HUKUM OHM
F2401201095
ST05.2
DEPARTEMEN FISIKA
IPB UNIVERSITY
2021
A. Tujuan Praktikum
Praktikum bertujuan untuk dapat menjelaskan cara pengukuran arus dan
tegangan secara bersamaan serta menentukan nilai suatu hambatan listrik dengan
pengukuran arus dan tegangan secara bersamaan.
B. Teori Singkat
Muatan listrik dapat mengalir dari suatu tempat ke tempat lain karena
adanya perbedaan potensial. Tempat yang berpotensial tinggi akan melepaskan
muatan ke tempat berpotensial rendah. Jika muatan listrik ini diukur per satuan
waktu, maka disebut arus listrik. Besar arus listrik sebanding dengan beda
potensial dan dapat ditulis sebagai:
1
𝐼 = 𝑅 𝑉 … (1)
dengan I arus listrik, V beda potensial, dan R adalah hambatan listrik antara dua
titik. R berperan mengahambat mengalirnya muatan listrik. Semakin besar nilai R
maka arus listrik akan sulit mengalir dan arus listrik menjadi makin kecil
(Abdullah 2017). Hukum Ohm menyatakan hubungan antara tegangan listrik atau
beda potensial (V) dengan arus listrik (I) yang berbunyi bahwa beda potensial
akibat suatu beban berbanding lurus dengan arus listrik (Muallifah 2009).
Sehingga dapat dipahami hukum ohm ini tidak ada hubungannya dengan nilai
hambatan dan hambatan bernilai tetap.
𝑉 = 𝐼𝑅 ; 𝑅 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛… (2)
Namun, tidak semua material mengikuti hukum Ohm. Material yang mengikuti
hukum ohm disebut material ohmik, sedangkan yang tidak disebut material
nonohmnik. Pada material nonohmic, nilai hambatan tidak tetap atau berubah-
ubah. Berikut gambar perbandingan kurva V terhadap I untuk material ohmik dan
nonohmik:
𝑅 = 𝑅1 + 𝑅2 + 𝑅3 … (3)
𝐼 = 𝐼1 = 𝐼2 = 𝐼3 … (4)
𝑉 = 𝑉𝑎𝑏 + 𝑉𝑏𝑐 + 𝑉𝑐𝑑 … (5)
1 1 1 1
= 𝑅 + 𝑅 + 𝑅 … (6)
𝑅 1 2 3
𝐼 = 𝐼1 + 𝐼2 + 𝐼3 … (7)
𝑉 = 𝑉1 + 𝑉2 + 𝑉3 … (8)
Seberapa besar arus listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian dapat
diukur oleh garvanometer atau amperemeter. Jika ingin mengukur arus yang
melalui resistor Rx maka amperemeter dipasang secara seri dengan resistor Rx
seperti pada Gambar 4.a. Amperemeter memiliki hambatan rA sehinigga
pemasangan secara seri menyebabkan nilai hambatan totalnya bertambah
menjadi:
𝑅𝑠 = 𝑅𝑥 + 𝑟𝐴 … (9)
Amperemeter dikatakan baik jika memiliki hambatan dalam yang kecil 𝑟𝐴 ≪ 𝑅𝑥
sehingga 𝑅𝑠 ≈ 𝑅𝑥 .
Suatu beda potensial antara dua titik atau tegangan dalam rangkaian dapat
diukur dengan alat bernama voltmeter. Jika ingin mengukur tegangan listrik pada
resistor Rx maka voltmeter tersebut dipasang secara paralel dengan resistor Rx
seperti pada Gambar 4.b. Sama seperti amperemeter, voltmeter juga memiliki
hambatan dalam rV sehingga pemasangan secara paralel tersebut menyebabkan
nilai hambatan sistem berkurang menjadi:
𝑅 ×𝑟
𝑅𝑝 = 𝑅𝑥 +𝑟𝑉 … (10)
𝑥 𝑉
0,0178 1 0,0179 1
0,0214 1,2 0,0215 1,2
0,0249 1,4 0,0251 1,4
0,0285 1,59 0,0286 1,59
0,032 1,8 0,0322 1,8
0,0356 2 0,0358 1,99
0,0391 2,2 0,0394 2,2
0,0427 2,4 0,0429 2,4
0,0463 2,59 0,0465 2,6
0,0498 2,79 0,0501 2,78
0,0534 3 0,0537 3
0,0011 1 0,0012 1
0,00132 1,2 0,00144 1,2
0,00154 1,4 0,00168 1,4
0,00176 1,6 0,00192 1,6
0,00198 1,79 0,00216 1,79
0,0022 1,99 0,0024 1,99
0,00242 2,19 0,00264 2,2
0,00264 2,4 0,00288 2,4
0,00286 2,61 0,00312 2,6
0,00308 2,79 0,00336 2,8
0,0033 3 0,0036 3,01
D. Pengolahan Data
1. Grafik Hubungan antara Tegangan (V) dan Arus (I) pada:
a. Rangkaian a (seri) pada pengukuran Rx1
Hubungan V dengan I
3,5
y = 2,3971x + 0,0021
3
R² = 0,9999
2,5
V (tegangan)
1,5
0,5
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4
I (arus)
2
V (tegangan)
1,5
0,5
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4
Arus (I)
Hubungan V dengan I
3,5
y = 56,094x + 0,0008
3
R² = 0,9999
2,5
V (tegangan)
1,5
0,5
0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06
I (arus)
1,5
0,5
0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06
I (arus)
Hubungan V dengan I
3,5
y = 908,68x - 0,0018
3
R² = 0,9999
2,5
V (tengan)
1,5
0,5
0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0,003 0,0035
I (arus)
1,5
0,5
0
0 0,0005 0,001 0,0015 0,002 0,0025 0,003 0,0035 0,004
I (arus)
No. X Y X2 Y2 XY
1 0,417 1 0,173889 1 0,417
2 0,5 1,2 0,25 1,44 0,6
3 0,583 1,4 0,339889 1,96 0,8162
4 0,667 1,6 0,444889 2,56 1,0672
5 0,75 1,8 0,5625 3,24 1,35
6 0,834 1,99 0,695556 3,9601 1,65966
7 0,917 2,21 0,840889 4,8841 2,02657
8 1 2,41 1 5,8081 2,41
9 1,08 2,6 1,1664 6,76 2,808
10 1,17 2,8 1,3689 7,84 3,276
11 1,25 2,99 1,5625 8,9401 3,7375
Σ 9,168 22 8,405412 48,3924 20,16813
∑𝑋𝑌 ∙ 𝑁 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑌
𝑎=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(20,168 × 11) − (9,168 × 22) 20,153
𝑎= = = 2,397
(8,405 × 11) − (9,168)2 8,407
∑𝑋 2 ∙ ∑𝑌 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑋𝑌
𝑏=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(8,405 × 22) − (9,168 − 20,168) 0,018
𝑏= = = 0,002
(8,405 × 11) − (9,168)2 8,407
No. X Y X2 Y2 XY
1 0,417 0,92 0,173889 0,8464 0,38364
2 0,5 1,1 0,25 1,21 0,55
3 0,583 1,28 0,339889 1,6384 0,74624
4 0,667 1,47 0,444889 2,1609 0,98049
5 0,75 1,64 0,5625 2,6896 1,23
6 0,834 1,84 0,695556 3,3856 1,53456
7 0,917 2,02 0,840889 4,0804 1,85234
8 1 2,2 1 4,84 2,2
9 1,08 2,39 1,1664 5,7121 2,5812
10 1,17 2,57 1,3689 6,6049 3,0069
11 1,25 2,74 1,5625 7,5076 3,425
Σ 9,168 20,17 8,405412 40,6759 18,49037
∑𝑋𝑌 ∙ 𝑁 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑌
𝑎=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(18,490 × 11) − (9,168 − 20,17) 18,476
𝑎= = = 2,198
(8,405 × 11) − (9,168)2 8,407
∑𝑋 2 ∙ ∑𝑌 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑋𝑌
𝑏=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(8,405 × 20,17) − (9,168 − 18,490) 0,017
𝑏= = = 0,002
(8,405 × 11) − (9,168)2 8,407
No. X Y X2 Y2 XY
1 0,0178 1 0,000317 1 0,0178
2 0,0214 1,2 0,000458 1,44 0,02568
3 0,0249 1,4 0,00062 1,96 0,03486
4 0,0285 1,59 0,000812 2,5281 0,045315
5 0,032 1,8 0,001024 3,24 0,0576
6 0,0356 2 0,001267 4 0,0712
7 0,0391 2,2 0,001529 4,84 0,08602
8 0,0427 2,4 0,001823 5,76 0,10248
9 0,0463 2,59 0,002144 6,7081 0,119917
10 0,0498 2,79 0,00248 7,7841 0,138942
11 0,0534 3 0,002852 9 0,1602
Σ 0,3915 21,97 0,015326 48,2603 0,860014
∑𝑋𝑌 ∙ 𝑁 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑌
𝑎=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(0,860 × 11) − (0,392 − 21,97) 0,859
𝑎= = = 56,0944
(0,015 × 11) − (0,392)2 0,015
∑𝑋 2 ∙ ∑𝑌 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑋𝑌
𝑏=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(0,015 × 21,97) − (0,391 − 0,860) 1,26 × 10−5
𝑏= = = 0,0008
(0,015 × 11) − (0,392)2 0,015
Persamaan garis: 𝑦 = 56,094𝑥 + 0,0008 atau 𝑉 = 56,094𝐼 + 0,0008
No. X Y X2 Y2 XY
1 0,0179 1 0,00032 1 0,0179
2 0,0215 1,2 0,000462 1,44 0,0258
3 0,0251 1,4 0,00063 1,96 0,03514
4 0,0286 1,59 0,000818 2,5281 0,045474
5 0,0322 1,8 0,001037 3,24 0,05796
6 0,0358 1,99 0,001282 3,9601 0,071242
7 0,0394 2,2 0,001552 4,84 0,08668
8 0,0429 2,4 0,00184 5,76 0,10296
9 0,0465 2,6 0,002162 6,76 0,1209
10 0,0501 2,78 0,00251 7,7284 0,139278
11 0,0537 3 0,002884 9 0,1611
Σ 0,3937 21,96 0,015498 48,2166 0,864434
∑𝑋𝑌 ∙ 𝑁 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑌
𝑎=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(0,864 × 11) − (0,394 − 21,96) 0,863
𝑎= = = 55,7701
(0,015 × 11) − (0,393)2 0,015
∑𝑋 2 ∙ ∑𝑌 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑋𝑌
𝑏=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(0,015 × 21,96) − (0,394 − 0,864) 4,68 × 10−6
𝑏= = = 0,0003
(0,015 × 11) − (0,393)2 0,015
Persamaan garis; 𝑦 = 55,770𝑥 + 0,0003 atau 𝑉 = 55,770𝐼 + 0,0003
No. X Y X2 Y2 XY
1 0,0011 1 1,21E-06 1 0,0011
2 0,00132 1,2 1,74E-06 1,44 0,001584
3 0,00154 1,4 2,37E-06 1,96 0,002156
4 0,00176 1,6 3,1E-06 2,56 0,002816
5 0,00198 1,79 3,92E-06 3,2041 0,003544
6 0,0022 1,99 4,84E-06 3,9601 0,004378
7 0,00242 2,19 5,86E-06 4,7961 0,0053
8 0,00264 2,4 6,97E-06 5,76 0,006336
9 0,00286 2,61 8,18E-06 6,8121 0,007465
10 0,00308 2,79 9,49E-06 7,7841 0,008593
11 0,0033 3 1,09E-05 9 0,0099
Σ 0,0242 21,97 5,86E-05 48,2765 0,053172
∑𝑋𝑌 ∙ 𝑁 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑌
𝑎=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(0,053 × 11) − (0,024 − 21,97) 0,053
𝑎= −5 2
= = 908,678
(5,86 × 10 × 11) − (0,024) 5,86 × 10−5
∑𝑋 2 ∙ ∑𝑌 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑋𝑌
𝑏=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(5,86 × 10−5 × 21,97) − (0,024 − 0,053) −1,1 × 10−7
𝑏= = = −0,002
(5,86 × 10−5 × 11) − (0, ,024)2 5,86 × 10−5
Persamaan garis: 𝑦 = 908,678𝑥 − 0,002 atau 𝑉 = 908,678𝐼 − 0,002
No X Y X2 Y2 XY
1 0,0012 1 1,44E-06 1 0,0012
2 0,00144 1,2 2,07E-06 1,44 0,001728
3 0,00168 1,4 2,82E-06 1,96 0,002352
4 0,00192 1,6 3,69E-06 2,56 0,003072
5 0,00216 1,79 4,67E-06 3,2041 0,003866
6 0,0024 1,99 5,76E-06 3,9601 0,004776
7 0,00264 2,2 6,97E-06 4,84 0,005808
8 0,00288 2,4 8,29E-06 5,76 0,006912
9 0,00312 2,6 9,73E-06 6,76 0,008112
10 0,00336 2,8 1,13E-05 7,84 0,009408
11 0,0036 3,01 1,3E-05 9,0601 0,010836
Σ 0,0264 21,99 6,97E-05 48,3843 0,05807
∑𝑋𝑌 ∙ 𝑁 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑌
𝑎=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(0,058 × 11) − (0,026 − 21,99) 0,058
𝑎= = = 835,606
(6,97 × 10−5 × 11) − (0,026)2 6,97 × 10−5
∑𝑋 2 ∙ ∑𝑌 − ∑𝑋 ∙ ∑𝑋𝑌
𝑏=
∑𝑋 2 ∙ 𝑁 − (∑𝑋)2
(6,97 × 10−5 × 21,99) − (0,026 − 0,058) −4,4 × 10−7
𝑏= = = −0,006
(6,97 × 10−5 × 11) − (0,026)2 6,97 × 10−5
𝑅𝑥1𝑎 = 2,397 Ω
Δ𝑅𝑥1𝑎 = 0,009 Ω
(𝑅𝑥1𝑎 ± Δ𝑅𝑥1𝑎 ) = (2,397 ± 0,009) Ω
𝑅𝑥1𝑏 = 2,198 Ω
Δ𝑅𝑥1𝑏 = 0,008 Ω
(𝑅𝑥1𝑏 ± Δ𝑅𝑥1𝑏 ) = (2,198 ± 0,008) Ω
𝑅𝑥2𝑏 = 55,8 Ω
Δ𝑅𝑥2𝑏 = 0,2 Ω
(𝑅𝑥2𝑏 ± Δ𝑅𝑥2𝑏 ) = (55,8 ± 0,2) Ω
𝑅𝑥3𝑎 = 909 Ω
Δ𝑅𝑥3𝑎 = 3 Ω
(𝑅𝑥3𝑎 ± Δ𝑅𝑥3𝑎 ) = (909 ± 3) Ω
𝑅𝑥3𝑏 = 836 Ω
Δ𝑅𝑥3𝑏 = 2 Ω
(𝑅𝑥3𝑏 ± Δ𝑅𝑥3𝑏 ) = (836 ± 2) Ω
E. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, percobaan dilakukan pengukuran arus dan
tegangan listrik secara bersamaan menggunakan amperemeter dan voltmeter
dengan dua bentuk rangkaian listrik yang berbeda seperti pada gambar:
Gambar16. Bentuk rangkaian dalam mengukur arus dan tegangan pada suatu
resistor secara bersamaan
F. Simpulan
Arus listrik yang mengalir pada suatu benda listrik dapat diukur
menggunakan amperemeter dengan memasangnya secara seri. Tegangan juga
dapat diukur menggunakan voltmeter dengan memasang voltmeter secara pararel.
Pengukuran arus listrik dan tegangan secara bersamaan menggunakan
amperemeter dan voltmeter ini dapat menentukan besarnya hambatan yang diukur
dengan memvariasikan Rvar.
G. Daftar Pustaka
Abdullah M. 2017. Fisika Dasar II. Institut Teknologi Bandung
Maullifah F. 2009. Perancangan dan pembuatan alat ukur resistivitas tanah. Jurnal
Neutrino.1(2):179-197.
Rosman A, Risdayana, Yuliani E, Vovi. 2019. Karakteristik arus dan tegangan
pada rangkaian seri dan pararel dengan menggunakan resistor. Jurnal
Ilmiah d’Computare. 9(2):40-43.
Thoharianwardahphd. 2021. Beberapa contoh hukum ohm dalam kehidupan
sehari-hari [internet]. https://sainsmania.com/beberapa-contoh-hukum-
ohm-dalam-kehidupan-sehari-hari/ [diunduh 1 Mei 2021].