PERPINDAHAN KALOR
Acara 2: MENENTUKAN PANAS JENIS DARI BAHAN PADAT
Disusun Oleh
Nama : Indah Ayu Diah Lestari
NIM : 021180054
Fakultas/Jurusan : Fakultas Teknik Industri / Teknik Kimia
Hari,Tanggal : Kamis, 5 November 2020
Asisten Pembimbing: Heri Sutanto, S.T
YOGYAKARTA
2020
LAPORAN PRAKTIKUM
PERPINDAHAN KALOR
DISUSUN OLEH
Disetujui
Asisten Pembimbing
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat.Secara
umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu bendayaitu dengan
mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kaloryang dikandung oleh
benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunyarendah maka kalor yang
dikandung sedikit. Dari hasil percobaan yang seringdilakukan besar kecilnya kalor
yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantungpada 3 faktor yaitu massa zat, jenis
zat (kalor jenis), perubahan suhu.
Kalor adalah energy yang ditransfer karena tinggi ke benda bersuhu rendah,
merupakan energy yang ditransfer dari benda yang panas ke benda yang dingin, maka
kalor merupakan energy yang ditransfer dari suatu benda ke benda yang lain karena
perbedaan suhu.Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat, maka temperature zat
itu biasanya naik. Jumlah energy panas Q yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperature suatu zat adalah sebanding dengan perubahan temperature dan massa zat
itu (Q=C T = mc T) dengan C adalah kapasitas panas zat, yang didefinisikan
sebagai energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat dengan
satu derajat. Panas jenis C adalah kapasitas panas persatuan massa.
(Anonim, 2017)
a. a.Massa benda,
b. b.Kalor jenis benda.
c. Perubahan suhu
1.Kalorimeter
Bila dua benda atau lebih mempunyai suhu yang berbeda-beda dansaling
bersinggungan, maka akhirnya kedua benda tersebut akan berada
dalamkesetimbangan (mempunyai suhu yang sama). Hal ini terjadi disebabkan
karenaadanya perpindahan kalor di antara benda-benda tersebut. Benda yang
suhunyatinggi melepaskan kalor, sedangkan benda yang suhunya rendah
akanmenyerap kalor. Jumlah kalor yang dilepas dan diterima telah dinyatakan oleh
JOSEPH BLACK dalam suatu “Azas Black” atau hukum pertukaran panas yaitu :
“ jumlah kalor yang diterima sama dengan jumlah kalor yang dilepaskan”
Panas jenis dari suatu zat adalah bilangan yang menunjukkan berapa kalori
panas yang dipergunakan untuk memanaskan satu satuan massa dari bahan itu dengan
menaikkan suhu sebesar 1ºC. Untuk memanaskan m gram massa dengan menaikkan
suhu sebesar ∆T diperlukan kalori sebesar
Dengan :
Q = banyak kalori
Panas jenis zat ternyata tidak tetap, tergantung pada suhunya. Panas jenis
biasanya disebutkan untuk interval suhu tertentu. Panas jenis dalam hal ini adalah
panas jenis rata-rata untuk interval suhu tersebut. Panas jenis dapat ditentukan dengan
calorimeter. Jika tidak ada pertukaran kalori antara calorimeter dengan sekelilingnya,
maka : mb. Gb. (Tb-T2) = ma. 1. (T2-T1) + (mk. Gk + mp. Gp) . (T2-T1)
mk = massa calorimeter
mp = massa pengaduk
T2 = suhu akhir
(Anonim, 2020)
Kalor berpindah dari benda yang bersuh tinggi kebenda yang bersuhu rendah.
Ada tiga macam perpindahan kalor, yaitu:
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui zat padat. Perpindahan ini tidak
diikiuti dengan perpindahan partikel perantara. Berdasarkan kemampuan
menghantarkan kalor, zat dibagi menjadi 2 golongan yaitu isolator dan konduktor.
Konduktor adalah zat yag mudah menghantarkankalor dengan baik. Namun, isolator
adalah zat yang sukar menghantarkan kalor.
Konveksi adalah proses perpindahan kalor dari satu bagian fluida kebagian
fluida lain oleh pergerakan fluida itu sendiri. Ada dua jenis konveksi, yaitu konveksi
alamiah dan konveksi paksa. Pada konveksi alamiah, pergerakan fluida terjadi akibat
perbedaan massa jenis.
(Endah, 2017)
BAB II
PELAKSANAAN PERCOBAAN
a. Alat
- Erlenmeyer
- Logam berbentuk silinder
- Thermometer
- Kompor listrik
- Penangas Air
b. Bahan
- Air
II.2 Diagram Alir
Pada prakikum “Panas Jenis Benda Padat” dilakukan tiga bercobaan dengan
dua logam yang berbeda, sehingga diperoleh data panas jenis logam pertama sebesar
-0,00007 J/grC dan logam kedua sebesar -000012074 J/grC. Sedangkan panas jenis
pengaduk sebesar -1,244 J/grC. Dari hasil tersebut diketahui bahwa panas jenis yang
dihasilkan bertanda negatif yang seharusnya bernilai positif, hal ini terjadi karena
kurang akuratnya dalam mengukur suhu, berat dan volume pada data yang
dibutuhkan.
Pada percobaan ini, hasil yang didapat tidak sesuai dengan konsep hubungan
kalor jenis dengan massa yang mana semakin besar massa maka kalor jenis yang
dihasilkan akan semakin besar. Namun pada percobaan ini logam A yang massanya
lebih besar disbanding logam B memiliki panas jenis jang lebih kecil disbanding B.
Pada percobaan ini, berlaku Asas Black yang mana bila dua benda atau lebih
mempunyai suhu yang berbeda-beda dan saling bersinggungan, maka akhirnya kedua
benda tersebut akan berada dalam kesetimbangan (mempunyai suhu yang sama). Air
yang bersuhu panas (mendidih) akan mengeluarkan panasnya ke logam dan logam
yang suhu awalnya merupakan suhu kamar akan menerima panas sebesar panas yang
diberikan air. Seperti bunyi Asas Black: “ jumlah kalor yang diterima sama dengan
jumlah kalor yang dilepaskan.” Sama halnya ketika logam yang panas bersinggungan
dengan air yang dingin. Suhu akhir merupakan suhu perpaduan antara suhu air dan
suhu logam yang diukur hingga konstan.
Pada percobaan ini terjadi perpindahan panas secara konveksi dari air yang
mendidih maupun yang dingin ke permukaan logam dan secara konduksi yang
merambat dari permukaan logam ke seluruh bagian logam sehingga panasnya merata.
Dari panas tersebut dapat dicari panas jenis untuk setiap logam.
Pada praktikum terdapat beberapa variabel yang berpengaruh pada hasil.
Variabel bebas yang merupakan penyebab terjadinya perubahan pada variabel
lainnya, dan pada praktikum ini yang menjadi variabel bebas adalah suhu logam yang
akan berpengaruh pada variabel terikat pada kasus ini yang menjadi variabel terikat
adalah suhu akhir. Sedangkat variabel control pada kasus ini adalah suhu logam dan
jenis logam.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan