Tujuan Praktikum
1. Menghitung headloss pada sistem perpipaan.
2. Menghitung debit actual yang melalui sistem perpipaan.
3. Menghitung koefisien friksi (f) dan koefisien Hazen-Williams ( c ) dalam
sistem perpipaan.
Tabel 2.1. Data besarnya massa jenis dalam suatu titik suhu
Massa
Temperatur Jenis
T (oC)
(kg/m^3)
0 999.9
5 1000
10 999.7
15 999.1
20 998.2
30 995.7
40 992.2
50 988.1
60 983.2
70 977.8
80 971.8
90 966.3
100 958.4
Dari tabel massa jenis dalam suatu titik suhu seperti yang ada dalam Tabel 1
dibuat grafik agar dapat memudahkan analisis pengaruh temperatur terhadap massa
jenis.
985
980
975
970
965 y = -0.0035x2 - 0.0729x + 1000.6
960
R² = 0.9991
955
0 20 40 60 80 100 120
Temperatur (oC)
∆h U-Tube
∆h Piezometer (m) Manometer (m) t (s)
Variasi
t1 t2 t3
A (m) B (m) X (m) Y (m) (s) (s) (s)
1 0.513 0.12 0.19 0.22 7 6.9 6.9
2 0.483 0.156 0.192 0.218 8 7.9 7.7
3 0.437 0.213 0.195 0.214 9.5 9.3 9.5
4 0.474 0.298 0.2 0.207 16.6 16.2 16.6
5 0.36 0.334 0.203 0.205 48.5 48.3 48.8
0.0015
0.001
y = 2E-07x2 - 3E-05x + 0.0017
0.0005 R² = 0.9818
0
0 20 40 60 80 100 120
Sumbu x = Suhu
3.2.Viskositas Air
Pada tabel 2.3 dan gambar 2.2 terkait hubungan antara viskositas dan suhu,
terlihat bahwa jika suhunya berubah, massa jenisnya juga berubah. Dalam
gambar 1 didapatkan persamaan yaitu :
y = 2E-07x2 - 3E-05x + 0.0017
𝑉
𝑄=
t
Keterangan
Q = Debit (m3/s)
V = Volume gelas ukur (m3)
t = Waktu (s)
= 0.00018 m3/s
Untuk menghasilkan debit aktual pada variasi 2-3 dilakukan cara perhitungan
yang sama dan dihasilkan nilai berikut:
Data mengenai debit (Q) dapat dihasilkan dari perhitungan sebelumnya yaitu
pada bagian 3.3 dan data pendukung untuk menghitung luas penampang (A)
didapatkan dari data awal yang diambil sebelum perobaan dimulai, yang jika
persamaannya dirumuskan dan dimasukkan data kedalamnya adalah sebagi
berikut:
𝑑
𝐴 = 𝜋( )2
2
0.0262 2
𝐴 = 𝜋( )
2
𝐴 = 0.0001452
0.00018
𝑣=
0.0001452
= Ks
D
Keterangan :
Ks = koefisien kekasaran bahan (m)
D = diameter (m)
Untuk menghitung koefisien kekasaran yang ada pada pipa biru tua, maka
dimasukkan diameter pipa biru tua ke dalam persamaan yang dapat
dinyatakan sebagai berikut:
2.5 𝑥 10−4
=
0.0262
= 0.018382353
Jika dilakukan hal yang sama pada sistem perpipaan biru muda, maka
akan didapatkan koefisien kekasaran sebesar 0.009541985. Sementara itu,
untuk mendapatkan nilai Reynolds pada masing-masing sistem perpipaan,
persamaannya dapat dinyatakan sebagai berikut:
Re = ρ x d x v
μ
Keterangan :
Re = nilai bilangan Reynolds
ρ = densitas fluida (kg/m3)
d = diameter penyempitan (m)
v = kecepatan rata-rata fluida pada penyempitan (m/s)
μ = viskositas (Ns/m2)
Karena pada masing-masing variasi dihasilkan besar kecepatan yang
berbeda-beda, maka akan dilakukan perhitungan pada variasi pertama
terlebih dahulu yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
996.4652 𝑥 0.0136 𝑥 1.224433
𝑅𝑒 =
0.00106505
= 15579.94931
Hal tersebut juga berlaku pada variasi 2 dan 3 serta sistem perpipaan biru
muda variasi 1-3, yang jika dihitung akan didapatkan hasil sebagai berikut:
Rebirutua2 = 14296.7225
Rebirutua3 = 12035.82119
Rebirumuda1 = 8087.30193
Rebirumuda2 = 7421.199467
Rebirumuda3 = 6247.601838
Dari data bilangan Reynolds dan koefisien kekasaran yang sudah
dihitung, makan akan didapatkan nilai koefisien friksi dengan menggunakan
diagram Moody.
tua
0.79
= 0.29 - (0.914) x 0.195
= 0.121455142 m
Jika dilakukan metode yang sama pada variasi 2 dan
3, maka akan didapatkan hasil sebesar 0.113555799
m untuk variasi 2 dan 0.10392779 m untuk variasi
3.
iii. 90o Sharp Bend
Untuk menghitung 90o Sharp Bend dilakukan
dengan menggunakan persamaan berikut:
𝐿 90o Sharp Bend
HL = ∆h90o Sharp Bend – (𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎) x ∆hpipa lurus biru
tua
= 0.199188184 m
Jika dilakukan metode yang sama pada variasi 2 dan
3, maka akan didapatkan hasil sebesar 0.184595186
m untuk variasi 2 dan 0.171229759 m untuk
variasi 3.
tua
Keterangan :
C = koefisien Hazen-Williams
D = diameter (m)
s = slope (m)
Tabel 4.2 Hasil perhitungan headloss mayor dan minor, bilangan Reynolds, slope,
dan koefisien friksi pada sistem perpipaan biru tua
Headloss
Headloss Minor (m)
Mayor Bilangan Koefisien
S0.54
Standard 90˚ sharp reynolds friksi
Pipa lurus Gate valve
elbow bend
0.25317756 0.0756 0.121455142 0.199188184 0.398021559 15579.94931 0.0493
0.213622078 0.0252 0.113555799 0.184595186 0.365238914 14296.7225 0.0494
0.151706037 0.0504 0.10392779 0.171229759 0.307479582 12035.82119 0.0495
Tabel 4.4 Hasil perhitungan headloss mayor pada sistem perpipaan biru muda
Headloss Mayor (m)
Pipa Lurus (11-16) Pipa Lurus (8-9) Total
0.007606046 0.014652823 0.022258869
0.006421012 0.012369891 0.018790903
0.00456229 0.008789117 0.013351406
Tabel 4.5 Hasil perhitungan headloss minor pada sistem perpipaan biru muda
Headloss Minor (m)
Globe valve Bend 2” Bend 4” Bend 6” Pelebaran Penyempitan
0.6678 0.140741131 0.076741131 0.092741131 0.017741131 0.152741131
0.6426 0.137209097 0.171209097 0.186209097 0.021209097 0.151209097
0.5292 0.118648594 0.152648594 0.151648594 0.021648594 0.121648594
Tabel 4.5 Selisih kecepatan aliran fluida pada sistem perpipaan biru tua dan
muda
0.800151227
0.673772018
0.477519871
Tabel 4.6 Nilai bilangan reynolds, koefisien friksi, dan slope pada sistem perpipaan
biru muda
Bilangan Koefisien
S0.54
reynolds friksi
V. Analisis A
5.1.Cara Kerja
Hal pertama yang harus dilakukan dalam percobaan ini adalah
memasukkan outlet Hydraulic Bench ke Inlet alat, sedangkat Outlet alat ke
Hydraulic Bench. Setelah itu, suhu fluida diukur agar dapat diketahui massa
jenisnya karena besar suhu memengaruhi massa jenis. Setelah itu, globa valve
ditutup dan dibuka gate valve. Keduanya tidak dapat dibuka berbarengan, harus
satu persatu. Agar air dapat mengalir, maka pompa harus dinyalakan dan valve
di Hydraulic Bench pun dibuka, lalu air dibiarkan mengalir 2-3 menit. Setelah
itu, gate valve ditutup dan udara yang terjebak dalam Piezometer dikeluarkan
karea hal tersebut dapat mengganggu keberjalanan dari percobaan itu sendiri.
Lalu, gate valve dibuka dan udara yang ada dalam U-Tube dikeluarkan karena
dapat mengganggu akurasi dalam pendataan yang dilakukan dalam percobaan
ini. Tutup kembali gate valve, dan diulangi cara seperti sebelumnya dengan
mengatur globa valve, jika sudah selesai, glob valve ditutup kembali.
Kemudian, buku secara penuh valve yang ada di hydraulic bench. Dengan
membuka gate valve yang sudah penuh, didapatkan debit maksimum melalui
sistem perpipaan biru tua.. Lalu, debit diukur sebanyak 3 kali perhitungan
waktu untuk satu variasi debit, yang mana pada percobaan ini dilakukan tiga
variasi. Hasil dari pembacaan di Piezometer dan U-Tube Manometer dicatat.
Dengan debit yang sama, gate valve ditutup lalu dibuka pula globe valvenya,
dan diulangi cara seperti yang sudah dilakukan sebelumnya. Lalu untuk variasi,
diulangi pula langkah-langkah yang ada. Setelah selesaim tutup globe valve,
valve pada Hydraulic Bench, dan diukur suhu fluida kembali agar dapat
diketahui suhu ekuivalen agar dapat terhitung pula massa jenis dalam
percobaan ini. Terakhir, pompa Hydraulic Bench dimatikan.
5.2.Penurunan Rumus
5.2.1. Penurunan rumus Headloss aksesoris untuk sistem perpipaan biru tua
dan biru muda
Untuk menentukan nilai Headloss minor tiap aksesoris, dapat dilakukan
melalui rumus yang dinyatakan dalam persamaan berikut:
HL total = HL mayor + HL minor
HL minor = HL total - HL mayor
Headloss merupakan perbedaan tinggi yang terdapat pada Piezometer dan
U-Tube Manometer yang dapat dinyatakan dengan persammaan berikut:
HL minor aksesoris = Δh aksesoris - HL mayor aksesoris (i)
Untuk menentukan nilai Headloss mayor aksesoris, Headloss mayor dan
minor diperbandingkan yang dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
𝑳𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 𝒙 𝒗𝟐
𝐇𝐋 𝒎𝒂𝒚𝒐𝒓 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 𝒇 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔
𝑫 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 𝒙 𝟐𝒈
= 𝑳𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 𝒙 𝒗𝟐
𝐇𝐋 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 𝒇 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔
𝑫 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 𝒙 𝟐𝒈
Untuk sistem perpipaan biru muda, diameter aksesoris dengan pipa lurus
memiliki nilai yang berbeda sehingga :
𝐿𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑥 𝑣𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠2
HL 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑓 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠
𝐷 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑥 2𝑔
= 𝐿𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑥 𝑣𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠2
HL 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑓 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠
𝐷 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑥 2𝑔
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 2
𝐿𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑥 ( )
𝑓 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝐴 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠
HL 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝐷 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑥 2𝑔
= 𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
HL 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝐿𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑥 ( )2
𝐴 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠
𝑓 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠
𝐷 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑥 2𝑔
4𝑄 𝑥 𝐷𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠2 2
𝐿𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑥 ( )
𝑓 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝜋
HL 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝐷𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑥 2𝑔
= 4𝑄 𝑥 𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠2 2
HL 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝐿𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑥 ( )
𝑓 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝜋
𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑥 2𝑔
𝐇𝐋 𝒎𝒂𝒚𝒐𝒓 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 =
𝒇 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 𝒙 𝑳𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 𝒙 𝑫𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔𝟓
𝒙 𝐇𝐋 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 (iii)
𝒇 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 𝒙 𝑳𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 𝒙 𝑫𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔𝟓
Sumber: www.metropumps.com
Sehingga didapatkan nilai k adalah sebesar 0.38 untuk bend 2”, 0.65 untuk
bend 4”, dan 0.92 untuk bend 6”.
Sumbu y = hL Gate
0.08
0.06
Valve
0.04 y = 0.041x
0.02 R² = 0.1392
0
0 1 2
Sumbu x = v^2
|0.15 - 0.80442|
Galat = x 100%
0.15
Galat = 436.28%
Sumbu y = hL Globe
0.8
0.6
y = 6.7828x
0.4 R² = -0.216
Valve
0.2
0
0 0.05 0.1 0.15
Sumbu x = v2
K literature didapatkan dari tabel 5.1. Dari tabel tersebut didapatkan nilai
K literature untuk gate valve adalah sebesar 10, yang jika dilakukan
perhitungan akan menjadi sebagai berikut:
|10 - 0.80442|
Galat = x 100%
10
Galat = 1230.78536%
5.1.3. Headloss minor pada Standar Elbow
0.15
0.1
y = 0.0901x
0.05
R² = -3.732
0
0 0.5 1 1.5 2
Sumbu x = v2
Gambar 5.3 Grafik Headloss terhadap v2 pada Standard Elbow
Untuk dapat mengetahui nilai koefisien pada Headloss Standard Elbow
pada percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data menjadi sebuah
grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 0.0901x. Nilai y dalam
grafik ini adalah nilai Standard Elbow dan nilai x disini adalah nilai v2.
Jika dipersamakan dengan rumus Headloss minor yang dapat dinyatakan
dalam rumus berikut:
𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑘
2𝑔
dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
k = Koefisien Headloss
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝑘
maka angka yang terdapat di depan x atau v2 adalah nilai 2𝑔. Jika dilakukan
K literature didapatkan dari tabel 5.1. Dari tabel tersebut didapatkan nilai
K literature untuk gate valve adalah sebesar 0.9, yang jika dilakukan
perhitungan akan menjadi sebagai berikut:
|0.9 - 1.767762|
Galat = x 100%
0.9
Galat = 96.418 %
0.2
y = 0.1475x
0.1 R² = -4.179
bend
0
0 0.5 1 1.5 2
Sumbu x = v2
K literature didapatkan dari tabel 5.1. Dari tabel tersebut didapatkan nilai
K literature untuk gate valve adalah sebesar 2.2, yang jika dilakukan
perhitungan akan menjadi sebagai berikut:
|2.2 - 2.89395|
Galat = x 100%
2.2
Galat = 31.54318182%
5.1.5. Headloss minor pada Bend 2”
K literature didapatkan dari tabel 5.1. Dari tabel tersebut didapatkan nilai
K literature untuk gate valve adalah sebesar 0.38 yang jika dilakukan
perhitungan akan menjadi sebagai berikut:
|0.38 - 28.5471|
Galat = x 100%
0.38
Galat = 7412.394737%
5.1.6. Headloss minor pada Bend 4”
Headloss bend 4" terhadap v2
Sumbu y = hL bend
0.2
0.15
0.1
4"
y = 1.388x
0.05 R² = -1.269
0
0 0.05 0.1 0.15
Sumbu x = v2
Gambar 5.6 Grafik Headloss terhadap v2 pada Bend 4”
Untuk dapat mengetahui nilai koefisien pada Headloss Bend 4” pada
percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data menjadi sebuah
grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 1.388x. Nilai y dalam
grafik ini adalah nilai Bend 4” dan nilai x disini adalah nilai v2. Jika
dipersamakan dengan rumus Headloss minor yang dapat dinyatakan dalam
rumus berikut:
𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑘
2𝑔
dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
k = Koefisien Headloss
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝑘
maka angka yang terdapat di depan x atau v2 adalah nilai 2𝑔. Jika dilakukan
K literature didapatkan dari tabel 5.1. Dari tabel tersebut didapatkan nilai
K literature untuk gate valve adalah sebesar 0.65 yang jika dilakukan
perhitungan akan menjadi sebagai berikut:
|0.65 - 27.23256|
Galat = x 100%
0.65
Galat = 4089.624615%
5.1.7. Headloss minor pada Bend 6”
0.2
0.15
0.1 y = 1.5127x
6"
0.05 R² = -1.302
0
0 0.05 0.1 0.15
Sumbu x = v2
Gambar 5.7 Grafik Headloss terhadap v2 pada Bend 6”
Untuk dapat mengetahui nilai koefisien pada Headloss Bend 6” pada
percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data menjadi sebuah
grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 1.5127x. Nilai y dalam
grafik ini adalah nilai Bend 6” dan nilai x disini adalah nilai v2. Jika
dipersamakan dengan rumus Headloss minor yang dapat dinyatakan dalam
rumus berikut:
𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑘
2𝑔
dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
k = Koefisien Headloss
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝑘
maka angka yang terdapat di depan x atau v2 adalah nilai 2𝑔. Jika dilakukan
K literature didapatkan dari tabel 5.1. Dari tabel tersebut didapatkan nilai
K literature untuk gate valve adalah sebesar 0.92 yang jika dilakukan
perhitungan akan menjadi sebagai berikut:
|0.92 - 22.5879174|
Galat = x 100%
0.92
Galat = 2355.20841%
5.1.8. Headloss minor pada penyempitan tiba-tiba
0.1 y = 0.2134x
R² = -0.253
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Sumbu x = (vtua-vmuda)2
Dari tabel tersebut didapatkan nilai K literature untuk gate valve adalah
sebesar 0.37 yang jika dilakukan perhitungan akan menjadi sebagai
berikut:
|0.37 - 22.5879174|
Galat = x 100%
0.37
Galat = 1031.596757%
5.1.9. Headloss minor pada pelebaran tiba-tiba
0.02
pelebaran
0.015
0.01 y = 0.0294x
0.005 R² = -9.184
0
0 0.5 1
Sumbu x = (vtua-vmuda)2
|0.68 - 0.576828|
Galat = x 100%
0.68
Galat = 15.17235294%
5.1.10. Koefisien Friksi pada sistem perpipaan biru tua
Gambar 5.11 Grafik Headloss mayor dengan v2 pada pipa biru tua
Untuk dapat mengetahui nilai friksi pada sistem perpipaan biru tua pada
percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data menjadi sebuah
grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 0.1691x. Nilai y dalam
grafik ini adalah Headloss mayor biru tua dan nilai x disini adalah nilai v2.
Jika dipersamakan dengan rumus friksi yang dapat dinyatakan dalam
rumus berikut:
𝐿 𝑥 𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑓
𝐷 𝑥 2𝑔
dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
f = Koefisien friksi
L = Panjang Pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝐿
maka angka yang terdapat di depan x atau S0.54 adalah nilai 𝑓 𝐷 𝑥 2𝑔. Jika
|0.04933 - 0.049366839|
Galat = x 100%
0.04933
Galat = 0.135576851
Hal ini juga berlaku untuk variasi 2 dan 3 yang jika dikalkulasikan
didapatkan galat sebesar 0.067126746 % untuk variasi 2 dan
0.269011339% untuk variasi 3.
5.1.11. Koefisien Friksi pada sistem perpipaan biru muda
mbu y = hL mayor
muda terhadap v2
0.03
biru muda
0.02
y = 0.2049x
0.01 R² = 0.9999
0
0 0.05 0.1 0.15
Sumbu x = v2
Gambar 5.12 Grafik Headloss mayor dengan v2 pada pipa biru muda
Untuk dapat mengetahui nilai friksi pada sistem perpipaan biru muda
pada percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data menjadi sebuah
grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 0.2049x. Nilai y dalam
grafik ini adalah Headloss mayor biru muda dan nilai x disini adalah nilai
v2. Jika dipersamakan dengan rumus friksi yang dapat dinyatakan dalam
rumus berikut:
𝐿 𝑥 𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑓
𝐷 𝑥 2𝑔
dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
f = Koefisien friksi
L = Panjang Pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝐿
maka angka yang terdapat di depan x atau S0.54 adalah nilai 𝑓 𝐷 𝑥 2𝑔. Jika
|0.0393 - 0.11523809|
Galat = x 100%
0.0393
Galat = 193.2266958 %
Hal ini juga berlaku untuk variasi 2 dan 3 yang jika dikalkulasikan
didapatkan galat sebesar 192.4824656 % untuk variasi 2 dan
191.7420037% untuk variasi 3.
5.1.12. Koefisien Hazen-Williams pada sistem perpipaan biru tua
Sumbu x = stua0.54
Gambar 5.13 Grafik Qaktual dengan S0.54 pada pipa biru tua
Untuk dapat mengetahui nilai koefisien Hazen-Williams pada sistem
perpipaan biru tua pada percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah
data menjadi sebuah grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y =
0.0004x. Nilai y dalam grafik ini adalah Qaktual dan nilai x disini adalah
nilai S0.54. Jika dipersamakan dengan rumus debit yang dapat dinyatakan
dalam rumus berikut:
Q = 0.2785 C d2.63S0.54
dengan keterangan:
Q = Debit (m3/s)
C = Koefisien Hazen-Williams
d = Diameter pipa (m)
S = Slope
maka angka yang terdapat di depan x atau S0.54 adalah nilai 0.2785 C d2.63.
Jika dilakukan perhitungan, maka akan didapatkan nilai C yang dibuktikan
dengan perhitungan berikut:
0.2785 C d2.63 = 0.0004
0.2785 C (0.0136)2.63 = 0.0004
𝐶 =116.4199646
Dari grafik tersebut juga diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) yang
bernilai 1. Jika nilai ini mendekati angka 1, hal ini mengartikan hubungan
antara sumbu x (S0.54) dengan sumbu y (Qaktual) akan semakin kuat.
Sementara pada percobaan yang dilakukan praktikan, didapatkan nilai
sebesar bernilai 1, sehingga dapat disimpulkan hubungan antara Headloss
dengan S0.54 kuat. Dari grafik ini pula dapat diketahui nilai factor korelasi
yaitu nilai R. Jika nilai R ini semakin mendekati angka 1, semakin kuat
pula korelasi antara kedua variabel yang ada pada grafik. Dalam percobaan
ini didapatkan nilai R sebesar 1 yang berarti korelasi antara kedua variabel
kuat.
Untuk mengetahui galat pada percobaan yang dilakukan praktikan, dapat
dilakukan perhitungan menurut persamaaan berikut:
|C𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 - C𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
Galat = x 100%
C𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
Nilai C literature didapatkan dari tabel 3.3. Dari tabel tersebut didapatkan
nilai C literature adalah sebesar 130 yang jika dilakukan perhitungan akan
menjadi sebagai berikut:
|130 - 116.4199646|
Galat = x 100%
130
Galat = 10.4461811
5.1.13. Koefisien Hazen-Williams pada sistem perpipaan biru muda
Qaktual terhadap Smuda0.54
0.0002
Sumbu y = Qaktual
0.00015 y = 0.0025x
0.0001 R² = 1
0.00005
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08
Sumbu x = smuda0.54
Gambar 5.14 Grafik Qaktual dengan S0.54 pada pipa biru muda
Untuk dapat mengetahui nilai koefisien Hazen-Williams pada sistem
perpipaan biru tua pada percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah
data menjadi sebuah grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y =
0.0025x. Nilai y dalam grafik ini adalah Qaktual dan nilai x disini adalah
nilai S0.54. Jika dipersamakan dengan rumus debit yang dapat dinyatakan
dalam rumus berikut:
Q = 0.2785 C d2.63S0.54
dengan keterangan:
Q = Debit (m3/s)
C = Koefisien Hazen-Williams
d = Diameter pipa (m)
S = Slope
maka angka yang terdapat di depan x atau S0.54 adalah nilai 0.2785 C d2.63.
Jika dilakukan perhitungan, maka akan didapatkan nilai C yang dibuktikan
dengan perhitungan berikut:
0.2785 C d2.63 = 0.0025
0.2785 C (0.0136)2.63 = 0.0025
𝐶 =129.7126742
Dari grafik tersebut juga diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) yang
bernilai 1. Jika nilai ini mendekati angka 1, hal ini mengartikan hubungan
antara sumbu x (S0.54) dengan sumbu y (Qaktual) akan semakin kuat.
Sementara pada percobaan yang dilakukan praktikan, didapatkan nilai
sebesar bernilai 1, sehingga dapat disimpulkan hubungan antara Headloss
dengan S0.54 kuat. Dari grafik ini pula dapat diketahui nilai factor korelasi
yaitu nilai R. Jika nilai R ini semakin mendekati angka 1, semakin kuat
pula korelasi antara kedua variabel yang ada pada grafik. Dalam percobaan
ini didapatkan nilai R sebesar 1 yang berarti korelasi antara kedua variabel
kuat.
Untuk mengetahui galat pada percobaan yang dilakukan praktikan, dapat
dilakukan perhitungan menurut persamaaan berikut:
|C𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 - C𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
Galat = x 100%
C𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
Nilai C literature didapatkan dari tabel 3.3. Dari tabel tersebut didapatkan
nilai C literature adalah sebesar 130 yang jika dilakukan perhitungan akan
menjadi sebagai berikut:
|130 - 129.7126742|
Galat = x 100%
130
Galat = 0.221019845%
5.2.Perbedaan Headloss Mayor dan Minor
a. Headloss Mayor
Headloss mayor adalah energi yang hilang dikarenakan adanya friksi atau
gesekan sepanjang pipa lurus yang seragam dan sebanding dengan Panjang
pipa. Friksi atau gesekan yang dimaksud disini merupakan gesekan internal
fluida dan juga gesekan antara fluida dan dinding saluran.
b. Headloss Minor
Headloss minor adalah energi yang hilang dari fluida yang disebabkan
adanya aksesoris atau perubahan bentuk local dari saluran seperti:
perubahan luas penampangm katup, belokan dari orifice. Hal ini dapat
terjadi karena aliran yang mengalir melewati bentuk lokal dari salurang
mengalami perubahan kecepatan, arah atau besarnya, maupun keduanya.
5.3.Perbedaan Gate Valve dan Globe Valve
a. Gate Valve
Gate Valve yang sering dipakai dalam sistem perpipaan ini berfungsi
untuk membuka dan menutup aliran tetapi tidak untuk mengatur besar kecil
aliran. Kelebihannya adalah minimnya halangan atau resistan saat valve ini
dibuka penuh, sehingga aliran bisa maksimal. Umumnya, jenis valve ini
mengunakan system whell (stir) dimana ia akan terangkat ke atas apabila
gate di naikan.
b. Globe Valve
Globe valve didesain untuk mengurangi aliran air. Sama seperti gate
valve, globe valve dioperasikan dengan wheel atau setiran tetapi wheel
tersebut tidak naik turun. Globe valve memiliki ruang sempit yang
menjorok ke atas tempat fluida mengalir, ruang ini nantinya akan di tutup
dengan disk yang bergerak naik turun. Dengan pergerakan disk yang tidak
terlalu cepat, ia dapat mengontrol aliran (debit) dengan sangat baik, kita
mengenalnya dengan istilah throttling. Throttling adalah sebuah proses
pembatasan aliran fluida secara perlahan.
VII. Kesimpulan
1. Nilai Headloss
Tabel 7.1 Nilai Headloss sistem perpipaan biru tua
Tabel 7.2 Nilai Headloss sistem perpipaan biru muda
2. Nilai Qaktual
Tabel 7.4 Nilai Qaktual pada ketiga variasi
1 0.00017778
2 0.000163137
3 0.000137338
3. Nilai f (Koefisien friksi Darcy Weisbach) dan Nilai C (Koefisien Hazen-
Williams)
Macam Pipa Nilai C Nilai f
Pipa Biru 116.41996 0.049366839
Tua
Pipa Biru 129.71267 0.115238091
Muda
DAFTAR PUSTAKA
Finnemore, E.John and Joseph B. Franzini. 2002. Fluid Mechanics with Engineering
Application. California : The McGraw Companies. Halaman: 732
https://html2-f.scribdassets.com/85bea5rtdsq2hnu/images/1-2c1c664dd2.jpg. Diunduh
tanggal 30 Oktober 2018.
https://jonpurba.wordpress.com/2010/02/24/plumbing/. Diunduh tanggal 30 Oktober
2018.
http://weshewes.blogspot.com/2012/06/jenis-valve-dan-fungsinya.html. Diunduh
tanggal 30 Oktober 2018.
http://www.hypergarden.id/kehebatan-sistem-irigasi-sprinkler/. Diunduh tanggal 30
Oktober 2018.
https://www.scribd.com/document/344753451/Major-dan-Minor-losses-pada-pipa,
Diunduh tanggal 30 Oktober 2018.
LAMPIRAN