Anda di halaman 1dari 21

FLETCHERS TROLLEY

ABSTRAK
Praktikum yang dilakukan ini berjudul “Fletchers Trolley”. Pada praktikum ini
yang bertujuan untuk menentukan dengan menghitung gerak dengan percepatan uniform
(konstan). Untuk melakukan praktikum Fletchers Trolley ini terdapat beberapa Langkah
yang harus diikuti untuk mengikuti prosedur yang berlaku. Langkah pertama adalah
rangkaian 1 disusun dan peralatan dihubungkan ke tegangan. Langkah kedua, waktu
yang diperlukan antara A dan B atau S dicatat, dan diulangi sebanyak 5 kali. Langkah
ketiga, untuk percobaan kedua rangkaian 2 disusun. Jarak B-C atau S’ tetap ditentukan
dan penyangga bandul diatur agar pada waktu kereta menyentuh small contact plate.
langkah keempat, waktu yang diperlukan (t’) untuk jarak S’ dicatat dengan jarak (S)
yang berubah-ubah seperti langkah kedua, dan diulangi 5 kali. Dan yang terakhir, jarak
A-B atau B-C (S atau S’) ditentukan oleh asisten. Untuk menentukan besar nilai
percepatan, kecepatan, dan perlambatan pada data hasil perhitungan ini tentunya ada
teori yang dipakai untuk menjadi dasar dari sebuah percobaan. Dasar teori yang paling
penting adalah prinsip Gerak Lurus Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah
Beraturan (GLBB). Untuk kondisi GLBB ini terjadi pada lintasan dipercepat dan
diperlambat. Sedangkan untuk kondisi GLB terjadi pada lintasan gerak konstan yang
diberi jarak 10 cm. Pada kondisi konstan ini juga termasuk dengan Hukum I Newton
yang menyatakan nilai percepatan sebesar nol. Lalu, dengan hukum II Newton,
menyatakan bahwa percepatan dipengaruhi oleh jumlah gaya dibagi dengan massa.
Berarti bahwa nilai percepatan maupun perlambatan nilainya sama disetiap variasi jarak.
Ini terbukti benar pada data rata-rata perlambatan di setiap table. Dimana setiap
keadaaan menunjukkan bahwa nilai rata-rata perlambatan sebesar 0,06 m/s2. Namun
tidak dengan percepatan dan kecepatan yang memilki perbedaan nilai yang dikarenakan
adanya factor error yang terlibat.
Kata kunci : Fletchers Trolley, GLB, GLBB, Kecepatan, Percepatan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu fisika merupakan ilmu yang mendasari segala peristiwa yang terjadi. Oleh
karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam keseharian manusia pasti menemui
penerapan ilmu fisika dalam segala bentuk dan aspek. Gerak merupakan salah satu
prinsip fisika dasar yang selalu dapat diamati dalam keseharian manusia. Setiap
benda, bahkan setiap manusia pasti mengalami gerak. Oleh karena itu, adalah penting
mempelajari ilmu fisika gerak. Sebuah benda yang mengalami perpindahan dari keadaan
semula dikatakan bahwa benda tersebut bergerak. Perpindahan itu sendiri dapat terjadi
karena adanya gaya yang bekerja pada benda tersebut. Setelah beberapa saat setelah
gaya tersebut dihilangkan, benda masih tetap bergerak sampai jarak tertentu. Kecepatan
yang dialami benda setelah gaya tersebut dihilangkan disebut dengan kecepatan sisa.
Dalam setiap aktivitas yang dilakukan tidak terlepas dari gerak. Benda bergerak
terjadi karena adanya suatu gaya yang bekerja pada benda tersebut. Setelah beberap
saat , gaya tersebut akan hilang. Maka yang terjadi yaitu benda masih akan terus
bergerak sampai dengan jarak tertentu. Gerak dengan percepatan konstan terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi ketika benda dijatuhkan, objek yang dijatuhkan ke
bawah mempunyai percepatan konstan. Contohnya sebelum pesawat take off. Dalam
percobaan ini, Fletchers Trolley sering digunakan dalam menganalisis hubungan antara
perpindahan , kecepatan , posisi, dan percepatan. Dalam ilmu fisika dasar, dipelajari
beberapa jenis gerak. Salah satunya adalah gerak lurus berubah beraturan. Untuk
mempelajari jenis ini, dilakukan Percobaan Fletcher’s Trolley yang melibatkan
kecepatan, percepatan, jarak dan waktu. Khususnya, dalam percobaan Fletchers
Trolley ini terlibat percepatan konstan yang menjadi fokus utama dalam gerak
lurus berubah beraturan. Untuk dapat mengaplikasikan suatu teori dengan baik,
perlu pemahaman yang baik terhadap teori tersebut. Oleh karena itu percobaan ini
perlu dilakukan untuk memperdalam dan mengetahui pemahaman sistem gerak dengan
percepatan konstan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dibahas, disebutkan bahwa percobaan Fletchers
Trolley ini terlibat percepatan konstan yang menjadi fokus utama dalam gerak
lurus berubah beraturan. Oleh karena itu, dapat dirumuskan sebuah permasalahan yaitu
“Bagaimana cara menghitung gerak dengan percepatan uniform (konstan) ?”.

1.3 Tujuan
Praktikum ini melakukan percobaan Fletchers Trolley. Dimana tujuan dari
praktikum kali ini adalah menghitung gerak dengan percepatan uniform (konstan).
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Posisi, Jarak, dan Perpindahan
2.1.1 Posisi
Posisi adalah lokasi benda dalam sumbu koordinat. Jadi, sebelum menentukan
posisi maka sumbu koordinat harus ditetapkan terlebih dahulu. Benda pada tempat yang
sama memiliki posisi yang berbeda jika kita menggunakan sumbu koordinat yang
berbeda. Posisi adalah vektor yang berpangkal dari pusat koordinat ke lokasi benda.
Pusat koordinat adalah titik potong semua sumbu kordinat. (Abdullah, 2016)
Jika lokasi benda diproyeksikan secara tegak lurus ke masing-masing sumbu
koorinat maka kita peroleh tiga parameter. Kondisi vektor yang merepresentasikan
keberadaan satu titik terhadap titik lainnya yang bisa dijabarkan. Yaitu dengan koordinat
kartesius, dengan titik (0,0). Dimana titik yang selain dua titik tersebut namun masih
berkolerasi atau salah satu dari dua titik tersebut. Jika proyeksi tersebut memotong
masing-masing sumbu koordinat pada lokasi x, y, dan z maka kita katakan posisi benda
adalah
R=ix+jy+kz…………………………………...(2.1)
2.1.2 jarak
Jarak tempuh adalah jarak sebenarnya yang ditempuh benda ketika bergerak dari
satu titik ke titik lainnya. Misal dari Bandung ke Jakarta. Jarak tempuh kendaraan adalah
140 km kalau melalui jalan tol. Tetapi kalau melalui Cianjur-Puncak atau Purwakarta
atau Cianjur-Sukabumi maka jarak tempuh lebih besar. Makin banyak tikungan yang
dilewati benda untuk beripindah dari satu titik ke titik lainnya maka jarak tempuh akan
makin banyak. (Abdullah, 2016) page 112
Jarak adalah angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda berubah posisi
melalui suatu lintasan tertentu. Dalam fisika atau dalam pengertian sehari-hari, jarak
mampu berupa estimasi jarak fisik dari dua buah posisi berdasarkan kriteria tertentu.
Dalam aspek matematika, jarak haruslah memenuhi kriteria tertentu. Berbeda dengan
koordinat posisi, jarak tidak mungkin mempunyai nilai negatif. Jarak merupakan besaran
skalar, sedangkan perpindahan merupakan besaran vektor.
2.1.3 Perpindahan
Adanya perubahan posisi benda merupakan fenomena yang penting bagi manusia.
Perubahan posisi benda didefinisikan sebagai perpindahan. Perpindahan diformulasikan
sebagai berikut. Misalkan sebuah vector mula-mula berada di titik A dengan vector
posisi r1. Beberapa saat berikutnya, benda tersebut berada pada titik B dengan vector
posisi r2. Maka perpindahannya adalah selisih dari r2 dan r1. (Abdullah, 2016) page 100
Secara matematis, perpindahan dapat dituliskan sebagai berikut.

…………………………………….(2.2)
Tampak dari Gambar 2.1 bahwa, vektor perpindahan dr21 adalah vektor yang
pangkalnya berada di ujung vector r1. dan kepalanya berada di ujung vektor r2.

GAMBAR 2.1 Vektor Perpindahan

2.2 Kecepatan
Kecepatan adalah suatu besaran vector yang biasanya direpresentasikan sebagai
symbol v. Variabel v benar-benar mewakili kecepatan, tetapi kecepatan sebenarnya juga
memiliki arah yang terkait dengannya, di mana kelajuan tidak. Oleh karena itu,
kecepatan adalah vector. Vektor memiliki besar dan arah, jadi dengan kecepatan, Anda
tidak hanya tahu seberapa cepat Anda bergerak, tetapi juga ector mana. Kecepatan
hanyalah besaran (jika Anda memiliki ector kecepatan tertentu, sebenarnya, kecepatan
adalah besaran ector itu), jadi Anda melihatnya diwakili oleh istilah v. (Holzner, 2006)
Kecepatan ini juga diketahui terdapat dua jenis yaitu kecepatan rata-rata dan kecepatan
sesaat.
2.2.1 kecepatan rata-rata
Kecepatan rata-rata ( v ) didefinisikan sebagai perbandingan perpindahan benda
dengan selang waktu. Kecepatan rata-rata adalah besaran ector dengan arahnya sama
dengan arah ector perpindahannya. Kecepatan rata-rata menggambarkan kecepatan
efektif keseluruhan suatu ector. Jika lintasan benda berupa garis lurus, ector untuk
kecepatan rata-rata dapat diperoleh dengan mudah. Metode lain untuk memperoleh
kecepatan rata-rata adalah dengan mengintegrasikan kecepatan sesaat dengan waktu
untuk perjalanan. Ini menghasilkan jarak yang ditempuh oleh objek. Dengan membagi
kuantitas ini dengan waktu yang dibutuhkan untuk perjalanan, kecepatan rata-rata dapat
dihitung. Kecepatan rata-rata dapat dinyatakan dalam persamaan :

………………………….(2.3)

2.2.2 kecepatan sesaat


Kecepatan suatu benda ada suatu saat atau pada satu titik di lintasannya disebut
kecepatan sesaat (v). Atau kecepatan sesaat dapat didefinisikan pula sebagai kecepatan
rata-rata pada limit ∆t yang menjadi sangat kecil, mendekati nol. Kecepatan sesaat yakni
adalah kecepatan rata-rata yang waktu tempuhnya mendekati nol. Karena kecepatan
sesaat terjadi pada waktu yang terbatas/ pendek, maka kelajuan sesaat merupakan
besar/nilai dari kecepatan sesaat. Dengan demikian kecepatan sesaat dapat dituliskan
sebagai berikut :

………………………………….(2.4)

2.3 Percepatan
Apabila kecepatan suatu benda berubah terus selama gerak belangsung, maka
benda tersebut dikatakan bergerak dengan gerak yang dipercepat atau mempunyai
percepatan. Jadi percepatan menyatakan seberapa cepat kecepatan sebuah benda
berubah. Umumnya, percepatan dilihat dan diteliti sebagai gerak-gerak yang dibuat
suatu obyek yang makin cepat ataupun lambat. Namun percepatan yaitu besaran ector,
sehingga percepatan memiliki besaran dan arah. Dengan kata lain, obyek yang
membelok (misalnya mobil yang sedang menikung)-pun memiliki percepatan juga.
(Lubis, 2008)
Percepatan ini diketahui terdapat dua jenis yaitu percepatan rata-rata dan percepatan
sesaat.
2.3.1 percepatan rata-rata
Percepatan rata-rata didefinisikan sebagai perbandingan antara perubahan
percepatan dengan selang waktu. Hal ini dapat dinyatakan dalam persamaan berikut
yang menyatakan Av adalah perubahan kecepatan dan At adalah selang waktu.
Kecepatan rata-rata adalah besaran vector. Sehingga percepatan ini mempunyai besar
dan arah. Berikut diberikan persamaan untuk percepatan rata-rata.

………………………………..(2.5)

2.3.2 percepatan sesaat


Percepatan sesaat suatu benda, yaitu percepatannya pada saat tertentu atau pada
suatu titik tertentu lintasannya didefinisikan seperti cara mendefinisikan kecepatan
sesaat. Arah percepatan sesaat ialah arah limit dari ector perubahan kecepatan yaitu ∆v.
Percepatan sesaat adalah limit dari percepatan rata-rata dengan selang waktu mendekati
nol. Ketika percepatan sesaat selalu sama, percepatannya akan tetap (konstan). Berikut
diberikan persamaan untuk percepatan sesaat.

…………………………………(2.6)

2.4 Gerak Lurus Beraturan


Gerak Lurus Beraturan (GLB) adalah gerak suatu benda yang lintasannya lurus
dengan kecepatan tetap, maka percepatannya sama dengan nol. Gerak beraturan, yaitu
gerak yang kecepatannya tidak berubah, v´x = vx = konstan. Suatu benda dikatakan
mengalami gerak lurus beraturan jika lintasan yang ditempuh oleh benda itu berupa garis
lurus. Jugs kecepatannya selalu tetap setiap saat. Sebuah benda yang bergerak lurus
menempuh jarak yang sama untuk selang waktu yang sama. (Lubis, 2008) page 20-21

Sehingga persamaan geraknya adalah :


X = v.t………………………………………(2.7)

Sehingga jika gambar grafik v-t dan x-t dapat dilihat pada Gambar 3. Karena v konstan
maka v1 = v2 yang artinya x1/t1 = x2/t2.

GAMBAR 2.2 Garfik GLB

2.5 Gerak Lurus Berubah Beraturan


Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) merupakan gerak lurus dengan
percepatan konstan (Gambar 4). Dimana kecepatan berubah teratur selama gerak
berlangsung. Grafik v-t pada Gambar 5.a membetuk garis lurus yang berarti besar
pertambahan kecepatan rata-rata sama besar dalam selang waktu yang sama besar pula.
Sedangkan Gambar 5.b menggambarkan kebalikannya. Dimana pengurangan kecepatan
rata-rata sama besar dalam selang watu yang sama besar pula. (Lubis, 2008) page 21
GAMBAR 2.3 dan 2.4 Grafik GLBB
Kemiringan tali busur antara sembarang dua titik pada gambar 5, sama dengan
miring disembarang titik dan percepatan rata-rata sama besar dengan percepatan sesaat.
Jika misalkan t1 = t0 = 0 dan t2 = tt = sembarang waktu t. Dan v1 = v0 merupakan
kecepatan pada saat t = 0 (dimana v0 disebut dengan kecepatan awal) dan v2 = vt adalah
kecepatan pada waktu t. Maka persamaan (3) percepatan rata-rata (a) dapat diganti
dengan percepatan konstan a, yaitu :

……………………..(2.8)
Sehingga persamaan di atas dapat dinyatakan sebagai :
………………..……………….(2.9)

………………………………….(2.10)
Persamaan (6) berarti bahwa percepatan a ialah perubahan kecepatan rata-rata
atau perubahan kecepatan per satuan waktu. Dimana ariable at merupakan hasil kali
perubahan kecepatan per satuan waktu (a) dengan lamanya selang waktu (t). Maka at
sama dengan total perubahan kecepatan. Jika a = konstan, maka untuk menentukan
perpindahan sebuah partikel dapat dipergunakan fakta bahwa bila percepatan konstan
maka kecepatan rata-rata dalam sembarang selang waktu sama dengan setengah dari
jumlah kecepatan awal dan kecepatan akhir partikel tersebut pada selang waktu itu.
Sehingga kecepatan rata-rata antara nol dan t adalah :

…………………………………(2.11)
Berdasarkan persamaan (6) di atas, maka persamaan (8) menjadi :

………………………………..(2.12)
Jika untuk sebuah partikel yang berada di titik pangkal pada saat t = 0, maka koordinat x
pada sembarang waktu t ialah :
……………………………………(2.13)

Dimana v merupakan kecepatan rata-rata, maka persamaan diatas akan menjadi :


…………………………………(2.14)

……………………………..(2.15)

2.6 Hukum 1 Newton


Hukum pertama Newton adalah kasus khusus tanpa pengaruh eksternal atau gaya
nol pada benda. Hanya merupakan pernyataan kembali prinsip inersia. Artinya, jika gaya
total yang bekerja pada suatu benda adalah nol, benda akan tetap diam jika awalnya
diam. Sehingga akan terus bergerak dengan kecepatan konstan jika awalnya bergerak.
(Satriawan, 2012) page 30
Penjelasan tersebut sesuai dengan Hukum I Newton yang berbunyi "Jika resultan
gaya pada suatu benda sama dengan nol, maka benda yang mula-mula diam akan terus
diam. Sedangkan, benda yang mula-mula bergerak, akan terus bergerak dengan
kecepatan tetap". Pada hukum Newton I ini sifat benda yang cenderung
mempertahankan keadaannya disebut dengan sifat kelembaman atau inersia. Hukum
Newton 1 lantas disebut pula Hukum Kelembaman. Hukum Newton 1 juga menyatakan,
apabila resultan gaya yang bekerja pada suatu benda sama dengan nol, benda yang
awalnya diam akan selamanya diam. Sementara benda yang awalnya bergerak lurus
beraturan juga akan selamanya lurus beraturan dalam kecepatan tetap.
Secara matematis, hukum Newton I dapat dituliskan sebagai berikut.
∑ F=0……………………………………..(2.16)

2.7 Hukum 2 Newton


Hukum kedua Newton ini dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang terjadi
pada benda yang memiliki gaya total yang bekerja padanya. Dari Hukum Newton II ini,
menyebutkan bahwa percepatan suatu benda berbanding lurus dengan gaya total yang
bekerja padanya. Selain itu, percepatan pada sebuah objek ini juga akan berbanding
terbalik dengan massa bendanya. (Serway dan Vuille, 2012)
Hasil eksperimen Newton menunjukkan bahwa gaya yang diberikan pada suatu
benda menyebabkan benda tersebut mengalami perubahan kecepatan. Ketika gaya
searah dengan gerak benda, kecepatannya bertambah, dan ketika gaya berlawanan
dengan arah gerak benda, kecepatannya berkurang. Melalui hukum ini, gaya benda
menjadi semakin besar ketika mendapatkan dorongan gaya searah laju arah benda
tersebut. Sebaliknya, jika diberikan gaya berlawanan (gaya tolak) melawan gaya benda
itu, laju gaya akan melambat atau mengecil karena terjadi perubahan kecepatan dan
perubahan laju. Besar kecilnya perlambatan atau percepatan yang diberikan pada benda
maka memengaruhi arah gerak benda.
Secara matematis, Hukum Newton II ini dapat dituliskan sebagai berikut.
∑ F=m. a………………………………….(2.17)
Dengan penjelasan m adalah massa benda dengan satuan kilogram (Kg), dan a
adalah percepatan dengan satuan meter per sekon kuadrat (m/s^2)

2.8 Gaya Berat


Untuk semua benda yang dekat permukaan bumi, percepatan gravitasi yang
dialami benda dianggap sama. Sehingga berat benda sebanding dengan massanya. Besar
gaya berat pada sebuah benda yang dekat dengan permukaan bumi diberikan oleh
persamaan gaya berat. Untuk benda jauh dari permukaan bumi, harus digunakan
perumusan percepatan gravitasi yang diperoleh dari hukum gravitasi universal.
(satriawan, 2012) page 32
Untuk lebih jelas tentang definisi gaya berat, berikut diberikan persamaan gaya berat.
W=m.g……………………………………(2.18)

Gaya Berat adalah gaya tarik bumi yang bekerja pada suatu benda. Berat suatu
benda adalah besarnya gaya tarik bumi yang bekerja pada benda tersebut. Hukum dasar
gaya berat dinyatakan oleh Newton pada tahun 1687 yang dikenal sebagai hukum
Gravitasi Newton. Hukum ini menyatakan bahwa gaya Tarik antara 2 massa adalah
sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
keduanya. Untuk memperoleh nilai gaya berat absolut dilakukan pengukuran gaya berat
yang diikatkan dengan sistem yang sudah ada yang dikenal sebagai Sistem Postdam.
Sistem ini merupakan jaringan stasiun gayaberat yang dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pengkuran gayaberat relative di suatu tempat di permukaan bumi ini.

2.9 Gaya Normal


Gaya yang menekan benda ke tanah hanyalah beratnya, atau mg. Tanah menekan
kembali dengan kekuatan yang sama. Gaya yang mendorong ke atas terhadap batangan
disebut gaya normal, dan simbolnya adalah N. Gaya normal tidak harus sama dengan
gaya gravitasi — itu adalah gaya yang tegak lurus terhadap permukaan tempat benda
meluncur. Dengan kata lain, gaya normal adalah gaya yang mendorong kedua
permukaan bersama-sama, dan semakin kuat gaya normal, semakin kuat gaya akibat
gesekan. (Holzner, 2006) page 100
Arah gaya normal selalu tegak lurus terhadap permukaan yang bersentuhan
(bidang singgung) dengan benda tersebut. Besar kecilnya gaya normal tergantung pada
besar kecilnya gaya tekanan terhadap permukaan kontak (bidang singgung). Jadi jika
tangan kita menekan permukaan sebuah meja dengan gaya tekan yang besar. Sehingga
gaya normal yang ditimbulkan akan besar. Sedangkan jika kita menekan dengan lembut,
maka gaya normal yang ditimbulkan juga akan kecil.

GAMBAR 2.5 GAYA NORMAL

2.10 Gaya Tegangan Tali


Gaya arik yang bekerja di sepanjang konektor fleksibel yang diregangkan, seperti
tali atau kabel, disebut tegangan. Ketika seutas tali menopang berat benda yang diam,
tegangan tali sama dengan berat benda. Jika benda dipercepat, tegangan lebih besar dari
berat, dan jika diperlambat, tegangan lebih kecil dari berat. Tegangan tali ini
disimbolkan dengan T. Tegangan tali yang menopang benda bermassa m dalam keadaan
diam. (Ling, 2016) page 263-264
Suatu benda yang dihubungkan dengan tali dan digantungkan secara vetikal
maupun ditarik secara horizontal maka selalu bekerja gaya tegangan tali. Arah gaya
tegangan tali ini bergantung pada benda yang ditinjau, bisa ke atas, ke bawah, ke kanan,
ke kiri maupun membentuk sudut tertentu. Salah satu contoh permasalahan tegangan tali
terdapat pada system katrol. Jika sebuah benda bermassa m dihubungkan tali pada katrol
licin kemudian ditarik dengan gaya F, maka benda tersebut bekerja dua gaya yaitu gaya
tegangan tali T dan gaya berat w, jika F > w maka benda bergerak ke atas sehingga
berlaku Hukum II Newton.

GAMBAR 2.6 tegangan tali pada system katrol


BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Dalam praktikum Fletchers Trolley ini, terdapat beberapa alat dan bahan yang
diperlukan. Alat dan bahan yang diperlukan diantaranya adalah satu set Fletchers
Trolley yang berfungsi sebagai jalan atau jalur untuk objek yang akan diamati. Lalu,
dibutuhkan satu set holding magnet yang berguna untuk menempelkan massa atau beban
yang akan digunakan. Satu buah stop clock yang berfungsi sebagai melihat waktu yang
dibutuhkan oleh trolley Ketika bergerak dari jarak tertentu ke jarak tertentu. Satu buah
Small Contact Plate yang berfungsi untuk indicator atau penanda jika trolley sampai
pada jarak tertentu dan mengenai plate, otomatis stopclock akan berhenti. Lalu, satu
buah Power Supply tegangan rendah yang berguna untuk sumber tegangan pada system
fletchers trolley. Satu buah morse key yang berfungsi sebagai tempat atau wadah dari
magnet. Dan yang terakhir dibutuhkan satu set atau 8 buah kabel penghubung yang
berguna untuk media yang menghubungkan alat satu dengan alat lainnya.

3.2 Skema Alat


Berikut dipaparkan skema alat untuk praktikum Fletchers Trolley.

GAMBAR 3.1 Rangkaian 1 Percobaan Fletchers Trolley


GAMBAR 3.2 Rangkaian 2 Percobaan Fletchers Trolley

3.3 Langkah Kerja


Untuk melakukan praktikum Fletchers Trolley ini terdapat beberapa Langkah
yang harus diikuti untuk mengikuti prosedur yang berlaku. Langkah kerja yang pertama
adalah rangkaian 1 pada gambar 3.1 disusun dan peralatan dihubungkan ke tegangan
PLN dengan ditanyakan ke asisten. Langkah kedua, waktu yang diperlukan untuk
menempuh jarak abtara A dan B atau S dicatat, dan diulangi sebanyak 5 kali. Langkah
ketiga, untuk percobaan kedua rangkaian 2 pada gambar 3.2 disusun. Jarak B-C atau S’
tetap ditentukan dan penyangga bandul diatur agar pada waktu kereta menyentuh small
contact plate, beban telah disangga oleh penyangga. langkah keempat, waktu yang
diperlukan (t’) untuk jarak S’ dicatat dengan jarak (S) yang berubah-ubah seperti
langkah kedua, dan diulangi sebanyak 5 kali. Dan yang terakhir, jarak A_B atau B-C (S
atau S’) ditentukan oleh asisten.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data
Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil data dari percobaan
Fletchers Trolley. Data yang didapat berupa table yang berisikan informasi data pada
kondisi benda bergerak dipercepat, konstan, dan diperlambat. Dimana didalamnya
mencangkup nilai waktu, kecepatan, dan percepatan. Variasi yang dilakukan pada
percobaan ini adalah dengan mengubah jaraknya. Variasi yang dipakai adalah 30 cm, 35
cm, dan 40 cm. Dengan jarak untuk gerak konstan sepanjang 10 cm. Berikut disajikan
hasil data berupa tabel pada percobaan ini.
TABEL 4.1 Data Hasil Pengukuran Fletchers Trolley dengan Lintasan gerak dipercepat
30 cm.
TABEL 4.2
TABEL 4.3

4.2 Analisa Perhitungan


Dari data-data yang telah diperoleh itu, selanjutnya akan dianalisis besar nilai
percepatan, perlambatan, v1 (kecepatan akhir pada lintasan percepatan), v2 (kecepatan
pada lintasan konstan), dan v0 (kecepatan awal pada lintasan perlambatan). Dikarenakan
V2 adalah kecepatan pada lintasan konstan, dan setelah bergerak konstan benda
mengalami perlambatan. Berrarti nilai V0 pada lintasan diperlambat akan sama dengan
kecepatan pada lintasan konstan (v2). Untuk menghitung semua variable yang dicari,
digunakan prinsip Gerak Lurus Berarturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan
(GLBB). Untuk sampel perhitungan diambil dari data table 4.1 pada perulangan ke-5.
CORETANNYA CUY
Itulah perhitungan yang digunakan untuk menentukan nilai-nilai variable yang dicari.
Sehingga didapatkan informasi yang disajikan pada table 4.1, 4.2 dan 4.3.
4.3 Grafik
Setelah didapatkan semua nilai, dapat dibuat beberapa grafik. Dimana untuk
percepatan dan perlambatan mencangkup tiga grafik diantaranya jarak terhadap waktu,
jarak terhadap percepatan, dan percepatan terhadap waktu. Sedangkan untuk gerak
konstan juga mencangkup tiga grafik, diantaranya grafik jarak terhadap waktu,
kecepatan terhadap jarak, dan kecepatan terhadap waktu. Berikut dibawah ini
dipaparkan semua grafik pada praktikum ini.
Gambar grafik untuk percepatan
GAMBAR 4.1
GAMBAR 4.2
GAMBAR 4.3

Gambar grafik untuk gerak konstan


GAMBAR 4.4
GAMBAR 4.5
GAMBAR 4.6

Gambar grafik untuk perlambatan


GAMBAR 4.7
GAMBAR 4.8
GAMBAR 4.9

4.4 Pembahasan
Praktikum yang dilaksanakan berjudul Fletchers Trolley. Pada praktikum ini
terdapat tujuan yang harus diwujudkan yaitu menghitung gerak dengan percepatan
uniform (konstan). Praktikum dilakukan dengan menggunakan rangkaian percobaan
fletchers trolley. Dimana komponen yang harus diperhatikan adalah penggaris sebagai
alat ukur jarak kereta berjalan. Kereta dimulai dengan gerak dipercepat, lalu bergerak
konstan, dan gerak diperlambat hingga kereta berhenti sempurna. Jarak lintasan untuk
gerak konstan diberi dengan Panjang 10 cm. lalu untuk lintasan dipercepat diberi variasi
diantaranya adalah 30 cm, 35 cm, dan 40 cm. Untuk jarak lintasan diperlambat tentunya
menyesuaikan kereta untuk berhenti dengan sempurna. Juga perlu diperhatian untuk
beban yang menggantung pada katrol, harus dilakukan kalibrasi seimbang saat kereta
menyentuh jarak akhir pada lintasan dipercepat. Variable yang perlu dicatat adalah
waktu untuk kereta saat dipercepat, waktu untuk gerak konstan, dan waktu untuk gerak
diperlambat.
Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi untuk mengetahui nilai percepatan
ini diantaranya adalah waktu (t1). Disaat waktu bertambah besar maka, nilai
percepatannya semakin kecil. Hal ini menunjukkan hubungan yang tidak sebanding pada
nilai percepatan dengan nilai waktu. Sedangkan untuk nilai kecepatan akhir pada
lintasan dipercepat (v1) bergantung pada nilai percepatan dan waktu (t2). Untuk gerak
konstan, kecepatannya bergantung pada jarak dan waktu. Dimana hubungannya adalah
jika waktunya bertambah besar, maka nilai kecepatannya semakin kecil dan jika
jaraknya bertambah besar maka nilai kecepatannya juga ikut bertambah. Untuk nilai
perlambatannya, diperngaruhi oleh variable kecepatan awal (v0) dan waktu (t3). Jika
kecepatan awalnya semakin besar, maka nilai perlambatannya juga semakin besar.
Dimana nilai kecepatan awal (v0) ini nilainya sama dengan kecepatan pada gerak
konstan (v2). Dan jika waktunya semakin besar, maka nilai perlambatannya semakin
kecil.
Saat praktikum telah dilaksanakan, didapat data-data dari percobaan fletchers
trolley. Dimana Praktikum ini dilakukan variasi jarak keadaan dipercepat. Untuk data
dengan jarak 30 cm (table 4.1), didapat rata-rata percepatan sebesar 0,14 m/s2 dan rata-
rata kecepatan akhir (v1) sebesar 0,32 m/s. Pada gerak konstan diperoleh rata-rata
kecepatan (v2) sebesar 0,20 m/s. Pada gerak diperlambat, didapat rata-rata perlambatan
sebesar 0,06 m/s2. Lalu pada variasi jarak selanjutnya yaitu 35 cm (table 4.2), didapat
rata-rata percepatan sebesar 0,11 m/s2 dan kecepatan akhir (v1) sebesar 0,28 m/s. Pada
gerak konstan didapat rata-rata kecepatan (v2) sebesar 0,22 m/s. Pada gerak diperlambat,
didapat rata-rata perlambatan sebesar 0,06 m/s2. Kemudian, pada variasi jarak
selanjutnya yaitu 40 cm (table 4.3), didapat rata-rata percepatan sebesar 0,12 m/s2 dan
kecepatan akhir (v1) sebesar 0,31 m/s. Pada gerak konstan didapat rata-rata kecepatan
(v2) sebesar 0,25 m/s. Pada gerak diperlambat, didapat rata-rata perlambatan sebesar
0,06 m/s2.
Menentukan besar nilai percepatan, kecepatan, dan perlambatan yang ada pada
data hasil perhitungan ini tentunya ada teori yang dipakai untuk menjadi dasar dari
sebuah percobaan. Dasar teori yang paling penting adalah prinsip Gerak Lurus Beraturan
(GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB). Gerak Lurus Beraturan (GLB)
adalah gerak suatu benda yang lintasannya lurus dengan kecepatan tetap, maka
percepatannya sama dengan nol. Sedangkan, Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
merupakan gerak lurus dengan percepatan konstan. Dimana kecepatan berubah teratur
selama gerak berlangsung. Untuk kondisi GLBB ini terjadi pada lintasan dipercepat dan
diperlambat. Sedangkan untuk kondisi GLB terjadi pada lintasan gerak konstan yang
diberi jarak 10 cm. Pada kondisi konstan ini juga termasuk dengan Hukum I Newton
dimana nyatakan nilai percepatan sebesar nol. Lalu, dengan hukum II Newton,
dinyatakan bahwa percepatan dipengaruhi oleh jumlah gaya yang bekerja pada kereta
dibagi dengan massa kereta. Yang berarti bahwa nilai percepatan maupun perlambatan
nilainya sama disetiap variasi jarak. Ini terbukti benar pada data rata-rata perlambatan di
setiap table. Dimana setiap keadaaan menunjukkan bahwa nilai rata-rata perlambatan
sebesar 0,06 m/s2. Hal ini sedikit berbeda dengan nilai percepatan dimana terdapat
sedikit perbedaan ini dimana nilai rata-rata percepatan pada kondisi jarak 30 cm didapat
sebesar 0,14 m/s2, untuk jarak 35 cm didapat nilai rata-rata percepatan sebesar 0,11
m/s2, dan untuk jarak 40 cm didapat nilai rata-rata percepatan sebesar 0,12 m/s2.
Perbedaan ini terjadi juga pada nilai kecepatan pada kodisi gerak konstan. Dimana
secara teori, nilai kecepatan pada gerak konstan atau GLB di setiap kondisi nilainya
selalu sama. Namun, pada praktikum ini ditemukan sedikit perbedaan pada nilai
kecepatan (v2) diantaranya pada table untuk jarak 30 cm didapat kecepatan sebesar 0,20
m/s, pada table untuk jarak 35 cm diperoleh kecepatan sebesar 0,22 m/s, dan pada table
untuk jarak 40 cm didapat kecepatan sebesar 0,25 m/s.
Perbedaan-perbedaan nilai tersebut dikarenakan dalam kinematika di dunia nyata ini
tentunya selalu tidak sesuai dengan secara pasti dengan teori yang ditentukan. Sehingga
adanya ketidakpastian atau error yang terjadi selalu terlibat pada praktikum ini.
Perbedaan nilai-nilai tersebut tentunya dikarenakan adanya factor error yang terlibat,
seperti adanya pengaruh magnet pada lintasan kereta yang berpenagruh pada kecepatan
gerak kereta, juga bisa dikarenakan ketidakakuratan dalam menggunakan stopwatch
sehingga nilai waktu yang dicatat tidak tepat menunjukkan lama kereta bergerak, bisa
juga pada saat mengatur ketinggian tempat jatuhnya benda yang digantung tidak
membuat tali penghubung tidak tegang, dan lain sebagainya. Sehingga dengan adanya
factor-faktor tersebut tentunya data yang didapatkan tidak bisa 100% sesuai dengan
teori.
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
untuk menentukan nilai kecepatan, percepatan, dan perlambatan ditentukan dengan
prinsip yang berbeda tergantung dengan kondisinya. Jika pada percepatan dan
perlambatan menggunakan prinsip GLBB. Sedangkan kecepatan pada gerak konstan
ditentukan dengan prinsip GLB. Untuk menentukan nilai percepatan dapat dilakukan
sebuah operasi dengan membagi dua kali jarak dengan waktu (t1) kuadrat. Untuk
kecepatan akhir pada lintasan dipercepat (v1) dapat ditentukan dengan mengalikan
percepatan dengan waktu (t1). Untuk perlambatan dapat dilakukan operasi dengan
membagi kecepatan awal (v0) dengan waktu (t3). Lalu untuk kecepatan pada gerak
konstan (v2) dapat dilakukan operasi pembagian jarak dengan waktu (t2). Pada
praktikum ini dilakukan variasi jarak pada lintasan gerak dipercepat. Imanaa variasi
tersebut adalah 30 cm, 35 cm, dan 40 cm. Dan untuk lintasan pada gerak konstan diberi
jarak sebesar 10 cm untuk semua variasi. Dengan informasi dan menggunakan prinsip-
prinsip tersebut, didapatlah untuk data pada jarak 30 cm rata-rata nilai percepatan
sebesar 0,14 m/s2, v1 sebesar 0,32 m/s, v2 sebesar 0,20 m/s, dan perlambatan sebesar
0,06 m/s2. Untuk data pada jarak 35 cm rata-rata nilai percepatan sebesar 0,11 m/s2, v1
sebesar 0,28 m/s, v2 sebesar 0,22 m/s, dan perlambatan sebesar 0,06 m/s2. Untuk data
pada jarak 40 cm rata-rata nilai percepatan sebesar 0,12 m/s2, v1 sebesar 0,31 m/s, v2
sebesar 0,25 m/s, dan perlambatan sebesar 0,06 m/s2.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, Mikrajuddin, 2016, “Fisika Dasar”, Bandung: Institut Teknologi


Bandung
2. Holzner, Steven, 2006, “Physics for Dummies”, Indiana: Wiley Publishing Inc.
3. Ling, Samuel J. dkk., 2016, “University Physics Volume 1”, Texas: openstax
4. Lubis, Riani, 2008, “Fisika Dasar 1”, Bandung: Universitas Komputer Indonesia
5. Satriawan, Mirza, 2012, “FISIKA DASAR”, Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada
6. Serway, Raymond A., dan Chris Vuille, 2012, “College Physics”, Boston: Charles
Hartford

Anda mungkin juga menyukai