Oleh:
NPM : 240110200022
1.1 Pendahuluan
Bahan hasil pertanian merupakan bahan dengan sifat perishable atau mudah
rusak. Selain itu, bahan yang beragam harus ditangani secara berbeda karena
sifatnya berbeda pula. Penanganan pada bahan hasil pertanian sangat menentuknan
kualitas dan daya simpan bahan. Kesalahan kecil saja dapat berakibat cukup fatal
sehingga bahan tidak dapat dikonsumsi. Oleh karena itu, diperlukan penangan yang
tepat agar bahan memiliki umur simpan yang panjang.
Salah satu penanganan yang memperpanjang umur simpan adalah perlakuan
termal. Perlakuan yang berhubungan dengan suhu bahan ini cukup umum dilakukan
karena suhu merupakan salah satu hal yang berpengaruh terhadap umur simpan.
Cakupan dari sifat termal ini adalah pengeringan, pendinginan, pembekuan, dan
pengolahan. Pemilihan perilaku yang akan dilakukan terhadap bahan hasil
pertanian bergantung pada hasil yang diinginkan. Pengetahuan mengenai sifat-sifat
termal seperti panas spesifik, konduktivitas panas, dan disfusivitas panas penting
untuk dilakukan karena memperpanjang umur simpan. Oleh karena itu, pada
praktikum kali ini dilakukan perhitungan salah satu sifat termal bahan pertanian
yaitu panas spesifik (Cp) untuk mengetahui suhu yang baik untuk bahan hasil
pertanian agar tahan dalam jangka waktu yang lama.
2.1 Kalor
Secara umum telah dimengerti bahwa kalor adalah sebuah bentuk energi dan
bukan merupakan sebuah zat. Joule adalah orang yang memperlihatkan dengan
eksperimen bahwa bila suatu kuantitas energi mekanis yang diberikan diubah
menjadi kalor, maka kuantitas kalor yang sama selalu dihasilkan. Jadi, kesetaraan
kalor dan kerja mekanis sebagai dua bentuk energi telah diperlihatkan secara pasti.
Helmholtz pertama-tama menyatakan secara jelas pemikiran bahwa bukan hanya
kalor dan energi mekanis, tetapi semua bentuk energi adalah ekivalen dan bahwa
sejumlah yang diberikan dari sesuatu bentuk energy tidak dapat lenyap tanpa
munculnya suatu jumlah energi yang sama di dalam sesuatu bentuk lain. Kalor
merupakan suatu bentuk energi dan memiliki satuan kalori, sedangkan energi
memiliki satuan Joule.
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang mengalir karena adanya perbedaan
suhu dan atau karena adanya usaha atau kerja yang dilakukan pada sistem. Kalor
mempunyai satuan kalori, satu kalori didefinisikan sebagai kalor yang dibutuhkan
1 gram air untuk menaikkan suhunya 1 °C. Dalam sistem SI satuan kalor adalah
Joule. Satu kalori setara dengan 4,18 joule. Besar kecilnya kalor yang dibutuhkan
suatu zat bergantung pada 3 faktor, yaitu: massa zat, jenis zat (kalor jenis), dan
perubahan suhu. Sehingga dapat disimpulkan rumus umum kalor adalah:
𝑄 = 𝑚 . 𝑐 (∆T) (1)
𝑄 = 𝑚 . 𝑐 (𝑡2 − 𝑡1 ) (2)
Dimana,
Q = kalor yang dibutuhkan (J)
m = massa benda (kg)
c = kalor jenis (J/kgC)
∆T = perubahan suhu (C)
4.1 Tabel
Tabel 1. Data Hasil Percobaan 1
Anggur Jeruk Limau Tomat Cherry
Parameter
(Kelompok 10) (Kelompok 11) (Kelompok 12)
Mb (kg) 6,8 x 10-3 6,29 x 10-3 9,93 x 10-3
Ma (kg) 0,4 0,4 0,4
Tb1 (K) 299,75 309,23 299,35
Tb2 (K) 335,45 332,73 337,25
ΔTb (K) 35,7 23,5 37,9
Ta1 (K) 353,95 344,85 354,55
Ta2 (K) 343,75 339,15 343,95
ΔTa (K) 10,2 5,7 10,6
4.2 Perhitungan
4.2.1 Perhitungan Kapasitas Kalor (Cp) Percobaan 1
Cp Anggur
𝑀𝑎 .𝐶𝑝𝑎 .∆𝑇𝑎
= 𝑀𝑏 .∆𝑇𝑏
(0,4 𝑘𝑔) 𝑥 (4,18 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾) 𝑥 (10,2 𝐾)
= (0,0068 𝑘𝑔) 𝑥 (35,7 𝐾)
=70,25 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾
Cp Jeruk Limau
𝑀𝑎 .𝐶𝑝𝑎 .∆𝑇𝑎
= 𝑀𝑏 .∆𝑇𝑏
=64,47 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾
Cp Tomat Cherry
𝑀𝑎 .𝐶𝑝𝑎 .∆𝑇𝑎
= 𝑀𝑏 .∆𝑇𝑏
=47,09 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾
= 51,90 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾
𝐶𝑝 𝐽𝑒𝑟𝑢𝑘 𝐿𝑖𝑚𝑎𝑢
𝑀𝑎 .𝐶𝑝𝑎 .∆𝑇𝑎
= 𝑀𝑏 .∆𝑇𝑏
= 21,39 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾
𝐶𝑝 𝑇𝑜𝑚𝑎𝑡 𝐶ℎ𝑒𝑟𝑟𝑦
𝑀𝑎 .𝐶𝑝𝑎 .∆𝑇𝑎
= 𝑀𝑏 .∆𝑇𝑏
= 39,28 𝑘𝐽/𝑘𝑔𝐾
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran nilai kapasitas kalor. Materi
pada praktikum ini berkaitan dengan sifat termal bahan pertanian yaitu mengenai
kalor spesifik bahan. Data yang dicari adalah massa bahan, suhu awal dan akhir
bahan, suhu awal dan akhir air serta Cpa. Pencarian data ini digunakan untuk
mencari nilai Cp bahan yang diuji. Salah satu faktor yang memengaruhi umur
simpan bahan adalah kalor, oleh karena itu nilai Cp dicari guna menentukan panas
yang dapat diterima oleh bahan. Kalor spesifik berkaitan erat dengan penanganan
bahan setelah panen seperti pengeringan, penyimpanan, pendistribusian, dan
sebagainya. Hal ini membuktikan pentingnya mengetahui nilai Cp bahan. Metode
yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah metode mixture dan bomb
calorimeter. Bahan yang akan dijadikan sampel pada praktikum kalor ini adalah
anggur, jeruk limau, dan tomat cherry. Alat bomb calorimeter merupakan alat yang
cukup sensitive sehingga metode yang menggunakan alat ini dilakukan oleh asisten
laboratorium.
Metode pertama yang dilakukan adalah metode mixture. Metode ini
dibilang sederhana dan cukup mudah karena dilakukan dengan alat sederhana yang
biasa tidak asing seprti oven, teros, gelas ukur, oven, dan sebagainya. Digunakan
pula bahan tambahan yang membantu berjalannya proses praktikum yaitu air. Hal
yang pertama dilakukan adalah menyiapkan air sebanyak 400ml lalu dipanaskan
selama 15 menit. Sebelumnya tomat cherry didata terlebih dahulu suhu awalnya
menggunakan termohygrometer ruangan dengan asumsi suhu bahan sama dengan
suhu ruangan. Air yang sudah dipanaskan dimasukan ke dalam termos dan diukur
dengan thermometer tusuk, pengukurannya dilakukan beberapa saat sampai suhu
pada thermometer cukup stabil. Setelah itu tomat cherry dimasukan ke dalam
termos selama 15 menis. Jika sudah, tomat cherry ditusuk dengan thermometer
tusuk guna mengetahui perbedaan suhu yang terjadi setelah tomat cherry
dimasukan ke air panas.
Berdasarkan perhitungan yang didapatkan dari penelitian, nilai Cp dari
anggur, jeruk limau, dan tomat cherry berturut-turut pada percobaan pertama adalah
70,252 Kj/KgK, 64,475 Kj/KgK, dan 47,093 Kj/KgK. Sedangkan hasil penelitian
yang didapatkan dari sampel pada percobaan kedua berturut-turut adalah 51,896
Kj/KgK, 21,389 Kj/KgK, dan 39,825 Kj/KgK. Pada praktikum menghitung nilai
Cp ini, praktikan berkesempatan untuk meneliti tomat cherry. Berdasarkan literatur,
tomat cherry memiliki nilai panas spesifik sebesar 4,02Kj/Kgk untuk tomat merah
dan untuk tomat hijau sebesar 39,8Kj/KgK dimana berarti hasil percobaan yang
dilakukan tidak sesuai dengan yang tertera di literatur. Hasil percobaan pertama dan
kedua pada tomat cherry berbeda jauh bila dibandingkan dengan literatur.
Sedangkan untuk nilai spesifik anggur dan jeruk yang tertera pada literatur adalah
3,71 Kj/KgK dan 3,77 Kj/KgK. Data dari anggur dan jeruk juga memiliki perbedaan
yang jauh antara nilai hasil dari penelitian dan literatur. Perbedaan nilai Cp anggur
dapat mencapai 19 kali lebih besar dan jeruk 15 kali lebih besar jika dibandingkan
dengan literatur.
Terjadinya perbedaan nilai dengan literatur yang sudah ada dapat terjadi
karena beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah kesalahan teknis akibat
penusukan pada bahan yang terlalu lama sehingga suhu bahan kurang akurat. Selain
itu, sensor pada thermometer itu sendiri sangat sensitif yang bila terkena angin
sebentar akan berpengaruh pada suhu seluruh bagian jarum termometer adalah
sensor. Padahal jarum yang mengenai bahan hanya bagian ujungnya saja, sehingga
banyak sensor pada jarum yang membaca suhu lingkungan dan bukan suhu sampel
yang diuji. Dapat dikatakan bahwa termometer yang kurang efektif dalam
penggunaannya merupakan faktor paling besar yang memengaruhi perbedaan hasil
Cp dengan literatur. Selain itu, faktor perbedaan ukuran pada ketiga bahan yang
dijadikan sampel juga dapat memengaruhi. Perbedaan ukuran tersebut mencakup
besar kecilnya bahan dan luas bahan pertanian yang diuji. Kemudian faktor lain
yang memengaruhi adalah perbedaan bahan itu sendiri dari literatur yang dijadikan
acuan karena seperti yang diketahui bahwa bahan pertanian bermacam-macam.
Selanjutnya kesalahan yang mungkin terjadi adalah terlalu lamanya pengangatan
bahan dari setiap lingkungan yang tertutup seperti air dari oven atau microwave ke
termos maupun ketika mengeluarkan bahan dari termos ketika bahan hendak
dihitung suhunya oleh termometer. Kemampuan isolasi panas dari lingkungan yang
kurang baik pada termos juga dapat berpengaruh karena perbedaan termos satu
dengan yang lainnya dalam kemampuan mengisolasi panas. Kemapuan setiap
bahan dalam menyerap kalor dan perbedaan laju perpindahan panas juga dapat
menjadi faktor lain. Kemudian kemungkinan perbedaan dapat terjadi adalah karena
bahan terlebih dahulu dimasukan dalam kulkas sehingga suhunya tidak dapat
ditentukan dengan akurat.
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Pengambilan data suhu pada termometer dilakukan ketika suhu sudah
cukup stabil;
2. Perbedaan kecepatan penyerapan kalor berpengaruh pada suhu bahan;
3. Manfaat dari penggerusan bahan adalah agar pembakaran bahan dapat
dilakukan dengan lebih cepat;
4. Termometer yang tepat dapat berpengaruh besar pada hasil penelitian; dan
5. Penerapan sifat termal adalah untuk mengatur kadar air bahan.
6.2. Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah:
1. Pastikan bahwa termometer yang digunakan cocok dengan bahan yang
dijadikan penelitian; dan
2. Pastikan suhu bahan yang diteliti sama dengan suhu ruangan jika ingin
menyimpulkan bahwa suhu bahan sama dengan suhu ruangan.
DAFTAR PUSTAKA
Sholihah, L. M. (2016). Uji Kinerja Nilai Kalor pada Pertamax Menggunakan Bom
Kalorimeter untuk Mengetahui Pengaruh Perubahan Suhu dan Pengadukan.
Gambar 2. Alat
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2021)
Gambar 3. Bahan
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2021)
Gambar 4. Metode Praktikum
(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2021)