Oleh Kelompok 5 :
Elizabeth Magdalena Christie Rattu (21505012)
Seplin Entjaurau (21505016)
Meysi Legoh (21505008)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN KEBUMIAN
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2023
BAB 1 : GERAK LURUS
A.Gerak Lurus
(Gambar 1.1)
https://www.google.com/search?
q=gambar+kereta+api+pada+lintasan+lurus&sxsrf=AJOqlzXYw4bBlP1ePoSqY-
HWzFkQGVXX2A:1677682905295&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwiurfbs_7r9AhXH1n
MBHbvEAroQ_AUoAXoECAEQAw&biw=1366&bih=608&dpr=1#imgrc=_IV2drgNliSl2M
Pada bab ini Anda akan mempelajari tentang kinematika. Kinematika merupakan ilmu yang
mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan penyebab timbulnya gerak. Sedangkan ilmu yang
mempelajari gerak suatu benda dengan memperhatikan penyebabnya disebut dinamika. Jika titik titik
yang dilewati oleh suatu benda dihubungkan dengan garis,maka terbentuklah suatu lintasan.Jadi
lintasan adalah suatu posisi titik titik yang dilalui oleh suatu benda yang bergerak.
1. Posisi,jarak dan perpindahan
Posisi adalah letak suatu benda pada suatu waktu tertentu terhadap suatu acuan tertentu.
Pada fisika, jarak dan perpindahan memiliki pengertian yang berbeda. Jarak diartikan sebagai
panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu benda dalam selang waktu tertentu, dan
merupakan besaran skalar. Perpindahan adalah perubahan kedudukan suatu benda dalam
selang waktu tertentu dan merupakan besaran vektor dengan persamaan sebagai berikut
∆ x12 =x2 – x1
2. Kecepatan dan kelajuan
Pada fisika, kelajuan dan kecepatan merupakan dua istilah yang berbeda. Kelajuan adalah
cepat lambatnya perubahan jarak terhadap waktu dan merupakan besaran skalar yang nilainya
selalu positif, sehingga tidak memedulikan arah. Kelajuan diukur dengan menggunakan
spidometer. Kecepatan adalah cepat lambatnya perubahan kedudukan suatu benda terhadap
waktu dan merupakan besaran vektor, sehingga memiliki arah. Kecepatan diukur dengan
menggunakan velocitometer.
a. kecepatan rata rata
Suatu benda yang bergerak dalam selang waktu tertentu dan dalam geraknya tidak pernah
berhenti meskipun sesaat, biasanya benda tersebut tidak selalu bergerak dengan kelajuan
tetap.
Dengan persamaannya adalah
jarak total
Kelajuan rata rata =
waktu tempuh
Kecepatan rata rata adalah hasil bagi antara perpindahan dengan selang waktunya.Secara
matematis dapat ditulis dengan
x 2−x 1
v=
t 2−t 1
Keterangan:
v : kecepatan rata-rata (ms-1)
x1 : titik awal (m)
x2 : titik akhir (m)
t1 : waktu akhir (s)
t2 : waktu awal (s)
b. kecepatan sesaat
Kelajuan dan kecepatan rata-rata mendeskripsikan kecepatan dan kelajuan dalam suatu
jarak tertentu. Jarak dan perpindahan total dari suatu gerak benda dapat panjang atau
pendek, misalnya 500 km atau 1 m.
Bagaimana cara agar Anda mengetahui kelajuan atau kecepatan sesaat suatu benda yang
bergerak pada waktu tertentu? Saat Anda naik kendaraan bermotor, untuk mengetahui
kelajuan sesaat Anda tinggal melihat angka yang ditunjuk jarum pada spidometer.
Perubahan kelajuan akan diikuti perubahan posisi jarum pada spidometer. Untuk
menentukan kecepatan sesaat, Anda tinggal menyebutkan besarnya kelajuan sesaat
ditambah menyebutkan arahnya. Bagaimana jika Anda tidak naik kendaran bermotor?
Kecepatan sesaat suatu benda merupakan kecepatan benda pada suatu waktu tertentu.
Untuk menentukannya Anda perlu mengukur jarak tempuh dalam selang waktu ( 't ) yang
sangat singkat, misalnya 1/10 sekon atau 1/50 sekon. percepatan sesaat juga dapat
diartikan sebagai perubahan kecepatan yang berlangsung dalam waktu yang
singkat.Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut
∆v
a = lim ❑
∆ t →0 ∆t
3. Percepatan
Percepatan adalah perubahan kecepatan dan atau arah dalam selang waktu tertentu.
Percepatan merupakan besaran vektor. Percepatan berharga positif jika kecepatan suatu
benda bertambah dalam selang waktu tertentu. Percepatan berharga negatif jika kecepatan
suatu benda berkurang dalam selang waktu tertentu.
a. Percepatan rata rata
Tiap benda yang mengalami perubahan kecepatan, baik besarnya saja atau arahnya saja
atau kedua-duanya, akan mengalami percepatan. Percepatan rata-rata ( a ) adalah hasil
bagi antara perubahan kecepatan ( Δv ) dengan selang waktu yang digunakan selama
perubahan kecepatan tersebut ( Δt ). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
∆ v v 2−v 1
a= =
∆ t t 2−t 1
Keterangan:
a : perceptan rata-rata (m/s2 )
Δv : perubahan kecepatan (m/s)
Δt : selang waktu (s)
v1 : kecepatan awal (m/s)
v2 : kecepatan akhir (m/s)
t1 : waktu awal (s)
t2 : waktu akhir (s)
b. Percepatan sesaat
Percepatan sesaat adalah perubahan kecepatan dalam waktu yang sangat singkat. Seperti
halnya menghitung kecepatan sesaat, untuk menghitung percepatan sesaat, Anda perlu
mengukur perubahan kecepatan dalam selang waktu yang singkat (mendekati nol). Secara
matematis dapat ditulis sebagai berikut.
∆v
a= dengan ∆ t sangat kecil
∆t
alat yang digunakan untuk mengukur percepatan adalah salah satunya akselerometer.Alat
ini digunakan untuk mengukur percepatan kendaraan yang sedang bergerak.Penggunaan
akselerometer juga dignakan pada pesawat terbang.
Alat ini penting untuk digunakan pada pesawat terbang dikarenakan agar bisa
memonitoring percepatan pesawat,sistem kontrolnya dapat menghitung kelajuan,arah,dan
posisi pesawat.
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda dengan kecepatan tetap. Di buku lain,
GLB sering didefinisikan sebagai gerak suatu benda pada lintasan lurus dengan kecepatan
tetap. Hal ini di perbolehkan karena kecepatan tetap memiliki arti besar maupun arahnya tetap,
sehingga kata kecepatan boleh diganti dengan kata kelajuan. Contoh GLB yang mudah Anda
temui adalah gerak kereta yang sedang melaju pada lintasan yang lurus dan datar.
Gerak lurus beraturan juga didefinisikan sebagai gerak suatu benda dengan kecepatan
tetap.Kecepatan tetap artinya baik besar maupun arahnya tetap.Kecepatan benda tetap
sehingga kata kecepatan diganti dengan kelajuan.Dengan demikian kita juga mendefinisikan
gerak lurus beraturan sebagai gerak suatu benda pada lintasan lurus dengan kelajuan tetap.
Kinematika gerak lurus beraturan
Pada GLB percepatan tiap benda adalah sa,a.yaitu v sehingga kecepatan rata rata pada GLB
sama dengan v.Dari definisi kecepatan rata rata maka diperoleh
∆ x=v ∆ t
Karena pada GLB kecepatan adalah konstan maka kecepatan rata rata (v) sama dengan
kecepatan sesaat (v).
∆ x=¿ x – x0 = vt atau x = x0 + vt
Suatu benda yang kecepatannya dinaikkan atau diturunkan secara beraturan terhadap waktu
dan lintasannya berupa garis lurus, maka benda tersebut telah melakukan gerak lurus berubah
beraturan. GLBB adalah gerak suatu benda pada lintasan garis lurus yang percepatannya
tetap. Percepatan tetap menunjukkan bahwa besar dan arahnya sama.
Pada GLBB percepatan tiap saat adalah sama,yaitu a.Oleh karena itu percepatan rata rata
pada GLBB adalah sama dengan percepatan sesaat yaitu a.Pada GLBB benda yang bergerak
lurus hanya mungkin memiliki 2 arah yaitu kanan atau kiri dan keatas atau kebawah,arah ini
bisa diwakili dengan tanda positif atau tanda negatif.Maka diperoleh persamaan berikut:
Berapa jauh benda berpindah selama selang waktu t.Kecepatan rata rata dari benda adalah
v 0+ v
v=
2
Dengan demikian
( v 0+ v )
∆ x=¿ v t = t
(2)
Gambar 2.1 Skema gerak parabola dengan uraian komponen vector kecapatan dalam
sumbu X dan Y - Sumber : https://kumparan.com/berita-update/gerak-parabola-rumus-
menghitung-dan-contoh-soalnya-1uqHxdczciS
Oleh karena kecepatan awal dari gerak parabola membentuk sudut terhadap bidang datar maka
kecepatan awal itu diuraikan dalam komponen horizontal dan vertical. Komponen vertical digunakan
untuk mencari waktu geraknya saat diudara dan komponen horizontalnya digunakan untukmencari
jarak yang ditempuh. Sehingga dalam persamaan yang diperoleh akan diuraikan pada sumbu X dan
sumbu Y.
Beberapa persamaan yang berhubungan dengan gerak parabola adalah
Sumbu X : Sumbu Y :
vox = vo ∙ cos θ ( 2-1 ) voy = vo ∙ sin θ
(2-4)
v x =v o ∙ cos θ ( 2-2 ) vy ¿ v o ∙ sin θ−g ∙ t (2-5)
1 2
X = v x ∙ t=v o ∙ cos θ ∙ t (2-3) y=v o ∙sin θ ∙ t− ∙ g ∙ t (2-6)
2
Sedangkan persamaan kecepatan dan arah gerak benda dirumuskan:
|V |=√ V 2x +V 2y (2-7)
Vy
tan α= (2-8)
Vx
Keterangan:
V0 = Kecepatan awal (m/s)
V0x = Kecepatan awal pada sumbu x (m/s)
V0y = Kecepatan awal pada sumbu y (m/s)
Vx = Kecepatan ada sumbu x (m/s)
Vy = Kecepatan pada sumbu y (m/s)
V = Kecepatan pada suatu saat (m/s)
X = Kedudukan atau posisi pada sumbu x (m)
Y = Kedudukan atau posisi pada sumbu y (m)
g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2)
Misalnya,setelah selang waktu t kelereng ada diposisi A dengan vector posisi r,yang
memiliki komponen yj pada sumbu Y.Dengan demikian, vector posisi kelereng setelah
selang waktu t dapat dinyatakan sebagai berikut;
Vector posisi
r =x i + y j (2-10)
Diposisi A,vector kecepatan kelereng adalah v,yang memiliki komponen vxi pada sumbu x
pada sumbu y. Dengan demikian, vector kecepatan kelereng pada saat t dapat dinyatakan
sebagai berikut.
Vektor kecepatan
V =v x i+v y j (2-11)
Untuk gerak pada bidang datar dengan sumbu x sebagai sumbu horizontal dan sumbu y
sebagai sumbu vertical, percepatan yang dialami partikel di posisi aja selalu berarah
horizontal kebawah. Jika arah vertical keatas di tetapkan sebagai vector yang berarah
positif, percepatan pada gerak parabola dapat dinyatakan sebagai berikut.
Vektor percepatan
g=−g y j (2-12)
Nilai percepatan untuk gerak parabola dipermukaan bumi adalah gy = 9,8 m/s 2 atau gy =
10 m/s2
Jika suatu vektpr dalam bidang telah kita nyatakan dalam vector-vektor satuan I dan j,
besar dan arah vector terhadap sumbu x positif dengan mudah dapat di hitung
Jika pada sumbu X,kecepatan awal adalah vox,kecepatan pada saat t adalah vx,dan posisi
adalah x,maka persamaannya menjadi
V x=v 0 (2-14)
1 2
V= v0 + at dan x = x0 + v0t + at (2-15)
2
Jika pada sumbu Y kecepatan awal adalah voy,kecepatan pada saat t adalah
vy,percepatan a = -g (berarah kebawah), dan posisi adalah y,maka persamaannya menjadi
1 2
y= y0 + v0yt - gt (2-17)
2
Kita juga dapat menyatakan kecepatan awal vox dan voy dengan besarnya vo (kelajuan
awal) dan sudut alfa o terhadap sumbu X positif. Dalam besaran besaraan ini,komponen
kecepatan awal vox dan voy dapat diperoleh dari perbandingan trigonometri cos alfa 0 dan
sin alfa 0.
v0x
cos a = atau v0x = v0 cos a (2-18)
v0
Pada titik tertinggi H,vy = 0,maka kecepatan pada titik tertinggi Vh,adalah
VH = vx= v0
Jika sebuah peluru ditembakkan dengan sudut elevasi β dan pada bidang miring ke atas,
peluru mengalami dua gerakan pada sumbu X dan Y yang saling tegak lurus. Perhatikan
Gambar 2.4 .
1 2
x=v 0 cos βt− g sin α t (2-19)
2
dengan
v 0 = kecepatan awal dalam arah sumbu X (m/s)
v x = kecapatan dalam arah subu X (m/s)
x= jarak dalam arah sumbu X (m)
α = sudut antara sumbu X dan sisi miring () , dan
β = sudut elevasi ().
dengan
v 0 = kecepatan awal dalam arah sumbu Y (m/s)
v y= kecapatan dalam arah subu Y (m/s)
y= jarak dalam arah sumbu Y (m)
α = sudut antara sumbu X dan sisi miring () , dan
β = sudut elevasi ().
v 0 sinβ
t OB= (2-23)
g cosα
Titik tertinggi yang dicapai oleh benda pada bidang miring diperoleh dengan substitusi
Persamaan (2-23) ke Persamaan (4-20) seperti berikut.
1
y=v 0 sin βt− g cos α t 2
2
1
y maks=v 0 sin β t OB− g cos α t OB2
2
¿ v 0 sin β ( vg cosα
0
)− 2 g cos α ( vg cosα
sinβ 1 sinβ
0
) 2
( )
2
2 sin β 1 2 2
¿ v0 − v 0 sin β
g cosα 2
¿
1
( 1
v 2 sin 2 β− v20 sin2 β
g cos α 0 2 )
¿
1
(
1 2 2
v sin β
g cos α 2 0 )
2 2
v 0 sin β
y maks= (2-24)
2 g cos α
dengan y maks=¿ tinggi maksimum yang dicapai benda pada bidang miring (m).
5. Jarak terjauh
Akibat pengaruh dari gaya gravitasi, benda yang dilempar akan condong ke atas pada
bidang miring dengan sudut elevasi β sehingga akan jatuh kembali ke sumbu X dengan
jarak lintasan terjauh OD. Waktu untuk mencapai jarak terjauh dapat ditentukan sebagai
berikut.
2 v0
t OD= =2t OB (2-25)
g cos α
Sumber
https://roboguru.ruangguru.com/question/berikan-contoh-
dimana-arah-vektor-kecepatan-dan-arah-vektor-posisi-
saling-tegak_QU-H4LYK3ZO
Jika panjang garis panah menyatakan besar vektor kecepatan, maka panjang panah v sama dengan
panjang garis v’ . Di peroleh hubungan :
∆θ
|∆ v|=2V sin 2.20
2
Dengan ∆ θ merupakan perpindahan sudut benda. Jika selang waktu ∆ t kita perkecil, maka besar
sudut perpindahan pun akan turut mengecil. Jika sudut perpindahan sangat kecil, maka hasil
dunianya akan serata dengan sudutnya atau
∆θ ∆θ
Sin
2 2
Sehingga persamaan perubahan kecepatan akibat arah dapat kita tulis.
∆θ
∆ v=2 v =v ∆ θ
2
∆v
=∆ θ 2.21
v
Panjang busur lintasan pada sudut putar ∆ θ adalah ∆ s .hubungan antar ∆ θ dan ∆ s adalah.
∆ s vt
∆ θ=
r
=
r
2.22
( ∆ s=¿ Perpindahan benda = vt )
∆v
Persamaan t adalah perceptan yang di simbolkan dengan a. Dengan demikian kita peroleh
persamaan percepatan, yaitu :
v2
a= 2.24
r
percepatan semacam ini di sebut dengan percepatan sentripetal (a sp) yang mengarah pada pusat
lintasan. Kita tuliskan kembali persamaan 2.24 sebagai :
2
v
asp =
r
jika benda yang bergerak pada lintasan berbentuk lingkaran tersebut memiliki massa m, maka
benda akan mengalami gaya sentripetal. Persamaan gaya sentripetal analog dengan persamaan gaya
dalam hukum II Newton, yaitu F = ma
v2
F = masp = m 2.25
r
∆s ∆θ
=r
∆t ∆t
∆s ∆θ
Pada persamaan adalah kecepatan linier benda v, sengkan adalah kecepatan sudut w,
∆t ∆t
sehingga di peroleh
v=wr 2.26
jika ruas pada persamaan 2.26 di bagi dengan waktu t, akan di peroleh
v w
= r
t t
v w
Ruas kiri, adalah percepatan linier a, sedangkan pada ruas kanan, adalah percepatan sudut α .
t t
Kita tuliskan hubunngan ini sebagai berikut.
a=α r 2.27
besar kecepatan sudut w dapat pula di tuliskan sebagai berikut.
2π
w = 2 π f atau w 2. 28
T
hubungan antara besaran-besaran rotasi dan besaran-besaran linier dalam tabel di bawah ini
Besaran
Persamaan
Translasi Rotasi
Perpindahan (s) Perpindahan sudut (θ ) s = θr
Kecepatan (v) Kecepatan sudut ( w) v=wr
Percepatan (a) Percepatan sudut (α ) a=αr
REFERENSI
Sudirman, Buku FISIKA Bidang Keahlian,Tegnologi Dan Rekayasa. Untuk SMA,SMK/MA Kelas X.
Penertbit ERLANGGA
Pada tahun 1686, Sir Isaac Newton memberikan kunci untuk menguak rahasia tersebut yaitu dengan
menyatakan hukum tentang gravitasi.
Suatu benda yang dilepaskan dari ketinggian tertentu di atas permukaan bumi selalu akan jatuh bebas ke
permukaan bumi (tanah). Hal ini disebabakan pada benda tersebut bekerja sebuah gaya Tarik yang disebutnya
dengan Gaya Gravitasi. Setiap benda yang dilepas selalu jatuh bebas ke pusat bumi sehingga newton pun
menyimpulkan bahwa pusat bumilah yang mengerjakan gaya pada benda tersebut dengan arah selalu menuju
ke pusat bumi.
Newton membandingkan antara besar gaya gravitasi bumi yang menarik bulan dan menarik benda-benda pada
permukaan bumi. Percepatan garvitasi yang dialami setiap benda di permukaan bumi ialah 9, 8 m/s 2. Orbit
bulan dapat dianggap sebagai lingkaran sehingga percepatan sentripetal bulan adalah sebagai berikut.
2
V
a s= =¿ ¿
R
Dengan R = jari-jari orbit bulan = 3,84 ×10 8 m dan T = periode bulan = 27,3 hari = 2,36 ×10 6 s.
Newton mengajukan hukum gravitasi umum newton yang berbunyi sebagai berikut
Gaya gravitasi antara dua benda merupakan gaya Tarik-menarik yang besarnya berbanding lurus
dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya.
Gm1 m2
F 12=F 21=F=
r2
m1=massa benda 1 kg
m1=massa benda 2 kg
Nilai tetapan gravitasi G tidak dapat ditentukan secara teori tetapi hanya dapat ditentukan secara eksperimen.
Pengukuran G pertama kali dilakukan oleh ilmuwan inggris, Henry Cavendish (1731-1810) pada tahun 1798
dengan menggunakan sebuah neraca torsi yang diperhalus dan luar biasa peka. Peralatan ini disebut dengan
neraca cavendish. Gaya Tarik antara m dan M dapat dihitung secara langsung dari data pengamatan sudut
puntiran serat. Mari kita susun persamaan matematis berikut.
mM Fr 2
F=G atauG=
r
2
mM
mM Fr 2
F=G atau M =
r2 Gm
kita mengetahui bahwa gaya gravitasi yang bekerja pada benda bermassa m = 1 kg adalah F = mg = (1) (9,8) =
9,8 N.
Bagaimanakah jika pada suatu benda bekerja dua gaya gravitasi atau lebih? Misalnya pada m 1bekerja gaya
gravitasi F 12yang dikerjakan oleh m 2dan gaya gravitasi F 13yang dikerjakan oleh m 3. F 12dan F 13 adalah vector
sehingga gaya yang bekerja pada m 1haruslah resultan dari kedua gay aini secara vector.
F=F 12 +¿ F 13
Bumi dianggap terdiri atas kulit-kulit bola sehingga disebut teorema kulit newton. Gaya gravitasi yang dialami
partikel bermassa m yang berlokasi di permukaan bumi (r = R) atau di atas permukaan bumi (r¿ R ¿ adalah
sebagai berikut.
mM
F=G
r2
Jika massa bumi didistribusikan seragam, gaya gravitasi yang bekerja pada suatu partikel akan maksimum pada
permukaan bumi dan akan berkurang Ketika partikel bergerak menjauh dari bumi.
Gm M ¿
F= 2
r
Massa jenis bumi ( ρ ¿ dianggap seragam sehingga kita dapat menghubungkan M ¿ dengan massa total bumi M
dan radius R.
2. Medan gravitasi
Jika kita meletakkan sebuah benda bermassa M dalam suatu ruang, benda tersebut akan menghasilkan medan
yang menyebar di sekitar benda dalam ruang, medan hadir walaupun tidak ada benda lain di dalam ruang.
Medan yang menyebar dari benda bermassa dan memenuhi ruang inilah yang disebut sebagai medan gravitasi.
Medan gravitasi dapat didefinisikan sebagai ruang di sekitar suatu benda bermassa dimana benda bermassa
lainnya dalam ruang tersebut akan mengalami gaya gravitasi.
Medan gravitasi termasuk medan vector, yaitu medan yang di setiap titiknya memiliki besar dan arah. Kita dapat
menampilkan medan gravitasi secara visual dengan bantuan garis-garis berarah (anak panah). Arah dan besar
medan gravitasi pada berbagai titik dalam ruang akan divisualisasikan dengan anak panah. Garis-garis medan
gravitasi adalah garis-garis bersambungan (kontinu) yang selalu berarah menuju ke massa sumber medan
gravitasi.
Besaran yang mewakili medan gravitasi disebut kuat medan gravitasi. Kuat medan gravitasi pada titi kapa saja
dalam ruang didefinisikan sebagai gaya gravitasi per satuan massa pada suatu massa uji m. dengan demikian
pada suatu titik dalam ruang saat suatu massa ujim mengalami gaya gravitasi F, kuat medan gravitasi g
dinyatakan sebagai berikut.
F
g=
m
Rumus untuk menghitung kuat medan gravitasi oleh massa sumber M pada berbagai titik dalam medan, yaitu
sebagai berikut.
GM
g= 2
r
Kuat medan gravitasi adalah gaya yang bekerja pada satuan massa yang diletakkan dalam medan gravitasi.
Dengan demikian jika sebuah benda bermassa m mengalami gaya F Ketika berada dalam medan gravitasi bumi,
F
kuat medan gravitasi bumi adalah dalam N/kg. jika benda bermassa m jatuh di bawah pengaruh medan
m
gravitasi bumi, percepatan g adalah sebagai berikut.
F=ma→ F=mg
F
g= =9,8 m/s 2
m
Ketika suatu benda bermassa m diam atau tak dipercepat di bumi dan kita ingin mengetahui gaya gravitasi
dalam newton yang bekerja pada benda, kita memandang g sebagai kuat medan gravitasi bumi (9,8 N/kg).
Berat benda adalah gaya gravitasi bumi yang bekerja pada suatu benda yang dinyatakan oleh w = mg. massa m
merupakan besaran yang tetap dimana saja, berat benda berbeda sedikit sehingga pasti fektor g yang berubah
sedikit di berbagai tempat dipermukaan bumi.
Bumi tidak berbentuk bola atau dengan kata lain jari-jari permukaan bumi sedikit berbeda dari suatu tempat ke
tempat lain sehingga besar percepatan gravitasi yang bergantung pada jari-jari r juga akan berbeda sedikit. Hal
tersebut menyebabkan perbedaan percepatan gravitasi diberbagai tempat pada permukaan bumi. Jari-jari
1
permukaan bumi di kutub (r) adalah yang terkecil, dan karena percepatan gravitasi g sebanding dengan ,
r2
maka kutub akan memiliki percepatan gravitasi terbesar. Sebaliknya karena jari-jari permukaan bumi di
khatulistiwa adalah yang terbesar, maka khatulistiwa akan memiliki percepatan gravitasi terkecil.
d. bagaimana dengan percepatan gravitasi pada ketinggian tertentu diatas permukaan bumi?
Misalnya titik A adalah tempat pada permukaan bumi dan titik B adalah tempat pada ketinggian h di atas
permukaan bumi. Tentu saja jarak titik-titik tersebut terhadap pusat bumi adalah r A =R dan r B =(R+ h)
dengan R adalah jari-jari bumi. Nilai perbandingan percepatan gravitasi di B dan A adalah sebagai berikut.
( )
gB R
= 2
g A R+ h
Dengan g B=¿ percepatan gravitasi pada ketinggian h diatas permukaan bumi, g A =¿ percepatan gravitasi
pada permukaan bumi biasanya bernilai 9,8 m/s 2 dan R = jari-jari bumi berkisar 6.370 km.
misalnya kita akan membandingkan percepatan gravitasi antara sebuah planet ( g p ) dengan percepatan gravitasi
bumi ( gb ). Tentu saja kita akan menggunakan persamaan berikut ini
g p mp
gb
=
( )( )
mb
×
Rp
Rb
2
Jadi, untuk memperoleh nilai perbandingan percepatan gravitasi antara dua planet, perlu menghitung terlebih
dahulu besaran berikut.
1) Nilai perbandingan massa ( )mp
mb
antara kedua planet
Percepatan gravitasi merupakan sebuah vector. Perbedaanya adalah gaya gravitasi bekerja pada suatu benda
akibat gravitasi dari bebnda-benda lainnya sedangkan pecepatan gravitasi bekerja pada suatu titik (tempat)
akibat medan gravitasi yang dihasilkan oleh benda-benda lainnya.
Seperti halnya gaya gravitasi, resultan percepatan gravitasi yang bekerja pada suatu titik akibat medan gravitasi
yang dihasilkan oleh dua buah benda harus dihitung secara vector. Cara perhitungannya sama seperti pada
resultan gaya gravitasi.
3. Potensial gravitasi
Disekitar suatu massa ada medan yang bersifat vector yang disebut medan gravitasi. Di sekitar suatu massa
juga terdapat medan yang bersifat scalar, disebut potensial gravitasi.
Potensial gravitasi erat kaitannya dengan energi potensial gravitasi, yaitu energi yang berkaitan dengan posisi
benda. Energi potensial gravitasi benda yang posisinya sangat jauh dari planet adalah nol. Dengan kata lain
gaya Tarik gravitasi planet pada benda yang sangat jauh bisa diabaikan. Potensial gravitasi suatu titik dalam
suatu medan gravitasi didefinisikan sebagai energi potensial gravitasi per satuan massa dari sebuah massa uji
kecil yang ditempatkan pada titik itu.
−GMm
EP gravitasi =
r
Dengan M adalah massa planet dan m adalah massa uji yang diletakkan pada suatu titik.
BAB 5 : GRAVITASI
A. Gaya Gravitasi
Apakah yang dimaksud dengan gaya gravitasi? Sekitar tahun 1686, fenomena gaya gravitasi
menyita perhatian seorang ahli fisika dan matematika inggris Sir Isaac Newton (1642-1721). Menurut
berbgai sumber, bahwa ketertatrikan Newton untuk menpelajari konsep gaya gravitasi oleh fenomena
jatuhnya buah apel. Terlepas dari benar atau tidaknya kisah tersebut, Newton kemudian melakukan
analisis data terhadap data-data astronomi dari gerakan bulan disekitar bumi. Berdasarkan hasil
analisisnya, Newton menyimpulkan bahwa gaya yang bekerja pada planet-planet di alam semesta
yang menyebabkan apel jatuh kepermukaan bumi, yaitu gravitasi.
Pada tahun 1687, dalam buku yang berjudul Mathematical Principles Of Natural Philosophy ,
Newton memublikasikan sebuah hukum fisika tentang gaya gravitasi, yaitu hukum gravitasi umum yang
berbunyi “Setiap benda atau partikel di alam semesta ini menari benda atau partikel lain dari sebuah
gaya yang besarnya berbandung lurus dengan hasil kali massa masing-masing benda atau partikel dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak di antara kedua benda atau partikel tersebut.”
Berdasarkan hukum gravitasi Newton, jika terdapat duah buah benda atau partikel yang
terpisah sejauh r massa masing-masing benda atau partikel tersebut adalah m1 dan m2 (lihat gambar
1.1) maka besarnya gaya Tarik gravitasi diantara kedua benda tersebut dapat di tentukan dengan
persamaan sebagai berikut
m1 m2
F=F12=F21=G= r2
F
g=
m
Medan gravitasi adalah besaran vektor, sehingga medan gravitasi mempunyai nilai atau besar
dan arah. Nilai atau besar medan gravitasi biasanya disebut kuat medan gravitasi. Kuat medan
gravitasi dari suatu benda sumber bermassa M pada suatu titik yang berjarak r dari benda sumber
sama dengan besarnya gaya gravitasi yang dialami oleh suatu benda uji bermassa m pada titik
tersebut yang dibagi dengan massa benda uji. Secara matemati, kuat medan gravitasi ini dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut:
Mm
g
g= F = r 2 =G M
m m r2
Dengan :
g = kuat medan gravitasi (N/kg atau m/s 2)
M = massa benda sumber (kg)
m = massa benda uji (kg)
r = jarak pisah benda sumber ke benda uji
Medan gravitasi adalah vektor sehingga seperti halnya besarn vektor lainnya, medan gravitasi
juga dapat digambarkan dengan diagram anak panah yang disebut garis medan gravitasi atau garis
gaya gravitasi. Garis-garis medan gravitasi merupakan garis-garis yang arahnya selalu menuju kepusat
benda sumber secara radia. Gambar 1.2 menunjukan gari-garis medan gravitasi dari benda yang
bermassa M dan 3M.
Gambar 1.2 Garis-garis medan gravitasi pada benda bermassa M dan pada benda bermassa 3M.
Berdasarkan uraian di atas, kuat medan gravitasi pada suatu titik di sekitar benda bermassa
dipengaruhi oleh jarak titik ke benda bermassa dipengaruhi oleh jarak titik ke benda bermassa tersebut.
GM
Kuat medan gravitasi pada titik sejauh r dari benda bermassa M adalah g = 2 . Apakah yang terjadi
r
GM
ketika sebuah benda bermassa m diletakkan pada medan gravitasi yang besarnya g = 2 tersebut?
r
Yang terjadi tentu adalah benda bermassa m tersebut akan tertarik oleh gaya gravitasi sebesar F=G
Mm
menuju ke benda bermassa M. karena mengalami gaya, maka benda bermassa m tersebut tentu
r2
mengalami percepatan. Karena disebabkan oleh gaya gravitasi, maka perceptan benda ini dinamakan
dengan percepatan gravitasi dan biasanya dilambangkan dengan g. berdasarkan formulasi hukum II
Newton nilaipercepatan gravitasi yang dialami oleh suatu benda bermassa m di suatu gravitasi pada
GM
titik yang berjarak r dari benda bermassa M tersebut yaitu sebesar g = 2
r
Medan gravitasi tidak hanya terdapat disekitar bumi, tetapi juga terdapat disekitar setia benda
bermassa, termasuk matahari, bulan, planet-planet, dan benda-benda langit lainnya di alam semesta.
Dalam hal ini, kuat medan gravitasi disekitar benda-benda langit atau nilai percepatan gravitasi yang
dialami oleh suatu benda langit tersebut dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut
M bl
gbl = G
( R¿¿ bl+h)2¿
Dengan:
gbl = Kuat medan gravitasi atau percepatan gravitasi pada benda di sekitar benda
langit (m/s2)
Mbl = Massa benda langit (kg)
Rbl = Jari-jari benda langit (m)
Persamaa di atas berlaku untuk jarak (h) yang cukup jauh dari permukaan benda langit tertentu
sehingga jarak tersebut tidak dapat diabaikan terhadap jari-jari benda langit (R bl). Akan tetapi untuk
jarak (h) yang cukup dekat ke permukaan benda langit (R bl>> h), maka nilai gbl dapat ditentukan
dengan persamaan berikut
M bl
gbl = G
( R¿¿ bl+h)¿
Mm
−G
V = EP g = r =-G
m m
M
r
Dengan: V = Potensial gravitasi (J/kg).
BAB 6 : USAHA DAN ENERGI
1. Usaha
Usaha dalam fisika hanya dilakukan oleh gaya yang bekerja pada benda dan suatu gaya dikatakan
melakukan usaha pada benda hanya jika gaya tersebut menyebabkan benda berpindah.
Usaha (diberi lambang W, dari bahasa Inggris "work") didefinisikan sebagai hasil kali komponen
gava searah perpindahan (F) dengan besar perpindahannya (Δs).
Usaha merupakan besaran skalar yang diperoleh dari hasil perkalian titik (dot product) antara
gaya F dan vektor perpindahan s. Besamya usaha oleh gaya yang searah dengan arah perpindahan
dapat dihitung dengan rumus
W = F . Δs
dengan :
W = Usaha (joule)
F = gaya yang searah gerak benda (N)
s = perpindahan (m)
Usaha oleh gaya yang membentuk sudut dinyatakan dengan Dengan a menyatakan sudut antara
gaya dengan perpindahan
W = F cos α s
Dalam SI, satuan usaha adalah joule (J), satuan gaya adalah newton, dan satuan perpindahan adalah
meter sehingga satuan usaha adalah sebagai berikut.
1 joule = I newton meter
Gaya yang bekerja pada benda dapat berubah-ubah terhadap perpindahannya. Bagaimana
usaha dari gaya F itu? Jika perubahan gaya tersebut teratur, maka usaha yang dilakukan dapat
ditentukan dengan konsep grafik F - S.
Contohnya F yang bekerja pada balok berubah terhadap S seperti pada grafik F - S. Usaha yang
dilakukan gaya F tersebut dapat ditentukan dari luas daerah yang dibatasi kurva dan sumbu s. Daerah
yang dimaksud adalah daerah terarsir. Berarti dapat dirumuskan seperti di bawah ini.
Dalam kehidupan nyata, hampir tidak pernah kita temukan kasus yaitu pada suatu benda hanya
bekerja sebuah gaya tunggal. Misalnya, ketika Anda menarik sebuah balok sepanjang lantai. Selain
tarik Anda, pada balok juga bekerja gaya-gaya lain, seperti gaya gesekan antara balok dan lantai, gaya
hambatan angin, dan gaya normal.
Bagaimana kita menghitung usaha oleh berbagai gaya ini? Telah Anda ketahui bahwa usaha
termasuk besaran skalar Besaran skalar dijumlahkan dengan cara aljabar biasa.
Usaha total oleh berbagai gaya yang bekerja pada suatu benda diperoleh dengan cara menjumlahkan
secara aljabar biasa.
Misalnya usaha yang dilakukan oleh gaya F 1adalah W 1, oleh gaya F 2 adalah W 2 , oleh gaya F 3
adalah W 3 , dan seterusnya sehingga usaha totalnya adalah sebagai berikut.
W total = W 1 + W 2 + W 3 + ...
2. Energi
b. Energi Kinetik
Energi mekanik terdiri atas energi kinetik dan energi potensial. Energi potensial akan kita pelajari
dalam subbab B. Energi kinetik adalah energi yang dimiliki benda karena geraknya (atau
kecepatannya).
Mengapa sebuah peluru yang begitu kecil saat ditembakkan dan mengenai pohon bisa
menembusnya? Tentu kalian dapat menjawabnya, yaitu karena peluru yang bergerak memiliki energi.
Energi yang disebabkan gerak suatu benda inilah yang dinamakan energi kinetik.
Energi kinetik sebuah benda dipengaruhi oleh massa dan kecepatannya. Energi itu sebanding
dengan massa benda dan kuadrat kecepatan benda. Kita telah mengetahui bahwa energi kinetik
bergantung pada massa dan kelajuan benda. Sekarang, mari kita turunkan rumus energi kinetik secara
kuantitatif.
Ketika sebuah benda bermassa m yang diam pada permukaan licin (tanpa gesekan). Ketika gaya
konstan F diberikan selama benda menempuh jarak Δx, benda akan bergerak dengan percepatan
tetap a sampai mencapai kecepatan akhir v. Usaha yang dilakukan pada benda W = FΔx seluruhnya
diubah menjadi energi kinetik benda pada keadaan akhir. Jadi, EK = W atau EK = FΔx.
v = v 0 + at; v = 0 + at; at = v
1 1 1
𝝙x = v 0t + at 2; 𝝙x = 0 + (at)t; 𝝙x = vt
2 2 2
Energi kinetik EK dapat ditulis sebagai berikut.
1 1 1
EK = F 𝝙x = (ma)( vt) = mv(at) = mvv
2 2 2
Jadi, energi kinetik (EK) sebanding dengan massa benda m dan kuadrat kecepatannya (v²). Jika
massa dilipatgandakan, energi kinetik meningkat 2 kali lipat. Akan tetapi, jika kecepatan
dilipatgandakan, energi kinetik meningkat 4 kali lipat.
2) Teorema Usaha-Energi
Saat mendorong sebuah peti di atas lantai datar yang licin, hanya gaya doronglah yang
melakukan usaha pada peti dan ternyata kelajuan peti bertambah. Jika kelajuan peti bertambah,
artinya energi kinetik peti juga bertambah. Tentu saja pertambahan energi kinetik peti berasal dari
usaha yang dilakukan oleh gaya dorong.
Contoh kualitatif tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa pertambahan energi kinetik melalui
usaha merupakan proses alih energi. Untuk kasus mendorong peti, sebagian energi kimia dalam tubuh
beralih menjadi energi kinetik peti sehingga energi kinetik peti bertambah.
Contoh kualitatif tersebut juga menunjukkan adanya kaitan antara usaha yang dilakukan pada
suatu benda dengan perubahan energi kinetiknya. Hubungan ini akan kita turunkan secara kuantitatif
seperti berikut.
Gaya konstan F akan mempercepat benda sesuai dengan hukum II Newton, F = ma. Jika kita
kalikan kedua ruas persamaan tersebut dengan perpindahan Δx. pada ruas kiri akan tampil usaha yang
dilakukan gaya pada benda
FΔx = m(aΔx)
Hasil kali aΔx berkaitan dengan kecepatan awal v1 , dan kecepatan akhir v 2, sesuai persamaan
GLBB.
2
v 2 = v 0 + 2aΔx
2 2
v - v 0 = 2aΔx
2 2
v 2 - v1 = 2aΔx
v 22−v 12
( ) = aΔx
2
Sehingga,
( )
2 2
v2 – v1
FΔx = m
2
1 2 1 2
FΔx = m v 2 + = m v 2
2 2
1
Kita telah mendefinisikan kuantitas mv² sebagai energi kinetik benda (EK) sehingga persamaan
2
tersebut dapat kita tulis sebagai berikut.
FΔx = EK 2 - EK 1
Teorema usaha-energi
W res = ΔEK = EK ak - EK aw
Usaha yang dilakukan oleh gaya resultan yang bekerja pada suatu benda sama dengan perubahan
energi kinetik yang dialami benda tersebut, yaitu energi kinetik akhir dikurang energi kinetik awal.
b. Energi Potensial
Energi potensial diartikan sebagai energi yang dimiliki benda karena keadaan atau kedudukan
(posisinya). Misalnya, energi pegas (per), energi ketapel, energi busur, dan energi air terjun. Energi
potensial juga dapat diartikan sebagai energi yang tersimpan dalam suatu benda. Misalnya energi
kimia dan energi listrik. Contoh energi kimia adalah energi minyak bumi dan energi nuklir
Energi potensial gravitasi adalah energi yang dimiliki benda karena kedudukan ketinggian dari
benda lain. Secara matematis ditulis sebagai berikut.
Ep=mgh
Keterangan:
Ep : energi potensial gravitasi (N)
m : massa benda (kg)
g : percepatan gravitasi (m/ s2)
h : ketinggian terhadap acuan (m)
Energi potensial gravitasi tersebut adalah energi potensial benda terhadap bidang acuan yang
terletak pada jarak h di bawah benda. Energi potensial gravitasi terhadap bidang acuan lain tentu saja
berbeda besarnya. Misalnya, terhadap bidang acuan yang jaraknya h1 , di bawah kedudukan benda,
maka energi potensial gravitasinya adalah m g h1 . Bidang acuan tidak harus berada di bawah
kedudukan benda. Dapat saja dipilih bidang acuan yang letaknya di atas kedudukan benda. Dalam hal
demikian energi potensial gravitasi memiliki nilai negatif. Namun, biasanya bidang acuan dipilih di
bawah kedudukan benda.
Dengan Ep merupakan negatif perubahan energi potensial gravitasi. Besarnya energi potensial
grabvitasi sama dengan energi potensial akhir dikurangi energi potensial mula-mula (Ep = Ep akhir –
Ep awal). Persamaan ini menyatakan bahwa usaha yang dilakukan oleh gaya gravitasi sama dengan
minus perubahan energi potensial gravitasi.
Energi potensial gravitasi pada umumnya terjadi pada benda jatuh bebas atau memiliki lintasan yang
lurus. Untuk bidang melingkar dan bidang miring, persamaan energi potensial gravitasinya adalah sebagai
berikut. Untuk bidang melingkar:
EpA = m g h
= m g R; dan
EpB = 0
Untuk bidang miring:
EpA = m g h
= m g s sin; dan
EpB = 0
3. Daya
Usaha W
Daya = -> P =
Waktu t
Besar usaha = gaya × perpindahan (W = FΔx) sehingga dapat ditulis sebagai berikut.
FΔx Δx
P= =F( )
t t
Perpindahan (Δx) dibagi selang waktu (t) sama dengan kecepatan rata-rata (v) sehingga kita peroleh
persamaan berikut.
P = Fv
Daya diperoleh dari hasil bagi antara dua besaran calar (usaha dan waktu) sehingga daya
termasuk besaran calar. Satuan SI untuk daya adalah watt (disingkat W), untuk menghargai penemu
mesin uap asal Skotlandia, James Watt (1733-1819). Untuk satuan daya dalam SI, adalah sebagai
berikut.
1 joule
1 watt =
1 sekon
Dalam keseharian, khususnya dalam peralatan teknik, seperti pompa, mesin-mesin mobil, dan
motor, dayanya dinyatakan dalam daya kuda atau horse power (disingkat hp).
1 hp 746 W
Untuk memudahkan perhitungan dalam soal, konversi tersebut sering dibulatkan 1 hp = 750 W.
Hukum Kekekalan Energi Mekanik Energi mekanik didefinisikan sebagai penjumlahan antara
energi kinetik dan energi potensial. Untuk lebih memahami energi kinetik perhatikan sebuah bola yang
dilempar ke atas. Kecepatan bola yang dilempar ke atas makin lama makin berkurang. Makin tinggi
kedudukan bola (energi potensial gravitasi makin besar), makin kecil kecepatannya (energi kinetik bola
makin kecil). Saat mencapai keadaan tertinggi, bola akan diam. Hal ini berarti energi potensial
gravitasinya maksimum, namun energi kinetiknya minimun (v = 0). Pada waktu bola mulai jatuh,
kecepatannya mulai bertambah (energi kinetiknya bertambah) dan tingginya berkurang (energi
potensial gravitasi berkurang). Berdasarkan kejadian di atas, seolah terjadi semacam pertukaran energi
antara energi kinetik dan energi potensial gravitasi. Apakah hukum kekekalan energi mekanik berlaku
dalam hal ini? Misalkan terdapat suatu benda yang dijatuhkan dari ketinggian hA di atas tanah. Pada
ketinggian tersebut benda memiliki EPA = m g hA terhadap tanah dan EKA = 0. Kemudian dalam
selang waktu t benda jatuh sejauh hB (jarak benda dari tanah hA – hB).
Pernyataan ini disebut hukum kekekalan energi mekanik. Hukum kekekalan energi mekanik dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Perlu digaris bawahi bahwa hukum kekekalan energi mekanik berlaku hanya jika tidak ada energi
yang hilang akibat adanya gaya konservatif. Misalnya akibat gesekan udara maupun gesekan antara
dua bidang yang bersentuhan.
BAB 7 : MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN
A. Impuls dan Momentum
(Gambar 7.1)
https://pixabay.com/id/images/search/pemain%20bisbol/
Impuls adalah besarnya vektor gaya yang bekerja terhadap benda dalam selang waktu
tertentu. Selang waktu yang diperlukan vektor gaya untuk mempengaruhi gerak benda
relative sangat singkat (hanya sepersekian detik). Jika impuls kita lambangkan dengan I ,
gaya F dan selang waktu ∆ t, maka :
I =F ∆ t (7.1)
Sedangkan momentum (disimbolkan dengan p) adalah masa benda m (dalam satuan kg)
dikaitkan dengan kecepatan v (dalam satuan m/s)
p=m v (7.2)
Perkalian antara besaran skalar (yaitu massa m) dan besaran vektor (yaitu kecepatan v)
menghasilkan besaran vektor. Dengan demikian, perhitungan momentum harus dilakukan
dengan konsep penjumlahan vektor. Namun untuk memudahkan pembahasannya kita
gunakan analisis satu dimensi saja, sehingga persamaan (7.2) ditulis sebagai :
p = mv (7.2a)
Hukum II Newton menjelaskan bahwa besar gaya yang bekerja dalam setiap satuan
massa terhadap benda sama dengan besar percepatan yang dialami benda tersebut, atau
dituliskan :
F = ma (7.3)
Percepatan benda adalah laju perubahan kecepatan yang dialami benda terhadap waktu,
yaitu :
∆v
α= (7.4)
∆t
∆v
F=m (7.5)
∆t
F∆ t = m∆ v
= m (v-v0)
= mv – mv0
Sisi kanan persamaan (7.5a) menunjukkan perubahan momentum, yaitu selisih antara
momentum akhir (p=mv) dengan momentum awal (p 0 mv0). Sedangkan sisi kiri
menunjukkan impuls (I=∆ t ¿. Dengan demikian, persamaan (7.5a) dapat juga dituliskan
sebagai :
I = p – p0
I =∆ p (7.6)
Dapat disimpulkan, impuls adalah besar perubahan momentum yang dialami suatu benda.
B. Tumbukan
Kita tinjau dua bola yang bermassa m 1 dan m2 yang bergerak di atas bidang datar dalam
satu garis lurus dengan arah yang saling mendekati. Setelah terjadi tumbukan satu sama
lain, kedua bola bergerak dengan arah yang berlawanan dengan arah sebelumnya seperti
yang terlihat pada Gambar 7.2
(Gambar 7.2)
https://www.google.com/search?
q=gambar+tumbukan+4+bola&tbm=isch&ved=2ahUKEwjJhrall7j9AhWDGLcAHQNRBwk
Q2-
cCegQIABAA&oq=gambar+tumbukan+4+bola&gs_lcp=CgNpbWcQAzoECCMQJzoFCAAQ
gAQ6BwgAEA0QgAQ6CAgAEIAEELEDOgsIABCABBCxAxCDAToECAAQAzoGCAAQCBAeOg
QIABAeUMgDWL85YI07aABwAHgBgAH_A4gBsCeSAQw3LjIwLjMuMS4wLjGYAQCgAQGq
AQtnd3Mtd2l6LWltZ8ABAQ&sclient=img&ei=xu79Y8mLI4Ox3LUPg6KdSA&bih=657&bi
w=1366#imgrc=JgbsXj8repGO4M
Pada saat tumbukan, bola 1 mengerahkan gaya F 12 (gaya yang dikerahkan bola 1 pada
bola 2), sedangkan bola 2 mengerahkan gaya F 21 (gaya yang dikerahkan bola 2 pada bola
1). Berdasarkan Hukum III Newtpn, kedua gay aini sama besar dan memiliki arah yang
saling berlawanan. Kita tuliskan :
Atau
∆ p1 ∆ p2
Dengan F12 = dan F21 =
∆t ∆t
Persamaan (7.8) dapat kita tuliskan lagi menjadi :
∆ p1 ∆ p2
+ =0 (7.9)
∆t ∆t
∆ p1 + ∆ p2 = 0 (7.10)
C. Koefisien Kelentingan
Bola yang dilemparkan ke dinding atau dijatuhkan ke lantai termasuk ke dalam peristiwa tumbukan,
sehingga dapat kita analisis dengan menggunakan konsep impuls dan momentum. Pada bola yang
dilemparkan ke dinding, kecepatan bola ketika dipantulkan setelah membentur dinding cenderung
lebih kecil dibandingkan kecepatan awalnya sebelum menumbuk dinding. Pada kasus bola
dijatuhkan ke lantai, tinggi pantulan bola cenderung lebih rendah dari tinggi bola pada saat
dipantulkan setelah terjadi tumbukan dengan lantai. Tinggi rendah pantulan dapat dipengaruhi oleh
sifat konstanta bahan tersebut. Konstanta bahan ini kita kenal dengan koefisien kelentingan bahan.
Koefisien kelentingan bahan yang disebut juga koefisien restitusi, dapat kita definisikan sebagai
perbandingan laju relatif benda setelah terjadi tumbukan terhadap laju relatif benda sebelum terjadi
tumbukan, yang dilambangkan dengan e.
Dengan
v’1 = laju relatif benda pertama setelah tumbukan (m/s)
v’2 = laju relatif benda kedua setelah tumbukan (m/s)
v1 = laju relatif benda pertama sebelum tumbukan (m/s)
v2 = laju relatif benda pertama sebelum tumbukan (m/s)
1. Jenis-jenis Tumbukan
a. Tumbukan Lenting Sempurna
Tumbukan lenting sempurna disebut juga tumbukan elastis terjadi jika nilai e = 1. Dalam
hal ini berlaku hukum kekekalan momentum dan kekekalan energi kinetic sehingga
momentum dan energi kinetic selalu konstan.
(Gambar 7.3)
https://www.google.com/search?
q=gambar+pantulan+bola+bergantung+pada+koefisien+restitusi+lantai&sxsrf=AJOqlzWZ
dL_te1AztwJ0f7gctuFk1ytmxg:1677587861750&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ah
UKEwjU2dDknbj9AhUIcWwGHRObAP8Q_AUoAXoECAEQAw&biw=1366&bih=657&dpr=1
#imgrc=wyRng3B9M3XmrM
Jika suatu benda kita jatuhkan dari ketinggian h dari lantai, kecepatan benda tepat saat
menumbuk lantai dapat diturunkan dari persamaan gerak lurus berikut ini.
Dengan demikian, diperoleh kecepatan benda saat gerak jatuuh bebas adalah:
v=√ 2 gh (7.15)
Setelah menumbuk lantai, bola dipantulkan dengan kecepatan yang berbeda ketika bola
dijatuhkan dari ketinggian pantulan tersebut, sehingga
v’ = √ 2 gh ' (7.16)
Dengan mensubstitusikan persamaan (7.15) dan (7.16) ke persamaan (7.12), maka kita
peroleh:
v'
e=
v
e=
√2 gh h√
√2 gh' = h' (7.17)
BAB 11 : ELASTISITAS
A. Tegangan, Regangan, dan Modulus Young
Pada gambar 11.1 seutas karet dengan panjang l dan luas penampang A, ditarik dengan
gaya F sehingga mengalami perubahan Panjang sebesar ∆ l . Perbandingan antara gaya
(F) yang bekerja pada karet, dengan lias penampang karet (A) disebut tegangan. Secara
matematis, tegangan dinyatakan sebagai berikut:
F
σ= (11.1)
A
Keterangan:
σ = Tegangan (N/m2 atau Pascal)
F = Gaya (N)
A = Luas penampang karet (m2)
Sedangkan hasil bagi antara pertambahan panjang dengan panjang karet mula-mula
disebut regangan. Secara matematis, regangan dinyatakan :
∆l
ε= (11.2)
l
Keterangan:
ε = Regangan (tanpa satuan)
∆ l = Pertambahan panjang karet (m)
l = Panjang batang mula-mula (m)
2. Modulus Young
Grafik 11.1 merupakan grafik tegangan terhadap regangan untuk benda padat. Jika kamu
amati dengan cermat, grafik tampak linear sampai titik A (batas keseimbangan). Titik B
merupakan batas elastis bahan dari benda padat. Jika benda tersebut terus-menurus
ditarik melebihi batas elastis, benda tidak akan Kembali ke bentuk semula dan berubah
secara tetap. Jika diberikan tegangan yang semakin besar, maka benda akan patah.
Perbandingan antara tegangan dan regangan yang dialami benda dalam daerah linear
grafik merupakan konstanta yang disebut modulus young atau modulus elastisitas. Disebut
modulus young karena untuk menghargai penemuan Thomas Young yang adalah ahli
fisika Inggris, dokter, penemu teori gelombang cahaya Young, penemu akomodasi mata
dan astigmatisma, penemu hukum interferensi cahaya, penemu teori tiga warna Young-
Helmholtz, ahli tulisan Mesir kuno, pengarang dan sebagainya.
σ
E= (11.3)
ε
Keterangan :
E = Modulus elastisitas (N/m2)
F = K ∆l
Yang berarti gaya sebanding dengan pertambahan panjang. Hal ini biasa disebut dengan
hukum Hooke.
K = konstanta
EA
K=
l
Nilai modulus young untuk berbagai bahan disajikan dalam table berikut :
Perhatikan gambar di atas! Gambar di aats merupakan gambar pegas. Kasur pegas merupakan salah
satu benda yang memanfaatkan pegas. Ketika menaiki Kasur pegas, maka Kasur menjadi rendah.
Namun, ketika turun dari kasur kasur akan meninggi kembali ukurannya
Benda seperti pegas ketika diberi gaya Tarik akan mengalami perubahan bentuk menjadi panjang.
Namu, ketika gaya dihilangkan pegas akan Kembali ke bentuk semula. Hubungan antara gaya dengan
pertambahan panjang pegas, diselidiki pertama kali oleh Robert Hooke. Hukum Hooke menyatakan
bahwa “Pada daerah elastisitas benda, pertambahan panjang pegas sebanding dengan gaya yang
bekerja pada pegas.
(Gambar 11.2 Pegas sebelum diberi beban (kiri) dan pegas sesudah diberi beban (kanan))
Sebuah pegas dengan panjang x 1, di beri bahan bermassa m sehingga pegas bertambah panjang
menjadi x2, karena pegas di beri beban m, maka pada pegas bekerja gaya berat. Pertambahan pajang
pegas di nyatakan ∆ x=x 2−x 1.
Menurut Hooke semakin besar gaya yang di berikan pada pegas, maka pertambahan panjang pegas,
( ∆ x ) semakin besar. Secara matematis, hhukum Hooke di nyatakan sebagai berikut.
F=k∆x
Keterangan
F = Gaya yang di kenekan pada pegas (N)
∆x = Pertamabahan gaya Pegas (m)
k = Konstanta Pegas (N/m)
Pada saat pegas ditarik dengan gaya F, maka mengadakan yang besarnya sama gaya
menarik, tetapi arahnya berlawanan dengan simpangan pegas. Gaya in disebut dengan gaya pemilih.
Secara matematis dinyatakan.
Fp = k ∆ x
Keterangan
Fp = Gaya Pemulih (N)
Grafik hubungan antara gaya dan pertambahan panjang pegas sebagai berikut :
∆ x=∆ x 1+∆ x 2+ ∆ x 3
Sebelum diberi beban, pegas terlihat lebih mampat. Setelah diberi beban dengan massa m,
pegas terlihat lebih renggang. Akibat massa beban m yang digantung pada pegas ketiga,
maka bekerja gaya pada masing-masing pegas yang besarnya sama F 1 = F2 = F3.
https://www.google.com/search?
q=gambar+susunan+pegas+seri+sebelum+dan+sesudah+beban&sxsrf=AJOqlzV1naTbyAG6Yg
7ab74gDCLoMBpYOA:1677688989604&source=lnms&tbm=isch&
https://www.google.com/search?
q=gambar+susunan+pegas+paralel+sebelum+dan+sesudah+beban&sxsrf=AJOqlzWNB4CS7ZB5KD1dJ
znaiOfMIdEXlA:1677689339520&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwiepoDpl7v9AhWJTW
wGHSOSAFoQ_AUoAXoECAIQAw&biw=1366&bih=608&dpr=1#imgrc=zHL4UEUbtBbELM
Setelah diberi beban dengan massa m, pegas meregang. Karena pada gaya total yang bekerja
dinyatakan :
F tot = F1 + F2 + F3
Dan
Keterangan :
Kp = Konstanta pegas pengganti rangkaian parallel (N/m)
Rumus tekanan
F
P= (12-1)
A
Satuan SI untuk tekanan adalah pascal (disingkat Pa) untuk memeberi
penghargaan kepada Blaise Pascal, penemu hukum Pascal dengan konversi sebagai berikut.
1 Pa = 1 N/m2
Gaya gravitasi menyebabkan zat cair dalam suatu wadah selalu tertarik ke bawah.
Semakin tinggi zat cair dalam wadah, semakin berat zat cair tersebut sehingga
semakin besar juga tekanan zat cair pada dasar wadahnya. Tekanan zat cair yang
hanya disebabkan oleh beratnya sendiri disebut tekanan hidrostatik.
Tekanan hidrostatik :
Ph= ρgh (12-2)
Tekanan Gauge
Tekanan gauge adalah selisih antara tekanan yang tidak diketahui dengan
tekanan atmosfer ( tekanan udara luar ). Adapun tekanan sesungguhnya disebut tekanan
mutlak.
Tekanan utlak = Tekanan gauge = Tekanan atmosfer
P=P gauge + P atm (12-3)
3. Hukum Pascal
Ketika anda memeras ujung kantong plastic berisi air yang memiliki
banyak lubang, air memancar dari setiap lubang dengan sama kuat. Hasil
percobaan inilah yang diamati oleh Blaise Pascal yang kemudian
menyimpulkannya dalam hukum Pascal sebagai berikut.
Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup diteruskan sama
besar ke segala arah.
Sebuah penerapan sederhana dari hukum Pascal adalah dongkrak
hidrolik.
Dongkrak hidrolik terdiri atas bejana dengan dua kaki yang masing-masing
diberi pengisap. Pengisap 1 memiliki luas penampang A2 (lebih kecil) dan
pengisap 2 memiliki luas penampang A2 (lebih besar). Bejana diisi dengan
cairan (misalnya oli.
Gambar 12.1 Prinsip kerja sebuah dongkrak hidrolik
Sesuai hukum pascal bahwa tekanan pada zat cair dalam ruang tertutup
diteruskan sama besar ke segala arah, pada pengisa[ 2 bekerja gaya ke atas
PA2. Gaya yang seimbang dengan ini adalah gaya F2 yang bekerja pada
pengisap 2 dengan arah ke bawah.
F2
PA2 = F2 atau P= ... (*)
A2
Dengan menyamakan ruas kanan (**) dan (*) , kita peroleh hasil
sebagai berikut.
F2 F1
= (12-4)
A2 A1
A2
F 2= F (12-5)
A1 1
4. Hukum Archimedes
Di SMP , Anda telah mengetahui bahwa suatu benda yang dicelupkan
dalam zat cair mendapat gaya ke atas sehingga benda kehilangan sebagian
beratnya (beratnya menjadi berat semu). Gaya ke atas ini disebut gaya apung,
yaitu suatu gaya ke atas yang dikerjakan oleh zat cair pada benda. Munculnya
gaya apung merupakan konsekuensi dari tekanan zat cair yang meningkat
dengan bertambahnya kedalaman. Dengan demikian, berlaku pernyataan
berikut.
gaya apung = berat benda di udara – berat benda dalam zat cair
(12-6)
“ Gaya apung yang bekerja pada suatu benda yang dicelupkan sebagian atau
seluruhnya ke dalam suatu fluida sama dengan berat fluida yang dipindahkan
oleh benda tersebut.”
Fa ¿ M f g (12-7)
Fa ¿ ρf V bf g (12-8)
dengan
ρ f = massa jenis fluida (g/cm3 atau kg/m3) dan
V bf = volume benda yang tercelup dalam fluida (m3).
Hidrometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur massa jenis cairan.
Nilai massa jenis cairran dapat diketahui dengan membaca skala pada
hidrmeter yang ditempatkan mengapung pada zat cair.
Hidrometer terbuat dari tabung kaca. Supaya tabung kaca tegak di dalam
zat cair, bagian bawah tabung dibebani dengan butiran timbal. Diameter
bagian bawah tabung kaca dibuat lebih besar supaya volume zat cair yang
dipindahkan hidormeter lebih besar. Dengan demikian, dihasilkan gaya
apung yang lebih besar dan hydrometer dapat mengapung di dalam zat
cair.
Persamaan Hidrometer
m
h bf = (12-9)
A ρf
2. Kapal Laut
Masa jenis besi lebih besar daripada massa jenis air laut, tetapi mengapa
kapal laut yang terbuat dari besi tidak dapat mengapung di atas laut?
Badan kapal yang terbuat dari besi dibuat berongga. Hal tersebut
menyebabkan volume air laut yang dipindahkan oleh badan kapal menjadi
sangat besar. Gaya apung sebanding dengan volume air yang yang
dipindahkan sehingga gaya apung menjadi sangat besar. Gaya apung ini
mampu mengatasi berat total kapal sehingga kapal laut mengapung di
permukaan laut.
F
γ= (12-10)
d
Ff = kἠv (12-11)
Koefisien bergantng pada bentuk geometris benda.Untuk benda yang memiliki
geometris berupabola dengan jari jari r,dengan perhitungan laboratorium
diperoleh nilai
k =6 πr (12-12)
Ff =6 πἠrv (12-13)
F = W1 + W2 (12-14)
Usaha yang dilakukan persatuan luas adalah tegangan
permukaan.Sehingga besar tegangan pada kawat yang dibengkokkan
adalah:
W F
γ= = (12-15)
A 2
B.HUKUM KONTINUITAS
Hukum kontinuitas berbunyi “pada fluida yang tak termampatkan hasil kali antara kelajuan aliran fluida
dalam suatu wadah dengan luas penampang wadah selalu konstan”.
Jika suatu wadah memiliki penampang yang berbeda maka menurut persamaan kontinuitas berlaku
Q1=Q2
A1V1=A2V2
Keterangan:
Q1= debit ketika masuk (m3/s)
Q2= debit ketika keluar (m3/s)
A1= luas penampang 1 (m2)
A2=luas penampang 2 (m2)
v1=kecepatan fluida ketika masuk (m/s)
v2=kecepatan fluida ketika masuk (m/s)
Volume dapat dihitung dengan mengalikan luas penampang pada selang dengan panjang selang atau
A
V=
t
Sehingga persamaan debit menjadi panjang selang yang dilewati oleh air dapat dihitung dengan cara
kecepatan air dikali dengan waktu atau dengan kata lain kecepatan adalah paanjang selang waktu
dibagi dengan waktu.
Sehingga persamaan kontinuitas dapat dituliskan sebagai berikut:
A1v1=A2v2=A3v3=konstan
C.HUKUM BERNOULLI
Hukum Bernoulli ialah hukum yang berlandaskan pada hukum kekekalan energi yang dialami oleh
aliran fluida.Hukum ini menyatakan bahwa jumlah tekanan,energy kinetic persatuan volume,serta
energy potensial per satuan volume mempunyai nilai yang sama pada setiap titik sepanjang suatu garis
arus.
Hukum ini dapat di aplikasikan untuk berbagai jenis aliran fluida asalkan memenuhi syarat syarat
berikut:
1. Fluida tak mempunyai viskositas
2. Aliran fluida tetap
3. Aliran fluida dapat berjenis laminar
4. Tidakada energy yang hilang sebagai akibat gesekan antara fluida dan dinding serta turbulen.
5. Tidak ada transfer energy kalor
1
Menurut persamaan ini,besaran p+pgh+ pv12 memiliki nilai yang sama pada setiap titik dalam aliran
2
fluida.
keterangan:
p1 p2= tekanan dititik 1 dan 2 (N/m2)
v1 v2= kecepatan aliran dititik 1 dan 2 (m/s)
h1 h2=ketinggian dititik 1 dan 2 (m)
ρ = massa jenis fluida (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
v=√ 2gh
Keterangan:
v= kecepatan semburan air (m/s)
g= percepatan gravitasi (m/s2)
h= tinggi lubang dari permukaan air (m)
Waktu yang dibutuhkan semburan air mencapai tanah;
t=√ 2 h2 /g
Keterangan:
t = waktu yang dibutuhkan air mencapai tanah (s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h2= ketinggian lubang diukur dari permukaan tanah (m)
Jarak jangkauan air (x)
x =√2h2.g
keterangan:
h=tinggi lubang dari permukaan air
h2ketinggian lubang dari permukaan tanah
Keterangan:
v1 = kelajuan fluida pada penampang 1 (m/s) g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = perbedaan ketinggian pada fluida (m)
A1 = luas penampang 1 (m2)
A2 = luas penampang 2 (m2)
ρr = massa jenis raksa (kg/m3)
ρu = massa jenis udara (kg/m3
4.Pipa pitot
Pipa pitot digunakan untuk mengukur kecepatan fluida atau gas.caranya dengan melihat ketinggian
cairan dalam pipa pitot. Gas ( misalnya udara ) mengalir melalui lubang – lubang. Lubang – lubang ini
sejajar dengan arah aliran yang dibuat cukup jauh dibelakang sehingga kelajuan dan tekanan gas di
luar lubang tersebut mempunyai nilai seperti halnya dengan aliran bebas. Jadi v a=v ( kelajuan gas )
dan tekanan pada kaki kiri manometer pipa pitou sama dengan tekanan aliran gas .