Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

KOEFISIEN MUAI PANJANG


DENGAN METODE OPTIK

IRSYAD RIFHANDI
A2401201126
ST15.2

Dosen Penanggung Jawab Praktikum


Ardian Arif setiawan, S.Si. M.Si

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IPB UNIVERSITY
2020
 TUJUAN

Praktikum kali ini bertujuan menentukan koefisien muai panjang logam tembaga,
aluminium, dan baja dengan menggunakan pengukuran perubahan panjang secara optik.

 TEORI SINGKAT

Logam akan memuai jika dipanaskan dan pemuaiannya berbeda-beda untuk jenis
logam yang berbeda dan setiap zat juga mempunyai kemampuan memuai yang berbeda
(Ferawati at al. 2012). Pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda
karena menerima kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat kecil dibandingkan
dengan nilai panjang benda tersebut, sehingga lebar dan tebal dianggap tidak ada. Koefisien
muai panjang suatu benda adalah perbandingan antara pertambahan panjang terhadap panjang
awal benda persatuan kenaikan suhu. Jika suatu benda padat dipanaskan maka benda tersebut
akan memuai ke segala arah, dengan kata lain ukuran panjang bertambahnya ukuran panjang
suatu benda karena menerima kalor (Meiza at al. 2017). Pemuaian panjang suatu benda
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang awal benda, koefisien muai panjang dan besar
perubahan suhu. Koefisien muai panjang suatu benda sendiri dipengaruhi oleh jenis benda atau
jenis bahan (Wulandari at al. 2015).

Pemuaian panjang adalah bertambahnya ukuran panjang suatu benda karena menerima
kalor. Pada pemuaian panjang nilai lebar dan tebal sangat kecil dibandingkan dengan nilai
panjang benda tersebut, sehingga lebar dan tebal dianggap tidak ada. Koefisien muai panjang
suatu benda adalah perbandingan antara pertambahan panjang terhadap panjang awal benda
persatuan kenaikan suhu. Jika suatu benda padat dipanaskan maka benda tersebut akan memuai
kesegala arah,dengan kata lain ukuran panjang bertambahnya ukuran panjang suatu benda
karena menerima kalor (Meiza et al. 2017). Secara teori, nilai muai panjang pada baja yaitu 11
x 10-6/oC, kuningan 19 x 10-6/oC, intan 1,2 x 10-6/oC, Alumunium 24 x 10-6/oC, dll.
Ketika sebuah benda mengalami pemanasan, volumenya selalu meningkat dan setiap
dimensi meningkat bersamaan. Pada tingkat mikroskopis kita dapat menentukan sebuah
ketepatan antara hubungan panjang pada obyek dengan perubahan suhu, penambahan pada
ukuran dapat dipahami pada istilah peningkatan energi kinetik akibat setiap molekul
bertubrukan sangat kuat dengan molekul disebelahnya. Molekul-molekul berhasil mendorong
satu sama lain sampai terpisah dan mengembangkan benda (Joseph 1978).
Jika temperatur benda padat dinaikkan maka benda padat tersebut akan memuai. Dapat
diamati dari sebuah batang logam yang memiliki panjang [L] dan pada suhu atau temperatur
[T] tertentu. Jika temperatur atau suhunya berubah maka perubahan panjang akan sebanding
dengan perubahan suhu dan panjang mula-mula. Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
ΔL = ᾳ Lo ΔT
Dengan ΔL adalah perubahan panjang, Lo adalah panjang mula-mula, ᾳ adalah
koefisien pemuaian panjang, dan ΔT adalah perubahan pada suhunya (Tippler 1998).
Koefisien pemuaian panjang biasanya dihitung berdasarkan persamaan empiris antara
rapat massa dan suhu pada tekanan konstan. Jika metode ini tidak memungkinkan digunakan
metode optik yang melibatkan faktor intenferensi cahaya koefisien muai panjang tidak
bebas dari pengaruh perubahan dari tekanan. Suatu zat padat atau zat cair mengalami
perubahan volume apabila suhunya berubah sebesar dt, karena skala derajat kelvin dan skala
derajat celcius merupakan selang suhu yang sama harganya. Lambang koefisien pemuaian
panjang adalah ᾳ, koefisien pemuaian panjang (linear) besarnya diukur dengan memakai Iner
Vero Meter (Zemansky 1999).

 DATA

Tabel 1 Hasil Pengukuran koefisien muai logam tembaga.


o
No. T ( C) Δ L Tembaga (cm)
1 20 0
2 -3
25 1.22 x 10
-3
3 30 2.31 x 10
-3
4 35 3.78 x 10
-3
5 40 5.03 x 10
-3
6 45 6.51 x 10
-3
7 50 7.05 x 10
-3
8 55 8.70 x 10
-3
9 60 10.30 x 10
L o ± ΔL o (15.00 ± 0.01) cm
-4 o
L 0 ± ΔL 0 (2.5283 ± 0.0608) x10 cm/ C

±Δ (1.685 ± 0.0417) x10-5 oC

Tabel 2 Hasil Pengukuran koefisien muai logam aluminium.


o
No. T ( C) ΔL Alumunium ( cm )
1 20 0
2 -3
25 1.63 x 10
-3
3 30 3.58 x 10
-3
4 35 5.17 x 10
-3
5 40 6.93 x 10
-3
6 45 8.84 x 10
-2
7 50 1.035 x 10
-2
8 55 1.130 x 10
-2
9 60 1.380 x 10
Lo ± ΔLo (15.00 ± 0.01) cm
L0 ± ΔL0 (3.3807 ± 0.0739) x10-4cm/ oC
±Δ (2.2471 ± 0.0480) x10-5 oC
Tabel 3 Hasil Penggukuran koefisien muai logam baja.
o
No. T ( C) Δ L Baja ( cm )
1 20 0
2 -4
25 8.59 x 10
-3
3 30 1.70 x 10
-3
4 35 2.78 x 10
-3
5 40 3.45 x 10
-3
6 45 4.21 x 10
-3
7 50 5.35 x 10
-3
8 55 6.32 x 10
-3
9 60 7.12 x 10
Lo ± ΔLo (15.00 ± 0.01) cm
L0 ± ΔL0 (1.786 ± 0.0292) x10-4cm/ oC
±Δ (1.191 ± 0.020) x10-5 oC

 PENGOLAHAN DATA

1. Koefisien muai logam tembaga.


 Perhitungan L0𝛼 dan ΔL0𝛼 menggunakan bantuan aplikasi Microsoft Excel dengan
rumus perbandingan ΔL terhadap ΔT yaitu
(=LINEST(C2:C10;B2:B10;TRUE;TRUE)). Dari pengolahan data pada Microsoft
Excel didapatkan hasil kemiringan kurva sebesar 2.52 × 10-4 beserta
ketidakpastiannya 6.08 × 10-6.
L0𝛼 ± ΔL0 𝛼 = (2.5283 ± 0.0608) × 10-4cm/oC

Kurva Perbandingan ∆L terhadap ∆T


0.012
0.01 y = 0.0003x - 7E-05
R² = 0.996
0.008
∆L (cm)

0.006
0.004
0.002
0
-0.002 0 10 20 30 40 50
∆T (oC)
Gambar 1. Grafik kemiringan kurva ΔL terhadap ΔT pada tembaga
 Perhitungan koefisien muai panjang tembaga menggunakan rumus :
𝐿0𝛼
𝛼= 𝐿
𝑜
2.5283 × 10−4 𝑐𝑚/𝑜
𝐶
𝛼= 15 𝑐𝑚
𝛼 = 1.686 × 10-5 oC-1
 Perhitungan ketidakpastian koefisien muai panjang tembaga menggunakan rumus :
𝛼 𝛼
Δ𝛼 = (𝐿0𝛼 × 𝛥𝐿0𝛼) + (𝐿 × 𝛥𝐿𝑜 )
𝑜
1.69 × 10−5 𝑜 𝐶 −1 1.69 × 10−5 𝑜 𝐶 −1
Δ𝛼= (2.53 × 10−4 𝑐𝑚.𝑜 𝐶 −1 6.08 × 10−6 𝑐𝑚.𝑜 𝐶 −1 ) + ( 0.01 𝑐𝑚)
15 𝑐𝑚
Δ𝛼 = 4.06 × 10-7 oC-1 + 0.11 × 10-7 oC-1
Δ𝛼 = 4.16 x10-7 oC-1

2. Koefisien muai logam aluminium.


 Perhitungan L0𝛼 dan ΔL0𝛼 menggunakan bantuan aplikasi Microsoft Excel dengan
rumus perbandingan ΔL terhadap ΔT yaitu
(=LINEST(C2:C10;B2:B10;TRUE;TRUE)). Dari pengolahan data pada Microsoft
Excel didapatkan hasil kemiringan kurva sebesar 3.38 × 10-4 beserta
ketidakpastiannya 7.39 × 10-6.
L0𝛼 ± ΔL0 𝛼 =(3.3707 ± 0.----) × 10-4cm/CCo

Kurva Perbandingan ∆L terhadap ∆T


0.016
0.014 y = 0.0003x + 8E-05
R² = 0.9967
0.012
∆L (cm)

0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 10 20 30 40 50
∆T (oC)

Gambar 2. Grafik kemiringan kurva ΔL terhadap ΔT pada aluminium


 Perhitungan koefisien muai panjang aluminium menggunakan rumus :
𝐿0𝛼
𝛼= 𝐿
𝑜
3.37 × 10−4 𝑐𝑚/𝑜𝐶
𝛼= 15 𝑐𝑚
𝛼 = 2.25 × 10-5 oC-1
 Perhitungan ketidakpastian koefisien muai panjang aluminium menggunakan rumus :
𝛼 𝛼
Δ𝛼 = (𝐿0𝛼 × 𝛥𝐿0𝛼) + (𝐿 × 𝛥𝐿𝑜 )
𝑜
2.25 × 10−5 𝑜 𝐶 −1 2.25 × 10−5 𝑜 𝐶 −1
Δ𝛼 =(3.38 × 10−4 𝑐𝑚.𝑜 𝐶 −1 × 7.39 × 10−6 𝑐𝑚.𝑜 𝐶 −1 ) + ( 0.01 𝑐𝑚)
15 𝑐𝑚
Δ𝛼 = 4.80 × 10-7 oC-1

3. Koefisien muai logam baja.


 Perhitungan L0𝛼 dan ΔL0𝛼 menggunakan bantuan aplikasi Microsoft Excel dengan
rumus perbandingan ΔL terhadap ΔT yaitu
(=LINEST(C2:C10;B2:B10;TRUE;TRUE)). Dari pengolahan data pada Microsoft
Excel didapatkan hasil kemiringan kurva 1.78 × 10-4 sebesar beserta
ketidakpastiannya 2.92 × 10-6.
L0𝛼 ± ΔL0 𝛼 =(1.786 ± 0.0292) × 10-4cm/oC

Kurva Perbandingan ∆L terhadap ∆T


0.008
0.007 y = 0.0002x - 4E-05
R² = 0.9981
0.006
0.005
∆L (cm)

0.004
0.003
0.002
0.001
0
-0.001 0 10 20 30 40 50
∆T (oC)
Gambar 3. Grafik kemiringan kurva ΔL terhadap ΔT pada baja
 Perhitungan koefisien muai panjang baja menggunakan rumus :
𝐿0𝛼
𝛼= 𝐿
𝑜
1.79 × 10−4 𝑐𝑚/𝑜𝐶
𝛼= 15 𝑐𝑚
𝛼 =1.19 × 10-5 oC-1
 Perhitungan ketidakpastian koefisien muai panjang baja menggunakan rumus :
𝛼 𝛼
Δ𝛼 =(𝐿0𝛼 × 𝛥𝐿0𝛼) + (𝐿 × 𝛥𝐿𝑜 )
𝑜

1.19 × 10−5 𝑜 𝐶 −1 1.69 × 10−5 𝑜 𝐶 −1


Δ𝛼 = (1.79 × 10−4𝑐𝑚.𝑜 𝐶 −1 × 2.92 × 10−6 𝑐𝑚.𝑜 𝐶 −1 ) + ( × 0.01 𝑐𝑚)
15 𝑐𝑚

Δ𝛼 = 1.91 × 10-7 oC-1 + 0.11 × 10-7 oC-1


Δ𝛼 = 2.02 × 10-7 oC-1

 PEMBAHASAN
Praktikum ini mengukur nilai koefisien muai panjang suatu logam menggunakan
perubahan panjang secara optik. Logam yang pertama diukur adalah tembaga. Data 1
menunjukkan hasil dari uji coba dengan menggunakan logam tembaga, terlihat dalam tabel
semakin besar suhu maka semakin besar pula perubahan panjang pada logam aluminium.
Pengolahan data untuk menentukan koefisien muai panjang logam dapat ditentukan dengan
perbandingan antara pertambahan panjang terhadap panjang awal benda persatuan kenaikan
suhu (Meiza at al. 2017). Sebelum menentukan nilai koefisien muai, praktikan menentukan
terlebih dahulu nilai perpanjangan logam per-satuan suhu dengan menggunakan bantuan
aplikasi Microsoft Excel.
Logam kedua yang diukur adalah aluminium dan selanjutnya adalah baja. Kedua
pengukuran ini cara pencarian koefisien muanya sama dengan pencarian muai panjang logam
tembaga. Data 2 untuk logam aluminium dan data 3 untuk logam baja menunjukkan bahwa
semakin besar suhu maka perpanjangan logam akan semakin besar. Dari ketiga data, logam
aluminium mempunyai nilai perubahan panjang paling besar dan logam baja mempunyai nilai
perubahan panjang paling kecil begitu pula dengan koefisien muai panjang logam.

 KESIMPULAN
Praktikan dapat menentukan koefisien muai panjang pada tiga logam berbeda yaitu
tembaga, aluminium, dan baja menggunakan bantuan aplikasi Microsoft Excel dan perhitungan
manual dengan rumus yang sudah ditetapkan dengan hasil koefisien muai panjang logam
aluminium lebih besar dari koefisien muai panjang logam tembaga dan aluminium. Pemuaian
lebih cepat terjadi pada logam aluminium dengan koefisien pemuaian panjang adalah 3.34
× 10-4 cm/oC. Sedangkan nilai koefisien pemuaian pada tembaga hanya 2.5 × 10-4 cm/oC. Dan
pada logam baja koefisien pemuaiannya adalah 1.7 × 10-4 cm/oC.
Berdasarkan hasil pengamatan, benda dapat mengalami pemuaian ketika benda
tersebut dipanaskan, yang mana pemuaian tersebut dapat diamati dengan adanya perubahan
panjang dan suhu. Logam baja memiliki susunan molekul yang lebih padat dan rapat
sehingga inilah yang menyebabkan besi sulit mengalami pemuaian, lain halnya dengan logam
tembaga dan logam aluminium yang memiliki susunan molekul yang lebih renggang sehingga
lebih mudah mengalami pemuaian.

 DAFTAR PUSTAKA

Joseph, W. Kone. 1998. Fisika Dasar. Jakarta: Erlangga.


Meiza N, Yulkifli, Kamus Z. 2017. Pembuatan set eksperimen muai panjang digital berbasis
mikrokontroler atmega328. Pillar Physics. 10: 71-77.

Puspita Septim Wulandari, Yohanes Radiyono.2015. Penggunaan Metode Difraksi Celah


Tunggal pada Penentuan Koefisien Pemuaian Panjang Alumunium (Al ) . 6: 19-22

Tippler, A Paul. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Wulandari PS, Radiyono Y. 2015. Penggunaan metode difarksi celah tunggal pada penentuan
koefisien pemuaian panjang alumunium (Al). Prosiding Seminar Nasional Fisika
dan Pendidikan Fisika (SNFPF). 6(1):19-22.

Zears, Zemansky. 1998. Fisika untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai