DISUSUN OLEH :
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa ,atas anugrah-Nya, sehinggah
penulis dapat membuat laporan ini.
Laporan ini berisi mengenai hasil kajian materi Termofisika .Oleh sebab itu penulis berharap
laporan ini dapat membantu kita dalam memahami materi-materi Termofisika.
Laporan ini dibuat murni oleh kerja keras penulis sendiri. Laporan ini dibuat untuk menunjang
nilai penulis dalam mata kuliah Kajian Fisika Sekolah 2. Mungkin laporan ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu penulis meminta maaf apabila dalam laporan ini ada kesalahan kata
maupun kalimat yang tidak penulis ketahui. Penulis berharap pembaca dapat memberikan saran
dan komentar, agar penulis dapat membenahi kesalahan yang terdapat dalam laporan ini,
sehingga laporan-laporan berikutnya yang akan penulis buat dapat lebih baik dari laporan ini.
Penulis
Prinsip yang menunjukkan gejala pemantulan dapat dipelajari dengan cermin sedangkan prinsip yng
menunjukkan gejala pembiasan dapat dipelajari pada lensa dan aplikasinya pada kacamata, mikroskop,
dan teleskop.
Pendekatan geometri merupakan suatu pendekatan yang secara geometri menggunkan garis dan sudut
untuk menganalisis fenomena optis pada cermin atau lensa. Dalam hal ini berkas cahaya yang
menumbuk pada cermin atau lensa dianggap sebagai suatu berkas cahaya yang terdiri dari sekelompok
sinar yang merambat sebagai bentuk garis lurus. Dengan kata lain sinar adalah berkas cahaya yang
merambat sebagai garis lurus dan tegak lurus terhadap muka gelombang.
Muka gelombang adalah sebuah garis atau permukaan yang didefinisikan oleh bagian gelombang yang
berdekatan dan mempunyai fase yang sama. Sebuah muka gelombang bidang dianggap menjalar dalam
sebuah garis lurus dalam suatu medium dan searah dengan arah sinarnya
Konsep pemantulan adalah suatu konsep yang mencangkup konsep serapan (absorbsi) dan pemantulan
kembali atau meradiasikan kembali cahaya tersebut.
Secara umum, jika berkas cahaya mengenai suatau permukaan dari medium yang berbeda akan
menyebabkan beberapa kemungkinan diantaranya adalah serapan, pantulan dan pembiasan. Jadi jika
seberkas cahaya yang merambat dalam udara mengenai medium yang berbeda kerapatannya(misalkan
gelas dengan sudut datang θi , maka permukaan dengan sudut pantul θ p . Sebagaian berkas cahaya yang
masuk kedalam gelas akan dibiaskan dengan sudut bias θr .
Pemantulan atau refleksi cahaya adalah proses terpancarnya kembali cahaya dari permukaan benda
yang terkena cahaya. Peristiwa pemantulan cahaya secara mudah dapat kita amati pada permukaan
benda yang mengkilap seperti cermin atau logam.
■ Pemantulan baur (difus) adalah pemantulan cahaya yang terjadi pada pemukaan benda yang tidak
rata, di mana berkas sinar (cahaya) pantulnya mempunyai arah yang tidak teratur (baur). Contohnya,
pemantulan cahaya pada tembok, kayu, batu, tanah dan sebagainya.
■ Pemantulan teratur adalah pemantulan cahaya yang terjadi pada permukaan yang rata, di mana
berkas sinar (cahaya) pantulnya mempunyai arah yang teratur (sama). Pemantulan teratur bersifat
menyilaukan, namun mampu menghasilkan bayangan yang jelas. Pemantulan teratur bisa terjadi pada
cermin.
Adapun rumusan hukum pemantulan cahaya yang dikemukakan oleh Willebrord Snellius adalah sebagai
berikut.
1) Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar.
2) Sudut datang sama dengan sudut pantul. Secara matematis, persamaan sudut datang dan sudut
pantul dituliskan dalam bentuk rumus berikut.
θi = θr
Berkas cahaya yang merambat masuk melalui permukaan (surface) antara dua medium yang berbeda
disebut pembiaan dan berkas cahaya yang terbias disebut cahaya bias.
Pembiasan atau difraksi cahaya adalah adalah peristiwa pembelokan arah cahaya ketika melewati
bidang batas antara dua medium yang berbeda kerapatan optiknya. Pembiasan cahaya terjadi akibat
kecapatan cahaya berbeda pada setiap medium.
Hubungan antara sudut datang dan sudut bias disebut dengn indeks bias. Indeks bias dapat dikatakan
sebagai kerapatan suatu medium, karena semakin besar nilai indeks bias maka semakin rapat
mediumnya.
□ Cahaya yang datang harus miring pada batas dua medium, karena jika tegak lurus maka tidak akan
mengalami proses pembiasan.
□ Cahaya yang datang dari medium lebih rapat menuju medium kurang rapat (ex. kaca ke udara) harus
menghasilkan sudut bias lebih kecil dari 90°. Hal ini karena jika sinar bias sama dengan 90° maka cahaya
tidak akan memasuki medium kedua. Sedangkan jika sudut bias lebih besar dari 90° maka akan terjadi
peristiwa pemantulan sempurna.
Kedua hukum ini dirumuskan pada tahun 1621 oleh matematikawan belanda, Willebrord c (1580-1662).
Oleh karena itu, kedua hukum pembiasan ini populer dengan sebutan
Hukum I Snellius berbunyi : sinar datang , sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang
datar.
Hukum II Snellius berbunyi : jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat
( misalnya, dari udara ke air atau dari udara ke kaca), sinar dibelokan mendekati garis normal jika
kebalikannya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat ( misalnya, dari air ke
udara), sinar dibelokan menjauhi garis normal.
Ketika seberkas cahaya bergerak dari udara dengan sudut datang θi , cahaya dibelokan mendekati
garis normal dengan sudut bias θr .Kita akan menyelidiki hubungan antara θi dan θr pada berbagai
sudut.
Tetetapan ini merupakan sifat khas kaca yang disebut indeks bias mutlak kaca. Lambang indeks adalah
n. Jadi, indeks bias mutlak n untuk cahaya yang merambat dari vakum (atau udara) menuju ke suatu
medium tertentu dinyatakan dengan persamaan
sin θ i
N=
sin θr
Indeks bias mutlak suatu medium dapat dipandang sebagai suatu ukuran kemampuan medium itu
utntuk membelokan cahaya. Medium yang memiliki indeks bias lebih besar adalah medium yang lebih
kuat membelokkan cahaya.
n2
n21 =
n1
d. Hubungan antara cepat rambat, frekuensi dan panjang gelombang cahaya dengan indeks
bias
Telah kita bahas sebelumnya, cahaya dibiaskan karena adanya beda kerapatan optik antara dua
medium. Ternyata , cepat rapat cahaya dalam kedua medium pun berbeda. Ketika cahaya lewat dari
satu medium ke medium lainnya, cahaya akan dibiaskan karena cepat rambat cahaya berbeda dalam
kedua medium. Secara matematis,
v1 n = v1 n
1 2
Secara umum, cepat rambat cahaya dalam medium apapun selalu lebih kecil dari pada cepat rambat
dalam udara/vakum. Dengan kata lain, cahaya mencapai cepat rambat maksimum dalam udara/vakum.
Ketika sinar-sinar dari koin uang logam mengenai bidang batas air-udara, sinar-sinar ini dibiasakan
menjauhi garis normal. Mata anda tidak menyadari peristiwa ini, sehingga melihat koin seakan-akan di P
dan bukan di tempat sesungguhnya (A). Hal inilah yang menyebabkan koin tampak lebih dekat dari pada
jarak yang sesungguhnya. Koin yang di taruh di alas bejana mewakili dasar kolam. Oleh karena itu, dasar
kolam tampak oleh anda lebih dangkal dari pada kedalaman kolam yang sebenarnya.
A B1 A B1
Sin i = tan i = =
B B1 b
H = kedalaman sebenarnya.
b p 1 B P1
Sin r = tan r = =
p p1 b
Kedalaman semu
n
hi
B’ = ∑
i=1 ni
t = d sin ¿ ¿ ¿
Gambar 8.32 a menunjukkan suatu berkas sinar monokromatis yang lewat melalui sebuah prisma kaca.
Ketika cahaya memasuki prisma pada sisi pembias kiri, sinar biasnya dibelokkan ke bawah karena indeks
bias udara lebih kecil dari pada indeks bias bahan prisma. Ketika meninggalkan prisma pada sisi pembias
sebelah kanan, cahaya juga dibengkokkan ke bawah. Dengan demikian, efek total prisma adalah
mengubah arah sinar, yaitu dibengkokkan ke bawah ketika memasuki prisma, dan sekali lagi dibelokkan
ke bawah ketika meninggalkan prisma.
Pelangi adalah contoh dispersi cahaya yang terjadi di alam. Pelangi adalah spektrum cahaya matahari
yang diuraikan oleh butir-butir air. Pelangi hanya dapat terlihat jika anda sedang membelakangi
matahari dan hujan terjadi di depan anda.
Ketika sinar matahari mengenai butir-butir air yang besar, sinar itu dibiaskan oleh bagian-bagian depan
butir air ke atas kumpulan warna.
Pada gambar 8.35 permukaan lengkung dengan jari-jari R membentuk bidang bidang batas antara dua
medium berbeda dengan indeks, bias n1 dan n2 .
n1 n2 n1−n 2
+ =
s s' R
n1 n
+ 2 =0
s s'
Adapun rumusan hukum pembiasan cahaya yang dikemukakan oleh Willebrord Snellius adalah sebagai
berikut.
1) Sinar datang, garis normal dan sinar bias terletak dalam satu bidang datar.
2) Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias pada dua medium yang berbeda
merupakan bilangan tetap.
Secara matematis, pernyataan Hukum Snellius yang kedua di atas dapat dituliskan dalam bentuk
persamaan berikut.
=sin i3
sin r
Tetapan atau konstanta tersebut disebut dengan indeks bias relatif suatu medium terhadap medium
lain. Jika sinar datang dari medium 1 ke medium 2, maka indeks bias relatif medium 2 terhadap medium
1 ditulis sebagai berikut.
n21=n2n1
Dengan demikian, persamaan (1) di atas dapat ditulis ulang sebagai berikut.
sin i=n21
Sehingga kita peroleh rumus hubungan antara sudut datang, sudut bias dan indeks bias medium sebagai
berikut.
n1 sin i = n2 sin r
Keterangan:
Pada pemantulan dan pembiasan cahaya ada yang disebut sudut kritis dan pemantulan total.
Daro gambar diatas, terlihat jika indeks bias aiar lebih besar dari indeks bias udara (na>nu). Sehingga,
jiak ada cahaya yang datang dari air (i) maka cahaya akan dipantulkan dan dibiaskan. Cahaya yang
dibiaskan ® akan menjauhi garis normal sedangkan sebagian lagi cahayanya dipantulkan (p). Apabila
sudut datang cahay (i) diperbesar maka sudut biasnya (r) menjadi 90 derajat. Sudut datang yang
menghasilkan r= 90 derajat disebut sudut kritis (ik)
Untuk menghitung sudut kritis (ik) dapat digunakan hukum pemantulan cahaya atau Hukum Snellius,
yaitu :
n2
ik =
n1
i k =arcs sin ( )
n2
n1
Namun jika sinar datang melebihi sudut kritis, maka tidak aka nada lagi sinar yang dibiaskan, artinya
semua sinar dipantulkan. Kejadian ini disebut Pemantulan total atau pemantulan sempurna.
Pemantulan sempurna ini biasanya ditemukan pada berlian.
Sudut Deviasi
Deviasi merupakan pembelokan cahaya akibat cahay melalui medium yang berbeda. Contohnya pada
prisma dibawah ini .
Buku Aktif Belajar Fisika Untuk SMA& MA Kelas XII oleh Cari
REFRENSI
Cari.2007. Aktif Belajar Fisika Untuk SMA& MA Kelas XII. Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional 2009.