T-
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
NPM : 140310220065
FISIKA
Hari / Jam : 08.00-11.00 WIB
T-1
KOLOM NILAI
___________________________
NPM
ABSTRAK
Praktikum panas jenis zat padat mempunyai tujuan untuk menentukan
panas jenis berbagai logam. Pada percobaan ini, alat yang digunakan adalah
calorimeter yang berfungsi untuk menghitung panas jenis sebuah benda,
thermometer yang berguna untuk engukur suhu (celcius), tabung takaran yang
berguna untuk menakar air, balok alumunium dan balok besi yang berguna
sebagai objek yang akan direbus nantinya dan akan diukur suhunya, benang yang
digunakan untuk mempermudah ketika mengangkat logam panas, neraca Ohauss
yang berguna untuk mengukur balok besi dan alumunium, dan kompor listrik
yang berguna untuk alat yang digunakan untuk memanaskan balok. Ketika
melakukan percobaan panas jenis zat, maka diperlukan adanya pemahaman
tentang kalor, panas, suhu dan temperatur. Panas adalah energi yang terdapat
dalam suatu benda, ketika ada proses perpindahan energi dari suhu yang tinggi ke
suhu yang lebih rendah,a maka itu dinamakan kalor. Sementara suhu adalah suatu
keadaan dalam sebuah benda yang digambarkan dengan derajat suhu. Begitu pula
dengan temperatur, hanya saja temperatur lebih cenderung digunakan untuk
menggambarkan keadaan pada sebuah ruangan yang besar/ lingkup yang lebih
luas. Pada percobaan ini, balok diukur menggunakan neraca sebanyak 5 kali agar
mendapatkan hasil yang presisi, kemudian sebuah kalorimeter yang diisi dengan
air sesuai dengan petunjuk yang diberikan yakni 100ml dan 200ml kemudian
diukur dengan termometer dan dijadikan sebagai T1, kemudian balok dimasukkan
kedalam air yang medidih selama 5 menit agar tercipta kesetimbangan antara
balok dengan air dan diukur sebagai T 2, setelah itu dimasukkan kedalam
kalorimeter dan diaduk, setelah itu diukur suhunya dan dijadikan sebagai T 3.
Kemudian data-data tersebut digunakan untuk menentukan panas jenis dari balok
alumunium dan balok besi tersebut.
B. Tujuan Percobaan
1. Menentukan panas jenis dari berbagai jenis logam.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan Percoabaan
1. Kalorimeter dengan pengaduk
Kalorimeter dengan pengaduk berfungsi untuk menghitung besar kecilnya
panas jenis sebuah benda, atau alat untuk menentukan jumlah kalor yang
berpindah.
B. Prosedur Percobaan
1. Balok alumunium ditimbang menggunakan neraca Ohauss sebanyak 5
kali.
2. Kalorimeter diberi air sebanyak 100 cm 3 air mengunankan tabung takaran,
didiamkan sejenak dan diukur suhunya (T1).
3. Alimunium dipanaskan dengan cara mencelupkan ke dalam air mendidih
selama 5 menit, dan suhu air tersebut diukur (T2).
4. Balok diambil dan dikeringkan, kemudian dimasukkakn dengan cepat ke
dalam kalorimeter.
5. Diaduk dengan teratur sampai suhu setimbang dan diukur (T3).
6. Percobaan diulangi untuk volume 200 cm3.
7. Percobaan diulangi seperti prosedur diatas untuk balok besi.
BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data Percobaan
1. Tabel 1. Panas jenis alumunium untuk V air 100 mL
No (m ± Δm) T1 T2 T3
gram °C °C °C
1 22, 5
2 22, 8
3 22, 4 24° 76° 26°
4 22, 6
5 22, 4
B. Tugas Akhir
1. Tentukan harga panas jenis untuk balok alumunium dan besi
berdasarkan data hasil percobaan!
Data pertama untuk balok alumunium dengan V 100 mL.
∑m
malum =
N
112,7 g
malum =
5
malum =22,54 g
mair =ρ air x V air
3
mair =0,997 g / cm x 100 mL
mair =99,7 g
C alum=
( 99,7 g .1
kal
g
° C+ 9,19 kal/° C ) .(26−24)
22,54 g .( ( 76−26 ))
217,84
C alum=
1127
C alum=0,193297 kal/g ° C
Data kedua untuk balok besi dengan V 100mL
∑m
mbesi =
N
270,9 g
mbesi =
5
mbesi =54,18 g
mair =ρ air x V air
C besi =
( 99,7 g .1
kal
g
° C+ 9,19 kal/°C ) .(27−24)
54,18 g .( ( 85−27 ))
326,768
C besi =
3142,44
C besi =0,103985 kal/ g° C
Data ketiga untuk alumunium dengan V 200 mL
∑m
malum =
N
112,7 g
malum =
5
malum =22,54 g
mair =ρ air x V air
3
mair =0,997 g / cm x 200 mL
mair =199,46 g
C alum =
( 99,7 g .1
kal
g
° C+ 9,19 kal/° C ) .(25−24)
22,54 g .( ( 89−25 ) )
208,65
C alum=
1442,56
C alum=0,144642kal /g ° C
Data keempat untuk balok besi dengan V 200 mL
∑m
mbesi =
N
270,9 g
mbesi =
5
mbesi =54,18 g
mair =ρ air x V air
3
mair =0,997 g / cm x 100 mL
mair =199,46 g
C besi =
( 99,7 g .1
kal
g
° C+ 9,19 kal/ ° C ) .(25−23)
54,18 g .( ( 92−25 ) )
417,31
C besi =
3630,06
C besi =0,11496 kal/ g ° C
[ √( )( ) ( ) ( ) ( )]
2 2 2 2 2
Δ mair Δm alum ∆ T1 ∆ T2 ∆ T3
ΔCalum= + + + + . Cz
mair malum T2 T2 T3
[ √( )( ) ( ) ( ) ( ) ] .0,193
2 2 2 2 2
0,025 0,0748 0,5 0,5 0,5
ΔCalum= + + + +
99,73 22,54 24 76 26
ΔCalum=0,000082 kal/g ° C
C alum ± ΔCalum=0,1932 kal/ g ° C ± 0,000082 kal/ g ° C
Data kedua untuk balok besi dengan V 100 mL
[ √( )( ) ( ) ( ) ( )]
2 2 2 2 2
Δ mair Δm besi ∆ T1 ∆T2 ∆ T3
ΔCbesi= + + + + . Cz
mair mbesi T2 T2 T3
[ √( )( ) ( ) ( ) ( ) ] .0,103
2 2 2 2 2
0,025 0,058 0,5 0,5 0,5
ΔCbesi= + + + +
99,73 22,54 24 85 27
ΔCbesi=0,0000423 kal/ g° C
C besi ± ΔCbesi=0,103 kal/g ° C ± 0,0000423 kal/g ° C
Data ketiga untuk balok alumunium dengan V 200 Ml
[ √( )( ) ( ) ( ) ( )]
2 2 2 2 2
Δ mair Δm alum ∆ T1 ∆ T2 ∆ T3
ΔCalum= + + + + . Cz
mair malum T2 T2 T3
[ √( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ].0,1446
0,025 2 0,0748 2 0,5 2 0,5 2 0,5 2
ΔCalum= + + + +
199,46 22,54 24 89 25
ΔCalum=0,0000519 kal/ g ° C
C alum ± ΔCalum=0,1446 kal /g ° C ± 0,0000512kal /g ° C
Data keempat untuk balok besi dengan V 200 Ml
[ √( )( ) ( ) ( ) ( )]
2 2 2 2 2
Δ mair Δm besi ∆ T1 ∆T2 ∆ T3
ΔCbesi= + + + + . Cz
mair mbesi T2 T2 T3
[ √( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ] .0,11496
0,025 2 0,058 2 0,5 2 0,5 2 0,5 2
ΔCbesi= + + + +
199,46 22,54 23 92 25
ΔCbesi=0,0000634 kal/ g ° C
C besi ± ΔCbesi=0,11496 kal/g ° C ± 0,0000634 kal/ g ° C
KSR= |Cz−Clit
Clit |
x 100 %
KSR=|0,1932 kal/0,217
g ° C−0,217 kal/g ° C
kal/ g ° C |x 100 %
KSR=|
0,217 kal/g ° C |
−0,0237 kal/g ° C
x 100 %
KSR=−0,109 x 100 %
KSR=¿−10,92∨%
KSR=10,92 %
KP=100 %−KSR
KP=100 %−10,92 %
KP=89,08 %
Data kedua untuk balok besi dengan V 100 mL
KSR=|Cz−Clit
Clit |
x 100 %
KSR=| |x 100 %
0,103 kal/ g ° C−0,113 kal /g ° C
0,113 kal/ g ° C
KSR=|
0,113 kal / g °C |
−0,00901 kal/ g ° C
x 100 %
KSR=−0,079 x 100 %
KSR=¿−7,97∨%
KSR=7 , 97 %
KP=100 %−KSR
KP=100 %−7,97 %
KP=92,03 %
Data ketiga dengan balok alumunium dengan V 200 mL
KSR=|Cz−Clit
Clit |
x 100 %
KSR=| |x 100 %
0,1446 kal /g ° C−0,217 kal/ g ° C
0,217 kal/ g ° C
KSR=|
0,217 kal /g ° C |
−0,0723 kal /g ° C
x 100 %
KSR=−0,3334 x 100 %
KSR=¿−33,34∨%
KSR=33,34 %
KP=100 %−KSR
KP=100 %−33,34 %
KP=66,66 %
Data keempat untuk balok besi dengan V 200 Ml
KSR=|Cz−Clit
Clit |
x 100 %
KSR=| |x 100 %
0,11496 kal /g ° C−0,113 kal/g ° C
0,113 kal/ g °C
KSR=|
0,113 kal /g °C |
0,00196 kal /g ° C
x 100 %
KSR=0,01734 x 100 %
KSR=1,73 %
KP=100 %−KSR
KP=100 %−1,73 %
KP=98,27 %
C. Analisis Data
Pada praktikum T-1, bahan yang digunakan adalah alumunium dan
besi. Kedua objek tersebut termasuk ke dalam jenis logam yang berarti
bahwa kedua benda tersebut dalam proses perpindahan kalornya termasuk
jenis benda konduktor (yang dapat menghantarkan panas dengan baik).
Benda tersebu digunakan sebagai media penghantar panas karena benda
tersebut tidak mengalami perubahan yang signifikan seperti benda lain.
Dalam proses perpindahan kalornya, praktikum ini menggunakan sistem
konduksi karena fokus pada praktikum ini terletak pada baloknya. Seperti
pengertian konduksi pada umumnya yakni perpindahan panas melalui zat
penghantar dengan tidak disertai perubahan perpindahan zatnya. Pada
kasus ini, zat dari balok alumunium dan besi tidak berbah ketika
dipanaskan, akan tetapi ketika dipanaskan, zat dalam balok tersebut
memngalami getaran saja kemudian diteruskan ke zat/partikel lain yang
berada di dekatnya sehingga semua bagian balok nantinya akan mengalami
peningkatan suhu secara merata.
Bahan yang digunakan selanjutnya adalah benang yang berfungsi
sebagai alat bantu ketika mengangkat balok dalam keadaan panas. Dalam
percobaan ini, benang bersifat isolator yang berarti benang tidak bisa
menghantarkan panas, benang digunakan untuk mengangkat balok
memiliki tujuan agar panas yang dihasilkan oleh balok tidak merambat ke
tangan. Pada prosedur percobaan prktikum ini, kedua balok ditimbang
menggunakan neraca Ohauss sebanyak 5 kali agar mendapatkan hasil yang
presisi. Alumunium memliki massa yang lebih ringan jika dibandingkan
dengan besi. Setelah itu balok dipanaskan selama 5 menit, hal ini bertujua
agar panas pada balok dan air menjadi setimbang. Di sisi lain, kalorimeter
diisi air sebanyak air yang telah ditentukan pada literatur dan diukur
suhunya. Ketika 5 menit berjalan maka suhu air diukur menggunakan
termometer dan balok diangkat kemuda dipindahkan ke dalam
kalorimeter.
Suhu awal pada saat sebelum dimasukkan balok panas lebih rendah
jika dibandingkan dengan keadaan ketika sudah dimasukkan balok panas
ke dalam kalorimeter. Hal tersebut berarti balok panas tersebut melepas
kalor ke air hingga mencapai titik kesetimbangan antara balok dan air
tersebut. Sesuai dengan hukum termodinamika 0 yang berbunyi jika dua
sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem ketiganya, maka mereka
dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Selain itu juga berlaku hukum
temodinamika 2 sebagai sifat alami kalor, yakni berpindah dari suhu yang
lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah.
Data yang didapatkan drai percobaan tersebut hanya massa balok,
suhu awal, suhu ketika balok dipanaskan, dan suhu ketika balok telah
dilepaskan ke dalam kalorimeter. Dari data data tersebut, diitemukan rata-
rata masa untuk alumunium adalah 22,54gram dan balok besi memiliki
massa rata-rata 54,18gram. Sesatan dari kedua massa balok tersebut juga
terbilang kecil yakni 0,000082 kal/ g ° C ,0,0000423 kal/ g ° C ,
0,0000519 kal/ g ° C ,0,0000634 kal /g ° C yang berarti bahwa keakuratan
dari pengukuran tersebut tinggi.
Pada pengukuran massa air, didapatkan dari hasil perkalian massa
jenis air dengan volume air. Massa air untuk volume air 100 mL adalah
99,7 gram dan massa air untuk Volume 200 mL adalah 199,46 yang
menandakan massa dari air tersebut bergantung pada seberapa banyak
volume air, ketika volume air besar maka akan menghasilkan massa air
yang besar pula, begitupun sebaliknya.
Pada pengukuran panas jenis, rumus yang didapatkan
( mair . c air +c cal ) .(T 3−T 1)
adalah C zat =
mzat .( ( T 2−T 3 ) )
Dengan :