Anda di halaman 1dari 28

TANGGAL PERCOBAAN : 18 November 2020

TANGGAL PENGUMPULAN : 25 November 2020


PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 SEMESTER 113

OSILOSKOP

NAMA : Prayoga Arya Wicaksono


NRM : 1304620069
DOSEN PENGAMPU : Cecep Rustana, Ph.D

KOORDINATOR HARIAN :

Kartini
ASISTEN LABORATORIUM :

Yasmine Aneilla
Luthfi Khofifa
Vidya Kusumah Wardani
Kartini

Laporan Awal Laporan Akhir Kinerja Total

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Jakarta
2020
A. Tujuan
1. Mengetahui fungsi osiloskop.
2. Memahami prinsip kerja osiloskop.
3. Merancang dan menerangkan terjadinya pola Lissayous.
4. Menghitung frekuensi suatu sumber tegangan dengan menggunakan pola Lissayous.
5. Menggunakan osiloskop untuk mengukur tegangan DC dan AC
6. Mengetahui bagian-bagian osiloskop

B. Alat dan Bahan


1. Osiloskop,
2. Dua buah generator,
3. Sumber tegangan AC (Transformator),
4. Sumber tegangan DC (Batrei atau power supply DC),
5. Multimeter,
6. Satu set kabel penghubung,
7. Kertas Milimeter.

C. Teori Dasar
Osiloskop atau disebut osiloskop sinar katoda (cathode ray osciloscope, disingkat CRO)
merupakan alat yang digunakan untuk melihat dinamika besaran sebagai fungsi waktu secara
visual. Dengan menggunakan osiloskop ini harga suatu besaran dapat dilihat setiap saat
sepanjang waktu berjalan terus. Dengan mengukur besarnya pergeseran atau ingsutan bintik
terang yang ditimbulkan oleh berkas elektron yang mengenai layar dari kedudukan
normalnya, maka besarnya signal dari suatu sumber dapat ditentukan. Bintik terang ini sama
halnya jarum penunjuk pada voltmeter. Simpangan/pergeseran bintik terang dibuat ke arah
vertikal sedangkan pergeseran mendatar sebanding dengan laju pertambahan waktu.
Simpangan arah vertikal dapat ditera dalam volt/skala atau volt/cm. Sementara itu,
simpangan arah mendatar dapat ditera dalam detik/skala atau detik/cm.
Dengan penerapan ini menunjukkan bahwa osiloskop tidak hanya dapat digunakan untuk
memperlihatkan gambar signal sebagai fungsi waktu, tetapi yang lebih penting dapat
digunakan sebagai alat ukur parameter-parameter pad signal antara lain: selang waktu (time
duration), periode ayunan maksimum, amplitudo, fase, frekuensi dan sebagainya. Dengan
melepas tegangan lejang (sweep voltage) yaitu tegangan yang menjulur atau melejang bintik
terang menjadi garis lurus, maka simpangan dapat diberikan dari luar atau sebagai input
kedua. Dalam hal ini ada dua signal yang saling tegak lurus dalam waktu sama. Dengan
demikian hubungan kedua signal dapat diperlihatkan langsung sebagai fungsi waktu. Jika
kedua signal tersebut adalah input dan output suatu sistem, atau satuan kerja elektronis, maka
gambar yang tampak pada layar memperlihatkan watak sistem/satuan kerja tersebut. Perlu
diketahui bahwa pada penjuluran bintik terang menjadi garis lurus, pada dasarnya merupakan
pergerakan berkas elektron dengan cepat dan terus-menerus ke arah kanan.
Osiloskop pada dasarnya mempunyai 5 komponen utama yaitu:
1. Tabung sinar katoda (chatode Ray Tube = CRT)
2. Penguat simpangan Y (Y amplifier)
3. Penguat simpangan X (X amplifier)
4. Pembangkit tegangan basis waktu (Time based generator)
5. Pengatur berkas (Beam control)

Tabung sinar katoda (chatode Ray Tube = CRT)


CRT berbentuk seperti corong (funnel) dengan ujung kanan datar dan tampak sebagai layar
untuk gambar yang ditampilkan (lihat gambar 1). Sisi bagian dalam layar dilapisi zar pendar
(fluoresence) yang mengeluarkan sinar bila dikenai elektron. Pada leher tabung terdapat
sejumlah elektroda yang dapat mempengaruhi gerak elektron sebelum mencapai layar.

Elektroda paling kiri disebut senapan elektron (electron gun) yang dapat melontarkan
elektron ke kanan dalam berkas yang sempit. Senapan elektron tersebut terdiri dari katoda K
sebagai silinder sumber elektron, dan kisi Wehnelt W yang berbentuk silinder untuk pengatur
intensitas arus elektron. Elektron-elektron dipercepat dan diarahkan oleh sejumlah anoda, A1
s/d A4, yang memberikan medan listrik agar elektron melintasi ruang diantara lempengan
simpangan datar, D1 dab D2. Sedangkan anoda utama A5 yang diberi tegangan tinggi (ribuan
volt) digunakan agar elektron mempunyai energi gerak yang cukup tinggi, sehingga pada saat
mengenai layar pendar, akan menghasilkan bintik terang dengan intensitas tinggi.
Penguat simpangan Y (Y amplifier)
Penguat ini berguna untuk memperbesar signal input untuk mempertinggi kepekaan CRO.
Kepekaan ini dinyatakan dalam mV/skala. CRO dengan kepekaan 20 mV/skala dengan jarak
antara garis-garis skala = 6 mm, mempunyai arti bahwa pada kepekaan input paling tinggi
(tegangan input 20 mV) menghasilkan simpangan di layar sejauh 6 mm. Dengan mengubah-
ubah kepekaan input, maka daerah pengukuran dapat diperluas beberapa ratus vollt sesuai
keperluan.
Penguat simpangan X (X amplifier)
Penguat ini digunakan untuk memperkuat simpangan mendatar (horizontal), pada saat
osiloskop diberi kedudukan untuk menerima/menampilkan sinyal dari luar pada simpangan
horizontalnya. Penguat simpangan X ini mempunyai gain yang kecil dibandingkan dengan
penguat simpangan Y, sehingga penguat ini mempunyai kepekaan yang lebih rendah.
Disamping mengubah harga skala horisontal pada kedudukan terhubung dengan basis waktu,
penguat simpangan ini dapat mengatur kelajuan basis waktu tersebut atau sebagai pengatur
laju lejang. Dengan kata lain, skala waktu dapat diubah-ubah sesuai dengan keperluan. Dalam
praktek, hal ini berguna untuk membuat gambar input yang berupa sinyal-sinyal periode
menjadi lebih stabil dan sebagai pengatur sinkronisasi. Sama halnya dengan penguat
simpangan Y, penguat simpangan X mempunyai pengatur posisi kiri-kanan. Fungsi dari
pengatur-pengatur tersebut (posisi horisontal atau vertikal) akan jelas terlihat apabila input-
inputnya nol atau tidak ada sinyal sama sekali, pengatur ini akan menggerakkan bintik terang
keatas atau kebawah atau juga kekiri dan kekanan.
Pembangkit tegangan basis waktu (Time based generator) Tegangan ini berbentuk gigi
gergaji. Berkaitan dengan basis waktu ini terdapat beberapa pengaturan yang berhubungan
dengan sinyal parameter yang dibangkitkan, yaitu parameter-parameter tegangan gergaji
sebagaimana terlihat pada gambar. Pengaturan yang dapat diubah adalah:
a. Pengaturan frekuensi bertingkat, f = 1/T.
b. Pengaturan laju lejang dvs/dt = vs/Ts.
c. Pengaturan kedudukan horosontal (malar) berarti mengubah Vdc.

Pengatur berkas (Beam control)


Hasil dari pengaturan ini adalah berubahnya bintik terang pada layar. Perubahan ini berupa:
1. Intensitas, yaitu perubahan banyaknya elektron.
2. Fokus, yaitu perubahan besarnya titik terang.
Disamping pengaturan tersebut, ada pengaturan intensitas secara otomatis yang disebut
sebagai modulasi intensitas. Intensitas diturunkan pada waktu berkas elektron ditarik kekiri
dari simpangan maksimumnya. Tegangan modulasi disebut tegangan pemadam (blanking
voltage). Modulasi ini dapat juga dilakukan oleh sinyal dari luar melalui pangkalan input
belakang, yang merupakan input Z.
Sebagai perbandingan, pada pesawat televisi, input Z ini adalah berupa sinyal video
(gambar), sedangkan ke arah X dan Y adalah berupa sinyal lejang, sehingga seluruh
permukaan layar dijelajahi elektron. Pada input Z, bintik terang dimodulasi oleh sinyal video,
sehingga terjadi terang dan gelap yang membentuk gambar.

Pola Lissayous
Jika 2 buah osilasi dengan frekuensi sama atau berbeda saling tegak lurus, digabungkan
bersama-sama akan membentuk kurva yang disebut pola lissayous. Nama ini dipergunakan
untuk mengingat Jules Antonie Lissayous yang memperagakan kurva-kurva ini pertama kali
tahun 1857.1

Teori Tambahan
1. Hubungan Generator “Time Base” dengan Penguat X (Penguat Horizontal)
Generator “time base” menghasilkan tegangan “sweep” berbentuk gigi gergaji, yang
dihasilkan oleh suatu multivibrator untuk diberikan pada pelat defleksi X. Dari bentuk
tegangan sweep ini dapat terlihat bahwa simpangan horizontal pada layar akan bergerak dari
kiri ke kanan secara linier, kemudian dengan cepat kembali lagi ke kiri. Pergerakan
berlangsung berulang kali sesuai dengan frekuensi dari sinyal generator time base ini.
Gambar yang diinginkan diperoleh pada layar, hanyalah yang terjadi pada saat pergerakan
dari kiri ke kanan (“rise periode”). Gambar yang ingin diperoleh pada layar, hanyalah yang
terjadi pada saat pergerakan dari kanan ke kiri (“fly back period”) harus ditiadakan, karena
hanya akan mengacaukan pengamatan

1
Tim Dosen Fisika Dasar. “Panduan Praktikum Fisika Dasar II”. Jakarta: UNJ. 2018.
Untuk dapat memadamkan intensitas gambar selama periode “fly back” ini, maka pada kisi
tabung sinar katoda diberikan sinyal “blanking”.

Gambar G-4 Pola sinyal sweep (horisontal) dan blanking layar osiloskop

Sinyal “blanking” akan menghentikan aliran elektron dalam tabung katoda selama setiap
perioda “fly back”. Bila pada pelat defleksi X diberikan tegangan berupa gigi gergaji, dan
pada pelat defleksi Y diberikan tegangan sesuai dengan input sinyal Y, maka pada layar akan
diperoleh lintasan gambar sinyal input Y sebagai fungsi waktu. Untuk dapat mengadakan
persamaan, maka sinyal dari generator “time base” harus dikalibrasi terhadap waktu. Penguat
X memperkuat sinyal dari generator “time base” sebelum dihubungkan pada pelat defleksi X.
Suatu tegangan dc ditambahkan pada sinyal generator “time base”, untuk mengatur letak
gambar dalam arah horizontal (x-pos).2

2
Mervin T Hutabarat, “Laboratorium Dasar Teknik Elektro : Prinsip Kerja Osiloskop”, Bandung : ITB, 2016.
Gambar G-5 Skema konversi waktu ke jarak pada layer

2. Rangkaian “Trigger”

Tugas utama dari rangkaian trigger adalah gambar yang diperoleh pada layar selalu
diam (tidak bergerak). Rangkaian trigger mendapat input dari penguat Y, dan outputnya yang
berupa pulsa-pulsa, akan menjalankan generator “time base”. Pulsa yang dihasilkan oleh
rangkaian ini, selalu bersamaan dengan permulaan perioda dari sinyal input Y.
Dengan adanya pulsa “trigger” ini, maka sinyal dari generator “time base” selalu seiring
dengan sinyal input Y, sehingga gambar pada layar tidak akan bergerak

Gambar G-6 Diagram pembentukan sinyal sweep. 3

3. Osiloskop “Dual Trace”


Dengan pertolongann suatu saklar elektronik dapat diamati dua sinyal sekaligus pada
layar. Saklar elektronik ini mengatur kerja dari pre amplifier A dan B secara bergantian
seiring dengan sinyal dari generator time base. Saklar elektronik tak akan bekerja, bila hanya
satu kanal saja yang dipergunakan. Ada dua mode untuk dual trace: Chop dan Alternate. Pada
mode chop, penggambaran kedua kurva dilakuakn selang seling sepanang sweep kiri ke
kanan, sedangkan mode alternate dilakuakn bergiliran satu kanal kiri ke kanan berikutnya
kanal ke dua dst.

Gambar G-7 Digram pembentukan dual trace pada komponen vertical.4


3
Mervin T Hutabarat, “Laboratorium Dasar Teknik Elektro : Prinsip Kerja Osiloskop”, Bandung : ITB, 2016.
4
Najarudin Irfani, “Fisika Dasar 1 : Osiloskop”, Jakarta : UHAMKA, April 2014.
4. Skema Muka Osiloskop

Gambar 2. CRO B+K Precision Model 2120B


Penjelasan untuk beberapa tombol yang akan sering diakses selama praktikum dengan
menggunakan CRO adalah sebagai berikut (berdasarkan Gambar 2) :
1) Tombol POWER (no. 3), digunakan untuk menyalakan/mematikan CRO. Tekan
tombol untuk mengaktifkan CRO dan tekan lagi untuk mematikan.

2) Tombol INTENSITY (no. 4), digunakan untuk mengatur tingkat kecerahan sinyal
yang muncul di layar. Putar untuk mengatur kecerahan sesuai yang diinginkan.

3) Tombol FOCUS (no. 6), digunakan untuk mengatur tingkat ketajaman sinyal di layar.
Putar untuk mengatur ketajaman sinyal sesuai yang diinginkan.

4) Saklar VERTICAL MODE (no. 12), digunakan untuk memilih mode tampilan.
Geser tombol ke CH1 untuk menampilkan sinyal dari channel 1, ke CH2 untuk
menampilkan sinyal dari channel 2 dan ke ALT untuk menampilkan sinyal dari kedua
channel.

5) Tombol untuk CH1: terdiri dari saklar AC-GND-DC (no. 13) , tombol VOLT/DIV
(no.15) dan tombol vertical position (no. 17). Tombol ini digunakan ketika probe
CRO disambung ke colokan input channel 1 (no. 14). Apabila sinyal ac yang masuk
ke channel 1, geser saklar ke AC, sehingga sinyal dc akan diblokir. Apabila sinyal DC
yang masuk ke channel 1, geser saklar ke DC, namun sinyal ac akan tetap
ditampilkan. Apabila saklar digeser ke GND, maka sinyal yang masuk ke channel 1
di-ground-kan, yang dapat digunakan sebagai referensi dalam pengukuran dc. Tombol
VOLT/DIV digunakan untuk mengatur sensitivitas arah vertikal dari CRO. Apabila
tombol diatur ke 2 V, maka artinya setiap kotak grid pada arah vertikal di layar
mewakili nilai 2 volt. Apabila diatur ke 20 mV, maka artinya setiap kotak pada arah
vertikal di layar mewakili nilai 20 millivolt. Tombol vertical POS digunakan untuk
mengatur posisi sinyal di layar pada arah vertikal dengan cara diputar.
6) Tombol untuk CH2 (no. 18, no. 20 & no. 22): pengaturan sama dengan tombol untuk
CH1. Tombol ini digunakan ketika probe CRO disambung ke colokan input channel 2
(no. 21)

7) Tombol TIME/DIV (no. 23) digunakan untuk mengatur laju sapuan (sweep rate) dari
sinyal di layar. Apabila tombol diatur ke nilai 20 mS, maka artinya setiap kotak grid
di layar pada arah horizontal mewakili nilai 20 millidetik. Begitu pula ketika tombol
diputar ke nilai 2 S, maka artinya setiap kotak grid di layar pada arah horizontal
mewakili nilai 2 detik.

8) Tombol HORIZONTAL POSITION (no. 27), digunakan untuk mengatur posisi


sinyal di layer pada arah horizontal. Putar untuk mengatur posisi sinyal agar sinyal
dapat seluruhnya nampak di layar dan tidak terpotong.

9) Tombol XY (no. 29), digunakan untuk menyalakan mode X-Y di mana sinyal yang
masuk dari channel 1 ditampilkan pada arah horizontal, sedangkan sinyal yang masuk
dari channel 2 ditampilkan pada arah vertikal. Tekan tombol untuk mengaktifkan
mode XY dan saklar VERTICAL MODE harus digeser ke CH2. Mode ini umumnya
digunakan untuk membandingkan dua sinyal.5

Adapun tombol-tombol pada osiloskop secara detail, yaitu:

⫸Tombol Umum
1) On/Off : Untuk menghidupkan/mematikan Oscilloscope
2) Ilumination : Untuk menyalakan lampu latar.
3) Intensity : Untuk mengatur terang/gelapnya garis frekuensi
4) Focus : Untuk mengatur ketajaman garis frekuensi
5) Rotation : Untuk mengatur posisi kemiringan rotasi garis frekuensi
6) CAL : Frekuensi Sample yg dpt diukur utk mengkalibrasi Oscilloscope

⫸Tombol di Vertikal Block


1) Position : Untuk mengatur naik turunnya garis.
2) V. Mode : Untuk mengatur Channel yg dipakai
3) Ch1 : Menggunakan Input Channel1
4) Ch2 : menggunakan Input Channel 2
5) Alt : (Alternate) menggunakan bergantian Channel1 dan Channel 2
5
Denny Darmawan, “Modul Pelatihan Pengelolaan Laboratorium Fisika SMA Bagi Kepala Laboratorium Fisika
Pola 100 Jam : Pengenalan Osiloskop (CRO)”, Yogyakarta : UNY, Agustus 2012
Giancoli, Daugas C. ,“Fisika Jilid I (terjemahan)”. Jakarta : Erlangga. 2001
6) Chop : Menggunakan potongan dari Channel 1 dan Channel2
7) Add : Menggunakan penjumlahan dari Ch1 dan Ch2
8) Coupling : Dipilih sesuai input Channel yg digunakan,
9) Source : Sumber pengukuran bisa dari Channel1 atau Channel2
10) Slope : Normal digunakan yang +. Gunakan yang – untuk kebalikan
RRTTRTTT gelombang.
11) AC-GND-DC : Pilih AC utk gelombang bolak-balik (peak to peak)
Pilih DC utk gelombang/tegangan searah DC
Pilih GND utk menonaktifkan gelombang mis:Utk menentukan posisi
awal
12) VOLTS/DIV : Untuk menentukan skala vertikal tegangan dlm satu kotak/DIV
TRRTTRTT Vertikal.

⫸Tombol di Horizontal Block :


1) Position : Untuk mengatur posisi horizontal dari garis gelombang.
2) TIME/DIV : Untuk megatur skala frekuensi dlm satu kotak/DIV Horizontal.
3) X10 MAG : Untuk memperbesar/ Magnificient frekuensi menjadi 10x lipat.
4) Variable : Untuk mengatur kerapatan gelombang horizontal.
5) Trigger Level : Untuk mengatur agar frekuensi tepat terbaca.6

5. Cara Mengkalibrasi Osiloskop


Cara buat mengkalibrasi sebuah Osiloskop yang akan dipakai buat mengukur sebuah
tegangan, maka kamu harus perhatikan caranya beikut ini.
1) Cara Pertama
Yang harus kamu lakukan yaitu pengkalibrasian. Setelah kamu mengkoneksikan
Osiloskop ke jaringan listrik dan menyalakan. Lalu, kamu amati pada layar monitor yang
tampak dilayar yaitu harus garis lurus mendatar (kalo gak ada sinyal masukkan).
2) Cara Kedua
Kemudian kamu atur fokus, intensitas, kemiringan, position X dan position Y.
Dengan mengatur posisi tersebut, kamu nantinya bisa mengamati hasil pengukuran
dengan jelas dan akan mendapat hasil pengukuran dengan teliti.
3) Cara Ketiga
Lalu, pakai tegangan referensi yang ada di Osiloskop, maka kamu bisa melakukan
pengkalibrasiaan sederhana.

6
Ria Fitriani, “Pengukuran Nilai Dielektrik Pada Bahan Cuka Berdasarkan Variasi Frekuensi Sumber Tegangan
Dengan Menggunakan Osiloskop”, Jember : UNEJ, 2016.
Ada 2 tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan, yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2
Vpp dengan frekuensi 1 KHz.
4) Cara Keempat
Selanjutnya, kamu tempelkan probe pada terminal tegangan acuan, maka pada layar
monitor akan muncul tegangan persegi.
Kalau yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp, maka pada posisi 1 Volt/div (satu
kotak vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus ada nilai tegangan dari puncak ke puncak
sebanyak 2 kotak dan buat time/div, 1/ms/div (satu kotak horizontal mewakili waktu 1
ms) harus ada satu gelombang buat satu kotak.
Apabila yang tampak pada layar belum tepat, maka perlu diatur pada potensio tengah
di knob Volt/div atau pada potensio dengan label (var).7

6. Sumber Sinyal untuk Kalibarsi


Pada umumnya, tiap osiloskop sudah dilengkapi sumber sinyal acuan untuk kalibrasi.
Sebagai contoh, osiloskop GW tipe tertentu mempunyai acuan gelombang persegi dengan
amplitudo 2V peak to peak dengan frekuensi 1 KHz. Misalkan kanal 1 yang akan dikalibrasi,
maka BNC probe dihubungkan ke terminal masukan kanal 1, seperti ditunjukkan pada
gambar berikut:

Gambar di atas menggunakan probe 1x, dengan ujung probe yang merah dihubungkan ke
terminal kalibrasi. Capit buaya yang hitam tidak perlu dihubungkan ke ground osiloskop
karena sudah terhubung secara internal. Pada layar osiloskop akan nampak gelombang
7
Eko Sulistya, “Kajian Penggunaan Arduino dan Komputer sebagai Osiloskop”, Artikel Riset : UGM. 2017
persegi. Atur tombol kontrol VOLTS/DIV dan TIME/DIV sampai diperoleh gambar yang
jelas dengan amplitudo 2 V peak to peak dengan frekuensi 1 KHz., seperti ditunjukkan pada
gambar berikut:
Gunakan tombol kontrol posisi vertikal Vpos untuk menggerakkan seluruh gambar dalam
arah vertikal dan tombol horizontal H-pos untuk menggerakkan seluruh gambar dalam arah
horizontal. Cara ini dilakukan agar letak gambar mudah dilihat dan dibaca.8

7. Karakteristik Pengukuran Osiloskop

a. Karakteristik Berbasis Waktu (Time)

1) Frekuensi dan Periode


Frekuensi yaitu jumlah getaran yang dihasilkan selama 1 detik yang
dinyatakan dengan Hertz.
Sedangkan, periode adalah kebalikan dari Frekuensi, yaitu waktu yang
dibutuhkan buat menempuh 1 kali getaran yang biasanya dilambangkan dengan t
dengan satuan detik.
Kemampuan Osiloskop dalam mengukur maksimum Frekuensi beda-beda
tergantung pada tipe osiloskop yang dipakai. Ada yang bisa mengukur 100 MHz,
20 MHz, ada yang cuma bisa mengukur 5 MHz.

2) Duty Cycle (Siklus Kerja)


Duty cycle merupakan perbandingan waktu saat sinyal mencapai kondisi ON
dan saat mencapai kondisi OFF dalam satu periode sinyal.
Dengan kata lain, Duty Cycle atau siklus kerja yaitu perbandingan lama kondisi
ON dan kondisi OFF dalam suatu sinya pada setiap periode.

3) Rise dan Fall Time


Rise time merupakan waktu perubahan sinyal (durasi) dari sinyal rendah ke
sinyal yang lebih tinggi. Contohnya dari 0 volt ke 10 volt. Sedangkan, Fall time
merupakan waktu perubahan sinyal (durasi) dari sinyal tinggi ke sinyal yang
rendah. Contohnya dari 10 volt ke 0 volt. Karakteristik ini sangat penting dalam
mengukur sebuah respon suatu rangkaian terhadap sinyalnya

8
I Gede Rasagama, ”Pengembangan Modul Praktikum Osiloskop Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep
Arus Bolak-Balik Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung”, Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, Volume 5
No.1, Juni 2019
b. Karakteristik Berbasis Tegangan (Voltage)
1) Amplitudo
Amplitudo merupakan ukuran besarnya suatu sinyal atau biasanya disebut dengan
tingginya puncak gelombang.
Ada beberapa cara dalam pengukuran Amplitudo yang diantaranya yaitu
pengukuran dari Puncak tertinggi ke Puncak terendah (Vpp), ada juga yang
mengukur salah satu puncaknya aja baik yang tertinggi atau yang terendah
dengan sumbu X atau 0V.

2) Tegangan Maksimum dan Minimum


Osiloskop bisa dengan mudah menampilkan Tegangan maksimum dan minimum
suatu rangkaian elektronika.

3) Tegangan Rata -Rata


Osiloskop bisa melakukan perhitungan terhadap tegangan sinyal yang
diterimanya dan menampilkan hasil tegangan rata – rata sinyal tersebut.9

8. Spesifikasi Penting Pada Osiloskop Yang Menentukan Kinerja Osiloskop

1) Bandwidth (Lebar Pita)


Bandwith berfungsi buat menentukan rentang frekuensi yang bisa diukur oleh
Osiloskop. Contohnya 100 MHz, 20 MHz atau 10 MHz.

2) Analog dan Digital


Osiloskop bisa digolongkan jadi 2 jenis, yaitu Osiloskop Analog dan Osiloskop
Digital.
 Osiloskop analog memakai tegangan yang diukur buat menggerak berkas
elektron dalam tabung gambar, buat menampilkan bentuk gelombang yang
diukur.
 Osiloskop digital memakai Analog to Digital Corverter (ADC) buat
mengubah besaran tegangan jadi besaran digital.
Umumnya, Osiloskop analog punya lebar pita atau bandwidth yang lebih
rendah, fitur lebih sedikit dibandingkan dengan Osiloskop digital. Tapi,
Osiloskop analog mempunyai respon yang lebih cepat.
9
Eko Sulistya, “Kajian Penggunaan Arduino dan Komputer sebagai Osiloskop”, Artikel Riset : UGM. 2017
3) Jumlah Channel (Kanal)
Osiloskop yang bisa membaca lebih dari satu sinyal dalam waktu yang sama dan
menampilkannya di layar secara simultan.
Kemampuan tersebut tergantung pada jumlah kanal yang dimiliki. Umumnya,
Osiloskop yang ditemukan dipasaran mempunyai 2 atau 4 kanal.

4) Sampling Rate
Sampling Rate ini, gunanya cuma buat Osiloskop Digital yaitu berapa kali sinyal
itu dibaca dalam satu detik.

5) Rise Time
Spesifikasi rise time pada Osiloskop menunjukkan seberapa cepat Osiloskop
tersebut dalam mengukur perubahan sinyal naik dari yang terendah ke yang
tertinggi.

6) Maximum Input Voltage


Setiap peralatan elektronik mempunyai batas tegangan Inputnya, gak terkecuali
Osiloskop. Kalo sinyal melebihi batas tegangan yang ditentukan, Osiloskop
tersebut akan menjadi rusak karenanya.

7) Vertical Sensitivity (Sensitivitas Vertikal)


Nilai Vertical Sensitivity menunjukan kemampuan penguatan vertikal buat
memperkuat sinyal lemah pada Osiloskop. Vertical Sensitivity ini diukur dengan
satuan Volt per div.

8) Time Base
Time Base menunjukan kisaran Sensitivitas pada Horisontal atau Sumbu Waktu.
Nilai Time base diukur dengan satuan second per div.

9) Input Impedance
Impedansi Input dipakai pada saat pengukuran Frekuensi tinggi. Kita juga dapat
memakai Probe Osiloskop buat kompensasi Impedansi yang kurang.10

10
Mervin T Hutabarat, “Laboratorium Dasar Teknik Elektro : Prinsip Kerja Osiloskop”, Bandung : ITB, 2016.
D. Cara Kerja
Petunjuk umum pengoperasian osiloskop
1. CRO hanya boleh dihidupkan pada waktu akan digunakan. Matikan CRO untuk
pemakaian yang tertunda. Istirahatkan lebih dari 5 menit.
2. Sebelum menghidupkan osiloskop, sebaiknya periksa dulu sumber tegangan AC yang
digunakan apakah sesuai dengan tegangan yang diperlukan untuk menghidupkan
CRO.
3. Menggunakan intensitas lebih rendah dari batas maksimumnya. Bila tidak
diperlukan, tetapkan saklar AC-DC pada kondisi AC.
4. Menurunkan bla bal. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerusakan pada layar
pendar, karena elektron terus-menerus jatuh di titik yang sama dengan intensitas
tinggi.
5. Atur tombol pada posisi tengah-tengah untuk mendapatkan bintik terang atau jejak
elektron (bila tidak nampak pada layar).

Petunjuk kalibrasi osiloskop


1. Nyalakan osiloskop dengan memutar tombol power ke arah ON.
2. Atur intensitasnya sampai diperoleh garis terang atau titik pada layar, jangan gunakan
intensitas yang terlalu besar, atur posisi garis berada di tengah-tengah dengan
memutar tombol posisi (atas-bawah) dan tombol posisi (kanan-kiri).
3. Pastikan tombol CAL VOLTAGE (pada voltage/div berwarna merah) dan CAL
SWEEP TIME (pada Sweep Time/div berwarna merah) dalam keadaan maksimum.
4. Atur perbesaran pada probe, pada posisi 10x.
5. Pastikan posisi input untuk Ch1 (Y) atau Ch2 (X). Jika Ch1 (Y) akan digunakan, atur
posisi tombol mode pada Ch1 (Y) dan tombol source pada posisi Ch1 (Y) dan
sebaliknya jika Ch2 (X) yang digunakan, atur posisi tombol mode dan tombol source
pada posisi Ch2 (X).
6. Misal pilih saja Ch2 (X) yang akan dikalibrasi terlebih dulu, atur seperti langkah
7. Tetapkan posisi AC-DC pada kondisi AC.
8. Jepitkan ujung probe pada titik CAL pada osiloskop.
9. Penjepit probe pada posisi ground.
10. Atur posisi gambar pada layar dengan memutar tombol posisi (atas-bawah) dan
tombol posisi (kanan-kiri) pada channel yang anda gunakan.
11. Jika gambar yang tampil bergerak, posisikan tombol “level” pada posisi
tengahtengah.
12. Hitung tegangan dan frekuensi tampilan dengan rumusan berikut:
Perhitungan tegangan Vp− p
Vp− p= jumlah kotak posisi vertikal var iabel volt /¿ probe

Perhitungan frekuensi
f = 1/T, dimana T = jumlah kotak satu gelombang  variabel sweep time/div.
Hitung besar tegangan Vp-p dan frekuensi kalibrasi. Apakah hasilnya sesuai dengan
yang tertera pada titik CAL. Jika sesuai, osiloskop siap digunakan, jika belum sesuai
atur tombol CAL (merah) pada variabel volt/div untuk menyesuaikan tegangan dan
tombol CAL (merah) pada variabel sweep time/div untuk menyesuaikan perioda atau
frekuensi.
Lakukan kembali kalibrasi pada Ch1 (Y).

Catatan: -Tombol variabel voltage/div untuk mengatur jumlah tampilan secara vertical
-Tombol sweep time/div untuk mengatur jumlah tampilan secara horizontal
-Tegangan yang terukur pada osiloskop adalah tegangan maksimum
Mengukur tegangan dan frekuensi suatu sumber
1. Menyiapkan osiloskop, tombol-tombol dipersiapkan sehingga dalam keadaan tanpa
beban, dilayar tampak titik dimana intensitas dan fokusnya cukup dan berada
ditengah-tengah layar. Jangan lupa meredupkan intensitasnya (dibawah maksimum)
dan jangan terlalu lama menyalakan titik di layar.
2. Menyediakan pembangkit sinyal (sinyal generator) dengan outputnya masing-
masing memberikan tegangan sinusoida.
3. Dalam keadaan “off“ , hubungkan output pembangkit sinyal dengan osiloskop,
posisi ujung probe dihubungkan dengan positif keluaran signal, penjepit pada probe
ditempatkan pada ground signal generator. Kemudian nyalakan signal generator.
4. Mengatur tombol sweep time/div dan volt/div pada osiloskop seperti langkah
kalibrasi untuk mendapatkan gambar sinusoida tunggal yang bagus.
5. Menggambar pada kertas milimeter apa yang terlihat pada layar osiloskop.
Kemudian catat:
a. kedudukan tombol pengatur osiloskop dan pembangkit sinyal.
b. dari pengamatan di atas, tentukan tegangan sumber dan frekuensi sumber.
6. Melakukan pengukuran tegangan tersebut dengan mengunakan multimeter
sebanyak 5 kali pengulangan. Bandingkan hasilnya dengan pengukuran melalui
osiloskop. Beri komentar!
7. Mengulangi langkah c hingga f dengan tegangan dan frekuensi sumber yang
bervariasi.
Menentukan pola Lissayous
1. Pasang pembangkit signal I pada input horizontal Ch2 (X) dan pembangkit II pada
input vertikal Ch1 (Y) pada osiloskop.
2. Perbandingan yang digunakan sebesar 1:2; 1:3; 1:4; dst. Atau 2:1; 3:1; 4:1 dst.
3. Atur frekuensi pada pembangkit signal I sebagai f1 pada channel X (Mode pada
posisi X) sampai 100 Hz, kemudian ubah mode pada posisi Y dan atur frekuensi
pembangkit signal II sebagai f2 sampai diperoleh 200 Hz, sehingga perbandingan f1
: f2 adalah 1:2.
4. Kemudian putar tombol time/div pada posisi X-Y, dan atur mode pada posisi dual.
5. Atur volt/div untuk mendapatkan gambar bujur sangkar.
6. Gambarlah tampilan pada beberapa posisi.
7. Lakukan untuk perbandingan.
8. Bandingkan data anda dengan referensi yang ada.

E. Pertanyaan
1. Tuliskan bentuk umum fungsi gelombang dan jelaskan arti masing-masing
simbolnya!
Jawab :

Bentuk umum fungsi gelombang adalah y= A sin (ωt−kx)


y = simpangan
A = amplitudo gelombang
ω = kecepatan sudut gelombang (ω=2 πf )
t = waktu
k = bilangan gelombang(k =2 π / λ)
x = posisi gelombang

2. Jelaskan pengertian dari besaran-besaran berikut:


a. amplitudo gelombang.
b. periode gelombang.
Jawab :
a. Amplitudo adalah pengukuran skalar yang nonnegatif dari besar osilasi suatu
gelombang. Amplitudo dalam sistem internasional biasa disimbolkan dengan
(A) dan memiliki satuan meter (m). Amplitudo juga disebut simpangan
maksimum gelombang dengan satuan meter (m)

b. Periode adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu gelombang.


Periode dilambangkan dengan huruf kapital T. Dalam Sistem Internasional
(SI), satuan periode adalah detik (s).

3. Gambarkan gelombang listrik sinusoida dengan amplitudo 2 cm dan periode 0.02


sekon pada kertas milimeter!
Jawab :

4. Sebutkan tiga bidang sains selain fisika yang menggunakan osiloskop!


Jawab :
a. Engineering
b. Medical
c. Telekomunikasi.

5. Besaran listrik apa yang dapat diukur dengan osiloskop secara langsung dan besaran
apa yang diukur tidak langsung?
Jawab :

Besaran- besaran yang dapat diukur dengan osiloskop antara lain:


a. Amplitudo (A) : Jarak perpindahan titik maksimum dari titik kesetimbangan
dalam arah getarannya.
b. Periode (T) : Waktu yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang penuh.
c. Frekuensi (f) : Banyaknya gelombang yang terbentuk dalam satu satuan waktu.
d. Sudut fasa (θ) : Simpangan partikel terhadap posisi kesetimbangan dalam
radian.

6. Apa nama tabung panjang yang ada dalam osiloskop dan sebutkan komponen
komponen penting yang ada di dalamnya?
Jawab :

Dalam osiloskop terdapat tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atau
Cathode Ray Tube (CRT). Komponen penting yang ada di dalam CRT adalah :
a. Pistol Elektron (Electron guns)
b. Berkas Elektron (Electron beams)
c. Pelat Pembelok (Deflection coils)
d. Pelat Pemfokus (Focusing coils)
e. Layer Pendar (Phosphor layers)
f. Tabung Kaca Pembungkus
g. Anoda

7. Apa yang dimaksud dengan senapan elektron? Jelaskan secara singkat!


Jawab :

Sumber berkas electron (Electron beams) adalah senapan elektron, yang


menghasilkan suatu arus elektron melalui emisi-termion, dan memusat menjadi seuah
titik kecil. Senapan ditempatkan pada leher CRT atau bagaian belakang CRT. Senapan
elektron mempercepat tidak hanya elektron tetapi juga ion hadir di ruang hampa yang
tidak sempurna.

8. Apa yang dimaksud dengan pola Lissayous?


Jawab :
Pola Lissajous adalah sebuah penampakan pada layar osiloskop yang mencitrakan
perbedaaan atau perbandingan beda fase, frekuensi dan amplitudo dari 2 gelombang
inputan pada probe osiloskop. Pola lissajous tersebut juga bisa digunakan untuk
mengukur frekuensi pada motor induksi 3 fasa.

9. Mengapa terjadi perbedaan pada hasil pengukuran antara osiloskop dan voltmeter?
Jawab :

Karena pada hasil pengukuran voltmeter pengukurannya bisa langsung dilakukan


dengan menempelkan probe pada alat elektronik yang ingin diukur, kita sudah dapat
melihat hasilnya pada display multimeter, sedangkan dengan osiloskop, kita harus
melakukan kalibrasi terlebih dahulu untuk mendapatkan hasil pengukuran yang presisi

F. Data Pengamatan
1. Kalibrasi Osiloscope
CH 1: 1 (kotak) x 2(volt) x 1 = 2 Vp-p
CH 2: 1 (kotak) x 2(volt) x 1 = 2 Vp-p

2. Mengukur Tegangan dan Frequensi suatu sumber


Vsumber = 3 volt

Tegangan pada osiloskop

4,6 (kotak) x 2 (volt) x 1 (perbesaran probe) = 9,2 Vp-p


v maks ¿ 4,6 vp−p
v eff =3,256 volt     
F = 1T
T = 4 (kotak) x 5 (ms) = 20 ms
F = 50 herzt

Vmultimeter (volt)
3.340
3.339
3.337
3.340
3.336
3.335

Vsumber = 6 volt

Tegangan pada osiloskop

1,8 (kotak) x 1 (volt) x 10 (perbesaran probe) = 18 Vp-p


v maks=9 vp− p
v eff =6,428 volt
F = 1T 
T = 4 (kotak) x 5 (ms) = 20 ms
F = 50 herzt

Vmultimeter (volt)
6,699
6,708
6,706
6,707
6,699
6,708

3. Pola Lisayous

X:Y=1:2

X:Y=2:1

X:Y=1:3

X:Y=3:1
G. Pengolahan Data
1. Data Tunggal
 Tegangan pada osiloskop I

Δ 𝑲𝑺𝑹 𝒙
Frekuensi=50 Hz 1 0,005
¿ ×0,01 ¿ ×100 %
2 50 (50 ± 0,005) 𝑣𝑜𝑙𝑡
¿ 0,005 ¿ 0,01 %( 3 AP)
Vsumber=3 V 1 0,005
¿ ×0,01 ¿ ×100 % (3 ± 0,005) 𝑣𝑜𝑙𝑡
2 3
¿ 0,005 ¿ 0,16 % (3 AP)
Volt 1 0,005
=2V ¿ ×0,01 ¿ ×100 % (2 ± 0,005) 𝑣𝑜𝑙𝑡
¿ 2 2
¿ 0,005 ¿ 0,25 % (3 AP)
Time 1 0,05
=5 ms ¿ ×0,1 ¿ ×100 % (5 ± 0,05) 𝑚𝑠
¿ 2 5
¿ 0,05 ¿ 0,01 %( 3 AP)
Balok 1 0,005
¿ ×1 ¿ ×100 % ( 4,6± 0,5) 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘
vertikal=4,6 2 4,6
¿ 0,5 ¿ 0,109 % (3 AP )
Balok 1 0,005
¿ ×1 ¿ ×100 % ( 4 ± 0,1) 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘
horizontal =4 2 4
¿ 0,5 ¿ 0,125 % (3 AP )

 Tegangan pada osiloskop II

Δ 𝑲𝑺𝑹 𝒙
Frekuensi=50 Hz 1 0,005 (50 ± 0,005) 𝑣𝑜𝑙𝑡
¿ ×0,01 ¿ ×100 %
2 50
¿ 0,005 ¿ 0,01 %( 3 AP)
Vsumber=6 V 1 0,005 (6 ± 0,005) 𝑣𝑜𝑙𝑡
¿ ×0,01 ¿ ×100 %
2 6
¿ 0,005 ¿ 0,083 % (3 AP )
Volt 1 0,005 (01 ± 0,005) 𝑣𝑜𝑙𝑡
=1ms ¿ ×0,01 ¿ ×100 %
¿ 2 1
¿ 0,005 ¿ 0,5 % (3 AP)
Time /¿=5 1 0,005 (5±0,05) 𝑚𝑠
¿ ×0,1 ¿ ×100 %
2 5
¿ 0,05 ¿ 0,1 % (3 AP)
Balok 1 0,005 (1,8 ±0,5) 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘
¿ ×1 ¿ ×100 %
vertikal=1,8 2 1,8
¿ 0,5 ¿ 0,27 % (3 AP)
Balok 1 0,005 (4 ±0,5) 𝑘𝑜𝑡𝑎𝑘
¿ ×1 ¿ ×100 %
horizontal=4 2 4
¿ 0,5 ¿ 0,125 % (3 AP )
2. Data Majemuk
 Tegangan pada osiloskop I

No (V ¿¿ multimeter )¿
V multimeter
. 2

1 3,340 11,1556
2 3,339 11,1489
3 3,337 11,1355
4 3,340 11,1556
5 3,336 11,1288
6 3,335 11,1222

 20,027 66,847

• V́ =
∑ V = 20,027 =3,338 Volt
n 6


2
1 n ∑ V −( ∑ V )
•∆V=
n n−1
2
1 6 ( 66,847 )−( 20,027 )
¿
6√ 6−1

1 401,082−401,0807
¿
6√ 5

1 0,0013
¿
6√ 5
1
¿ ( √ 0,00026 )
6
¿ 0,002687 Volt

∆V
• Ksr = ×100 %

0,002687
¿ ×100 %
3,338
¿ 0,0805 % (3AP)

•Maka, V = ( V́ ± ∆ V ) =( 3,338± 0,0027 ) V

 Tegangan pada osiloskop II

No (V ¿¿ multimeter )¿
V multimeter
. 2

1 6,699 44,876601
2 6,708 44,997264
3 6,706 44,970436
4 6,707 44,983849
5 6,699 44,876601
6 6,708 44,997264

 40,227 269,7020226

• V́ =
∑ V = 40,227 =6,704 Volt
n 6


2
1 n ∑ V −( ∑ V )
•∆V=
n n−1
2
1 6 ( 269,7020226 )−( 40,227 )
¿
6 √ 6−1

1 1.618,212136−1.618,211529
¿
6√ 5

1 0,000607
¿
6√ 5
1
¿ √ 0,0001214
6
¿ 0,0018 Volt
∆V
• Ksr = ×100 %

0,0018
¿ ×100 %
6,704
¿ 0,0268 % (3 AP)

•Maka, V = ( V́ ± ∆ V ) =( 6,704 ± 0,001 ) V

H. Perhitungan dan Analisis


1. Hitung besar tegangan dan frekuensi yang terukur dengan osiloskop dan tegangan yang
terukur dengan voltmeter. Bandingkan!

a. Osiloskop I

 Frekuensi pada Osiloskop


 Tegangan pada osiloskop
•T¿Kotak horizontal ×
Time/div •Vp−p
¿ 4 ×5 =kotak vertical × volt/div ×
probe
¿ 20 ms=0,02 s
¿ 4,6 × 2× 1
• f osiloskop
¿ 9,2 volt
1 1
¿ =
T 0,02 •V max
¿ 50 Hz Vp− p
¿
2
• Δf Osiloskop
9,2
¿ f . NST ¿
2
¿ 50 . 0,02
¿ 4,6 volt
¿ 1 Hz
V max 4,6
Δf •V ef = =
• KSR= ×100 % √2 √2
f
¿ 3,253 volt
1
¿ ×100 %
50

¿ 2 %( 4 AP) • ΔV ef =V ef . NST

• f =(f ± Δf ) ¿ 3,253 . 0,01

¿ ( 50 ±1,000 ) Hz ¿ 0,03253 volt


 Tegangan pada multimeter
Δ V ef
• KSR= × 100 % •V =( V́ ± ∆V )
V ef
¿ ( 3,338 ±0,0027 ) volt
0,03253
¿ ×100 %
3,253  Perbandingan
• f generator :f osiloskop
¿ 1 % ( 3 AP )
50 : 50
•V multimeter :V osiloskop
•V ef =V ef ± ΔV ef

¿(3,253 ± 0,03) volt


3,338 :3,253
 Tegangan pada osiloskop
b. Osiloskop II
•Vp−p
 Frekuensi pada Osiloskop
¿kotak vertikal×volt/div×probe
•T¿Kotak horizontal ×
¿ 1,8 ×1 ×10
Time/div
¿ 18 volt
¿ 4 ×5
¿ 20 ms=0,02 s
• f osiloskop
1 1
¿ =
T 0,02 •V max
¿ 50 Hz Vp− p
¿
• Δf Osiloskop 2

¿ f . NST 18
¿
2
¿ 50 .2 ×1 0−2
¿ 9 volt
¿ 1 Hz
V max 9
Δf •V ef = =
• KSR= ×100 % √2 √ 2
f
¿ 6,364 volt
1
¿ ×100 % • ΔV ef =V ef . NST
50

¿ 2 %( 4 AP) ¿ 6,364 . 0,01

• f =(f ± Δf ) ¿ 0,06364 volt

¿ ( 50 ±1,000 ) Hz
Δ V ef  Tegangan pada multimeter
• KSR= × 100 %
V ef •V =( V́ ± ∆V )
¿ ( 6,704 ± 0,001 ) volt
0,06364
¿ × 100 %
6,364
 Perbandingan
¿ 1 % ( 3 AP ) • f generator :f osiloskop
50 :50
•V ef =V ef ± ΔV ef
•V multimeter :V osiloskop
¿( 6,364 ±0,06)volt
6,704 :6,364

2. Beri komentar pola Lissayous yang anda peroleh berdasarkan referensi lain.
Berdasarkan referensi yang diperoleh bahwa pola lissajous adalah sebuah
penampakan pada layar osiloskop yang mencitrakan perbedaaan atau perbandingan Beda
Fasa, Frekuensi dan Amplitudo dari 2 gelombang inputan pada probe osiloskop. Atau dapat
dikatakan pola lissajous merupakan pola yang dihasilkan oleh perpaduan dua kurva
sinusoidal sumbu yang saling tegak lurus. Untuk dapat menganalisa gejala pola lissayous
dapat menggunakan osiloskop. Osiloskop menampilkan representasi (dalam 2 dimensi) dari
satu atau lebih perbedaan potensial. Pola lissajous yang tampil pada layar osiloskop
merupakan sinyal periodik dari tegangan (pada sumbu y) t erhadap waktu (pada sumbu y).

Pola Lissayous yang dihasilkan dengan menggunakan perbandingan 1:2, 1:3, 1:4, 2:1, 3:1 dan
4:1. Dan dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pola yang dihasilkan telah sesuai dengan
referensi lain sebagaimana contoh pola Lissayous tersebut.

Analisis
Praktikum kali ini dilakukan percobaan Osiloskop. Osiloskop atau disebut osiloskop sinar
katoda (cathode ray osciloscope, disingkat CRO) merupakan alat yang digunakan untuk
melihat dinamika besaran sebagai fungsi waktu secara visual. Dengan menggunakan
osiloskop ini harga suatu besaran dapat dilihat setiap saat sepanjang waktu berjalan terus.
Osiloskop sendiri merupakan Osiloskop merupakan alat ukur elektronika yang memiliki
fungsiuntuk memproyeksikan bentuk sinyal baik sinyal analog maupun sinyal digital
sehingga sinyal-sinyal tersebut dapat dilihat, diukur, dihitung dan dianalisa sesuai dengan
bentuk sinyal keluaran yang diharapkan.
Berdasarkan prinsip terdapat 2 tipe osiloskop yakni osiloskop analog dan osiloskop digital.
Pada osiloskop analog gelombang yang ditampilkan pada layar langsung diberikan dari
rangkaian lapisan pembelok pancaran electron vertikal, maka pada osiloskop digital
gelombang yang akan ditampilkan terlebih dahulu melalui tahap pencuplikan sinyal. CRO
digunakan untuk menyelidiki bentuk gelombang peristiwa transien dan besaran lainnya yang
berubah terhadap waktu dari frekuensi yang saangat rendah ke frekuensi yang sangat tinggi.
Pencatatan kejadian ini dapat dilakukan oleh kamera khusus yang ditempatkan ke CRO
menafsirkan kuantitatif.
Sebelum melakukan praktikum, osiloskop harus terlebih dahulu dikalbirasi. Hal ini
dimaksudkan agar saat percobaan didapatkan hasil yang akurat. Pada praktikum kali ini,
dilakukan 2 percobaan untuk menghitung besar tegangan dan frekuensi yang terukur dengan
osiloskop dan tegangan yang terukur dari voltmeter. Berdasarkan percobaan pada osiloskop 1
hasil yang didapat adalah dengan menggunakan tegangan sumber 3 V dan dengan 2 Volt/Div
frekuensi yang didapat adalah 50 Hz. Dan besar tegangan yang didapat adalah 9,2 volt.
Sedangkan pada percobaan osiloskop kedua dengan tegangan sumber dengan besar 6 V
dengan 1 volt/div, frekuensi yang didapat adalah sama dengan osiloskop pertama yakni 50
Hz. Dan besar tegangan yang didapat adalah 9 volt berbeda 0,2 volt dibandingkan dengan
osiloskop yang pertama.
Apabila sumber dan volt/div yang digunakan semakin tinggi maka skala yang dihasilkan pada
gelombang AC dilayar osiloskop akan semakin besar. Dan apabila kita menggunakan
teganagn positif pada gelombang, maka titik gelombang akan anik dan sebaliknya jika
menggunakan tegangan negative maka titik gelombang akan turun. Hal inu sudah benar dan
terlihat pada data percobaan osiloskop pertama dan osiloskop kedua.

I. Pertanyaan Akhir
(Tidak ada pertanyaan akhir)

J. Kesimpulan
1. Osiloskop tidak hanya dapat digunakan untuk memperlihatkan gambar signal sebagai fungsi
waktu, tetapi yang lebih penting dapat digunakan sebagai alat ukur parameter-parameter
pad signal antara lain: selang waktu (time duration), periode ayunan maksimum, amplitudo,
fase, frekuensi dan sebagainya.
2. Mengetahui fungsi dari masing – masing tombol pada osiloskop yang berjumlah sekitar 36
tombol.
3. Sebelum melakukan kegiatan pengukuran osiloskop, maka osiloskop harus dikalibrasi
terlebih dahulu yakni dengan meemriksa jaringan listrik tempat akan dilakukan percobaaan,
sesuaikan tegangan jaringan dengan osiloskop, mengatur switch tegangan input osiloskop
dan memeriksa sekring apakah baik atau sudah putus. Agar hadil yang didapat adalah hasil
yang akurat.
4. Jika 2 buah osilasi dengan frekuensi sama atau berbeda saling tegak lurus, digabungkan
bersama-sama akan membentuk kurva yang disebut pola lissayous.
5. Pada osiloskop analog, pembetuk gelombang yang akan ditampilkan pada layar diatur oleh
sepasang lapisan pembelok (deflector plate) secara vertikal maupun secara horizontal.
Sedangkan pada osiloskop analog gelombang yang ditampilkan pada layar langsung
diberikan dari rangkaian lapisan pembelok pancaran elektron vertikal sehingga berkesan
“real time”, maka pada osiloskop digital gelombang yang akan ditampilkan terlebih dahulu
melalui tahap sampling (pencuplikan sinyal) dan kemudian data hasil sampling tersebut
diolah secara digital

K. Daftar Pustaka
Tim Dosen Fisika Dasar. 2018. “Panduan Praktikum Fisika Dasar II”. Jakarta: UNJ.

Mervin T Hutabarat. 2016. “Laboratorium Dasar Teknik Elektro : Prinsip Kerja Osiloskop”.
Bandung : ITB.

Najarudin Irfani. April 2014. “Fisika Dasar 1 : Osiloskop”. Jakarta : UHAMKA.

Denny Darmawan. 2012.“Modul Pelatihan Pengelolaan Laboratorium Fisika SMA Bagi


Kepala Laboratorium Fisika Pola 100 Jam : Pengenalan Osiloskop (CRO)”. Yogyakarta :
UNY.

Ria Fitriani. 2016. “Pengukuran Nilai Dielektrik Pada Bahan Cuka Berdasarkan Variasi
Frekuensi Sumber Tegangan Dengan Menggunakan Osiloskop”. Jember : UNEJ.

Eko Sulistya. 2017. “Kajian Penggunaan Arduino dan Komputer sebagai Osiloskop”. Artikel
Riset : UGM.

I Gede Rasagama. 2019. ”Pengembangan Modul Praktikum Osiloskop Untuk Meningkatkan


Pemahaman Konsep Arus Bolak-Balik Mahasiswa Politeknik Negeri Bandung”. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi, Volume 5 No.1.

Anda mungkin juga menyukai