Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

HUKUM ARCHIMEDES

INDI AFKARINA SALSABILA

C4401201013

ST18.2

Dosen Penanggung Jawab Praktikum

Dr.Yessie Widya Sari, S.Si., M.Si.

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

IPB UNIVERSITY

2020
I. TUJUAN

Mampu menentukan massa jenis dari suatu bahan dengan melakukan


pengukuran massa dan volume secara langsung dan menentukan massa jenis dari
suatu bahan dengan menggunakan hukum Archimedes.

II. TEORI SINGKAT

Hukum Archimedes adalah sebuah hukum tentang prinsip pengapungan di


atas zat cair. Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di dalam zat
cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, dimana
besarnya gaya ke atas (gaya apung) sama dengan berat zat cair yang dipindahkan
(Halliday dan Resnick 1978). Pada prinsip Archimedes, sebuah benda akan
mengapung di dalam fluida jika massa jenis suatu benda lebih kecil daripada
massa jenis zat cair (Serway dan Jewwet 2009).
Telaah yang dilakukan oleh Halliday dan Resnick pada tahun 1978 dalam
buku physics third edition hanya menjelaskan peristiwa terapung secara fisis
tanpa matematis, Giancoli pada tahun 1996 dalam bukunya Physics (fourth
edition) menjelaskan secara fisis dan matematis tetapi tidak secara mendetail
mengapa gaya apung sama besar berat benda atau secara matematis . Tipler
pada tahun 1991 dalam bukunya Physics for science and engineers (third edition)
menyatakan bahwa dari prinsip Archimedes sebuah benda akan mengapung jika
kerapatan benda lebih kecil daripada kerapatan fluida maka gaya apung lebih
besar daripada berat benda dan benda akan dipercepat ke atas ke permukaan
fluida kecuali ditahan. Telaah (Tipler 1991) hanya secara fisis tanpa penurunan
matematis secara mendetail.

Kita mungkin pernah mengamati bahwa sebuah benda yang diletakkan di


dalam air terasa lebih ringan dibandingkan dengan beratnya ketika di udara. Jika
benda dicelupkan dalam zat cair, sesungguhnya berat benda itu tidak berkurang.
Gaya tarik bumi kepada benda itu besarnya tetap. Akan tetapi zat cair
mengadakan yang arahnya ke atas kepada setiap benda yang tercelup di dalamnya.
Ini menyebabkan berat benda seakan-akan berkurang. Hal ini sesuai dengan bunyi
hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya
ke dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besanya sama dengan berat
zat cair yng dipindahkan olah benda tersebut (Halliday dan Resnick 1978).

Ketika suatu benda dimasukkan ke dalam air, ternyata beratnya seolah-olah


berkurang. Hal ini terlihat dari penunjukkan neraca pegas yang lebih kecil.
Peristiwa ini tentu bukan hanya berarti ada massa benda yang hilang, namun
disebabkan oleh suatu gaya yang arahnya berlawanan dengan arah berat benda.
Apabila suatu benda dimasukkan ke dalam zat cair, maka benda tersebut akan
mengalami gaya apung. Hal ini diungkapkan oleh Archimedes dalam hukumnya
yang berbunyi “gaya apung yang bekerja pada sebuah benda yang dibenamkan
sama dengan berat fluida yang dipindahkan”. Gaya apung yang terjadi pada benda
adalah selisih gaya yang bekerja pada benda apabila dicelupkan atau berada
dalam fluida. Dari hukum Archimedes didapatkan persamaan:
FA = ρf. V . g............................................................................................... (2.1)

Pada peristiwa melayang, volume fluida yang dipindahkan (volume benda yang
tercelup) sama dengan volume total benda yang melayang.
∑F = 0

Fa = mbg

ρf . g .Vt = ρb . g . Vb................................................................................... (2.2)

Karena Vt (volume benda yang tercelup) sama dengan Vb (volume benda total),
maka syarat benda melayang adalah:
 Gaya apung Fa sama dengan berat benda w atau Fa = w

 Massa jenis benda harus sama dengan massa jenis fluida ρb = ρf

Ketika benda ditimbang sambil dicelupkan ke dalam zat cair, ternyata


berat benda itu berkurang dibanding ketika ditimbang di udara. Sesungguhnya
benda yang dicelupkan ke dalam zat cair tidak berkurang beratnya. Gaya berat
benda itu sebenarnya tetap, tetapi pada saat dicelupkan ke dalam zat cair, ada
gaya ke atas yang dikerjakan zat cair terhadap benda, sehingga berat benda
seolah-olah berkurang (Giancoli 2001).
Archimedes (287-212 SM) seorang ilmuwan Yunani Kuno menemukan
cara dan rumus untuk menghitung volume benda yang tidak mempunyai bentuk
baku. Penemuannya terjadi saat mandi dalam bak yang airnya tumpah akibat
karena adanya gaya apung (buoyancy) dari zat cair dan setelah diukur ternyata
sebanding dengan besar tubuhnya. Gaya apung yang terjadi karena tekanan pada
tiap-tiap bagian permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida. Tekanan
tersebut lebih besar pada bagian benda yang tercelup lebih dalam (Halliday dan
Resnick 1978).
Jika suatu benda berada dalam fluida maka ada volume zat cair yang
dipindahkan sebesar volume bagian benda yang berada dalam zat cair. Jika
volume fluida yang dipindahkan besarnya V dan kerapatan fluida (massa per
satuan volume) adalah ρ1 maka besarnya massa fluida yang dipindahkan adalah:

m = ρ.V..........................................................................................................(2.3)

Dan besarnya berat fluida yang dipindahkan adalah

wf = m.g = ρ.V.g.......................................................................................... (2.4)

Menurut prinsip Archimedes, besarnya gaya tekan keatas adalah : Fa = wf = ρ.V.g


.......................................................................................................................(2.5)
dengan Fa adalah gaya tekan keatas atau gaya apung (buoyancy force). Jika benda
mempunyai kerapatan massa ρb dan fluida mempunyai

kerapatan ρf maka perbandingan berat benda dengan gaya tekan keatasnya Jika ρb
> ρf, maka w > Fa → benda tenggelam
Jika ρb = ρf, maka w = Fa → benda melayang didalam fluida Jika ρb < ρf, maka
w < Fa → benda mengapung.
Benda Dalam Hukum Archimedes

Bila benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka ada 3 kemungkinan yang terjadi
yaitu tenggelam, melayang, dan terapung.

1. Benda Tenggelam

Benda disebut tenggelam dalam zat cair apabila posisi benda selalu terletak pada
dasar tempat zat cair berada.

Gambar 2.1 Benda Tenggelam

Pada benda tenggelam terdapat tiga gaya yaitu :

W = gaya berat benda Fa = gaya archimedes


N = gaya normal bidang

Dalam keadaan seimbang maka W = N + Fa sehingga :

W > Fa

m . g > ρZC . Vb . g ρb . Vb . g > ρZC . Vb . g

ρb > ρZC

ρb = massa jenis benda ρZC = massa jenis zat cair

2. Benda Melayang

Benda melayang dalam zat cair apabila posisi benda di bawah permukaan zat cair
dan di atas dasar tempat zat cair berada.

Gambar 2.2 Benda Melayang

Pada benda melayang terdapat dua gaya yaitu: Fa dan W. Dalam keadaan
seimbang maka :
W = Fa

ρb . Vb . g = ρZC . Vb . g

ρb = ρZC

3. Benda Terapung

Benda terapung dalam zat cair apabila posisi benda sebagian muncul
dipermukaan zat cair dan sebagian terbenam dalam zat cair.

Gambar 2.3 Benda Terapung


Pada benda terapung terdapat dua gaya yaitu :Fa dan W. Dalam keadaan
seimbang maka :

W = Fa

ρb . Vb . g = ρZC . V2 . g ρb . Vb = ρZC . V2

karena Vb > V2 maka :

ρb < ρZC

III. DATA

Tabel 6.1a. Pengukuran diameter dan panjang silinder kuningan

I Diameter (cm) Panjang (cm)


1 1.255 4.64
2 1.25 4.635
3 1.245 4.645
4 1.25 4.65
5 1.255 4.645
6 1.255 4.635
7 1.25 4.64
8 1.255 4.64
9 1.255 4.635
10 1.255 4.635
Rata- rata 1.2525 4.64
Ketidakpastian 0.003535534 0.005270463

Tabel 6.1b. Pengukuran massa m dan massa semu m’

Bentuk dan Massa m Massa semu


bahan (gram) m’ (gram)
Silinder
48.731 ± 0.005 43.037 ± 0.005
kuningan

Volume silinder kuningan = 5.718 cc

Ketidakpastian volume silinder kuningan = 0.037 cc


Rapat massa silinder kuningan berdasarkan volume dan massa = 8.522 g/cc

Ketidakpastian rapat massa silinder kuningan = 0.050 g/cc

Rapat massa silinder kuningan berdasarkan m dan m’ = 8.558 g/cc

Ketidakpastian rapat massa silinder kuningan berdasarkan m dan m’ = 0.014 g/cc

Tabel 6.4a. Pengukuran panjang, lebar, dan tebal kaca

I Panjang (cm) Lebar (cm) Tebal (cm)


1 3.665 2.5 0.112
2 3.670 2.505 0.112
3 3.665 2.5 0.112
4 3.670 2.505 0.113
5 3.670 2.5 0.112
6 3.670 2.51 0.113
7 3.665 2.5 0.113
8 3.665 2.5 0.112
9 3.665 2.505 0.113
10 3.665 2.51 0.112
Rata- rata 3.667 2.5035 0.1124
Ketidakpastian 0.002581989 0.004116363 0.000516398

Tabel 6.4b. Pengukuran massa m dan massa semu m’

Bentuk dan Massa m Massa semu


bahan (gram) m’ (gram)
Plat kaca 2.435 ± 0.005 1.420 ± 0.005

Volume plat kaca = 1.028 cc

Ketidakpastian volume plat kaca = 0.005 cc

Rapat massa plat kaca berdasarkan volume dan massa = 2.368 g/cc

Ketidakpastian rapat massa plat kaca = 0.012 g/cc

Rapat massa plat kaca berdasarkan m dan m’ = 2.399 g/cc

Ketidakpastian rapat massa plat kaca berdasarkan m dan m’ = 0.018 g/cc


Tabel 6.5a. Pengukuran panjang, lebar, dan tebal balok kayu

I Panjang (cm) Lebar (cm) Tebal (cm)


1 3.91 3.07 0.98
2 3.9 3.065 0.981
3 3.89 3.07 0.99
4 3.885 3.06 0.984
5 3.88 3.05 0.978
6 3.9 3.055 0.985
7 3.905 3.065 0.986
8 3.91 3.07 0.987
9 3.885 3.06 0.987
10 3.86 3.06 0.973
Rata- rata 3.893 3.063 0.983
Ketidakpastian 0.016 0.007 0.005

Tabel 6.5b. Pengukuran massa m dan massa semu m1’ dan m2’

Bentuk dan Massa m Massa semu Massa semu


bahan (gram) m1’ (gram) m2’ (gram)
Balok kayu 7.831 ± 0.005 49.695 ± 0.005 38.386 ± 0.005

Volume balok kayu = 11.721 cc

Ketidakpastian volume balok kayu = 0.081 cc

Rapat massa balok kayu berdasarkan volume dan massa = 0.668 g/cc

Ketidakpastian rapat massa balok kayu berdasarkan volume dan massa = 0.004
g/cc

Rapat massa balok kayu berdasarkan m dan m1’ dan m2’ = 0.692 g/cc

Ketidakpastian rapat massa balok kayu berdasarkan m dan m’ dan m2’ = 0.001
g/cc

IV. PENGOLAHAN DATA


1) Tabel 6.1a dan 6.1b
Volume silinder kuningan =
‴㘹 ″㘹‴㜰㘲 ੪ ‴h

Volume silinder kuningan = 5.718 cc


Ketidakpastian volume silinder kuningan =
㜰 㜰
″ ੪㜰 ″ ੪㜰

㜰 㜰
‴㘹 ″㘹‴㜰㘲 ੪ ‴㘹 㘹‴㜰㘲 ‴h
″ ‴ 㘲੪㜰 ″ ‴ ੪㜰

Ketidakpastian volume silinder kuningan = 0.037 cc


Rapat massa silinder kuningan berdasarkan massa dan volume =

V‴D 㘹
㘲‴D㘹V

Rapat massa silinder kuningan berdasarkan massa dan volume = 8.522


g/cc
Ketidakpastian massa silinder kuningan berdasarkan massa dan volume =


㘹 㜰
″ ‴⺁ ੪㜰 ″ ੪㜰

㜰 㜰
㘹 V‴D 㘹
″ ‴⺁ ‴ 㘲੪㜰 ″ ‴ D੪㜰
㘲‴D㘹V 㘲‴D㘹V
Ketidakpastian massa silinder kuningan berdasarkan massa dan volume =
0.050 g/cc
Rapat massa silinder kuningan berdasarkan massa m dan massa semu m’ =

V‴D 㘹 㘹
V‴D 㘹 ‴ D
Rapat massa silinder kuningan berdasarkan massa m dan massa semu m’ =
8.558 g/cc
Ketidakpastian rapat massa silinder kuningan berdasarkan massa m dan
massa semu m’ =
″ ੪
″ ੪
″ V‴D 㘹 ‴ D੪㘹
‴ 㘲
″ V‴D 㘹 ‴ D੪
Ketidakpastian rapat massa silinder kuningan berdasarkan massa m dan
massa semu m’ = 0.014 g/cc

2) Tabel 6.4a dan 6.4b


Volume plat kaca =

‴hhD 㜰‴㘲 ‴㘹㘹㜰

Volume plat kaca = 1.028 cc


Ketidakpastian volume plat kaca =
″ ੪㜰 ″ ੪ ″ ੪㜰 ″ ੪ ″ ੪㜰 ″ ੪

″㜰‴㘲 ‴㘹㘹㜰੪㜰 ″ ‴ ੪ ″ ‴hhD ‴㘹㘹㜰੪㜰 ″ ‴ ੪ ″ ‴hhD 㜰‴㘲 ੪㜰 ″ ‴ 㘲੪


Ketidakpastian volume plat kaca = 0.005 cc
Rapat massa plat kaca berdasarkan massa dan volume =

㜰‴ 㘲
㘹‴ 㜰V

Rapat massa plat kaca berdasarkan massa dan volume = 2.368 g/cc
Ketidakpastian massa plat kaca berdasarkan massa dan volume =


㘹 㜰
″ ‴⺁ ੪㜰 ″ ੪㜰
㜰 㜰
㘹 㜰‴ 㘲
″ ‴⺁ ‴ 㘲੪㜰 ″ ‴ 㘲੪㜰
㘹‴ 㜰V 㘹‴ 㜰V
Ketidakpastian massa plat kaca berdasarkan massa dan volume = 0.012
g/cc
Rapat massa plat kaca berdasarkan massa m dan massa semu m’ =

㜰‴ 㘲 㘹
㜰‴ 㘲 㘹‴ 㜰
Rapat massa plat kaca berdasarkan massa m dan massa semu m’ = 2.399
g/cc
Ketidakpastian rapat massa plat kaca berdasarkan massa m dan massa
semu m’ =
″ ੪
″ ੪
″㜰‴ 㘲 㘹‴ 㜰 ੪㘹
‴ 㘲
″㜰‴ 㘹‴ 㜰 ੪
Ketidakpastian rapat massa plat kaca berdasarkan massa m dan massa
semu m’ = 0.018 g/cc
3) Tabel 6.5a dan 6.5b
Volume balok kayu =

‴V⺁ ‴ h ‴⺁V

Volume balok kayu = 11.721 cc


Ketidakpastian volume balok kayu =
″ ੪㜰 ″ ੪ ″ ੪㜰 ″ ੪ ″ ੪㜰 ″ ੪

″ ‴ h ‴⺁V ੪㜰 ″ ‴ 㘹h੪ ″ ‴V⺁ ‴⺁V ੪㜰 ″ ‴ D੪ ″ ‴V⺁ ‴ h ੪㜰 ″ ‴ 㘲੪


Ketidakpastian volume balok kayu = 0.081 cc
Rapat massa balok kayu berdasarkan massa dan volume =
D‴V 㘹
㘹㘹‴D㜰㘹

Rapat massa balok kayu berdasarkan massa dan volume = 0.668 g/cc
Ketidakpastian massa balok kayu berdasarkan massa dan volume =


㘹 㜰
″ ‴⺁ ੪㜰 ″ ੪㜰

㜰 㜰
㘹 D‴V 㘹
″ ‴⺁ ‴ 㘲੪㜰 ″ ‴ V㘹੪㜰
㘹㘹‴D㜰㘹 㘹㘹‴D㜰㘹
Ketidakpastian massa balok kayu berdasarkan massa dan volume = 0.004
g/cc
Rapat massa balok kayu berdasarkan massa m dan massa semu m1’ dan
m2’ =

㘹 㜰
D‴V 㘹 㘹
⺁‴h⺁㘲 V‴ Vh

Rapat massa balok kayu berdasarkan massa m dan massa semu m1’ dan
m2’ = 0.692 g/cc
Ketidakpastian rapat massa balok kayu berdasarkan massa m dan massa
semu m1’ dan m2’ =
″㜰 㘹 㜰੪
″ 㘹 㜰੪

″㜰 D‴V 㘹 ⺁‴h⺁㘲 V‴ Vh੪㘹


‴ 㘲
″ ⺁‴h⺁㘲 V‴ Vh੪

Ketidakpastian rapat massa balok kayu berdasarkan massa m dan massa


semu m1’ dan m2’ = 0.001 g/cc

V. PEMBAHASAN

Dalam praktikum yang keenam mengenai hukum Archimedes, ada tiga


kali percobaan yang menerapkan rumus penghitungan massa jenis dari suatu
bahan dengan melakukan pengukuran massa dan volume secara langsung serta
menentukan massa jenis dari suatu bahan dengan hukum Archimedes. Percobaan
yang pertama dengan menggunakan silinder kuningan. Data diameter dan panjang
dari sepuluh kali ulangan pada course diolah menggunakan excel dengan fungsi
rumus =AVERAGE untuk mencari nilai rata- rata dari data dan fungsi =STDEV
untuk mencari nilai ketidakpastian yang ada ada data. Hasil pengolahan
menggunakan excel seperti yang terlampir pada bagian data yang memuat tabel
sistem penghitungan excel diperoleh nilai rata- rata dari diameter silinder
kuningan adalah 1.253 cm dan nilai rata- rata dari panjang silinder kuningan yakni
4.640 cm. Sedangkan untuk nilai ketidakpastian dari diameter silinder kuningan
yakni 0.004 cm dan untuk ketidakpastian dari panjang silinder kuningan adalah
0.005 cm. Perolehan data yang sudah kita olah dapat digunakan untuk mencari
nilai volume berikut dengan ketidakpastiannya sesuai dengan rumus yang sudah
terlampir pada bagian pengolahan data. Volume tersebut adalah 5.718 cc dan nilai
ketidakpastiannya adalah 0.037 cc. Pada bagian penghitungan massa jenis yang
menggunakan metode langsung dan metode hukum Archimedes memiliki rentang
nilai yang sedikit berbeda meskipun perbedaanya tidak terlalu signifikan. Dalam
metode penghitungan langsung didapatkan hasil massa jenis sebesar 8.522 g/cc
dengan ketidakpastiannya 0.050 g/cc. Namun, pada penghitungan massa jenis
yang menggunakan rumus Archimedes diperoleh hasil massa jenisnya yakni 8.558
cc dengan besar nilai ketidakpastiannya 0.014 g/c.

Percobaan yang kedua dengan menggunakan bahan plat kaca sebagai uji
coba dalam sepuluh kali ulangan. Masih dalam konsep sistem operasional yang
sama untuk mencari nilai rata- rata sekaligus ketidakpastiannya dengan
mengaplikasikan excel fungsi =AVERAGE dan juga fungsi =STDEV. Sehingga
diperoleh nilai rata- rata dari panjang plat kaca sebesar 3.667 cm, lebar plat kaca
2.503 cm, dan ketebalan rata- rata dari plat kaca yakni 0.112 cm. Sedangkan
untuk besaran nilai ketidakpastiaan dari panjang plat kaca adalah 0.003 cm, lebar
plat kaca 0.004 cm, serta ketebalan plat kaca sebesar 0.0005 cm dalam sepuluh
kali ulangan. Setelah kita mendapatkan data, maka bisa kita terapkan untuk
mengetahui nilai volume dan ketidakpastian volume plat kaca dengan
menggunakan rumus sebagaimana yang terlampir pada bagian pengolahan data.
Volume yang diperoleh yakni 1.028 cc berikut ketidakpastiannya 0.005 cc. Tidak
jauh berbeda dengan pengolahan data pada percobaan yang pertama, ditemukan
perbedaan tipis hasil dari penghitungan massa jenis secara langsung maupun
secara hukum Archimedes. Diperoleh nilai massa jenis plat kaca 2.368 g/cc dan
ketidakpastiannya 0.012 g/cc saat dihitung secara langsung. Hanya saja, saat
menghitung nilai massa jenis dan ketidakpastian plat kaca dengan hukum
Archimedes ada penyimpangan hasil yang tidak terlalu besar yakni 2.399 g/cc
untuk massa jenis plat kaca dan 0.018 g/cc untuk ketidakpastiannya.

Kali ini balok kayu menjadi bahan dalam percobaan yang ketiga. Data
yang diperoleh pada course diolah menggunakan excel fungsi =AVERAGE dan
juga fungsi =STDEV untuk mencari hasil dari rata- rata dan ketidakpastian data
dalam sepuluh kali ulangan. Didapatkan hasil rata- rata dari panjang balok kayu
3.893 cm, lebar balok kayu 3.063 cm, dan tebal balok kayu senilai 0.983 cm.
Sedangkan untuk perolehan ketidakpastiannya yakni untuk panjang balok kayu
0.016 cm, lebar balok kayu 0.007 cm, serta tebal balok kayu 0.005 cm. Mencari
besar nilai volume berikut dengan ketidakpastiannya dengan menggunakan rumus
dan data yang sudah diperoleh sebelumnya. Hasil volume balok kayu adalah
11.721 cc dan ketidakpastiannya 0.081 cc. Masih dalam konteks yang sama, ada
perbedaan hasil data dari massa jenis dan ketidakpastian yang menggunakan
penghitungan langsung dan penghitungan menggunakan hukum Archimedes.
Meskipun dirasa tidak cukup signifikan perbedaanya hanya beda tipis. Saat
menggunakan metode hitungan secara langsung didapatkan hasil massa jenis
balok kayu yakni 0.668 g/cc dan ketidakastiannya 0.004 g/cc. Sedangkan
penghitungan yang menggunakan hukum Archimedes didapatkan nilai massa
jenis balok kayu adalah 0.692 g/cc dan ketidakpastiannya sebesar 0.001 g/cc.

Adanya sedikit perbedaan hasil massa jenis sekaligus ketidakpastian dari


bahan percobaan yang menggunakan penghitungan secara langsung maupun
secara hukum Archimedes dapat dipicu oleh sistem penghitungan yang sedikit
berbeda dengan tingkat akurasi yang berbeda pula saat menggunakan excel dan
kalkulator ilmiah. Namun perbedaan hasil dari penghitungan kalkulator ilmiah
dan hukum Archimedes tidak terlalu menyimpang jauh. Hanya menunjukkan
perbedaan tipis yang sebenarnya tidak terlalu dipermasalahkan. Hal ini didasari
oleh perbedaan tingkat akurasi pada sistem penghitungan.

Konsep atau prinsip hukum Archimedes ternyata sudah diterapkan dalam


kehidupan sehari- hari manusia. Menurut (Nasuka 2010) alat atau benda yang
prinsip kerjanya berdasarkan hukum Archimedes antara lain: kapal selam,
galangan kapal, jembatan poton, hydrometer, dan balon udara. Misalkan, jika
sebuah kapal selam agar dapat menyelam, maka tangki pemberat diisi dengan air
laut, agar massa jenis kapal bertambah lebih besar daripada massa jenis air laut.
Sehingga kapal selam dapat menyelam ke dalam air laut. Jika kapal selam
mengapung, air laut yang berada dalam tangki pemberat dikeluarkan, agar massa
jenis kapal berkurang menjadi lebih kecil daripada massa jenis air laut. Sehingga
kapal akan mengapung di permukaan air laut.

VI. SIMPULAN

Mampu menentukan massa jenis dari suatu bahan dengan melakukan


pengukuran massa dan volume secara langsung dan menentukan massa jenis dari
suatu bahan dengan menggunakan hukum Archimedes.

VII. Daftar Pustaka

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta (ID): Penerbit


Erlangga.

Giancoli, Douglas C. 1996. Fisika Jilid 1 Edisi Keempat. Alih bahasa oleh Cuk et
al. 1997. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.

Halliday dan Resnick. 1978. Fisika Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta (ID): Penerbit
Erlangga.

Nasuka. 2010. UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA


DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN FUN
PHYSICS MATERI POKOK HUKUM ARCHIMEDES PADA PESERTA
DIDIK KELAS VII B SEMESTER II MTs. MASLAHATUL HUDA
GUNUNG SARI TLOGOWUNGU PADA TAHUN AJARAN 2009/2010
[Skripsi]. Semarang (ID): Institut Agama Islam Negeri Walisongo.

Tipler P. 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta (ID):
Penerbit Erlangga.

Serway dan Jewett. 2009. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta (ID): Salemba
Teknik.

Anda mungkin juga menyukai