Anda di halaman 1dari 21

Nilai:

LAPORAN BAHAN PRAKTIKUM


KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Pengukuran Nilai Kapasitas Kalori)

Oleh:

Nama : Labita Anna Maura

NPM : 240110200022

Hari, Tanggal Praktikum : Selasa, 26 Oktober 2021

Waktu/Shift : 15.30 – 17.30 WIB / Shift A

Asisten : 1. Farinissa Deliana Putri

2. Muhammad Nashir Effendy

3. Ruth Anggia Assyera

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Bahan hasil pertanian merupakan bahan dengan sifat perishable atau mudah
rusak. Selain itu, bahan yang beragam harus ditangani secara berbeda karena
sifatnya berbeda pula. Penanganan pada bahan hasil pertanian sangat menentuknan
kualitas dan daya simpan bahan. Kesalahan kecil saja dapat berakibat cukup fatal
sehingga bahan tidak dapat dikonsumsi. Oleh karena itu, diperlukan penangan yang
tepat agar bahan memiliki umur simpan yang panjang.
Salah satu penanganan yang memperpanjang umur simpan adalah perlakuan
termal. Perlakuan yang berhubungan dengan suhu bahan ini cukup umum dilakukan
karena suhu merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap umur simpan.
Cakupan dari sifat termal ini adalah pengeringan, pendinginan, pembekuan, dan
pengolahan. Pemilihan perilaku yang akan dilakukan terhadap bahan hasil
pertanian bergantung pada hasil yang diinginkan. Pengetahuan mengenai sifat-sifat
termal seperti panas spesifik, konduktivitas panas, dan disfusivitas panas penting
untuk dilakukan karena memperpanjang umur simpan. Oleh karena itu, pada
praktikum kali ini dilakukan perhitungan salah satu sifat termal bahan pertanian
yaitu panas spesifik (Cp) untuk mengetahui suhu yang baik untuk bahan hasil
pertanian agar tahan dalam jangka waktu yang lama.

1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan Praktikum kali ini adalah menentukan panas spesifik (Cp) dari
beberapa jenis bahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kalor
Secara umum telah dimengerti bahwa kalor adalah sebuah bentuk energi dan
bukan merupakan sebuah zat. Joule adalah orang yang memperlihatkan dengan
eksperimen bahwa bila suatu kuantitas energi mekanis yang diberikan diubah
menjadi kalor, maka kuantitas kalor yang sama selalu dihasilkan. Jadi, kesetaraan
kalor dan kerja mekanis sebagai dua bentuk energi telah diperlihatkan secara pasti.
Helmholtz pertama-tama menyatakan secara jelas pemikiran bahwa bukan hanya
kalor dan energi mekanis, tetapi semua bentuk energi adalah ekivalen dan bahwa
sejumlah yang diberikan dari sesuatu bentuk energy tidak dapat lenyap tanpa
munculnya suatu jumlah energi yang sama di dalam sesuatu bentuk lain. Kalor
merupakan suatu bentuk energi dan memiliki satuan kalori, sedangkan energi
memiliki satuan Joule.
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang mengalir karena adanya perbedaan
suhu dan atau karena adanya usaha atau kerja yang dilakukan pada sistem. Kalor
mempunyai satuan kalori, satu kalori didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan
1 gram air untuk menaikkan suhunya 1 °C. Dalam sistem SI satuan kalor adalah
Joule. Satu kalori setara dengan 4,18 joule. Besar kecilnya kalor yang dibutuhkan
suatu zat bergantung pada 3 faktor, yaitu: massa zat, jenis zat (kalor jenis), dan
perubahan suhu. Sehingga dapat disimpulkan rumus umum kalor adalah:
𝑄 = 𝑚 . 𝑐 (∆T) (1)

𝑄 = 𝑚 . 𝑐 (𝑡2 − 𝑡1 ) (2)
Dimana,
Q = kalor yang dibutuhkan (J)
m = massa benda (kg)
c = kalor jenis (J/kgC)
∆T = perubahan suhu (C)

2.1.1 Asas Black


Asas Black adalah sebuah dalil fisika mengenai kalor yang di
kemukakan oleh ilmuwan Skotlandia. Prinsip asas black dikemukakan oleh
Joseph Black. Menurut prinsip Asas Black apabila ada dua benda yang
suhunya berbeda kemudian disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran
kalor dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah.
Aliran ini akan berhenti sampai terjadi keseimbangan termal (suhu kedua
benda sama). Berikut penjabaran lebih lanjur mengenai asas black:
1. Jika dua buah benda yang berbeda yang suhunya dicampurkan, benda yg
panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya
sama;
2. Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang
dilepas benda panas; dan
3. Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor
yang diserap bila dipanaskan.
Jumlah panas, kecepatan penyaluran panas, dan fluks panas semua
disimbolkan dengan perbedaan permutasi huruf Q. Mereka biasanya diganti
dalam konteks yang berbeda.Jumlah panas dinotasikan sebagai Q, dan diukur
dalam joule dalam satuan SI.

2.1.2 Perpindahan Kalor


Kalor merupakan salah satu bentuk energi dan dapat berpindah
apabilah terdapat perbedaan suhu. Seperti yang telah jelaskan di awal bahwa
perpindahan kalor terjadi dari benda bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu
rendah. Ada tiga jenis perpindahan kalor yang dapat terjadi, yaitu:
1. Perpindahan kalor secara konduksi (hantaran)
Perpindahan Kalor secara konduksi adalah perpindahan kalor melalui
suatu zat perantara (logam) tanpa disertai perpindahan partikel – partikel zat
tersebut secara permanen. Contohnya adalah ketika kita memanaskan salah
satu ujung logam, maka ujung logam lainnya akan ikut panas karena terjadi
hantaran kalor dari suhu tinggi ke suhu rendah. Ketika memanaskan salah satu
ujung logam, maka partikel yang terdapat pada ujung logam tersebut akan
bergetar dan membuat getaran terjadi pada partikel lain yang terhubung
dengannya. Sehingga seluruh partikel logam tersebut akan bergetar walaupun
hanya satu ujung logam yang dipanaskan, nah hal ini lah yang akan
merangsang terjadinya perpindahan kalor.

2. Perpindahan kalor secara Konveksi (aliran)


Perpindahan panas konveksi terdiri dari dua mekanisme, yaitu
perpindahan energi yang disebabkan gerakan acak molekul (difusi) dan
gerakan mikroskopis fluida didalam lapisan batas (boundary layer).
Viskositas fluida dan sifat-sifat termal fluida, seperti konduktivitas termal,
kalor spesifik dan density sangat 11 mempengaruhi perpindahan panas secara
konveksi. Viskositas fluida akan mempengaruhi mass flow rate dari fluida.
Semakin besar kecepatan aliran maka semakin besar pula gradien temperatur
sehingga panas yang dibawa akan lebih besar.

3. Perpindahan kalor secara Radiasi (pancaran)


Perpindahan kalor secara Radiasi adalah proses perpindahan kalor yang
tidak menggunakan zat perantara. Perpindahan kalor secara radiasi berbeda
dengan konduksi dan konveksi. Pada Radiasi, agar terjadinya perpindahan
kalor, kedua 34 benda tidak harus bersentuhan karena kalor dapat berpindah
tanpa zat perantara. Artinya kalor tersebut akan di pancarkan ke segala arah
oleh sumber panas, dan akan mengalir ke segala arah. Contohnya adalah saat
kita dekat dengan api unggun dari sudut manapun, maka kita tetap akan
merasakan kehangatan dari sumber api, contoh lainnya adalah panas matahari
yang sampai ke bumi dan planet – planet lain.

2.2 Panas Spesifik


Panas spesifik merupakan salah satu sifat fisik bahan. Data sifat fisik bahan
tersebut sangat diperlukan dalam industri pengolahan bahan pangan guna
pengembangan model termal untuk mendapat hasil yang akurat dan mengontrol
fluks panas dalam bahan makanan selama proses pengolahan. Menurut Jassin
(2010) panas spesifik (Cp) bahan pangan merupakan total panas yang dbutuhkan
untuk meningkatkan temperatur suhu satuan kuantitas bahan sebesar satu derajat
dikali bobot produk dikai perubahan suhu. Satuan SI yang digunakan adakah J/kg°C
atau kal/gr°C (Bueche, 1989). Panas spesifik/kalor jenis pada dasarya merupakan
suatu ukuran seberapa tidak sensitifnya zat secara termal terhadap penambahan
energi Semakin besar kalor jenis suatu bahan, semakin besar pula energi yang haus
ditambahkan kepada bahan tersebut untuk menyebabkan suatu perubahan suhu.
Menurut Barabash (2017) kapasitas panas (C) didefinisikan sebagai energi
panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat dengan 1K. kapasitas panas
juga tergantung pada suhu (T) karena energi yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu suatu zat dengan 1K tergantung pada jumlah zat, kapasitas panas adalah
jumlah luas. Kapasitas panas juga merupakan fungsi keadaan, misalnya, nilainya
tergantung apakah pemanasan zat tersebut pada volume konstan (Cv) atau pada
tekanan konstan (Cp). salah satu Teknik pengukuran panas spesifik/kalor jenis
adalah kalorimetri, yaitu melibatkan pemanasan sampel yang diketahui suhunya Tx,
kemudian mengukur air setelah kesetimbangan. Alat tempat terjadinya perpindahan
energi adalah kalorimeter.

2.3 Bomb Calorimeter


Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor
yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa,
bahan makanan dan bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung
beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor dan sampel akan terbakar
oleh api listrik dari kawat logam yang terpasang dalam tabung. Kalorimeter bom
terdiri dari tabung baja tebal dengan tutup kedap udara. Sejumlah tertentu zat yang
akan diuji ditempatkan dalam cawan platina dan sebuah "kumparan besi” yang
diketahui beratnya (yang juga akan dibakar) ditempatkan pula pada cawan platina
sedemikian sehingga menempel pada zat yang akan diuji. Alat yang lebih teliti
untuk mengukur perubahan kalor adalah kalorimeter bom, yaitu suatu kalorimeter
yang dirancang khusus sehingga sistem benar – benar dalam keadaan terisolasi.
Umumnya digunakan untuk menentukan perubahan entalpi dari reaksi – reaksi
pembakaran yang melibatkan gas.
Di dalam kalorimeter bom terdapat ruang khusus tempat berlangsungnya
reaksi yang di sekitarnya diselubungi air sebagai penyerap kalor. Sistem reaksi di
dalam kalorimeter dilakukan benar – benar terisolasi sehingga kenaikan atau
penurunan suhu yang terjadi benar – benar hanya digunakan untuk menaikan suhu
air di dalam kalorimeter bom. Meskipun sistem telah diusahakan terisolasi tetapi
ada kemungkinan sistem masih dapat menyerap atau melepaskan kalor ke
lingkungan, yang dalam hal ini lingkungannya adalah kalorimeter itu sendiri. Jika
kalorimeter juga terlibat di dalam pertukaran kalor, besarnya kalor yang diserap
atau dilepas oleh kalorimeter harus diperhitungkan. Kalor yang dilepas atau diserap
oleh kalorimeter disebut dengan kapasitas kalor kalorimeter (Ckalorimeter).

Gambar 1. Kalorimeter Bom


(Sumber: Andhany, 2016)
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Gelas Ukur, untuk mengukur bahan dan sebagai wadah;
2. Hygrometer, untuk menimbang bahan dan mengukur suhu awal;
3. Oven, untuk memanaskan air;
4. Stopwatch, untuk menghitung waktu;
5. Termometer, untuk mengukur suhu;
6. Termos, untuk memanaskan bahan; dan
7. Timbangan analitik, untuk menimbang gelas ukur.
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah:
1. Air;
2. Anggur;
3. Jeruk Limau;
4. Kentang; dan
5. Tomat Cherry.

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Prosedur Percoban Mixture
1. Memanaskan air menggunakan oven;
2. Menimbang bahan (mb) dan mengukur suhu awal bahan (Tb1)
dengan asumsi Tb1 = Truangan menggunakan hygrometer;
3. Menimbang gelas ukur menggunakan timbangan analitik;
4. Menimbang air panas menggunakan timbangan analitik (ma);
5. Memasukan air panas kedalam termos dan mengukur suhunya
(Ta1);
6. Memanaskan bahan ke dalam termos;
7. Menutup termos dan membiarkannya selama 15 menit;
8. Membuka tutup termoss dan mengukur kembali suhu air (Ta2) dan
suhu bahan (Tb2); dan
9. Menghitung nilai Cp bahan.

3.2.2 Prosedur Percobaan Bomb Calorimeter


1. Pertama buka keran oksigen dan pastikan tekanannya masih
memenuhi syarat yang dibutuhkan;
2. Nyalakan power UPS;
3. Nyalakan alat kondensor dan cek batas minimum akuades yang
tertampung;
4. Atur suhu kondensor wadi 18°C;
5. Nyalakan Bom Kalorimeternya (tunggu alat akan terbuka naik
keatas dan tunggu proses pendinginan selesai dengan pilih
pengaturan isoperylibol hingga tanda possible dan tekan Ok);
6. Menyiapkan sampel (tepung beras) yang akan diuji dengan
ditimbang terlebih dahulu + 1 gram (sesuai kapasitas dah sampel);
7. Pastikan benang wool telah terikat pada kawat pematik dan ujung
benang terpendam dalam sampel (benang tidak boleh di pegang
langsung oleh tangan);
8. Lalu wadah tersebut dimasukkan kedalam tabung bomb kalori
(pastikan tabung tertutup dengan rapat);
9. Masukkan data sampel :
10. -Isi Weighed-in quant = gram sampel yang ditimbang lalu tab;
11. -Isi QExtran1 = 50.0 lalu tab dan QExtran2 = 0.0 lalu tab;
12. -Isi Sampel Proper = kode sampel lalu tab;
13. -Isi User = Nama yang mengoprasikan lalu tab;
14. -Isi Bomb Cell = 1 lalu tab;
15. -Kososngkan Calibration lalu tab dan Ok (enter);
16. Letakkan tabung pada pengait hingga benar-benar terkunci hingga
muncul tulisan vessel dan tekan Ok;
17. Tekan Start (alat akan turun kebawah dan tunggu hingga proses
pengujian selesai + 20 menit);
18. Setelah proses uji sudah selesai, otomatis alat akan naik keatas;
19. Buka kunci pengait tabungnya;
20. Untuk tabung terlebih dahulu keluarkan tekanan udara didalam
dengan alat khusus;
21. Kemudian tabung dibuka dan dikeluarkan wadah sampeldan
bersihkan serta simpan ke tempat semula;
22. Untuk print data hasil uji dengan tekan tombol Eval, lalu tekan
info dan tekan tombol spasi (semua data hasil uji akan terprint);
23. Setelah selesai, kemudian pada LCD pilih menu, lalu tekan tanda
panah bawah pada system dan tekan exit (tempat tabung akan
turun dan matikan alat);
24. Matikan tombol power;
25. Tutup keran oksigen dan matikan alat kondensor;
26. Matikan stop kontaknya;
27. Dan matikan UPS; dan
28. Lalu bersihkan wadah sampel dan tabung (luar dalam) dan simpan
ditempat semula.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN

4.1 Tabel
Tabel 1. Data Hasil Percobaan 1
Anggur Jeruk Limau Tomat Cherry
Parameter
(Kelompok 10) (Kelompok 11) (Kelompok 12)
Mb (kg) 6,8 x 10-3 6,29 x 10-3 9,93 x 10-3
Ma (kg) 0,4 0,4 0,4
Tb1 (K) 299,75 309,23 299,35
Tb2 (K) 335,45 332,73 337,25
ΔTb (K) 35,7 23,5 37,9
Ta1 (K) 353,95 344,85 354,55
Ta2 (K) 343,75 339,15 343,95
ΔTa (K) 10,2 5,7 10,6

Tabel 2. Data Hasil Percobaan 2


Anggur Jeruk Limau Tomat Cherry
Parameter
(Kelompok 10) (Kelompok 11) (Kelompok 12)
Mb (kg) 7,7 x 10-3 4,96 x 10-3 13,12 x 10-3
Ma (kg) 0,4 0,4 0,4
Tb1 (K) 299,15 299,75 299,15
Tb2 (K) 315,05 339,15 308,75
ΔTb (K) 15,9 39,4 9,6
Ta1 (K) 319,65 348,25 316,65
Ta2 (K) 315,85 345,76 313,65
ΔTa (K) 3,8 2,5 3

Tabel 3. Data Hasil Perhitungan Cp


Cp Bahan (kJ/kgK)
Percobaan Anggur Jeruk Limau Tomat Cherry
(Kelompok 10) (Kelompok 11) (Kelompok 12)
1 70,25 64,47 47,093
2 51,90 21,39 39,28
Keterangan :
Mb = Massa Beban
Tb1 = Suhu Awal Bahan (Suhu Ruangan)
Tb2 = Suhu Akhir Bahan (15 Menit)
Ta1 = Suhu Awal Air Panas
Ta2 = Suhu Akhir Air (15 Menit)
Cpa = 4,18 kJ/Kg.K

4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Kapasitas Kalor (Cp) Percobaan 1
Cp Anggur
𝑀𝑎 .𝐶𝑝𝑎 .∆𝑇𝑎
= 𝑀𝑏 .∆𝑇𝑏
(0,4 𝑘𝑔) 𝑥 (4,18 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾) 𝑥 (10,2 𝐾)
= (0,0068 𝑘𝑔) 𝑥 (35,7 𝐾)

=70,25 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾

Cp Jeruk Limau
𝑀𝑎 .𝐶𝑝𝑎 .∆𝑇𝑎
= 𝑀𝑏 .∆𝑇𝑏

(0,4 𝑘𝑔) 𝑥 (4,18 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾) 𝑥 (5,7 𝐾)


= (0,00629 𝑘𝑔) 𝑥 (23,5 𝐾)

=64,47 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾

Cp Tomat Cherry
𝑀𝑎 .𝐶𝑝𝑎 .∆𝑇𝑎
= 𝑀𝑏 .∆𝑇𝑏

(0,4 𝑘𝑔) 𝑥 (4,18 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾) 𝑥 (10,6 𝐾)


= (0,00993 𝑘𝑔) 𝑥 (37,9 𝐾)

=47,09 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾

4.2.2 Perhitungan Kapasitas Kalor (Cp) Percobaan 2


𝐶𝑝𝑏 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑢𝑟
𝑀𝑎 .𝐶𝑝𝑎 .∆𝑇𝑎
= 𝑀𝑏 .∆𝑇𝑏

(0,4 𝑘𝑔) 𝑥 (4,18 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾) 𝑥 (3,8 𝐾)


= (0,0077 𝑘𝑔) 𝑥 (15,9 𝐾)

= 51,90 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾

𝐶𝑝 𝐽𝑒𝑟𝑢𝑘 𝐿𝑖𝑚𝑎𝑢
𝑀𝑎 .𝐶𝑝𝑎 .∆𝑇𝑎
= 𝑀𝑏 .∆𝑇𝑏

(0,4 𝑘𝑔) 𝑥 (4,18 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾) 𝑥 (2,5 𝐾)


= (0,00496 𝑘𝑔) 𝑥 (39,4 𝐾)

= 21,39 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾

𝐶𝑝 𝑇𝑜𝑚𝑎𝑡 𝐶ℎ𝑒𝑟𝑟𝑦
𝑀𝑎 .𝐶𝑝𝑎 .∆𝑇𝑎
= 𝑀𝑏 .∆𝑇𝑏

(0,4 𝑘𝑔) 𝑥 (4,18 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾) 𝑥 (3 𝐾)


= (0,01312 𝑘𝑔) 𝑥 (9,6 𝐾)

= 39,28 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran nilai kapasitas kalor. Materi
pada praktikum ini berkaitan dengan sifat termal bahan pertanian yaitu mengenai
kalor spesifik bahan. Data yang dicari adalah massa bahan, suhu awal dan akhir
bahan, suhu awal dan akhir air serta Cpa. Pencarian data ini digunakan untuk
mencari nilai Cp bahan yang diuji. Salah satu faktor yang memengaruhi umur
simpan bahan adalah kalor, oleh karena itu nilai Cp dicari guna menentukan panas
yang dapat diterima oleh bahan. Kalor spesifik berkaitan erat dengan penanganan
bahan setelah panen seperti pengeringan, penyimpanan, pendistribusian, dan
sebagainya. Hal ini membuktikan pentingnya mengetahui nilai Cp bahan. Metode
yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah metode mixture dan bomb
calorimeter. Bahan yang akan dijadikan sampel pada praktikum kalor ini adalah
anggur, jeruk limau, dan tomat cherry. Alat bomb calorimeter merupakan alat yang
cukup sensitive sehingga metode yang menggunakan alat ini dilakukan oleh asisten
laboratorium.
Metode pertama yang dilakukan adalah metode mixture. Metode ini
dibilang sederhana dan cukup mudah karena dilakukan dengan alat sederhana yang
biasa tidak asing seprti oven, teros, gelas ukur, oven, dan sebagainya. Digunakan
pula bahan tambahan yang membantu berjalannya proses praktikum yaitu air. Hal
yang pertama dilakukan adalah menyiapkan air sebanyak 400ml lalu dipanaskan
selama 15 menit. Sebelumnya tomat cherry didata terlebih dahulu suhu awalnya
menggunakan termohygrometer ruangan dengan asumsi suhu bahan sama dengan
suhu ruangan. Air yang sudah dipanaskan dimasukan ke dalam termos dan diukur
dengan thermometer tusuk, pengukurannya dilakukan beberapa saat sampai suhu
pada thermometer cukup stabil. Setelah itu tomat cherry dimasukan ke dalam
termos selama 15 menis. Jika sudah, tomat cherry ditusuk dengan thermometer
tusuk guna mengetahui perbedaan suhu yang terjadi setelah tomat cherry
dimasukan ke air panas.
Berdasarkan perhitungan yang didapatkan dari penelitian, nilai Cp dari
anggur, jeruk limau, dan tomat cherry berturut-turut pada percobaan pertama adalah
70,252 Kj/KgK, 64,475 Kj/KgK, dan 47,093 Kj/KgK. Sedangkan hasil penelitian
yang didapatkan dari sampel pada percobaan kedua berturut-turut adalah 51,896
Kj/KgK, 21,389 Kj/KgK, dan 39,825 Kj/KgK. Pada praktikum menghitung nilai
Cp ini, praktikan berkesempatan untuk meneliti tomat cherry. Berdasarkan literatur,
tomat cherry memiliki nilai panas spesifik sebesar 4,02Kj/Kgk untuk tomat merah
dan untuk tomat hijau sebesar 39,8Kj/KgK dimana berarti hasil percobaan yang
dilakukan tidak sesuai dengan yang tertera di literatur. Hasil percobaan pertama dan
kedua pada tomat cherry berbeda jauh bila dibandingkan dengan literatur.
Sedangkan untuk nilai spesifik anggur dan jeruk yang tertera pada literatur adalah
3,71 Kj/KgK dan 3,77 Kj/KgK. Data dari anggur dan jeruk juga memiliki perbedaan
yang jauh antara nilai hasil dari penelitian dan literatur. Perbedaan nilai Cp anggur
dapat mencapai 19 kali lebih besar dan jeruk 15 kali lebih besar jika dibandingkan
dengan literatur.

Terjadinya perbedaan nilai dengan literatur yang sudah ada dapat terjadi
karena beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah kesalahan teknis akibat
penusukan pada bahan yang terlalu lama sehingga suhu bahan kurang akurat. Selain
itu, sensor pada thermometer itu sendiri sangat sensitif yang bila terkena angin
sebentar akan berpengaruh pada suhu seluruh bagian jarum termometer adalah
sensor. Padahal jarum yang mengenai bahan hanya bagian ujungnya saja, sehingga
banyak sensor pada jarum yang membaca suhu lingkungan dan bukan suhu sampel
yang diuji. Dapat dikatakan bahwa termometer yang kurang efektif dalam
penggunaannya merupakan faktor paling besar yang memengaruhi perbedaan hasil
Cp dengan literatur. Selain itu, faktor perbedaan ukuran pada ketiga bahan yang
dijadikan sampel juga dapat memengaruhi. Perbedaan ukuran tersebut mencakup
besar kecilnya bahan dan luas bahan pertanian yang diuji. Kemudian faktor lain
yang memengaruhi adalah perbedaan bahan itu sendiri dari literatur yang dijadikan
acuan karena seperti yang diketahui bahwa bahan pertanian bermacam-macam.
Selanjutnya kesalahan yang mungkin terjadi adalah terlalu lamanya pengangatan
bahan dari setiap lingkungan yang tertutup seperti air dari oven atau microwave ke
termos maupun ketika mengeluarkan bahan dari termos ketika bahan hendak
dihitung suhunya oleh termometer. Kemampuan isolasi panas dari lingkungan yang
kurang baik pada termos juga dapat berpengaruh karena perbedaan termos satu
dengan yang lainnya dalam kemampuan mengisolasi panas. Kemapuan setiap
bahan dalam menyerap kalor dan perbedaan laju perpindahan panas juga dapat
menjadi faktor lain. Kemudian kemungkinan perbedaan dapat terjadi adalah karena
bahan terlebih dahulu dimasukan dalam kulkas sehingga suhunya tidak dapat
ditentukan dengan akurat.

Selanjutnya dilakukan metode bomb calorimeter. Pada metode ini, sampel


yang digunakan adalah keripik singkong yang telah digerus dengan bantuan mortir
lalu disimpan di dalam desikator agar tidak menyerap air. Tujuan dari penggerusan
ini adalah agar pembakaran dilakukan lebih cepat akibat partikel keripik yang
semakin kecil karena proses penggerusan. Seperti yang diketahui bahwa bahan
yang bubuk rentan untuk menyerap air dari lingkungan. Bomb calorimeter diisi
dengan akuades hingga suhunya berada di bawah 20oC. Kemudian tabung vessel
disiapkan dengan menggunakan benang wol 50 joule untuk menghantarkan
pembakaran. Selanjutnya bahan dikubur dengan benang wol di dalam cawan
platina. Setelah itu dimasukkan ke dalam alat dan tunggu hingga selesai dengan
tanda terdengar suara letupan. Tabung vessel yang telah diisi dengan oksigen
bertekanan tinggi tidak dapat dibuka sembarangan sehingga oksigen tersebut harus
dibuang terlebih dahulu agar tidak membahayakan. Penerapan sifat termal pada
bidang pertanian cukup banyak, salah satunya adalah mesin pengering untuk gabah.
Kadar air yang terkandung dalam gabah harus di bawah 14-15% agar memiliki
masa simpan yang lebih lama. Oleh karena itu untuk menguranginya maka
dilakukan penerapan sifat termal agar gabah cukup kering. Tidak hanya mesin
pengeringan, mesin pendinginan juga merupakan bentuk penerapan sifat termal
pada bidang pertanian. Manfaatnya adalah untuk mengurangi kalor yang
terkandung pada bahan hasil pertanian. Contohnya kulkas yang sering dijumpai
dimana-mana
BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Pengambilan data suhu pada termometer dilakukan ketika suhu sudah
cukup stabil;
2. Perbedaan kecepatan penyerapan kalor berpengaruh pada suhu bahan;
3. Manfaat dari penggerusan bahan adalah agar pembakaran bahan dapat
dilakukan dengan lebih cepat;
4. Termometer yang tepat dapat berpengaruh besar pada hasil penelitian; dan
5. Penerapan sifat termal adalah untuk mengatur kadar air bahan.

6.2. Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah:
1. Pastikan bahwa termometer yang digunakan cocok dengan bahan yang
dijadikan penelitian; dan
2. Pastikan suhu bahan yang diteliti sama dengan suhu ruangan jika ingin
menyimpulkan bahwa suhu bahan sama dengan suhu ruangan.
DAFTAR PUSTAKA

Andhany, B. (2016). Kinerja Bom Kalorimeter Pada Pengukuran Nilai Kalor


Biosolar.

Febiola, A., dkk. (2018). Penentuan Panas Spesifik Bahan.

Saputra, G. A. H. (2017). STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN


PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN KOLEKTOR SURYA
PLAT DATAR, PLAT BERGELOMBANG SETENGAH LINGKARAN
DAN PLAT BERGELOMBANG SEGITIGA.

Sholihah, L. M. (2016). Uji Kinerja Nilai Kalor pada Pertamax Menggunakan Bom
Kalorimeter untuk Mengetahui Pengaruh Perubahan Suhu dan Pengadukan.

Sucino, T. R. A., Budhi, G. S., & Rostianingsih, S. (2016). Perancangan dan


Pembuatan Media Interaktif Fisika Suhu dan Kalor Bagi Anak SMP kelas
VII Berbasis Android.
LAMPIRAN

Gambar 2. Alat
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2021)

Gambar 3. Bahan
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2021)
Gambar 4. Metode Praktikum
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2021)

Gambar 5. Bukti Kehadiran


(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)
Gambar 6. Screenshot Materi
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021)

Anda mungkin juga menyukai