Anda di halaman 1dari 21

TANGGAL PERCOBAAN :Kamis, 22 Oktober 2020

TANGGAL PENGUMPULAN :Kamis, 29 Oktober 2020

PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 SEMESTER 113

KONSTANTA JOULE

NAMA : Tabitha Qotrunnada Sulistiyanto


NRM : 1304620076
DOSEN PENGAMPU : Cecep Rustana, Ph.D

KOORDINATOR HARIAN :

Kartini
ASISTEN LABORATORIUM :
1. Yasmine Aneilla
2. Luthfia Khofifa
3. Vidya Kusumah Wardani
4. Kartini

Laporan Awal Laporan Akhir Kinerja Total

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Jakarta
2020
P7: MENENTUKAN KONSTANTA JOULE

A. TUJUAN
1. Untuk menentukan angka kesetaraan panas dan tenaga, yaitu tetapan Joule.
2. Menentukan nilai konstanta berdasarkan beda potensial (V) dan arus (I).
3. Mengetahui prinsip kerja kalorimeter.
4. Memahami perubahan energi listrik menjadi energi panas.
5. Mengetahui tentang kalor.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Kalorimeter dan lilitan pemanas.
2. Voltmeter AC dan Ampermeter AC.
3. Transformator (Step Down).
4. Tahanan geser atau Rheostat.
5. Pemutus arus.
6. Jam tangan.
7. Termometer.

C. TEORI DASAR
1
Tenaga dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Perubahan dalam proses fisika sering
merupakan perubahan tenaga dari satu bentuk ke bentuk lainnya, misalnya perubahan tenaga
listik menjadi tenaga panas perubahan tenaga mekanis menjadi tenaga panas atau sebaliknya.
Kalau W adalah tenaga yang dinyatakan dalam Joule dan Q adalah jumlah panas yang
timbul sebagai lepasan dan dinyatakan dalam kalori maka angka kesetaraannya atau tetapan
Joule (J ) dinyatakan:

J = W/Q Joule/kalori (1)

Apabila sejumlah air yang massanya (Ma), suhunya (ta), berada dalam sebuah
kalorimeter yang harga terima kalornya (H = Mk.Ck), dipanaskan sampai mencapai suhu tm,
maka jumlah panas yang diterima oleh air dan kalorimeter adalah:

Q=(M +H)(tm – ta ) kalori (2)

Jumlah panas tersebut dapat merupakan lesapan tenaga listrik atau tenaga mekanis.
Tahanan pada suatu rangkaian listrik ada kesamaan sifat dengan gesekan pada sistem
mekanis. Dengan adanya arus listrik melewati suatu tahanan maka suhu tahanan ini akan
naik, sebagai akibat dari lesapan tenaga listrik. Tenaga lesapan ini dinyatakan dalam
persamaan berikut:

W = V I t Joule (3)

V = beda tegangan antara kedua ujung tahanan (Volt)


I = arus yang melewati tahanan tersebut (Ampere)

1
Tim Dosen Fisika Dasar. 2014. Panduan Praktikum Fisiska Dasar I. Jakarta: UNJ.
t = selang vaktu yang menyatakan lamanya tahanan dilewati arus (detik).

Pada percobaan ini sejumlah air dimasukkan ke dalam kalorimeter, kemudian sebuah
lilitan pemanas dicelupkan ke dalamnya, sehihgga apabila lilitan ini dialiri listrik yang cukup
besar maka timbulah panas yang mampu menaikkan suhu air, misalnva dari ta menjadi tm
Jumlah panas yang diperlukan untuk itu dinyatakan oleh persamaan (2). Dengan demikian
tetapan Joule dapat dihitung dari persamaan berikut:

J = VIT Joule/kalori (4)


(Ma +H)(tm – ta )

Susunan alat-alat pada percobaan ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut:

Gambar 1. Rangkaian Percobaan

2
The joule (simbol: J) adalah dasar satuan SI dari energi . Sebuah joule sama
dengan energi kinetik dari kilogram massa bergerak dengan kecepatan satu meter per
detik. Atau, Joule adalah jumlah pekerjaan yang dilakukan pada objek ketika kekuatan dari
satu newton bertindak dalam arah gerakan objek lebih dari jarak satu meteran.
3
Energi merupakan istilah yang digunakan secara umum, sebagai gagasan dasar
dinyatakan energi dapat disimpan di dalam suatu sistem dalam berbagai bentuk mikroskopik.
Energi juga dapat dikonversi dari suatu bentuk ke bentuk lain dan dipindahkan antara sistem.
Untuk sistem tertutup, energi dapat dipindahkan dalam bentuk kerja dan perpindahan kalor.
Jumlah total energi selama proses konversi energi dan perpindahan energi adalah kekal.
4
Konversi energi merupakan kondisi fisis perubahan bentuk energi dari satu bentuk
menjadi bentuk yang lain. Salah satu contoh konversi energi adalah energi listrik dapat
berubah menjadi energi panas (kalor), hal ini harus memperhatikan kesetaraan antara satuan
energi listrik dan kalor, kesetaraan tersebut adalah bahwa 1 joule = 0,24 kalori. Bilangan
0,24 merupakan nilai kesetaraan antara joule dan kalori. Salah satu alat untuk mengubah
energi listrik menjadi kalor dilengkapi dengan elemen pemanas, dialiri arus listrik, yaitu

2
Biro Internasional Berat dan Ukuran. 2006. Sistem Satuan Internasional (SI ) (8 ed.), P. 120. ISBN 92-822-2213-6.
3
Michael J. Moran dan Howard N. Shapiro. 2004. Termodinamika Teknik edisi keempat, hlm. 39. Jakarta: Erlangga.
4
H Kunlestiowati “Analisis Penyimpangan Koversi Energi Listrik Menjadi Kalor Pada perangat Eksperimen Hukum Joule”. JRKPF UAD. Vol.
5 No. 1, 2018. Hlm. 34
aliran elektron yang mengalir melalui elemen pemanas, sehingga dapat mengubah energi
listrik menjadi kalor.
5
Kalor (Heat)adalah suatu bentuk energi. Satuan SI-nya adalah Joule. Satuan-satuan lain
yang digunakan untuk panas adalah kalori (1 Kal = 4,184) J dan British thermal unit (1 Btu =
1054 J). Energi termal atau kalor adalah energi yang mengalir dari benda satu ke benda yang
lain karena perbedaan suhu. Kalor selalu berpindah dari benda yang lebih panas ke benda
yang lebih dingin. Agar kedua benda saling bersentuhan berada dalam keadaan termal yang
seimbang suhu kedua benda haruslah sama. Jika benda pertama dan benda kedua berada
dalam keadaan seimbang termal dengan benda ketiga, maka kedua benda pertama berada
dalam keadaan seimbang termal.
Kalor jenis (kapasitas kalor spesifik), zat adalah kalor yang diperlukan untuk menaikan
suhu satu satuan massa zat tersebut sebesar satu derajat. Kalau kalor sebanyak ΔQ
diperlukan untuk menaikan suhu zat dengan massa (m) sebanyak ΔT, maka kapasitas kalor
spesifik zat itu:
Q
C atau Q  m.C.T
m.T
Dalam SI, C mempunyai satuan J/kg.K sama dengan J/kgoC. Juga digunakan secara luas
adalah satuan kal/goC dimana 1kal/goC = 4184 J/kgoC. Kapasitas kalor (nilai air) benda
adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikan suhu seluruh benda sebnayk satu derajat.
Kapasitas kalor benda dengan massa (m) dan kapasitas kalor spesifik C adalah mc.
6
Menurut Tipler (1991), kalorimeter merupakan sebuah alat yang dirancang dapat
mengisolasi sistem di dalamnya sehingga panas yang keluar dari benda sama dengan panas
yang masuk ke air dan wadahnya. Keenan (1980) menyatakan ada dua jenis kalorimeter,
yaitu kalorimeter larutan dan kalorimeter bom. Kalorimeter larutan adalah alat yang
digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang terlibat pada reaksi kimia dalam sistem
larutan. Kalorimeter bom menurut Chang (2004) adalah alat yang digunakan untuk
mengukur jumlah kalor yang dibebaskan pada pembakaran sempurna dalam oksigen
berlebih suatu materi atau sampel tertentu.
7
Asas Black adalah suatu prinsip dalam termodinamika yang dikemukakan oleh Joseph
Black. Asas ini menjabarkan sebagai berikut:
a. Jika dua buah benda yang berbeda suhunya kemudian dicampur, maka benda yang panas
memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya akan sama (tetap).
b. Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda
panas.
c. Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang diserap bila
dipanaskan.
Kesimpulan dalam percobaan asas Black yaitu jumlah kalor yang dilepaskan sama
dengan jumlah kalor yang diterima, atau dapat dirumuskan sebagai berikut:
Qlepas = Qterima (5)
(m1×c1)(T1-Ta) = (m2×c2)(Ta-T2) (6)
Keterangan :
m1 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi (gr)
c1= Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi (J/groC)
T1= Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi (oC)
Ta= Temperatur akhir pencampuran kedua benda (oC)
5
Frederick Bueche Shaum Series, Theory and Problem of College Physics 8th edition. Jakarta: Erlangga, 1989. Hlm. 149
6
Hesti Nikmah Safitri, dkk. “Pengembangan Alat Praktikum Kalorimeter Bom pada Pokok Bahasan Kalor”. Unnes Physics Education Journal.
Vol. 7 No. 1, 2018. Hlm. 43
7
Resky Perdana Yanti, dkk. “Studi Penentuan Nilai Kalori Pada Buah Durian”. Jurnal Teknosains. Vol. 8 No. 2, 2014. Hlm. 165
m2= Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah (gr)
c2= Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah (J/groC)
T2= Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah ( oC)
8
Arus listrik adalah aliran muatan-muatan listrik yang melalui suatu penghantar. Dalam
suatu rangkaian listrik, dapat terjadi arus listrik jika terdapat beda potensial listrik (beda
tegangan listrik).
I = V/R (7)
Semakin banyak muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu dikatakan semakin
besar (kuat) arus listriknya. Arah arus listrik dalam suatu rangkaian listrik yaitu dari
potensial tinggi ke potensial rendah. Kuat arus listrik dapat diukur dengan alat amperemeter.
Amperemeter adalah alat ukur arus listrik. Amperemeter sering dicirikan dengan simbol A
pada setiap rangkaian listrik. Satuan arus listrik dalam satuan SI adalah ampere atau diberi
simbol A. Amperemeter harus dipasang seri dalam suatu rangkaian, arus listrik yang
melewati hambatan R adalah sama dengan arus listrik yang melewati amperemeter tersebut.
Voltmeter adalah alat ukur tegangan listrik. Voltmeter sering dicirikan dengan simbol V
pada setiap rangkaian listrik. Voltmeter harus dipasang paralel dengan ujungujung hambatan
yang akan diukur beda potensialnya. Satuan beda potensial listrik dalam satuan SI adalah
volt atau diberi simbol V. Voltmeter sendiri mempunyai hambatan sehingga dengan
disisipkannya voltmeter tersebut menyebabkan arus listrik yang melewati hambatan R
sedikit berkurang.
9
Tegangan adalah perkalian antara arus listrik dengan hambatan listrik, dapat
dirumuskan sebagai:
V = I×R (8)
Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dengan arus listrik, dapat
dirumuskan:
R = V/I (9)

D. CARA KERJA
1. Memasang rangkaian listrik sesuai dengan gambar di atas. Jangan menghubungkan
dengan sumber arus sebelum diperiksa oleh asisten.
2. Setelah diperiksa, menghubungkan rangkaian dengan sumber arus AC; metutup pemutus
arus dan mengatur tahanan geser sehingga terbaca arus yang cukup besar, setelah itu
pemutus dibuka lagi.
3. Menimbang kalorimeter kosong. Kemudian mengisi air secukupnya, sehingga lilitan
pemanas dapat tercelup semua. Kemudian menimbang lagi kalorimeter yang berisi air;
dengan demikian massa air dapat dihitung.
4. Mendinginkan kalorimeter di dalam lemari es atau termos es, sampai suhunya turun
beberapa derajat di bawah suhu ruangan.
5. Memasang kalorimeter pada tempatnya, mengaduk pelan-pelan sampai suhu awal yang
diinginkan tercapai. Pertukaran kalor disekelilingnya tak dapat dihindari. Tetapi hal ini
dapat diperkecil, misalnya dengan memulai percobaan ini dengan suhu awal lebih
rendah dari suhu ruangan dan mengakhiri pada suhu yang lebih tinggi dari suhu ruangan

8
Sondang R Manurung. “Perangkat Pembelajaran IPA Berbentuk LKS Berbasis Laboratorium”. Jurnal Inovasi Pembelajran Fisika. Vol. 6 No. 1,
2018. Hlm. 84-85
9
Siti Nurhabibah. “Pembelajaran Fisika Dasar dan Elektronika Dasar”. Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan. Vol. 4 No. 2,
2018
dengan selisih suhu yang sama, misalnya: Suhu ruangan = 30 oC. Bila percobaan dimulai
dari suhu 29 oC , maka percobaan diakhiri pada suhu 31 oC.
6. Pada saat suhu awal yang diinginkan tercapai, menutup pemutus arus (pada saat jarum
detik arloji menunjuk nol). Mencatat beda potensial V dan arus I setiap 30 detik. Selama
pengamatan penunjukan ampermeter diusahakan konstan. Apabila terjadi
penurunan/kenaikan, menggeser rheostat sampai penunjukan ampermeter kembali
seperti semula. Air dalam kalorimeter senantiasa diaduk perlahan-lahan.
7. Setelah suhu akhir yang dikehendaki tercapai membuka pemutus arus dan mencatat
waktu yang ditentukan dan mencatat pula suhu akhirnya.
8. Mengulang langkah 3 s/d 7 dengan mengambil massa air yang beda.

E. PERTANYAAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kapasitas kalor jenis.
Jawab:
Kapasitas kalor dan kalor jenis adalah dua konsep yang hampir sama tetapi
sebenarnya berbeda. Kapasitas kalor suatu zat adalah jumlah kalor yang dibutuhkan
untuk menaikkan suhu sejumlah zat sebesar satu derajat Celsius.
H = Q/(T2-T1)
Sedangkan kalor jenis suatu zat adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu satu gram zat sebesar satu derajat Celsius. Alat yang digunakan untuk
menentukan besar kalor jenis adalah kalorimeter.
c = Q/m.(T2-T1)
Adapun hubungan kapasitas kalor dan kalor jenis suatu zat akan membentuk
persamaan baru.
H = m.c

2. Bila air bermassa 250 gr bersuhu 28 C dimasukan kedalam bejana, kemudian diberi
aliran listrik melalui lilitan kawat berdaya 60 watt selama 2 menit. Bila hanya air yang
menyerap kalor berapa suhu air sekarang.
Jawab:
m=250 gr = 0,25 kg
T=28 oC
P=60 Watt
t=2 menit =120 sekon
Kalor jenis = 4184 J/kg.oC

W=Q
P t = m.C (Tm-Ta)
60 × 120 = 0,25 × 4184 (Tm - 28)
7200
 (Tm  28)
1046
Tm  28  6,88
Tm  6,88  28
Tm  34,88C
F. DATA PERCOBAAN
Massa Bejana: 50,94 gr
Massa Air + Bejana: 230,55 gr
Suhu Awal: 24 oC
Suhu Akhir: 30 oC
Suhu Ruangan: 27 oC
c Bejana: 388 J/kg K

I Sumber: 1 A
I (Ampere) V (Volt) t (menit)
1,022 9,579
1,035 9,603
1,044 9,588 8,91
1,055 9,600
1,042 9,550

I Sumber: 1,5 A
I (Ampere) V (Volt) t (menit)
1,535 14,011
1,532 14,009
1,533 13,971 4,115
1,519 13,808
1,517 13,822

I Sumber: 1,8 A
I (Ampere) V (Volt) t (menit)
1,820 16,514
1,824 16,466
1,815 16,353 3,21
1,828 16,504
1,825 16,497

Nst Amperemeter: 0,02 A


Nst Voltmeter: 0,2 V
G. PENGOLAHAN DATA
DATA TUNGGAL
Massa Bejana
Nst neraca: 0,01g ≈ 0,00001kg
Massa Δm Ksr m
50,94g ≈ 1 m m  m   m 
m   nst Ksr   100%
0,05094 kg
2 m  50,94  0,0005 10 3 kg
1 0,000005
  0,00001  100%
2 0,05094
 0,000005kg  0,0098%(4 AP)

Massa Air
Nst neraca: 0,01g ≈ 0,00001kg
Massa Δm Ksr m
179,61g ≈ 1 m m  m  m 
m   nst Ksr   100%
0,17961 kg
2 m  179,6  0,000510 3 kg
1 0,000005
  0,00001  100%
2 0,17961
 0,000005kg  0,0028%(4 AP)

Suhu
Nst termometer: 0,1oC
Ket Suhu ΔT Ksr T
1 T T  T  T  C
o
Suhu 27oC T   nst Ksr   100%
2 T
 27,00  0,500 C
o
Ruangan
1 0,5
  0,1o C   100%
2 27
 0,5o C  0,0185%(4 AP)

1 T T  T  T  C
o
Suhu Awal 24oC T   nst Ksr   100%
2 T
 24,00  0,500 C
o

1 0,5
  0,1o C   100%
2 24
 0,5o C  0,0208%(4 AP)
1 T T  T  T  C
o
Suhu Akhir 30oC T   nst Ksr   100%
2 T
 30,00  0,500 C
o

1 0,5
  0,1o C   100%
2 30
 0,5o C  0,0166%(4 AP)

Arus Tetap
Nst Amperemeter: 0,02A
Sumber Arus Tetap ΔI Ksr I
1 1A 1 I I  I  I  A
I   nst Ksr   100%
2 I  1,00  0,01A
1 0,01
  0,02 A  100%
2 1
 0,01A  1%(3 AP)

2 1,5A 1 I I  I  I A
I   nst Ksr   100%
2 I  1,500  0,010A
1 0,01
  0,02 A  100%
2 1,5
 0,01A  0,6%(4 AP)

3 1,8A 1 I I  I  I A
I   nst Ksr   100%
2 I  1,800  0,010 A
1 0,01
  0,02 A  100%
2 1,8
 0,01A  0,5%(4 AP)

Waktu
Kuat Arus (I) Waktu (t) Waktu Kuadrat (t2)
1A 8,91 = 534,6 s 285.797,16
1,5 A 4,115 = 246,9 s 60.959,61
1,8 A 3,21 = 192,6 s 37.094,76
∑ 974,1 s 383.851,53
t
t
t 
 
1 n  t 2   t 
2
Ksr 
t
 100%
n n n 1 t
974,1 106,114
  324,7 s 1 3383.851,53  974,1   100%
2
3  324,7
3 3 1
 32,7%(2 AP)
1 1.151.554,59  948.870,81

3 2
1 202.683,78

3 2
 106,114s

Maka, t  t  t 
 324,7  106,114 s

DATA MAJEMUK
Beda Potensial (V)
Percobaan 1
No V (volt) V2 (Volt)
1 9,579 91,7572
2 9,603 92,2176

3 9,588 91,9297
4 9,600 92,16
5 9,550 91,2025
∑ 47,92 459,267

V
V
V 
 
1 n  V 2   V 
2
Ksr 
V
100%
n n n 1 V
47,92 0,0092
 1 5459,267   47,92   100%
2
5  9,584
 9,584V 5 5 1
 0,0960%(4 AP)
 0,0092V

Maka, V  V  V 
 9,584  0,009V
Percobaan 2
No V (volt) V2 (Volt)
1 14,011 196,3081

2 14,009 196,2520
3 13,971 195,1888
4 13,808 190,6608
5 13,822 191,0476
∑ 69,621 969,4573

V
V
V 
 
1 n  V 2   V 
2
Ksr 
V
 100%
n n n 1 V
69,621 0,0450
 1 5969,4573  69,621   100%
2
5  13,9242
 13,9242V 5 5 1
 0,3232%(4 AP)
 0,0450V

Maka, V  V  V 
 13,92  0,045V

Percobaan 3
No V (volt) V2 (Volt)
1 16,514 272,7122

2 16,466 271,1299

3 16, 353 267,4206


4 16,504 272,3820
5 16, 497 272,1510
∑ 82,334 1.355,7957

V
V
V 
 
1 n  V 2   V 
2
Ksr 
V
100%
n n n 1 V
82,334 0,0302
 1 51.355,7957   82,334   100%
2
5  16,4668
 16,4668V 5 5 1
 0,1834%(4 AP)
 0,0302V

Maka, V  V  V 
 16,47  0,030V
Arus Listrik (I)
Untuk 1 Ampere
No I (Ampere) I2
1 1,022 1,0445

2 1,035 1,0712
3 1,044 1,0899

4 1,055 1,1130
5 1,042 1,0858
∑ 5,198 5,4044

I
I
I 
 
1 n  I 2   I 
2
Ksr 
I
 100%
n n n 1 I
5,198 0,0054
 1 55,4044   5,198   100%
2
5  1,0396
 1,0396 A 5 5 1
 0,5194%(4 AP)
 0,0054 A

Maka, I  I  I 
 1,039  0,005A

Untuk 1,5 Ampere


No I (Ampere) I2
1 1,535 2,3562
2 1,532 2,3470
3 1,533 2,3501
4 1,519 2,3074

5 1,517 2,3013
∑ 7,636 11,662

I
I
I 
 
1 n  I 2   I 
2
Ksr 
I
 100%
n n n 1 I
7,636 0,0039
 1 511,662  7,636   100%
2
5  1,5272
 1,5272 A 5 5 1
 0,2554%(4 AP)
 0,0039 A

Maka, I  I  I 
 1,527  0,004 A
Untuk 1,8 Ampere
No I (Ampere) I2
1 1,820 3,3124

2 1,824 3.3270
3 1,815 3,2942
4 1,828 3,3416
5 1.825 3,3306
∑ 9,112 16,6058

I
I
I 
 
1 n  I 2   I 
2
Ksr 
I
 100%
n n n 1 I
9,112 0,0022
 1 516,6058  9,112   100%
2
5  1,8224
 1,8224 A 5 5 1
 0,1207%(4 AP)
 0,0022 A

Maka, I  I  I 
 1,822  0,002 A

H. PERHITUNGAN
1. Carilah nilai kesetaraan panas dan tenaga berdasarkan pengamatan anda.
Jawab:
a) Percobaan I
H  M k  Ck W  V  I t
`  0,0509  388  9,584 1,039  534,6
 19,749 J KgK  5323,427 J

Q  ( M a  H )(Tm  Ta )
 (0,179  19,749)(30  24)
 19,928  6
 119,568kal

b) Percobaan II
H  M k  Ck W  V  I t
 0,0509  388   13,924 1,527  246,9
 19,749 J KgK  5249,574 J

Q  ( M a  H )(Tm  Ta )
 (0,179  19,749)(30  24)
 19,928  6
 119,568kal
c) Percobaan III
W  V  I t
H  M k  Ck
 16,466 1,822 192,6
 0,0509  388
 5778,202 J
 19,749 J KgK

Q  ( M a  H )(Tm  Ta )
 (0,179  19,749)(30  24)
 19,928  6
 119,568kal
2. Hitunglah beberapa tetapan Joule (dengan kesalahannya)
Jawab:
a) Percobaan I

W
J
Q
5323,427

119,568
 44,538 J
Kal

J I  t J V  t J V  I
  
V Q I Q t Q
1,039  534,6 9,584  534,6 9,584 1,039
  
119,568 119,586 119,586
555,449 5123,606 9,958
  
119,568 119,586 119,586
 4,645 J  42,850 J  0,083J
J  V  I  t (Tm  Ta ) J  V  I  t (Tm  Ta )
 
M a Q 2
H Q2
 9,584 1,039  534,6(30  24)  9,584 1,039  534,6(30  24)
 
(119,586) 2 (119,586) 2
 319490,562  319490,562
 
14296,506 14296,506
 2,234 J  2,234 J
J V  I  t J V  I t
 
Ta Q 2
Ta Q2
9,584 1,039  534,6  9,584 1,039  534,6
 
(199,586) 2 (199,586) 2
5323,427  5323,427
 
14296,506 14296,506
 0,372 J  0,372 J
H 2  H
H   Mk  Ksr   100%
Mk  3  H
3,629
H 
19,749  2 
 0,005    100%
0,005  3  19,749
H  3,629  18,375%(2 AP)

H  ( H  H )  (19  3,0) J  C
J J 2 J 2 J 2
(V ) 2  ( I ) 2  ( t ) 2  ( M a ) 2
V I 3 t 3 M a 3
J 
J 2 J J
 ( H ) 2  (Ta ) 2  (Tm ) 2
H 3 Ta Tm
2 2

4,6452 0,0092  42,850 2  2 0,005   0,0832  2 106,114    2,234 


3  3 
2 2
2  2 2 
  0,000005    2,234   3,629   0,372  0,5
2 2

3  3 
  0,372  0,5
2 2

0,00174766  2,04014  34,47617  0,0000000000554528



 29,21176  0,034596  0,034596
 65,780
 8,110 J

J
Ksr  100%
J
8,110 J   J  J 
  100%
44,538  44  18 J
Kal
 18,209%2 AP 

b) Percobaan II

W
J
Q
5249,574

119,568
 43,904 J
Kal
J I  t J V  t J V  I
  
V Q I Q t Q
1,527  246,9 13,924  246,9 13,924 1,527
  
119,568 119,586 119,586
377,016 3437,835 21,261
  
119,568 119,586 119,586
 3,153J  28,747 J  0,178 J
J  V  I  t (Tm  Ta ) J  V  I  t (Tm  Ta )
 
M a Q2 H Q2
 13,924 1,527  246,9(30  24)  13,924 1,527  246,9(30  24)
 
(119,586) 2
(119,586) 2
 31497,449  31497,449
 
14296,506 14296,506
 2,203J  2,203J

J V  I  t J V  I  t
 
Ta Q2 Tm Q2
13,924 1,527  246,9  13,924 1,527  246,9
 
(199,586) 2 (199,586) 2
5249,574  5249,574
 
14296,506 14296,506
 0,367 J  0,367 J
H 2  H
H   Mk  Ksr   100%
Mk  3  H
3,629
H 
19,749  2 
 0,005    100%
0,005  3  19,749
H  3,629  18,375%(2 AP)

H  ( H  H )  (19  3,0) J  C
J J 2 J 2 J 2
(V ) 2  ( I ) 2  ( t ) 2  ( M a ) 2
V I 3 t 3 M a 3
J 
J 2 J J
 ( H ) 2  (Ta ) 2  (Tm ) 2
H 3 Ta Tm
2 2

3,153 0,045  28,747   2 0,003   0,1782  2 106,114    2,2032


2 2 2

3  3 
2 2
2  2 2 
  0,000005    2,203  3,629   0,367  0,5
2 2

 3   3 
  0,367  0,5
2 2

0,0201314  0,0030556  158,56337  0,00000000005392



 28,40668  0,0336723  0,0336723
 187,060
 13,676 J

J
Ksr  100%
J
13,676 J   J  J 
 100%
43,904  43  13 J
Kal
 31,149%2 AP 

c) Percobaan III

W
J
Q
5778,202
J  48,325 J
119,568 kal

J I  t J V  t J V  I
  
V Q I Q t Q
1,822 192,6 16,467 192,6 16,467 1,822
  
119,568 119,586 119,586
350,917 3171,544 30,002
  
119,568 119,568 119,586
 2,934 J  26,525 J  0,250 J
J  V  I  t (Tm  Ta ) J  V  I  t (Tm  Ta )
 
M a Q2 H Q2
 16,467 1,822 192,6(30  24)  16,467 1,822 192,6(30  24)
 
(119,586) 2 (119,586) 2
 34671,321  34671,321
 
14296,506 14296,506
 2,425 J  2,425 J
J V  I  t J V  I  t
 
Ta Q2 Tm Q2
16,467 1,822 192,6  16,467 1,822 192,6
 
(199,586) 2 (199,586) 2
5778,553  5778,553
 
14296,506 14296,506
 0,404 J  0,404 J
H 2  H
H   Mk  Ksr   100%
Mk  3  H
3,629
H 
19,749  2 
 0,005 
  100%
0,005  3  19,749
H  3,629  18,375%(2 AP)

H  ( H  H )  (19  3,0) J  C
J J 2 J 2 J 2
(V ) 2  ( I ) 2  ( t ) 2  ( M a ) 2
V I 3 t 3 M a 3
J 
J 2 J J
 ( H ) 2  (Ta ) 2  (Tm ) 2
H 3 Ta Tm
2 2

2,934 0,030  26,525  2 0,002   0,2502  2 106,114    2,4252


2 2 2

3  3 
2 2
2  2 2 
  0,000005    2,425  3,629   0,404  0,5
2 2

 3   3 
  0,404 0,5
2 2

0,00774752  0,0012508  312,782  0,00000000006534



 34,42032  0,040804  0,040804
 347,292
 18,63 J

J
Ksr   100%
J
18.63 J   J  J 
  100%
48,325  48  18 J
Kal
 38,551%2 AP 
3. Carilah tetapan Joule yang sudah standar pada buku-buku Fisika!
Jawab:
Nilai konstanta Joule ; 1 kalori = 4,1868 joule atau 1 Joule = 0,24 kalori

4. Apakah tetapan standar itu berada di daerah perhitungan anda? Jika tidak, jelaskan
mengapa bisa terjadi demikian, jelaskan alasannya!
Jawab:
Tidak karena menurut literatur nilai tetapan Joule adalah 4,184 Joule/kalori dan
4,1868 Joule/kalori. Sedangkan berdasarkan hasil percobaan yang kami lakukan nilai
tetapan Joule nya adalah 44,538 J/kal, 43,904 J/kal, dan 48,325 J/kal.
Dari data yang didapatkan tersebut nilai konstanta atau tetapan Joule antara nilai
yang diterapkan menurut literatur terdapat perbedaan. Hal ini terjadi karena kesalahan
pada saat perhitungan, kurang teleti dalam membaca skala, menimbang massa air, dan
pada saat mengaduk air pada kalorimeter tidak konstan.

I. ANALISIS
Kalor adalah energi yang mengalir dari benda satu ke benda yang lain karena
perbedaan suhu. Kalor selalu berpindah dari benda yang lebih panas ke benda yang lebih
dingin. Agar kedua benda saling bersentuhan berada dalam keadaan termal yang
seimbang suhu kedua benda haruslah sama. Jika benda pertama dan benda kedua berada
dalam keadaan seimbang termal dengan benda ketiga, maka kedua benda pertama berada
dalam keadaan seimbang termal.
Kalor tercipta karena adanya konversi energi, yang merupakan kondisi fisis
perubahan bentuk energi dari satu bentuk menjadi bentuk yang lain. Pada percobaan
diatas terjadi konversi energi dari energi listrik menjadi energi panas (kalor). Hal ini
terjadi di dalam bejana kalorimeter, karena adanya arus listrik (I) dan adanya beda
potensial (V). Satuan SI kalor adalah Joule.
Konstanta Joule merupakan suatu percobaan Joule yang menemukan persamaan atau
ekuivalensi antara kerja mekanikal terhadap jumlah percobaan panas. Pada percobaan
konstanta Joule terjadi perubahan energi yaitu dari energi listrik menjadi energi panas.
Percobaan menentukan konstanta Joule memiliki tujuan salah satunnya untuk
menentukan angka kesetaraan panas dan tenaga yaitu ketetapan Joule.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tetapan nilai Joule, yaitu besar nilai kesetaraan
panas (W) dan tenaga (Q). Maka dari itu, tetapan nilai Joule dapat dicari dengan
menggunakan rumus:
W
J
Q
Berdasarkan hasil perhitungan tetapan nilai Joule pada percobaan praktikum
didapatkan bahwa tetapan nilai Joule pada percobaan I sebesar 44,538J/kal dengan
kesalahan sebesar 18,209%, pada percobaan II sebesar 43,904J/kal dengan kesalahan
sebesar 31,149%, dan pada percobaan III sebesar 48,325J/kal dengan kesalahan sebesar
38,551%.
Besarnya kesalahan terjadi karena kurangnya ketelitian dalam membaca skala dan
kurangnya ketelitian dalam perhitungan dan memasukan data yang didapat ke dalam
perhitungan tersebut.
J. KESIMPULAN
1. Tetapan Joule dinyatakan dengan J=W/Q Joule/kalori, dengan W adalah nilai
kesetaraan panas dan Q adalah tenaga.
2. Kalor dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk energi yang dapat berpindah dari
benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah. Kalor dipengaruhi oleh
tiga faktor yaitu, massa zat, jenis zat (kalor jenis), dan perubahan suhu.
3. Kalor jenis dan kapasitas kalor memiliki konsep yang hampir sama namun
sebenarnya berbeda. Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 derajat celsius. Sedangakn kapasitas kalor adalah
banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat
celsius.
4. Alat yang sering dipakai untuk mengukur perubahan kalor disebut kalorimeter.
5. Konversi energi dapat dikatakan sebagai perpindahan energi dari suatu bentuk ke
bentuk lain.
6. Salah satu contoh konversi energi yang sering dijumpai adalah perubahan energi
listrik menjadi energi panas (kalor).
K. DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Fisika Dasar. 2014. Panduan Praktikum Fisiska Dasar I. Jakarta: UNJ.

Biro Internasional Berat dan Ukuran. 2006. Sistem Satuan Internasional (SI ) (8 ed.), P. 120.
ISBN 92-822-2213-6.

Moran, Michael J. 2004. Termodinamika Teknik edisi keempat. Jakarta: Erlangga.

Kunlestiowati, H. 2018. “Analisis Penyimpangan Koversi Energi Listrik Menjadi Kalor


Pada perangat Eksperimen Hukum Joule”. JRKPF UAD. Vol. 5 No. 1 (Hlm. 34). Bandung.

Bueche, Frederick. 1989. Theory and Problem of College Physics 8th edition. Jakarta:
Erlangga.

Nikmah Safitri, Hesti. 2018. “Pengembangan Alat Praktikum Kalorimeter Bom pada Pokok
Bahasan Kalor”. Unnes Physics Education Journal. Vol. 7 No. 1 (Hlm. 43). Semarang:
Universitas Negeri Semarang.

Perdana Yanti, Resky. 2014. “Studi Penentuan Nilai Kalori Pada Buah Durian”. Jurnal
Teknosains. Vol. 8 No. 2 (Hlm. 165). Makassar: UIN Alauddin Makassar.

R Manurung, Sondang. 2018. “Perangkat Pembelajaran IPA Berbentuk LKS Berbasis


Laboratorium”. Jurnal Inovasi Pembelajran Fisika. Vol. 6 No. 1 (Hlm. 84-85). Medan:
Universitas Negeri Medan

Nurhabibah, Siti. 2018. “Pembelajaran Fisika Dasar dan Elektronika Dasar”. Jurnal Ikatan
Alumni Fisika Universitas Negeri Medan. Vol. 4 No. 2. Medan: Universitas Negeri Medan.

Anda mungkin juga menyukai