Anda di halaman 1dari 50

I.

Tujuan Praktikum
1. Menghitung headloss pada sistem perpipaan.
2. Menghitung debit actual yang melalui sistem perpipaan.
3. Menghitung koefisien friksi (f) dan koefisien Hazen-Williams ( c ) dalam
sistem perpipaan.

II. Data Awal


 Suhu awal = 26oC
 Suhu akhir = 25oC
 Diameter pipa besar = 0.0262
 Diameter pipa kecil = 0.0136
 Jarak antar tapping
o 1-2 (Standard elbow) = 0.79
o 3-4 (Pipa lurus biru tua) = 0.914
o 5-6 (90o Sharp Bend) = 0.81
o 7-8 (Pelebaran) = 0.185
o 8-9 (Pipa lurus biru muda) = 0.914
o 9-10 (Penyempitan) = 0.085
o 11-12 (Bend 4”) = 0.81
o 13-14 (Bend 6”) = 0.93
o 15-16 (Bend 2”) = 0.91
 Massa beban = 2.5 kg
 Massa air = 7.5 kg

Tabel 2.1. Data besarnya massa jenis dalam suatu titik suhu

Massa
Temperatur Jenis
T (oC)
(kg/m^3)
0 999.9
5 1000
10 999.7
15 999.1
20 998.2
30 995.7
40 992.2
50 988.1
60 983.2
70 977.8
80 971.8
90 966.3
100 958.4

Dari tabel massa jenis dalam suatu titik suhu seperti yang ada dalam Tabel 1
dibuat grafik agar dapat memudahkan analisis pengaruh temperatur terhadap massa
jenis.

Grafik Suhu Terhadap Densitas


1005
1000
995
990
Densitas (kg/m3)

985
980
975
970
965 y = -0.0035x2 - 0.0729x + 1000.6
960
R² = 0.9991
955
0 20 40 60 80 100 120
Temperatur (oC)

Gambar 2.1. Hubungan massa jenis terhadap suhu


Tabel 2.2. Data besarnya massa jenis dalam suatu titik suhu

∆h U-Tube
∆h Piezometer (m) Manometer (m) t (s)
Variasi
t1 t2 t3
A (m) B (m) X (m) Y (m) (s) (s) (s)
1 0.513 0.12 0.19 0.22 7 6.9 6.9
2 0.483 0.156 0.192 0.218 8 7.9 7.7
3 0.437 0.213 0.195 0.214 9.5 9.3 9.5
4 0.474 0.298 0.2 0.207 16.6 16.2 16.6
5 0.36 0.334 0.203 0.205 48.5 48.3 48.8

Tabel 2.3. Data besarnya viskositas dalam suatu titik suhu


Viscosity,
Temperature,
μ
T (◦C)
(Ns/m^2)
0 0.001792
5 0.001519
10 0.001308
15 0.00134
20 0.001005
30 0.000801
40 0.000666
50 0.000549
60 0.000469
70 0.000406
80 0.000357
90 0.000317
100 0.000284

Viskositas terhadap Suhu


0.002
Sumbu y = Viskositas

0.0015

0.001
y = 2E-07x2 - 3E-05x + 0.0017
0.0005 R² = 0.9818

0
0 20 40 60 80 100 120
Sumbu x = Suhu

Gambar 2.2. Hubungan viskositas terhadap suhu


Tabel 2.4 Data Pengukuran Waktu dan Tinggi Kolom Air pada Perpipaan Biru Tua
Waktu (s) Tinggi kolom air biru tua (m)
Variasi Standard 90 ˚ Sharp
t1 t2 t3 tr Pipa lurus Gate valve
elbow bend
1 44.55 39.79 42.67 42.33667 0.195 0.006 0.29 0.372
2 45.49 47.41 45.51 46.13667 0.181 0.002 0.27 0.345
3 53.24 54.63 56.54 54.80333 0.169 0.004 0.25 0.321
Tabel 2.4 Data pengukuran waktu dan tinggi kolom air pada perpipaan biru muda
Waktu (s) Tinggi kolom air biru muda (m)
Variasi Pipa Pipa
Globe Bend Bend Bend
t1 t2 t3 tr lurus lurus Pelebaran Penyempitan
valve 2” 4” 6”
besar kecil
1 44.55 39.79 42.67 42.33667 0.01 0.187 0.053 0.163 0.099 0.115 0.04 0.175
2 45.49 47.41 45.51 46.13667 0.01 0.18 0.051 0.156 0.19 0.205 0.04 0.17
3 53.24 54.63 56.54 54.80333 0.01 0.157 0.042 0.132 0.166 0.165 0.035 0.135

III. Pengolahan Data


3.1. Massa Jenis Air
Pada tabel 2.1 dan gambar 2.1 terkait hubungan antara massa jenis dan
suhu, terlihat bahwa jika suhunya berubah, massa jenisnya juga berubah. Dalam
gambar 1 didapatkan persamaan yaitu :
y = -0.0035x2 - 0.0729x + 1000.6

Dengan keterangan bahwa x merupakan suhu dan y merupakan densitas


atau massa jenis. Dari data yang telah diambil pada awal percobaan, didapatkan
suhu awal sebesar 26oC dan suhu akhir sebesar 25oC yang jika dirata-ratakan
suhunya adalah sebesar 25.5oC. Untuk mendapatkan densitas yang sesuai
dengan keadaan ketika percobaan, maka dimasukkan suhu rata-rata ke dalam
persamaan yang didapatkan pada gambar 1, sehingga y atau massa jenis yang
didapatkan adalah sebesar 996.465 kg/m3.

3.2.Viskositas Air

Pada tabel 2.3 dan gambar 2.2 terkait hubungan antara viskositas dan suhu,
terlihat bahwa jika suhunya berubah, massa jenisnya juga berubah. Dalam
gambar 1 didapatkan persamaan yaitu :
y = 2E-07x2 - 3E-05x + 0.0017

Dengan keterangan bahwa x merupakan suhu dan y merupakan viskositas


atau kekentalan. Dari data yang telah diambil pada awal percobaan, didapatkan
suhu awal sebesar 26oC dan suhu akhir sebesar 25oC yang jika dirata-ratakan
suhunya adalah sebesar 25.5oC. Untuk mendapatkan viskositas yang sesuai
dengan keadaan ketika percobaan, maka dimasukkan suhu rata-rata ke dalam
persamaan yang didapatkan pada gambar 1, sehingga y atau massa jenis yang
didapatkan adalah sebesar 0.00106505 Ns/m2.
3.3. Debit Aktual

Untuk menghasilkan debit aktual, maka digunakan perhitungan menggunakan


rumus:

𝑉
𝑄=
t
Keterangan
Q = Debit (m3/s)
V = Volume gelas ukur (m3)
t = Waktu (s)

Waktu yang digunakan dalam perhitungan ini adalah merupakan rata-rata


dalam satu variasi yang dalam satu variasi tersebut terdapat tiga kali percobaan.
Untuk perhitungan pertama, rata-rata waktu yang dihasilkan adalah sebesar
42.3367 detik yang didapatkan dari:
44.55 + 39.79 + 42.67
= = 42.3367
3
Sehingga dapat dimasukkan ke dalam rumus debit dan persamaannya menjadi:
7.5
( )
= 996.465
42.3367

= 0.00018 m3/s
Untuk menghasilkan debit aktual pada variasi 2-3 dilakukan cara perhitungan
yang sama dan dihasilkan nilai berikut:

Qaktual 2 = 0.00016 m3/s


Qaktual 3 = 0.00014 m3/s
Karena dalam proses penghitungan debit aliran antara pipa biru tua dengan pipa
biru muda tidak bergantung dengan variabel diameter, karenanya proses penghitungan
sama dan nilai aliran debit pada kedua pipa adalah sama pada tiap variasi.
3.4.Kecepatan Aliran
Untuk menghasilkan kecepatan aliran pada percobaan ini, maka rumus atau
persamaan yang digunakan adalah:
𝑄
𝑣=
𝐴
Keterangan
Q = Debit (m3/s)
v = Kecepatan aliran (m/s)
A = Luas penampang pipa (m2)

Data mengenai debit (Q) dapat dihasilkan dari perhitungan sebelumnya yaitu
pada bagian 3.3 dan data pendukung untuk menghitung luas penampang (A)
didapatkan dari data awal yang diambil sebelum perobaan dimulai, yang jika
persamaannya dirumuskan dan dimasukkan data kedalamnya adalah sebagi
berikut:

𝑑
𝐴 = 𝜋( )2
2

0.0262 2
𝐴 = 𝜋( )
2

𝐴 = 0.0001452

Untuk data pertama, maka dapat dimasukkan ke dalam persamaan yaitu:

0.00018
𝑣=
0.0001452

𝑣 pipabirutua1 = 1.22443 m/s


Untuk menghasilkan kecepatan aliran pada variasi 2-3 dilakukan cara
perhitungan yang sama dan dihasilkan nilai berikut:

vpipabirutua2 = 1.123584 m/s


vpipabirutua3 = 0.945899 m/s
Cara yang sama dilakukan pula kepada percobaan dengan menggunakan pipa
biru muda dengan dihitung pula besar luas penampangnya karena memiliki
diameter yang berbeda, dan jika sudah dilakukan perhitungan akan didapatkan
hasil berikut:
vpipabirumuda1 = 0.32992 m/s
vpipabirumuda2 = 0.30275 m/s
vpipabirumuda3 = 0.25487 m/s
Pada sistem perpipaan biru tua terdapat penyempitan dan pelebaran yang
menyebabkan kecepatannya akan lebih cepat. Selisih kecepatan aliran fluida pada
kedua pipa dapat dinyatakan dalam persamaan berikut dan dapat dihitung sebagai
contoh adalah variasi 1 sebagai berikut:
𝑠𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑣 = (𝑣 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎 − 𝑣 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑚𝑢𝑑𝑎)2
= (1.22443 − 0.32992)2
= 0.800151227 m/s
Jika persamaan tersebut dilanjutkan, maka akan didapatkan besar kuadrat selisih
kecepatan sebesar 0.673772018 m/s untuk variasi 2 dan 0.477519871 m/s untuk
variasi 3.
3.5.Headloss
Pada percobaan ini dilakukan perhitungan terhadap sistem perpipaan
biru tua dan sistem perpipaan biru muda, dimana dalam keduanya juga terdapat
persamaan-persamaan. Untuk memudahkan perhitungan, maka pengolahan
data Headloss dibagi menjadi pengolahan data sistem perpipaan biru tua dan
pengolahan data sistem perpipaan biru muda. Dalam menghtiung friksi yang
diperlukan untuk mengolah persamaan Headloss mayor maka perlu diketahui
nilai kekasaran bahan dan bilangan Reynolds. Nilai koefisien kekasaran bahan
literature adalah 2.5 x 10-4. Nilai kekasaran tersebut harus dibagi dengan
diameter perpipaan yang jika dinyatakan dengan rumus adalah sebagai berikut:

= Ks
D
Keterangan :
Ks = koefisien kekasaran bahan (m)
D = diameter (m)
Untuk menghitung koefisien kekasaran yang ada pada pipa biru tua, maka
dimasukkan diameter pipa biru tua ke dalam persamaan yang dapat
dinyatakan sebagai berikut:
2.5 𝑥 10−4
=
0.0262
= 0.018382353

Jika dilakukan hal yang sama pada sistem perpipaan biru muda, maka
akan didapatkan koefisien kekasaran sebesar 0.009541985. Sementara itu,
untuk mendapatkan nilai Reynolds pada masing-masing sistem perpipaan,
persamaannya dapat dinyatakan sebagai berikut:

Re = ρ x d x v
μ
Keterangan :
Re = nilai bilangan Reynolds
ρ = densitas fluida (kg/m3)
d = diameter penyempitan (m)
v = kecepatan rata-rata fluida pada penyempitan (m/s)
μ = viskositas (Ns/m2)
Karena pada masing-masing variasi dihasilkan besar kecepatan yang
berbeda-beda, maka akan dilakukan perhitungan pada variasi pertama
terlebih dahulu yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
996.4652 𝑥 0.0136 𝑥 1.224433
𝑅𝑒 =
0.00106505
= 15579.94931
Hal tersebut juga berlaku pada variasi 2 dan 3 serta sistem perpipaan biru
muda variasi 1-3, yang jika dihitung akan didapatkan hasil sebagai berikut:
Rebirutua2 = 14296.7225
Rebirutua3 = 12035.82119
Rebirumuda1 = 8087.30193
Rebirumuda2 = 7421.199467
Rebirumuda3 = 6247.601838
Dari data bilangan Reynolds dan koefisien kekasaran yang sudah
dihitung, makan akan didapatkan nilai koefisien friksi dengan menggunakan
diagram Moody.

Gambar 3.1 Diagram Moody


Sumber : engineeringtoolbox.com
Setelah dicari titik-titiknya, didapatkan nilai koefisien friksi pada sistem
perpipaan biru tua dan biru muda yang dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 3.1 Nilai koefisien friksi masing-masing sistem perpipaan

Koefisien friksi Koefisien friksi


Variasi
pipa biru tua pipa biru muda
1 0.0493 0.0393
2 0.0494 0.0394
3 0.0495 0.0395

3.5.1 Sistem Perpipaan Biru Tua


 Headloss Mayor
Nilai Headloss Mayor dapat dihitung dengan persamaaan:
𝐿 𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑓
𝐷 2𝑔
Keterangan :
ℎ𝐿 = headloss (m)
f = koefisien friksi
L = panjang pipa (m)
v = kecepatan (m/s)
D = diameter pipa (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

Jika dimasukkan data yang ada ke dalam persamaan tersebut


contohnya adalah dengan memasukkan variasi 1, maka:
0.0493 𝑥 0.914 𝑥 1.499236015
ℎ𝐿 =
2 𝑥 0.0136 𝑥 9.81
𝒉𝑳 = 𝟎. 𝟐𝟓𝟑𝟏𝟕𝟕𝟓𝟔 𝒎
Jika dilakukan metode yang sama pada variasi 2 dan 3, maka
akan didapatatkan Headloss Mayor variasi 2 sebesar
0.213622078 m dan 0.151706037 m pada variasi 3.
 Headloss Minor
i. Gate Valve
Untuk menghitung Gate Valve dilakukan dengan
menggunakan persamaan berikut:
HL = 12.6 𝑥 ∆h pengukuran
Lalu, dimasukkan sebagai contoh variasi 1, yang jika
dilakukan penghitungan akan menjadi sebagai
berikut:
HL = 12.6 𝑥 ∆h pengukuran
= 12.6 x 0.006
= 0.0756 m
Jika dilakukan metode yang sama pada variasi 2
dan 3, maka akan didapatkan hasil sebesar 0.0252
m untuk variasi 2 dan 0.0504 m untuk variasi 3.
ii. Standard Elbow
Untuk menghtiung Standard Elbow dilakukan
dengan menggunakan persamaan berikut:
𝐿 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝑒𝑙𝑏𝑜𝑤
HL = ∆hstandard elbow – (𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎) x ∆hpipa lurus biru

tua

Lalu, dimasukkan sebagai contoh variasi 1, yang jika


dilakukan penghitungan akan menjadi sebagai
berikut:

0.79
= 0.29 - (0.914) x 0.195

= 0.121455142 m
Jika dilakukan metode yang sama pada variasi 2 dan
3, maka akan didapatkan hasil sebesar 0.113555799
m untuk variasi 2 dan 0.10392779 m untuk variasi
3.
iii. 90o Sharp Bend
Untuk menghitung 90o Sharp Bend dilakukan
dengan menggunakan persamaan berikut:
𝐿 90o Sharp Bend
HL = ∆h90o Sharp Bend – (𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑡𝑢𝑎) x ∆hpipa lurus biru

tua

Lalu, dimasukkan sebagai contoh variasi 1, yang jika


dilakukan penghitungan akan menjadi sebagai
berikut:
0.81
= 0.372 - (0.914) x 0.195

= 0.199188184 m
Jika dilakukan metode yang sama pada variasi 2 dan
3, maka akan didapatkan hasil sebesar 0.184595186
m untuk variasi 2 dan 0.171229759 m untuk
variasi 3.

3.5.2 Sistem Perpipaan Biru Muda


 Headloss Mayor
Untuk mendapatkan nilai Headloss mayor pada sistem
perpipaan biru muda, dilakukan metode yang sama seperti
perhitungan pada sistem perpipaan biru tua. Yang
didapatkan hasil pada bagian yang besar variasi 1 adalah
sebesar 0.007606046 m, 0.006421012 m untuk variasi 2,
dan 0.00456229 m untuk variasi 3. Sementara itu, pada
bagian yang kecil pada variasi 1 adalah sebesar 0.014652823
m, 0.012369891 m untuk variasi 2, dan 0.008789117 m
untuk variasi 3. Yang jika keduanya (besar dan kecil)
ditotalkan akan didapatkan 0.022258869 m untuk variasi 1,
0.018790903 m untuk variasi 2, dan 0.013351406 m
untuk variasi 3.
 Headloss Minor
i. Globe Valve
Perhitungan Globe Valve ini mengikuti persamaan
Gate Valve yang ada pada sistem perpipaan biru tua
yang jika dihitung, maka akan didapatkan hasil
sebesar 0.6678 m untuk variasi 1, 0.6426 m untuk
variasi 2, dan 0.5292 m untuk variasi 3.
ii. Bend 2”, 4”, 6” serta Pelebaran dan Penyempitan
Untuk mendapatkan nilai Headloss bend 2”, 4”, dan
6”, digunakan persamaan berikut:
𝒇𝒂𝒌𝒔 𝒙 𝑳𝒂𝒌𝒔 𝒙 (𝑫𝒃𝒊𝒓𝒖 𝒎𝒖𝒅𝒂)𝟓
HL = ∆haks – (𝒇𝒃𝒊𝒓𝒖𝒎𝒖𝒅𝒂 𝒙 𝑳𝒃𝒊𝒓𝒖𝒎𝒖𝒅𝒂 𝒙 (𝑫𝒂𝒌𝒔)𝟓 ) x ∆hpipa lurus biru

tua

Aks yang dimaksud disini adalah aksesoris yaitu


bend 2”, 4”, 6” serta pelebaran dan penyempitan.
Pada dasarnya ∆haks merupakan headloss total dan
𝑓𝑎𝑘𝑠 𝑥 𝐿𝑎𝑘𝑠 𝑥 (𝐷𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑚𝑢𝑑𝑎)5
(𝑓𝑏𝑖𝑟𝑢𝑚𝑢𝑑𝑎 𝑥 𝐿𝑏𝑖𝑟𝑢𝑚𝑢𝑑𝑎 𝑥 (𝐷𝑎𝑘𝑠)5) x ∆hpipa lurus biru tua
merupakan headloss mayor, oleh karenanya, dalam
penghitungan Headloss bend 2”, 4”, 6” serta serta
pelebaran dan penyempitan akan lebih ringkas jika
dihitung melalui persamaan berikut:
HL = ∆haksesoris – HLmayor perpipaan biru muda

Jika dimasukkan hasil percobaan yang praktikan


lakukan dan nilai Headloss mayor yang sudah
dihitung, maka akan didapatkan variasi 1 adalah
sebesar 0.140741131 m untuk bend 2”, 0.076741131
m untuk bend 4”, 0.092741131 untuk bend 6”,
0.017741131 m untuk pelebaran tiba-tiba, dan
0.152741131 m untuk penyempitan tiba-tiba. Hal
tersebut juga berlaku pada variasi 2 dan 3 yang jika

dihitung lebih lanjut akan didapatkan hasil seperti


tabel berikut.

Tabel 3.2 Nilai koefisien friksi masing-masing sistem perpipaan


Variasi Headloss Minor (m)
(m) bend 2 bend 4 bend 6
2 0.137209097 0.171209097 0.186209097
3 0.118648594 0.152648594 0.151648594

3.6.Kemiringan Pipa (S0.54)


Kemiringan pipa ini dapat dihasilkan dari rumus Hazen-Williams yang dapat
dinyatakan dengan persamaan berikut:

Q = 0.2785 C D2.63 s0.54

Keterangan :

Q = debit fluida (m3/s)

C = koefisien Hazen-Williams
D = diameter (m)

s = slope (m)

Untuk mendapatkan nilai koefisien Hazen-Williams (C) didapatkan


berdasarkan literatur berikut:

Tabel 3.3 Nilai koefisien Hazen-Williams


Hazen-
Material Williams
Coefficient
-c-
ABS - Acrylonite Butadiene
130
Styrene
Aluminum 130 - 150
Asbestos Cement 140
Asphalt Lining 130 - 140
Brass 130 - 140
Brick sewer 90 - 100
Cast-Iron - new unlined (CIP) 130
Cast-Iron 10 years old 107 - 113
Cast-Iron 20 years old 89 - 100
Cast-Iron 30 years old 75 - 90
Cast-Iron 40 years old 64-83
Cast-Iron, asphalt coated 100
Cast-Iron, cement lined 140
Cast-Iron, bituminous lined 140
Cast-Iron, sea-coated 120
Cast-Iron, wrought plain 100
Sumber : https://www.engineeringtoolbox.com/hazen-williams-coefficients-
d_798.html
Karena pipa yang digunakan berbahan Cast-Iron - new unlined (CIP),
maka nilai koefisien yang dipakai adalah sebesar 130, lalu angka tersebut
dimasukkan ke dalam persamaan yang dinyatakan dalam persamaan berikut:
Q = 0.2785 C D2.63 S0.54
0.000178 = 0.2785 x 130 x (0.0136)2.63 xS0.54
S0.54 = 0.398021559
Hal ini juga berlaku terhadap variasi 2 dan 3 serta sistem perpipaan biru
muda untuk semua variasi, yang jika dilakukan penghitungan akan didapatkan
0.365238914 untuk variasi 2 dan 0.307479582 untuk variasi 3 serta pada
sistem perpipaan biru muda 0.070955 untuk variasi 1, 0.065111 untuk variasi
2, dan 0.054814 untuk variasi 3.
IV. Data Akhir
Tabel 4.1 Hasil perhitungan pada sistem perpipaan biru tua
Waktu (s) Qaktual A pipa v pipa
Variasi v2 (m2/s2)
t1 t2 t3 tr (m3/s) (m2) (m/s)
1 44.55 39.79 42.67 42.33667 0.000178 1.224433 1.499236015

2 45.49 47.41 45.51 46.13667 0.000163 0.0001452 1.123584 1.26244045

3 53.24 54.63 56.54 54.80333 0.000137 0.945899 0.894724603

Tabel 4.2 Hasil perhitungan headloss mayor dan minor, bilangan Reynolds, slope,
dan koefisien friksi pada sistem perpipaan biru tua
Headloss
Headloss Minor (m)
Mayor Bilangan Koefisien
S0.54
Standard 90˚ sharp reynolds friksi
Pipa lurus Gate valve
elbow bend
0.25317756 0.0756 0.121455142 0.199188184 0.398021559 15579.94931 0.0493
0.213622078 0.0252 0.113555799 0.184595186 0.365238914 14296.7225 0.0494
0.151706037 0.0504 0.10392779 0.171229759 0.307479582 12035.82119 0.0495

4.3 Hasil perhitungan pada sistem perpipaan biru muda


Waktu (s) Qaktual A pipa v pipa
Variasi v2 (m2/s2)
t1 t2 t3 tr (m3/s) (m2) (m/s)
1 44.55 39.79 42.67 42.33667 0.000178 0.329921 0.108848005
2 45.49 47.41 45.51 46.13667 0.000163 0.0005389 0.302748 0.091656099
3 53.24 54.63 56.54 54.80333 0.000137 0.254871 0.064959077

Tabel 4.4 Hasil perhitungan headloss mayor pada sistem perpipaan biru muda
Headloss Mayor (m)
Pipa Lurus (11-16) Pipa Lurus (8-9) Total
0.007606046 0.014652823 0.022258869
0.006421012 0.012369891 0.018790903
0.00456229 0.008789117 0.013351406

Tabel 4.5 Hasil perhitungan headloss minor pada sistem perpipaan biru muda
Headloss Minor (m)
Globe valve Bend 2” Bend 4” Bend 6” Pelebaran Penyempitan
0.6678 0.140741131 0.076741131 0.092741131 0.017741131 0.152741131
0.6426 0.137209097 0.171209097 0.186209097 0.021209097 0.151209097
0.5292 0.118648594 0.152648594 0.151648594 0.021648594 0.121648594

Tabel 4.5 Selisih kecepatan aliran fluida pada sistem perpipaan biru tua dan
muda

(v biru tua – v biru muda)2


(m2/s2)

0.800151227
0.673772018
0.477519871
Tabel 4.6 Nilai bilangan reynolds, koefisien friksi, dan slope pada sistem perpipaan
biru muda

Bilangan Koefisien
S0.54
reynolds friksi

8087.30193 0.0393 0.070955


7421.199467 0.0394 0.065111
6247.601838 0.0395 0.054814

V. Analisis A
5.1.Cara Kerja
Hal pertama yang harus dilakukan dalam percobaan ini adalah
memasukkan outlet Hydraulic Bench ke Inlet alat, sedangkat Outlet alat ke
Hydraulic Bench. Setelah itu, suhu fluida diukur agar dapat diketahui massa
jenisnya karena besar suhu memengaruhi massa jenis. Setelah itu, globa valve
ditutup dan dibuka gate valve. Keduanya tidak dapat dibuka berbarengan, harus
satu persatu. Agar air dapat mengalir, maka pompa harus dinyalakan dan valve
di Hydraulic Bench pun dibuka, lalu air dibiarkan mengalir 2-3 menit. Setelah
itu, gate valve ditutup dan udara yang terjebak dalam Piezometer dikeluarkan
karea hal tersebut dapat mengganggu keberjalanan dari percobaan itu sendiri.
Lalu, gate valve dibuka dan udara yang ada dalam U-Tube dikeluarkan karena
dapat mengganggu akurasi dalam pendataan yang dilakukan dalam percobaan
ini. Tutup kembali gate valve, dan diulangi cara seperti sebelumnya dengan
mengatur globa valve, jika sudah selesai, glob valve ditutup kembali.
Kemudian, buku secara penuh valve yang ada di hydraulic bench. Dengan
membuka gate valve yang sudah penuh, didapatkan debit maksimum melalui
sistem perpipaan biru tua.. Lalu, debit diukur sebanyak 3 kali perhitungan
waktu untuk satu variasi debit, yang mana pada percobaan ini dilakukan tiga
variasi. Hasil dari pembacaan di Piezometer dan U-Tube Manometer dicatat.
Dengan debit yang sama, gate valve ditutup lalu dibuka pula globe valvenya,
dan diulangi cara seperti yang sudah dilakukan sebelumnya. Lalu untuk variasi,
diulangi pula langkah-langkah yang ada. Setelah selesaim tutup globe valve,
valve pada Hydraulic Bench, dan diukur suhu fluida kembali agar dapat
diketahui suhu ekuivalen agar dapat terhitung pula massa jenis dalam
percobaan ini. Terakhir, pompa Hydraulic Bench dimatikan.
5.2.Penurunan Rumus
5.2.1. Penurunan rumus Headloss aksesoris untuk sistem perpipaan biru tua
dan biru muda
Untuk menentukan nilai Headloss minor tiap aksesoris, dapat dilakukan
melalui rumus yang dinyatakan dalam persamaan berikut:
HL total = HL mayor + HL minor
HL minor = HL total - HL mayor
Headloss merupakan perbedaan tinggi yang terdapat pada Piezometer dan
U-Tube Manometer yang dapat dinyatakan dengan persammaan berikut:
HL minor aksesoris = Δh aksesoris - HL mayor aksesoris (i)
Untuk menentukan nilai Headloss mayor aksesoris, Headloss mayor dan
minor diperbandingkan yang dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
𝑳𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 𝒙 𝒗𝟐
𝐇𝐋 𝒎𝒂𝒚𝒐𝒓 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 𝒇 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔
𝑫 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 𝒙 𝟐𝒈
= 𝑳𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 𝒙 𝒗𝟐
𝐇𝐋 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 𝒇 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔
𝑫 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 𝒙 𝟐𝒈

Nilai koefisien friksi, kecepatan, diameter, dan percepatan gravitasi pada


sistem perpipaan biru tua bernilai sama sehingga persamaan menjadi :
HL 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝐿 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠
= 𝐿 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠
HL 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠
𝑳 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔
𝐇𝐋 𝒎𝒂𝒚𝒐𝒓 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 = 𝑳 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 𝒙 𝐇𝐋 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 (ii)

Persamaan (ii) disubstitusikan ke persamaan (i), sehingga didapatkan


persamaan headloss minor pada sistem perpipaan biru tua adalah sebagai
berikut :
𝑳 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔
HL mayor aksesoris = Δh aksesoris - 𝑳 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 𝒙 𝐇𝐋 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔

Untuk sistem perpipaan biru muda, diameter aksesoris dengan pipa lurus
memiliki nilai yang berbeda sehingga :
𝐿𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑥 𝑣𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠2
HL 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑓 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠
𝐷 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑥 2𝑔
= 𝐿𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑥 𝑣𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠2
HL 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑓 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠
𝐷 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑥 2𝑔

𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 2
𝐿𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑥 ( )
𝑓 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝐴 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠
HL 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝐷 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑥 2𝑔
= 𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
HL 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝐿𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑥 ( )2
𝐴 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠
𝑓 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠
𝐷 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑥 2𝑔

4𝑄 𝑥 𝐷𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠2 2
𝐿𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑥 ( )
𝑓 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝜋
HL 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝐷𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑥 2𝑔
= 4𝑄 𝑥 𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠2 2
HL 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝐿𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑥 ( )
𝑓 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝜋
𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑥 2𝑔

Karena nilai Qaktual, π, dan percepatan gravitasi bernilai sama,


persamaannya menjadi sebagai berikut:
𝐿𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑥 𝐷𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠4
HL 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑓 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠
𝐷𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠
= 𝐿𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑥 𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠4
HL 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑓 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠
𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠

HL 𝑚𝑎𝑦𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑓 𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑥 𝐿𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠 𝑥 𝐷𝑎𝑘𝑠𝑒𝑠𝑜𝑟𝑖𝑠5


= 𝑓 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠
HL 𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑥 𝐿𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑥 𝐷𝑝𝑖𝑝𝑎 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠5

𝐇𝐋 𝒎𝒂𝒚𝒐𝒓 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 =
𝒇 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 𝒙 𝑳𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 𝒙 𝑫𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔𝟓
𝒙 𝐇𝐋 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 (iii)
𝒇 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 𝒙 𝑳𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 𝒙 𝑫𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔𝟓

Persamaan (iii) disubstitusikan ke persamaan (i), sehingga didapatkan


nilai headloss minor pada sistem perpipaan biru muda adalah :
𝐇𝐋 𝒎𝒊𝒏𝒐𝒓 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 = 𝜟𝒉 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 −
𝒇 𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 𝒙 𝑳𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔 𝒙 (𝑫𝒂𝒌𝒔𝒆𝒔𝒐𝒓𝒊𝒔)𝟓
𝒙 𝐇𝐋 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔
𝒇 𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 𝒙 𝑳𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔 𝒙( 𝑫𝒑𝒊𝒑𝒂 𝒍𝒖𝒓𝒖𝒔)𝟓

5.2.2. Koefisien Headloss bend 2”, 4”, dan 6”


Karena nilai koefisien Headloss bend 2”, 4”, dan 6” tidak memiliki nilai
literature, maka harus dihitung dan langkah pertama untuk menghitungnya
adalah dengan mencari nilai R untuk dimasukkan ke dalam R/D. Nilai R
adalah merupakan jarak dari belokan ke titik pusat.

Nilai R dinyatakan dengan persamaan berikut dan jika dimasukkan bend 2”


sebagai contoh perhitungannya akan seperti berikut:
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑒𝑛𝑑 𝑥 2,54
𝑅=
100
2 𝑥 2,54
𝑅=
100
𝑅 = 0.051 𝑚
Yang jika dilanjutkan akan didapatkan nilai R bend 4” sebesar 0.102 m dan
bend 6” sebesar 0.152 m. Lalu dibagi dengan nilai diameter pipa kecil yang
dalam hal ini dinyatakan dengan D dan sebagai contoh menggunakan data
bend 2” sesuai persamaan berikut:
R
=
D
0.051
=
0.0136
= 3,75 ~ 4
Jika dilanjutkan untuk bend 4” dan 6” akan didapatkan hasil sebesar 8 dan 12
untuk masing-masing bend. Untuk dapat mengambil nilai k d, nilai Normal
Pipe Size yang dipakai adalah 0.5. Setelah itu, untuk mendapatkan nilai
koefisien K dicocokan dengan tabel berikut.
Tabel 5.1 Nilai koefisien K untuk Bend 2”, Bend 4”, dan Bend 6”

Sumber: www.metropumps.com
Sehingga didapatkan nilai k adalah sebesar 0.38 untuk bend 2”, 0.65 untuk
bend 4”, dan 0.92 untuk bend 6”.

5.1. Analisis Grafik


5.1.1. Headloss minor pada Gate Valve
Headloss Gate Valve terhadap
v^2

Sumbu y = hL Gate
0.08
0.06

Valve
0.04 y = 0.041x
0.02 R² = 0.1392
0
0 1 2
Sumbu x = v^2

Gambar 5.1 Grafik Headloss terhadap v2 pada Gate Valve


Untuk dapat mengetahui nilai koefisien pada Headloss Gate valve pada
percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data menjadi sebuah
grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 0.041x. Nilai y dalam grafik
ini adalah nilai Headloss Gate valve dan nilai x disini adalah nilai v2. Jika
dipersamakan dengan rumus Headloss minor yang dapat dinyatakan dalam
rumus berikut:
𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑘
2𝑔
dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
k = Koefisien Headloss
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝑘
maka angka yang terdapat di depan x atau v2 adalah nilai 2𝑔. Jika

dilakukan perhitungan, maka akan didapatkan nilai k yang dibuktikan


dengan perhitungan berikut:
𝑘
= 0.041
2𝑔
𝑘 = 0.041 x 2 x 9,81
𝑘 = 0.80442
Dari grafik tersebut juga diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) yang
bernilai 0.1392. Jika nilai ini mendekati angka 1, hal ini mengartikan
hubungan antara sumbu x (v2) dengan sumbu y (Headloss minor) akan
semakin kuat. Sementara pada percobaan yang dilakukan praktikan,
didapatkan nilai sebesar 0.1392 yang jauh dari angka 1, maka hubungan
antara sumbu x dan y tidak kuat. Dari grafik ini pula dapat diketahui nilai
factor korelasi yaitu nilai R. Jika nilai R ini semakin mendekati angka 1,
semakin kuat pula korelasi antara kedua variabel yang ada pada grafik.
Dalam percobaan ini didapatkan nilai R sebesar 0.373 yang berarti korelasi
antara kedua variabel tidak kuat.
Untuk mengetahui galat pada percobaan yang dilakukan praktikan,
dapat dilakukan perhitungan menurut persamaaan berikut:
|K𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 - 𝐾𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
Galat = x 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

K literature didapatkan dari tabel berikut.

Dari tabel tersebut didapatkan nilai K literature untuk gate valve


adalah sebesar 0.15, yang jika dilakukan perhitungan akan menjadi
sebagai berikut:

|0.15 - 0.80442|
Galat = x 100%
0.15

Galat = 436.28%

5.1.2. Headloss minor pada Globe Valve


Headloss Globe Valve terhadap v2

Sumbu y = hL Globe
0.8
0.6
y = 6.7828x
0.4 R² = -0.216

Valve
0.2
0
0 0.05 0.1 0.15
Sumbu x = v2

Gambar 5.2 Grafik Headloss terhadap v2 pada Globe Valve


Untuk dapat mengetahui nilai koefisien pada Headloss Globe Valve
pada percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data menjadi sebuah
grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 6.7828x. Nilai y dalam
grafik ini adalah nilai Globe Valve dan nilai x disini adalah nilai v2. Jika
dipersamakan dengan rumus Headloss minor yang dapat dinyatakan dalam
rumus berikut:
𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑘
2𝑔
dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
k = Koefisien Headloss
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝑘
maka angka yang terdapat di depan x atau v2 adalah nilai 2𝑔. Jika dilakukan

perhitungan, maka akan didapatkan nilai k yang dibuktikan dengan


perhitungan berikut:
𝑘
= 6.7828
2𝑔
𝑘 = 6.7828 x 2 x 9,81
𝑘 = 133.078536
Dari grafik tersebut juga diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) yang
bernilai -0.216. Jika nilai ini mendekati angka 1, hal ini mengartikan
hubungan antara sumbu x (v2) dengan sumbu y (Headloss minor) akan
semakin kuat. Sementara pada percobaan yang dilakukan praktikan,
didapatkan nilai sebesar bernilai -0.216 yang jauh dari angka 1, maka
hubungan antara sumbu x dan y tidak kuat. Dari grafik ini pula dapat
diketahui nilai factor korelasi yaitu nilai R. Jika nilai R ini semakin
mendekati angka 1, semakin kuat pula korelasi antara kedua variabel yang
ada pada grafik. Dalam percobaan ini didapatkan nilai R sebesar 0.464i
yang berarti korelasi antara kedua variabel tidak kuat.
Untuk mengetahui galat pada percobaan yang dilakukan praktikan,
dapat dilakukan perhitungan menurut persamaaan berikut:
|K𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 - 𝐾𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
Galat = x 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

K literature didapatkan dari tabel 5.1. Dari tabel tersebut didapatkan nilai
K literature untuk gate valve adalah sebesar 10, yang jika dilakukan
perhitungan akan menjadi sebagai berikut:

|10 - 0.80442|
Galat = x 100%
10

Galat = 1230.78536%
5.1.3. Headloss minor pada Standar Elbow

Headloss standard elbow terhadap v2


standard elbow
Sumbu y = hL

0.15

0.1
y = 0.0901x
0.05
R² = -3.732
0
0 0.5 1 1.5 2
Sumbu x = v2
Gambar 5.3 Grafik Headloss terhadap v2 pada Standard Elbow
Untuk dapat mengetahui nilai koefisien pada Headloss Standard Elbow
pada percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data menjadi sebuah
grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 0.0901x. Nilai y dalam
grafik ini adalah nilai Standard Elbow dan nilai x disini adalah nilai v2.
Jika dipersamakan dengan rumus Headloss minor yang dapat dinyatakan
dalam rumus berikut:
𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑘
2𝑔
dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
k = Koefisien Headloss
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝑘
maka angka yang terdapat di depan x atau v2 adalah nilai 2𝑔. Jika dilakukan

perhitungan, maka akan didapatkan nilai k yang dibuktikan dengan


perhitungan berikut:
𝑘
= 0.0901
2𝑔
𝑘 = 0.0901 x 2 x 9,81
𝑘 = 1.767762
Dari grafik tersebut juga diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) yang
bernilai -3.732. Jika nilai ini mendekati angka 1, hal ini mengartikan
hubungan antara sumbu x (v2) dengan sumbu y (Headloss minor) akan
semakin kuat. Sementara pada percobaan yang dilakukan praktikan,
didapatkan nilai sebesar bernilai -3.732 yang jauh dari angka 1, maka
hubungan antara sumbu x dan y tidak kuat. Dari grafik ini pula dapat
diketahui nilai factor korelasi yaitu nilai R. Jika nilai R ini semakin
mendekati angka 1, semakin kuat pula korelasi antara kedua variabel yang
ada pada grafik. Dalam percobaan ini didapatkan nilai R sebesar
1.931838503i yang berarti korelasi antara kedua variabel tidak kuat.
Untuk mengetahui galat pada percobaan yang dilakukan praktikan,
dapat dilakukan perhitungan menurut persamaaan berikut:
|K𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 - 𝐾𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
Galat = x 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

K literature didapatkan dari tabel 5.1. Dari tabel tersebut didapatkan nilai
K literature untuk gate valve adalah sebesar 0.9, yang jika dilakukan
perhitungan akan menjadi sebagai berikut:

|0.9 - 1.767762|
Galat = x 100%
0.9

Galat = 96.418 %

5.1.4. Headloss minor pada 90o Sharp Bend

Headloss 90 sharp bend terhadap v2


0.3
Sumbu y = hL 90 sharp

0.2
y = 0.1475x
0.1 R² = -4.179
bend

0
0 0.5 1 1.5 2
Sumbu x = v2

Gambar 5.4 Grafik Headloss terhadap v2 pada 90o Sharp Bend


Untuk dapat mengetahui nilai koefisien pada Headloss 90o Sharp Bend
pada percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data menjadi sebuah
grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 0.1475x. Nilai y dalam
grafik ini adalah nilai 90o Sharp Bend dan nilai x disini adalah nilai v2. Jika
dipersamakan dengan rumus Headloss minor yang dapat dinyatakan dalam
rumus berikut:
𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑘
2𝑔
dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
k = Koefisien Headloss
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝑘
maka angka yang terdapat di depan x atau v2 adalah nilai 2𝑔. Jika dilakukan

perhitungan, maka akan didapatkan nilai k yang dibuktikan dengan


perhitungan berikut:
𝑘
= 0.1475
2𝑔
𝑘 = 0.1475 x 2 x 9,81
𝑘 = 2.89395
Dari grafik tersebut juga diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) yang
bernilai -4.179. Jika nilai ini mendekati angka 1, hal ini mengartikan
hubungan antara sumbu x (v2) dengan sumbu y (Headloss minor) akan
semakin kuat. Sementara pada percobaan yang dilakukan praktikan,
didapatkan nilai sebesar bernilai -4.179 yang jauh dari angka 1, maka
hubungan antara sumbu x dan y tidak kuat. Dari grafik ini pula dapat
diketahui nilai factor korelasi yaitu nilai R. Jika nilai R ini semakin
mendekati angka 1, semakin kuat pula korelasi antara kedua variabel yang
ada pada grafik. Dalam percobaan ini didapatkan nilai R sebesar
2.044260257i yang berarti korelasi antara kedua variabel tidak kuat.
Untuk mengetahui galat pada percobaan yang dilakukan praktikan,
dapat dilakukan perhitungan menurut persamaaan berikut:
|K𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 - 𝐾𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
Galat = x 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

K literature didapatkan dari tabel 5.1. Dari tabel tersebut didapatkan nilai
K literature untuk gate valve adalah sebesar 2.2, yang jika dilakukan
perhitungan akan menjadi sebagai berikut:
|2.2 - 2.89395|
Galat = x 100%
2.2

Galat = 31.54318182%
5.1.5. Headloss minor pada Bend 2”

Headloss bend 2" terhadap v2


0.2

Sumbu y = hL bend 2"


0.15
y = 1.455x
0.1
R² = -2.224
0.05
0
0 0.05 0.1 0.15
Sumbu x = v2

Gambar 5.5 Grafik Headloss terhadap v2 pada Bend 2”


Untuk dapat mengetahui nilai koefisien pada Headloss Bend 2” pada
percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data menjadi sebuah
grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 1.455x. Nilai y dalam
grafik ini adalah nilai Bend 2” dan nilai x disini adalah nilai v2. Jika
dipersamakan dengan rumus Headloss minor yang dapat dinyatakan dalam
rumus berikut:
𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑘
2𝑔
dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
k = Koefisien Headloss
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝑘
maka angka yang terdapat di depan x atau v2 adalah nilai 2𝑔. Jika dilakukan

perhitungan, maka akan didapatkan nilai k yang dibuktikan dengan


perhitungan berikut:
𝑘
= 1.455
2𝑔
𝑘 = 1.455x 2 x 9,81
𝑘 = 28.5471
Dari grafik tersebut juga diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) yang
bernilai -2.224. Jika nilai ini mendekati angka 1, hal ini mengartikan
hubungan antara sumbu x (v2) dengan sumbu y (Headloss minor) akan
semakin kuat. Sementara pada percobaan yang dilakukan praktikan,
didapatkan nilai sebesar bernilai -2.224 yang jauh dari angka 1, maka
hubungan antara sumbu x dan y tidak kuat. Dari grafik ini pula dapat
diketahui nilai factor korelasi yaitu nilai R. Jika nilai R ini semakin
mendekati angka 1, semakin kuat pula korelasi antara kedua variabel yang
ada pada grafik. Dalam percobaan ini didapatkan nilai R sebesar
1,491308151i yang berarti korelasi antara kedua variabel tidak kuat.
Untuk mengetahui galat pada percobaan yang dilakukan praktikan,
dapat dilakukan perhitungan menurut persamaaan berikut:
|K𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 - 𝐾𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
Galat = x 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

K literature didapatkan dari tabel 5.1. Dari tabel tersebut didapatkan nilai
K literature untuk gate valve adalah sebesar 0.38 yang jika dilakukan
perhitungan akan menjadi sebagai berikut:

|0.38 - 28.5471|
Galat = x 100%
0.38

Galat = 7412.394737%
5.1.6. Headloss minor pada Bend 4”
Headloss bend 4" terhadap v2

Sumbu y = hL bend
0.2
0.15
0.1

4"
y = 1.388x
0.05 R² = -1.269
0
0 0.05 0.1 0.15
Sumbu x = v2
Gambar 5.6 Grafik Headloss terhadap v2 pada Bend 4”
Untuk dapat mengetahui nilai koefisien pada Headloss Bend 4” pada
percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data menjadi sebuah
grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 1.388x. Nilai y dalam
grafik ini adalah nilai Bend 4” dan nilai x disini adalah nilai v2. Jika
dipersamakan dengan rumus Headloss minor yang dapat dinyatakan dalam
rumus berikut:
𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑘
2𝑔
dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
k = Koefisien Headloss
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝑘
maka angka yang terdapat di depan x atau v2 adalah nilai 2𝑔. Jika dilakukan

perhitungan, maka akan didapatkan nilai k yang dibuktikan dengan


perhitungan berikut:
𝑘
= 1.388
2𝑔
𝑘 = 1.388 x 2 x 9,81
𝑘 = 27.23256
Dari grafik tersebut juga diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) yang
bernilai -1.269. Jika nilai ini mendekati angka 1, hal ini mengartikan
hubungan antara sumbu x (v2) dengan sumbu y (Headloss minor) akan
semakin kuat. Sementara pada percobaan yang dilakukan praktikan,
didapatkan nilai sebesar bernilai -1.269 yang jauh dari angka 1, maka
hubungan antara sumbu x dan y tidak kuat. Dari grafik ini pula dapat
diketahui nilai factor korelasi yaitu nilai R. Jika nilai R ini semakin
mendekati angka 1, semakin kuat pula korelasi antara kedua variabel yang
ada pada grafik. Dalam percobaan ini didapatkan nilai R sebesar
1,126499001i yang berarti korelasi antara kedua variabel tidak kuat.
Untuk mengetahui galat pada percobaan yang dilakukan praktikan,
dapat dilakukan perhitungan menurut persamaaan berikut:
|K𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 - 𝐾𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
Galat = x 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

K literature didapatkan dari tabel 5.1. Dari tabel tersebut didapatkan nilai
K literature untuk gate valve adalah sebesar 0.65 yang jika dilakukan
perhitungan akan menjadi sebagai berikut:

|0.65 - 27.23256|
Galat = x 100%
0.65

Galat = 4089.624615%
5.1.7. Headloss minor pada Bend 6”

Headloss bend 6" terhadap v2


Sumbu y = hL bend

0.2
0.15
0.1 y = 1.5127x
6"

0.05 R² = -1.302
0
0 0.05 0.1 0.15
Sumbu x = v2
Gambar 5.7 Grafik Headloss terhadap v2 pada Bend 6”
Untuk dapat mengetahui nilai koefisien pada Headloss Bend 6” pada
percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data menjadi sebuah
grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 1.5127x. Nilai y dalam
grafik ini adalah nilai Bend 6” dan nilai x disini adalah nilai v2. Jika
dipersamakan dengan rumus Headloss minor yang dapat dinyatakan dalam
rumus berikut:
𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑘
2𝑔
dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
k = Koefisien Headloss
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝑘
maka angka yang terdapat di depan x atau v2 adalah nilai 2𝑔. Jika dilakukan

perhitungan, maka akan didapatkan nilai k yang dibuktikan dengan


perhitungan berikut:
𝑘
= 1.5127
2𝑔
𝑘 = 1.5127x 2 x 9,81
𝑘 = 22.5879174
Dari grafik tersebut juga diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) yang
bernilai -1.302. Jika nilai ini mendekati angka 1, hal ini mengartikan
hubungan antara sumbu x (v2) dengan sumbu y (Headloss minor) akan
semakin kuat. Sementara pada percobaan yang dilakukan praktikan,
didapatkan nilai sebesar bernilai -1.302 yang jauh dari angka 1, maka
hubungan antara sumbu x dan y tidak kuat. Dari grafik ini pula dapat
diketahui nilai factor korelasi yaitu nilai R. Jika nilai R ini semakin
mendekati angka 1, semakin kuat pula korelasi antara kedua variabel yang
ada pada grafik. Dalam percobaan ini didapatkan nilai R sebesar
1,141052146i yang berarti korelasi antara kedua variabel tidak kuat.
Untuk mengetahui galat pada percobaan yang dilakukan praktikan,
dapat dilakukan perhitungan menurut persamaaan berikut:
|K𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 - 𝐾𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
Galat = x 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

K literature didapatkan dari tabel 5.1. Dari tabel tersebut didapatkan nilai
K literature untuk gate valve adalah sebesar 0.92 yang jika dilakukan
perhitungan akan menjadi sebagai berikut:

|0.92 - 22.5879174|
Galat = x 100%
0.92

Galat = 2355.20841%
5.1.8. Headloss minor pada penyempitan tiba-tiba

Headloss penyempitan terhadap (vtua-


vmuda)2
0.2
Sumbu y = hL
penyempitan

0.1 y = 0.2134x
R² = -0.253
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Sumbu x = (vtua-vmuda)2

Gambar 5.8 Grafik Headloss terhadap (vtua-vmuda)2 pada


penyempitan
Untuk dapat mengetahui nilai koefisien pada Headloss yang terjadi pada
penyempitan pada percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data
menjadi sebuah grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 0.2134x.
Nilai y dalam grafik ini adalah nilai yang terjadi pada penyempitan dan
nilai x disini adalah nilai v2. Jika dipersamakan dengan rumus Headloss
minor yang dapat dinyatakan dalam rumus berikut:
(𝑣𝑡𝑢𝑎 − 𝑣𝑚𝑢𝑑𝑎)2
ℎ𝐿 = 𝑘
2𝑔
dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
k = Koefisien Headloss
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝑘
maka angka yang terdapat di depan x atau v2 adalah nilai 2𝑔. Jika dilakukan

perhitungan, maka akan didapatkan nilai k yang dibuktikan dengan


perhitungan berikut:
𝑘
= 0.2134
2𝑔
𝑘 = 0.2134 x 2 x 9,81
𝑘 = 4.186908
Dari grafik tersebut juga diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) yang
bernilai -0.253. Jika nilai ini mendekati angka 1, hal ini mengartikan
hubungan antara sumbu x (v2) dengan sumbu y (Headloss minor) akan
semakin kuat. Sementara pada percobaan yang dilakukan praktikan,
didapatkan nilai sebesar bernilai -0.253 yang jauh dari angka 1, maka
hubungan antara sumbu x dan y tidak kuat. Dari grafik ini pula dapat
diketahui nilai factor korelasi yaitu nilai R. Jika nilai R ini semakin
mendekati angka 1, semakin kuat pula korelasi antara kedua variabel yang
ada pada grafik. Dalam percobaan ini didapatkan nilai R sebesar
0.5029910536i yang berarti korelasi antara kedua variabel tidak kuat.
Untuk mengetahui galat pada percobaan yang dilakukan praktikan,
dapat dilakukan perhitungan menurut persamaaan berikut:
|K𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 - 𝐾𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
Galat = x 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

K literature didapatkan dari tabel berikut.


Gambar 5.9 Tabel nilai K untuk penyempitan
Sumber: Giles, 1986

Dari tabel tersebut didapatkan nilai K literature untuk gate valve adalah
sebesar 0.37 yang jika dilakukan perhitungan akan menjadi sebagai
berikut:

|0.37 - 22.5879174|
Galat = x 100%
0.37

Galat = 1031.596757%
5.1.9. Headloss minor pada pelebaran tiba-tiba

Grafik 5.9 Headloss pelebaran


terhadap (vtua-vmuda)2
0.025
Sumbu y = hL

0.02
pelebaran

0.015
0.01 y = 0.0294x
0.005 R² = -9.184
0
0 0.5 1
Sumbu x = (vtua-vmuda)2

Gambar 5.10 Grafik Headloss terhadap (vtua-vmuda)2 pada pelebaran


Untuk dapat mengetahui nilai koefisien pada Headloss yang terjadi pada
pelebaran pada percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data
menjadi sebuah grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 0.0294x.
Nilai y dalam grafik ini adalah nilai yang terjadi pada pelebaran dan nilai
x disini adalah nilai v2. Jika dipersamakan dengan rumus Headloss minor
yang dapat dinyatakan dalam rumus berikut:
(𝑣𝑡𝑢𝑎 − 𝑣𝑚𝑢𝑑𝑎)2
ℎ𝐿 = 𝑘
2𝑔
dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
k = Koefisien Headloss
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝑘
maka angka yang terdapat di depan x atau v2 adalah nilai 2𝑔. Jika dilakukan

perhitungan, maka akan didapatkan nilai k yang dibuktikan dengan


perhitungan berikut:
𝑘
= 0.0294𝑥
2𝑔
𝑘 = 0.0294 x 2 x 9,81
𝑘 = 0.576828
Dari grafik tersebut juga diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) yang
bernilai -9.184. Jika nilai ini mendekati angka 1, hal ini mengartikan
hubungan antara sumbu x (v2) dengan sumbu y (Headloss minor) akan
semakin kuat. Sementara pada percobaan yang dilakukan praktikan,
didapatkan nilai sebesar bernilai -9.184 yang jauh dari angka 1, maka
hubungan antara sumbu x dan y tidak kuat. Dari grafik ini pula dapat
diketahui nilai factor korelasi yaitu nilai R. Jika nilai R ini semakin
mendekati angka 1, semakin kuat pula korelasi antara kedua variabel yang
ada pada grafik. Dalam percobaan ini didapatkan nilai R sebesar
3.030511508i yang berarti korelasi antara kedua variabel tidak kuat.
Untuk mengetahui galat pada percobaan yang dilakukan praktikan,
dapat dilakukan perhitungan menurut persamaaan berikut:
|K𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 - 𝐾𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
Galat = x 100%
𝐾𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟
K literature didapatkan dari tabel 5.2. Dari tabel tersebut didapatkan nilai
K literature untuk gate valve adalah sebesar 0.68 yang jika dilakukan
perhitungan akan menjadi sebagai berikut:

|0.68 - 0.576828|
Galat = x 100%
0.68

Galat = 15.17235294%
5.1.10. Koefisien Friksi pada sistem perpipaan biru tua

Grafik 5.10 Headloss mayor


mayor biru tua
Sumbu y = hL biru tua terhadap v^2
0.3
0.2 y = 0.1691x
0.1 R² = 0.9999
0
0 0.5 1 1.5 2
Sumbu x = v2

Gambar 5.11 Grafik Headloss mayor dengan v2 pada pipa biru tua
Untuk dapat mengetahui nilai friksi pada sistem perpipaan biru tua pada
percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data menjadi sebuah
grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 0.1691x. Nilai y dalam
grafik ini adalah Headloss mayor biru tua dan nilai x disini adalah nilai v2.
Jika dipersamakan dengan rumus friksi yang dapat dinyatakan dalam
rumus berikut:
𝐿 𝑥 𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑓
𝐷 𝑥 2𝑔
dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
f = Koefisien friksi
L = Panjang Pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝐿
maka angka yang terdapat di depan x atau S0.54 adalah nilai 𝑓 𝐷 𝑥 2𝑔. Jika

dilakukan perhitungan, maka akan didapatkan nilai k yang dibuktikan


dengan perhitungan berikut:
𝐿
𝑓 = 0.1691
𝐷 𝑥 2𝑔
0.914
𝑓 = 0.1691
0.262 𝑥 2 𝑥 9.81
𝑓 =0.049366839
Dari grafik tersebut juga diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) yang
bernilai 0,999. Jika nilai ini mendekati angka 1, hal ini mengartikan
hubungan antara sumbu x (S0.54) dengan sumbu y (Qaktual) akan semakin
kuat. Sementara pada percobaan yang dilakukan praktikan, didapatkan
nilai sebesar bernilai 0,999, sehingga dapat disimpulkan hubungan antara
Headloss mayor dengan v2 kuat. Dari grafik ini pula dapat diketahui nilai
factor korelasi yaitu nilai R. Jika nilai R ini semakin mendekati angka
0.999499874937461, semakin kuat pula korelasi antara kedua variabel
yang ada pada grafik. Dalam percobaan ini didapatkan nilai R sebesar
0.999499874937461 yang berarti korelasi antara kedua variabel kuat.
Untuk mengetahui galat pada percobaan yang dilakukan praktikan,
dapat dilakukan perhitungan menurut persamaaan berikut:
|fliteratur- 𝑓𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
Galat = x 100%
𝑓𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

Nilai f literature didapatkan dari perhitungan yang sudah dilakukan dengan


menghitung nilai Reynolds dan mencocokkannya dengan diagram Moody.
Dari tabel tersebut didapatkan nilai f literature adalah sebesar 0.04933
yang jika dilakukan perhitungan akan menjadi sebagai berikut:

|0.04933 - 0.049366839|
Galat = x 100%
0.04933

Galat = 0.135576851
Hal ini juga berlaku untuk variasi 2 dan 3 yang jika dikalkulasikan
didapatkan galat sebesar 0.067126746 % untuk variasi 2 dan
0.269011339% untuk variasi 3.
5.1.11. Koefisien Friksi pada sistem perpipaan biru muda

Grafik 5.13 Headloss mayor biru

mbu y = hL mayor
muda terhadap v2
0.03

biru muda
0.02
y = 0.2049x
0.01 R² = 0.9999
0
0 0.05 0.1 0.15
Sumbu x = v2

Gambar 5.12 Grafik Headloss mayor dengan v2 pada pipa biru muda
Untuk dapat mengetahui nilai friksi pada sistem perpipaan biru muda
pada percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah data menjadi sebuah
grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y = 0.2049x. Nilai y dalam
grafik ini adalah Headloss mayor biru muda dan nilai x disini adalah nilai
v2. Jika dipersamakan dengan rumus friksi yang dapat dinyatakan dalam
rumus berikut:
𝐿 𝑥 𝑣2
ℎ𝐿 = 𝑓
𝐷 𝑥 2𝑔

dengan keterangan:
hL = Headloss (m)
f = Koefisien friksi
L = Panjang Pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan aliran debit (v2)
g = Gaya gravitasi (m/s2)
𝐿
maka angka yang terdapat di depan x atau S0.54 adalah nilai 𝑓 𝐷 𝑥 2𝑔. Jika

dilakukan perhitungan, maka akan didapatkan nilai k yang dibuktikan


dengan perhitungan berikut:
𝐿
𝑓 = 0.2049
𝐷 𝑥 2𝑔
0.914
𝑓 = 0.2049
0.0136 𝑥 2 𝑥 9.81
𝑓 =0.049366839
Dari grafik tersebut juga diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) yang
bernilai 0,999. Jika nilai ini mendekati angka 1, hal ini mengartikan
hubungan antara sumbu x (S0.54) dengan sumbu y (Qaktual) akan semakin
kuat. Sementara pada percobaan yang dilakukan praktikan, didapatkan
nilai sebesar bernilai 0,999, sehingga dapat disimpulkan hubungan antara
Headloss mayor dengan v2 kuat. Dari grafik ini pula dapat diketahui nilai
factor korelasi yaitu nilai R. Jika nilai R ini semakin mendekati angka
0.999499874937461, semakin kuat pula korelasi antara kedua variabel
yang ada pada grafik. Dalam percobaan ini didapatkan nilai R sebesar
0.999499874937461 yang berarti korelasi antara kedua variabel kuat.
Untuk mengetahui galat pada percobaan yang dilakukan praktikan,
dapat dilakukan perhitungan menurut persamaaan berikut:
|fliteratur- 𝑓𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
Galat = x 100%
𝑓𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

Nilai f literature didapatkan dari perhitungan yang sudah dilakukan dengan


menghitung nilai Reynolds dan mencocokkannya dengan diagram Moody.
Dari tabel tersebut didapatkan nilai f literature adalah sebesar 0.04933
yang jika dilakukan perhitungan akan menjadi sebagai berikut:

|0.0393 - 0.11523809|
Galat = x 100%
0.0393

Galat = 193.2266958 %
Hal ini juga berlaku untuk variasi 2 dan 3 yang jika dikalkulasikan
didapatkan galat sebesar 192.4824656 % untuk variasi 2 dan
191.7420037% untuk variasi 3.
5.1.12. Koefisien Hazen-Williams pada sistem perpipaan biru tua

Qaktual terhadap Stua^0.54

Sumbu y = Qaktual 0.0002


0.00015
0.0001 y = 0.0004x
0.00005 R² = 1
0
0 0.2 0.4 0.6

Sumbu x = stua0.54
Gambar 5.13 Grafik Qaktual dengan S0.54 pada pipa biru tua
Untuk dapat mengetahui nilai koefisien Hazen-Williams pada sistem
perpipaan biru tua pada percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah
data menjadi sebuah grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y =
0.0004x. Nilai y dalam grafik ini adalah Qaktual dan nilai x disini adalah
nilai S0.54. Jika dipersamakan dengan rumus debit yang dapat dinyatakan
dalam rumus berikut:
Q = 0.2785 C d2.63S0.54

dengan keterangan:
Q = Debit (m3/s)
C = Koefisien Hazen-Williams
d = Diameter pipa (m)
S = Slope
maka angka yang terdapat di depan x atau S0.54 adalah nilai 0.2785 C d2.63.
Jika dilakukan perhitungan, maka akan didapatkan nilai C yang dibuktikan
dengan perhitungan berikut:
0.2785 C d2.63 = 0.0004
0.2785 C (0.0136)2.63 = 0.0004
𝐶 =116.4199646
Dari grafik tersebut juga diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) yang
bernilai 1. Jika nilai ini mendekati angka 1, hal ini mengartikan hubungan
antara sumbu x (S0.54) dengan sumbu y (Qaktual) akan semakin kuat.
Sementara pada percobaan yang dilakukan praktikan, didapatkan nilai
sebesar bernilai 1, sehingga dapat disimpulkan hubungan antara Headloss
dengan S0.54 kuat. Dari grafik ini pula dapat diketahui nilai factor korelasi
yaitu nilai R. Jika nilai R ini semakin mendekati angka 1, semakin kuat
pula korelasi antara kedua variabel yang ada pada grafik. Dalam percobaan
ini didapatkan nilai R sebesar 1 yang berarti korelasi antara kedua variabel
kuat.
Untuk mengetahui galat pada percobaan yang dilakukan praktikan, dapat
dilakukan perhitungan menurut persamaaan berikut:
|C𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 - C𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
Galat = x 100%
C𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

Nilai C literature didapatkan dari tabel 3.3. Dari tabel tersebut didapatkan
nilai C literature adalah sebesar 130 yang jika dilakukan perhitungan akan
menjadi sebagai berikut:

|130 - 116.4199646|
Galat = x 100%
130

Galat = 10.4461811
5.1.13. Koefisien Hazen-Williams pada sistem perpipaan biru muda
Qaktual terhadap Smuda0.54
0.0002

Sumbu y = Qaktual
0.00015 y = 0.0025x
0.0001 R² = 1
0.00005
0
0 0.02 0.04 0.06 0.08
Sumbu x = smuda0.54

Gambar 5.14 Grafik Qaktual dengan S0.54 pada pipa biru muda
Untuk dapat mengetahui nilai koefisien Hazen-Williams pada sistem
perpipaan biru tua pada percobaan ini, dapat diketahui dengan mengolah
data menjadi sebuah grafik. Dari grafik tersebut didapatkan nilai y =
0.0025x. Nilai y dalam grafik ini adalah Qaktual dan nilai x disini adalah
nilai S0.54. Jika dipersamakan dengan rumus debit yang dapat dinyatakan
dalam rumus berikut:
Q = 0.2785 C d2.63S0.54

dengan keterangan:
Q = Debit (m3/s)
C = Koefisien Hazen-Williams
d = Diameter pipa (m)
S = Slope
maka angka yang terdapat di depan x atau S0.54 adalah nilai 0.2785 C d2.63.
Jika dilakukan perhitungan, maka akan didapatkan nilai C yang dibuktikan
dengan perhitungan berikut:
0.2785 C d2.63 = 0.0025
0.2785 C (0.0136)2.63 = 0.0025
𝐶 =129.7126742
Dari grafik tersebut juga diketahui nilai R2 (koefisien determinasi) yang
bernilai 1. Jika nilai ini mendekati angka 1, hal ini mengartikan hubungan
antara sumbu x (S0.54) dengan sumbu y (Qaktual) akan semakin kuat.
Sementara pada percobaan yang dilakukan praktikan, didapatkan nilai
sebesar bernilai 1, sehingga dapat disimpulkan hubungan antara Headloss
dengan S0.54 kuat. Dari grafik ini pula dapat diketahui nilai factor korelasi
yaitu nilai R. Jika nilai R ini semakin mendekati angka 1, semakin kuat
pula korelasi antara kedua variabel yang ada pada grafik. Dalam percobaan
ini didapatkan nilai R sebesar 1 yang berarti korelasi antara kedua variabel
kuat.
Untuk mengetahui galat pada percobaan yang dilakukan praktikan, dapat
dilakukan perhitungan menurut persamaaan berikut:
|C𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟 - C𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛 |
Galat = x 100%
C𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟

Nilai C literature didapatkan dari tabel 3.3. Dari tabel tersebut didapatkan
nilai C literature adalah sebesar 130 yang jika dilakukan perhitungan akan
menjadi sebagai berikut:

|130 - 129.7126742|
Galat = x 100%
130

Galat = 0.221019845%
5.2.Perbedaan Headloss Mayor dan Minor
a. Headloss Mayor
Headloss mayor adalah energi yang hilang dikarenakan adanya friksi atau
gesekan sepanjang pipa lurus yang seragam dan sebanding dengan Panjang
pipa. Friksi atau gesekan yang dimaksud disini merupakan gesekan internal
fluida dan juga gesekan antara fluida dan dinding saluran.
b. Headloss Minor
Headloss minor adalah energi yang hilang dari fluida yang disebabkan
adanya aksesoris atau perubahan bentuk local dari saluran seperti:
perubahan luas penampangm katup, belokan dari orifice. Hal ini dapat
terjadi karena aliran yang mengalir melewati bentuk lokal dari salurang
mengalami perubahan kecepatan, arah atau besarnya, maupun keduanya.
5.3.Perbedaan Gate Valve dan Globe Valve
a. Gate Valve
Gate Valve yang sering dipakai dalam sistem perpipaan ini berfungsi
untuk membuka dan menutup aliran tetapi tidak untuk mengatur besar kecil
aliran. Kelebihannya adalah minimnya halangan atau resistan saat valve ini
dibuka penuh, sehingga aliran bisa maksimal. Umumnya, jenis valve ini
mengunakan system whell (stir) dimana ia akan terangkat ke atas apabila
gate di naikan.
b. Globe Valve
Globe valve didesain untuk mengurangi aliran air. Sama seperti gate
valve, globe valve dioperasikan dengan wheel atau setiran tetapi wheel
tersebut tidak naik turun. Globe valve memiliki ruang sempit yang
menjorok ke atas tempat fluida mengalir, ruang ini nantinya akan di tutup
dengan disk yang bergerak naik turun. Dengan pergerakan disk yang tidak
terlalu cepat, ia dapat mengontrol aliran (debit) dengan sangat baik, kita
mengenalnya dengan istilah throttling. Throttling adalah sebuah proses
pembatasan aliran fluida secara perlahan.

5.4.Faktor-Faktor Kesalahan yang Mungkin Terjadi Selama Praktikum


Adanya galat pada percobaan ini membuktikan bahwa percobaan yang
dilakukan oleh praktikan terdapat beberapa kesalahan yang mengakibatkan adanya
error atau galat. Kesalahan pertama adalah saat pengukuran suhu. Hal ini
disebabkan oleh tidak telitinya praktikan saat mengukur suhu, seperti tangan
menyentuh Termometer yang dapat memengaruhi hasil akhir dari suhu yang
diukur. Adanya udara yang ditandai dengan adanya gelembung pada alat dapat pula
berpengaruh pada tingkat ketelitian alat. Adanya kesalahan praktikan dalam
membaca Piezometer dan U-Tube Manometer dapat pula berpengaruh pada akhir
hasil yang menjadi dasar perhitungan praktikan.
VI. Analisis B
a. Sistem Plumbing pada Bangunan Tinggi
Gambar 6.1. Gambaran sistem plumbing
Sumber: https://html2-f.scribdassets.com/85bea5rtdsq2hnu/images/1-
2c1c664dd2.jpg
Perencanaan sistem plumbing dalam suatu gedung sangat penting
dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih sesuai jumlah penghuni
yang ada dalam gedung dan juga penyaluran air kotor secara efisien dan efektif
(drainase), sehingga tidak terjadi kerancuan dan pencemaran yang senantiasa
terjadi ketika saluran mengalami gangguan. Drainase itu sendiri memiliki arti
mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum,
sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dana tau membuang kelebihan air dari suatu
Kawasan atau lahan sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Sistem
drainase terdiri atas saluran penerima, saluran pengumpul, saluran pembawa,
saluran induk, dan bagian penerima air. Di sepanjang sistem juga terdapat
bagian-bagian lain yaitu seperti gorong-gorong, jembatan air, pelimpah, pintu-
pintu air, bangunan terjun, kolam tando, dan stasiun pompa. Sistem instalasi
plumbing umumnya terbagi atas tiga bagian utama yaitu Instalasi Plumbing
Sistem Air Bersih, Instalasi Plumbing Sistem Air Kotor dan Air Bekas, dan
Instalasi Plumbing Sistem Venting.
b. Sistem Perpipaan pada Sistem Irigasi
Gambar 6.1. Gambaran sistem plumbing
Sumber: http://www.hypergarden.id/kehebatan-sistem-irigasi-sprinkler/

Irigasi yang umumnya digunakan adalah sistem irigasi permukaan


(Surface Irigation). Sistem irigasi permukaan sudah lama dikenal dan
diterapkan di Indonesia mengingat Indonesia adalah negara agraris. Sistem
irigasi permukaan ini diterapkan karena jumlah air di lahan pertanian masih
banyak, tetapi zaman sekarang air yang ada di lahan pertanian sudah semakin
berkurang. Untuk mengatasi hal itu, maka perlu diterapkan sistem irigasi yang
efektif dan efisien yang salah satunya adalah sistem irigasi Sprinkler. Sistem
ini adalah suatu metode pemberian air ke seluruh lahan yang akan diirigasi
dengan menggunakan pipa yang bertekanan melalui Nozzle. Sistem Sprinkler
ini dapat diklasifikasikan menjadi sistem permanen, portable dan semi-
portable, travelling irrigator, dan center pivot atau linear move.

VII. Kesimpulan
1. Nilai Headloss
Tabel 7.1 Nilai Headloss sistem perpipaan biru tua
Tabel 7.2 Nilai Headloss sistem perpipaan biru muda

Tabel 7.3 Nilai Headloss sistem perpipaan biru muda

2. Nilai Qaktual
Tabel 7.4 Nilai Qaktual pada ketiga variasi

Variasi Qaktual (m3/s)

1 0.00017778
2 0.000163137
3 0.000137338
3. Nilai f (Koefisien friksi Darcy Weisbach) dan Nilai C (Koefisien Hazen-
Williams)
Macam Pipa Nilai C Nilai f
Pipa Biru 116.41996 0.049366839
Tua
Pipa Biru 129.71267 0.115238091
Muda
DAFTAR PUSTAKA
Finnemore, E.John and Joseph B. Franzini. 2002. Fluid Mechanics with Engineering
Application. California : The McGraw Companies. Halaman: 732
https://html2-f.scribdassets.com/85bea5rtdsq2hnu/images/1-2c1c664dd2.jpg. Diunduh
tanggal 30 Oktober 2018.
https://jonpurba.wordpress.com/2010/02/24/plumbing/. Diunduh tanggal 30 Oktober
2018.
http://weshewes.blogspot.com/2012/06/jenis-valve-dan-fungsinya.html. Diunduh
tanggal 30 Oktober 2018.
http://www.hypergarden.id/kehebatan-sistem-irigasi-sprinkler/. Diunduh tanggal 30
Oktober 2018.
https://www.scribd.com/document/344753451/Major-dan-Minor-losses-pada-pipa,
Diunduh tanggal 30 Oktober 2018.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai