Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

GERAK MENGGELINDING

Queena Fatima Azzahra

F2401201095

ST05.2

Dosen Penanggung Jawab Praktikum

Dr. Setyanto Tri Wahyudi, S.Si., M.Si

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

IPB UNIVERSITY

2021
A. Tujuan Praktikum
Mampu menentukan besar percepatan gerak menggelinding murni pada
bidang miring baik secara teori maupun secara eksperimen serta membandingkan
keduanya dan memberikan ulasan tentang kedua hasil tersebut.

B. Teori Singkat
Gerak menggelinding merupakan gabungan dari gerak translasi dan rotasi
(Abdullah 2016). Gerak menggelinding bisa terjadi pada bidang horizontal atau
bidang miring. Salah satu contoh gerak ini adalah benda putar yang
menggelinding menurunu suatu bidang miring. Pada benda tersebut bekerja
beberapa gaya yang bisa ditinjau dengan bantuan sumbu x dan sumbu y. Arah ke
bawah bidang miring sebagai sumbu x positif dan arah tegak lurus sebagai sumbu
y positif.

Gambar 5.1 Sebuah benda menuruni bidang miring

Pada benda tersebut bekerja tiga buah gaya, yakni gaya gravitasi mg, gaya
normal N, dan gaya gesek statis fs. Dengan menggunakan hukum II Newton maka
akan diperoleh tiga buah persamaan, yaitu:
𝑁 = 𝑚𝑔 𝑐𝑜𝑠𝜃… (5.1)
𝑚𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃 − 𝑓𝑠 = 𝑚𝑎 ... (5.2)
𝑓𝑠 𝑅 = 𝐼𝛼… (5.3)
dengan fs dibatasi sebagai:
0 < 𝑓𝑠 < 𝜇𝑠 𝑁… (5.4)
Karena benda tersebut menggelinding murni, maka:
𝑎 = 𝛼𝑅 … (5.5)
Momen inersia tidak dapat dipisahkan dari gerak translasi dan rotasi
karena momen inersia adalah besaran turunan yang dipengaruhi jari-jari suatu
benda (Chusni et al. 2018). Momen inersia dapat dimaknai sebagai kecenderungan
suatu benda untuk tetap diam atau bergerak lurus beraturan (mempertahankan
posisi atau keadaannya) (Rivia et al. 2016). Benda tegar merupakan aplikasi dari
momen inersia. Benda tegar yang merupakan keadaan suatu benda untuk
mempertahankan posisinya ketika mendapat gaya atau tekanan dari luar memiliki
momen inersia yang berbeda-beda (Rivia et al. 2016). Momen inersia juga disebut
sebagai inersia rotasi, di mana semakin besar momen inersia pada benda putar
tersebut semakin sulit benda itu melakukan perputaran dari keadaan diam dan
semakin sulit dia berhenti dari keadaan berotasi. Besarnya momen inersia ini
bergantung pada distribusi massa terhadap sumbu putarnya. Semakin jauh massa-
massa itu dari sumbu putar, semakin besar pula momen inersianya (Rivia et al.
2016). Momen inersia suatu benda adalah:
𝐼 = 𝛽𝑚𝑅2 … (5.6)
dengan nilai koefisien β memenuhi hubungan:
0 < 𝛽 ≤ 1 … (5.7)
Nilai β untuk beberapa bentuk benda putar yakni:

Bentuk Benda Putar β Momen Inersia


Silinder pejal bermassa 𝑚 1 1
𝑚𝑅2
berjari-jari 𝑅 2 2

Bola pejal bermassa 𝑚 berjari- 2 2


𝑚𝑅2
jari 𝑅 5 5

Silinder berongga bermassa 𝑚


berjari-jari luar 𝑅 dan jari-jari 𝑅2 + 𝑟 2 1
𝑚(𝑅2 + 𝑟 2 )
dalam r 2𝑅2 2

Secara teori, percepatan tranlasi benda dapat ditentukan dari persamaan


(5.2), (5.3), (5.5), dan (5.6) membentuk persamaan:
𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃
𝑎= … (5.8)
1+𝛽
Sedangkan, secara eksperimen, percepatan benda bisa didapatkan dengan
melepaskan benda tersebut dari suatu titik pada bidang miring. Informasi posisi
benda (x) pada suatu waktu (t) didapatkan dari sensor jarak yang dipasang pada
percobaan.

Gambar 5.2 Model Perangkat Percobaan

dengan persamaan gerak lurus berubah beraturan, didapatkan persaman:

1
𝑥 = 𝑎𝑡 2 … (5.9)
2

di mana percepatan gerak benda tersebut merupakan gradien atau kemiringan


1
kurva x terhadap 𝑎2 .
2

C. Data
1. Silinder Pejal

Tabel 5a. Penentuan Momen Inersia Silinder Pejal


Diameter Momen
Bentuk Massa Diameter
Rongga β Inersia
Benda Putar (gram) Luar (cm)
(cm) (𝑔𝑐𝑚2 )
Silinder 531,000 10,053
- 0,5 6708
Pejal ± 0,001 ± 0,005

Tabel 5b. Penentuan Percepatan secara Teoretis


θ (°) β 𝑔 (𝑚⁄𝑠 2 ) 𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 (𝑚⁄𝑠 2 )
30,0 ± 0,5 0,5 9,83 ± 0,05 3,277

Tabel 5c. Data Percobaan


1 2
i Waktu ti (s) 𝑡 Jarak xi (m)
2 𝑖
𝑎 𝑥0
1 0 0 0 = 3,312 𝑚⁄𝑠 2 = 0,0011 𝑚
∆𝑎 ∆𝑥0
2 0,08 0,0032 0,011 = 0,003 𝑚⁄𝑠 2 = 0,0004 𝑚
3 0,16 0,0128 0,044
4 0,24 0,0288 0,097
5 0,32 0,0512 0,172
6 0,4 0,08 0,266
7 0,48 0,1152 0,382
8 0,56 0,1568 0,521
9 0,64 0,2048 0,68
10 0,72 0,2592 0,859

2. Silinder Berongga

Tabel 5a. Penentuan Momen Inersia Silinder Berongga


Diameter Momen
Bentuk Massa Diameter
Rongga β Inersia
Benda Putar (gram) Luar (cm)
(cm) (𝑔𝑐𝑚2 )
Silinder 216,439 10,042 8,826
0,886 4835,8
Berongga ± 0,001 ± 0,005 ± 0,007

Tabel 5b. Penentuan Percepatan secara Teoretis


θ (°) β 𝑔 (𝑚⁄𝑠 2 ) 𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 (𝑚⁄𝑠 2 )
10,0 ± 0,5 0,886 9,83 ± 0,05 0,905

Tabel 5c. Data Percobaan


1 2
i Waktu ti (s) 𝑡 Jarak xi (m)
2 𝑖
𝑎 𝑥0
1 0 0 0 = 0,904 𝑚⁄𝑠 2 = 0,009 𝑚
∆𝑎 ∆𝑥0
2 0,12 0,0072 0,013 = 0,007 𝑚⁄𝑠 2 = 0,002 𝑚
3 0,24 0,0288 0,036
4 0,36 0,0648 0,07
5 0,48 0,1152 0,117
6 0,6 0,18 0,175
7 0,72 0,2592 0,246
8 0,84 0,3528 0,329
9 0,96 0,4608 0,425
10 1,08 0,5832 0,532
3. Bola Pejal

Tabel 5a. Penentuan Momen Inersia Bola Pejal


Diameter Momen
Bentuk Massa Diameter
Rongga β Inersia
Benda Putar (gram) Luar (cm)
(cm) (𝑔𝑐𝑚2 )
737,340 10,10
Bola Pejal - 0,4 7521,6
± 0,001 ± 0,05

Tabel 5b. Penentuan Percepatan secara Teoretis


θ β 𝑔 (𝑚⁄𝑠 2 ) 𝑎 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 (𝑚⁄𝑠 2 )
25,0 ± 0,5 0,4 9,83 ± 0,05 2,967

Tabel 5c. Data Percobaan


1 2
i Waktu ti (s) 𝑡 Jarak xi (m)
2 𝑖
𝑎 = 2,92 𝑥0
1 0 0 0 𝑚⁄ 2
𝑠 = −0,005 𝑚
∆𝑎 ∆𝑥0
2 0,08 0,0032 0,007 = 0,01 𝑚⁄𝑠 2 = 0,002 𝑚
3 0,16 0,0128 0,033
4 0,24 0,0288 0,078
5 0,32 0,0512 0,141
6 0,4 0,08 0,224
7 0,48 0,1152 0,328
8 0,56 0,1568 0,45
9 0,64 0,2048 0,594
10 0,72 0,2592 0,757

D. Pengolahan Data
1. Silinder Pejal
a. Perhitungan Momen Inersia dan Koefisien Momen Inersia
1
𝛽 = = 0,5
2
1 1 1
𝐼 = 𝛽𝑚𝑅2 = 𝛽𝑚( 𝐷) 2 = × 531 × ( × 10,053)2 = 6708 𝑔𝑐𝑚2
2 2 2

b. Perhitungan Percepatan secara Teori Tabel 5b


𝑔 sin 𝜃 9,83 × sin 30
𝑎= = = 3,277 𝑚⁄𝑠 2
1+𝛽 1
1+2
c. Perhitungan Percepatan secara Eksperimen Tabel 5c Beserta Grafik

Gambar 5.3 Perhitungan Percepatan secara Eksperimen Silinder Pejal


pada Ms. Excel

Grafik x terhadap 1/2t^2


1
0.9
y = 3.3124x + 0.0011
0.8
0.7
0.6
x (m)

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
1/2t^2 (s^2)

Gambar 5.4 Grafik Percepatan Silinder Pejal

2. Silinder Berongga
a. Perhitungan Momen Inersia dan Koefisien Momen Inersia
1 2 1 2
𝑅2 + 𝑟 2 (2 𝐷) + (2 𝑑)
𝛽= =
2𝑅2 1
2 × ( 𝐷)2
2
1 1
(2 × 10,042)2 + (2 × 8,826)2
𝛽=
1
2 × (2 10,042)2
𝛽 = 0,886

1 1 1 1
𝐼= 𝑚(𝑅2 + 𝑟 2 ) = 𝑚 (( 𝐷)2 + ( 𝑑)2 )
2 2 2 2
1 1 1
𝐼 = × 216,439 (( × 10,042)2 + ( × 8,826)2 ) = 4835,8 𝑔𝑐𝑚2
2 2 2

b. Perhitungan Percepatan secara Teori Tabel 5b


𝑔 sin 𝜃 9,83 × sin 30
𝑎= = = 0,905 𝑚⁄𝑠 2
1+𝛽 1 + 0,886

c. Grafik Percepatan Tabel 5c

Gambar 5.5 Perhitungan Percepatan secara Eksperimen Silinder


Berongga pada Ms. Excel

Grafik x terhadap 1/2t^2


0.6
0.5 y = 0.9039x + 0.0088

0.4
x (m)

0.3
0.2
0.1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
1/2t^2 (s^2)

Gambar 5.6 Grafik Percepatan Silinder Berongga


3. Bola Pejal
a. Perhitungan Momen Inersia dan Koefisien Momen Inersia
2
𝛽 = = 0,4
5
1
𝐼 = 𝛽𝑚𝑅2 = 𝛽𝑚( 𝐷) 2
2
2 1
𝐼 = × 737,340 × ( × 10,10)2 = 7521,6 𝑔𝑐𝑚2
5 2

b. Perhitungan Percepatan secara Teori Tabel 5b


𝑔 sin 𝜃 9,83 × sin 25
𝑎= = = 2,967 𝑚⁄𝑠 2
1+𝛽 2
1+5

c. Grafik Percepatan Tabel 5c

Gambar 5.7 Perhitungan Percepatan secara Eksperimen Bola Pejal pada


Ms. Excel

Grafik x terhadap 1/2t^2


0.8
0.7 y = 2.9231x - 0.0054
0.6
0.5
0.4
x (m)

0.3
0.2
0.1
0
-0.1 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3
1/2t^2 (s^2)

Gambar 5.8 Grafik Percepatan Bola Pejal


E. Pembahasan

- Bagaimana percobaan yang dilakukan (jelaskan secara singkat, padat dan jelas)

- Analisis hasil yang diperoleh dan bandingkan momen inersia masing-masing benda
putar , serta percepatannya secara teori maupun eksperimen.
- Aplikasi dari gerak menggelinding dalam keseharian kita.
Pada praktikum kali ini dilakukan pada suatu bidang miring yang sudah
dihubungkan dengan sensor jarak sehingga bisa didapatkan nilai jarak (x) beserta
waktunya (t) ketika benda menggelinding menuruni bidang miring. Bidang miring
diatur sedemikian dengan sudut kemiringan yang berbeda-beda untuk setiap
benda putar. Benda putar yang digunakan adalah silinder pejal, silinder berongga,
dan bola pejal. Data-data waktu dan jarak yang didapatkan setelah melakukan
percobaan, diolah menggunakan excel sehingga didapatkan grafik persamaan 𝑥 =
1
𝑎𝑡 2 yang berbentuk linier. Gradien pada grafik tersebut merupakan nilai
2

percepatannya.
Pada silinder pejal, didapatkan nilai percepatannya secara eksperimen
sebesar 3,312 ± 0,003 𝑚⁄𝑠 2 , nilai percepatan secara teori sebesar 3,277 𝑚⁄𝑠 2 ,

dan nilai momen inersia sebesar 6708 𝑔𝑐𝑚2 . Pada silinder berongga didapatkan
nilai percepatan secara eksperimen sebesar 0,904 ± 0,007 𝑚⁄𝑠 2 , percepatan

secara teori sebesar 0,905 𝑚⁄𝑠 2 , dan momen inersia silinder berongga sebesar

4835,8 𝑔𝑐𝑚2 . Terakhir, pada bola pejal, nilai percepatan secara eksperimennya
adalah 2,92 ± 0,01 𝑚⁄𝑠 2 dengan percepatan secara teori dan momen inersia

berturut-turut sebesar 2,967 𝑚⁄𝑠 2 dan 7521,6 𝑔𝑐𝑚2 . Secara keseluruhan, tidak

ada perbedaan nilai yang berarti antara nilai percepatan secara eksperimen dengan
teori. Perbedaan tersebut bisa saja disebabkan karena kesalahan saat melakukan
pengukuran, misalnya keakuratan dalam pengukuran waktu atau hambatan udara
(ada gaya gesek benda dengan udara). Nilai percepatan dipengaruhi oleh momen
inersia, semakin besar momen inersia, semakin kecil percepatannya. Pada
percobaan ini, percepatan juga dipengaruhi oleh kemiringan sudut bidang miring
di mana semakin besar sudutnya, semakin besar pula percepatannya.
Aplikasi gerak menggelinding dapat kita lihat pada pekerja konstruksi.
Para pekerja konstruksi tersebut memindahkan bahan bangunan, misalnya pipa,
dari atas truk pengangkut dengan menggelindingkan pipa tersebut menuruni
papan sebagai bidang miring dari atas truk mobil. Dengan menggunakan prinsip
gerak menggelinding, pekerja tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga dan
pekerjaan menjadi lebih cepat.

F. Simpulan
Besar percepatan gerak menggelinding dapat ditentukan melalui 2 metode,
yakni secara teori dan eksperimen. Secara teori, percepatan dihitung
𝑔 𝑠𝑖𝑛𝜃
menggunakan persamaan 𝑎 = . Sedangkan secara eksperimen, digunakan
1+𝛽

bidang miring yang sudah dipasangi sensor. Pada hasil percobaan dari ketiga
benda putar, tidak ada perbedaan yang berarti antara percepatan secara
eksperimen dengan teori. Perbedaan yang sangat kecil tersebut bisa terjadi karena
kesalaan saat pengukuran ataupun hambatan udara. Percepatan gerak
menggelinding juga dipengaruhi oleh momen inersia benda putar dan kemiringan
sudut bidang miring.

G. Daftar Pustaka

Abdullah M. 2016. Fisika Dasar I. Institut Teknologi Bandung.


Chusni MM, Rizaldi MF, Nurlaela S, Nursetia S, Susilawati W. 2018. Penentuan
momen inersia benda silinder pejal dengan integral dan tracker. JPFKI.
4(1):42-47. doi: 10.25273/jpfk.v4i1.2068.
Rivia N, Yohandri, Kamus Z. 2016. Pembuatan alat ukur momen inersia benda
digital menggunakan sensor optocoupler. Pillar of Physics.8:81-88. doi:
10.24036/2494171074.

Anda mungkin juga menyukai