Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

KETEGANGAN GAYA PEGAS

PRODI & kelas : TEKNIK PERKAPALAN & KELAS A


NOMOR KELOMPOK :7
NAMA (NIM) : 1. M. IQBAL RIZWANTO (1810313039)
2. TSANIYA AZ ZAHRA (1810313042)
3. IKHWAL IMAM REZALDY (1810313045)
TANGGAL PERCOBAAN : 25 APRIL 2019
NAMA ASISTEN : TATIK JUWARIYAH, S.T.,M.T.

LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
T.A. 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan kita sering menggunakan hukum-hukum fisika untuk
membantu kita dalam melakukan banyak hal. Salah satu hukum yang sering
dipakai yaitu hukum hooke, yang berbunyi “Pertambahan panjang suatu pegas
berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada pegas tersebut”

Hukum Hooke menyatakan bahwa besar berat beban atau gaya berbanding
lurus dengan penambahan gaya pegas. Secara matematis, hukum hooke memiliki
hubungan antara besar gaya yang bekerja dengan pertambahan panjang pegas.
Pegas ada yang disusun secara tunggal, ada juga yang disusun secara pararel.
Untuk pegas yang disusun seri, pertambahan panjang total sama dengan jumlah
masing masing pertambahan panjang pegas.

Pegas merupakan benda elastis yang digunakan untuk menyimpan energi


mekanik. Pegas biasanya terbuat dari baja. Kegunaan pegas sangat banyak
diantaranya melunakan tumbukan dengan memanfaatkan sifat keelastisitasannya,
menyerap dan menyimpan energi dalam waktu yang singkat.

Apabila terdapat gaya yang menyebabkan pegas tersebut tertarik melampaui


batas elastisnya, maka akan menyebabkan fungsi pegas tidak optimal lagi. Setiap
pegas memiliki konstanta yang berbeda-beda tergantung gaya yang diberikan dan
pertambahan panjang yang terjadi pada pegas tersebut. Maka penting bagi kita
untuk mengetahui nilai tetapan pada suatu pegas yang menggambarkan kekuatan
dari suatu pegas.

1.2 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan-tujuan dilakukannya praktikum fisika mengenai pengukuran
dasar ini di antaranya:
1. Untuk mengetahui dan memahami penggunaan hukum hooke untuk
menentukan elastisitas pegas.
2. Untuk menentukan ukuran besaran-besaran dari.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Landasan Teori

Sifat elastis adalah sifat pegas yang kembali ke keadaan semula setelah gaya
yang bekerja padanya dihilangkan.
Sifat-sifat yang dimiliki oleh gaya pegas yaitu:
a. Gaya pegas makin besar bila pertambahan panjang pegas makin besar
b. Arah gaya pegas berlawanan dengan arah gaya yang diberikan.
Hukum Hooke berbunyi “Pertambahan panjang suatu pegas berbanding lurus
dengan gaya yang bekerja pada pegas tersebut”.
Hubungan antara gaya pegas dan perubahan panjang pegas dinyatakan sebagai
hukum Hooke:
F= -k Δx
Tanda negatif menunjukkan bahwa arah gaya pegas selalu berlawanan dengan
arah perubahan panjang pegas
Gaya pegas berbanding lurus dengan pertambahan panjang pegas dan
berlawanan arah dengan gaya yang diberikan.
Pegas yang digantung beban: ada sebuah pegas yang memiliki panjang L0.
Pegas tersebut di gantung secara vertikal dimana pada ujung bawahnya dikaitkan
beban bermassa m. Akibat digantungkan beban, maka pegas mengalami perubahan
panjang ΔL. Perubahan panjang pegas dapat ditentukan dari syarat: besar gaya
pegas sama dengan besar gaya gravitasi.
k ΔL = m g atau ΔL = m g / k
Dengan pertambahan panjang ini maka panjang pegas menjadi L0 + ΔL. Jika
beban diam, maka posisinya merupakan posisi setimbang. Posisi setimbang ini
adalah posisi setimbang baru. Dengan demikian, posisi setimbang adalah posisi saat
panjang pegas sama dengan L0 + ΔL. Jika benda sedikit disimpangkan dan
dibiarkan berosilasi, maka benda akan berosilasi di sekitar posisi setimbang
tersebut. Saat menggunakan titik setimbang baru tersebut, maka gaya gravitasi
dianggap tidak ada karena sudah dikompensasi oleh pertambahan panjang pegas.
Selanjutnya, benda berosilasi di sekitar posisi setimbang baru yang sama persis
dengan osilasi pada bidang datar.
Ket:
F = gaya yang dilakukan pegas (N)
Δx = perubahan panjang pegas (m)
k = konstanta pegas (N/m)
m = massa (kg)
ΔL = pertambahan panjang (m)
g = percepatan gravitasi 9,81 m/s2
2. 2 Tegangan dan Regangan
Tegangan merupakan besarnya gaya dibagi luas penampang. Untuk lebih
memahami apa yang dimaksud dengan tegangan? Lihatlah skema gambar
dibawah ini :

P P

L L
Ada sebuah batang dengan panjang L diberi gaya tarik sebesar P, maka
apa yang akan terjadi pada batang tersebut?
Maka jawabannya adalah batang tersebut akan mengalami tegangan
tarikan dimana besarnya adalah sebagai berikut:

P P

L
Ketika kita menarik memberi beban pada kawat maka kawat akan
bertambah panjang. Perpanjangan kawat selalu mempunyai proporsi yang sama
dengan beban yang dikenakan. Penelitian ini dilakukan oleh ilmuwan inggris,
Robert Hooke (1635-1703).
Hubungan linier antara tegangan dan regangan untuk suatu batang yang
mengalami tarik atau tekan dinyatakan dengan persamaan. σ = E ε
Persamaan tersebut dikenal dengan hukum hooke. Dimana ε adalah
regangan aksial, dan E adalah konstanta proporsionalitas yang dikenal dengan
modulus elastisitas bahan. Modulus elastisitas adalah kemiringan kurva
tegangan-regangan di dalam daerah elastis linier. Satuan untuk E adalah sama
dengan satuan untuk tegangan.
Hukum hooke untuk tegangan geser hampir sama dengan tegangan
normal. Untuk daerah Elastis Linear, tegangan geser dan regangan gesernya
sebanding sehingga kita mepunyai persamaan berikut untuk hukum hooke pada
kondisi geser τ = G γ
τ = tegangan geser
G = modulud geser
= adalah regangan geser.
BAB III
METODE PERCOBAAN

1.1 Alat dan Bahan


1. Stopwatch
2. Beban
3. Statif dan pegasnya

1.2 Tata Laksana Kerja


1. Pertama, lakukan pencatatan keadaan ruangan yang mencakup P, t, e dan
jam sebelum melakukan percobaan
2. Timbang massa pegas, massa ember dan massa benda-benda kecil (keping-
keping beban) dengan neraca teknis
3. Gantungkan ember pada pegas dan amatilah kedudukan jarum
4. Ember berturut-turut diamati dengan: 1 beban, 2 beban, 3 beban (m-1)
beban,m beban. Setiap kali penambahan beban, kedudukan jarum dicatat
5. Kemudian ambil beban saatu persatu, sehingga muatan itu menjadi: m
beban, (m-1) beban, , 2 beban, 1 beban dan 0 (nol) beban
6. Ulangi percobaan no. 3, 4, dan 5, tetapi sekarang ember digetarkan turun
naik. Amatilah waktu getaran (T) beberapa kali (n kali): Setiap kali
pengamatan terdiri dari (p getaran)

1.3 Metode Analisa Data


Praktikum ini melakukan pengukuran pada benda-benda yang disajikan
dengan alat-alat ukur seperti jangka sorong, mikrometer sekrup, dan neraca.
Jangka sorong digunakan untuk mengukur panjang dan lebar benda yang
berbentuk balok dan panjang benda silinder pejal. Jangka sorong mempunyai
skala terkecil sebesar 0,1 mm dan juga terdapat dua stuan besaran yakni cm
dan inci. Batas ukur maksimal jangka sorong adalah 20 cm dan pada satuan
inci adalah 8 inci. Jangka sorong mempunyai angka ketidakpastian sebesar ½
skala terkecil, yakni sama dengan 0,05 mm.
Dalam mengukur diameter benda silinder pejal dan tinggi balok
(ketebalan), digunakanlah mikrometer sekrup. Mikrometer sekrup memiliki
skala terkecil 0.01 mm, jauh lebih akurat daripada jangka sorong. Sedangkan
dalam mengukur massa benda dapat digunakan neraca yang memiliki skala
terkecil 0,1 g. Neraca ini memiliki batas ukur sebesar 311 g. Prinsip
pengukuran neraca ini ialah dengan cara menyeimbangkan lengan-lengan
neraca terhadap piringan beban. Keseimbangan neraca dapat dilihat dari
sejajarnya jarum penunjuk ke skala nol. Yang perlu diperhatikan sebelum
menggunakan neraca ialah dengan memastikan neraca harus menunjukkan
skala nol agar pengukuran menjadi valid.
BAB IV
HASIL
Berikut ini adalah hasil pengamatan dari percobaan yang kami lakukan

STATIS kedudukan jarum DINAMIS waktu p. Getaran

penguranga penguranga
beban penambahan rata-rata beban penambahan rata-rata
n n

0 0 0 0 0 2'16 1'97 2'069

m1 1 0.7 0.85 m1 2'32 2'12 2'22

m1 + m2 1.5 1.1 1.3 m1 + m2 2'47 2'28 2'375

m1 + m2 + m3 2.3 1.9 2.1 m1 + m2 + m3 2'56 2'47 2'515


Tabel
m1 + ....1.+Pembebanan
m4 2.4statis 2.0 2.2 Tabel 2. Pembebanan
m1 + ..... + m4 Dinamis
2'57 2'54 2'555

m1 + .... + m5 3.1 3.1 3.1 m1 + ..... + m5 2'66 2'66 2'66

Grafik 1. Pembebanan statis Grafik 2. Pembebanan Dinamis


BAB V
PEMBAHASAN

Prinsip pada percobaan ini adalah menggunakan prinsip hukum Hooke, yaitu
dengan cara menggantungkan sebuah pegas dengan variasi beban, panjang pegas
mula-mula dan pertambahan panjang akibat beban. Diukur kemudian konstanta
pegas (k) dapat ditentukan menggunakan cara perhiungan manual atau metode
grafik. Penentuan konstanta pegas pada osilasi pegas mempunyai prinsip berbeda
yaitu dengan cara menggantungkan sebuah pegas dengan variasi beban lalu beban
ditarik ke bawah dengan jarak sekecil mungkin untuk mencegah beban terpental ke
luar kemudian dilepaskan. Lalu hitung berapa lama pegas melakukan 10 getaran
sempurna untuk mendapatkan nilai periode. Nilai tetapan pegas (k) berbeda satu
sama lain, hal ini dikarenakan beberapa faktor antara lain: uhu lingkungan, rapat
massa, diameter pegas, lilitan, dan luas penampang pegas. Pada suhu tinggi pegas
akan merenggang dan pegas akan merapat pada suhu rendah. Semakin tinggi suhu
maka kerapatan massanya rendah maka nilai knya kecil begitu pula sebaliknya.
Semakin banyak jumlah lilitan maka nila knya semakin tingg, dan jika luas
penampang semakin besar maka nilai k semakin kecil.
Hasil dari data yang didapat menunjukan bahwa semakin besar massa beban
maka semakin besar juga pertambahan panjangnya. Periode pada pegas rapat lebih
besar dari pada pegas renggang, karena nilai pertambahan panjang pegas. Begitu
juga perbandingan nilai konstanta pegas. Dalam percobaan inim gaya gesek udara
menjadi masalah utama ketika dilakukan pengukuran sehingga data menjadi
kurang akurat.
Adapun beberapa kendala pada saat pengukuran dilakukan yaitu, pengukuran
panjang pegas pada percobaan hukum hooke menggunakan mistar terlalu rumit,
pegas rapat pada osilasi pegas bergetar terlalu cepat, gaya gesek udara yang
membuat pegas mengalamu perlambatan, kesalahan dalam perhitunggan juga
kesalahan penglihatan atau dalam pembacaan data dan keakuratan alat ukur.
BAB VI
KESIMPULAN

Bunyi hukum Hooke ialah “jika gaya tarik diberikan pada sebuah pegas tidak
melampaui batas elastisitas bahan maka pertambahan panjang pegas berbanding
lurus atau sebanding dengan gaya tariknya”. Jika gayadiberikan melampaui batas
elastisitas, maka benda tidak dapat kembali ke bentuk semula dan apabila gaya
yang diberikan jumlahya terus bertambah maka benda dapat rusak. Dengan kata
lain, hukum Hooke hanya berlaku hingga batas elastisitas. Dari gagasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa konsep hukum Hooke ini menjelaskan mengenai
hubungan antara gaya yang diberikan pada sebuah pegas ditinjau dari pertambahan
panjang yang dialami oleh pegas tersebut. Besarnya perbandingan antara gaya
dengan pertambahan panjang pegas adalah konstan.

F = -k Δx
Keterangan :
F : Gaya luar yang diberikan (N)
k : Konstanta pegas (N/m)
Δx : Pertambahan panjang pegas dari posisi normalnya (m)

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan


bahwa apabila gaya diberikan kepada pegas, maka pegas tersebut akan bertambah
panjang atau mengalami elastisitas. Dalam melakukan percobaan ini harus
dilakukan secara berulang ulang. Karena jika hanya melakukan 1 kali percobaan,
tingkat ketepatan akan berkurang. Maka gaya yang diberikan pada pegas
berhubungan dengan pertambahan panjang pada pegas.

Kesepuluh hasil perhitungan konstanta pegas yang kami ujikan menghasilkan


hasil yang konsisten dengan pengertian hukum hooke yang menyebutkan bahwa
“besar berat beban/ gaya berbanding lurus dengan penambahan panjang pegas.

Dan terakhir perubahan panjang suatu pegas berbanding lurus (linier) dengan
gaya tarik atau gaya tekan yang diberikan pada pegas tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com.sg/amp/s/akupelajarindonesia.wordpress.com/2014/10/09
/com (Diakses Tanggal 1 Mei 2019)
http://www.studiobelajar.com/hukum-hooke/ (Diakses Tanggal 30 Mei 2019)
hooke,http://www.kumpulan.net/2017/03/pengertian-konsep-rumus-dan-aplikasi-
hukum-hooke.html (Diakses Tanggal 1 Mei 2019)
Juwariyah, Tatik. 2019. Buku Panduan Praktikum Fisika. Jakarta: Laboratorium
Fisika Fakultas Teknik UPN “Veteran” Jakarta.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai