Anda di halaman 1dari 25

TANGGAL PERCOBAAN :Kamis, 19 November 2020

TANGGAL PENGUMPULAN :Kamis, 26 November 2020

PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 SEMESTER 113

OSILOSKOP

NAMA : Tabitha Qotrunnada Sulistiyanto


NRM : 1304620076
DOSEN PENGAMPU : Cecep Rustana, Ph.D

KOORDINATOR HARIAN :

Kartini
ASISTEN LABORATORIUM :
1. Yasmine Aneilla
2. Luthfia Khofifa
3. Vidya Kusumah Wardani
4. Kartini

Laporan Awal Laporan Akhir Kinerja Total

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Jakarta
2020
L1: OSILOSKOP

A. TUJUAN
1. Mengetahui fungsi osiloskop.
2. Memahami prinsip kerja osiloskop.
3. Merancang dan menerangkan terjadinya pola Lissayous.
4. Menghitung frekuensi suatu sumber tegangan dengan menggunakan pola Lissayous.
5. Mengetahui bagian-bagian osiloskop.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Osiloskop.
2. Dua buah generator.
3. Sumber tegangan AC (Transformator).
4. Sumber tegangan DC (Batrei atau power supply DC).
5. Multimeter.
6. Satu set kabel penghubung.
7. Kertas Milimeter.

C. TEORI DASAR
1
Osiloskop atau disebut osiloskop sinar katoda (cathode ray osciloscope, disingkat
CRO) merupakan alat yang digunakan untuk melihat dinamika besaran sebagai fungsi
waktu secara visual. Dengan menggunakan osiloskop ini harga suatu besaran dapat
dilihat setiap saat sepanjang waktu berjalan terus.
Dengan mengukur besarnya pergeseran atau ingsutan bintik terang yang ditimbulkan
oleh berkas elektron yang mengenai layar dari kedudukan normalnya, maka besarnya
signal dari suatu sumber dapat ditentukan. Bintik terang ini sama halnya jarum penunjuk
pada voltmeter. Simpangan/pergeseran bintik terang dibuat ke arah vertikal sedangkan
pergeseran mendatar sebanding dengan laju pertambahan waktu.
Simpangan arah vertikal dapat ditera dalam volt/skala atau volt/cm. Sementara itu,
simpangan arah mendatar dapat ditera dalam detik/skala atau detik/cm. Dengan peneraan
ini menunjukkan bahwa osiloskop tidak hanya dapat digunakan untuk memperlihatkan
gambar signal sebagai fungsi waktu, tetapi yang lebih penting dapat digunakan sebagai
alat ukur parameter-parameter pad signal antara lain: selang waktu (time duration),
periode ayunan maksimum, amplitudo, fase, frekuensi dan sebagainya.
Dengan melepas tegangan lejang (sweep voltage) yaitu tegangan yang menjulur atau
melejang bintik terang menjadi garis lurus, maka simpangan dapat diberikan dari luar
atau sebagai input kedua. Dalam hal ini ada dua signal yang saling tegak lurus dalam
waktu sama. Dengan demikian hubungan kedua signal dapat diperlihatkan langsung

1
Tim Dosen Fisika Dasar. “Panduan Praktikum Fisika Dasar II”, Jakarta: UNJ, 2014
sebagai fungsi waktu. Jika kedua signal tersebut adalah input dan output suatu sistem,
atau satuan kerja elektronis, maka gambar yang tampak pada layar memperlihatkan
watak sistem/satuan kerja tersebut. Perlu diketahui bahwa pada penjuluran bintik terang
menjadi garis lurus, pada dasarnya merupakan pergerakan berkas elektron dengan cepat
dan terus- menerus ke arah kanan.
Osiloskop pada dasarnya mempunyai 5 komponen utama yaitu:
1. Tabung sinar katoda (chatode Ray Tube = CRT)
2. Penguat simpangan Y (Y amplifier)
3. Penguat simpangan X (X amplifier)
4. Pembangkit tegangan basis waktu (Time based generator)
5. Pengatur berkas (Beam control)

Tabung sinar katoda (chatode Ray Tube = CRT)


CRT berbentuk seperti corong (funnel) dengan ujung kanan datar dan tampak
sebagai layar untuk gambar yang ditampilkan (lihat gambar 1). Sisi bagian dalam layar
dilapisi zar pendar (fluoresence) yang mengeluarkan sinar bila dikenai elektron. Pada
leher tabung terdapat sejumlah elektroda yang dapat mempengaruhi gerak elektron
sebelum mencapai layar.

D2
D1
k

A1 A2 A3 A4

Gambar 1. Skema dari CRT

Elektroda paling kiri disebut senapan elektron (electron gun) yang dapat melontarkan
elektron ke kanan dalam berkas yang sempit. Senapan elektron tersebut terdiri dari
katoda K sebagai silinder sumber elektron, dan kisi Wehnelt W yang berbentuk silinder
untuk pengatur intensitas arus elektron. Elektron-elektron dipercepat dan diarahkan oleh
sejumlah anoda, A1 s/d A4, yang memberikan medan listrik agar elektron melintasi
ruang diantara lempengan simpangan datar, D1 dab D2. Sedangkan anoda utama A5
yang diberi tegangan tinggi (ribuan volt) digunakan agar elektron mempunyai energi
gerak yang cukup tinggi, sehingga pada saat mengenai layar pendar, akan menghasilkan
bintik terang dengan intensitas tinggi.

Penguat simpangan Y (Y amplifier)


Penguat ini berguna untuk memperbesar signal input untuk mempertinggi kepekaan
CRO. Kepekaan ini dinyatakan dalam mV/skala. CRO dengan kepekaan 20 mV/skala
dengan jarak antara garis-garis skala = 6 mm, mempunyai arti bahwa pada kepekaan
input paling tinggi (tegangan input 20 mV) menghasilkan simpangan di layar sejauh 6
mm. Dengan mengubah-ubah kepekaan input, maka daerah pengukuran dapat diperluas
beberapa ratus vollt sesuai keperluan.

Penguat simpangan X (X amplifier)


Penguat ini digunakan untuk memperkuat simpangan mendatar (horizontal), pada
saat osiloskop diberi kedudukan untuk menerima/menampilkan sinyal dari luar pada
simpangan horizontalnya. Penguat simpangan X ini mempunyai gain yang kecil
dibandingkan dengan penguat simpangan Y, sehingga penguat ini mempunyai kepekaan
yang lebih rendah. Disamping mengubah harga skala horisontal pada kedudukan
terhubung dengan basis waktu, penguat simpangan ini dapat mengatur kelajuan basis
waktu tersebut atau sebagai pengatur laju lejang. Dengan kata lain, skala waktu dapat
diubah-ubah sesuai dengan keperluan. Dalam praktek, hal ini berguna untuk membuat
gambar input yang berupa sinyal-sinyal periode menjadi lebih stabil dan sebagai pengatur
sinkronisasi. Sama halnya dengan penguat simpangan Y, penguat simpangan X
mempunyai pengatur posisi kiri- kanan. Fungsi dari pengatur-pengatur tersebut (posisi
horisontal atau vertikal) akan jelas terlihat apabila input-inputnya nol atau tidak ada
sinyal sama sekali, pengatur ini akan menggerakkan bintik terang keatas atau kebawah
atau juga kekiri dan kekanan.

Pembangkit tegangan basis waktu (Time based generator)


Tegangan ini berbentuk gigi gergaji. Berkaitan dengan basis waktu ini terdapat
beberapa pengaturan yang berhubungan dengan sinyal parameter yang dibangkitkan,
yaitu parameter-parameter tegangan gergaji sebagaimana terlihat pada gambar.
Pengaturan yang dapat diubah adalah:
a. Pengaturan frekuensi bertingkat, f = 1/T.
b. Pengaturan laju lejang dvs/dt = vs/Ts.
c. Pengaturan kedudukan horosontal (malar) berarti mengubah Vdc.

Pengatur berkas (Beam control)


Hasil dari pengaturan ini adalah berubahnya bintik terang pada layar. Perubahan
ini berupa:
1. Intensitas, yaitu perubahan banyaknya elektron.
2. Fokus, yaitu perubahan besarnya titik terang.
Disamping pengaturan tersebut, ada pengaturan intensitas secara otomatis yang
disebut sebagai modulasi intensitas. Intensitas diturunkan pada waktu berkas elektron
ditarik kekiri dari simpangan maksimumnya. Tegangan modulasi disebut tegangan
pemadam (blanking voltage). Modulasi ini dapat juga dilakukan oleh sinyal dari luar
melalui pangkalan input belakang, yang merupakan input Z. Sebagai perbandingan, pada
pesawat televisi, input Z ini adalah berupa sinyal video (gambar), sedangkan ke arah X
dan Y adalah berupa sinyal lejang, sehingga seluruh permukaan layar dijelajahi elektron.
Pada input Z, bintik terang dimodulasi oleh sinyal video, sehingga terjadi terang dan
gelap yang membentuk gambar.

Pola Lissayous
Jika 2 buah osilasi dengan frekuensi sama atau berbeda saling tegak lurus,
digabungkan bersama-sama akan membentuk kurva yang disebut pola lissayous. Nama
ini dipergunakan untuk mengingat Jules Antonie Lissayous yang memperagakan
kurva-kurva ini pertama kali tahun 1857.

Vo Vm

Gambar 2. Pola Lissayous

2
Secara prinsip ada dua tipe osiloskop, yakni tipe analog (ART - Analog Real Time
oscilloscope) dan tipe digital (DSO - Digital Storage Osciloscope). Osiloskop analog
menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik dengan melalui gerakan pancaran elektron
(electron beam) dalam sebuah tabung sinar katoda (CRT - Cathode Ray Tube). Kelebihan
dari osiloskop analog adalah kecepatan dalam menampilkan bentuk gelombang yang
kemudian disebut real time oscilloscope. Sementara salah satu kekurangannya adalah
terjadinya kedipan (flicker) saat mengukur gelombang dengan frekuensi di bawah harga
minimum tertentu, umurnnya sekitar 15 sampai 20 Hz, yakni peragaan di layar akan tampak
nyala dan padam bergantian.
Pada osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu dicuplik (sampling)
dan kemudian didigitalisasikan. Setelah itu nilai-nilai tegangan yang telah didigitalisasikan
ini disjmpan di memori bersama dengan skala waktu gelombangnya. Pada prinsipnya,
osiloskop digital hanya mencuplik dan menyimpan demikian banyak nilai dan kemudian
berhenti. Ia mengulang proses ini lagi dan lagi sampai dihentikan. Menurut teori Nyquist
(Jones and Larry D., 1983), osiloskop digital membutuhkan masukan dengan
sekurangkurangnya dua cuplikan per periode gelombang untuk merekonstruksi suatu bentuk
gelombang.

2
Sukanta. “Osiloskop Dan Pembangkit Gelombang Virtual Berbasis Lab View Menggunakan Antarmuka Kartu Suara”.
Widyanuklida. Vol. 5, No. 1, 2004. Hlm 20
Gambar 3. CRO B+K Precision Model 2120B

3
Penjelasan untuk beberapa tombol yang akan sering diakses selama praktikum dengan
menggunakan CRO adalah sebagai berikut.
1. Tombol POWER (no. 3), digunakan untuk menyalakan/mematikan CRO. Tekan tombol
untuk mengaktifkan CRO dan tekan lagi untuk mematikan.
2. Tombol INTENSITY (no. 4), digunakan untuk mengatur tingkat kecerahan sinyal yang
muncul di layar. Putar untuk mengatur kecerahan sesuai yang diinginkan.
3. Tombol FOCUS (no. 6), digunakan untuk mengatur tingkat ketajaman sinyal di layar.
Putar untuk mengatur ketajaman sinyal sesuai yang diinginkan.
4. Saklar VERTICAL MODE (no. 12), digunakan untuk memilih mode tampilan. Geser
tombol ke CH1 untuk menampilkan sinyal dari channel 1, ke CH2 untuk menampilkan
sinyal dari channel 2 dan ke ALT untuk menampilkan sinyal dari kedua channel.
5. Tombol untuk CH1: terdiri dari saklar AC-GND-DC (no. 13) , tombol VOLT/DIV
(no.15) dan tombol vertical position (no. 17). Tombol ini digunakan ketika probe CRO
disambung ke colokan input channel 1 (no. 14). Apabila sinyal ac yang masuk ke
channel 1, geser saklar ke AC, sehingga sinyal dc akan diblokir. Apabila sinyal DC yang
masuk ke channel 1, geser saklar ke DC, namun sinyal ac akan tetap ditampilkan.
Apabila saklar digeser ke GND, maka sinyal yang masuk ke channel 1 di-ground-kan,
yang dapat digunakan sebagai referensi dalam pengukuran dc. Tombol VOLT/DIV
digunakan untuk mengatur sensitivitas arah vertikal dari CRO. Apabila tombol diatur ke
2 V, maka artinya setiap kotak grid pada arah vertikal di layar mewakili nilai 2 volt.
Apabila diatur ke 20 mV, maka artinya setiap kotak pada arah vertikal di layar mewakili
nilai 20 millivolt. Tombol vertical POS digunakan untuk mengatur posisi sinyal di layar
pada arah vertikal dengan cara diputar.
6. Tombol untuk CH2 (no. 18, no. 20 & no. 22): pengaturan sama dengan tombol untuk
CH1. Tombol ini digunakan ketika probe CRO disambung ke colokan input channel 2
(no. 21)

3
Denny Darmawan, “Modul Pelatihan Pengelolaan Laboratorium Fisika SMA Bagi Kepala Laboratorium Fisika Pola 100 Jam :
Pengenalan Osiloskop (CRO)”, Yogyakarta : UNY, Agustus 2012
7. Tombol TIME/DIV (no. 23) digunakan untuk mengatur laju sapuan (sweep rate) dari
sinyal di layar. Apabila tombol diatur ke nilai 20 mS, maka artinya setiap kotak grid di
layar pada arah horizontal mewakili nilai 20 millidetik. Begitu pula ketika tombol
diputar ke nilai 2 S, maka artinya setiap kotak grid di layar pada arah horizontal
mewakili nilai 2 detik.
8. Tombol HORIZONTAL POSITION (no. 27), digunakan untuk mengatur posisi sinyal
di layer pada arah horizontal. Putar untuk mengatur posisi sinyal agar sinyal dapat
seluruhnya nampak di layar dan tidak terpotong.
9. Tombol XY (no. 29), digunakan untuk menyalakan mode X-Y di mana sinyal yang
masuk dari channel 1 ditampilkan pada arah horizontal, sedangkan sinyal yang masuk
dari channel 2 ditampilkan pada arah vertikal. Tekan tombol untuk mengaktifkan mode
XY dan saklar VERTICAL MODE harus digeser ke CH2. Mode ini umumnya
digunakan untuk membandingkan dua sinyal.

4
Adapun tombol-tombol pada osiloskop secara detail, yaitu:
1. Tombol Umum
a. On/Off : Untuk menghidupkan/mematikan Oscilloscope
b. Ilumination : Untuk menyalakan lampu latar.
c. Intensity : Untuk mengatur terang/gelapnya garis frekuensi
d. Focus : Untuk mengatur ketajaman garis frekuensi
e. Rotation : Untuk mengatur posisi kemiringan rotasi garis frekuensi
f. CAL : Frekuensi Sample yg dpt diukur utk mengkalibrasi Oscilloscope
2. Tombol di Vertikal Block
a. Position : Untuk mengatur naik turunnya garis.
b. V. Mode : Untuk mengatur Channel yg dipakai
c. Ch1 : Menggunakan Input Channel1
d. Ch2 : menggunakan Input Channel 2
e. Alt : (Alternate) menggunakan bergantian Channel1 dan Channel 2
f. Chop : Menggunakan potongan dari Channel 1 dan Channel2
g. Add : Menggunakan penjumlahan dari Ch1 dan Ch2
h. Coupling : Dipilih sesuai input Channel yg digunakan,
i. Source : Sumber pengukuran bisa dari Channel1 atau Channel2
j. Slope : Normal digunakan yang +. Gunakan yang – untuk kebalikan
gelombang.
k. AC-GND-DC : Pilih AC utk gelombang bolak-balik (peak to peak). Pilih DC utk
gelombang/tegangan searah DC. Pilih GND utk menonaktifkan gelombang mis:Utk
menentukan posisi awal
l. VOLTS/DIV : Untuk menentukan skala vertikal tegangan dlm satu kotak/DIV
Vertikal.
3. Tombol di Horizontal Block :
a. Position : Untuk mengatur posisi horizontal dari garis gelombang.
b. TIME/DIV : Untuk megatur skala frekuensi dlm satu kotak/DIV Horizontal.
c. X10 MAG : Untuk memperbesar/ Magnificient frekuensi menjadi 10x lipat.

4
Ria Fitriani. “Pengukuran Nilai Dielektrik Pada Bahan Cuka Berdasarkan Variasi Frekuensi Sumber Tegangan Dengan
Menggunakan Osiloskop”, Jember : UNEJ, 2016.
d. Variable : Untuk mengatur kerapatan gelombang horizontal.
e. Trigger Level: Untuk mengatur agar frekuensi tepat terbaca.

5
Cara buat mengkalibrasi sebuah Osiloskop yang akan dipakai buat mengukur sebuah
tegangan, maka kamu harus perhatikan caranya beikut ini.
1. Cara Pertama
Yang harus kamu lakukan yaitu pengkalibrasian. Setelah kamu mengkoneksikan
Osiloskop ke jaringan listrik dan menyalakan. Lalu, kamu amati pada layar monitor yang
tampak dilayar yaitu harus garis lurus mendatar (kalo gak ada sinyal masukkan).
2. Cara Kedua
Kemudian kamu atur fokus, intensitas, kemiringan, position X dan position Y. Dengan
mengatur posisi tersebut, kamu nantinya bisa mengamati hasil pengukuran dengan jelas dan
akan mendapat hasil pengukuran dengan teliti.
3. Cara Ketiga
Lalu, pakai tegangan referensi yang ada di Osiloskop, maka kamu bisa melakukan
pengkalibrasiaan sederhana. Ada 2 tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan, yaitu
tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz.
4. Cara Keempat
Selanjutnya, kamu tempelkan probe pada terminal tegangan acuan, maka pada layar
monitor akan muncul tegangan persegi. Kalau yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp,
maka pada posisi 1 Volt/div (satu kotak vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus ada nilai
tegangan dari puncak ke puncak sebanyak 2 kotak dan buat time/div, 1/ms/div (satu kotak
horizontal mewakili waktu 1 ms) harus ada satu gelombang buat satu kotak. Apabila yang
tampak pada layar belum tepat, maka perlu diatur pada potensio tengah di knob Volt/div atau
pada potensio dengan label (var)

Karakteristik Pengukuran Osiloskop ada dua, yaitu karakteristik berbasis waktu dan
karakteristik berbasis tegangan.
1. Karakteristik Berbasis Waktu (Time)
a. Frekuensi dan Periode
Frekuensi yaitu jumlah getaran yang dihasilkan selama 1 detik yang dinyatakan
dengan Hertz.
Sedangkan, periode adalah kebalikan dari Frekuensi, yaitu waktu yang dibutuhkan
buat menempuh 1 kali getaran yang biasanya dilambangkan dengan t dengan satuan
detik.
Kemampuan Osiloskop dalam mengukur maksimum Frekuensi beda-beda
tergantung pada tipe osiloskop yang dipakai. Ada yang bisa mengukur 100 MHz, 20
MHz, ada yang cuma bisa mengukur 5 MHz.
b. Duty Cycle (Siklus Kerja)
Duty cycle merupakan perbandingan waktu saat sinyal mencapai kondisi ON dan
saat mencapai kondisi OFF dalam satu periode sinyal.
Dengan kata lain, Duty Cycle atau siklus kerja yaitu perbandingan lama kondisi ON
dan kondisi OFF dalam suatu sinya pada setiap periode.
c. Rise dan Fall Time

5
Eko Sulistya, “Kajian Penggunaan Arduino dan Komputer sebagai Osiloskop”, Artikel Riset. 2017
Rise time merupakan waktu perubahan sinyal (durasi) dari sinyal rendah ke sinyal
yang lebih tinggi. Contohnya dari 0 volt ke 10 volt. Sedangkan, Fall time merupakan
waktu perubahan sinyal (durasi) dari sinyal tinggi ke sinyal yang rendah. Contohnya dari
10 volt ke 0 volt. Karakteristik ini sangat penting dalam mengukur sebuah respon suatu
rangkaian terhadap sinyalnya
2. Karakteristik Berbasis Tegangan (Voltage)
a. Amplitudo
Amplitudo merupakan ukuran besarnya suatu sinyal atau biasanya disebut dengan
tingginya puncak gelombang.
Ada beberapa cara dalam pengukuran Amplitudo yang diantaranya yaitu
pengukuran dari Puncak tertinggi ke Puncak terendah (Vpp), ada juga yang mengukur
salah satu puncaknya aja baik yang tertinggi atau yang terendah dengan sumbu X atau
0V.
b. Tegangan Maksimum dan Minimum
Osiloskop bisa dengan mudah menampilkan Tegangan maksimum dan minimum
suatu rangkaian elektronika.
c. Tegangan Rata -Rata
Osiloskop bisa melakukan perhitungan terhadap tegangan sinyal yang diterimanya
dan menampilkan hasil tegangan rata – rata sinyal tersebut.

6
Gelombang adalah sebarang gangguan dari kondisi kesetimbangan yang merambat dari
satu daerah ke daerah yang lainnya. Gelombang merupakan proses merambatnya suatu
getaran yang tidak disertai dengan perpindahan medium perantaranya, tetapi hanya
memindahkan energi.
Gelombang juga dapat disebut sebagai getaran yang merambat pada suatu medium. Pada
gelombang yang merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium perantaranya. Satu
gelombang dapat dilihat panjangnya dengan menghitung jarak antara lembah dan bukit
(gelombang tranversal) atau menhitung jarak antara satu rapatan dengan satu renggangan
(gelombang longitudinal). Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh
gelombang dalam waktu satu detik.
Gerak gelombang dapat juga dipandang sebagai suatu perpindahan energi dan
momentum dari satu titik di dalam ruang ke titik lain tanpa perpindahan materi. Pada
gelombang mekanik, seperti gelombang pada tali atau gelombang bunyi di udara, energi dan
momentum dipindahkan melalui gangguan dalam medium.

D. CARA KERJA
Petunjuk umum pengoperasian osiloskop
1. CRO hanya boleh dihidupkan pada waktu akan digunakan. Mematikan CRO untuk
pemakaian yang tertunda. Mengistirahatkan lebih dari 5 menit.
2. Sebelum menghidupkan osiloskop, sebaiknya memeriksa dulu sumber tegangan
AC yang digunakan apakah sesuai dengan tegangan yang diperlukan untuk
menghidupkan CRO.

6
Dian Sandi, dkk. “Analisis Deret Fourier Untuk Menentukan Persamaan Fungsi Gelombang Sinusoidal Arus Ac Pada
Osiloskop”. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal). Vol. IV, Oktober 2015. Hlm. 52
3. Menggunakan intensitas lebih rendah dari batas maksimumnya. Bila tidak diperlukan,
menetapkan saklar AC-DC pada kondisi AC.
4. Menurunkan bla bal. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerusakan pada layar
pendar, karena elektron terus-menerus jatuh di titik yang sama dengan intensitas
tinggi.
5. Mengatur tombol pada posisi tengah-tengah untuk mendapatkan bintik terang atau
jejak elektron (bila tidak nampak pada layar).

Petunjuk kalibrasi osiloskop


1. Menyalakan osiloskop dengan memutar tombol power ke arah ON.
2. Mengatur intensitasnya sampai diperoleh garis terang atau titik pada layar, jangan
menggunakan intensitas yang terlalu besar, mengatur posisi garis berada di
tengah-tengah dengan memutar tombol posisi (atas-bawah) dan tombol posisi
(kanan-kiri).
3. Memastikan tombol CAL VOLTAGE (pada voltage/div berwarna merah) dan CAL
SWEEP TIME (pada Sweep Time/div berwarna merah) dalam keadaan maksimum.
4. Mengatur perbesaran pada probe, pada posisi 10×.
5. Memastikan posisi input untuk Ch1 (Y) atau Ch2 (X). Jika Ch1 (Y) akan digunakan,
mengatur posisi tombol mode pada Ch1 (Y) dan tombol source pada posisi Ch1 (Y)
dan sebaliknya jika Ch2 (X) yang digunakan, mengatur posisi tombol mode dan
tombol source pada posisi Ch2 (X).
6. Misal pilih saja Ch2 (X) yang akan dikalibrasi terlebih dulu, mengatur seperti langkah
e.
7. Menetapkan posisi AC-DC pada kondisi AC.
8. Menjepitkan ujung probe pada titik CAL pada osiloskop.
9. Penjepit probe pada posisi ground.
10. Mengatur posisi gambar pada layar dengan memutar tombol posisi (atas-bawah) dan
tombol posisi (kanan-kiri) pada channel yang anda gunakan.
11. Jika gambar yang tampil bergerak, memosisikan tombol “level” pada posisi tengah-
tengah.
12. Menghitung tegangan dan frekuensi tampilan dengan rumusan berikut:
Perhitungan tegangan Vp-p
Vp-p = Jumlah kotak posisi vertikal × vertikal volt/div × probe

Perhitungan frekuensi
f = 1/T, dimana T = jumlah kotak satu gelombang  variabel sweep time/div.
Menghitung besar tegangan Vp-p dan frekuensi kalibrasi. Apakah hasilnya sesuai
dengan yang tertera pada titik CAL. Jika sesuai, osiloskop siap digunakan, jika belum
sesuai atur tombol CAL (merah) pada variabel volt/div untuk menyesuaikan
tegangan dan tombol CAL (merah) pada variabel sweep time/div untuk
menyesuaikan perioda atau frekuensi. Lakukan kembali kalibrasi pada Ch1 (Y).
Catatan:
a. Tombol variabel voltage/div untuk mengatur jumlah tampilan secara vertikal
b. Tombol sweep time/div untuk mengatur jumlah tampilan secara horizontal
c. Tegangan yang terukur pada osiloskop adalah tegangan maksimum

Mengukur tegangan dan frekuensi suatu sumber


1. Menyiapkan osiloskop, tombol-tombol dipersiapkan sehingga dalam keadaan tanpa
beban, dilayar tampak titik dimana intensitas dan fokusnya cukup dan berada
ditengah-tengah layar. Jangan lupa meredupkan intensitasnya (dibawah maksimum)
dan jangan terlalu lama menyalakan titik di layar.
2. Menyediakan pembangkit sinyal (sinyal generator) dengan outputnya masing-
masing memberikan tegangan sinusoida.
3. Dalam keadaan “off“ , menghubungkan output pembangkit sinyal dengan osiloskop,
posisi ujung probe dihubungkan dengan positif keluaran signal, penjepit pada probe
ditempatkan pada ground signal generator. Kemudian menyalakan signal generator.
4. Mengatur tombol sweep time/div dan volt/div pada osiloskop seperti langkah
kalibrasi untuk mendapatkan gambar sinusoida tunggal yang bagus.
5. Menggambarkan pada kertas milimeter apa yang terlihat pada layar osiloskop.
Kemudian mencatat:
a. Kedudukan tombol pengatur osiloskop dan pembangkit sinyal.
b. Dari pengamatan di atas, tentukan tegangan sumber dan frekuensi sumber.
6. Melakukan pengukuran tegangan tersebut dengan mengunakan multimeter sebanyak
5 kali pengulangan. Membandingkan hasilnya dengan pengukuran melalui osiloskop.
Beri komentar!
7. Mengulangi langkah c hingga f dengan tegangan dan frekuensi sumber yang
bervariasi.

Menentukan pola Lissayous


1. Memasang pembangkit signal I pada input horizontal Ch2 (X) dan pembangkit II
pada input vertikal Ch1 (Y) pada osiloskop.
2. Perbandingan yang digunakan sebesar 1:2; 1:3; 1:4; dst. Atau 2:1; 3:1; 4:1 dst.
3. Mengatur frekuensi pada pembangkit signal I sebagai f1 pada channel X (Mode pada
posisi X) sampai 100 Hz, kemudian mengubah mode pada posisi Y dan mengatur
frekuensi pembangkit signal II sebagai f2 sampai diperoleh 200 Hz, sehingga
perbandingan f1 : f2 adalah 1:2.
4. Kemudian memutar tombol time/div pada posisi X-Y, dan mengatur mode pada
posisi dual.
5. Mengatur volt/div untuk mendapatkan gambar bujur sangkar.
6. Menggambar tampilan pada beberapa posisi.
7. Melakukan untuk perbandingan.
8. Membandingkan data anda dengan referensi yang ada.
E. PERTANYAAN
1. Tuliskan bentuk umum fungsi gelombang dan jelaskan arti masing-masing
simbolnya!
Jawab: Bentuk umum fungsi gelombang adalah 𝑦 = 𝐴 𝑠𝑖𝑛(𝜔𝑡 − 𝑘𝑥)
Ket simbol:
𝑦 = simpangan
A = amplitudo gelombang
𝜔 = kecepatan sudut gelombang (𝜔 = 2𝜋𝑓)
𝑡 = waktu
k = bilangan gelombang (𝑘 = 2𝜋/λ)
𝑥 = posisi gelombang
2. Jelaskan pengertian dari besaran-besaran berikut:
a. Amplitudo gelombang.
Jawab: Amplitudo adalah pengukuran skalar yang nonnegatif dari besar osilasi suatu
gelombang. Amplitudo dalam sistem internasional biasa disimbolkan dengan (A) dan
memiliki satuan meter (m). Amplitudo juga disebut simpangan maksimum
gelombang dengan satuan meter (m).
b. Periode gelombang.
Jawab: Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu gelombang.
Periode dilambangkan dengan huruf kapital T. Dalam Sistem Internasional (SI),
satuan periode adalah detik (s).
3. Gambarkan gelombang listrik sinusoida dengan amplitudo 2 cm dan periode 0.02
sekon pada kertas milimeter!
Jawab:

4. Sebutkan tiga bidang sains selain fisika yang menggunakan osiloskop!


Jawab: Engineering, Medical, Telekomunikasi.
5. Besaran listrik apa yang dapat diukur dengan osiloskop secara langsung dan besaran
apa yang diukur tidak langsung?
Jawab: Besaran- besaran yang dapat diukur dengan osiloskop antara lain:
a. Amplitudo (A) : Jarak perpindahan titik maksimum dari titik kesetimbangan dalam
arah getarannya.
b. Periode (T) : Waktu yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang penuh.
c. Frekuensi (f) : Banyaknya gelombang yang terbentuk dalam satu satuan waktu.
d. Sudut fasa (θ) : Simpangan partikel terhadap posisi kesetimbangan dalam radian.
6. Apa nama tabung panjang yang ada dalam osiloskop dan sebutkan komponen
komponen penting yang ada di dalamnya?
Jawab: Dalam osiloskop terdapat tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atau
Cathode Ray Tube (CRT). Komponen penting yang ada di dalam CRT adalah :
a. Pistol Elektron (Electron guns)
b. Berkas Elektron (Electron beams)
c. Pelat Pembelok (Deflection coils)
d. Pelat Pemfokus (Focusing coils)
e. Layer Pendar (Phosphor layers)
f. Tabung Kaca Pembungkus
g. Anoda
7. Apa yang dimaksud dengan senapan elektron? Jelaskan secara singkat!
Jawab: Sumber berkas electron (Electron beams) adalah senapan elektron, yang
menghasilkan suatu arus elektron melalui emisi-termion, dan memusat menjadi seuah
titik kecil. Senapan ditempatkan pada leher CRT atau bagaian belakang CRT. Senapan
elektron mempercepat tidak hanya elektron tetapi juga ion hadir di ruang hampa yang
tidak sempurna.
8. Apa yang dimaksud dengan pola Lissayous?
Jawab: Pola Lissayous adalah sebuah penampakan pada layar osiloskop yang
mencitrakan perbedaaan atau perbandingan beda fase, frekuensi dan amplitudo dari 2
gelombang inputan pada probe osiloskop. Pola lissajous tersebut juga bisa digunakan
untuk mengukur frekuensi pada motor induksi 3 fasa.
9. Mengapa terjadi perbedaan pada hasil pengukuran antara osiloskop dan voltmeter?
Jawab: Perbedaan hasil pengukuran antara osiloskop dan voltmeter terletak pada
ketelitian alat ukur tersebut. Ketelitian multimeter digital ditentukan sepenuhnya sistem
elektronis yang digunakan. Ketelitian yang khas dari multimter digital adalah dari 0.01
% (satu bagian per10000) sampai 0.5 % (lima bagian per 1000). Untuk standar
laboratorium ketelitian lebih tinggi, yaitu 0.002 % (dua bagian per 100000) sedangkan
osiloskop dirancang untuk pekerjaan troubleshooting atau untuk sistem pemecahan
masalah yang mungkin berisi sinyal yang kompleks yang mengirimkan pada kecepatan
jauh lebih cepat daripada DMM. Scope memiliki pengukuran mesin yang lebih cepat
dan banyak bandwidth pengukuran luas daripada DMM. Mereka juga memiliki
kemampuan untuk secara visual menampilkan sinyal kompleks, tapi biasanya tidak
memiliki akurasi dan resolusi Multimeter akurasi tinggi. osiloskop umumnya memiliki
resolusi setara dengan DMM 3,5 sampai 4 digit.

F. DATA PERCOBAAN
1. Kalibrasi Osiloscope
CH 1: 1 (kotak) x 2(volt) x 1 = 2 Vp-p
CH 2: 1 (kotak) x 2(volt) x 1 = 2 Vp-p
2. Mengukur Tegangan dan Frequensi suatu sumber
Vsumber = 3 volt
Tegangan pada osiloskop

4,6 (kotak) x 2 (volt) x 1 (perbesaran probe) = 9,2 Vp-p


vmaks = 4,6 vp-p
veff = 3,256 volt
1
F=
𝑇
T = 4 (kotak) x 5 (ms) = 20 ms
F = 50 herzt

Vmultimeter (volt)
3.340
3.339
3.337
3.340
3.336
3.335

Vsumber = 6 volt
Tegangan pada osiloskop

1,8 (kotak) x 1 (volt) x 10 (perbesaran probe) = 18 Vp-p


vmaks = 9 vp-p
veff = 6,428 volt
1
F=
𝑇
T = 4 (kotak) x 5 (ms) = 20 ms
F = 50 herzt

Vmultimeter (volt)
6,699
6,708
6,706
6,707
6,699
6,708
3. Pola Lissayous
X:Y=1:2

X:Y=1:3

X:Y=2:1

X:Y=3:1
G. PENGOLAHAN DATA
DATA TUNGGAL
1. Tegangan pada osiloskop I
Δ Ksr x
Frekuensi = 50 1

0,005
100%  5  0,00510 1 Hz
  0,01
Hz 2 50
 0,005  0,01%4 AP 
V sumber = 3V 1 0,005  3  0,005V
  0,01  100%
2 3
 0,005  0,167%4 AP 
Volt 1 0,005  2  0,005 V
 2V   0,01  100%
div 2 2
 0,005  0,25%4 AP 
Time 1 0,05  5  0,05 ms
 5 ms   0,1  100%
div 2 5
 0,05  1%3 AP 
Balok vertikal = 1 0,5  4,6  0,5 kotak
 1   100%
4,6 kotak 2 4,6
 0,5  10,87%2 AP 
Balok horizontal 1 0,5  4  0,5 kotak
 1   100%
= 4 kotak 2 4
 0,5  12,5%2 AP 

2. Tegangan pada osiloskop II


Δ Ksr x
Frekuensi = 50 1

0,005
100%  5  0,00510 1 Hz
  0,01
Hz 2 50
 0,005  0,01%4 AP 
V sumber = 6V 1 0,005  6  0,005 V
  0,01   100%
2 6
 0,005  0,083%4 AP 
Volt 1 0,005  1 0,005V
 1V   0,01  100%
div 2 1
 0,005  0,5%4 AP 
Time 1 0,05  5  0,05 ms
 5 ms   0,1  100%
div 2 5
 0,05  1%3 AP 
Balok vertikal = 1 0,5  1,8  0,5 kotak
 1   100%
1,8 kotak 2 1,8
 0,5  27,78%2 AP 
Balok horizontal 1 0,5  4  0,5 kotak
 1   100%
= 4 kotak 2 4
 0,5  12,5%2 AP 
DATA MAJEMUK
1. Tegangan multimeter I
No V multimeter V2 multimeter
1. 3,340 11,156
2. 3,339 11,149
3. 3,337 11,136
4. 3,340 11,156
5. 3,336 11,129
6. 3,335 11,122
Σ 20,027 66,847

V
V 2

1 n  V   V 
2
Ksr 
V
 100%
n V  V
n n 1
20,027 0,003
V 1 666,847   20,027 
2 Ksr  100%
6 V  3,338
6 6 1 Ksr  0,09%(4 AP)
V  3,338 V
V  0,003 V
V  V  V 
V  (3,338  0,003)volt

2. Tegangan multimeter II
No V multimeter V2 multimeter
1. 6,699 44,877
2. 6,708 44,997
3. 6,706 44,970
4. 6,707 44,984
5. 6,699 44,877
6. 6,708 44,997
Σ 40,227 269,702

V
V 2

1 n  V   V 
2
Ksr 
V
 100%
n V  V
n n 1
40,227 0,002
V 1 6269,702  40,227 
2 Ksr   100%
6 V  6,705
6 6 1 Ksr  0,03%(4 AP)
V  6,705 V
V  0,002 V
V  V  V 
V  (6,705  0,002)volt
H. PERHITUNGAN
1. Hitung besar tegangan dan frekuensi yang terukur dengan osiloskop dan tegangan
yang terukur dengan voltmeter. Bandingkan!

Jawab:

OSILOSKOP I

a. Frekuensi pada osiloskop

T  kotak horizontal  time div


 45
 20 ms
 0,02 s

1
f Osiloskop 
T
1

0,02
 50 Hz

f  f  nst

 50  2 10  4 
 0,01Hz

f
Ksr   100%
f
10  2
  100%
50
 0,02%4 AP 

f   f  f 
 50  0,01Hz

b. Tegangan pada osiloskop

volt
V p  p  kotak vertikal   probe
div
 4,6  2  1
 9,2V
Vp  p
Vmax 
2
9,2

2
 4,6V

Vmax
Vef 
2
4,6

2
 3,253V

Vef  Vef  nst


 3,253  0,01
 0,03253V

Vef
Ksr   100%
Vef
0,03253
  100%
3,253
 1%3 AP 

Vef  Vef  Vef 


 3,25  0,03V

c. Tetangga pada multimeter

V  3,338  0,003V

d. Perbandingan

f generator : f osiloskop
50 : 50

V multimeter : V osiloskop
3,338 : 3,25
OSILOSKOP II

a. Frekuensi pada osiloskop

T  kotak horizontal  time div


 45
 20 ms
 0,02 s

1
f Osiloskop 
T
1

0,02
 50 Hz

f  f  nst

 50  2 10  4 
 0,01Hz

f
Ksr   100%
f
10  2
  100%
50
 0,02%4 AP 

f   f  f 
 50  0,01Hz

b. Tegangan pada osiloskop

volt
V p  p  kotak vertikal   probe
div
 1,8 1 10
 18V

Vp  p
Vmax 
2
18

2
 9V
Vmax
Vef 
2
9

2
 6,364V

Vef  Vef  nst


 6,364  0,01
 0,06364V

Vef
Ksr   100%
Vef
0,06364
  100%
6,364
 1%3 AP 

Vef  Vef  Vef 


 6,36  0,06V

c. Tetangga pada multimeter

V  6,705  0,002 V

d. Perbandingan

f generator : f osiloskop
50 : 50

V multimeter : V osiloskop
6,705 : 6,364

2. Beri komentar pola Lissayous yang anda peroleh berdasarkan referensi lain.
Jawab:
Berdasarkan referensi yang kami peroleh bahwa pola lissajous adalah sebuah
penampakan pada layar osiloskop yang mencitrakan perbedaaan atau perbandingan Beda
Fasa, Frekuensi dan Amplitudo dari 2 gelombang inputan pada probe osiloskop. Atau
dapat dikatakan pola lissajous merupakan pola yang dihasilkan oleh perpaduan dua kurva
sinusoidal sumbu yang saling tegak lurus. Untuk dapat menganalisa gejala pola lissayous
dapat menggunakan osiloskop. Osiloskop menampilkan representasi (dalam 2 dimensi)
dari satu atau lebih perbedaan potensial. Pola lissajous yang tampil pada layar osiloskop
merupakan sinyal periodik dari tegangan (pada sumbu y) terhadap waktu (pada sumbu
y).
I. ANALISIS
Pada praktikum kali ini kami membahas tentang Osiloskop. Osiloskop merupakan alat
yang dapat digunakan untuk perhitungan tegangan, perhitungan frekuensi, mengukur
tegangan dan frekuensi suatu sumber, serta menentukan pola Lissayous. Prinsip kerja
osiloskop yaitu, pistol elektron akan menembakan berkas elektron ke layar pendar. Setelah
itu, berkas elektron tersebut akan bertemu dengan lempeng pembelok. Lempengan pembelok
tersambung dengan generator yang membangkitkan sinyal sehingga tegangan antar lempeng
pembelok mengalami kenaikan. Apabila sinyal yang masuk bersifat periodic, tampilan yang
stabil di layar CRT dapat dimunculkan dengan memuai sapuan horizontal pada titik yang
sama di layar. Secara prinsip kerjanya ada dua tipe osiloskop yaitu tipe analog dan tipe
digital yang tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan pada masing-masing tipe.
Tujuan praktikum osiloskop ini adalah mengetahui fungsi osiloskop, memahami prinsip
kerja osiloskop, merancang dan menerangkan terjadinya pola Lissayous, menghitung
frekuensi suatu sumber tegangan dengan menggunakan pola Lissayous, dan mengetahui
bagian-bagian osiloskop.
Pada percobaan osiloskop 1, didapatkan frekuensi sebesar 50 Hz dengan perubahan
frekuensi sebesar 0,01 Hz. Didapatkan pula tegangan pada osiloskop sebesar 3,25 volt yang
didapat dari perhitungan dalam mencari Vp-p dan Vmax. Perbandingan pada osiloskop 1
dengan multimeter adalah sebagai berikut.
f generator : f osiloskop
50 : 50

V multimeter : V osiloskop
3,338 : 3,25
Pada percobaan osiloskop 2, didapatkan frekuensi osiloskop sebesar 50 Hz dengan
perubahan frekuensi sebesar 0,01 Hz dan hasil dari perhitungan 𝑓 = 𝑓 ± ∆𝑓 Diapatkan
hasil 50 ± 0,01 Hz untuk nilai tegangan multimeter. Sedangkan dalam perhitungan
tegangan didapatkan nilai sebesar 6,364 volt yang didapat dari perhitungan Vp-p dan Vmax.
Dengan perbandingan yang didapat antara osiloskop dengan multimeter adalah sebagai
berikut.
f generator : f osiloskop
50 : 50

V multimeter : V osiloskop
6,705 : 6,364
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat dilihat bahwa perbandingan multimeter dengan
osiloskop selalu berbeda dengan perbedaan angka penting yang signifikan. Hal ini
dikarenakan osiloskop memiliki hambatan yang berbeda dengan multimeter berbeda dengan
perbandingan antara generator dan osiloskop yang cenderung sama. Hal ini dikarenakan
keduanya berkaitan.
Pada perhitungan nomor 2 kami menganalisa berdasarkan referensi diperoleh bahwa
pola lissayous adalah sebuah penampakan pada layar osiloskop yang mencitrakan
perbedaaan atau perbandingan beda fasa, frekuensi dan amplitudo dari 2 gelombang inputan
pada probe osiloskop. Dengan kata lain, dapat dikatakan pola lissajous merupakan pola yang
dihasilkan oleh perpaduan dua kurva sinusoidal sumbu yang saling tegak lurus. Untuk dapat
menganalisa gejala pola lissayous dapat menggunakan osiloskop.
Pada percobaan menentukan pola lissayous digunakan 2 generator dengan frekuensi
yang berbeda mengikuti perbandingan 1:2, 1:3, 2:1, dan 3:1. Hasil dai percobaan ini adalah
sebagai berikut:
X:Y=1:2

X:Y=1:3

X:Y=2:1

X:Y=3:1

J. PERTANYAAN AKHIR
Pertanyaan sudah terjawab pada pertanyaan awal.
K. KESIMPULAN
1. Osiloskop merupakan alat yang dapat digunakan untuk perhitungan tegangan,
perhitungan frekuensi, mengukur tegangan dan frekuensi suatu sumber, serta
menentukan pola Lissayous.
2. Prinsip kerja osiloskop yaitu, pistol elektron akan menembakan berkas elektron ke layar
pendar. Setelah itu, berkas elektron tersebut akan bertemu dengan lempeng pembelok.
Lempengan pembelok tersambung dengan generator yang membangkitkan sinyal
sehingga tegangan antar lempeng pembelok mengalami kenaikan. Apabila sinyal yang
masuk bersifat periodic, tampilan yang stabil di layar CRT dapat dimunculkan dengan
memuai sapuan horizontal pada titik yang sama di layar.
3. Pola lissayous akan terbentuk Ketika dua buah osilasi dengan frekuensi yang sama atau
berbeda saling tegak lurus, kemudian digabungkan yang akan membentuk sebuah kurva.
4. Saat ini terdapat dua jenis osiloskop yaitu osiloskop analog yang menggunakan teknologi
CRT (tabung katoda) untuk menampilkan sinyal listrik bentuk gelombangnya dan
osiloskop digital yang menggunakan teknologi LCD untuk menampilkan sinyal listrik
bentuk gelombangnya.
5. Cara perawatan osiloskop yaitu, Jangan menggunakannya ketika casingnya terbuka.
Selalu digunakan pada jala-jala listrik yang memiliki 3 kabel (outlet 3 kabel) di mana
salah satunya adalah kabel ground dengan grounding yang mantap. Jangan
menghubungkan probe osiloskop dengan bagian yang panas. Jangan menutup lubang
ventilasi osiloskop, dan ketika osiloskop digunakan, pastikan sirkulasi udara ventilasi
tersebut lancar. Jangan mengenakan tegangan yang melebihi 400 volt dc atau p-p.
Hindarkan dari terkena cahaya matahri langsung, kelmbaban dan suhu tinggi, getaran
mekanik, serta medan magnet dan medan listrik kuat (motor, power supply besar,
transformator). Dalam penggunaannya, ground pada probe harus selalu dekat dengan
titik yang diukur/dideteksi (agar terhindar dari efek looping). Serta, selalu memeriksa
trace rotation, probe, dan ketepatan kalibrasi dengan cara yang benar.
L. DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Fisika Dasar. 2014. “Panduan Praktikum Fisika Dasar II”. Jakarta: UNJ.

Sukanta. 2004. “Osiloskop Dan Pembangkit Gelombang Virtual Berbasis Lab View
Menggunakan Antarmuka Kartu Suara”. Widyanuklida. Vol. 5, No. 1, (Hlm 20). BATAN.

Darmawan, Denny. 2012. “Modul Pelatihan Pengelolaan Laboratorium Fisika SMA Bagi
Kepala Laboratorium Fisika Pola 100 Jam : Pengenalan Osiloskop (CRO)”. Yogyakarta:
UNY.

Fitriani, Ria. 2016. “Pengukuran Nilai Dielektrik Pada Bahan Cuka Berdasarkan Variasi
Frekuensi Sumber Tegangan Dengan Menggunakan Osiloskop”. Jember: UNEJ.

Sulistya, Eko. 2017. “Kajian Penggunaan Arduino dan Komputer sebagai Osiloskop”.
Artikel Riset.

Sandi, Dian. 2015. “Analisis Deret Fourier Untuk Menentukan Persamaan Fungsi
Gelombang Sinusoidal Arus Ac Pada Osiloskop”. Prosiding Seminar Nasional Fisika
(E-Journal). Vol. IV, (Hlm. 52). Jakarta: UHAMKA.

Anda mungkin juga menyukai