OSILOSKOP
KOORDINATOR HARIAN :
Kartini
ASISTEN LABORATORIUM :
Yasmine Aneilla
Luthfi Khofifa
Vidya Kusumah Wardani
Kartini
C. Teori Dasar
Osiloskop atau disebut osiloskop sinar katoda (cathode ray osciloscope, disingkat CRO)
merupakan alat yang digunakan untuk melihat dinamika besaran sebagai fungsi waktu secara
visual. Dengan menggunakan osiloskop ini harga suatu besaran dapat dilihat setiap saat
sepanjang waktu berjalan terus. Dengan mengukur besarnya pergeseran atau ingsutan bintik
terang yang ditimbulkan oleh berkas elektron yang mengenai layar dari kedudukan
normalnya, maka besarnya signal dari suatu sumber dapat ditentukan. Bintik terang ini sama
halnya jarum penunjuk pada voltmeter. Simpangan/pergeseran bintik terang dibuat ke arah
vertikal sedangkan pergeseran mendatar sebanding dengan laju pertambahan waktu.
Simpangan arah vertikal dapat ditera dalam volt/skala atau volt/cm. Sementara itu,
simpangan arah mendatar dapat ditera dalam detik/skala atau detik/cm.
Dengan penerapan ini menunjukkan bahwa osiloskop tidak hanya dapat digunakan untuk
memperlihatkan gambar signal sebagai fungsi waktu, tetapi yang lebih penting dapat
digunakan sebagai alat ukur parameter-parameter pad signal antara lain: selang waktu (time
duration), periode ayunan maksimum, amplitudo, fase, frekuensi dan sebagainya. Dengan
melepas tegangan lejang (sweep voltage) yaitu tegangan yang menjulur atau melejang bintik
terang menjadi garis lurus, maka simpangan dapat diberikan dari luar atau sebagai input
kedua. Dalam hal ini ada dua signal yang saling tegak lurus dalam waktu sama. Dengan
demikian hubungan kedua signal dapat diperlihatkan langsung sebagai fungsi waktu. Jika
kedua signal tersebut adalah input dan output suatu sistem, atau satuan kerja elektronis, maka
gambar yang tampak pada layar memperlihatkan watak sistem/satuan kerja tersebut. Perlu
diketahui bahwa pada penjuluran bintik terang menjadi garis lurus, pada dasarnya merupakan
pergerakan berkas elektron dengan cepat dan terus-menerus ke arah kanan.
Osiloskop pada dasarnya mempunyai 5 komponen utama yaitu:
1. Tabung sinar katoda (chatode Ray Tube = CRT)
2. Penguat simpangan Y (Y amplifier)
3. Penguat simpangan X (X amplifier)
4. Pembangkit tegangan basis waktu (Time based generator)
5. Pengatur berkas (Beam control)
Elektroda paling kiri disebut senapan elektron (electron gun) yang dapat melontarkan
elektron ke kanan dalam berkas yang sempit. Senapan elektron tersebut terdiri dari katoda K
sebagai silinder sumber elektron, dan kisi Wehnelt W yang berbentuk silinder untuk pengatur
intensitas arus elektron. Elektron-elektron dipercepat dan diarahkan oleh sejumlah anoda, A1
s/d A4, yang memberikan medan listrik agar elektron melintasi ruang diantara lempengan
simpangan datar, D1 dab D2. Sedangkan anoda utama A5 yang diberi tegangan tinggi (ribuan
volt) digunakan agar elektron mempunyai energi gerak yang cukup tinggi, sehingga pada saat
mengenai layar pendar, akan menghasilkan bintik terang dengan intensitas tinggi.
Penguat simpangan Y (Y amplifier)
Penguat ini berguna untuk memperbesar signal input untuk mempertinggi kepekaan CRO.
Kepekaan ini dinyatakan dalam mV/skala. CRO dengan kepekaan 20 mV/skala dengan jarak
antara garis-garis skala = 6 mm, mempunyai arti bahwa pada kepekaan input paling tinggi
(tegangan input 20 mV) menghasilkan simpangan di layar sejauh 6 mm. Dengan mengubah-
ubah kepekaan input, maka daerah pengukuran dapat diperluas beberapa ratus vollt sesuai
keperluan.
Penguat simpangan X (X amplifier)
Penguat ini digunakan untuk memperkuat simpangan mendatar (horizontal), pada saat
osiloskop diberi kedudukan untuk menerima/menampilkan sinyal dari luar pada simpangan
horizontalnya. Penguat simpangan X ini mempunyai gain yang kecil dibandingkan dengan
penguat simpangan Y, sehingga penguat ini mempunyai kepekaan yang lebih rendah.
Disamping mengubah harga skala horisontal pada kedudukan terhubung dengan basis waktu,
penguat simpangan ini dapat mengatur kelajuan basis waktu tersebut atau sebagai pengatur
laju lejang. Dengan kata lain, skala waktu dapat diubah-ubah sesuai dengan keperluan. Dalam
praktek, hal ini berguna untuk membuat gambar input yang berupa sinyal-sinyal periode
menjadi lebih stabil dan sebagai pengatur sinkronisasi. Sama halnya dengan penguat
simpangan Y, penguat simpangan X mempunyai pengatur posisi kiri-kanan. Fungsi dari
pengatur-pengatur tersebut (posisi horisontal atau vertikal) akan jelas terlihat apabila input-
inputnya nol atau tidak ada sinyal sama sekali, pengatur ini akan menggerakkan bintik terang
keatas atau kebawah atau juga kekiri dan kekanan.
Pembangkit tegangan basis waktu (Time based generator) Tegangan ini berbentuk gigi
gergaji. Berkaitan dengan basis waktu ini terdapat beberapa pengaturan yang berhubungan
dengan sinyal parameter yang dibangkitkan, yaitu parameter-parameter tegangan gergaji
sebagaimana terlihat pada gambar. Pengaturan yang dapat diubah adalah:
a. Pengaturan frekuensi bertingkat, f = 1/T.
b. Pengaturan laju lejang dvs/dt = vs/Ts.
c. Pengaturan kedudukan horosontal (malar) berarti mengubah Vdc.
Pola Lissayous
Jika 2 buah osilasi dengan frekuensi sama atau berbeda saling tegak lurus, digabungkan
bersama-sama akan membentuk kurva yang disebut pola lissayous. Nama ini dipergunakan
untuk mengingat Jules Antonie Lissayous yang memperagakan kurva-kurva ini pertama kali
tahun 1857.1
Teori Tambahan
1. Hubungan Generator “Time Base” dengan Penguat X (Penguat Horizontal)
Generator “time base” menghasilkan tegangan “sweep” berbentuk gigi gergaji, yang
dihasilkan oleh suatu multivibrator untuk diberikan pada pelat defleksi X. Dari bentuk
tegangan sweep ini dapat terlihat bahwa simpangan horizontal pada layar akan bergerak dari
kiri ke kanan secara linier, kemudian dengan cepat kembali lagi ke kiri. Pergerakan
berlangsung berulang kali sesuai dengan frekuensi dari sinyal generator time base ini.
Gambar yang diinginkan diperoleh pada layar, hanyalah yang terjadi pada saat pergerakan
dari kiri ke kanan (“rise periode”). Gambar yang ingin diperoleh pada layar, hanyalah yang
terjadi pada saat pergerakan dari kanan ke kiri (“fly back period”) harus ditiadakan, karena
hanya akan mengacaukan pengamatan
1
Tim Dosen Fisika Dasar. “Panduan Praktikum Fisika Dasar II”. Jakarta: UNJ. 2018.
Untuk dapat memadamkan intensitas gambar selama periode “fly back” ini, maka pada kisi
tabung sinar katoda diberikan sinyal “blanking”.
Gambar G-4 Pola sinyal sweep (horisontal) dan blanking layar osiloskop
Sinyal “blanking” akan menghentikan aliran elektron dalam tabung katoda selama setiap
perioda “fly back”. Bila pada pelat defleksi X diberikan tegangan berupa gigi gergaji, dan
pada pelat defleksi Y diberikan tegangan sesuai dengan input sinyal Y, maka pada layar akan
diperoleh lintasan gambar sinyal input Y sebagai fungsi waktu. Untuk dapat mengadakan
persamaan, maka sinyal dari generator “time base” harus dikalibrasi terhadap waktu. Penguat
X memperkuat sinyal dari generator “time base” sebelum dihubungkan pada pelat defleksi X.
Suatu tegangan dc ditambahkan pada sinyal generator “time base”, untuk mengatur letak
gambar dalam arah horizontal (x-pos).2
2
Mervin T Hutabarat, “Laboratorium Dasar Teknik Elektro : Prinsip Kerja Osiloskop”, Bandung : ITB, 2016.
Gambar G-5 Skema konversi waktu ke jarak pada layer
2. Rangkaian “Trigger”
Tugas utama dari rangkaian trigger adalah gambar yang diperoleh pada layar selalu
diam (tidak bergerak). Rangkaian trigger mendapat input dari penguat Y, dan outputnya yang
berupa pulsa-pulsa, akan menjalankan generator “time base”. Pulsa yang dihasilkan oleh
rangkaian ini, selalu bersamaan dengan permulaan perioda dari sinyal input Y.
Dengan adanya pulsa “trigger” ini, maka sinyal dari generator “time base” selalu seiring
dengan sinyal input Y, sehingga gambar pada layar tidak akan bergerak
2) Tombol INTENSITY (no. 4), digunakan untuk mengatur tingkat kecerahan sinyal
yang muncul di layar. Putar untuk mengatur kecerahan sesuai yang diinginkan.
3) Tombol FOCUS (no. 6), digunakan untuk mengatur tingkat ketajaman sinyal di layar.
Putar untuk mengatur ketajaman sinyal sesuai yang diinginkan.
4) Saklar VERTICAL MODE (no. 12), digunakan untuk memilih mode tampilan.
Geser tombol ke CH1 untuk menampilkan sinyal dari channel 1, ke CH2 untuk
menampilkan sinyal dari channel 2 dan ke ALT untuk menampilkan sinyal dari kedua
channel.
5) Tombol untuk CH1: terdiri dari saklar AC-GND-DC (no. 13) , tombol VOLT/DIV
(no.15) dan tombol vertical position (no. 17). Tombol ini digunakan ketika probe
CRO disambung ke colokan input channel 1 (no. 14). Apabila sinyal ac yang masuk
ke channel 1, geser saklar ke AC, sehingga sinyal dc akan diblokir. Apabila sinyal DC
yang masuk ke channel 1, geser saklar ke DC, namun sinyal ac akan tetap
ditampilkan. Apabila saklar digeser ke GND, maka sinyal yang masuk ke channel 1
di-ground-kan, yang dapat digunakan sebagai referensi dalam pengukuran dc. Tombol
VOLT/DIV digunakan untuk mengatur sensitivitas arah vertikal dari CRO. Apabila
tombol diatur ke 2 V, maka artinya setiap kotak grid pada arah vertikal di layar
mewakili nilai 2 volt. Apabila diatur ke 20 mV, maka artinya setiap kotak pada arah
vertikal di layar mewakili nilai 20 millivolt. Tombol vertical POS digunakan untuk
mengatur posisi sinyal di layar pada arah vertikal dengan cara diputar.
6) Tombol untuk CH2 (no. 18, no. 20 & no. 22): pengaturan sama dengan tombol untuk
CH1. Tombol ini digunakan ketika probe CRO disambung ke colokan input channel 2
(no. 21)
7) Tombol TIME/DIV (no. 23) digunakan untuk mengatur laju sapuan (sweep rate) dari
sinyal di layar. Apabila tombol diatur ke nilai 20 mS, maka artinya setiap kotak grid
di layar pada arah horizontal mewakili nilai 20 millidetik. Begitu pula ketika tombol
diputar ke nilai 2 S, maka artinya setiap kotak grid di layar pada arah horizontal
mewakili nilai 2 detik.
9) Tombol XY (no. 29), digunakan untuk menyalakan mode X-Y di mana sinyal yang
masuk dari channel 1 ditampilkan pada arah horizontal, sedangkan sinyal yang masuk
dari channel 2 ditampilkan pada arah vertikal. Tekan tombol untuk mengaktifkan
mode XY dan saklar VERTICAL MODE harus digeser ke CH2. Mode ini umumnya
digunakan untuk membandingkan dua sinyal.5
⫸Tombol Umum
1) On/Off : Untuk menghidupkan/mematikan Oscilloscope
2) Ilumination : Untuk menyalakan lampu latar.
3) Intensity : Untuk mengatur terang/gelapnya garis frekuensi
4) Focus : Untuk mengatur ketajaman garis frekuensi
5) Rotation : Untuk mengatur posisi kemiringan rotasi garis frekuensi
6) CAL : Frekuensi Sample yg dpt diukur utk mengkalibrasi Oscilloscope
6
Ria Fitriani, “Pengukuran Nilai Dielektrik Pada Bahan Cuka Berdasarkan Variasi Frekuensi Sumber Tegangan
Dengan Menggunakan Osiloskop”, Jember : UNEJ, 2016.
Ada 2 tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan, yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2
Vpp dengan frekuensi 1 KHz.
4) Cara Keempat
Selanjutnya, kamu tempelkan probe pada terminal tegangan acuan, maka pada layar
monitor akan muncul tegangan persegi.
Kalau yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp, maka pada posisi 1 Volt/div (satu
kotak vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus ada nilai tegangan dari puncak ke puncak
sebanyak 2 kotak dan buat time/div, 1/ms/div (satu kotak horizontal mewakili waktu 1
ms) harus ada satu gelombang buat satu kotak.
Apabila yang tampak pada layar belum tepat, maka perlu diatur pada potensio tengah
di knob Volt/div atau pada potensio dengan label (var).7
Gambar di atas menggunakan probe 1x, dengan ujung probe yang merah dihubungkan ke
terminal kalibrasi. Capit buaya yang hitam tidak perlu dihubungkan ke ground osiloskop
karena sudah terhubung secara internal. Pada layar osiloskop akan nampak gelombang
7
Eko Sulistya, “Kajian Penggunaan Arduino dan Komputer sebagai Osiloskop”, Artikel Riset : UGM. 2017
persegi. Atur tombol kontrol VOLTS/DIV dan TIME/DIV sampai diperoleh gambar yang
jelas dengan amplitudo 2 V peak to peak dengan frekuensi 1 KHz., seperti ditunjukkan pada
gambar berikut:
Gunakan tombol kontrol posisi vertikal Vpos untuk menggerakkan seluruh gambar dalam
arah vertikal dan tombol horizontal H-pos untuk menggerakkan seluruh gambar dalam arah
horizontal. Cara ini dilakukan agar letak gambar mudah dilihat dan dibaca.8
8
I Gede Rasagama, ”Pengembangan Modul Praktikum Osiloskop Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Arus Bolak-Balik Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung”, Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, Volume 5
No.1, Juni 2019
b. Karakteristik Berbasis Tegangan (Voltage)
1) Amplitudo
Amplitudo merupakan ukuran besarnya suatu sinyal atau biasanya disebut dengan
tingginya puncak gelombang.
Ada beberapa cara dalam pengukuran Amplitudo yang diantaranya yaitu
pengukuran dari Puncak tertinggi ke Puncak terendah (Vpp), ada juga yang
mengukur salah satu puncaknya aja baik yang tertinggi atau yang terendah
dengan sumbu X atau 0V.
4) Sampling Rate
Sampling Rate ini, gunanya cuma buat Osiloskop Digital yaitu berapa kali sinyal
itu dibaca dalam satu detik.
5) Rise Time
Spesifikasi rise time pada Osiloskop menunjukkan seberapa cepat Osiloskop
tersebut dalam mengukur perubahan sinyal naik dari yang terendah ke yang
tertinggi.
8) Time Base
Time Base menunjukan kisaran Sensitivitas pada Horisontal atau Sumbu Waktu.
Nilai Time base diukur dengan satuan second per div.
9) Input Impedance
Impedansi Input dipakai pada saat pengukuran Frekuensi tinggi. Kita juga dapat
memakai Probe Osiloskop buat kompensasi Impedansi yang kurang.10
10
Mervin T Hutabarat, “Laboratorium Dasar Teknik Elektro : Prinsip Kerja Osiloskop”, Bandung : ITB, 2016.
D. Cara Kerja
Petunjuk umum pengoperasian osiloskop
1. CRO hanya boleh dihidupkan pada waktu akan digunakan. Matikan CRO untuk
pemakaian yang tertunda. Istirahatkan lebih dari 5 menit.
2. Sebelum menghidupkan osiloskop, sebaiknya periksa dulu sumber tegangan AC yang
digunakan apakah sesuai dengan tegangan yang diperlukan untuk menghidupkan
CRO.
3. Menggunakan intensitas lebih rendah dari batas maksimumnya. Bila tidak
diperlukan, tetapkan saklar AC-DC pada kondisi AC.
4. Menurunkan bla bal. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerusakan pada layar
pendar, karena elektron terus-menerus jatuh di titik yang sama dengan intensitas
tinggi.
5. Atur tombol pada posisi tengah-tengah untuk mendapatkan bintik terang atau jejak
elektron (bila tidak nampak pada layar).
Perhitungan frekuensi
f = 1/T, dimana T = jumlah kotak satu gelombang variabel sweep time/div.
Hitung besar tegangan Vp-p dan frekuensi kalibrasi. Apakah hasilnya sesuai dengan
yang tertera pada titik CAL. Jika sesuai, osiloskop siap digunakan, jika belum sesuai
atur tombol CAL (merah) pada variabel volt/div untuk menyesuaikan tegangan dan
tombol CAL (merah) pada variabel sweep time/div untuk menyesuaikan perioda atau
frekuensi.
Lakukan kembali kalibrasi pada Ch1 (Y).
Catatan: -Tombol variabel voltage/div untuk mengatur jumlah tampilan secara vertical
-Tombol sweep time/div untuk mengatur jumlah tampilan secara horizontal
-Tegangan yang terukur pada osiloskop adalah tegangan maksimum
Mengukur tegangan dan frekuensi suatu sumber
1. Menyiapkan osiloskop, tombol-tombol dipersiapkan sehingga dalam keadaan tanpa
beban, dilayar tampak titik dimana intensitas dan fokusnya cukup dan berada
ditengah-tengah layar. Jangan lupa meredupkan intensitasnya (dibawah maksimum)
dan jangan terlalu lama menyalakan titik di layar.
2. Menyediakan pembangkit sinyal (sinyal generator) dengan outputnya masing-
masing memberikan tegangan sinusoida.
3. Dalam keadaan “off“ , hubungkan output pembangkit sinyal dengan osiloskop,
posisi ujung probe dihubungkan dengan positif keluaran signal, penjepit pada probe
ditempatkan pada ground signal generator. Kemudian nyalakan signal generator.
4. Mengatur tombol sweep time/div dan volt/div pada osiloskop seperti langkah
kalibrasi untuk mendapatkan gambar sinusoida tunggal yang bagus.
5. Menggambar pada kertas milimeter apa yang terlihat pada layar osiloskop.
Kemudian catat:
a. kedudukan tombol pengatur osiloskop dan pembangkit sinyal.
b. dari pengamatan di atas, tentukan tegangan sumber dan frekuensi sumber.
6. Melakukan pengukuran tegangan tersebut dengan mengunakan multimeter
sebanyak 5 kali pengulangan. Bandingkan hasilnya dengan pengukuran melalui
osiloskop. Beri komentar!
7. Mengulangi langkah c hingga f dengan tegangan dan frekuensi sumber yang
bervariasi.
Menentukan pola Lissayous
1. Pasang pembangkit signal I pada input horizontal Ch2 (X) dan pembangkit II pada
input vertikal Ch1 (Y) pada osiloskop.
2. Perbandingan yang digunakan sebesar 1:2; 1:3; 1:4; dst. Atau 2:1; 3:1; 4:1 dst.
3. Atur frekuensi pada pembangkit signal I sebagai f1 pada channel X (Mode pada
posisi X) sampai 100 Hz, kemudian ubah mode pada posisi Y dan atur frekuensi
pembangkit signal II sebagai f2 sampai diperoleh 200 Hz, sehingga perbandingan f1
: f2 adalah 1:2.
4. Kemudian putar tombol time/div pada posisi X-Y, dan atur mode pada posisi dual.
5. Atur volt/div untuk mendapatkan gambar bujur sangkar.
6. Gambarlah tampilan pada beberapa posisi.
7. Lakukan untuk perbandingan.
8. Bandingkan data anda dengan referensi yang ada.
E. Pertanyaan
1. Tuliskan bentuk umum fungsi gelombang dan jelaskan arti masing-masing
simbolnya!
Jawab :
5. Besaran listrik apa yang dapat diukur dengan osiloskop secara langsung dan besaran
apa yang diukur tidak langsung?
Jawab :
6. Apa nama tabung panjang yang ada dalam osiloskop dan sebutkan komponen
komponen penting yang ada di dalamnya?
Jawab :
Dalam osiloskop terdapat tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atau
Cathode Ray Tube (CRT). Komponen penting yang ada di dalam CRT adalah :
a. Pistol Elektron (Electron guns)
b. Berkas Elektron (Electron beams)
c. Pelat Pembelok (Deflection coils)
d. Pelat Pemfokus (Focusing coils)
e. Layer Pendar (Phosphor layers)
f. Tabung Kaca Pembungkus
g. Anoda
9. Mengapa terjadi perbedaan pada hasil pengukuran antara osiloskop dan voltmeter?
Jawab :
F. Data Pengamatan
1. Kalibrasi Osiloscope
CH 1: 1 (kotak) x 2(volt) x 1 = 2 Vp-p
CH 2: 1 (kotak) x 2(volt) x 1 = 2 Vp-p
Vmultimeter (volt)
3.340
3.339
3.337
3.340
3.336
3.335
Vsumber = 6 volt
Vmultimeter (volt)
6,699
6,708
6,706
6,707
6,699
6,708
3. Pola Lisayous
X:Y=1:2
X:Y=2:1
X:Y=1:3
X:Y=3:1
G. Pengolahan Data
1. Data Tunggal
Tegangan pada osiloskop I
Δ 𝑲𝑺𝑹 𝒙
Frekuensi=50 Hz 1 0,005
¿ ×0,01 ¿ ×100 %
2 50 (50 ± 0,005) 𝑣𝑜𝑙𝑡
¿ 0,005 ¿ 0,01 %( 3 AP)
Vsumber=3 V 1 0,005
¿ ×0,01 ¿ ×100 % (3 ± 0,005) 𝑣𝑜𝑙𝑡
2 3
¿ 0,005 ¿ 0,16 % (3 AP)
Volt 1 0,005
=2V ¿ ×0,01 ¿ ×100 % (2 ± 0,005) 𝑣𝑜𝑙𝑡
¿ 2 2
¿ 0,005 ¿ 0,25 % (3 AP)
Time 1 0,05
=5 ms ¿ ×0,1 ¿ ×100 % (5 ± 0,05) 𝑚𝑠
¿ 2 5
¿ 0,05 ¿ 0,01 %( 3 AP)
Balok 1 0,005
¿ ×1 ¿ ×100 % ( 4,6± 0,5) 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘
vertikal=4,6 2 4,6
¿ 0,5 ¿ 0,109 % (3 AP )
Balok 1 0,005
¿ ×1 ¿ ×100 % ( 4 ± 0,1) 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘
horizontal =4 2 4
¿ 0,5 ¿ 0,125 % (3 AP )
Δ 𝑲𝑺𝑹 𝒙
Frekuensi=50 Hz 1 0,005 (50 ± 0,005) 𝑣𝑜𝑙𝑡
¿ ×0,01 ¿ ×100 %
2 50
¿ 0,005 ¿ 0,01 %( 3 AP)
Vsumber=6 V 1 0,005 (6 ± 0,005) 𝑣𝑜𝑙𝑡
¿ ×0,01 ¿ ×100 %
2 6
¿ 0,005 ¿ 0,083 % (3 AP )
Volt 1 0,005 (01 ± 0,005) 𝑣𝑜𝑙𝑡
=1ms ¿ ×0,01 ¿ ×100 %
¿ 2 1
¿ 0,005 ¿ 0,5 % (3 AP)
Time /¿=5 1 0,005 (5±0,05) 𝑚𝑠
¿ ×0,1 ¿ ×100 %
2 5
¿ 0,05 ¿ 0,1 % (3 AP)
Balok 1 0,005 (1,8 ±0,5) 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘
¿ ×1 ¿ ×100 %
vertikal=1,8 2 1,8
¿ 0,5 ¿ 0,27 % (3 AP)
Balok 1 0,005 (4 ±0,5) 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘
¿ ×1 ¿ ×100 %
horizontal=4 2 4
¿ 0,5 ¿ 0,125 % (3 AP )
2. Data Majemuk
Tegangan pada osiloskop I
No (V ¿¿ multimeter )¿
V multimeter
. 2
1 3,340 11,1556
2 3,339 11,1489
3 3,337 11,1355
4 3,340 11,1556
5 3,336 11,1288
6 3,335 11,1222
20,027 66,847
• V́ =
∑ V = 20,027 =3,338 Volt
n 6
√
2
1 n ∑ V −( ∑ V )
•∆V=
n n−1
2
1 6 ( 66,847 )−( 20,027 )
¿
6√ 6−1
1 401,082−401,0807
¿
6√ 5
1 0,0013
¿
6√ 5
1
¿ ( √ 0,00026 )
6
¿ 0,002687 Volt
∆V
• Ksr = ×100 %
V́
0,002687
¿ ×100 %
3,338
¿ 0,0805 % (3AP)
No (V ¿¿ multimeter )¿
V multimeter
. 2
1 6,699 44,876601
2 6,708 44,997264
3 6,706 44,970436
4 6,707 44,983849
5 6,699 44,876601
6 6,708 44,997264
40,227 269,7020226
• V́ =
∑ V = 40,227 =6,704 Volt
n 6
√
2
1 n ∑ V −( ∑ V )
•∆V=
n n−1
2
1 6 ( 269,7020226 )−( 40,227 )
¿
6 √ 6−1
1 1.618,212136−1.618,211529
¿
6√ 5
1 0,000607
¿
6√ 5
1
¿ √ 0,0001214
6
¿ 0,0018 Volt
∆V
• Ksr = ×100 %
V́
0,0018
¿ ×100 %
6,704
¿ 0,0268 % (3 AP)
a. Osiloskop I
¿ 2 %( 4 AP) • ΔV ef =V ef . NST
¿ f . NST 18
¿
2
¿ 50 .2 ×1 0−2
¿ 9 volt
¿ 1 Hz
V max 9
Δf •V ef = =
• KSR= ×100 % √2 √ 2
f
¿ 6,364 volt
1
¿ ×100 % • ΔV ef =V ef . NST
50
¿ ( 50 ±1,000 ) Hz
Δ V ef Tegangan pada multimeter
• KSR= × 100 %
V ef •V =( V́ ± ∆V )
¿ ( 6,704 ± 0,001 ) volt
0,06364
¿ × 100 %
6,364
Perbandingan
¿ 1 % ( 3 AP ) • f generator :f osiloskop
50 :50
•V ef =V ef ± ΔV ef
•V multimeter :V osiloskop
¿( 6,364 ±0,06)volt
6,704 :6,364
2. Beri komentar pola Lissayous yang anda peroleh berdasarkan referensi lain.
Berdasarkan referensi yang diperoleh bahwa pola lissajous adalah sebuah
penampakan pada layar osiloskop yang mencitrakan perbedaaan atau perbandingan Beda
Fasa, Frekuensi dan Amplitudo dari 2 gelombang inputan pada probe osiloskop. Atau dapat
dikatakan pola lissajous merupakan pola yang dihasilkan oleh perpaduan dua kurva
sinusoidal sumbu yang saling tegak lurus. Untuk dapat menganalisa gejala pola lissayous
dapat menggunakan osiloskop. Osiloskop menampilkan representasi (dalam 2 dimensi) dari
satu atau lebih perbedaan potensial. Pola lissajous yang tampil pada layar osiloskop
merupakan sinyal periodik dari tegangan (pada sumbu y) t erhadap waktu (pada sumbu y).
Pola Lissayous yang dihasilkan dengan menggunakan perbandingan 1:2, 1:3, 1:4, 2:1, 3:1 dan
4:1. Dan dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pola yang dihasilkan telah sesuai dengan
referensi lain sebagaimana contoh pola Lissayous tersebut.
Analisis
Praktikum kali ini dilakukan percobaan Osiloskop. Osiloskop atau disebut osiloskop sinar
katoda (cathode ray osciloscope, disingkat CRO) merupakan alat yang digunakan untuk
melihat dinamika besaran sebagai fungsi waktu secara visual. Dengan menggunakan
osiloskop ini harga suatu besaran dapat dilihat setiap saat sepanjang waktu berjalan terus.
Osiloskop sendiri merupakan Osiloskop merupakan alat ukur elektronika yang memiliki
fungsiuntuk memproyeksikan bentuk sinyal baik sinyal analog maupun sinyal digital
sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat dilihat, diukur, dihitung dan dianalisa sesuai dengan
bentuk sinyal keluaran yang diharapkan.
Berdasarkan prinsip terdapat 2 tipe osiloskop yakni osiloskop analog dan osiloskop digital.
Pada osiloskop analog gelombang yang ditampilkan pada layar langsung diberikan dari
rangkaian lapisan pembelok pancaran electron vertikal, maka pada osiloskop digital
gelombang yang akan ditampilkan terlebih dahulu melalui tahap pencuplikan sinyal. CRO
digunakan untuk menyelidiki bentuk gelombang peristiwa transien dan besaran lainnya yang
berubah terhadap waktu dari frekuensi yang saangat rendah ke frekuensi yang sangat tinggi.
Pencatatan kejadian ini dapat dilakukan oleh kamera khusus yang ditempatkan ke CRO
menafsirkan kuantitatif.
Sebelum melakukan praktikum, osiloskop harus terlebih dahulu dikalbirasi. Hal ini
dimaksudkan agar saat percobaan didapatkan hasil yang akurat. Pada praktikum kali ini,
dilakukan 2 percobaan untuk menghitung besar tegangan dan frekuensi yang terukur dengan
osiloskop dan tegangan yang terukur dari voltmeter. Berdasarkan percobaan pada osiloskop 1
hasil yang didapat adalah dengan menggunakan tegangan sumber 3 V dan dengan 2 Volt/Div
frekuensi yang didapat adalah 50 Hz. Dan besar tegangan yang didapat adalah 9,2 volt.
Sedangkan pada percobaan osiloskop kedua dengan tegangan sumber dengan besar 6 V
dengan 1 volt/div, frekuensi yang didapat adalah sama dengan osiloskop pertama yakni 50
Hz. Dan besar tegangan yang didapat adalah 9 volt berbeda 0,2 volt dibandingkan dengan
osiloskop yang pertama.
Apabila sumber dan volt/div yang digunakan semakin tinggi maka skala yang dihasilkan pada
gelombang AC dilayar osiloskop akan semakin besar. Dan apabila kita menggunakan
teganagn positif pada gelombang, maka titik gelombang akan anik dan sebaliknya jika
menggunakan tegangan negative maka titik gelombang akan turun. Hal inu sudah benar dan
terlihat pada data percobaan osiloskop pertama dan osiloskop kedua.
I. Pertanyaan Akhir
(Tidak ada pertanyaan akhir)
J. Kesimpulan
1. Osiloskop tidak hanya dapat digunakan untuk memperlihatkan gambar signal sebagai fungsi
waktu, tetapi yang lebih penting dapat digunakan sebagai alat ukur parameter-parameter
pad signal antara lain: selang waktu (time duration), periode ayunan maksimum, amplitudo,
fase, frekuensi dan sebagainya.
2. Mengetahui fungsi dari masing – masing tombol pada osiloskop yang berjumlah sekitar 36
tombol.
3. Sebelum melakukan kegiatan pengukuran osiloskop, maka osiloskop harus dikalibrasi
terlebih dahulu yakni dengan meemriksa jaringan listrik tempat akan dilakukan percobaaan,
sesuaikan tegangan jaringan dengan osiloskop, mengatur switch tegangan input osiloskop
dan memeriksa sekring apakah baik atau sudah putus. Agar hadil yang didapat adalah hasil
yang akurat.
4. Jika 2 buah osilasi dengan frekuensi sama atau berbeda saling tegak lurus, digabungkan
bersama-sama akan membentuk kurva yang disebut pola lissayous.
5. Pada osiloskop analog, pembetuk gelombang yang akan ditampilkan pada layar diatur oleh
sepasang lapisan pembelok (deflector plate) secara vertikal maupun secara horizontal.
Sedangkan pada osiloskop analog gelombang yang ditampilkan pada layar langsung
diberikan dari rangkaian lapisan pembelok pancaran elektron vertikal sehingga berkesan
“real time”, maka pada osiloskop digital gelombang yang akan ditampilkan terlebih dahulu
melalui tahap sampling (pencuplikan sinyal) dan kemudian data hasil sampling tersebut
diolah secara digital
K. Daftar Pustaka
Tim Dosen Fisika Dasar. 2018. “Panduan Praktikum Fisika Dasar II”. Jakarta: UNJ.
Mervin T Hutabarat. 2016. “Laboratorium Dasar Teknik Elektro : Prinsip Kerja Osiloskop”.
Bandung : ITB.
Ria Fitriani. 2016. “Pengukuran Nilai Dielektrik Pada Bahan Cuka Berdasarkan Variasi
Frekuensi Sumber Tegangan Dengan Menggunakan Osiloskop”. Jember : UNEJ.
Eko Sulistya. 2017. “Kajian Penggunaan Arduino dan Komputer sebagai Osiloskop”. Artikel
Riset : UGM.