Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AKHIR

T-
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PANAS JENIS ZAT PADAT


(T – 1)

Nama : Bekti Husendi

NPM : 140310220065

Partner : Helena, Abel, Putri, Riyan, Retha, Farel,


Amenis, Nadzifa
NPM : 49,23, 59,45,28,18,51,64,37

Fakultas / Departemen : MIPA/Fisika


Tanggal : 28 Oktober 2022

FISIKA
Hari / Jam : 08.00-11.00 WIB

Nama Asisten : Celca

LABORATORIUM FISIKA DASAR


PUSAT PELAYANAN BASIC SCIENCE
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PANAS JENIS ZAT PADAT

T-1

NAMA :. Bekti Husendi


NPM : 140310220065
PARTNER : Helena, Abel, Putri, Riyan, Retha, Farel,
Amenis, Nadzifa.
NPM : 49,23, 59,45,28,18,51,64,37.
JURUSAN/FAKULTAS : MIPA/Fisika
JADWAL PRAKTIKUM : Sesi I

KOLOM NILAI

Speaken Lap. Pendahuluan Praktikum Lap. Akhir

Jatinangor, 28 Oktober 2022


Asisten

___________________________
NPM
ABSTRAK
Praktikum panas jenis zat padat mempunyai tujuan untuk menentukan
panas jenis berbagai logam. Pada percobaan ini, alat yang digunakan adalah
calorimeter yang berfungsi untuk menghitung panas jenis sebuah benda,
thermometer yang berguna untuk engukur suhu (celcius), tabung takaran yang
berguna untuk menakar air, balok alumunium dan balok besi yang berguna
sebagai objek yang akan direbus nantinya dan akan diukur suhunya, benang yang
digunakan untuk mempermudah ketika mengangkat logam panas, neraca Ohauss
yang berguna untuk mengukur balok besi dan alumunium, dan kompor listrik
yang berguna untuk alat yang digunakan untuk memanaskan balok. Ketika
melakukan percobaan panas jenis zat, maka diperlukan adanya pemahaman
tentang kalor, panas, suhu dan temperatur. Panas adalah energi yang terdapat
dalam suatu benda, ketika ada proses perpindahan energi dari suhu yang tinggi ke
suhu yang lebih rendah,a maka itu dinamakan kalor. Sementara suhu adalah suatu
keadaan dalam sebuah benda yang digambarkan dengan derajat suhu. Begitu pula
dengan temperatur, hanya saja temperatur lebih cenderung digunakan untuk
menggambarkan keadaan pada sebuah ruangan yang besar/ lingkup yang lebih
luas. Pada percobaan ini, balok diukur menggunakan neraca sebanyak 5 kali agar
mendapatkan hasil yang presisi, kemudian sebuah kalorimeter yang diisi dengan
air sesuai dengan petunjuk yang diberikan yakni 100ml dan 200ml kemudian
diukur dengan termometer dan dijadikan sebagai T1, kemudian balok dimasukkan
kedalam air yang medidih selama 5 menit agar tercipta kesetimbangan antara
balok dengan air dan diukur sebagai T 2, setelah itu dimasukkan kedalam
kalorimeter dan diaduk, setelah itu diukur suhunya dan dijadikan sebagai T 3.
Kemudian data-data tersebut digunakan untuk menentukan panas jenis dari balok
alumunium dan balok besi tersebut.

Kata kunci : panas jenis, suhu, termometer.


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalor dan panas merupakan dua hal yang berbeda meskipun memiliki
beberapa persamaan. Panas adalah suatu energi yang tersimpan di dalam suatu
benda, sedangkan proses berpindahnya energi dari partikel yang bersuhu
rendah ke partikel yang bersuhu tinggi itulah yang dinamakan sebagai kalor.
Dalam SI, kalor memiliki satuan Joule. Dala percobaan ini, aspek yang ingin
diteliti adalah mengukur panas jenis berbagai jenis logam. Panas jenis adalah
banyaknya energi kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu 1kg zat
sebesar 1 derajat celcius. Derajat celcius di dalam uraian sebelumnya
merupakan satuan suhu sehingga kalor dan panas tidak bisa terlepas dari suhu
dan temperatur. Suhu adalah keadaan panas sebuah benda yang dilambangkan
dengan derajat. Sedangkan temperatur adalah keadaan panas sebuah benda
yang dilambangkan dengan suhu juga. Akan tetapi, yang membedakan kedua
hal tersebut adalah suhu lebih cederung menggambarkan keadaan panas benda
sedangkan temperature lebih cenderung menggambarkan keadaan pada sebauh
ruangan. Dari pengertian panas jenis tersebut, maka rumus panas jenis dapat
ditentukan dari jumlah kalor yang diperlukan, dibagi dengan massa benda
yang dikali dengan temperatur. Selain itu juga terdapat kapasitas panas yang
mempunyai pengertian mirip dengan panas jenis. Kapasitas panas merupakan
banyaknya kalor yang diperlukan pada massa tertentu untuk menaikkan suhu
sebesar 1 derajat celcius. Alumunium dan besi mempunyai panas jenis yang
berbeda, massa jenis pada alumunium adalah 900 J/kg°C sedangkan panas
jenis dari besi adalah 450J/kg°C. Dalam penentuan massa jenis juga tegantung
kepada massa masing - masing benda/zat. Terdapat 3 jenis zat yaitu zat padat,
zat cair dan zat gas. Zat pada mempunyai kerapatan yang kompleks dan
bersifat tetap, gaya Tarik-menarik yang kuat dan pergerakan partikelnya hanya
berupa getaran. Zat cair mempunyai susunan partikel yang sedikit renggang
daripada zat padat, gaya tarik-menarik yang lemah dan gerakan partikelnya
yang lincah. Zat gas mempunyai susunan partikel yang berubah-ubah, gaya
tarik-menarik yang hampir tidak ada dan pergerakan partikelnya yang sangat
bebas.
Hubungan jenis zat dan partikel juga akan membawa perubahan wujud zat,
yakni mencair yaitu proses perubahan dari zat padat menjadi zat cair, dalam
hal ini memerlukan kalor. membeku yang melepaskan kalor, menguap yang
memerlukan kalor, mengembun yang melepas energi kalor, menyublim yang
memerlukakn kalor dan mengkristal yang melepaskan energi kalor.
Perpindahan kalor juga terdapat bebrapa jenis yaitu konduksi, konveksi dan
radiasi.
Pada sebuah system juga terdapat beberapa kondisi, seperti adiabatic yang
berarti tidak ada kalor yang masuk dan keluar, isokhorik yang berarti dalam
sebuah sistem volumenya tidak berubah/tetap, isobaric yang berarti dalam
proses tersebut, tekanannya tetap/konstan. Pengukuran massa jenis zat dalam
percobaan menentukan panas jenis berbagai jenis logam menggunakan
kalorimeter dan rumus-rumus yang digunakan adalah hukum termodinamika 0
sampai 3, selain itu juga terdapat asas Black yang berbunyi kalor yang masuk
sama besar dengan kalor yang keluar.
Hukum termodinamika 0 berbunyi jika dua sistem dalam kesetimbangan
termal dengan sistem ketiganya, maka mereka berada dalam sistem
kesetimbangan termal satu sama lain. Hukum termodinamika 1 berbunyi
energy tidak dapat dicipitakan dan juga tidak dapat dimusnahkan. Hukum
termodinamika 2 kalor mengalir secara alami dari benda yang panas ke benda
yang dingin dan sebaliknya kalor tidak akan berpindah dari suhu rendah ke
suhu tinggi tanpa adanya usaha. Hukum termodinamika 3 menyatakan bahwa
sebuah sistem yang mencapai titik absolut temperaturnya, maka semua
prosesnya akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai maksimum.

B. Tujuan Percobaan
1. Menentukan panas jenis dari berbagai jenis logam.
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan Percoabaan
1. Kalorimeter dengan pengaduk
Kalorimeter dengan pengaduk berfungsi untuk menghitung besar kecilnya
panas jenis sebuah benda, atau alat untuk menentukan jumlah kalor yang
berpindah.

Gambar 1.1 kalorimeter


2. Termometer
Termometer berfungsi untuk mengukur suhu benda.

Gambar 1.2 termometer air raksa


3. Tabung takaran
Tabung takaran berfungsi untuk mengukur jumlah air yang diperlukan
untuk digunakan untuk percobaan.
Gambar 1.3 tabung takaran
4. Balok alumunium
Balok alumunium digunakan untuk objek yang akan diukur suhunya.
5. Balok besi
Balok besi digunakan sebagai objek dalam percobaan yang akan diukur
suhunya.
6. Benang
Benang digunakan untuk mengikat balok besi dan alumunium agar
mempermudah untuk mengangkat ketika dalam keadaan panas.
7. Neraca Ohauss
Neraca Ohauss digunakan untuk mengukur massa balok besi dan
alumunium dalam satuan gram.

Gambar 1.4 neraca Ohauss


8. Kompor listrik
Kompor listrik digunakan untuk memanaskan air yang digunakan untuk
merebus balok besi dan alumunium.
Gambar 1.5 kompor listrik

B. Prosedur Percobaan
1. Balok alumunium ditimbang menggunakan neraca Ohauss sebanyak 5
kali.
2. Kalorimeter diberi air sebanyak 100 cm 3 air mengunankan tabung takaran,
didiamkan sejenak dan diukur suhunya (T1).
3. Alimunium dipanaskan dengan cara mencelupkan ke dalam air mendidih
selama 5 menit, dan suhu air tersebut diukur (T2).
4. Balok diambil dan dikeringkan, kemudian dimasukkakn dengan cepat ke
dalam kalorimeter.
5. Diaduk dengan teratur sampai suhu setimbang dan diukur (T3).
6. Percobaan diulangi untuk volume 200 cm3.
7. Percobaan diulangi seperti prosedur diatas untuk balok besi.
BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Data Percobaan
1. Tabel 1. Panas jenis alumunium untuk V air 100 mL
No (m ± Δm) T1 T2 T3
gram °C °C °C
1 22, 5
2 22, 8
3 22, 4 24° 76° 26°
4 22, 6
5 22, 4

2. Tabel 2. Panas jenis besi untuk V air 100 Ml


No (m ± Δm) T1 T2 T3
gram °C °C °C
1 54, 1
2 54, 3
3 54, 0 24° 85° 27°
4 54, 2
5 54, 3

3. Tabel 3. Panas jenis alumunium untuk V air 200 mL


No (m ± Δm) T1 T2 T3
gram °C °C °C
1 22, 5
2 22, 8
3 22, 4 24° 89° 25°
4 22, 6
5 22, 4
4. Tabel 4. Panas jenis besi untuk V air 200 mL
No (m ± Δm) T1 T2 T3
gram °C °C °C
1 54, 1
2 54, 3
3 54, 0 23° 92° 25°
4 54, 2
5 54, 3

B. Tugas Akhir
1. Tentukan harga panas jenis untuk balok alumunium dan besi
berdasarkan data hasil percobaan!
 Data pertama untuk balok alumunium dengan V 100 mL.
∑m
malum =
N
112,7 g
malum =
5
malum =22,54 g
mair =ρ air x V air
3
mair =0,997 g / cm x 100 mL
mair =99,7 g

( mair . cair +c cal ) .(T 3−T 1)


C alum=
malum . ( ( T 2 −T 3 ) )

C alum=
( 99,7 g .1
kal
g
° C+ 9,19 kal/° C ) .(26−24)

22,54 g .( ( 76−26 ))
217,84
C alum=
1127
C alum=0,193297 kal/g ° C
 Data kedua untuk balok besi dengan V 100mL
∑m
mbesi =
N
270,9 g
mbesi =
5
mbesi =54,18 g
mair =ρ air x V air

mair =0,997 g /cm3 x 100 mL


mair =99,7 g

( mair . c air + c cal ) .(T 3 −T 1 )


C besi =
mbesi .(( T 2−T 3 ) )

C besi =
( 99,7 g .1
kal
g
° C+ 9,19 kal/°C ) .(27−24)

54,18 g .( ( 85−27 ))
326,768
C besi =
3142,44
C besi =0,103985 kal/ g° C
 Data ketiga untuk alumunium dengan V 200 mL
∑m
malum =
N
112,7 g
malum =
5
malum =22,54 g
mair =ρ air x V air
3
mair =0,997 g / cm x 200 mL
mair =199,46 g

( mair . cair +c cal ) .(T 3−T 1)


C alum=
malum . ( ( T 2 −T 3 ) )

C alum =
( 99,7 g .1
kal
g
° C+ 9,19 kal/° C ) .(25−24)

22,54 g .( ( 89−25 ) )
208,65
C alum=
1442,56
C alum=0,144642kal /g ° C
 Data keempat untuk balok besi dengan V 200 mL
∑m
mbesi =
N
270,9 g
mbesi =
5
mbesi =54,18 g
mair =ρ air x V air
3
mair =0,997 g / cm x 100 mL
mair =199,46 g

( mair . c air + c cal ) .(T 3 −T 1 )


C besi =
mbesi .(( T 2−T 3 ) )

C besi =
( 99,7 g .1
kal
g
° C+ 9,19 kal/ ° C ) .(25−23)

54,18 g .( ( 92−25 ) )
417,31
C besi =
3630,06
C besi =0,11496 kal/ g ° C

2. Tentnukan harga panas jenis terbaik dan harga ketidakpastian hasil


percobaan untuk masing-masing balok logam!
 Data pertama untuk balok alumunium dengan V 100 mL

[ √( )( ) ( ) ( ) ( )]
2 2 2 2 2
Δ mair Δm alum ∆ T1 ∆ T2 ∆ T3
ΔCalum= + + + + . Cz
mair malum T2 T2 T3

[ √( )( ) ( ) ( ) ( ) ] .0,193
2 2 2 2 2
0,025 0,0748 0,5 0,5 0,5
ΔCalum= + + + +
99,73 22,54 24 76 26

ΔCalum=0,000082 kal/g ° C
C alum ± ΔCalum=0,1932 kal/ g ° C ± 0,000082 kal/ g ° C
 Data kedua untuk balok besi dengan V 100 mL

[ √( )( ) ( ) ( ) ( )]
2 2 2 2 2
Δ mair Δm besi ∆ T1 ∆T2 ∆ T3
ΔCbesi= + + + + . Cz
mair mbesi T2 T2 T3

[ √( )( ) ( ) ( ) ( ) ] .0,103
2 2 2 2 2
0,025 0,058 0,5 0,5 0,5
ΔCbesi= + + + +
99,73 22,54 24 85 27
ΔCbesi=0,0000423 kal/ g° C
C besi ± ΔCbesi=0,103 kal/g ° C ± 0,0000423 kal/g ° C
 Data ketiga untuk balok alumunium dengan V 200 Ml

[ √( )( ) ( ) ( ) ( )]
2 2 2 2 2
Δ mair Δm alum ∆ T1 ∆ T2 ∆ T3
ΔCalum= + + + + . Cz
mair malum T2 T2 T3

[ √( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ].0,1446
0,025 2 0,0748 2 0,5 2 0,5 2 0,5 2
ΔCalum= + + + +
199,46 22,54 24 89 25
ΔCalum=0,0000519 kal/ g ° C
C alum ± ΔCalum=0,1446 kal /g ° C ± 0,0000512kal /g ° C
 Data keempat untuk balok besi dengan V 200 Ml

[ √( )( ) ( ) ( ) ( )]
2 2 2 2 2
Δ mair Δm besi ∆ T1 ∆T2 ∆ T3
ΔCbesi= + + + + . Cz
mair mbesi T2 T2 T3

[ √( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ] .0,11496
0,025 2 0,058 2 0,5 2 0,5 2 0,5 2
ΔCbesi= + + + +
199,46 22,54 23 92 25
ΔCbesi=0,0000634 kal/ g ° C
C besi ± ΔCbesi=0,11496 kal/g ° C ± 0,0000634 kal/ g ° C

3. Hitiunglah kesalahan relatif percobaan dengan membandingkan


harga panas jenis percobaan dengan harga literatur!
 Data pertama untuk balok alumunium dengan V 100 mL

KSR= |Cz−Clit
Clit |
x 100 %
KSR=|0,1932 kal/0,217
g ° C−0,217 kal/g ° C
kal/ g ° C |x 100 %
KSR=|
0,217 kal/g ° C |
−0,0237 kal/g ° C
x 100 %

KSR=−0,109 x 100 %
KSR=¿−10,92∨%
KSR=10,92 %
KP=100 %−KSR
KP=100 %−10,92 %
KP=89,08 %
 Data kedua untuk balok besi dengan V 100 mL

KSR=|Cz−Clit
Clit |
x 100 %

KSR=| |x 100 %
0,103 kal/ g ° C−0,113 kal /g ° C
0,113 kal/ g ° C

KSR=|
0,113 kal / g °C |
−0,00901 kal/ g ° C
x 100 %

KSR=−0,079 x 100 %
KSR=¿−7,97∨%
KSR=7 , 97 %
KP=100 %−KSR
KP=100 %−7,97 %
KP=92,03 %
 Data ketiga dengan balok alumunium dengan V 200 mL

KSR=|Cz−Clit
Clit |
x 100 %

KSR=| |x 100 %
0,1446 kal /g ° C−0,217 kal/ g ° C
0,217 kal/ g ° C

KSR=|
0,217 kal /g ° C |
−0,0723 kal /g ° C
x 100 %

KSR=−0,3334 x 100 %
KSR=¿−33,34∨%
KSR=33,34 %
KP=100 %−KSR
KP=100 %−33,34 %
KP=66,66 %
 Data keempat untuk balok besi dengan V 200 Ml

KSR=|Cz−Clit
Clit |
x 100 %

KSR=| |x 100 %
0,11496 kal /g ° C−0,113 kal/g ° C
0,113 kal/ g °C

KSR=|
0,113 kal /g °C |
0,00196 kal /g ° C
x 100 %

KSR=0,01734 x 100 %
KSR=1,73 %
KP=100 %−KSR
KP=100 %−1,73 %
KP=98,27 %

C. Analisis Data
Pada praktikum T-1, bahan yang digunakan adalah alumunium dan
besi. Kedua objek tersebut termasuk ke dalam jenis logam yang berarti
bahwa kedua benda tersebut dalam proses perpindahan kalornya termasuk
jenis benda konduktor (yang dapat menghantarkan panas dengan baik).
Benda tersebu digunakan sebagai media penghantar panas karena benda
tersebut tidak mengalami perubahan yang signifikan seperti benda lain.
Dalam proses perpindahan kalornya, praktikum ini menggunakan sistem
konduksi karena fokus pada praktikum ini terletak pada baloknya. Seperti
pengertian konduksi pada umumnya yakni perpindahan panas melalui zat
penghantar dengan tidak disertai perubahan perpindahan zatnya. Pada
kasus ini, zat dari balok alumunium dan besi tidak berbah ketika
dipanaskan, akan tetapi ketika dipanaskan, zat dalam balok tersebut
memngalami getaran saja kemudian diteruskan ke zat/partikel lain yang
berada di dekatnya sehingga semua bagian balok nantinya akan mengalami
peningkatan suhu secara merata.
Bahan yang digunakan selanjutnya adalah benang yang berfungsi
sebagai alat bantu ketika mengangkat balok dalam keadaan panas. Dalam
percobaan ini, benang bersifat isolator yang berarti benang tidak bisa
menghantarkan panas, benang digunakan untuk mengangkat balok
memiliki tujuan agar panas yang dihasilkan oleh balok tidak merambat ke
tangan. Pada prosedur percobaan prktikum ini, kedua balok ditimbang
menggunakan neraca Ohauss sebanyak 5 kali agar mendapatkan hasil yang
presisi. Alumunium memliki massa yang lebih ringan jika dibandingkan
dengan besi. Setelah itu balok dipanaskan selama 5 menit, hal ini bertujua
agar panas pada balok dan air menjadi setimbang. Di sisi lain, kalorimeter
diisi air sebanyak air yang telah ditentukan pada literatur dan diukur
suhunya. Ketika 5 menit berjalan maka suhu air diukur menggunakan
termometer dan balok diangkat kemuda dipindahkan ke dalam
kalorimeter.
Suhu awal pada saat sebelum dimasukkan balok panas lebih rendah
jika dibandingkan dengan keadaan ketika sudah dimasukkan balok panas
ke dalam kalorimeter. Hal tersebut berarti balok panas tersebut melepas
kalor ke air hingga mencapai titik kesetimbangan antara balok dan air
tersebut. Sesuai dengan hukum termodinamika 0 yang berbunyi jika dua
sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem ketiganya, maka mereka
dalam kesetimbangan termal satu sama lain. Selain itu juga berlaku hukum
temodinamika 2 sebagai sifat alami kalor, yakni berpindah dari suhu yang
lebih tinggi ke suhu yang lebih rendah.
Data yang didapatkan drai percobaan tersebut hanya massa balok,
suhu awal, suhu ketika balok dipanaskan, dan suhu ketika balok telah
dilepaskan ke dalam kalorimeter. Dari data data tersebut, diitemukan rata-
rata masa untuk alumunium adalah 22,54gram dan balok besi memiliki
massa rata-rata 54,18gram. Sesatan dari kedua massa balok tersebut juga
terbilang kecil yakni 0,000082 kal/ g ° C ,0,0000423 kal/ g ° C ,
0,0000519 kal/ g ° C ,0,0000634 kal /g ° C yang berarti bahwa keakuratan
dari pengukuran tersebut tinggi.
Pada pengukuran massa air, didapatkan dari hasil perkalian massa
jenis air dengan volume air. Massa air untuk volume air 100 mL adalah
99,7 gram dan massa air untuk Volume 200 mL adalah 199,46 yang
menandakan massa dari air tersebut bergantung pada seberapa banyak
volume air, ketika volume air besar maka akan menghasilkan massa air
yang besar pula, begitupun sebaliknya.
Pada pengukuran panas jenis, rumus yang didapatkan
( mair . c air +c cal ) .(T 3−T 1)
adalah C zat =
mzat .( ( T 2−T 3 ) )

Dengan :

C zat = panas jenis ( kalg ° C )


m air =massa air (gram)
c air = panas jenis air ¿
kal
Ccal=kapasitas panas ( )
°C
m zat =massa rata−rata zat( gram)
T 1=suhu awal(° C)
T 2=suhu ketika dipanaskan(° C )
T 3=suhu campura dikalorimeter (° C )
Nilai panas jenis balok alumunium dan besi berturut-turut adalah :
Jenis Volume 100 mL Volume 200 mL
Alumunium 0,193297 kal /g ° C 0,144642 kal/ g ° C
besi 0,103985 kal/ g °C 0,11496 kal /g ° C
Dari data diatas, diketahui bahwa panas jenis suatu zat dipegaruhi
oleh beberapa faktor yaitu massa air, massa zat panas jenis air, kapasitas
panas, dan suhu. Selain itu juga dapat ditarik kesimpulan bahwa panas
jenis pada alumunium lebih besar daripada panas jenis pada besi yang
berarti semakin besar massa dari sebuah benda/zat, maka akan semakin
kecil massa jenisnya.
Dari pengolahan data diatas, dapat ditentukan juga kesalahan relatif
dari pengukuran panas jenis tersebut. Dengan cara mengurangi panas jenis
hasil perhitungan dengan panas jenis yang terdapat dalam literatur. Panas
jenis yang terdapat dalam literatur untuk alumunium dan besi berbeda,
panas jenis untuk alumunium adalah 0,217 kal /g ° C dan panas jenis untuk
besi adalah 0,113 kal / g ° C . Panas jenis yang didapatkan dari hasil
pengolahan disajikan dalam tabel berikut ini.
Jenis 100 mL 200 mL
Alumunium 10,92 % 33,34 %
Besi 7 , 97 % 1,73 %

Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa tingkat kesalahan


relatif paling besar terdapat pada panas jenis alumunium dengan V
200 mL yaitu 33,34% dan kesalahan terkecil adalah panas jenis
besi dengan V 200 mL yaitu 1,73%.
Dari hasil tersebut, tingkat keberhasilan pengukuran tersebut
adalah 89,08% untuk alumunium dengan V 100 mL, 92,03% untuk besi
dengan V 100 mL, 66,66% untuk alumunium dengan V 200 mL, dan
98,27% untuk besi dengan V 200 mL. Semakin kecil KSR yang
didapatkan maka tingkat akurasi sebuah pengukuran akan semakin bagus.
Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa tingkat akurasi
pengukuran paling baik terdapat pada balok besi dengan V 200 mL dan
tingkat kesalahan palng besar terdapat pada alumunium dengan V 200 mL.
Tingkat kesalahan yang besar dapat diakibatkan oleh praktikan, seperti
terlalu terburu-buru sehingga suhu belum setimbang, kesalahan dalam
melihat angka dalam termometer, dan kesalahan dalam manajemen waktu
baik terlalu lama atau terlalu singkat.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Praktikan dapat memahami panas jenis, baik pengertian panas
jenis, dan cara untuk menentukank panas jenis.
DAFTAR PUSTAKA
Mikrajuddin Abdullah. 2016. Fisika Dasar I. Bandung
Paul A. Tipler. 2001.FISIKA untuk Sains dan Teknik edisi ketiga jilid dua.
Jakarta. Erlangga
Mark W. Zemansky. 1986. Kalor dan termodinamika terbitan keenam.Itb.
Bandung
Aip Saripudin. 2009. Praktis belajar fisika. Departemen pendidika nasional.

Anda mungkin juga menyukai