Wahdini Ramli, Darlina, Siti Hardianti Retno Ambar Wati, Amrullah, Risnawati
Ticia.
Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar
Abstrak
Telah dilakukan eksperimen Gerak Lurus dengan tujuan dapat
menentukan besar jarak dan perpindahan, menentukan besar kecepatan rata-rata
dan kelajuan rata-rata, mengetahui hubungan antara jarak dan waktu tempuh pada
GLB, dan memahami gerak lurus beraturan (GLB). Alat dan bahan yang
digunakan adalah meteran, mistar, stopwatch, tabung GLB, statif, batu, dan alat
tulis menulis. Untuk prosedur kerja pada kegiatan pertama yaitu menghitung
panjang lintasan titik A, B, dan C yang berbentuk segitiga siku-siku. Lalu
mengukur waktu yang dibutuhkan obyek (teman kelompok) untuk sampai pada
titik-titik yang telah ditentukan. Kemudian mencari jarak, perpindahan, serta
kecepatan dan kelajuan benda. Untuk kegiatan kedua yaitu menghitung waktu
tempuh gelembung untuk sampai ke titik A, B, C, dan D. Lalu menghitung
kecepatan gelembung dan menentukan hubungan jarak dan waktu melaui plot
grafik untuk menentukan kecepatan gelembung. Hasil pengamatan pada kegiatan
pertama menunjukkan bahwa semakin besar jarak dan perpindahan, maka
semakin besar pula waktu tempuh. Pada kegiatan kedua menunjukkan bahwa
besar ketinggian salah satu ujung tabung, maka semakin besar pula waktu
tempuhnya. Dari keseluruhan praktikum, menunjukkan hasil yang sesuai dengan
teori. Sehingga ditarik kesimpulan bahwa, kecepatan berbanding lurus dengan
jarak dan berbanding terbalik dengan waktu. Dan semakin besar nilai tangen
sudut, maka semakin besar pula kecepatan benda.
Kata kunci: GLB, jarak, perpindahan, kecepatan, kelajuan.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa perbedaan antara jarak dan perpindahan?
2. Apa perbedaan antara kecepatan rata-rata dengan kelajuan rata-rata?
3. Bagaimana hubungan antara jarak tempuh dan waktu tempuh dalam GLB?
4. Bagaimana kriteria gerak Gerak Lurus Beraturan?
5. Bagaimana hubungan antara ketinggian tabung GLB dengan kecepatan
benda?
TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menentukan besar jarak dan perpindahan.
2. Mahasiswa dapat menentukan besar kecepatan rata-rata dan kelajuan rata-
rata.
3. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan antara jarak dan waktu tempuh (t)
benda yang bergerak lurus beraturan (GLB).
4. Mahasiswa dapat memahami gerak lurus beraturan (GLB).
METODOLOGI EKSPERIMEN
Teori Singkat
Suatu benda dikatakan bergerak apabila posisinya senantiasa berubah
terhadap suatu titik acuan tertentu. Misalkan anda sedang duduk di dalam kereta
yang sedang bergerak meninggalkan stasiun. Apabila stasiun ditetapkan sebagai
titik acuan, maka anda dikatakan bergerak terhadap stasiun. Hal ini, karena setiap
saat posisi anda berubah terhadap stasiun. Apabila kereta ditetapkan sebagai titik
acuan, maka anda dikatakan diam terhadap kereta. Jadi, gerak itu bersifat relatif
bergantung pada titik acuan yang digunakan.
Gerak partikel dapat benar-benar dietahui jika posisi partikel setiap di dalam
ruang diketahui. Posisi partikel adalah lokasi partikel pada suatu kerangka acuan
yang kita anggap sebagai titik asal sistem koordinat.
A. Jarak dan Perpindahan
Jarak dan perpindahan merupakan besaran fisika yang saling terkait.
Keduanya memiliki dimensi yang sama, namun memiliki makna fisis
yang berbeda. Jarak merupakan panjang lintasan yang ditempuh oleh
suatu benda tanpa memperhatikan arah gerak benda, sehingga jarak
merupakan besaran skalar. Sedangkan perpindahan adalah perubahan
posisi suatu benda ditinjau dari keadaan awal dan keadaan akhir dengan
memperhatikan arah gerak benda, sehingga perpindahan merupakan
besaran vektor. Ketiak berpindah dari posisi awal xi ke posisi akhir xf
perpindahan partikel didapat dengan xf - xi. Kita gunakan huruf Yunani
delta (∆) untuk melambangkan perubahan nilai. Maka, perpindahan atau
perubahan posisi partikel dapat ditulis:
∆ ≡ −
Dari definisi ini, kita dapat melihat bahwa ∆ bernilai positif jika xf lebih
besar dari xi dan negatif jika xf lebih kecil dari xi.
Cara mudah untuk menentukan arah perpindahan dalam gerak satu
dimensi adalah dengan menetapkan suatu titik acaun sebagai titik asal,
dan menentukan satu arah sebagai arah positif sedangkan arah yang
berlawanan merupakan arah negatif.
B. Kelajuan dan Kecepatan
Pada saat kita berbicara tentang gerak, hampir tidak mungkin tanpa
menggunakan kata kelajuan dan kecepatan. Kelajuan dan kecepatan
merupakan karakteristik dari suatu benda yang sedang bergerak, dimana
suatu benda dinyatakan bergerak jika memiliki kelajuan dan kecepatan.
Seperti halnya jarak dan perpindahan, kelajuan dan kecepatan merupakan
besaran yang memiliki dimensi yang sama, namun makna fisisnya
berbeda. Kelajuan berkaitan dengan jarak dan waktu sehingga merupakan
besaran skalar, sedangkan kecepatan berkaitan dengan perpindahan dan
waktu sehingga merupakan besaran vektor.
1. Kelajuan rata-rata dan kecepatan rata-rata
Apabila kita ingin mengukur kelajuan pada interval waktu tertentu,
maka yang sebenarnya yang kita ukur adalah kelajuan rata-rata.
Kelajuan rata-rata partikel sebuah besaran skalar, didefinisikan
sebagai jarak tempuh total dibagi waktu yang diperlukan untuk
menempuh jarak tersebut:
− =
ℎ
Atau secara matematis dituliskan.
̅=
Dengan
̅ = kelajuan rata-rata (m/s)
= jarak tempuh (m)
= waktu tempuh (s)
Kelajuan benda yang sedang bergerak hanya menyatakan seberapa
cepat benda bergerak, tanpa mempedulikan arahnya. Suatu deskripsi
lengkap yang memasukkan nilai kelajuan dan arahnya adalah
kecepatan. Kecepatan rata-rata ̅ sebuah partikel didefinisikan
sebagai perpindahan partikel ∆ dibagi selang waktu ∆ selama
perpindahan tersebut terjadi:
∆
≡
∆
Misalkan suatu benda bergerak lurus pada waktu ti berada pada posisi
xi dan pada waktu tf berada pada posisi xf. Benda tersebut mengalami
perpindahan xf - xi. Kecepatan rata-rata benda tersebut dalam
interval waktu tf – ti adalah
−
=
−
Dengan
= kecepatan rata-rata (m/s)
− = perpindahan dari posisi awal ke posisi akhir (m)
− = interval waktu (s)
2. Kecepatan Sesaat
Kelajuan dan kecepatan rata-rata mendeskripsikan kecepatan
dan kelajuan dalam suatu jarak tertentu. Jarak dan perpindahan total
dari suatu gerak benda dapat panjang atau pendek, misalnya 500 km
atau 1 m. Bagaimana cara agar Anda mengetahui kelajuan atau
kecepatan sesaat suatu benda yang bergerak pada waktu tertentu?
Saat Anda naik kendaraan bermotor, untuk mengetahui kelajuan
sesaat Anda tinggal melihat angka yang ditunjuk jarum pada
spidometer. Perubahan kelajuan akan diikuti perubahan posisi jarum
pada spidometer. Untuk menentukan kecepatan sesaat, Anda tinggal
menyebutkan besarnya kelajuan sesaat ditambah menyebutkan
arahnya. Bagaimana jika Anda tidak naik kendaran bermotor?
Kecepatan sesaat suatu benda merupakan kecepatan benda pada
suatu waktu tertentu. Untuk menentukannya perlu mengukur jarak
tempuh dalam selang waktu. Persamaan matematis kecepatan
sesaat dapat ditulis sebagai berikut.
∆
= lim
→ ∆
Keterangan
∆ : perpindahan (m)
∆ : selang waktu (s)
C. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda dengan
kecepatan tetap. Di buku lain, GLB sering didefinisikan sebagai gerak
suatu benda pada lintasan lurus dengan kecepatan tetap. Hal ini
diperbolehkan karena kecepatan tetap memiliki arti besar maupun
arahnya tetap, sehingga kata kecepatan boleh diganti dengan kata
kelajuan. Karena dalam GLB kecepatannya tetap, maka kecepatan
ratarata sama dengan kecepatan sesaat.Untuk kedudukan awal xf=xi pada
saat tf=0, maka ∆ = dan ∆ = − = = 0. Sehingga dapat
dituliskan
∆ = .∆
− = .
= + .
Identifikasi Variabel
Kegiatan 1
1. jarak tempuh
2. waktu tempuh
3. kecepatan
Kegiatan 2
1. jarak tempuh
2. waktu tempuh
3. ketinggian
Prosedur Kerja
Kegiatan 1:
1. Membuat tiga titik yaitu A, B, C yang dapat membentuk sebuah segitiga
siku-siku.
2. Mengukur panjang lintasan setiap antara dua titik tersebut dengan
menggunakan meteran yang tersedia.
3. Menyiapkan tiga orang teman,sebgai objek yang akan bergerak dengan
kecepatan yang berbeda.
4. Untuk orang pertama, berdiri di titik A lalu berjalan menuju titik B. pada
saat yang bersamaan, mengukur waktu untu menempuh lintasan dari A ke
B. Melakukan hal yang sama untuk lintasan A ke B ke C.
5. Melakukan setiap kegiatan 4 sebanyak 3 kali untuk setiap orang.
6. Melanjutkan untu orang kedua dan ketiga, dan mencatat hasilnya dalam
tabel hasil pengamatan.
Kegiatan 2:
1. Mengambil tabung GLB dan Statif untu menggantungkan salah satu ujung
tabung.
2. Menandai minimal 4 titik sebagai titik A, B, C, dan D pada tabung
(mengupayakan memiliki selang yang sama).
3. Menentukan/mengukur panjang lintasan dari dasar tabung (0 cm) ke titik
A, ke titik B, ke titik C, ke titik D.
4. Menggantung salah satu ujung tabung pada statif pada ketinggian tertentu,
memulai dari ketinggian sekitar 5 cm dari dasar/alas.
5. Mengangkat ujung tabung yang satungya, agar gelembung dalam tabung
berada di ujung yang terangkat.
6. Menurunkan ujung tadi sampai di dasar/alas sehingga gelembung akan
bergerak ke atas, mengukur waktu yang diperlukan gelembung untuk
sampai di titik A (memulai menyalakan stopwatch ketika gelembung tepat
melintasi pada posisi 0 cm pada tabung), melakukan 3 kali pengukuran
untuk setiap jarak tempuh.
7. Mencatat hasil pengamatan dalam tabel hasil pengamatan.
Kegiatan 2:
Tabel hasil pengukuran jarak tempuh pada gerak lurus beraturan
No. Ketinggian (cm) Jarak tempuh (cm) Waktu tempuh (s)
Dari O ke A 1. = |1,9 ± 0,1|
1 ℎ = |5,00 ± 0,05|
= |11,00 ± 0,05| 2. = |2,1 ± 0,1|
3. = |1,9 ± 0,1|
1. = |3,4 ± 0,1|
Dari O ke B
2. = |3,4 ± 0,1|
= |22,00 ± 0,05|
3. = |3,3 ± 0,1|
1. = |5,1 ± 0,1|
Dari O ke C
2. = |5,1 ± 0,1|
= |33,00 ± 0,05|
3. = |5,1 ± 0,1|
1. = |6,9 ± 0,1|
Dari O ke D
2. = |6,8 ± 0,1|
= |44,00 ± 0,05|
3. = |6,8 ± 0,1|
1. = |1,5 ± 0,1|
Dari O ke A
2. = |1,5 ± 0,1|
= |11,00 ± 0,05|
3. = |1,5 ± 0,1|
1. = |2,7 ± 0,1|
Dari O ke B
2. = |2,6 ± 0,1|
= |22,00 ± 0,05|
3. = |2,6 ± 0,1|
2 ℎ = |10,00 ± 0,05|
1. = |3,9 ± 0,1|
Dari O ke C
2. = |4,0 ± 0,1|
= |33,00 ± 0,05|
3. = |4,0 ± 0,1|
1. = |5,1 ± 0,1|
Dari O ke D
2. = |5,1 ± 0,1|
= |44,00 ± 0,05|
3. = |5,1 ± 0,1|
ANALISIS DATA
Kegiatan 1:
A. Jarak dan perpindahan
1
= = = 0,1
ℎ 10
=1 /
Jarak = ∑
Perpindahan = ⃗
1. Lintasan A ke B
a. Jarak
x = xA-B
x = 2,5000 m
b. Perpindahan
⃗= ⃗
⃗ = −2,5000 ̂
2. Lintasan A ke B ke C
a. Jarak
= +
= 2,5000 + 1,5000
= 4,0000
b. Perpindahan
⃗= ⃗
⃗ = 2,9500
3. Lintasan A ke B ke C ke B
a. Jarak
= + +
= 2,5000 + 1,5000 + 1,5000
= 5,5000
b. Perpindahan
⃗= ⃗
⃗ = −2,5000 ̂
4. Lintasan A ke B ke C ke B ke A
a. Jarak
= + + +
= 2,5000 + 1,5000 + 1,5000 + 2,5000
= 8,0000
b. Perpindahan
⃗= ⃗
⃗=0
B. Waktu tempuh
+ +
̅=
3
δ =| − ̅|, δ = | − ̅|, δ = | − |
= 100%
=| ± |
1. Lintasan A ke B
1) Hasil pengukuran
3,1 + 3,6 + 3,7
̅=
3
10,4
̅= s
3
̅ = 3,47 s
= 3,47 s
2) Ketidakpastian
δ = |3,1 − 3,47| s = 0,37 s
δ = |3,6 − 3,47| s = 0,16 s
δ = |3,7 − 3,47| s = 0,23 s
= 0,37 s
∆ = 0,37 s
3) Angka berarti
0,37
= 100% = 10,7% = 2
3,47
4) Hasil pengukuran dilaporkan
= |3,5 ± 0,37| s
2. Lintasan A ke B ke C
a. Hasil pengukuran
6,0 + 6,4 + 6,6
̅=
3
19
̅= s
3
̅ = 6,33 s
= 6,33 s
b. Ketidakpastian
δ = |6,0 − 6,33| s = 0,33 s
δ = |6,4 − 6,33| s = 0,07 s
δ = |6,6 − 6,33| s = 0,27 s
= 0,33 s
∆ = 0,33 s
c. Angka berarti
0,33
= 100% = 5,2% = 2
6,33
d. Hasil pengukuran dilaporkan
= |6,3 ± 0,33| s
3. Lintasan A ke B ke C ke B
a. Hasil pengukuran
8,4 + 8,8 + 8,8
̅=
3
26
̅= s
3
̅ = 8,67 s
= 8,67 s
b. Ketidakpastian
δ = |8,4 − 8,67| s = 0,27 s
δ = |8,8 − 8,67| s = 0,13 s
δ = |8,8 − 8,67| s = 0,13 s
= 0,27 s
∆ = 0,27 s
c. Angka berarti
0,27
= 100% = 3,1% = 3
8,67
d. Hasil pengukuran dilaporkan
= |8,67 ± 0,270| s
4. Lintasan A ke B ke C ke B ke A
a. Hasil pengukuran
11,2 + 11,4 + 12,2
̅=
3
34,8
̅= s
3
̅ = 11,6 s
= 11,6 s
b. Ketidakpastian
δ = |11,2 − 11,6| s = 0,4 s
δ = |11,4 − 11,6| s = 0,2 s
δ = |12,2 − 11,6| s = 0,6 s
= 0,6 s
∆ = 0,6 s
c. Angka berarti
0,6
= 100% = 5,2% = 2
11,6
d. Hasil pengukuran dilaporkan
=| ± |
= |12 ± 0,60| s
C. Perpindahan
1. Lintasan A ke B
a. Vektor posisi dari A
⃗= ⃗ = ⃗ =−̂
b. Perpindahan
⃗= ⃗
⃗ = −2,5000 ̂
2. Lintasan A ke B ke C
a. Vektor posisi dari A
⃗= ⃗ = ⃗ =−̂
⃗= ⃗ = ⃗ =+ ̂
b. Perpindahan
⃗= ⃗ + ⃗
⃗ = −2,5000 ̂ + 1,5000 ̂
⃗= −2,5000 + 1,5000
⃗= 6,2500 + 2,2500
⃗= 8,5000
⃗ = 2,9150 m
3. Lintasan A ke B ke C ke B
a. Vektor posisi dari A
⃗= ⃗ = ⃗ =−̂
⃗= ⃗ = ⃗ =+ ̂
⃗= ⃗ = ⃗ =− ̂
b. Perpindahan
⃗= ⃗ + ⃗ + ⃗
⃗ = −2,5000 ̂ + 1,5000 ̂ − 1,5000 ̂
⃗ = −2,5000 ̂
4. Lintasan A ke B ke C ke B ke A
a. Vektor posisi dari A
⃗= ⃗ + ⃗ + ⃗ + ⃗
b. Perpindahan
⃗= ⃗ + ⃗ + ⃗ + ⃗
⃗ = −2,5000 ̂ + 1,5000 ̂ − 1,5000 ̂ + 2,5000 ̂
⃗=0
D. Kecepatan rata dan kelajuan rata-rata
1. Kecepatan rata-rata
∆⃗ ℎ
⃗= =
∆
∆⃗
⃗=
∆
⃗ = ∆ .∆
⃗ ⃗
⃗= ⃗+
∆⃗ ∆
⃗ ⃗
∆⃗= ∆∆ ⃗ + ∆∆
∆⃗ ∆
(∆ ⃗. ∆ ) (∆ ⃗. ∆ )
∆⃗= ∆∆ ⃗ + ∆∆
∆⃗ ∆
∆ ⃗ = |∆ . ∆∆ ⃗| + |∆ ⃗. ∆∆ |
∆⃗ ∆ . ∆∆ ⃗ + ∆ ⃗. ∆∆
=
⃗ ∆ ⃗. ∆
∆∆ ⃗ ∆∆
∆⃗= +
∆⃗ ∆
∆∆ ⃗ ∆∆
∆⃗= + ⃗
∆⃗ ∆
∆∆ ⃗
∆⃗= + ∆ . ∆∆ ⃗
∆⃗
∆⃗
KR = ×100%
⃗
⃗=|⃗± ⃗| /
a. Lintasan A ke B
1) Hasil perhitungan
2,5000
⃗ = = −0,72 / ̂
3,47
2) Kesalahan
0,0005
∆⃗ = + 3,47 s . 0,37 s − 0,72m/s ̂
2,5000
∆⃗ = |0,0002 + 1,2839| − 0,72 m/s ̂
∆⃗ = |1,2841| − 0,72 m/s ̂
∆⃗ = 0,92 / ̂
3) Kesalahan relatif
0,92
= ×100%
0,72
= 1,278×100% = 127,8% = 1
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |0,7 ± 1| /
b. Lintasan A ke B ke C
1) Hasil perhitungan
2,915
⃗ = = 0,46 /
6,33
1) Kesalahan
0,0005
∆⃗ = + 6,33 s . 0,33 s 0,46 m/s
2,9150
∆⃗ = |0,00017 + 2,0889|0,46 m/s
∆⃗ = |2,08907|0,46 m/s
∆⃗ = 0,961 /
2) Kesalahan relatif
0,961
KR = ×100%
0,46
KR = 2,089×0% = 209% = 1
3) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |0,5 ± 1| /
c. Lintasan A ke B ke C ke B
1) Hasil perhitungan
−2,5000 ̂
⃗ = = −0,288 / ̂
8,67
2) Kesalahan
−0,0005 ̂
∆⃗ = + 8,67 s . 0,27 s − 0,288 m/s ̂
−2,5000 ̂
∆⃗ = |0,0002 + 2,3409| − 0,288 m/s ̂
∆⃗ = |2,3411| − 0,288 m/s ̂
∆⃗ = −0,674 /
3) Kesalahan relatif
−0,674
KR = ×100%
−0,288
KR = 2,340×0% = 234% = 1
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |−0,2 ± 1| / ̂
d. Lintasan A ke B ke C ke B ke A
1) Hasil perhitungan
0
⃗ = =0 /
11,6
2) Kesalahan
∆⃗ =0
2. Kelajuan rata-rata
∆ ℎ
= =
∆
∆
=
∆
= ∆ .∆
= +
∆ ∆
∆ = ∆∆ + ∆∆
∆ ∆
(∆ . ∆ ) (∆ . ∆ )
∆ = ∆∆ + ∆∆
∆ ∆
∆ = |∆ . ∆∆ | + |∆ . ∆∆ |
∆ ∆ . ∆∆ + ∆ . ∆∆
=
∆ .∆
∆∆ ∆∆
∆ = +
∆ ∆
∆∆ ∆∆
∆ = +
∆ ∆
∆∆
∆ = + ∆ . ∆∆
∆
∆v
KR = ×100%
v
=| ± | /
a. Lintasan A ke B
1) Hasil perhitungan
2,5000
= = 0,72 /
3,47
2) Kesalahan
0,0005
∆ = + 3,47 s . 0,37 s 0,72 m/s
2,5000
∆ = |0,0002 + 1,2839|0,72 m/s
∆ = |1,2841|0,72 m/s
∆ = 0,92 /
3) Kesalahan relatif
0,92
KR = ×100%
0,72
KR = 1,278×100% = 127,8% = 1
4) Hasil pengukuran dilaporkan
= |0,7 ± 1| /
b. Lintasan A ke B ke C
1) Hasil perhitungan
4,0000
= = 0,632 /
6,33
2) Kesalahan
0,0005
∆ = + 6,33 s . 0,33 s 0,632 m/s
4,0000
∆ = |0,000125 + 2,0889|0,632 m/s
∆ = |2,089025|0,632m/s
∆ = 1,32 /
3) Kesalahan relatif
1,32
KR = ×100%
0,632
KR = 2,088×100% = 208,8% = 1
4) Hasil pengukuran dilaporkan
= |0,6 ± 1| /
c. Lintasan A ke B ke C ke B
1) Hasil perhitungan
5,5000
= = 0,634 /
8,67
2) Kesalahan
0,0005
∆ = + 8,67 s . 0,27 s 0,634 m/s
5,5000
∆ = |0,0000909 + 2,3409|0,634 m/s
∆ = |2,3409909|0,634 m/s
∆ = 1,48 /
3) Kesalahan relatif
1,48
KR = ×100%
0,634
KR = 2,334×100% = 233,4% = 1
4) Hasil pengukuran dilaporkan
= |0,6 ± 1| /
d. Lintasan A ke B ke C ke B ke A
1) Hasil perhitungan
8,0000
= = 0,69 /
11,6
2) Kesalahan
0,0005
∆ = + 11,6 s . 0,6 s 0,69 m/s
8,0000
∆ = |0,0000625 + 6,96|0,69 m/s
∆ = |6,9600625|0,69 m/s
∆ = 4,80 /
3) Kesalahan relatif
4,80
KR = ×100%
0,69
KR = 6,96×100% = 696% = 0
Kegiatan 2:
A. Waktu tempuh
+ +
̅=
3
δ =| − ̅|, δ = | − ̅|, δ = | − |
= 100%
=| ± |
1. Pada ketinggian 5,00 cm
ℎ = |5,00 ± 0,05| cm
a. Dari O ke A
= |11,00 ± 0,05| cm
1) Hasil pengukuran
1,9 + 2,1 + 1,9
̅=
3
5,9
̅= s
3
̅ = 1,97 s
= 1,97 s
2) Ketidakpastian
δ = |1,9 − 1,97| s = 0,07 s
δ = |2,1 − 1,97| s = 0,13 s
δ = |1,9 − 1,97| s = 0,07 s
= 0,13 s
∆ = 0,13 s
3) Angka berarti
0,13
= 100% = 6,6 % = 2
1,97
4) Hasil pengukuran dilaporkan
= |2,0 ± 0,13| s
b. Dari O ke B
= |22,00 ± 0,05| cm
1) Hasil pengukuran
3,4 + 3,4 + 3,3
̅=
3
10,1
̅= s
3
̅ = 3,37 s
= 3,37 s
2) Ketidakpastian
δ = |3,4 − 3,37| s = 0,03 s
δ = |3,4 − 3,37| s = 0,03 s
δ = |3,3 − 3,37| s = 0,07 s
= 0,07 s
∆ = 0,07 s
3) Angka berarti
0,07
= 100% = 2,08 % = 3
3,37
4) Hasil pengukuran dilaporkan
= |3,37 ± 0,0700| s
c. Dari O ke C
= |33,00 ± 0,05| cm
1) Hasil pengukuran
5,1 + 5,1 + 5,1
̅=
3
15,3
̅= s
3
̅ = 5,1 s
= 5,1 s
2) Ketidakpastian
δ = |5,1 − 5,1| s = 0 s
δ = |5,1 − 5,1| s = 0 s
δ = |5,1 − 5,1| s = 0 s
Karena δ = 0, maka kembali pada ketidakpastian alat
∆ = 0,1 s
3) Angka berarti
0,1
= 100% = 1,96 % = 3
5,1
4) Hasil pengukuran dilaporkan
= |5,10 ± 0,0100| s
d. Dari O ke D
= |44,00 ± 0,05| cm
1) Hasil pengukuran
6,9 + 6,8 + 6,8
̅=
3
20,5
̅= s
3
̅ = 6,83 s
= 6,83 s
2) Ketidakpastian
δ = |6,9 − 6,83| s = 0,07 s
δ = |6,8 − 6,83| s = 0,03 s
δ = |6,8 − 6,83| s = 0,03 s
= 0,07 s
∆ = 0,07 s
3) Angka berarti
0,07
= 100% = 1,025 % = 3
6,83
4) Hasil pengukuran dilaporkan
= |6,83 ± 0,0700| s
2. Pada ketinggian 10,00 cm
ℎ = |10,00 ± 0,05| cm
a. Dari O ke A
= |11,00 ± 0,05| cm
1) Hasil pengukuran
1,5 + 1,5 + 1,5
̅=
3
4,5
̅= s
3
̅ = 1,5 s
= 1,5 s
2) Ketidakpastian
δ = |1,5 − 1,5| s = 0 s
δ = |1,5 − 1,5| s = 0 s
δ = |1,5 − 1,5| s = 0 s
Karena δ = 0, maka kembali pada ketidakpastian alat
∆ = 0,1 s
3) Angka berarti
0,1
= 100% = 6,67 % = 2
1,5
4) Hasil pengukuran dilaporkan
= |1,5 ± 0,10| s
b. Dari O ke B
= |22,00 ± 0,05| cm
1) Hasil pengukuran
2,7 + 2,6 + 2,6
̅=
3
7,9
̅= s
3
̅ = 2,63 s
= 2,63 s
2) Ketidakpastian
δ = |2,7 − 2,63 | s = 0,07 s
δ = |2,6 − 2,63 | s = 0,03 s
δ = |2,6 − 2,63 | s = 0,03 s
= 0,07 s
∆ = 0,07 s
3) Angka berarti
0,07
= 100% = 2,67 % = 3
2,63
4) Hasil pengukuran dilaporkan
= |2,63 ± 0,0700| s
c. Dari O ke C
= |33,00 ± 0,05| cm
1) Hasil pengukuran
3,9 + 4,0 + 4,0
̅=
3
11,9
̅= s
3
̅ = 3,97 s
= 3,97 s
2) Ketidakpastian
δ = |3,9 − 3,97| s = 0,07 s
δ = |4,0 − 3,97| s = 0,03 s
δ = |4,0 − 3,97| s = 0,03 s
= 0,07 s
∆ = 0,07 s
3) Angka berarti
0,07
= 100% = 1,76 % = 3
3,97
4) Hasil pengukuran dilaporkan
= |3,97 ± 0,0700| s
d. Dari O ke D
= |44,00 ± 0,05| cm
5) Hasil pengukuran
5,1 + 5,1 + 5,1
̅=
3
15,3
̅= s
3
̅ = 5,1 s
= 5,1 s
6) Ketidakpastian
δ = |5,1 − 5,1| s = 0 s
δ = |5,1 − 5,1| s = 0 s
δ = |5,1 − 5,1| s = 0 s
Karena δ = 0, maka kembali pada ketidakpastian alat
∆ = 0,1 s
7) Angka berarti
0,1
= 100% = 1,96 % = 3
5,1
8) Hasil pengukuran dilaporkan
= |5,10 ± 0,0100| s
B. Kecepatan
∆⃗ ℎ
⃗= =
∆
∆⃗
⃗=
∆
⃗ = ∆ .∆
⃗ ⃗
⃗= ⃗+
∆⃗ ∆
⃗ ⃗
∆⃗= ∆∆ ⃗ + ∆∆
∆⃗ ∆
(∆ ⃗. ∆ ) (∆ ⃗. ∆ )
∆⃗= ∆∆ ⃗ + ∆∆
∆⃗ ∆
∆ ⃗ = |∆ . ∆∆ ⃗| + |∆ ⃗. ∆∆ |
∆⃗ ∆ . ∆∆ ⃗ + ∆ ⃗. ∆∆
=
⃗ ∆ ⃗. ∆
∆∆ ⃗ ∆∆
∆⃗= +
∆⃗ ∆
∆∆ ⃗ ∆∆
∆⃗= + ⃗
∆⃗ ∆
∆∆ ⃗
∆⃗= + ∆ . ∆∆ ⃗
∆⃗
∆⃗
KR = ×100%
⃗
⃗=|⃗± ⃗| /
1. Pada ketinggian 5,00 cm
ℎ = |5,00 ± 0,05| cm
a. Dari O ke A
= |11,00 ± 0,05| cm
1) Hasil perhitungan
11,00
⃗ = = 5,58 /
1,97
2) Kesalahan
0,05
∆⃗ = + 1,97 s . 0,13 s 5,58 /
11,00
∆⃗ = |0,004545 + 0,2561|5,58 /
∆⃗ = |0,260645|5,58 /
∆⃗ = 1,454 /
3) Kesalahan relatif
1,454 cm/s
KR = ×100%
5,58 cm/s
KR = 0,2606×100% = 26% = 2
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |5,6 ± 1,5| / atau
⃗ = |5,6. 10 ± 1,5. 10 | /
b. Dari O ke B
= |22,00 ± 0,05| cm
1) Hasil perhitungan
22,00
⃗ = = 6,53 /
3,37
2) Kesalahan
0,05
∆⃗ = + 3,37 s . 0,07 s 6,53 /
22,00
∆⃗ = |0,00227 + 0,2359|6,53 /
∆⃗ = |0,23817|6,53 /
∆⃗ = 1,555 /
3) Kesalahan relatif
1,555 cm/s
KR = ×100%
6,53 cm/s
KR = 0,238×100% = 23,8% = 2
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |6,5 ± 1,6| / atau
⃗ = |6,5. 10 ± 1,6. 10 | /
c. Dari O ke C
= |33,00 ± 0,05| cm
1) Hasil perhitungan
33,00
⃗ = = 6,47 /
5,1
2) Kesalahan
0,05
∆⃗ = + 5,1 s . 0,1 s 6,47 /
33,00
∆⃗ = |0,00152 + 0,51|6,47 /
∆⃗ = |0,51152|6,47 /
∆⃗ = 3,3095 /
3) Kesalahan relatif
3,3095 cm/s
KR = ×100%
6,47 cm/s
KR = 0,5115×100% = 51,2% = 1
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |6 ± 3 | / atau
⃗ = |6. 10 ± 3. 10 | /
d. Dari O ke D
= |44,00 ± 0,05| cm
1) Hasil perhitungan
44,00
⃗ = = 6,44 /
6,83
2) Kesalahan
0,05
∆⃗ = + 6,83 s . 0,07 s 6,44 /
44,00
∆⃗ = |0,001136 + 0,4781|6,44 /
∆⃗ = |0,479236|6,44 /
∆⃗ = 3,086 /
3) Kesalahan relatif
3,086 cm/s
KR = ×100%
6,44 cm/s
KR = 0,4792×100% = 47,9% = 1
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |6 ± 3 | / atau
⃗ = |6. 10 ± 3. 10 | /
2. Pada ketinggian 10,00 cm
ℎ = |10,00 ± 0,05| cm
a. Dari O ke A
= |11,00 ± 0,05| cm
1) Hasil perhitungan
11,00
⃗ = = 7,33 /
1,5
2) Kesalahan
0,05
∆⃗ = + 1,5 s . 0,13 s 7,33 /
11,00
∆⃗ = |0,004545 + 0,195|7,33 /
∆⃗ = |0,260645|7,33 /
∆⃗ = 0,453 /
3) Kesalahan relatif
0,453 cm/s
KR = ×100%
1,738 cm/s
KR = 0,2606×100% = 26% = 2
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |1,7 ± 0,45| / atau
⃗ = |1,7. 10 ± 4,5. 10 | /
b. Dari O ke B
= |22,00 ± 0,05| cm
1) Hasil perhitungan
22,00
⃗ = = 8,37 /
2,63
2) Kesalahan
0,05
∆⃗ = + 2,63 s . 0,07 s 8,37 /
22,00
∆⃗ = |0,00227 + 0,1841|8,37 /
∆⃗ = |0,18637|8,37 /
∆⃗ = 1,5599 /
3) Kesalahan relatif
1,5599 cm/s
KR = ×100%
2,63 cm/s
KR = 0,59311×100% = 59,3% = 1
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |3 ± 2 | / atau
⃗ = |3. 10 ± 2. 10 | /
c. Dari O ke C
= |33,00 ± 0,05| cm
1) Hasil perhitungan
33,00
⃗ = = 8,31 /
3,97
2) Kesalahan
0,05
∆⃗ = + 3,97 s . 0,07 s 8,31 /
33,00
∆⃗ = |0,00152 + 0,2779|8,31 /
∆⃗ = |0,27942|8,31 /
∆⃗ = 2,322 /
3) Kesalahan relatif
2,322 cm/s
KR = ×100%
8,31 cm/s
KR = 0,27942×100% = 27,9% = 2
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |8,3 ± 2,3| / atau
⃗ = |8,3. 10 ± 2,3. 10 | /
d. Dari O ke D
= |44,00 ± 0,05| cm
1) Hasil perhitungan
44,00
⃗ = = 8,627 /
5,1
2) Kesalahan
0,05
∆⃗ = + 5,1 s . 0,1 s 8,627 /
44,00
∆⃗ = |0,001136 + 0,51|8,627 /
∆⃗ = |0,511136|8,627 /
∆⃗ = 4,40957 /
3) Kesalahan relatif
4,40957 cm/s
KR = ×100%
8,627 cm/s
KR = 0,51114×100% = 51,1% = 1
4) Hasil pengukuran dilaporkan
⃗ = |9 ± 4 | / atau
⃗ = |9. 10 ± 4. 10 | /
C. Plot grafik hubungan antara jarak tempuh dan waktu tempuh
1. Pada ketinggian 5,00 cm
50
45 y = 6,7278x - 1,5473
R² = 0,9975
40
35
jarak tempuh (cm)
30
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
waktu tempuh (s)
cm/s dan pada ketinggian 10,00 cm adalah 9,167 m/s yang sama-sama mendekati
nilai kecepatan pada fungsi y yaitu 6,7278 cm/s dan 9,0501 cm/s.
Sehingga kedua plot grafik menunjukkan bahwa gerak gelembung merupakan
gerak lurus beraturan dengan lintasan yang lurus (tidak berkelok maupun belok),
tak ada perubahan kecepatan terhadap waktu, sehingga kecepatannya konstan, dan
percepatannya pun sama dengan nol
suatu benda bergerak lurus pada waktu ti berada pada posisi xi dan pada
waktu tf berada pada posisi xf. Benda tersebut mengalami perpindahan
xf - xi. Kecepatan rata-rata benda tersebut dalam interval waktu tf – ti
adalah = . Kelajuan rata-rata berdasarkan pada jarak, sedangkan