Anda di halaman 1dari 3

Nama : Prayoga Arya Wicaksono

Nim : 1304620069
Matkul : Pendidikan Pancasila
Tugas : Pancasila dijadikan alat oleh politik oleh rezim penguasa Soeharto

Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan politik haruslah berdasarkan dari nilai-nilai
moral yang terdapat dalam pancasila. Dalam kehidupan politik, sila pancasila yang
merupakan titik awal atau bisa dijadikan landasan dalam pembangunan dibidang politik
dalam kehidupan ketatanegaraan adalah sila ke-4 yaitu peri kerakyatan.

Rakyat tidak hanya dijadikan sebagai objek politik, tetapi juga sebagai subjek atau pelaku
dalam kehidupan politik. Negara Indonesia menganut sistem demokrasi pancasila yang
memiliki model pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Pancasila merupakan dasar bagi suatu Pemerintahan untuk menjalankan kuasa bagi seluruh
Rakyat Indonesia. Pemerintah mempunyai peranan penting dalam mengatur disiplin
Pancasila bagi masyarakat Indonesia. Sehingga sebagai rakyat Indonesia yang baik, kita juga
perlu melakukan pengawasan bagi Pemerintah apakah sesuai dengan dasar negara yang
ditetapkan atau tidak. Masa Orde Baru dapat dikatakan sebagai puncak diagung-
agungkannyaPancasila. Pada kehidupan masyarakat, Pancasila merupakan hal positif yang
dapatdijadikan dasar dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan bernegara. Namun
dalam beberapa penerapannya terdapat beberapa penyimpangan yang dilakukan oleh
Pemerintah.

Penyimpangan Pancasila pada masa Orba Meski stabilitas politik tercapai dan pembangunan
ekonomi dapat teraih. Namun kebebasan dan hak-hak warga negara diatur dalam konstitutisi.
Baca juga: Implementasi Nilai Religius Pancasila dalam Praktik Penyelenggaraan Pemerintah
Penyimpangan-penyimpangan pun terjadi tidak dapat diabaikan dan merugikan banyak pihak.
Berikut beberapa bentuk-bentuk penyimpangan Pancasila yang dilakukan pada masa Orde
Baru:
1. Pancasila sebagai dasar negara malah diredusir, disalahartikan dan disalahgunakan oleh
Suharto sebagai simbol kekuasaan.
2. Pancasila dijadikan alat untuk menguasai rakyat. Sehingga pemerintah Orde Baru dapat
melegitimasi kelanggengan masa jabatannya.
3. Pancasila sebagai sumber nilai dibuat seakan kabur (blurred) oleh banyaknya praktik
penyimpangan dan segala bentuk kebijakan yang berlindung di balik fungsi pokok Pansasila.
Sehingga siapapun yang menentang kebijakan tersebut dianggap telah menentang Pancasila.
4. Penyimpangan terhadap asas kekeluargaan yang terkandung di dalam kelima Pancasila. Di
mana Suharto hanya mempercayakan orang-orang terdekatnya untuk menguasai perusahaan
besar negara. Pengelolaan sumber daya alam di Indonesia hingga menjadi ajang praktik-
praktik korupsi.
5. Suharto memimpin negara dalam bentuk keotoritarian. Padahal Indonesia adalah negara
demokrasi yang mengutamakan rakyat, dari, untuk, dan oleh rakyat.
6. Fungsi Pancasila digunakan sebagai alat meleburnya heterogenitias, sehingga membuat
kelompok-kelompok minoritas tersingkir dan timbulah masalah SARA.
7. Seluruh organisasi harus menerapkan Pancasila sebagai asasnya.
8. Suharto melarang adanya kritikan-kritikan untuk pemerintah. Karena kritikan menganggu
ketidakstabilan negara. Sehingga sering dilakukan kekuatan militer bagi siapapun yang
mengkritik pemerintah.

Diterapkannya demokrasi sentralistik yaitu demokrasi yang berpusat pada pemerintah.


Lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif dipegang oleh presiden. Selama Orba dalam
kenyataannya Pancasila digunakan sebagai alat legitimasi politik sehingga melahirkan
gelombang perlawanan masyarakat.. Timbul berbagai gerakan masyarakat sebagai gerakan
moral politik yang menuntut adanya reformasi disegala bidang. Puncak dari perlawanan
tersebut terjadi pada 1998.

Pada tahun tersebut Suharto mengundurkan diri sebagai presiden dan munculah masa
reformasi. Pancasila justru dijadikan sebagai indoktrinasi.
Metode yang digunakan dalam indoktrinasi Pancasila :
1. Melalui ajaran P4 yang dilakukan di sekolah-sekolah melalui
pembekalan atau seminar.
2. Aasa tunggal, yaitu presiden Soeharto membolehkan rakyat untuk
membentuk organisasi-organisasi dengan syarat harus berasaskan
Pancasila.
3. Stabilisasi yaitu presiden Soeharto melarang adanya kritikan-kritikan
vang dapat menjatuhkan pemerintah.
Sulitnya Suharto Melegitimasi Orba Dengan Pancasila
•1968 : Pemerintahan Soeharto membentuk Laboratoriun Pancasila di Malang guna
meredefinisi Pancasila sesuai dengan kepentingan rezim seraya menghapus tafsiran era
Soekarno

•1971 : Sejarawan Orba Nugroho Notosusanto mengusulkan Hari Kelahiran Pancasila (1


Juni) dihapus dan diganti oleh Hari Kesaktian Pancasila (1 Oktober)

•1974 : Pasca kerusuhan Malari, Soeharto berpidato tentang pentingnya mengadopsi metode
ilmiah untuk menginterpretasikan Pancasila

•1975 : Demi menghasilkan tafsiran Pancasila yang paling definitif, Soeharto membentuk
Komite Lima yang beranggotakan Hatta, Achmad Subardjo, Maramis, dan A.G.
Pringgodigdo

•Akhir 1975 & 1978 : Upaya de-Soekarno-isasi gagal. Soeharto membelokkan Pancasila dari
yang awalnya dasar negara menjadi pedoman berperilaku. Pendidikan P4 diresmikan &
berlaku ke seluruh pelajar & pegawai

Redefinisi Pancasila sebagai pedoman tingkah laku ini pula yang menjadi sangat operasional
kelak ketika rezim menghadapi perlawanan Islam politik sepanjang dekade 1980-an dan
ketika rezim mulai memangkas subsidi dan melakukan deregulasi pada 1988. Dalam kata-
kata Ali Moertopo, operator politik Soeharto dan tsar intelijen pada saat itu, P4 didesain
untuk “mengindonesiakan masyarakat Indonesia.”
Buntut dari pidato ini adalah reaksi sejumlah kalangan sipil dan militer yang menandatangani
Petisi 50 pada Mei 1980. Di antara penandatangan petisi adalah A.H. Nasution, Hoegeng, Ali
Sadikin, dan Mohammad Natsir. Mereka menyatakan Soeharto telah menyalahgunakan
Pancasila sebagai “alat untuk mengancam musuh-musuh politiknya.”
Pidato April itu sebetulnya momentum yang telah dinantikan Soeharto, yang mendambakan
ketertiban sosial sejak 1968. Kecaman Soeharto terhadap “ideologi-ideologi asing”
mencerminkan ketidaksukaannya terhadap kompetisi politik, sebagaimana yang terjadi pada
era "Demokrasi Terpimpin"-nya Sukarno, ketika mobilisasi massa menjadi fenomena sehari-
hari. Kenyataannya, fusi partai-partai politik ke dalam tiga partai besar pada 1971 terbukti
gagal meredam persaingan antar-golongan. Karena berakhir jadi alat represi politik, Pancasila
tak lagi politis.
Sumber :
1. Yusuf, Windu. 2017. Upaya Soeharto Mengklaim Pancasila dari Sukarno di
https://tirto.id/ (akses 1 Juni 2017)
2. Nur Rohmah Ahmanda Lusia. 2018. Pancasila Sebagai Ideologi Negara Di Bidang
Politik. Tersedia di www.academia.edu

Anda mungkin juga menyukai