HUKUM HOOKE
A. Tujuan Percobaan
2) Force sensor
3) Pegas helik
4) Support
7) Ruler
C. Dasar Teori
A. Hukum Hooke
Benda yang bergerak secara bolak-balik pada suatu titik tertentu maka
geraknya bisa disebut bergetar. Ada banyak jenis getaran, salah satunya
ditemukan pada gerak harmoni sederhana.
Contohnya adalah gerak benda saat digantungkan pada pegas dan gerak
ayunan dari bandul dengan amplitudo yang kecil. Saat benda-benda tersebut
bergerak, terdapat gaya pemulih yang bekerja dengan arah selalu menuju titik
kesetimbangan dari benda.
Semua benda yang bersifat elastis memiliki gaya tersebut. Gaya pemulih
merupakan gaya yang muncul untuk menarik kembali sebuah benda yang
melekat pada benda elastis. Hal ini terjadi juga pada pegas.
Sifat elastis pada pegas membuatnya mampu kembali berada pada kondisi
setimbang seperti semula saat gaya regang atau gaya tekan yang diberikan telah
dihilangkan. Hal ini akan terjadi jika ada gaya pemulih.
Ilmuwan yang pertama kali melakukan uji coba adalah Robert Hooke.
Berdasarkan hasil percobaannya, dapat disimpulkan bahwa sifat elastis pegas
terbatas. Besarnya gaya pegas sebanding dengan pertambahan panjang dari
pegas tersebut.
Suatu pegas jika ditarik menggunakan gaya tertentu pada daerah yang masih
dalam batas kelentingannya, maka akan bertambah panjang yang dinyatakan
dalam ∆x.
Aplikasinya di dalam kehidupan sehari-hari antara lain pada spring bed dan
shockbreaker pada kendaraan. Adanya pegas pada spring bed memberikan
kenyamanan saat digunakan untuk tidur (Saripudin dkk, 2009)
Selain itu, juga dijumpai pada beberapa benda seperti mikroskop, teleskop,
alat untuk mengukur percepatan gravitasi bumi, jam yang dilengkapi peer untuk
mengatur waktu, ayunan pegas, kronometer, sambungan pada tongkat
persneling di berbagai jenis kendaraan dan lain-lain.
Bunyi dari hukum Hooke adalah: “Pertambahan dari panjang pegas akan
sebanding dengan gaya tarik yang mengenai pegas sebelum melewati batas
elastisitas pegas.” Ada pun persamaannya seperti berikut ini:
F=k.x
Keterangan:
Konstanta pegas nilainya dapat berubah jika pegas disusun membentuk suatu
rangkaian. Hal ini penting untuk diketahui jika ingin memperoleh nilai konstanta
pegas dengan tujuan tertentu. Contohnya saat merancang pegas untuk
diaplikasikan pada shockbreaker (Saripudin dkk, 2009).
B. Modulus Elastisitas
Di dalam hukum Hooke juga dikenal istilah modulus elastisitas atau lebih
dikenal sebagai modulus Young. Modulus elastisitas menggambarkan
perbandingan regangan dengan tegangan yang dialami oleh suatu bahan.
E=σ/e
Keterangan:
e = regangan
σ = F/A
Keterangan:
F = gaya (N)
e = ∆L / Lo
Keterangan:
e = regangan
(Bitar, 2020)
Pada susunan paralel, jika pegas ditarik menggunakan gaya F maka setiap
pegas akan mendapat gaya tarik F1 dan F2. Menurut hukum Hooke, konstanta
pegas totalnya adalah seperti di bawah ini:
Ftotal = F1 + F2
Ftotal = ∆x (k1 + k2)
Ftotal /∆x = k1 + k2
D. Prosedur Kerja
10) Ukur panjang pegas tanpa beban menggunakan mistar pada posisi ujung sampai
ujung pegas dan catat nilainya sebagai panjang awal pegas dianggap sebagai X0;
11) Pada layar VTT / Syneo tempatkan force sensor sebagai ordinat (sumbu Y) dan
hand manual pada absis (sumbu X);
12) Klik force sensor pada layar VTT / Syneo dengan memberi satuan N;
13) Klik hand manual pada layar VTT / Syneo dengan memberi satuan panjang x
dalam cm;
14) Tekan start pada nilai F = 0 N, ketik 0 cm pada absis. Klik ok next;
15) Gantungkan sebuah beban (m1) dengan massa 10 g sebagai beban awal pada
pegas, catat panjang pegas akibat penambahan beban tersebut;
16) Setelah pegas diam catat posisi ujung pegas pada mistar sehingga diperoleh X1
dan m1;
17) Ulangi langkah 13 dan 14 dengan menambah beban pada pegas sehingga
diperoleh X2 dan m2 dan seterusnya hingga penambahan beban 100 gram;
18) Penambahkan beban secara bertahap pada pegas mulai dari 10 gram hingga 100
gram (penambahan beban setiap 10 gram). Catat perubahan x pada absis sebelum
ok next seperti dalam tabel di bawah ini;
19) Inputkan hasil pengamatan pada Tabel 1;
22) Selesai, tekan stop pada VTT / Syneo. Lihat tampilan grafiknya kemudian cetak
report dari VTT / Syneo;
23) Laporkan pada dosen/instruktur/asisten laboratorium untuk melihat hasil
percobaan;
24) Hasil percobaan ini bila berhasil akan mendapatkan grafik seperti Gambar 13.
Tabel 1 Percobaan P1
1. Ulangan Ke-1
Massa X (m)
X0 (m) Xi (m) F (N) K (N/m)
(gram)
0 0.065 - - - -
10 0.065 0.075 0.01 0.095 9.5
20 0.065 0.085 0.02 0,185 9.25
30 0.065 0.095 0.03 0.280 9.3
40 0.065 0.11 0.04 0.380 9.5
50 0.065 0.12 0.05 0.47 9.4
2. Ulangan Ke-2
Massa X (m)
X0 (m) Xi (m) F (N) K (N/m)
(gram)
0 0.065 - - - -
10 0.065 0.075 0.01 0.095 9.5
20 0.065 0.085 0.02 0,19 9.5
30 0.065 0.095 0.03 0.285 9.5
40 0.065 0.11 0.04 0.380 9.5
50 0.065 0.12 0.05 0.475 9.5
5. Pertanyaan
1) Bagaimana hubungan antara besarnya gaya dengan pertambahan
panjang pegas? Jelaskan dengan grafik!
2) Bagaimana cara mendapatkan nilai percepatan gravitasi dengan
percobaan ini? Apakah nilai percepatan gravitasi yang anda dapatkan
sudah sesuai dengan teori yang ada (g= 9,81 m/s2)? Jelaskan!
3) Bagaimana dengan nilai ketetapan pegas, apabila ada 2 pegas atau
lebih dengan nilai k yang berbeda-beda yang dipasang secara seri?
4) Bagaimana dengan nilai ketetapan pegas, apabila ada 2 pegas atau
lebih dengan nilai k yang berbeda-beda yang dipasang secara
paralel?
5) Apa saja faktor yang mempengaruhi ketelitian hasil pengukuran
yang anda kerjakan?
Jawaban:
1. Besar gaya dan pertambahan panjang pegas berhubungan berbanding
lurus. Semakin besar gaya maka pertambahan panjang semakin besar
pula.
9,5, x =0,1 maka F=k. x , F= 9,5 x 0,1 = 0,95N. Diketahui massa nya
adalah 0,01 kg. Maka untuk rumusnya adalah F=m.g. Karena kita
mencari nilai g nya, maka g= F/m, g= 0,95/0,01 = 9,5 m/s2.
Berdasarkan teori, nilai g nya adalah 9,81 m/s2, sedangkan hasil nilai g
rata-rata adalah 9,45 m/s2. Untuk mencari kecocokan antara teori dan
hasil perhitungan, maka perlu dihitung %error nya. Adapun cara untuk
mencarinya adalah selisih antara nilai teori dengan nilai hasil
perhitungan, kemudian dibagi nilai teori dan dikali dengan 100%. Maka
9,81 9,45
100% 3,669
didapat 9,81 . Nilai error yang didapat adalah
3,669. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai error yang didapat kurang
dari 5% dan bisa masuk spesifikasi nilai gravitasi sesuai dengan teori.
3. Pada pegas seri:
Maka k total= k1 + k2
( gi ) 2 n( g ) 2 178,61 2(9,45) 2
g 0,071
(n 1) (2 1)
Jawab:
1. Bunyi hukum gravitasi newton adalah setiap partikel di alam semesta ini
akan mengalami gaya tarik satu dengan yang lain. besar gaya tarik-menarik
ini berbanding lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya.
2. Massa gravitasi adalah gaya tarik menarik yang terjadi antara semua
partikel yang mempunyai massa di semua alam semesta, sedangkan massa
kelembaman cenderung ke semua benda fisik untuk menolak perubahan
terhadap keadaan geraknya.
3. Satuan gaya dalam sistem dinamis besar ( mks ) adalah newton. Dalam
sistem dinamis kecil ( cgs ) adalah dine, dimana 1 newton = 105 dine. Dalam
sistem dinamis Inggris satuan gaya adalah poundall (pdl ) Dalam sistem
dinamis gaya adalah besaran turunan atau jabaran.
4. Iya, jika benda ringan maka kemungkinan besar nya benda akan jatuh
dengan cepat dan sebaliknya, jika benda berat kemungkinan besar benda
akan jatuh dengan lama tergantung dengan massa benda tersebut.
6. Lebih besar gaya tarik bumi terhadap 1 kg besi dibandingkan gaya tarik 1
kg besi terhadap bumi, karena gaya tarik bumi yang bekerja antara dua benda
sebanding dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak kedua benda. Gravitasi bumi merupakan salah satu ciri
bumi, yaitu benda-benda ditarik ke arah pusat bumi. Gaya tarik bumi terhadap
benda-benda ini dinamakan gaya gravitasi bumi. Besar gaya tarik-menarik ini
berbanding lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik
dengan kuadrat jarak antara keduanya.
Jawab:
b. m= 50 kg, g= 9,76 m/s2 a. m= 50 kg, g= 9,8 m/s2, w ?
W= m.g W= m.g
w= 488 N W= 490 N
8. Dik: m = 45 kg
a = 2,4 m/s2
Dit: F?
Jawab:
F m.a
F m.g. sin m.a
F 45.10. sin 300 45.2,4
1
F 45.10. 108
2
F 45.5 108
225
F Jadi, 108
F=177 N berlawanan dengan arah gerak benda (ditarik).
9. 108
FDik: m=50225
kg Dit: F ?
F 177 N Sudut 60o t 6m awal ?
s= 6 m t 6m kedua
?
Jawab:
F m.a F
a
m.g . sin m.a m
50.10. sin 60 50.a 250 3
a
3 50
500. 50a
2 a 5 3m / s 2
250 3 50a
Untuk a atau percepatan yang
Jadi, gaya yang bekerja adalah 2
terjadi adalah sebesar 5 3m / s .
250 3 N
1 2 Vt 2 V 02a.s
s V 0t at
2
Vt 2 0 2.5 3.6
1
6 0 .5 3.t 2 Vt 2 60 3
2
12 5 3.t 2 Vt 60 3 10,19m / s
12 5 3 60 3 4 Jadi, untuk V0t t 6m kedua ini
t2 3
5 3 5 3 25.3 5 adalah 10,19 m/s
4
t 3 1,386 s
5
Jadi, untuk t 6 m awal itu adalah 1,386 s
t 6 m kedua:
1
s V 0t a.t 2
2
1
6 10,19.t 5 3.t 2
2
5
6 10,19 3t 2
2
(rumus ABC pers. kuadrat)
t1 = 20,96 s
t2 = 0,57 s, inilah t 6 m kedua.
Dik: m= 2 kg Dit: T ?
10.
Sudut 30o
Diujung tali lain 1 kg balok
Jawab:
a. Kasus pada bidang miring:
F m.a
m.g . sin T m.a
2.10. sin 30 T 2.a
1
2.10. T 2a
2
10 T 2a
10 T
a .........1
2
b. Kasus tergantung beban:
F m.a
m.g T m.a
1.10 T 1a
10 T a..........2
Persamaan 1 dan 2
10 T
10 T
2
10 T 20 2T
T 2T 20 10
T 10 N
H. Analisa
I. Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
J. Daftar Pustaka
Aip Saripudin, dkk. (2009). Praktis Belajar Fisika untuk Kelas XII
Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah Program Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional.
Atanackovic, Teodor M.; Guran, Ardéshir (2000). "Hooke's law". Theory
of elasticity for scientists and engineers. Boston, Mass.: Birkhäuser.
hlm. 85. ISBN 978-0-8176-4072-9.
Young & Freedman. (2002). Fisika Universitas Edisi Kesepuluh Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.