Anda di halaman 1dari 21

MODUL I

HUKUM HOOKE
A. Tujuan Percobaan

Menentukan hubungan antara gaya (F) yang bekerja pada pegas


dengan pertambahan panjang pegas (x) dan konstanta pegas (k).
B. Alat yang diperlukan

1) VTT Konsole / Syneo

2) Force sensor

3) Pegas helik

4) Support

5) Lock grip pliers

6) Box of masses (10 gr, 20 gr, 50 gr, 100 gr)

7) Ruler

C. Dasar Teori

A. Hukum Hooke

Benda yang bergerak secara bolak-balik pada suatu titik tertentu maka
geraknya bisa disebut bergetar. Ada banyak jenis getaran, salah satunya
ditemukan pada gerak harmoni sederhana. 

Contohnya adalah gerak benda saat digantungkan pada pegas dan gerak
ayunan dari bandul dengan amplitudo yang kecil. Saat benda-benda tersebut
bergerak, terdapat gaya pemulih yang bekerja dengan arah selalu menuju titik
kesetimbangan dari benda.  

Semua benda yang bersifat elastis memiliki gaya tersebut. Gaya pemulih
merupakan gaya yang muncul untuk menarik kembali sebuah benda yang
melekat pada benda elastis. Hal ini terjadi juga pada pegas.
Sifat elastis pada pegas membuatnya mampu kembali berada pada kondisi
setimbang seperti semula saat gaya regang atau gaya tekan yang diberikan telah
dihilangkan. Hal ini akan terjadi jika ada gaya pemulih.  

Ilmuwan yang pertama kali melakukan uji coba adalah Robert Hooke.
Berdasarkan hasil percobaannya, dapat disimpulkan bahwa sifat elastis pegas
terbatas. Besarnya gaya pegas sebanding dengan pertambahan panjang dari
pegas tersebut. 

Suatu pegas jika ditarik menggunakan gaya tertentu pada daerah yang masih
dalam batas kelentingannya, maka akan bertambah panjang yang dinyatakan
dalam ∆x.

Aplikasinya di dalam kehidupan sehari-hari antara lain pada spring bed dan
shockbreaker pada kendaraan. Adanya pegas pada spring bed memberikan
kenyamanan saat digunakan untuk tidur (Saripudin dkk, 2009)

Selain itu, juga dijumpai pada beberapa benda seperti mikroskop, teleskop,
alat untuk mengukur percepatan gravitasi bumi, jam yang dilengkapi peer untuk
mengatur waktu, ayunan pegas, kronometer, sambungan pada tongkat
persneling di berbagai jenis kendaraan dan lain-lain.

Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran hukum Hooke memberikan dampak


positif bagi kehidupan. Banyak peralatan yang diciptakan guna menunjang
aktivitas manusia dengan menerapkan prinsip-prinsip dari hukum Hooke.

Hukum Hooke merupakan perbandingan regangan dan tegangan dalam


suatu deformasi elastis dan mempunyai rentang keabsahan yang terbatas. Jika
grafik tegangan diplotkan sebagai fungsi dari regangan dan hukum tersebut
terpenuhi maka grafik yang terbentuk adalah garis lurus. 
Deformasi bersifat reversibel atau bolak balik dan gaya bersifat kekal. Energi
yang digunakan untuk menghasilkan deformasi akan kembali saat tegangan
hilang. (Young and Freedman, 2002).

Bunyi dari hukum Hooke adalah: “Pertambahan dari panjang pegas akan
sebanding dengan gaya tarik yang mengenai pegas sebelum melewati batas
elastisitas pegas.” Ada pun persamaannya seperti berikut ini:

F=k.x

Keterangan:

F = gaya tarik (N)

K = konstanta pegas (N/m)

X = pertambahan pegas (m)

(Sunaryono dan Taufiq, 2010)

Konstanta pegas nilainya dapat berubah jika pegas disusun membentuk suatu
rangkaian. Hal ini penting untuk diketahui jika ingin memperoleh nilai konstanta
pegas dengan tujuan tertentu. Contohnya saat merancang pegas untuk
diaplikasikan pada shockbreaker (Saripudin dkk, 2009).

B. Modulus Elastisitas 

Di dalam hukum Hooke juga dikenal istilah modulus elastisitas atau lebih
dikenal sebagai modulus Young. Modulus elastisitas menggambarkan
perbandingan regangan dengan tegangan yang dialami oleh suatu bahan. 

Dalam fisika, elastisitas (dari Yunani ἐλαστός "ductible") adalah


kecenderungan bahan padat untuk kembali ke bentuk aslinya setelah terdeformasi.
Benda padat akan mengalami deformasi ketika gaya diaplikasikan padanya. Jika
bahan tersebut elastis, benda tersebut akan kembali ke bentuk dan ukuran awalnya
ketika gaya dihilangkan.
Alasan fisika untuk perilaku elastis bisa sangat berbeda untuk bahan yang
berbeda. Dalam logam, kisi (lattice) atom berubah ukuran dan bentuk ketika kerja
diaplikasikan (energi ditambahkan) pada sistem). Ketika gaya dihilangkan, kisi-
kisi kembali ke keadaan energi asli yang lebih rendah. Untuk karet dan polimer
lain, elastisitas disebabkan oleh peregangan rantai polimer ketika kerja diterapkan.

Elastisitas sempurna hanya merupakan perkiraan dari yang sebenarnya dan


beberapa bahan tetap murni elastis bahkan setelah deformasi yang sangat kecil.
Dalam rekayasa, jumlah elastisitas suatu material ditentukan oleh dua jenis
parameter material. Jenis pertama parameter material disebut modulus yang
mengukur jumlah gaya per satuan luas (stress) yang diperlukan untuk mencapai
sejumlah deformasi tertentu. Satuan modulus adalah pascal (Pa) atau pon gaya per
inci persegi (psi, juga lbf/in 2). Modulus yang lebih tinggi biasanya menunjukkan
bahwa bahan tersebut sulit untuk mengalami deformasi. Tipe kedua parameter
mengukur batas elastis. Batas dapat menjadi stres luar di mana materi tidak lagi
elastis atau deformasi luar di mana elastisitas hilang. (Atanackovic, 2000)

Hal ini bermakna bahwa modulus elastisitas berbanding terbalik dengan


regangan dan sebanding dengan tegangan. Berikut rumus persamaannya:

E=σ/e

Keterangan:

E = modulus elastisitas (N/m)

e = regangan

σ = tegangan (N/m2 atau Pa)

Tegangan merupakan kondisi saat  benda bertambah panjang akibat adanya


gaya di salah satu ujung, sedangkan ujung yang lainnya ditahan. Contohnya
adalah saat seutas kawat ditarik menggunakan sebuah gaya di salah satu
bagiannya maka panjang kawat menjadi bertambah. 
Berikut adalah rumus matematis yang menggambarkan kondisi tersebut:

σ = F/A

Keterangan:

F = gaya (N)

A = luas penampang kawat (m2)

σ  = tegangan (N/m2)

Regangan merupakan perbandingan panjang awal dari kawat dengan


panjang kawat setelah mengalami perpanjangan dalam satuan meter. Regangan
terjadi ketika pemberian gaya telah ditiadakan. Alhasil, kawat kembali ke bentuk
sebelum diberi gaya. 

Secara sistematis bisa dirumuskan menjadi persamaan berikut:

e  = ∆L / Lo

Keterangan:

e  = regangan

∆L= pertambahan panjang(m)

 Lo = panjang awal (m)

 (Bitar, 2020)

C. Jenis-jenis Rangkaian Pegas

Besarnya konstanta secara keseluruhan dalam rangkaian pegas sangat


dipengaruhi oleh jenisnya. Menurut Saripudin dkk (2009), ada dua jenis rangkaian
yang bisa dipilih, yaitu: 
1. Rangkaian Pegas Seri

Besarnya gaya yang bekerja pada masing-masing pegas yaitu F. Pegas


tersebut akan memiliki total pertambahan (∆xtotal) hasil penjumlahan dari ∆x1  dan
∆x2. Berdasarkan hukum Hooke, total dari konstanta pegas pada susunan seri
adalah:

∆xtotal = F/k1 + F/k2

∆xtotal / F = 1/k1 + 1/k2

1/ktotal = 1/k1 + 1/k2 + 1/k3 + …. + 1/kn

kn merupakan konstanta pegas ke-n

2. Rangkaian Pegas Paralel 

Pada susunan paralel, jika pegas ditarik menggunakan gaya F maka setiap
pegas akan mendapat gaya tarik F1 dan F2. Menurut hukum Hooke, konstanta
pegas totalnya adalah seperti di bawah ini:

Ftotal  =  F1 + F2

Ftotal  =  ∆x (k1 + k2)

Ftotal /∆x = k1 + k2

ktotal = k1 + k2 + k3 + …. + kn

           Keterangan: kn adalah konstanta pegas ke-n

D. Prosedur Kerja

1) Lihat Gambar 12 (Rangkaian P1.1);

2) Pasang force sensor pada penyangga;


3) Pasang pegas pada force sensor;

4) Hubungkan force sensor pada VTT Konsole/Syneo;

5) Kaitkan pegas pada statip Lock grip pliers dan letakan


pada posisi yang kita anggap nyaman;

6) Lihat dan perhatikan rangkaian sambungan force


sensor pada VTT Konsole/Syneo dan force sensor pada
penyangga seperti gambar di bawah;

Gambar 12 Rangkaian P1.1


8) Atur hingga penunjukan force sensor pada nilai 0 ketika tidak ada beban pada
pegas dengan cara menekan 2 tombol pada force sensor secara bersamaan
bilamana tidak pada nilai 0 maka terjadi F koreksi (zero check);
9) Pasang penggaris pada posisi tegak, sejajar dengan pegas;

10) Ukur panjang pegas tanpa beban menggunakan mistar pada posisi ujung sampai
ujung pegas dan catat nilainya sebagai panjang awal pegas dianggap sebagai X0;
11) Pada layar VTT / Syneo tempatkan force sensor sebagai ordinat (sumbu Y) dan
hand manual pada absis (sumbu X);
12) Klik force sensor pada layar VTT / Syneo dengan memberi satuan N;

13) Klik hand manual pada layar VTT / Syneo dengan memberi satuan panjang x
dalam cm;
14) Tekan start pada nilai F = 0 N, ketik 0 cm pada absis. Klik ok next;

15) Gantungkan sebuah beban (m1) dengan massa 10 g sebagai beban awal pada
pegas, catat panjang pegas akibat penambahan beban tersebut;
16) Setelah pegas diam catat posisi ujung pegas pada mistar sehingga diperoleh X1
dan m1;
17) Ulangi langkah 13 dan 14 dengan menambah beban pada pegas sehingga
diperoleh X2 dan m2 dan seterusnya hingga penambahan beban 100 gram;
18) Penambahkan beban secara bertahap pada pegas mulai dari 10 gram hingga 100
gram (penambahan beban setiap 10 gram). Catat perubahan x pada absis sebelum
ok next seperti dalam tabel di bawah ini;
19) Inputkan hasil pengamatan pada Tabel 1;

20) Buat grafik hubungan antara F dan ∆x;

21) Ukur gradien grafik dan hitung nilai konstanta pegasnya.

22) Selesai, tekan stop pada VTT / Syneo. Lihat tampilan grafiknya kemudian cetak
report dari VTT / Syneo;
23) Laporkan pada dosen/instruktur/asisten laboratorium untuk melihat hasil
percobaan;
24) Hasil percobaan ini bila berhasil akan mendapatkan grafik seperti Gambar 13.
Tabel 1 Percobaan P1

Posi Panja Pertamba Ga F


Mass Kor Ga
si ng han ya K=
a eksi Panjang ya
No Peg Pegas Ber Δ
. Beba Mas ΔX Be X
as Beba at
nm sa (X – rat N/m
Aw nX F
gram Δm X0) F=
al c korek
gra m cm si m.g
X0
m N
c
m
1. 0
2. 10
3. 20
4. 30
5. 40
6. 50
7. 60
8. 70
9. 80
10. 90
11. 10
0
g = 9,81 m/s2

Gambar 13 Hasil Grafik Percobaan P1


E. Hasil Praktikum

1. Ulangan Ke-1
Massa  X (m)
X0 (m) Xi (m) F (N) K (N/m)
(gram)
0 0.065 - - - -
10 0.065 0.075 0.01 0.095 9.5
20 0.065 0.085 0.02 0,185 9.25
30 0.065 0.095 0.03 0.280 9.3
40 0.065 0.11 0.04 0.380 9.5
50 0.065 0.12 0.05 0.47 9.4

2. Ulangan Ke-2
Massa  X (m)
X0 (m) Xi (m) F (N) K (N/m)
(gram)
0 0.065 - - - -
10 0.065 0.075 0.01 0.095 9.5
20 0.065 0.085 0.02 0,19 9.5
30 0.065 0.095 0.03 0.285 9.5
40 0.065 0.11 0.04 0.380 9.5
50 0.065 0.12 0.05 0.475 9.5

3. Perhitungan Konstanta Nilai Pegas


Massa k (N/m)
ki (N/m) ki2 (N/m)2
(gram) Ulangan I Ulangan II
0 - - - -
10 9.5 9.5 9.5 90.25
20 9.25 9.5 9.375 87.89
30 9.3 9.5 9.4 88.36
40 9.5 9.5 9.5 90.25
50 9.4 9.5 9.45 89.30
Jumlah  ki = 47.23  (ki)2 = 446,05

4. Perhitungan Percepatan Gravitasi g (m/s2) dengan 1 Massa


Ulangan Massa k  x
k (N/m)  X (m) g g2
ke- (gr) m
1 50 9,4 0,05 9,4 88,36
2 50 9,5 0,05 9,5 90,25
Jumlah  gi = 18,9  (gi)2 = 178,61

5. Pertanyaan
1) Bagaimana hubungan antara besarnya gaya dengan pertambahan
panjang pegas? Jelaskan dengan grafik!
2) Bagaimana cara mendapatkan nilai percepatan gravitasi dengan
percobaan ini? Apakah nilai percepatan gravitasi yang anda dapatkan
sudah sesuai dengan teori yang ada (g= 9,81 m/s2)? Jelaskan!
3) Bagaimana dengan nilai ketetapan pegas, apabila ada 2 pegas atau
lebih dengan nilai k yang berbeda-beda yang dipasang secara seri?
4) Bagaimana dengan nilai ketetapan pegas, apabila ada 2 pegas atau
lebih dengan nilai k yang berbeda-beda yang dipasang secara
paralel?
5) Apa saja faktor yang mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran
yang anda kerjakan?
Jawaban:
1. Besar gaya dan pertambahan panjang pegas berhubungan berbanding
lurus. Semakin besar gaya maka pertambahan panjang semakin besar
pula.

2. Nilai gravitasi didapat dari F=m.g maka F=k.  x. Sebagai contoh: k =

9,5, x =0,1 maka F=k. x , F= 9,5 x 0,1 = 0,95N. Diketahui massa nya
adalah 0,01 kg. Maka untuk rumusnya adalah F=m.g. Karena kita
mencari nilai g nya, maka g= F/m, g= 0,95/0,01 = 9,5 m/s2.
Berdasarkan teori, nilai g nya adalah 9,81 m/s2, sedangkan hasil nilai g
rata-rata adalah 9,45 m/s2. Untuk mencari kecocokan antara teori dan
hasil perhitungan, maka perlu dihitung %error nya. Adapun cara untuk
mencarinya adalah selisih antara nilai teori dengan nilai hasil
perhitungan, kemudian dibagi nilai teori dan dikali dengan 100%. Maka

9,81  9,45
100%  3,669
didapat 9,81 . Nilai error yang didapat adalah
3,669. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai error yang didapat kurang
dari 5% dan bisa masuk spesifikasi nilai gravitasi sesuai dengan teori.
3. Pada pegas seri:
Maka k total= k1 + k2

4. Pada pegas paralel:


1 1 1
 
Maka k total= ktotal k1 K 2

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketelitian pada perhitungan ini


adalah pengetahuan seorang praktikan terhadap praktikum yang
dikerjakan, kehati-hatian kerja seorang praktikum, dan perhitungan hasil
praktikum yang sudah dilakukan.
F. Perhitungan
1. Perhitungan Nilai Konstanta Pegas
 Rata-rata konstanta pegas:
 ki 47,23
k   9,446
n 5
 Standar Deviasi:

(ki ) 2  n(k ) 2 446,05  5(9,446) 2


k    0,112
(n  1) 4

 Nilai Konstanta Pegas:


k  k  k
k = 9,446 + 0,112 = 9,56 (batas atas)
k = 9,446 - 0,112 = 9,33 (batas bawah)
2. Perhitungan Percepatan Gravitasi g (m/s2) dengan 1 Massa
 Rata-rata konstanta pegas:
 gi 18,9
g   9,45
n 2
 Standar Deviasi:

( gi ) 2  n( g ) 2 178,61  2(9,45) 2
g    0,071
(n  1) (2  1)

 Nilai Percepatan Gravitasi g (m/s2):


g  g  g
g = 9,45 + 0,071 = 9,521 m/s2 (batas atas)
g = 9,45 - 0,071 = 9,379 m/s2 (batas bawah)
G. Tugas Pendahuluan
1) Bagaimana bunyi Hukum Gravitasi Newton?
2) Apa bedanya massa gravitasi dengan massa kelembaman?
3) Apa satuan gaya dalam system mks dan cgs?
4) Apakah percepatan sebuah benda yang jatuh bebas itu bergantung pada
berat benda?
5) Apa bedanya massa dan berat? Jika gaya gravitasi bekerja pada semua
benda dan sebanding dengan massanya, mengapa benda yang lebih berat
jatuhnya tidak lebih cepat dari benda yang ringan dan kapan berat badan
Anda bernilai nol?
6) Besar manakah, gaya tarik bumi terhadap 1 kg besi atau gaya tarik 1 kg
besi terhadap bumi? Jelaskan !
7) Berapa Newton berat orang yang mempunyai massa 50 kg di puncak
gunung dekat katulistiwa dimana g = 9,76 m/s2 ? Berapa berat orang
tersebut di permukaan laut pada garis lintang 400 dimana g = 9,8 m/s2 ?
8) Sebuah benda massa 45 kg terletak pada bidang miring licin sempurna
yang membuat sudut 300 dengan bidang horizontal. Berapa besar gaya yang
harus bekerja kepada benda itu sejajar dengan bidang miring supaya dapat
meluncur ke bawah dengan percepatan 2,4 m/s ?
9) Sebuah benda yang massanya 50 kg meluncur ke bawah pada bidang
miring licin tanpa gesekan yang membuat sudut 60o dengan bidang
horizontal. Berapa gaya yang mempercepat benda itu? Berapa lama waktu
yang diperlukan untuk menempuh jarak 6 m yang pertama? Berapa lama
waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak 6 m berikutnya?
10) Sebuah balok yang massanya 2 kg diikatkan pada seutas tali yang
dihubungkan pada katrol bebas gesekan terletak pada bidang miring 30o
licin sempurna. Pada ujung tali yang lain, tergantung bebas balok bermassa 1
kg. Berapa gaya tegangan tali yang terjadi?

Jawab:
1. Bunyi hukum gravitasi newton adalah setiap partikel di alam semesta ini
akan mengalami gaya tarik satu dengan yang lain. besar gaya tarik-menarik
ini berbanding lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya.
2. Massa gravitasi adalah gaya tarik menarik yang terjadi antara semua
partikel yang mempunyai massa di semua alam semesta, sedangkan massa
kelembaman cenderung ke semua benda fisik untuk menolak perubahan
terhadap keadaan geraknya.
3. Satuan gaya dalam sistem dinamis besar ( mks ) adalah newton. Dalam
sistem dinamis kecil ( cgs ) adalah dine, dimana 1 newton = 105 dine. Dalam
sistem dinamis Inggris satuan gaya adalah poundall (pdl ) Dalam sistem
dinamis gaya adalah besaran turunan atau jabaran.

4. Iya, jika benda ringan maka kemungkinan besar nya benda akan jatuh
dengan cepat dan sebaliknya, jika benda berat kemungkinan besar benda
akan jatuh dengan lama tergantung dengan massa benda tersebut.

5. Massa menunjukkan jumlah materi di dalam suatu materi, sementara berat


mengukur gaya yang diakibatkan oleh pengaruh gravitasi terhadap massa.
Itulah sebabnya rumus untuk menghitung berat adalah berat (W) = massa (m)
x gravitasi (g). Helmenstine menjelaskan lebih lanjut bahwa massa tidak akan
pernah berubah, sementara berat bisa berubah tergantung besarnya percepatan
gravitasi di tempat tersebut. Gravitasi di Bulan, misalnya, hanya 0,165
gravitasi Bumi sehingga sebuah benda yang massanya 10 kilogram di Bumi
akan tetap 10 kilogram di Bulan, tetapi beratnya berubah dari 98 Newton di
Bumi menjadi 16,17 Newton di Bulan. Adapun berat badan kita bernilai 0
adalah ketika kita berada di bulan. Karena bisa kita lihat, bahwa seorang
astronot akan melayang ketika berada diluar angkasa, terlebih ketika berada
dibulan.

6. Lebih besar gaya tarik bumi terhadap 1 kg besi dibandingkan gaya tarik 1
kg besi terhadap bumi, karena gaya tarik bumi yang bekerja antara dua benda
sebanding dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak kedua benda. Gravitasi bumi merupakan salah satu ciri
bumi, yaitu benda-benda ditarik ke arah pusat bumi. Gaya tarik bumi terhadap
benda-benda ini dinamakan gaya gravitasi bumi. Besar gaya tarik-menarik ini
berbanding lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antara keduanya.

7. Diketahui: m= 50kg, g diatas gunung= 9,76 m/s 2, g permukaan laut= 9,8


m/s2. Ditanya: W ?

Jawab:
b. m= 50 kg, g= 9,76 m/s2 a. m= 50 kg, g= 9,8 m/s2, w ?

W= m.g W= m.g

W= (50 x 9,76) kg.m/s2 W= (50 x 9,8) kg.m/s2

w= 488 N W= 490 N

8. Dik: m = 45 kg

Sudut bidang miring = 300o

a = 2,4 m/s2

Dit: F?

Jawab:

 F  m.a
F  m.g. sin   m.a
F  45.10. sin 300  45.2,4
1
F  45.10.  108
2
F  45.5  108
 225
F Jadi,  108
F=177 N berlawanan dengan arah gerak benda (ditarik).

9.  108
FDik: m=50225
kg Dit: F ?
F  177 N Sudut 60o t 6m awal ?
s= 6 m t 6m kedua
?
Jawab:
 F  m.a F
a
m.g . sin   m.a m
50.10. sin 60  50.a 250 3
a
3 50
500.  50a
2 a  5 3m / s 2
250 3  50a
Untuk a atau percepatan yang
Jadi, gaya yang bekerja adalah 2
terjadi adalah sebesar 5 3m / s .
250 3 N

1 2 Vt 2 V 02a.s
s V 0t  at
2
Vt 2  0  2.5 3.6
1
6  0  .5 3.t 2 Vt 2  60 3
2
12  5 3.t 2 Vt  60 3  10,19m / s
12 5 3 60 3 4 Jadi, untuk V0t t 6m kedua ini
t2     3
5 3 5 3 25.3 5 adalah 10,19 m/s
4
t 3  1,386 s
5
Jadi, untuk t 6 m awal itu adalah 1,386 s

t 6 m kedua:
1
s V 0t  a.t 2
2
1
6  10,19.t  5 3.t 2
2
5
6  10,19  3t 2
2
(rumus ABC pers. kuadrat)
t1 = 20,96 s
t2 = 0,57 s, inilah t 6 m kedua.
Dik: m= 2 kg Dit: T ?
10.
Sudut 30o
Diujung tali lain 1 kg balok
Jawab:
a. Kasus pada bidang miring:
 F  m.a
m.g . sin   T  m.a
2.10. sin 30  T  2.a
1
2.10.  T  2a
2
10  T  2a
10  T
a .........1
2
b. Kasus tergantung beban:
 F  m.a
m.g  T  m.a
1.10  T  1a
10  T  a..........2

Persamaan 1 dan 2
10  T
 10  T
2
10  T  20  2T
 T  2T  20  10
T  10 N

H. Analisa

Pada dunia industri, hukum hooke sangat diperlukan terutama pada


alat yang membutuhkan pegas. Hal ini diperlukan untuk menghitung dan
menentukan kekuatan pegas yang diperlukan untuk suatu beban tertentu. Jika
terjadi kesalahan pada konstanta pegas yang diperlukan maka pegas tidak bekerja
dengan baik. Materi mengenai hukum hooke ini bisa lebih jelas dipahami dengan
adanya praktikum ini. Disini kita akan melihat dan mengamati perbedaan pegas
yang diberi massa pada ujungnya dengan yang tidak diberi massa pada ujung
pegas tersebut. Diperoleh dari hasil praktikum bahwa panjang mula-mula suatu
pegas adalah sepanjang 0.065 m. Kemudian dalam praktikum ini, kami menguji
kekuatan elastisitas pegas dengan menambah beban pada ujung nya. Disini kami
menggunakan beban 10,20,30,40 dan 50 gram. Tentunya pegas itu akan
memanjang dengan ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan massa yang
diterimanya.

Praktikum ini kami lakukan dengan 2 kali pengulangan agar bisa


dibandingkan hasil nya dan juga agar bisa dilihat ketelitian suatu praktikum ini.
Pada percobaan pertama, ketika ujung pegas ditambahkan massa sebesar 10 gram,
panjang pegas berubah dari panjang mula-mula sebesar 0,065 m menjadi 0,075 m
dan menghasilkan gaya sebesar 0,095 N. Bisa dilihat bahwa dengan penambahan
massa sebesar 10 gram, pegas mengalami elastisitas sebesar 0,01 m. Kemudian
ketika ditambahkan massa sebesar 20 gram, panjang pegas berubah menjadi 0,085
m dan menghasilkan gaya sebesar 0,185 N. Ketika ditambahkan massa sebesar 30
gram, panjang pegas menjadi 0,095 m dan menghasilkan gaya sebesar 0,280 N.
Jika ditambahkan massa sebesar 40 gram, panjang pegas berubah menjadi 0,11 m
dan menghasilkan gaya sebesar 0,380 N. Jika ditambahkan massa sebesar 50
gram, panjang pegas menjadi 0,12 m dan menghasilkan gaya sebesar 0,470 N.
Bisa dilihat pada hasil percobaan pertama, bahwa penambahan massa yang
diberikan kepada pegas sebesar 10 gram, maka panjang pegas tersebut bertambah
0,01 m. Adapun untuk gaya yang dihasilkan dari percobaan ini berbentuk naik
jika digambarkan dengan kurva. Semakin besar massa yang diberikan, maka
pertambahan panjang pegas pun semakin besar dan gaya yang dihasilkan pun akan
semakin besar. Begitupun tidak jauh beda dengan percobaan kedua yang
dilakukan.
Adapun untuk konstanta pegas dipengaruhi oleh pertambahan
panjang pegas dan besarnya gaya. Konstanta yang nilainya semakin besar seiring
dengan pertambahan massa benda yang dibebankan pada pegas. Akan tetapi pada
hasil konstanta yang kami hitung itu tidak sesuai dengan teori karena nilai
konstanta yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang dijelaskan pada teori. Hal
ini kemungkinan terjadi karena kesalahan pada saat mengukur panjang pegas
dengan menggunakan penggaris, dikarenakan garis-garisnya terlalu kecil dan
membutuhkan ketelitian yang lebih. Sehingga dari kesalahan ini bisa
mempengaruhi hasil nilai konstanta yang dihitung. Keseimbangan pegas,
ketelitian saat melakukan pengukuran, maupun saat menganalisis data juga dapat
berpengaruh besar terhadap nilai konstanta. Begitupun dengan nilai hasil
konstansa pegas pada percobaan kedua yang tetap pada nilai 9,5 N/m dan tidak
mengalami kenaikan apa yang sudah dijelaskan pada teori diatas.

Untuk pengamatan gravitasi pada percobaan kali ini, diperoleh nilai


hasil gravitasi sebesar 9,4 m/s2 pada percobaan pertama dengan massa sebesar 50
gram dan gravitasi sebesar 9,5 m/s2 pada percobaan kedua dengan massa yang
sama. Nilai gravitasi yang diuji sama dengan nilai konstanta pegas ketika diberi
beban yang mempunyai massa 50 gram. Hal ini membuktikan bahwa gravitasi
sama dengan konstanta pegas. Karena ketika pegas diberi beban sebesar 50 gram
pada ujungnya, maka pegas itu akan merenggang dan memanjang sehingga
menghasilkan nilai konstanta pegas. Tentunya benda yang dipasang pada ujung
pegas itu jatuh ke bawah dan pegas itupun merenggang dan memanjang, hal ini
terjadi karena adanya gaya gravitasi disana.

I. Penutup

a. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang sudah diuji, kami bisa menarik


kesimpulan bahwa:

1. Gaya pada pegas dan pertambahan panjang pegas berbanding lurus. 


2. Semakin tinggi nilai pertambahan panjang pegas, maka semakin besar
gaya yang bekerja. 

b. Saran

Dilihat dari percobaan “Hukum Hooke” yang dilakukan,


praktikkan mempunyai saran agar untuk praktikkan selanjutnya bisa
untuk memahami dan mengerti teori dengan baik dan bisa melakukan
praktikum dengan teliti sehingga bisa mendapatkan hasil praktikum
yang sesuai dengan teori dan meminimalisir kesalahan yang terjadi.

J. Daftar Pustaka

 Aip Saripudin, dkk. (2009). Praktis Belajar Fisika untuk Kelas XII
Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
 Atanackovic, Teodor M.; Guran, Ardéshir (2000). "Hooke's law". Theory
of elasticity for scientists and engineers. Boston, Mass.: Birkhäuser.
hlm. 85. ISBN 978-0-8176-4072-9.
 Young & Freedman. (2002). Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai