GERAK MENGGELINDING
F4401201035
ST08.1
DEPARTEMEN FISIKA
IPB UNIVERSITY
2021
Tujuan
Teori Singkat
Pada gerak menggelinding juga terdapat hukum kedua Newton. Oleh karena gerak
menggelinding merupakan perpaduan antara gerak translasi dan gerak rotasi, maka
hukum kedua Newton pada gerak translasi memperlihatkan hubungan yang berbanding
terbalik antara percepatan sebuah benda terhadap massa dan berbanding lurus jika ada
resultan gaya yang bekerja pada benda tersebut. Hal ini sama dengan hubungan antara
torsi dan percepatan angular yang dikenal sebagai konsep momen inersia. Sementara itu,
pada gerak rotasi dikenal juga momen inersia yang merupakan ukuran inersia sebuah
benda untuk merubah keadaan geraknya (Pratama et al. 2014).
Momen inersia merupakan ukuran kelembaman suatu benda untuk berotasi pada
porosnya yang mempertahankan keadaan awal benda (Hadi et al. 2014). Benda yang diam
akan tetap diam, benda yang bergerak akan tetap bergerak secara konstan.
Kecenderungan dari keadaan ini digambarkan dengan mengatakan bahwa benda
mempunyai kelembaman. Kelembangan ini memliki hubungan dengan hukum pertama
Newton, seringkali hukum pertama Newton dinamakan sebagai hukum kelembaman
(Wahid dan Rahmadhani 2019). Momen inersia besarannya bernilai tetap pada suatu
gerak rotasi dan analog dengan massa pada gerak translasi (lurus). Selain bergantung pada
sumbu rotasi, momen inersia juga bergantung pada massa dan kuadrat jarak dari sumbu
rotasi yang dinyatakan dengan rumus berikut (Hadi et al. 2014).
𝐼 = ∑ 𝑚 𝑟2
Sebuah benda putar terdiri atas sejumlah partikel yang terpisah satu dengan yang
lainnya namun dengan jaraknya yang tetap. Momen inersianya merupakan jumlah dari
momen inersia semua partikel itu. Benda putar yang digunakan memiliki tiga bentuk,
yaitu silinder pejal, silinder berongga, dan bola pejal. Momen inersia untuk silinder pejal
1 1
yaitu 𝐼 = 2 𝑚𝑅2 dengan koefisien β nya dan jari-jari 𝑅. Momen inersia untuk silinder
2
1 𝑅2 +𝑟 2
berongga yaitu 𝐼 = 2 𝑚(𝑅 2 + 𝑟 2 ) dengan koefisien β nya yaitu nilai dari persamaan 2𝑅2
serta dengan dua jari-jari yaitu jari-jari luar (𝑅2 ) dan jari-jari dalam (𝑟 2 ). Momen inersia
2 2
untuk bola pejal yaitu 𝐼 = 5 𝑚𝑅2 dengan koefisien β nya 5 dan jari-jari 𝑅 (Musrifin 2015).
Data
531.000 10.053
Silinder Pejal - 6708.044
± 0.001 ± 0.005
1 Jarak 𝒙𝒊
𝑖 Waktu 𝑡 (s) 𝒕2
2 𝒊
(m)
1 0 0 0 𝑎 = 2.7933 𝑥0 = 0.0002
2 0.08 0.0032 0.009 Δ𝑎 = 0.0035 Δ𝑥0 = 0.0004
3 0.16 0.0128 0.037
4 0.24 0.0288 0.081
5 0.32 0.0512 0.143
6 0.4 0.08 0.224
7 0.48 0.1152 0.322
8 0.56 0.1568 0.436
9 0.64 0.2048 0.573
10 0.72 0.2592 0.725
2. Benda Putar Silinder Berongga
1 Jarak 𝒙𝒊
𝑖 Waktu 𝑡 (s) 𝒕2
2 𝒊
(m)
1 0 0 0 𝑎 = 1.340 𝑥0 = 0.005
2 0.08 0.0032 0.008 Δ𝑎 = 0.009 Δ𝑥0 = 0.001
3 0.16 0.0128 0.023
4 0.24 0.0288 0.045
5 0.32 0.0512 0.075
6 0.4 0.08 0.114
7 0.48 0.1152 0.161
8 0.56 0.1568 0.216
9 0.64 0.2048 0.279
10 0.72 0.2592 0.35
3. Benda Putar Bola Pejal
737.340 10.10
Bola Pejal - 7521.605
± 0.001 ± 0.05
1 Jarak 𝒙𝒊
𝑖 Waktu 𝑡 (s) 𝒕2
2 𝒊
(m)
1 0 0 0 𝑎 = 1.230 𝑥0 = 0.004
2 0.12 0.0072 0.011 Δ𝑎 = 0.008 Δ𝑥0 = 0.002
3 0.24 0.0288 0.039
4 0.36 0.0648 0.084
5 0.48 0.1152 0.147
6 0.6 0.18 0.227
7 0.72 0.2592 0.324
8 0.84 0.3528 0.442
9 0.96 0.4608 0.578
10 1.08 0.5832 0.712
Pengolahan Data
= 265.5 × 25.26570225
= 6708.044 g.cm2
2. Silinder berongga
Momen inersia silinder berongga
1 𝐷 10.042
𝐼 = 2 𝑚(𝑅2 + 𝑟 2 ) 𝑅= = = 5.021 cm
2 2
1 𝐷 8.826
= 2 × 216.439 × ((5.021)2 + (4.413)2 ) 𝑟= = = 4.413 cm
2 2
1
= 2 × 216.439 × 44.68501
= 108.2195 × 44.68501
= 4835.789 g.cm2
(5.021)2 + (4.413)2
=
2(5.021)2
44.68501
= 50.420882
= 0.886240149
3. Bola pejal
Momen inersia bola pejal
2 𝐷 10.10
𝐼 = 𝑚𝑅2 𝑅= = = 5.05 cm
5 2 2
2
= 5 × 737.340 × (5.05)2
2
= 5 × 737.340 × 25.5025
= 294.936 × 25.5025
= 7521.605 g.cm2
= 1.219 m/s2
1
C. Grafik percepatan gerak benda (𝑥𝑖 terhadap 2 𝑡𝑖 2)
0,6
0,5
Posisi (m)
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3
Waktu (s2)
1
Gambar 5.1 Grafik 𝑥𝑖 terhadap 𝑡𝑖 2 pada silinder pejal
2
Grafik Posisi terhadap Waktu
0,4
0,35 y = 1,34x + 0,0049
0,3
0,25
Posisi (m)
0,2
0,15
0,1
0,05
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3
Waktu (s2)
1
Gambar 5.2 Grafik 𝑥𝑖 terhadap 2 𝑡𝑖 2 pada silinder berongga
0,6
0,5
Posisi (m)
0,4
0,3
0,2
0,1
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
Waktu (s2)
1
Gambar 5.3 Grafik 𝑥𝑖 terhadap 2 𝑡𝑖 2 pada bola pejal
Pembahasan
Praktikum dilakukan untuk mendapatkan besar percepatan gerak menggelinding
dari tiga benda putar, yaitu silinder pejal, silinder berongga, dan bola pejal. Terdapat dua
cara untuk mendapatkan percepatan gerak menggelinding ini. Pertama, secara teoritis
menggunakan persamaan. Kedua, secara eksperimen menggunakan seperangkat PUDAK
(seperangkat percobaan momen inersia) yang dilengkapi dengan sensor jarak. Selain
menentukan besar percepatan, percobaan pada benda putar juga dilakukan untuk
mendapatkan besar momen inersianya. Perhitungan pada praktikum kali ini dibantu
dengan perangkat lunak Microsoft Excel dan penulisan pada praktikum kali ini dibantu
dengan perangkat lunak Microsoft Word. Selain itu, terdapat perangkat lunak lain yaitu
Coach 7 Lite yang membantu untuk membaca data yang tertangkap oleh sensor jarak.
Pada praktikum kali ini juga terdapat alat ukur neraca ohaus untuk mengukur massa dari
benda putar serta terdapat alat ukur jangka sorong untuk mengukur diameter dari benda
putar.
Berdasarkan percobaan terhadap tiga benda putar, yaitu silinder pejal, silinder
berongga, dan bola pejal diperoleh hasil percobaan yang disajikan pada tabel dan grafik.
Tabel 5c-1, 5c-2, dan 5c-3 untuk setiap data dari hasil percobaan ketiga benda putar yang
percobaannya diulang sebanyak sepuluh kali. Data hasil percobaan pada silinder pejal,
silinder berongga, dan bola pejal ini dibuatkan grafik untuk melihat percepatan gerak
1
menggelinding secara eksperimen dari benda putar tersebut. Grafik 𝑥𝑖 terhadap 2 𝑡𝑖 2 yang
didapatkan dari tabel 5c-1, 5c-2, dan 5c-3 untuk setiap benda putar merupakan grafik
posisi terhadap waktu. Grafik ini menunjukkan hasil percepatan yang konstan untuk
setiap benda putar. Hal itu terjadi karena adanya perubahan posisi selama interval waktu
dan dapat dilihat garis yang dihasilkan berupa garis diagonal yang lurus dan terus naik
(positif).
Pada grafik juga dapat dilihat nilai percepatan benda putarnya. Pada silinder pejal
diperoleh nilai percepatan gerak menggelinding secara eksperimen sebesar 2.7933 m/s2.
Pada silinder berongga diperoleh nilai percepatan gerak menggelinding secara
eksperimen sebesar 1.340 m/s2. Pada bola pejal diperoleh nilai percepatan gerak
menggelinding secara eksperimen sebesar 1.230 m/s2. Selain melalui tabel dan grafik,
percepatan gerak menggelinding pada benda putar juga dapat diperoleh menggunakan
persamaan percepatan gerak menggelinding secara teoritis. Perhitungan pada percobaan
terhadap silinder pejal diperoleh nilai percepatan gerak menggelinding secara teoritis
sebesar 2.770 m/s2. Perhitungan pada percobaan terhadap silinder berongga diperoleh
nilai percepatan gerak menggelinding secara teoritis sebesar 1.349 m/s2. Perhitungan pada
percobaan terhadap bola pejal diperoleh nilai percepatan gerak menggelinding secara
teoritis sebesar 1.219 m/s2.
Pada percobaan pertama terhadap silinder pejal terdapat selisih nilai percepatan
gerak secara teoritis dan secara eksperimen sebesar 0.0233. Pada percobaan kedua
terhadap silinder berongga terdapat selisih nilai percepatan gerak secara teoritis dan
secara eksperimen sebesar 0.009. Pada percobaan ketiga terhadap bola pejal terdapat
selisih nilai percepatan gerak secara teoritis dan secara eksperimen sebesar 0.011. Hal itu
menunjukkan bahwa percepatan gerak secara teoritis dapat dibuktikan dengan teori dan
eksperimen walaupun angka yang dihasilkan berbeda dan dengan selisih yang sangat
kecil. Meski begitu tidak ada perhitungan yang benar-benar tepat, pasti terdapat
ketidakpastian yang ditunjukkan pada tabel 5b-1 untuk percobaan pertama terhadap
silinder pejal sebesar 0.0035 m/s2. Pada tabel 5b-2 untuk percobaan kedua terhadap
silinder berongga sebesar 0.009 m/s2. Pada tabel 5b-3 untuk percobaan ketiga terhadap
bola pejal sebesar 0.008 m/s2.
Pada percobaan kali ini juga didapatkan besar momen inersia dari ketiga benda
putar. Pada percobaan pertama terhadap silinder pejal, besar momen inersianya sebesar
6708.044 g.cm2. Pada percobaan kedua terhadap silinder berongga, besar momen
inersianya sebesar 4835.789 g.cm2. Pada percobaan ketiga terhadap bola pejal, besar
momen inersianya sebesar 7521.605 g.cm2. Besar momen inersia pada bola pejal lebih
besar dibandingkan dengan besar momen inersia pada silinder pejal dan silinder
berongga. Hal itu juga disebabkan oleh massa dan jari-jari yang dimiliki bola pejal juga
lebih besar dibandingkan dengan massa dan jari-jari yang dimiliki silinder pejal dan
silinder berongga. Namun, bola pejal memiliki nilai percepatan yang paling kecil jika
dibandingkan dengan nilai percepatan yang dimiliki silinder pejal dan silinder berongga
Sesuai dengan konsep pada gerak menggelinding yang merupakan perpaduan antara
gerak translasi dan gerak rotasi. Pada gerak rotasi terdapat momen inersia yang
merupakan ukuran inersia sebuah benda untuk merubah keadaan geraknya sehingga
semakin besar massa dari suatu benda, maka semakin besar juga kelembamannya. Massa
suatu benda yang semakin besar, maka semakin kecil percepatan suatu benda sehingga
semakin susah benda untuk bergerak. Hal ini sesuai juga dengan teori hukum kedua
Newton pada gerak translasi yang menyatakan bahwa percepatan suatu benda akan
berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekerja, namun akan berbanding terbalik
dengan massa yang dimiliki oleh benda tersebut.
Gerak menggelinding tidak hanya sekedar teori, namun gerak menggelinding juga
terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Contoh gerak menggelinding dapat dilihat pada
permainan sepak bola. Pemain sepak bola akan menggiring bola sebelum bola tersebut
diumpankan kepada pemain yang lain. Saat menggiring bola, bola dikenakan gerak
sehingga bola menghasilkan gerak yang menggelinding. Hal itu juga disebabkan karena
gerak menggelinding akan terjadi pada benda yang berbentuk bulat atau tabung (Deani
2016). Selain itu, gerak menggelinding juga digunakan oleh pedagang-pedagang kayu
polosan. Saat ingin menurunkan kayu-kayu polosan hasil tebang dari hutan, pedagang ini
akan memanfaatkan bidang miring untuk menggiring kayu agar dapat menggelinding ke
bawah sehingga pedagang tersebut tidak perlu mengeluarkan usaha yang terlalu besar
agar kayu tersebut berpindah tempat.
Simpulan
Deani. 2016. Peningkatan hasil belajar IPA menggunakan pendekatan inquiry pada siswa
kelas III SD Negeri Kutowinangun 11 Salatiga [skripsi]. Salatiga: Universitas
Kristen Satya Wacana.
Hadi A, Halim A, Eddy N. 2014. Rancangan bangun robot KRI 2012. Poros. 12(1): 74-
79. doi: 10.24912/poros.v12i1.687.
Permatasari KG. 2013. Penentuan energi serap benda pada bidang miring dengan teknik
fitting data. Di dalam : Toifur M, Widodo, Sulisworo D, Ishafit, editor.
Prosiding Seminar Nasional Fisika Quantum 2013; 2013 Jun 02;
Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Ahmad Dahlan. hlm
55-59.
Pratama HR, Syech R, Sugianto. 2014. Rancang bangun alat percobaan momen inersia
dengan menggunakan timer otomatis. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau (JOM FMIPA).
1(2) : 1-6.
Sesa E, Ulum MS, Farhamsa D, Samsul. 2018. Penentu kecepatan dan percepatan benda
berbasis mikrokontroler ardunio pada percobaan benda menggelinding pada
bidang miring. Natural Science: Journal of Science and Technology. 7(2):
166-175. doi: 10.22487/25411969.2018.v7.i2.10568.
Wahid MA, Rahmadhani F. 2019. Eksperimen menghitung momen inersia dalam pesawat
atwood menggunakan katrol dengan penambahan massa beban. Jurnal Phi:
Jurnal Pendidikan Fisika dan Fisika Terapan. 2019(2): 1-7. doi:
10.22373/p-jpft.v2019i2.7442.
Yusuf K. Penentuan koefisien momen inersia dengan video analisis. Prosiding Seminar
Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika (SNFPF) Ke-6 2015; 2015 Jun 06;
Jakarta Timur, Indonesia. Jakarta Timur: Jurusan Fisika Fakultas MIPA
Kampus A Universitas Negeri Jakarta. hlm 174-178.