Reaksi fotosintesis secara jelas dapat digambarkan sebagai pertukaran gas pada
tahun 1964:
6 CO2 + 6 H2O → C6H12O6 + 6 O2
Dalam reaksi tersebut sebanyak 691.000 kalori energi radiasi cahaya diserap daun dan
dikonversi menjadi bentuk glukosa. Kenyataan bahwa proses fotosintesis memerlukan cahaya,
menunjukkan adanya pengaruh intensitas cahaya yang besar terhadap laju fotosintesis. Pada
intensitas cahaya rendah, maka laju fotosintesis akan rendah pula, sehingga cahaya dapat
sebagai faktor pembatas.
Selain itu, laju difusi CO2 ke dalam sel juga mengendalikan laju fotosinstesis. CO2
dapat menjadi faktor pembatas bila terjadi jenuh cahaya. Tetapi bila terjadi kenaikan konsentrasi
CO2 maka akan menghilangkan pembatas tadi dan dapat diharapkan bahwa peningkatan
intensitas cahaya selanjutnya akan meningkatkan laju fotosintesis. Laju fotosintesis yang tinggi
dapat diamati dari jumlah O2 yang dihasilkan.
Percobaan ini pertama kali dilakukan oleh F.F. Blackman (1905) yang berkesimpulan
bahwa proses fotosintesis meliputi reaksi-reaksi fotokimia dan reaksi-reaksi enzimatik.
Keseluruhan proses mulai berlangsung bila ada cahaya dan berhenti apabila tidak ada cahaya.
Setiap langkah bergantung pada langkah sebelumnya. Keadaan gelap menghambat proses
fotokimia sehingga O2 tidak diproduksi.
Selain faktor-faktor luar (CO2, intensitas cahaya dan suhu) yang mempengaruhi
laju fotosintesis, faktor dalam yang juga penting dalam mengendalikan fotosintesis adalah
konsentrasi klorofil, defisit air, dan konsentrasi enzim. Konsentrasi klorofil pada tingkat yang
cukup rendah dapat membatasi laju fotosintesis.
Tujuan:
Mengamati pengaruh cahaya dan ketersediaan CO2 terhadap laju fotosintesis dengan
mengukur banyaknya O2 yang dikeluarkan.
Capaian Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat mengukur laju fotosintesis berdasarkan oksigen yang dihasilkan
oleh tumbuhan dengan cara yang sederhana
2. Mahasiswa memahami pengaruh intensitas cahaya dan ketersediaan CO2
terhadap laju fotosintesis
2
Cara kerja:
Tanaman Hydrilla dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang diletakkan dalam tabung
beaker berisi air (250 ml). Air dalam tabung beaker NaHCO3 sesuai dengan konsentrasi
(Cara kerja poin 2). Termometer di masukkan ke tabung beaker untuk memantau suhu
air agar stabil pada suhu ruang. Lampu diarahkan pada Hydrilla dengan jarak yang
sudah ditentukan. Lampu dinyalakan dan setelah masa adaptasi berakhir, pengamatan
jumlah gas yang terkumpul pada pipa kapiler (tubing) dilakukan selama 5 menit.
Diameter mikro buret adalah 1 mm dan skala yang terbaca sebagaimana dicantumkan
pada tabel adalah mm.
Data Perlakuan
Kombinasi perlakuan 1: Setelah Hydrilla terpasang dan lampu LED dipasang pada
jarak 120 cm dan NaHCO3 1 gr/250 ml, kemudian dibiarkan teradaptasi pada
lingkungan selama lebih kurang 5 menit, maka pengamatan dimulai dengan menunggu
jumlah gas yang terkumpul setiap 5 menit di dalam buret mikro sebagaimana terdapat
pada tabel di bawah.