar-sinar bias maka bayangannya bersifat nyata, sedangkan
apabila bayangannya merupakan perpotongan dari perpanjangan sinar-sinar bias, maka
bayangannya bersifat maya. Dengan menggunakan sinar-sinar istimewa diatas maka salah
satu contoh pembentukkan bayangan pada lensa cembung dapat dilukiskan sebagai berikut
:
Benda AB terletak diruang benda satu (R1) sehingga terbentuk bayangan A’B’ diruang
bayangan empat (R4). Sifat bayangan adalah maya, tegak dan perbesar. Hal inilah yang
menyebabkan lensa cembung dapat digunakan sebagai lup, yaitu alat yang digunakan
untuk melihat benda yang relatif kecil menjadi tampak lebih besar.
Sifat bayangan yang dibentuk oleh pembiasan lensa cembung mempunyai beberapa
kemungkinan, yaitu:
 Benda terletak di ruang I, yaitu antara O dan F, maka bayangan bersifat maya, tegak,
diperbesar 30
 Benda terletak di ruang II, yaitu antara F dan 2F, maka bayangan bersifat nyata,
terbalik, diperbesar.
 Benda terletak di ruang III, yaitu di sebelah kiri 2F, maka bayangan bersifat nyata,
terbalik diperkecil.
 Benda terletak di titik fokus utama (F), maka tidak terbentuk bayangan karena sinar-
sinar bias dan perpanjangannya tidak berpotongan (sejajar).
 Benda terletak di pusat kelengkungan lensa (di R; dimana R = 2F), maka bayangan
bersifat nyata, terbalik, sama besar.

Perbedaan antara bayangan nyata dan bayangan maya pada lensa dapat dilihat pada Tabel
berikut :
Bayangan maya Bayangan nyata

Tidak dapat dilihat langsung Dapat dilihat langsung


Dapat ditangkap oleh layar Tidak dapat ditangkap oleh layar
Tidak seletak dengan bendanya Seletak dengan bendanya (misalnya
(misalnya benda di sebelah kiri, benda di sebelah kiri, maka bayangan
maka bayangannya di sebelah juga di sebelah kiri)
kanan lensa).
CONTOH SOAL
1. Perhatikan gambar berikut! Sinar melintasi dua buah medium yang memiliki indeks bias
berbeda. 

Jika sudut datang sinar adalah 53° dan sudut bias sebesar 37° tentukan nilai indeks bias
medium yang kedua jika medium yang pertama adalah udara!
Pembahasan
Soal diatas termasuk tipe mudah, penggunaan dari persamaan :
n1 sin i = n2 sin r
Dimana :
n1 = indeks bias medium 1 (tempat sinar datang)
n2 = indeks bias medium 2(tempat sinar bias)
i = besar sudut datang
r = besar sudut bias
Sehingga:
n1 sin i = n2 sin r
(1) sin 53° = n2 sin 37°
4/5 = n2 3/5
n2 = 4/3

5. HUKUM SNELLIUS
Hukum Snellius adalah rumus matematika yang meberikan hubungan antara sudut datang
dan sudut bias pada cahaya atau gelombang lainnya yang melalui batas antara dua medium
isotropik berbeda, seperti udara dan gelas. Nama hukum ini diambil dari matematikawan
Belanda Willebrord Snellius, yang merupakan salah satu penemunya. Hukum ini juga
dikenal sebagai Hukum Descartes atau Hukum Pembiasan. Hukum ini menyebutkan
bahwa nisbah sinus sudut datang dan sudut bias adalah konstan, yang tergantung pada
medium. Perumusan lain yang ekivalen adalah nisbah sudut datang dan sudut bias sama
dengan nisbah kecepatan cahaya pada kedua medium, yang sama dengan kebalikan nisbah
indeks bias. Hokum Snellius berbunyi :
 Sinar datang, sinar pantul, dan garis normal terletak pada satu bidang datar
 Besarnya sudut datang sama dengan sudut pantul
Apa yang dimaksud sinar datang, sinar pantul, garis normal, bidang datar? Berikut
jawabaannya
Sinar datang :  sinar yang mengarah pada benda
Sinar pantul : sinar yang dihasilkan dari pemantulan sinar datang oleh bidang datar
Titik Pantul : titik berkas sinar datang dipantulkan, sering disebut titik datang atau titik
sinar jatuh
Garis noral : garis khayal yang dibuat melalui titik pantul dan tegak lurus dengan
permukaan benda
Sudut datang : sudut yang dibentuk oleh berkasa sinar datang dengan garis normal
Sudut Pantul : sudut yang dibentuk oleh berkas sinar pantul dengan garis normal
Rumus hukum pemantulan cahaya sebagai berikut
θi = θr

6. SUDUT KRITIS PADA REFLEKSI TOTAL

Ketika sudut datang sama dengan nol, sudut biasnya juga nol seperti ditunjukkan oleh
sinar 1. Kemudian, sinar datang dengan sudut i akan dibiaskan dengan sudut bias r (sinar
2). Jika sudut sinar datang diperbesar sampai i = θ, maka sinar akan dibiaskan sejajar
dengan permukaan kaca (karena sudut datang θ menghasilkan sudut bias 90°, maka θ
disebut sudut kritis) seperti yang ditunjukkan oleh sinar 3. Jika sudut sinar datang lebih
besar daripada sudut kritis (sudut batas), maka sinar akan dipantulkan seluruhnya oleh
permukaan kaca kembali ke dalam kaca (sinar 4).
Dengan demikian, sudut kritis adalah sudut datang yang menghasilkan sudut bias sebesar
90°. Jika sudut datang diperbesar lagi melebihi sudut kritis, cahaya tidak akan dibiaskan
melainkan dipantulkan secara sempurna. Artinya, cahaya tidak akan keluar dari medium
kaca, seperti yang ditunjukkan oleh sinar 4. Peristiwa inilah yang disebut pemantulan
sempurna.
Rumus Sudut Kritis
Jika sudut sinar datang dari medium pertama mempunyai sudut bias 90° disebut sudut
kritis (sudut batas) dan ditulis ik, maka menurut Hukum Snellius untuk pembiasan cahaya,
berlaku persamaan berikut.
n1 sin ik = n2 sin r
n1 sin ik = n2 sin 90°
n1 sin ik = n2 (1)
n1 sin ik = n2

sin n2
=
ik n1
Keterangan:
ik = sudut kritis (sudut batas)
n1 = indeks bias medium pertama
n2 = indeks bias medium kedua
n1 > n2

Contoh Soal
Hitunglah sudut kritis berlian yang memiliki indeks bias mutlak 2,417 pada saat diletakkan
di udara.
Jawab:
Diketahui:
n2 = 1 (udara) ; n1 = 2,417 (berlian)
Maka sudut kritisnya dapat dihitung dengan rumus berikut.

sin- 1
ik = 1
2,417
ik = sin-1 (0,414)
ik = 24,4°
Jadi, sudut kritis berlian tersebut adalah 24,4°.
7. PRISMA
Prisma adalah salah satu bentuk bangun ruang yang dibatasi oleh 2 bangun datar yang
kongruen (sama dan sebangun) dan sejajar. Dua bangun yang membatasi tersebut disebut
Sifat-Sifat Prisma

 Prisma memiliki bentuk alas dan atap yang kongruen (sama dan sebangun).
 Setiap sisi bagian samping prisma berbentuk persegi panjang.
 Prisma memiliki rusuk yang tegak dan adapula yang tidak tegak.
 Setiap diagonal bidang bidang pada sisi yang sama memiliki ukuran yang sama.

Unsur-Unsur Prisma
Berikut adalah unsur-unsur dari Prisma segi enam:

Sisi atau Bidang


Prisma segi enam memiliki 8 sisi atau bidang. Perhatikan gambar diatas yang merupakan
sisi atau bidang prisma segienam, adalah:
dengan bidang alas dan bidang atas/tutup.
Sisi alas = ABCDEF
Sisi atas = GHIJK
Sisi depan = BCIH
Sisi belakang = FEKL
Sisi Depan Kanan = ABHG
Sisi Belakang Kanan = AFLG
Sisi Depan Kiri = CDJI
Sisi Belakang Kiri = DEKJ
Rusuk
Prisma segi enam memiliki 18 rusuk, 6 diantaranya rusuk tegak. Perhatikan gambar diatas,
yang merupakan rusuk yaitu AB, BC, CD, DE, EF, FA, GH, HI, IJ, JK, KL,LG, rusuk
tegaknya yaitu AG, BH, CI, DJ, EK, FL.

Titik Sudut
Prisma segi enam memiliki 12 titik sudut yaitu A,B,C,D,E,F,G,H,I,J,K,dan L.

Diagonal Bidang
Prisma segienam memiliki 16 Diagonal Bidang atau Diagonal sisi, perhatikan gambar
diatas yang merupakan diagonal bidang diantaranya :
BG,CJ,BI,AH,HC,ID,DK,JE,KF,LE,LA,GF,HK,IL,BE,dan CF.

Bidang Diagonal
Perhatikan gambar diatas yang merupakan bidang diagonal diantaranya BFKI, ECHL,
KLBC,HIEF dan lain sebagainya.

Diagonal Ruang
Perhatikan gambar Prisma segienam diatas terdapat 36 diagonal ruang, yang merupakan
diagonal ruang antara lain AI,AJ,AK,BJ,BK,BL dan lain sebagainya.

Jaring-Jaring Prisma
Jaring-Jaring Prisma Segitiga

Jaring-Jaring Prisma Segi Lima


Jaring-Jaring Prisma Segi Enam

Jaring-Jaring Prisma Trapesium Sama Kaki

Jaring-Jaring Prisma Segi Tujuh


Rumus Bangun Ruang Prisma
Luas Permukaan Prisma
L = 2 Luas alas + (Keliling alas x tinggi)

Volume Prisma
V = Luas alas x Tinggi

Anda mungkin juga menyukai