Anda di halaman 1dari 7

Teori Ralat

TEORI RALAT

Dalam pengukuran besaran fisis, dapat dikatakan bahwa walau sangat kecil pasti ada
kesalahan karena kita yakini bahwa kebenaran yang mutlak itu hanya milik Tuhan Y.M.E.
Permasalahannya seberapa besar kesalahan yang telah dilakukan pada suatu kegiatan pengukuran.
Maka untuk itu digunakan rumus-rumus teori ralat yang cara menghitungnya sebagai berikut :
Besaran Fisis yang diukur adalah : X
Besar kesalahan ( Ralat ) pengukur adalah Sx

Nilai Rata – rata hasil pengukuran x


Jadi besaran Fisis yang terukur sebenarnya adalah : x=x±S x artinya nilai besaran yang diyakini

benar ada 2 kemungkinan yaitu : X = x +S x atau X = x -S x , selain itu dapat pula

Sx
( )
dihitung besarnya Ralat Relatif adalah = x x 100 %. Semakin kecil besarnya ralat relatif
berarti pengukuran makin teliti.
Cara pengukuran ada 2 :
1. Pengukuran secara langsung (hanya untuk mengukur 1 parameter pengukuran)

Hal ini dapat dilakukan dengan 2 cara :


a. Bila dilakukan 1 kali pengukuran maka besarnya ralat Sx = ½ x skala terkecil alat ukur
yang digunakan.
Contoh : tongkat 25 cm diukur memakai penggaris, skala terkecil penggaris adalah 1 mm,
maka besar ralat Sp = ½ x 1 mm = 0,5 mm
Jadi panjang tongkat sebenarnya = p = p + Sp
= 25 cm + 0,5 mm
= 25 cm + 0,05 cm
b. Bila dilakukan n kali pengukuran ( diulangi n kali pengukuran )
k k

√ √
2 2

Ralatnya : ∑ ( δXn ) ∑ ( δXn )


n=1 n=1
S ( x )= S ( x )=
k ( k −1 ) k ( k −1 )
X = nilai parameter pengukuran
n = banyaknya kali pengukuran
( δXn ) = deviasi atau simpangan yaitu selisih nilai hasil pengukuran terhadap hasil
nilai rata-rata

( δXn ) = x- x
Teori Ralat

x x 1+ x 2+ x 3+ x 4+…+ xn x 1+ x 2+ x 3+ x 4+…+ xn
=
n n

x 1+ x 2+ x 3+ x 4+…+ xn
n

Contoh :
Pengukura Nilai Terukur Deviasi Kuadrat Deviasi
n (xn)(cm) 2
δxn =x n −x (cm) (δX n )
ke
1 47,51 +0,02 0,0004
2 47,49 0,00 0,0000
3 47,48 -0,01 0,0001
4 47,50 +0,01 0,0001
5 47,47 -0,02 0,0004
6 47,49 0,00 0,0000
7 47,49 -0,01 0,0001
8 47,46 -0,03 0,0009
9 47,53 +0,04 0,0016
10 47,49 0,00 0,0000
Jumlah 474,91 0 0,0036

Dari tabel diperoleh informasi bahwa k =10


k k
∑ x n=474 , 91 ∑ (δx n )2=0 ,0036
n=1 ; n=1

10
∑ xn
474 , 91
x= n=1 = =47 , 491 cm
Jadi nilai terbaiknya = k 10
k

Sedangkan deviasi standarnya :


S x=

Diperoleh kesimpulan, nilai pengukuran sebenarnya


√ ∑ ( δxn )2
n=1
k ( k−1)
=
√ 0 , 0036
( 10)( 9)
=0 , 007 cm

x=x±S x=( 47,491±0,007) cm


0, 007
x 100%=0,0147 %
47 , 491
Ralat relatif =

dengan kesaksamaan = 100% - 0,0147% = 99,9853%

2. Pengukuran secara tak langsung ( lebih dari 1 parameter yang diukur) :


Rumus ralatnya :
Sx(a , b , c …)❑= √ ¿ ¿
Laboratorium Fisika Dasar
Teori Ralat

a,b,c .... = parameter yang diukur


Sa, Sb, Sc........ = besar ralat langsung dari masing masing parameter pengukuran
Untuk penyelesaian ini digunakan persamaan deferensial parsial.

Rumus deferensial yang sering digunakan :


n
1. Persamaan bentuk linier y=ax
' δy
y = =a . n .x n−1
Turunannya : δx a=konstanta (semua yang ada difungsi itu kecuali x)

Contoh 1 : Menghitung besar ralat pengukuran laju air pada suatu pipa kapiler yang

π R4 (p 1− p2)
dinyatakan dalam rumus : φ=
8 ᶯL
Parameter fisis yang diukur (dilakukan pengukuran) adalah : R, p1, p2 dan L ini yang
menimbulkan ralat.

Konstanta :ᶯ,π tidak menimbulkan ralat.


Rumus ralatnya adalah : menggunakan rumus perambatan ralat (ralat tak langsung), hal ini
karena harus melakukan pengukuran beberapa parameter fisis sebelum memperoleh besaran
fisis φ . Hal tersebut dilukiskan :
S φ=√ ¿¿
d [ π R 4 ( p 1 − p2 ) ] δyGunakan rumus no : 1
y'= =a . n . x n−1
δφ 8ᶯ L δx
=
δR dR
π ( p1 − p2 ) 4 −1
π ( p1 − p2 ) 3 π ( p1 − p2 ) 4 −1
π ( p1 − p2 ) 3
¿ .4 R = .R ¿ .4 R = .R
8ᶯ L 2ᶯ L 8ᶯ L 2ᶯ L
d [ π R 4 ( p1− p2 ) ] d [ π R4 (p 1) ] d [ π R 4 ( p2) ]
δφ 8ᶯ L 8ᶯ L 8ᶯ L
= = −
δ P1 d P1 d P1 d P1

π R4 π R4 P2
¿
8ᶯ L
.1 . P11−1 − (8ᶯ L )
.0 . P 20−1

π R4 π R4
¿ −0 ¿
8ᶯ L 8ᶯ L
d [ π R 4 ( p1 − p2 ) ] d [ π R 4 ( p1 ) ] d [ π R 4 ( p 2 ) ]
δφ 8ᶯ L 8ᶯ L 8ᶯ L
= ¿ −
δ P2 d P2 d P2 d P2

π R4 P1 π R4
¿
8ᶯ L
. 0 . P 20−1 − ( )
8ᶯ L
.1. P21−1

π R4 π R4
¿ 0− ¿−
8ᶯ L 8ᶯ L

Laboratorium Fisika Dasar


Teori Ralat

d [ π R 4 ( p1− p2 ) ] d [ π R4 ( p1 −p 2) ] −1
.L
δφ 8ᶯ L 8ᶯ
= =
δL dL dL

[ π R 4 ( p1 − p2 ) ] 4
−1−1 − [ π R ( p1 − p2 ) ]
4
−2 −π R ( p1 − p2 )
¿ .−1 L = .L = 2
8ᶯ 8ᶯ 8ᶯ L

S φ=√ ¿¿
2 2 2 2

S φ= (

Yang mana :
√[
π ( p1 −p 2 ) 3
2ᶯ L
. R ) . SR +
π R4
8ᶯ L ][
. S P1 −
π R4
8ᶯ L
. S P2 −
π R 4 ( p1− p2 )
] [
8 ᶯ L2 ] [ ]
k k

SR=
√ ∑ ( δR)2
n=1
n(n−1)
k
S P2=
√ ∑ (δ P2 )2
n =1

k
n(n−1)

S P1=
√ ∑ (δ P1 )2
n =1
n(n−1)
SL=
√ ∑ (δL)2
n=1
n(n−1)
Jadi untuk ralat R, P1, P2 dan L menggunakan rumus perhitungan ralat langsung karena
hanya terdiri dari satu parameter pengukuran saja.
Catatan : Nilai pengukuran masing-masing parameter yang dimasukkan pada S φ adalah nilai
rata-ratanya, yaitu Ŕ Ṕ1 , Ṕ2 , Ŕ dan Ĺ .
Contoh 2
Misalnya diketahui besaran fisis Q
Q= k V.i.t, dimana V,i dan t diukur semua, sedangkan k tidak (tidak diukur karena
konstanta)
Rumus ralatnya :

2
δQ δQ 2 δQ 2
S Q=
√(
δQ d (Vi . t )
δV
SV + )(
δi
Si +
δt
St )( )
=.
δV dV
δQ
=1.V 1−1 (i.t )=1.V 0 (i.t )=i .t
δV (semua bilangan yang berpangkat 0=1)

δQ d (Vi .t ) δQ
= =(V )1 .i1−1 (t )=(V .t ).1 .i0 =V .t
δi di δi
δQ d (Vi .t ) δQ
= =(V . i). 1.t 1−1 =(V .i ).1. t 0=V . i
δt dt δt

Laboratorium Fisika Dasar


Teori Ralat

S Q=√ ( i.t SV )2 + ( V .t Si )2 + ( V .i St )2
Yang mana besar V, i dan t yang dipakai adalah harga rata-ratanya, sedangkan S v ,S t ,S

i dihitung dengan ralat langsung.

u
y=
2. Persamaan berbentuk pecahan v
u = simbol pembilang, dan v = simbol penyebut

' '
' u v−v u
y=
Turunannya : v2
A 2 +B
Z=
Contoh 1 : C−D diketahui persamaan yang mana A, B, C dan D parameter
yang diukur. Maka ralatnya menggunakan rumus diatas.

2 2 2 2
δZ δZ δZ δZ
S Z=
√(
Yang mana :
δA
SA + )(
δB
SB +
δC
SC +

u = A2+B (pembilang)
δD
SD)( )( )
v = C-D2 (penyebut)

' δu ' δv
u A= =2 A v A= =0
δA δA
' δu ' δv
u B= =1 v B= =0
δB δB
δu δv
u' C= =0 v ' C= =1
δC δC
δu δv
u' D= =0 v ' D= =−2 D
δD δD
' ' 2 2 2
δZ u u Av −v Au 2 A (C−D )−0( A + B ) 2 A(C−D ) −0 2A
= = 2
= 2 2
= 2 2
=
δA v v (C−D ) (C−D ) (C−D)2
2 2 2
δZ u u' Bv−v ' Bu 1(C−D )−0 ( A +B) 1(C−D )−0 1
= = 2
= 2 2
= 2 2
=
δB v v (C−D ) (C−D ) (C−D2 )
2 2 2
δZ u u ' Cv−v ' Cu 0(C−D )−1( A + B) 0−( A + B ) ( A 2 + B)
= = = = =−
δC v v2 (C−D 2 )2 (C−D 2 )2 (C−D2 )2
2 2
δZ u u' Dv−v ' Du 0(C−D )−(−2 D )( A +B )
= = =
δD v v2 (C−D 2 )2

Laboratorium Fisika Dasar


Teori Ralat

0−(−2 D )( A 2 +B ) 2 D( A 2 +B )
= =
(C−D2 )2 (C−D2 )2

2 2
( A2 +B ) 2 D( A2 +B )
√(
2 2
2A 1
S Z=
(C−D)2
SA +
)(
(C−D 2 )
SB + −
(C−D 2 )2
SC +
)(
(C−D2 )2
SD
)( )
dimana S A ,S B,SC ,danS D masing-masing dicari dengan ralat langsung.

3. Persamaan berbentuk perkalian suatu fungsi


y=u . v
y merupakan suatu fungsi.
' ' '
Turunannya : y =u v +v u
u = factor 1 ; v = factor 2

Contoh : Cari ralat tidak langsung dari persamaan berikut

L = (E-F3)(G2-H) dimana u.v = u' v +v ' u dimana L merupakan fungsi dari E,F,G dan H
u = (E-F3) v = (G2-H)

2 2 2 2
δL δL δL δL
S L=
'
u E =1
δE √(
SE +
δF
SF +
δG )(
SG +
δH
SH )(
'
v E=0
)( )
' '
u F =−3 F v F =0
' '
uG=0 v G =2G
u'H =0 v 'H =−1
δL
=u . v =u'E v+v 'E u=1(G2−H )+0( E−F3 )=(G 2 −H )+0=(G 2 −H )
δE
δL
=u . v=u'F v +v 'F u=−3 F (G2 −H )+0( E−F 3 )
δF
=−3 F (G 2−H )+0=−3 F (G2 −H )
δL
=u . v=u 'G v+v 'G u=0(G 2−H )+2G( E−F 3 )
δG
=0+2G( E−F3 )=2G( E−F3 )

Laboratorium Fisika Dasar


Teori Ralat

δL
=u . v=u H v +v H u=0(G2 −H )+−1(E−F 3 )=0−( E−F3 )=−( E−F 3 )
' '
δH

2 2 2 2

S L= ((G2 −H ). S E ) + ( −3F (G2 −H ).S F ) + ( 2G( E−F3 ).SG ) + (−( E−F 3 ). S H )
Dimana S E,S F ,SG ,danS H dicari dengan ralat langsung

Hal-hal yang harus diperhatikan


 Aturan pembulatan : Bila angka dibelakang koma (x) nilainya lebih besar atau sama
dengan 5, maka dapat dibulatkan ke atas menuju angka terdekat. Sebaliknya jika
angka dibelakang koma (x) nilainya lebih kecil dari 5, maka dapat dibulatkan kebawah
menuju angka terdekat.
Contoh : Y = 0,03X.
menjadi Y = 0,04. jika harga X > 5 yaitu : 5,6,7,8,9. Atau,
menjadi Y = 0,03. jika harga X < 5 yaitu : 0,1,2,3,4
 Satuan dari besaran yang dihitung harus disertakan pada setiap penyajian hasil
perhitungan. Satuan yang digunakan dalam sistem mks (meter,kilogram,sekon) atau
cgs (centimeter,gram,sekon).
 Untuk membuat grafik :
1. Grafik dibuat dengan kertas grafik milimeter.
2. Titik nol diambil pada titik potong sumbu.
3. Harga dipilih secara tepat.
4. Titik koordinat (harga penyusun grafik) digambar dengan tanda empat
persegi panjang atau lingkaran supaya jelas. Grafik tidak boleh patah-
patah.

Laboratorium Fisika Dasar

Anda mungkin juga menyukai