Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN

Unit 3
HUKUM OHM

Disusun oleh :
Yonathan Dwi Nugroho
40040621650002

Dosen Pengampu :
Drs. Eko Ariyanto, M.T.

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK LISTRIK INDUSTRI


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
UNIT 3

HUKUM OHM

I. Tujuan
1. Melihat arus (I) dari rangkaian tahanan (R) yang berubah dengan
tegangan (V) tetap.
2. Melihat arus (I) dari rangkaian tahanan (R) yang tetap dengan
tegangan (V) berubah.
II. Alat dan Bahan
1. G = Power suplay Dc 1 buah
2. V = Voltmeter 1 buah
3. A = Ammeter 1 buah
4. R1 = Tahanan 120 Ohm/2W 1 buah
5. R2 = Tahanan 220 Ohm/2W 1 buah
6. R3 = Tahanan 330 Ohm/2W 1 buah
7. Papan Percobaan 1 buah
8. Kabel penghubung
III. Teori Dasar
Menurut Durbin (2005) Hukum Ohm adalah suatu pernyataan
bahwa besar arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar selalu
berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan kepadanya. Sebuah
benda penghantar dikatakan mematuhi hukum Ohm apabila nilai
resistansinya tidak bergantung terhadap besar dan polaritas beda potensial
yang dikenakan kepadanya. Walaupun pernyataan ini tidak selalu berlaku
untuk semua jenis penghantar, namun istilah "hukum" tetap digunakan
dengan alasan sejarah. Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan
persamaan: V = I . R . . . . . . . . . (1)
Keterangan:
I = Arus yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan Ampere.
V = Tegangan yang terdapat pada kedua ujung penghantar dalam
satuan Volt.
R = Nilai hambatan listrik(resistansi) yang terdapat pada suatu
penghantar dalam satuan Ohm.
Berdasarkan hukum Ohm, 1 Ohm didefinisikan sebagai hambatan
yang digunakan dalam suatu rangkaian yang dilewati kuat arus sebesar 1
Ampere dengan beda potensial 1 Volt. Oleh karena itu, kita dapat
mendefinisikan pengertian hambatan yaitu perbandingan antara beda
potensial dan kuat arus. Semakin besar sumber tegangan maka semakin
besar arus yang dihasilkan. Jadi, besar kecilnya hambatan listrik tidak
dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus listrik tetapi dipengaruhi oleh
panjang penampang, luas penampang dan jenis bahan (Hayt, 1991).
Hambatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu panjang, luas, dan jenis
bahan. Hambatan berbading lurus dengan panjang benda, semakin panjang
maka semakin besar hambatan suatu benda. Hambatan juga berbading
terbalik dengan luas penampang benda, semakin luas penampangnya maka
semakin kecil hambatannya. Inilah alasan mengapa kabel yang ada pada
tiang listrik dibuat besar-besar, tujuannya adalah untuk memperkecil
hambatan sehingga tegangan bisa mengalir dengan mudah. Hambatan juga
berbanding lurus dengan jenis benda (hambatan jenis) semakin besar
hambatan jenisnya maka semakin besar hambatan benda itu. Jika antara dua
kutub positip dan kutub negatip dari sebuah sumber tegangan kita
hubungkan dengan sepotong kawat penghantar, maka akan mengalir arus
listrik dari kutub positip ke kutub negatip. Arus ini mendapat hambatan
dalam penghantar itu (Purwandari, 2013).
Dari peristiwa di atas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan
antara arus yang mengalir dalam hambatan kawat dan adanya sumber
tegangan. Besarnya arus listrik yang mengalir tergantung dari besarnya
hambatan kawat. Semakin besar hambatan kawat, maka semakin kecil arus
yang mengalir. Apabila sumber listrik bertegangan 1 Volt dihubungkan
dengan hambatan sebesar 1 Ohm, maka arus yang mengalir sebesar 1
Ampere. Dalam penyelidikannya George Simon Ohm (ahli ilmu fisika dari
Jerman) menemukan bahwa arus listrik yang mengalir dalam hambatan
akan bertambah besar jika tegangan dinaikkan, sementara nilai
hambatannya tetap (Purwoko dan Fendi, 2007).
Menurut Alonso (1979) dapat dituliskan rumus hukum Ohm, yaitu:
V = I . R ..........(2)
keterangan:
V = Tegangan dalam satuan Volt
I = Arus dalam satuan Ampere
R = Hambatan dalam satuan Ohm
Amperemeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur
kuat arus listrik. Pemakaian alat ukur ini dihubungkan ke dalam rangkaian
sehingga terhubung seri dengan komponen yang akan dihitung kuat
arusnya. Voltmeter merupakan alat ukur beda potensial antara 2 titik.
Pemakaian voltmeter dipasang pararel dengan komponen yang akan diukur
beda potensialnya (Sunaryono, 2010).
IV. Gambar Rangkaian
Latihan 1. Percobaan Tegangan Tetap Tahanan Berubah
Latihan 2. Percobaan Tegangan Berubah Tahanan Tetap

V. Langkah Kerja
Latihan 1. Percobaan Tegangan Tetap Tahanan Berubah
1. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian, yang terhubung
dengan tahanan R1.
2. Hubungkan power suplay pada tegangan keluaran DC dan
tempatkan saklar dalam posisi off
3. Hidupkan saklar on/off pada power supply unit dan atur tegangan
power supply 5 volt dengan melihat pada alat ukur voltmeter (V).
4. Lihatlah nilai arus (I) dan catat pada data pengukuran.
5. Matikan power supply unit dan kemudian hubungkan ke tahanan R2.
6. Ulangi percobaan 3 dan 4.
7. Matikan power supply unit dan kemudian hubungkan ke tahanan R3.
8. Ulangi percobaan 3 dan 4.
9. Matikan power supply unit
Latihan 2. Percobaan Tegangan Berubah Tahanan Tetap
1. Buat rangkaian seperti pada gambar
2. Hubungkan power suplay pada tegangan keluaran DC dan
tempatkan saklar dalam posisi off.
3. Hidupkan power suplay dengan menekan tombol on/off dan atur
tegangan dengan step 2 volt sampai dengan tegangan 10 volt, dengan
mengecek tegangan keluaran pada alat ukur voltmeter pada
rangkaian.
4. Setiap tegangan yang di berikan lihat arus I yang mengalir pada
rangkaian kemudian catat hasil pengukuran pada tabel pengukuran.
5. Matikan power supply dengan menekan tombol on/off power
supply.
6. Hitung ratio G = I/V dan bandingkan dengan nilai G = 1/R (4.54 mS)
VI. Data Hasil Percobaan
Latihan 1. Percobaan Tegangan Tetap Tahanan Berubah
Tabel Pengukuran
No. R (Ω) V (Volt) I (mA)
1 120 5 41,667
2 220 5 22,727
3 330 5 15,152
Gambar diagram curve I = f( R )
45

40

35

30

25
I (mA)

20

15

10

0
0 50 100 150 200 250 300 350
R (Ω)

Latihan 2. Percobaan Tegangan Berubah Tahanan Tetap


Tabel Pengukuran
R (Ω) V (Volt) I (mA) G (mS)
220 0 0 -
220 2 9,091 4,54
220 4 18,182 4,54
220 6 27,273 4,54
220 8 36,364 4,54
220 10 45,455 4,54
Gambar diagram curva I = f(V).
50
45
40
35
30
I (mA)

25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12
V (Volt)

VII. Analisa dan Hasil Perhitungan


Latihan 1. Percobaan Tegangan Tetap Tahanan Berubah
Diketahui: R1 = 120 Ω
R2 = 220 Ω
R3 = 330 Ω
V =5V
Ditanya: I1, I2, dan I3
𝑉
Jawab: Rumus umum V = I  R jadi 𝐼 = 𝑅
5
I1 = 120 = 0,041667𝐴 = 41,667𝑚𝐴
5
I2 = 220 = 0,022727𝐴 = 22,727𝑚𝐴
5
I3 = 120 = 0,015152𝐴 = 15,152𝑚𝐴

Dari diagram curva tersebut juga diketahui bahwa semakin besar


nilai hambatan semakin kecil kuat arusnya, tetapi hubungan keduanya tidak
dalam garis lurus.
Latihan 2. Percobaan Tegangan Berubah Tahanan Tetap
Diketahui: V1 = 0V R = 220 Ω
V2 = 2V
V3 = 4V
V4 = 6V
V5 = 8V
V6 = 10V
Ditanya: I1, I2, I3, I4, I5, I6, dan rasio G
𝑉 𝐼 1
Jawab: Rumus Umum 𝐼 = 𝑅 , 𝐺 = 𝑉 , 𝐺 = 𝑅 (4,54mS)
0
I1 = 220 = 0𝐴
2
I2 = 220 = 0,009091𝐴 = 9,091𝑚𝐴
4
I3 = 220 = 0,018182𝐴 = 18,182𝑚𝐴
6
I4 = 220 = 0,027273𝐴 = 27,273𝑚𝐴
8
I5 = 220 = 0,036364𝐴 = 36,364𝑚𝐴
10
I6 = 220 = 0,045455𝐴 = 45,455𝑚𝐴

G1 = -
9,091
G2 = = 4,54𝑚𝑆
2
18,182
G3 = = 4,54𝑚𝑆
4
27,273
G4 = = 4,54𝑚𝑆
6
36,364
G5 = = 4,54𝑚𝑆
8
45,455
G6 = = 4,54𝑚𝑆
10

Dari perhitungan tersebut dapat diketahui jika rasio G selalu konstan


dan sama dengan G = 1/R (4.54 mS). Dalam diagram curva I = f(V) juga
menunjukkan hubungan antara kuat arus dengan tegangan dalam garis lurus.
VIII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa kuat arus
berbanding terbalik dengan hambatan. Kuat arus juga berbanding lurus
dengan tegangan atau beda potensial. Semakin besar hambatan yang ada
maka kuat arus akan semakin kecil dengan hubungan bentuk curva dalam
garis melengkung. Semakin besar tegangan maka kuat arus juga semakin
besar dengan hubungan bentuk curva dalam garis lurus.

IX. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai