Anda di halaman 1dari 16

MOMEN INERSIA

MOMEN INERSIA

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
BAB I I.2 Tujuan Percobaan

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Tinjauan Pustaka
BAB II

METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat
III.2 Bahan
BAB III III.3 Prosedur Kerja

HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Tabel
IV.2 Perhitungan
BAB IV IV.3 Pembahasan

PENUTUP
V.1 Kesimpulan
BAB V V.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG I.2 TUJUAN PERCOBAAN


Dalam gerak lurus massa berpengaruh terhadap gerakan benda.
Massa bisa diartikan sebagai kemampuan suatu benda untuk
mempertahankan kecepatan geraknya. Apabila benda sudah
bergerak lurus dengan kecepatan tertentu, benda sulit 1. Menerapkan Hukum II Newton tentang gerak
dihentikan jika massa benda itu besar. pada bidang miring.
Sebuah ttuk gandeng yang sedang bergerak lebih sulit
dihentikan daripada sebuah taxi. Jika benda sedang diam 2. Menjelaskan terjadinya gerak menggelinding
(kecepatan = 0), benda tersebut juga sulit digerakkan jika (Rotasi dan Translasi).
massanya besar.
Dalam gerak rotasi, “massa” benda tegar dikenal dengan 3. Merumuskan persamaan momen kelembaman
julukan Momen Inersia. Momen Inersia dalam gerak rotasi pada percobaan ini.
mirip dengan massa dalam gerak lurus. Jika massa dalam
gerak lurus menyatakan ukuran kemampuan benda untuk
mempertahankan keepatan linear (kecepatan linear =
kecepatan gerak benda pada lintasan kurus), maka momen
inersia dalama gerak rotasi menyatakan ukuran kemampuan
benda untuk memertahankan kecepatan sudut (kecepatan sudut
= kecepatan gerak benda ketika melakukan gerak rotasi).
Disebut sudut karena dalam gerak rotasi, benda bergerak
mengitai sudut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

◍  

◍  
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
III.1 Alat III.2 Bahan

JANGKA SORONG PENGGARIS SILINDER PEJAL KELERENG

BIDANG MIRING STOPWATCH


a. prosedur kerja pada silinder
1. Menyusun alat dan bahan yang jika akan digunakan.

III.3 PROSEDUR KERJA

2. Mengukur dan memberi tanda pada puncak panjang lintasan pada bidang miring menggunakan pensil/labael. Lintasan
yang digunakan adalah 45 cm dan 30 cm.
3. Miringkan bidang miring dengan besar sudut 45˚.
4. Menguku bidang miring dan mengunci bidang miring agar kemiringan tidak berubah.
5. Mengukur ketinggian bidang miring dengan menggunakan mistar.
6. Meletakkan silinder pada bagian puncak bidan miring atau mengatur bendan mengarah ke bawah lalu melepaskannya
dengan menghidupkan stopwatch untuk menghitung waktunya.
7. Matikan stopwatch ketika benda sampai diujung bidang miring.
8. Mencatat waktu tempuh yang digunakan benda saat dilepaskan dari puncak sampai ujung bidang miring.
9. Mengulangi percobaan 6-8 sebanyak 3 kali.
b. prosedur kerja pada kelereng
1.
2.
Menyusun alat dan bahan yang akan digunakan.

Mengatur dan memberi tanda pada puncak panjang lintasan pada bidang miring yang menggunakan pensil/label.
Lintasan yang digunakan adalah 45 cm dan 30 cm.
3. Miringkan bidang miring dengan besar sudut 45˚.
4. Mengukur bidang miring dan mengunci bidang miring agar kemiringan tidak berubah.
5. Mengukur ketinggian bidang dengan menggunakan mistar.
6. Meletakkan kelereng pada bagian puncak bdang miring atau mengatur kelereng mengarah ke bawah lalu
melepaskannya hingga benda meluncur dan bersamaan dengan menghidupkan stopwatc untuk menghitung
waktunya.
7. Matikan stopwatch ketika benda sampai diujung bidang miring.
8. Mencatat waktu tempuh yang digunakan kelereng saat dileaskan dari puncak sampai ujung bidang miring.
9. Mengulangi percobaan 6-8 sebanyak 5 kali
III. 4 RUMUS YANG DIGUNAKAN

◍   ◍   ◍  

 
◍   ◍   ◍  
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 TABEL PENGAMATAN


No Silinder Kelereng
S1 = 30cm S2 = 45cm S1 = 30cm S2 = 45cm
h1 = 18,5cm h2 = 26,5cm h2 = 18,5cm h2 = 26,5cm
1 0,27 s 0,34 s 0,33 s 0,27 s
2 0,21 s 0,33 s 0,34 s 0,28 s
3 0,21 s 0,34 s 0,34 s 0,27 s
Σ 0,69 s 1,01 s 1,01 s 0,82 s

Keterangan :
• massa silinder = 19,6 gram
• massa kelereng = 5,8 gram
IV.2 PERHITUNGAN

◍   ◍   ◍  
◍   ◍   ◍  
IV.3 PEMBAHASAN

Pada praktek kali ini, diperoleh rata-rata waktu untuk silinder pada jarak 30 cm adalah 0,23 s. Pada
jarak 45 cm adalah 0,33 s. Untuk percepatan diperoleh percepatan teori pada jarak 30 cm adalah
11,53 m/s2 dan untuk percepatan teori pada jarak 45 cm adalah 8,33 m/s2. Untuk percepatan praktek
pada jarak 30 cm adalah 0,069 m/s2 dan pada jarak 45 cm adalah 0,065m/s2.
Waktu kelereng pada jarak 35 cm adalah 0,33 sekon dan pada jarak 45 cm adalah 0,27 sekon. Untuk
percepatan berdasarkan teori pada jarak 30 cm adalah 5,55 /s2 dan pada jarak 45 cm adalah 12,5
m/s2. Untuk percepatan yang diperoleh pada praktek pada jarak 30 cm adalah 0,069 m/s 2 dan pada
jarak 45 cm adalah 0,065 m/s2.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, diketahui bahwa semakin besar panjang lintasan yang
ditempuh dalam suatu benda maka waktu yang dibutuhkan bertambah besar begitupun sebaliknya,
semakin pendek lintasan yang ditempuh suatu benda maka aktu yang dibutuhkan hanya sedikit.
Diketahui juga berdasarkan teori bahwa semakin kecil momen inersia suatu benda maka semakin
besar percepatan suatu benda. Begitupun sebaliknya. Hal ini terbukti pada percepatan praktek
kelereng lebih besar dari pada praktek silinder.
Berdasarkan analisis data, diperoleh percepatan teori dan praktek baik silinder maupun kelereng
pada lintasan sepanang 45 cm lebih besar dari pada panjang lintasan 30 cm. Selain itu, percepatan
praktek lebih kecil dibandingkan percepatan teori baik itu kelereng ataupun silinder.

 
BAB V
PENUTUP

V.1 KESIMPULAN V.2 SARAN


Dari hasil percobaan yang telah dilakukan Sebaiknya alat yang akan digunakan
dapat disimpulkan bahwa :
diperiksa terlebih dahulu untuk
1. Mahasiswa mampu menerapkan hukum meminimalisir terjadi kesalahan ketika
II Newton tentang bidang miring. praktikum sedang berlangsung.
2. Pada jarak dan tinggi yang sama
percepatan teori yang didalam benda
lebih besar dibandingkan percepatan
prakteknya.
3. Semakin kecil waktu rata-rata benda
sampai ke dasar, maka percepatannya
semakin besar.
THANK YOU FOR
WATCHING
BY FADIL FAURUZHY
19TKM363

Anda mungkin juga menyukai