Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM 8

PENGUKURAN KOEFISIEN MUAI PANJANG


DENGAN METODE OPTIK

Muhammad Azkal Azkiya


G7401201067
ST12.1

Dosen Penanggung Jawab Praktikum


Dr. Mersi Kurniati, S.Si, M.Si

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IPB UNIVERSITY
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan koefisien muai panjang beberapa
macam logam dengan menggunakan pengukuran perubahan panjang secara optik.

1.2 Teori Singkat


Pemuaian didefinisikan sebagai perubahan ukuran suatu benda yang disebabkan
oleh beberapa faktor seperti perubahan suhu dan perubahan kalor. Pemuaian dapat
dialami oleh benda padat, cair, dan gas (Angga dan Mei 2015). Pada pemuaian terbagi
menjadi 3 jenis pemuaian yaitu pemuaian panjang, pemuaian luas, dan pemuaian
volume (Tukan 2015). Untuk menemukan besar pemuaian panjang pada suatu benda,
dapat menggunakan persamaan matematis sebagai berikut.
∆𝐿 = 𝛼𝐿0∆𝑇
Dimana L0 adalah panjang awal benda, ∆T adalah perubahan suhu, dan α adalah
koefisien muai panjang benda. Koefisien muai panjang suatu zat didapatkan dari hasil
dari pembagian perubahan panjang dan perubahan suhu (Tipler dan Mosca 2008).
Secara matematis, persamaan untuk menemukan koefisien muai panjang zat adalah
sebagai berikut
∆𝐿
𝛼 = ∆𝑇
Pada pemuaian Volume, persamaan untuk mencari besar pemuaian volume
benda sebagai berikut.
∆𝑉 = 𝛽𝑉0∆𝑇

Dimana V0 adalah volume awal benda, ∆T adalah perubahan suhu, dan ß adalah
koefisien muai volume benda (Giancoli 2001). Untuk nilai koefisien muai volume
benda bernilai 3 kali dari nilai koefisien muai panjang benda (Halliday et al. 2010).

Namun, pengamatan muai panjang mengalami beberapa kendala seperti


kemampuan pengamat yang terbatas. Untuk mengatasi masalah ini, terdapat beberapa
metode seperti metode optik yang memanfaatkan laser. Metode optik ini menggunakan
interferometer laser karena kemudahan penggunaan dengan pengukuran yang lebih
akurat hingga skala mikro (Böcekçi dan Varol 2012).
BAB II
DATA DAN PENGOLAHAN DATA

2.1 Data
No T(0C) ∆LTembaga (cm) ∆L Aluminium (cm) ∆L Baja(cm)
1 20 0 0 0
2 25 1.22  10-3 1.63  10-3 8.59  10-4
3 30 2.31  10-3 3.58  10-3 1.70  10-3
4 35 3.78  10-3 5.17  10-3 2.78  10-3
5 40 5.03  10-3 6.93  10-3 3.45  10-3
6 45 6.51  10-3 8.84  10-3 4.21  10-3
7 50 7.05  10-3 1.035  10-2 5.35  10-3
8 55 8.70  10-3 1.130  10-2 6.32  10-3
9 60 10.30  10-3 1.380  10-2 7.12  10-3

Tabel 2.1 Data muai panjang dari tembaga, aluminium, dan baja.
Perubahan Panjang (cm)

Koefisien Muai Panjang Tembaga


0.012

0.01 y = 0.0003x - 7E-05


R² = 0.996
0.008

0.006

0.004

0.002

0
0 10 20 30 40 50
Perubahan Suhu (0C)

Diagram 2.1a Grafik koefisien muai panjang tembaga


Perubahan Panjang (cm) Koefisien Muai Panjang Aluminium
0.016
y = 0.0003x + 8E-05
0.014 R² = 0.9967
0.012
0.01
0.008
0.006
0.004
0.002
0
0 10 20 30 40 50
0
Perubahan Suhu ( C)

Diagram 2.1b Grafik koefisien muai panjang aluminium.


Perubahan panjang (cm)

Koefisien Muai Panjang Baja


0.008
y = 0.0002x - 4E-05 R² = 0.9981
0.007
0.006
0.005
0.004
0.003
0.002
0.001
0
0 10 20 30 40 50
0
Perubahan suhu ( C)

Diagram 2.1c Grafik koefisien muai panjang baja.

2.2 Pengolahan Data


2.2.1 Tembaga
L0 ± ∆L0 = (15.00 ± 0.01) cm
𝐿0𝛼 ± ∆𝐿0𝛼 = (2.53 × 10−4 ± 6.08 × 10−6)cm
𝛼 ± ∆𝛼 = (1.69 × 10−5 ± 1.05 × 10−7) cm
∆𝛼
S𝑎 𝑡𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎 =
√𝑛
1.69 × 10−5
S𝑎 𝑡𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎 =
√9
S𝑎 𝑡𝑒𝑚𝑏𝑎𝑔𝑎 = 5.63 × 10−6 cm
2.2.2 Aluminium
L0 ± ∆L0 = (15.00 ± 0.01) cm
𝐿0𝛼 ± ∆𝐿0𝛼 = (3.38 × 10−4 ± 7.39 × 10−6)cm
𝛼 ± ∆𝛼 = (2.25 × 10−5 ± 4.93 × 10−7) cm
∆𝛼
S𝑎 𝑎𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑖𝑢𝑚 =
√𝑛
2.25 × 10−5
S𝑎 𝑎𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑖𝑢𝑚 =
√9
S𝑎 𝑎𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑖𝑢𝑚 = 0.75 × 10−5 cm
2.2.3 Baja
L0 ± ∆L0 = (15.00 ± 0.01) cm
𝐿0𝛼 ± ∆𝐿0𝛼 = (1.79 × 10−4 ± 2.92 × 10−6)cm
𝛼 ± ∆𝛼 = (1.19 × 10−5 ± 1.95 × 10−7) cm
∆𝛼
S𝑎 𝑏𝑎𝑗𝑎 =
√𝑛
1.19 × 10−5
S𝑎 𝑏𝑎𝑗𝑎 =
√9
S𝑎 𝑏𝑎𝑗𝑎 = 3.97 × 10−6 cm

2.3 Pembahasan
Salah satu faktor yang memengaruhi nilai pemuaian panjang benda adalah nilai
koefisien muai panjang benda tersebut. Untuk mengukur nilai koefisien pada percobaan
kali ini, menggunakan tiga buah benda dengan bahan yang berbeda yaitu tembaga,
aluminium, dan baja. Metode yang digunakan untuk mengamati besar perubahan
panjang benda tersebut menggunakan metode optik yang memanfaatkan laser
interferometer Michelson dan oven yang dilengkapi sensor suhu. Untuk mengamati
perubahan panjang benda guna mengukur koefisien muainya, rangkai terlebih dahulu
peralatan pengamatan sesuai dengan instruksi kemudian letakkan batang logam yang
akan diamati ke dalam oven. Setelah itu nyalakan laser dan naikkan suhu. Amati dan
catat perubahan panjang dari batang logam tersebut.
Dari percobaan yang telah dilakukan, nilai dari koefisien muai panjang setiap
benda dipengaruhi oleh perubahan suhu dan perubahan panjang benda. Pada batang
logam berbahan tembaga, nilai koefisien muai panjang benda sebesar 𝛼 ± ∆𝛼 =
(1.69 × 10−5 ± 1.05 × 10−7) cm dengan rata-rata ketidakpastiannya sebesar 5.63 × 10-
6
cm. Pada batang logam aluminium, nilai koefisien muai panjangnya lebih besar dari
tembaga yaitu sebesar 𝛼 ± ∆𝛼 = (2.25 × 10 −5 ± 4.93 × 10−7) cm dengan rata- rata
ketidakpastiannya sebesar 0.75 × 10−5 cm. Nilai koefisien muai panjang pada baja jika
dibandingkan dengan dua logam sebelumnya merupakan yang terkecil dengan nilai
sebesar 𝛼 ± ∆𝛼 = (1.19 × 10−5 ± 1.95 × 10−7) cm dan rata-rata ketidakpastian
koefisiennya sebesar 3.97 × 10−6 cm. Pada grafik yang disajikan, ketiganya
menunjukkan grafik linear dengan nilai koefisien muai panjang logam berbanding lurus
dengan perubahan panjang dan berbanding terbalik dengan perubahan suhu.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah nilai koefisien muai benda dipengaruhi
oleh jenis bahan benda tersebut, perubahan suhu, dan perubahan panjang saat diberikan
perlakuan. Ketiga benda memberikan data yang berbeda terkait dengan koefisien muai
panjang. Pada logam tembaga, besar koefisien muai panjang dan ketidakpastiannya
adalah 𝛼 ± ∆𝛼 = (1.69 × 10−5 ± 1.05 × 10−7) cm, aluminium sebesar 𝛼 ± ∆𝛼 =
(2.25 × 10−5 ± 4.93 × 10−7) cm, dan yang terkecil adalah baja dengan nilainya
sebesar 𝛼 ± ∆𝛼 = (1.19 × 10−5 ± 1.95 × 10−7) cm.
Daftar Pustaka
Angga NM, Mei S. 2015. Perancangan media pembelajaran fisika - pemuaian. JUISI:
Jurnal Informatika dan Sistem Informasi. 1(2): 176-183.
Böcekçi VG, Varol HS. 2012. Accurate displacement detection with a computer-aided
interferometric measuring system. Acta Physica Polonica A. 121(1): 181-183.
Giancoli DC. (2001). Fisika Jilid 1. Ed ke-5 . Y. Hanum, Penerjemah. Jakarta (ID):
Penerbit Erlangga.
Haliday D, Walker J, Resnick R. 2010. Fundamentals of Physics. New Jersey (US):
Wiley.
Tipler PA, Mosca G. 2008. Physics for Scientist and Engineers. New York (US): W.H.
Freeman and Company.
Tukan MF. 2015. Pengembangan perangkat pembelajaran model pembelajaran
langsung berbantuan media berbasis komputer pokok bahasan pemuaian zat
padat [Tesis]. Surabaya (ID): Universitas Katolik Widya Mandala.

Anda mungkin juga menyukai