Anda di halaman 1dari 2

ESSAY TENTANG DIRI SENDIRI

Nama lengkap saya Prayoga Arya Wicaksono, saya biasanya dipanggil yoga ataupun agoy.
Saya kurang tau pasti arti nama yang deberikan orang tua saya, namun mereka bilang arti nama saya
adalah “baik dan bijaksana”.
Saya lahir di Tegal pada tanggal 26 Maret 2002. Saya anak pertama dari dua bersaudara.
Saya memilikii seorang adik perempuan yang berumur 14 tahun. Nama ayah saya adalah Aris
Munandar dan ibu saya adalah Sumitri. Pekerjaan ayah saya adalah seorang wiraswasta sedangkan
ibu saya hanyalah seorang ibu rumah tangga. Ayah saya bekerja bekerja sebagai penjual roti bakar
sudah lama, sekitar 20 tahun. Setiap beberapa tahun sekali, warung ayah pasti mengalami
perubahan tempat dan posisi dikarenakan peraturan Pemda yang terus diperketat. Pada tahun 2016,
alhamdulillah tempat usahanya pun sudah paten. Meskipun ayah saya seorang wiraswasta, keluarga
kami termasuk dalam keluarga dalam ekonomi sedang kebawah, tidak kaya juga tidak miskin.
Alamat asli saya ada di Jalan Lapangan tembak, Kelurahan Cibubur, Kecamatan Ciracas,
Jakarta Timur. Tempat tinggal saya termasuk daerah perbatasan dari sebuah banyak provinsi yang
cukup ramai namun juga tidak terlalu jauh.
Sejak kecil saya termasuk anak yang lumayan cerdas. Saya lupa berapa umur saya ketika
baru pertama kali masuk di Taman Pendidikan Kanak-Kanak(TK). Saya berada dalam jenjang TK
seperti pada umumnya yaitu 3 tahun. Orang tua saya kemudian mendaftarkan saya di SDN 03
Cibubur Pagi. Waktu itu saya sekolah di SDN 03 Cibubur Pagi, salah satu sekolah dasar didaerah
tempat tinggal saya. Pada jenjang ini saya selalu mendapat peringkat 5 besar. Karena masa kecil
saya masih belum ada permainan modern seperti zaman sekarang, jadinya saya dulu masih fokus ke
sekolah dan main permainan tradisional yang malah menmbah wawasan.
Setelah lulus dari jenjang SD saya berkeinginan untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya.
Disini ada sedikit kontroversi dari kedua orang tua saya. Mereka ingin saya melanjutkan ke SMP
Negeri tapi entah saat itu saya berpikir kalua saya cocok untuk masuk pesantren. Ya, saya melihat
kalender bertemakan pesantren di tempat les saya dan saya mulai mencari tau info lebih tentang
pesantren tersebut. Dan akhirnya orang tua saya pun mengizinkan saya untuk melanjutkan ke
pesantren. Pada jenjang ini saya sekola disalah satu sekolah swasta dan juga termasuk pondok
pesantren modern didaerah Depok. Nama sekolah saya adalah Madrasah Tsanawiyah Al-Hamidiyah
Depok, Sawangan. Saya sangat kaget di hari pertama saya datang ke pondok pesantren tersebut
karena teman-teman sekamar kebanyakan pendatang dari luar Jakarta dan Depok. Di hari pertama
sangat terasa ditinggal oleh orang tua untuk menempuh Pendidikan di ponpes ini, rasanya sangat tak
lazim. Selang beberapa bulan saya pesantren, saya tidak tahan akan perlakuan teman-teman saya.
Sering sekali saya mendapat bully-an. Setiap minggu pun sendal saya selalu hilang, kasur saya
disiram air, buku-buku saya hilang, pakaian saya hilang dan masih banyak lagi. Saya pun tidak berani
menceritakan hal tersebut kepada orang tua saya karena saya tidak ingin membebankan hal ini
kepada orang tua. Di pondok pesantren pun saya tidak nyaman belajar karena pikiran saya selalu di
rumah. Maksudnya apa? Saya selalu memikirkan ibu saya apakah dia baik-baik saja Bersama bapak,
karena secara pribadi, kelarga saya bida dibilang keluarga yang tidak harmonis. Maka dari itu sangat
terbebani pikiran saya tentang ibu saya hingga suatu waktu saya dijenguk oleh orang tua saya dan
melihat saya sangat kurus dan tidak tega. Sebenarnya saya sangat suka dengan aktivitas di pondok
pesantren tersebut, mulai dari bangun subuh, rutin kajian, KBM, eskul, sampai kajian malam. Suatu
Ketika, saya mendapat jatah bulanan untuk pulang ke rumah, tetapi saya tidak ingin balik ke pondok
pesantren tersebut sampai-sampai ada staff sekolah yang menjenguk saya ke rumah dan
menanyakan kabar saya. Perdebatan yang Panjang sudah dilalui oleh kedua orang tua saya, pada
akhirnya saya memutuskan untuk pindah ke SMP Negeri dekat dengan rumah. Saya hanya bertahan
selama 1 semester di pondok pesantren tersebut. Saya memulai lembaran yang baru pada jenjang
yang sama. Di SMPN 233 alhamdulillah saya mendapat kelas unggulan (pada saat itu masih ada
kelas unggulan) dan teman-teman saya pun menerima saya dengan baik. Suatu nikmat yang harus
saya syukuri karena saya bisa bertemu dengan teman sejati menurut saya. Di SMP saya sangat aktif
dalam hal akademik dan non-akademik. Saya ikut OSIS dan terpilih sebagai Wakil Ketua Osis 1, saya
juga ikut dalam kegiatan kepramukaan, dan saya juga sering ikut lomba-lomba dari dinas. Saya
sangat bersyukur di masa-masa SMP saya bisa melupakan kenangan buruk di ponpes. Saya selalu
berada dalam peringkat 5 besar. Setelah itu saya fokus ke ujian nasional, berhasil mendapatkan nilai
UN MTK 100, dan masuk peringkat 5 besar UN tertinggi di sekolah saya, sebuah kebanggaan bagi
saya.
Setelah lulus dari jenjang SMP saya melanjutkan ke jenjang SMA. Saya mendaftarkan diri
saya ke SMAN 99 Jakarta. Pada jenjang ini saya banyak mengalami perubahan. Pada jenjang ini
saya sedikit terkena virus game online, yang membuat nilai saya turun drastis dan juga membuat
saya sering tidak masuk sekolah. Saya pun Kembali aktif organisasi yaitu OSIS.
Pada kelas 11 SMA saya mulai serius lagi untuk sekolah dan nilai saya juga mulai meningkat
lagi. Pada kelas 11 juga saya mulai mengikuti banyak sekali organisasi mulai dari OSIS dimana saya
menjabat sebagai sekretaris, Al-Himmah sebagi Keorganisasian, Cossines sebagai ketua dan juga
IPNU dimana saya juga menjabat sebagai sekretaris. Pada jenjang ini selain sekolah saya juga
mengikuti PRODISTIK(Program Setara Diploma 1 Teknik Informasi dan Komunikasi). Sebuah
program yang hambir sama dengan perkuliahan yag diselenggarakan dari ITS surabaya. Dari seluruh
Kabupaten Lamongan hanya ada 3 sekolah yang diajak bekerjasama oleh ITS untuk dijadikan
partner. Dan saya merupakan lulusan angkatan pertama.
Setelah lulus dari jenjang MA saya ingin melanjutkan ke PTN, disini saya mulai kebingungan
untuk memilih. Saat pendaftaran SNMPTN dan SPANPTKIN saya tidak lolos dan saya merasa sedikit
down. Saya pun memutuskan untuk ikut SBMPTN, dan kalo saya gak lolos saya akan berhenti dulu
untuk 1 tahun. Karena kalua daftar mandiri pasti orang tua saya tidak mampu untuk membiayayi
saya. Waktu itu selain saya daftar SBMPTN saya juga daftar BIDIKMISI di UIN maliki Malang. Namun
tuhan berkehendak lain, saya lolos untuk SBMPTN beserta BIDIKMISInya. Saya merasa sangan
lega, Karena saya tau di Uin Malang biaya yang dibutuhkan tidak sedikit, apalagi biaya ma’had. Saya
pun lolos SBMPTN di Uin Malang pada jurusan Biologi, yang sebenarnya saya sendiri tidak tahu
jurusan tentang apa ini. Saya mendaftar di Uin Malang juga bukan kehendak saya pribadi, tetapi
keinginan ibu saya. Dan kalua sudah ibu saya yang minta, saya tidak bias menolaknya, mengingat
masalah saya waktu MA. Dan akhirnya saya pun menjalani kuliah ini meskipun dengan keadaan
sedikit terpaksa.
Demikian sedikit cerita hidup saya, banyak cerita yang sebenarnya saya singkat. Karena
saya menganggap tidak semua hal pribadi saya bias saya ungkapkan ke public.

Anda mungkin juga menyukai