Anda di halaman 1dari 16

ARGENTOMETRI

I. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1. Mahasiswa dapat melakukan dan paham tentang Standarisasi larutan
AgNO3 0,1 N dengan NaCl.
2. Mahasiswa dapat melakukan dan paham tentang analisa kandungan
klorida dalam air.

II. KESELAMATAN KERJA


1. Hati – hati saat bekerja dengan larutan kimia.
2. Perhatikan Material Safety Data Sheet (MSDS) dari tiap bahan yang
digunakan dalam praktikum ini.
3. Limbah cair sisa percobaan dibuang ke dalam wadah buangan limbah
cair, tidak diperkenankan membuang limbah ke dalam wastafel.
4. Limbah padat dikumpulkan dan dibuang ke wadah buangan limbah
padat.
5. Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.
6. Bila dalam percobaan timbul gas yang mengganggu pernapasan, maka
pekerjaan harus dilakukan dalam lemari asam.
7. Saat memanaskan bahan kimia dalam tabung reaksi, mulut tabung
harus
diarahkan ke tempat yang tidak ada orangnya.
8. Bila anggota tubuh terkena larutan AgNO3 segera cuci dengan air,
supaya tidak timbul bercak hitam.

III. DASAR TEORI

Reaksi pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu
keadaan tertentu. Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang ditentukan
dalam larutan, maka kesimpulan yang lebih umum mengenai pengendapan
dasar larutan adalah:
1. Pengendapan terjadi jika Q > Ksp

2. Pengendapan tak terjadi jika Q < Ksp

3. Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp (Petrucci, 1989; 104)

Pada titrasi argentometri, endapan perak klorida (AgCl) yang


terbentuk dari larutan perak nitrat dan natrium klorida dapat digunakan
dalam menentukan titik akhir dalam titrasi volumetri. Titik akhir tersebut
ditandai dengan habisnya semua klorida diendapkan menjadi perak
klorida. Reaksi tersebut merupakan reaksi penetapan kadar secara
volumetri, penetapan kadar dari suatu obat yang mengandung natrium
bromida atau kalium iodida dapat dilakukan dengan argentometri dan juga
dapat dilakukan untuk penetapan kadar ion-ion halida. (Abdul Rahman.
2007)

Argentometri merupakan titrasi pengandapan sampel yang dianalisis


dengan menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam
titrasi ini adalah ion halida (Cl-, Br-, I-). Salah satu cara untuk menentukan
kadar asam-basa dalam suatu larutan adalah dengan volumetri (titrasi).
Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam
larutannya didasarkan pada pengukuran volumenya. Kelarutan endapan,
banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kuantitatif
melibatkan pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan
diri sebagai suatu fase padat keluar dari larutan. Endapan mungkin berupa
kristal atau koloid, dan dapat dikeluarkan dari larutan dengan penyaringan
atau pemusingan (centrifuge). Endapan terbentuk jika larutan menjadi
terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan
menurut definisi adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan
jenuhnya. (Khopkar. 2008)

Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang


berarti perak. Jadi, argentometri merupakan salah satu cara untuk
menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi
berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+ (Underwood. 2002)

Titik akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya endapan putih yang


permanen. Salah satu kesulitan dalam menentukan titik akhir ini terletak
pada fakta dimana perak sianida yang Berdasarkan pada jenis reaksinya,
volumetri dibedakan atas :

1. Asidimetri dan alkalimetri Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi


netralisasi asam-basa

2. Oksidimetri Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi oksidasi-reduksi.

3. Argentometri Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi kresipilasi


(pengendapan dari ion Ag+).

diendapkan oleh adanya kelebihan ion perak, yang agak lebih awal
dari titik ekuivalen, sangat lambat larut kembali dan titrasi ini
menggunakan waktu yang lama. Kelemahan dari titrasi pengendapan,
antara lain :

1. Jumlah metode tidak sebanyak titrasi asam-basa atau titrasi


reduksioksidasi (redoks)

2. Kesulitan mencari indikator yang sesuai

3. Komposisi endapan seringkali tidak diketahui pasti terutama jika ada efek
kopresipitasi.

Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam


lingkungan dimana masih ada kelebihan ion X- disbanding Ag+, maka
endapan menyerap ion-ion X- sehingga butiran-butiran koloid menjadi
bermuatan negatif. Karena muatan FI- juga negatif, maka FI- tidak dapat
ditarik atau diserap oleh butiran-butiran koloid tersebut. Makin lanjut
titrasi dilakukan, makin kurang kelebihan ion X-, menjelang titik
ekuivalen, ion X yang terserap endapan akan lepas kembali karena
bereaksi dengan titran yang ditambah pada saat itu., sehingga muatan
koloid makin berkurang negatif. Setetes titran kemudian menyebabkan
kelebihan Ag+. Ion-ion Ag+ ini diserap oleh koloid yang menyebabkan
warna endapan berubah mendadak menjadi merah muda. Pada waktu
bersamaan sering juga terjadi penggumpalan koloid, maka larutan yang
tadinya berwarna keruh juga menjadi jernih atau lebih jernih. Fluoresein
sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam
titrasi ini diketahui berdasarkan tiga macam perubahan, yakni : 1. Endapan
yang semula putih menjadi merah muda dan endapan kelihatan
menggumpal 2. Larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih. 3.
Larutan yang semula kuning hijau hampir-hampir tidak berwarna lagi.
(Harjadi, W. 1990: 180) Titrasi argentometri adalah titrasi dengan
menggunakan perak nitrat sebagai titran diman akan terbentuk

garam perak yang sukar larut. Jika larutan perak nitrat ditambahkan
pada larutan kalium sianida maka mulamula akan terbentuk endapan putih
dan pada pengadukan akan larut membentuk larutan kompleks yang stabil.
AgNO3 + 2KCN K[Ag(CN)2] + KNO3. Jika reaksi telah sempurna maka
reaksi akan berlangsung lebih lanjut membentuk senyawa kompleks yang
tidak larut. Ag+ + [Ag(CN)2] Ag [Ag(CN)2] (Svehla. 1985: 216)

Dalam menentukan titik akhir titrasi, ada beberapa metode yang dapat
digunakan, diantaranya yaitu : a. Metode Mohr Metode ini dapat
digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana
netral, dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan
kalium kromat sebagai indikator. b. Metode Volhard Metode ini didasari
oleh pengendapan dari perak tiosianat dalam larutan asam nitrit, dengan
ion besi (III) dipergunakan untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat.
Titrasi Volhard ini dilakukan dalam suasana asam. c. Metode fajans Pada
metode ini, digunakan indikator adsorbsi, yang mana pada titik ekuivalen
indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator ini tidak memberikan
perubahan warna pada larutan, tetapi pada permukaan endapan. d. Metode
Liebig Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan
indikator, tetapi dengan terjadi kekeruhan. Ketika larutan AgNO3
ditambahkan pada larutan alkali sianida akan terbentuk endapan putih,
tetapi pada penggolongan akan larut kembali karena terbentuk kompleks
sianida yang stabil dan larut. (Alexayev. 1969: 406-410)

Dalam titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak


mudah larut dalam antara titran dan analit. Sebagai contoh titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl-
dari analit membentuk garam yang mudah larut AgCl. (AgNO3) (aq) +
NaCl (aq) AgCl. Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka
kelebihan ion perak akan bereaksi dengan indikator. Indikator yang
dipakai biasanya adalah ion kromat (CrO42+) dimana dengan indikator ini
ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga
titik akhir titrasi dapat diamati. Indikator lain yang biasa dipakai adalah
tiosianida, dan indikator adsorbsi. Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang
zat berpendar fluor, titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari
kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan, tampak endapan berwarna,
sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsorbs indikator
pada endapan

AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorbsi pada
permukaan. (Khopkar. 1992; 65).

Reaksi yang menghasilkan endapan dapat digunakan untuk analisis


dapat dideteksi. Beberapa reaksi pengendapan berlangsung lambat dan
mengalami keadaan lewat jenuh. Tidak seperti gravimetri, titrasi
pengendapan tidak dapat menunggu sampai pengendapan berlangsung
sempurna. Hal yang penting juga adalah hasil kali kelarutan harus cukup
kecil sehingga pengendapan bersifat kuantitatif dalam batas kesalahan
eksperimen. Reaksi samping tidak boleh terjadi, demikian juga
kopresipitasi. Keterbatasan cara pemakaian ini disebabkan sedikit sekali
indikator yang sesuai. Semua jenis reaksi diklasifikasi berdasarkan tipe
indikator yang digunakan untuk melihat titik akhir. (Underwood. 1999:
429)

Titrasi-titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan tidak berjumlah


banyak dalam analisis titrimetrik seperti titrasi-titrasi yang terlibat dalam
reaksi asam-basa. Salah satu alasan terbatasnya penggunaan reaksi macam
ini adalah kurangnya indikator yang cocok. Ketika mendekati titik
ekuivalen dan titran ditambahkan secara perlahan, penjenuhan yang luar
biasa tidak terjadi dan tingkat pengendapan menjadi amat lambat.
Kesulitan lainnya adalah bahwa komposisi dari endapan pada umumnya
tidak diketahui karena efek-efek pengendapan pengiring. Meskipun efek
ini dapat di minimalisir atau sebagian ferkoreksi melalui proses-proses
seperti menyimpan pengendapan cukup lama. (Abdul Rahman. 2007: 127)

Reaksi pengendapan adalah reaksi ini dapat terjadi pada suatu


keadaan tertentu. Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang ditentukan
dalamlarutan, maka kesimpulan yang lebih umum mengenai
pengendapan dasarlarutan adalah:
1.Pengendapan terjadi jika Q > Ksp
2.Pengendapan tak terjadi jika Q < Ksp
3.Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp

Pada titrasi argentometri, endapan perak klorida (AgCl) yang terbentuk


dari larutan perak nitrat dan natrium klorida dapat digunakan
dalammenentukan titik akhir dalam titrasi volumetri. Titik akhir tersebut

ditandaidengan habisnya semua klorida diendapkan menjadi


perak klorida. Reaksitersebut merupakan reaksi penetapan kadar secara
volumetri, penetapan kadardari suatu obat yang mengandung natrium
bromida atau kalium iodida dapatdilakukan dengan argentometri dan
juga dapat dilakukan untuk penetapankadar ion-ion halide. (Abdul
Rahman, 2007)
Berdasarkan pada jenis reaksinya, volumetri dapat dibedakan atas
beberapa jenis, yaitu :
1. Asidimetri dan alkalimetriVolumetri jenis ini berdasar atas reaksi
netralisasi asam-basa
2. Oksidimetri atau Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi oksidasi-
reduksi.
3. Argentometri merupakan titrasi pengandapan sampel yang
dianalisis dengan menggunakan ion perak.
Argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang
berartiperak. Jadi, argentometri merupakan salah satu cara untuk
menentukan kadarzat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi
berdasar pembentukanendapan dengan ion Ag+ . (Underwood, 2002)

Dalam menentukan titik akhir titrasi, ada beberapa metode yang


dapatdigunakan, diantaranya yaitu :
1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar
klorida dan bromidadalam suasana netral, dengan larutan
baku perak nitrat denganpenambahan larutan kalium kromat
sebagai indikator.
2. Metode Volhard
Metode ini didasari oleh pengendapan dari perak tiosianat
dalam larutanasam nitrit, dengan ion besi (III) dipergunakan
untuk mendeteksikelebihan ion tiosianat. Titrasi Volhard ini
dilakukan dalam suasana asam.
3. Metode fajans
Pada metode ini, digunakan indikator adsorbsi, yang mana pada
titik ekuivalen indikator teradsorbsi oleh endapan. Indikator
ini tidak memberikan perubahan warna pada larutan, tetapi pada
permukaan endapan.
4. Metode Liebig
Pada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan
indikator,tetapi dengan terjadi kekeruhan. Ketika larutan
AgNO3ditambahkan padalarutan alkali sianida akan terbentuk
endapan putih, tetapi pada penggolongan akan larut kembali) karena
terbentuk kompleks sianida yangstabil dan larut. (Alexayev, 1969)
Dalam titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang
tidak mudah larut dalam antara titran dan analit. Sebagai contoh titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl-
dari analitmembentuk garam yang mudah larut AgCl.

(AgNO3)(aq) + NaCl(aq) AgCl

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion
perak akanbereaksi dengan indikator. Indikator yang dipakai biasanya
adalah ion kromat (CrO42+) dimana dengan indikator ini ion perak akan
membentuk endapanberwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir
titrasi dapat diamati.Indikator lain yang biasa dipakai adalah tiosianida,
dan indikator adsorbsi.Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang zat
berpendar fluor, titik akhirditentukan dengan berubahnya warna dari
kuning menjadi merah jingga. Jikadidiamkan, tampak endapan berwarna,
sedangkan larutan tidak berwarnadisebabkan adanya adsorbs indikator
pada endapan AgCl. Warna zat yangterbentuk dapat berubah akibat
adsorbsi pada permukaan. (Khopkar, 1992)

Reaksi yang menghasilkan endapan dapat digunakan untuk


analisisdapat dideteksi. Beberapa reaksi pengendapan berlangsung
lambat danmengalami keadaan lewat jenuh. Tidak seperti gravimetri,
titrasipengendapan tidak dapat menunggu sampai pengendapan
berlangsung sempurna. Hal yang penting juga adalah hasil kali
kelarutan harus cukupkecil sehingga pengendapan bersifat kuantitatif
dalam batas kesalahaneksperimen. Reaksi samping tidak boleh terjadi,
demikian juga kopresipitasi.Keterbatasan cara pemakaian ini disebabkan
sedikit sekali indikator yangsesuai. Semua jenis reaksi diklasifikasi
berdasarkan tipe indikator yangdigunakan untuk melihat titik akhir.
(Underwood, 1999)

Titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan tidak


berjumlahbanyak dalam analisis titrimetrik seperti titrasi-titrasi yang
terlibat dalamreaksi asam-basa. Salah satu alasan terbatasnya penggunaan
reaksi macam iniadalah kurangnya indikator yang cocok.Ketika
mendekati titik ekuivalen dan titran ditambahkan secaraperlahan,
penjenuhan yang luar biasa tidak terjadi dan tingkat pengendapanmenjadi
amat lambat. Kesulitan lainnya adalah bahwa komposisi dariendapan
pada umumnya tidak diketahui karena efek-efek
pengendapanpengiring. Meskipun efek ini dapat di minimalisir atau
sebagian ferkoreksimelalui proses-proses seperti menyimpan pengendapan
cukup lama.(Abdul Rahman, 2007)

1. Standarisasi Larutan AgNO3 0,1 N dengan NaCl.


Untuk menstandarisasi larutan AgNO3 0,1 N dengan NaCl digunakan
perhitungan sebagai berikut :
1000 G
NAgNO3 = V /v X V
X 58,5
AgNO 3

Keterangan :
 G = berat NaCl yang ditimbang (gram)
 V = volume total larutan NaCl (Ml
 v = volume larutan NaCl yang digunakan setiap
titrasi (mL)
 𝑉𝐴𝑔𝑁𝑂3= volume rata – rata larutan AgNO3 yang
digunakan untuk titrasi (Ml)

2. Analisa Kandungan Klorida dalam Air.


Untuk menghitung kandungan klorida (Cl-) dalam air digunakan
perhitungan sebagai berikut :
V AgNO 3
X N AgNO
3
X35500

Klorida = mgram /L
VA

Keterangan :

 VAgNO 3 = volume rata – rata larutan AgNO3 yang


digunakan
untuk titrasi (mL)
 NAgNO 3 = normalitas larutan AgNO3 yang
digunakan untuk
titrasi
 V A = volume contoh air yang dititrasi (mL)

IV. Peralatan yang Digunakan


Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
 Pipet volumetrik, kapasitas 10 Ml
 Labu takar, kapasitas 100 dan 200 atau 250 mL
 Gelas beaker, kapasitas 100 mL
 Buret, kapasitas 50 mL
 Erlenmeyer, kapasitas 100 mL
 Timbangan analitik

V. Bahan yang Digunakan


Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
 Larutan AgNO3 0,1 N
 Na-klorida, NaCl
 Larutan indikator K2CrO4 5 %

VI. PROSEDUR PERCOBAAN


a. Standarisasi larutan AgNO3 0,1 N dengan N aCl

Ke dalam gelas beaker timbang sekitar 0,58 – 0,59 gram NaCl


dengan kemurnian 99,90 – 100 % (yang sudah dipanaskan dalam
oven bertemperatur 250 – 3500C selama 2 - 3 jam dan sudah
didinginkan dalam desikator). Catat berat penimbangan.
Larutkan dengan sedikit akuades, kemudian masukkan ke dalam
labu takar 100 mL. Bilasi 2 kali gelas beaker dengan sedikitakuades
dan air bilasannya masukkan juga ke dalam labu takar.Kemudian
tambahkan akuades ke dalam labu takar sampai tandabatas. Tutup
labu takar dan kocok biar campur.

Pipet 10 mL larutan tersebut dengan pipet volumetrik, masukkan


kedalam erlenmeyer 100 mL dan tambahkan 5 – 6 tetes larutan
indikator K2CrO4 5 %. Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai tepat
terbentuk endapan berwarna merah bata. Catat volume larutan
AgNO3 yang digunakan untuk titrasi.

Ulangi langkah 3 di atas 2 kali lagi. Kemudian rata – ratakan


larutan AgNO3 untuk titrasi

Ulangi langkah 3 di atas 2 kali lagi. Kemudian rata –


ratakan larutan AgNO3 untuk titrasi

a. Analisa Kandungan Klorida Dalam Air

Pipet 100 mL contoh air, masukkan ke dalam erlenmeyer


250 mL.Tambahkan 1 mL indikator K2CrO4 5 %Pipet
100 mL contoh air, masukkan ke dalam erlenmeyer 250
mL. Tambahkan 1 mL indikator K2CrO4 5 % N
Titrasi dengan larutan AgNO3 yang sudah distandarisasi
sampai Titrasi dengan larutan AgNO3 yang sudah di
standari sampai tepat berbentukendapan berwarna merah
bata. Catat volume larutan AgNO3 tepat berbentuk
endapan berwarna merah bata. Catat volume
larutan AgNO3 yang digunakan.

Ulangi langkah 1 s/d 2 di atas sebanyak 2


kalilagi,kemudian rata – ratakan volume larutan AgNO3
yang digunakan.

Hitung kandungan klorida dalam contoh air tersebut

VII. HASIL PRATIKUM


a) Standarisasi Larutan AgNO3 0.1N

N Larutan NaCl Vol. Titrasi AgNO3


O 0,1N
1 10 ml 10,3 ml
2 10 ml 10,5 ml

 Rata – rata Volume titrasi AgN03 0,1 N

10,3+10,5
=
2
= 10,4

 Perhitungan Normalitas AgNO3

1000 g
NAgNO3 = V
X 10,4 x 58,5
v

1000 x 0,6010
= 100
X 10,4 X 58,5
10

601
= = 0,098
6084

b) Kadar Clorida (Cl-)

N Air Indk. K2CrO4 5% VOL. Titrasi AgNO3


O 0,1
1 100 ml 1 ml 8ml
2 100 ml 1 ml 7,4 ml

 Rata – rata Volume titrasi AgNO3 yanga digunakan

8+7,4
= =7,87 ml
2

 Perhitungan klorida (Cl-)

V AgNO 3 NA AGNO 3 X 35500


Klorida =
100

7,7+0,098 X 35500
= = 267, 88
100

VIII. Tugas
1. Perubahan apa yang terjadi saat terjadinya reaksi.
Pada standarisasi larutan AgNO3, terjadi perubahan warna dari
larutan NaCl yang telah ditambahkan larutan K2CrO4 5% berwarna
kuning menjadi warna kuning kemerahan sertai terbentuknya endapan
putih AgCl dalam jumlah yang sedang.
Pada analisa kandungan klorida dalam air terjadi perubahan warna
dari larutan sampel air yang telah ditambahkan larutan K2CrO4 5%
berwarna kuning menjadi warna merah bata dengan disertai
pembentukan endapan merah Ag2CrO4 dalam jumlah yang sedang.
2. Tuliskan reaksi kimia yang terjadi saat standarisasi larutn AgNO3
dengan NaCl?
AgNO3 + NaCl -> AgCl + NaNO3
3. Turunkan persamaan sehingga diperoleh persamaan seperti yang
tercantum dalam dasar teori pada
a) Persamaan dalam standarisasi Larutan AgNO3 0,1 N dengan
NaCl.
NAgNO3VAgNO3 = NNaClVNaCl
N ( AgNO 3 ) x V ( AgNO 3 )=N ( NaCl ) x V ( NaCl)
N ( NaCl ) x V (NaCl)
N ( AgNO 3 )=
V ( AgNO 3)
N ( NaCl ) x V ( NaCl)
N ( AgNO 3)=
V ( AgNO 3)
g 1000
N ( AgNO 3)=
( 58.5
x
V )
x V ( NaCl)

V ( AgNO 3)

1000 x g x V (NaCl)
58.5 x V
N ( AgNO 3)=
V ( AgNO 3)
1000 x g x V (NaCl)
N ( AgNO 3)=
58.5 x V x V ( AgNO3)
1000 x g
N ( AgNO 3 )=
V ( AgNO 3)
58.5 x V x
V ( NaCl)
a) Persamaan dalam analisa Kandungan Klorida dalam Air.
N ( A ) x V ( A )=N ( AgNO 3 ) x V ( AgNO 3 )
N ( AgNO 3 ) x V ( AgNO 3 )
N ( A )=
V ( A)
g
Mr N ( AgNO 3 ) x V ( AgNO 3 )
=
V V ( A)
g N ( AgNO 3 ) x V ( AgNO 3 )
=
Mr x V V ( A)
g
1000 N ( AgNO 3 ) x V ( AgNO 3 )
=
35.5 x V V ( A)
g N ( AgNO 3 ) x V ( AgNO 3 )
=
V x 35500 V ( A)
g N ( AgNO 3 ) x V ( AgNO 3 ) x 35500
( Klorida)= mgram /L
V V (A)

IX. ANALISA

Pada pratikum argentometr ini kami melakukan standarisasi larutan


nacl dengan larutan AgNO3 0,1 N dengan NaCl dan melakukan
perhitungan kadar clorida atau kandunga ion di dalam air, bertujuan untuk
menentukan kualitas dari air untuk kegunaan sehari hari dan kebutuhan
industry.

Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar


halogenida dan snyawa senyawa lain yang membentuk endapan dengan
reaksi nitrat (AgNO) pada suasana tertentu. Metode argento juga disebut
metodde pengendapan karena pada metode ini diperlukan pembentukan
senyawa relative tidak larut atau endapan.jika larutan perak nitrat di
tambahkan pada larutan kalium sianida, maka mula-mula akan terbentuk
endapan putih dan pada pengaduk akan larut membentuk larutan kompeks
yang stabil.

Pada pratikan standarisasi larutan nacl ,kami mengoven NaCl,


kegunaan nya untuk menguapkan uap kan air yang terkandung dalam NaCl
,karena sifat air akan menguap di atas 100 oC, di sini terjadi pengurang
dari berat awal 0,610 menjadi 0,598, lalu di larutkan dan ditambahkan
indicator K2CrO4 6 tetes,disini terjadi perubahawan warna menjadi
kuning, lalu di titrasi dengan AgNO3,pratikan melakukan titrasi dengan
dua kali pengulang nilai volume pertama 10,3 ml dan volume kedua 10,5
ml, terjadi lah perubahan warna menjadi warna merah bata dan terdapt
endapan di bawah nya yang cukup banyak,warna merah bata tersebut
berasal dari ion Ag+ yang terbentuk, maka dapatlah nilai
standarisasidengan perhitungan sesuai dengan teori yaitu AgNO3 0,098 N,
disini pratikan bisa di bilang berhasil karena nilai normalitas AgNO3
0,098 N mendekati nilai ketentuan yaitu AgNO3 0,01.

Setelah nilai normalitas AgNO3 didapat, baru pratikan bisa


menghitung kadar clorida di dalam air dengam melakukan titrasi, titrasi
dilakukan dengan menambah indicator k2CrO4 5%, sebanyak 1 ml, dan
disini terjadinya perubahan warna menjadi warna kuning, lalu DItitrasi
dengan larutan AgNO3, Pratik melakukan dengan dua kali pengulang nilai

volume pertama 8 ML dan Nilai volume kedua 7,4 ml, disini terjadi
perubahan warna menjadi warna merah bata dan terbentuknya endapan
yang cukup banyak di bawah larutan,maka dapat lah nilai kandungan
clorida dalam air sebesar 267,88 mg/l,disini kita bisa mengetahui setiap
satu liter air terdapat kandung clorida sebesar 267,88 mg, dari percobaan
yang telah di lakukan, kendala yang bisa menghambat pratikan tidak ada,
mungkin ada kesalahan sedikit dalam pratikan saaat menggunakan
Erlenmeyer, seharusnya di keringkan dulu sampai betul betul kering, dan
saat melakukan pengocokan adanya penggantian orang, hal ini bisa
mempengaruhi reaksi yang terjadi,karena setiap orang memiliki tenaga
yang berbeda-beda dan mungkin saat melihat nilai meniskus setelah
melakukan titrasi kurang teliti, sehingga nilai normalitas tidak sesuai
dengan ketentuan yang di tetapkan dan terdapat endapan yang terlalu
banyak di dalam larutan, tetapi percobaan bisa di katakana berhasil
karena kesalah yang di lakukan adalah yang masih wajar di lakukan.

Anda mungkin juga menyukai