Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA II – TL 2201


MODUL 06
VENTURIFLUME

Nama Praktikan : Adinda Mirra Rahmani Taufik


NIM : 15318085
Kelompok/Shift : 2B (09.00 – 10.30)
Tanggal Praktikum : 9 April 2020
Tanggal Pengumpulan : 16 April 2020
PJ Modul : Puti Rizqi A. (15316065)
Givanny Maiherlia (15316100)
Asisten yang Bertugas : Irvan Affandi (15316026)
M. Farhan Huda (15317075)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
I. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Menentukan debit aktual aliran yang melalui alat ukur debit berdasarkan prinsip
kesetimbangan pada Hydraulic bench
2. Menentukan debit teoritis berdasarkan tinggi di titik kritis dan lebar penyempitan
venturiflume.
3. Menentukan nilai energi spesifik (Es), koefisien discharge (Cd), dan bilangan Froude
(NFr) untuk menentukan jenis aliran.
4. Menentukan nilai titik kritis untuk mengetahui debit teoritis.

II. DATA AWAL

Tabel II.1. Data awal


Massa beban (m) 2.5 kg
Suhu air awal (Tawal) 25°C
Suhu air akhir (Takhir) 25°C
Lebar saluran (b) 0.0730 m
Lebar penyempitan 0.05 m

Tabel II.2 Data pengamatan waktu setiap variasi


Waktu (s)
Variasi
t1 t2 t3
1 3.03 3.81 3.56
2 4 3.9 3.9
3 4.5 4.4 4.1
4 4.9 5.2 5
5 7.7 7.5 7.6
Tabel II.3 Data pengukuran kedalaman setiap variasi

Tinggi Muka Air (m)


Variasi
y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7
1 0.0804 0.0803 0.0705 0.0593 0.0492 0.0277 0.026
2 0.0805 0.0802 0.0673 0.0577 0.0482 0.0278 0.0274
3 0.0753 0.0751 0.0664 0.0537 0.0458 0.0253 0.0247
4 0.0633 0.0629 0.05454 0.0442 0.0382 0.0212 0.0197
5 0.0488 0.04864 0.0415 0.0339 0.0294 0.0167 0.0163

Tabel II.4 Data pengukuran jarak antar titik setiap variasi


Jarak (m)
Variasi
x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7
1 0 0.65 0.8 0.85 0.9 1.02 1.4
2 0 0.65 0.8 0.85 0.9 1.02 1.4
3 0 0.65 0.8 0.85 0.9 1.02 1.4
4 0 0.65 0.8 0.85 0.9 1.02 1.4
5 0 0.65 0.8 0.85 0.9 1.02 1.4

Tabel II.5 Data densitas air terhadap suhu


Suhu Massa Jenis Suhu Massa Jenis
[°C] [kg/m3] [°C] [kg/m3]
0.1 999.85 50 988.04
1 999.9 55 985.69
4 999.97 60 983.2
10 999.7 65 980.55
15 999.1 70 977.76
20 998.21 75 974.84
25 997.05 80 971.79
30 995.65 85 968.61
35 994.03 90 965.31
40 992.22 95 961.89
45 990.21 100 958.35

( Sumber : Engineering Toolbox, 2001)


Tabel II.6 Data densitas air terhadap suhu
Temperature Dynamic viscosity Temperature Dynamic viscosity
[°C] [Pa s], [N s/m2] [°C] [Pa s], [N s/m2]
0.01 0.001791 120 0.000232
10 0.001306 140 0.000197
20 0.001002 160 0.00017
25 0.00089 180 0.00015
30 0.000797 200 0.000135
40 0.000653 220 0.000122
50 0.000547 240 0.000111
60 0.000466 260 0.000102
70 0.000404 280 9.36E-05
80 0.000354 300 8.59E-05
90 0.000314 320 7.83E-05
100 0.000282 340 7.03E-05
110 0.000255 360 6.03E-05

( Sumber : Engineering Toolbox, 2001)

III. PENGOLAHAN DATA


III.1. Perhitungan suhu rata-rata (Trata) dan densitas air (ρ)
Berdasarkan Tabel II.1, didapat hubungan sebagai berikut antara densitas fluida
dan temperatur:

1005
Massa jenis air (kg/𝑚3 )

1000
995
990
985
980
975
970
y = -0.0036x2 - 0.0661x + 1000.5
965
R² = 0.9993
960
955
0 20 40 60 80 100 120
Suhu℃

Gambar III.1 Grafik massa jenis air terhadap suhu


Dari grafik di atas, diketahui densitas air dipengaruhi oleh temperatur dengan
persamaan 𝑦 = −0.0036𝑥2 − 0.0661𝑥 + 1000.5
Suhu rata-rata selama percobaan dapat diketahui dengan merata-ratakan suhu
awal dan akhir melalui persamaan
𝑇𝑎𝑤𝑎𝑙 + 𝑇𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 25℃ + 25℃
𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎 = = = 25℃
2 2
Dengan demikian, dengan diketahui temperatur air selama percobaan adalah
Trata = 25°C, sehingga dengan substitusi didapatkan:
𝜌 = −0.0036x2 − 0.0661x + 1000.5
𝝆 =996.5975𝐤𝐠/𝐦𝟑

III.2. Perhitungan viskositas air


Berdasarkan Tabel II.1, didapat hubungan sebagai berikut antara viskositas dan
temperatur:
0.002

y = 2E-08x2 - 1E-05x + 0.0012


Viskositas (𝑚2 /𝑠)

0.0015

0.001

0.0005

0
0 100 200 300 400
-0.0005

Suhu℃

Dari grafik di atas, diketahui densitas air dipengaruhi oleh temperatur dengan
persamaan 𝑦 = 2E-08x2 - 1E-05x + 0.0012
Dengan mengunakan waktu rata-rata Trata = 25°C, dan dengan substitusi
didapatkan:
𝑦 = 2E-08x2 - 1E-05x + 0.0012
𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑟 = 0.0009625 𝐦2/s

III.3. Perhitungan massa air (mair) pada Hydraulic bench


Dengan prinsip kekekalan energi, dan diketahui lengan beban memiliki panjang
tiga kali lengan air, maka:
𝑙𝑎𝑖𝑟 × 𝑚𝑎𝑖𝑟 × 𝑔 = 𝑙𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 × 𝑚𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 × 𝑔
𝑙𝑎𝑖𝑟 × 𝑚𝑎𝑖𝑟 = 3𝑙𝑎𝑖𝑟 × 2. 𝑘𝑔
𝑚𝑎𝑖𝑟 = 𝟕. 𝟓𝒌𝒈
III.4. Perhitungan volume air (V)
𝑚𝑎𝑖𝑟
Volume air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 𝑉 = , sehingga
𝜌

didapat perhitungan sebagai berikut:


7.5𝑘𝑔
𝑉= 3
= 𝟎. 𝟎𝟎𝟕𝟓𝟐𝟔 𝐦𝟑
996.5975 𝑘𝑔/m

III.5. Perhitungan waktu rata-rata (trata)


𝑡1 +𝑡2 +𝑡3
Rata-rata waktu dapat dihitung dengan persamaan 𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎 = . Untuk rata-
3

rata waktu pada debit pertama, digunakan rumus tersebut sehingga didapat
perhitungan sebagai berikut:
3.03 + 3.81 + 3.56
𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 𝟑. 𝟒𝟔𝟔𝟕 𝐬
3
Untuk debit lainnya digunakan cara yang sama untuk menghitung waktu rata-
rata tercapainya kesetimbangan massa. Data tercantum pada tabel data akhir.

III.6. Perhitungan debit aktual aliran (Qakt)


𝑉
Debit aktual dapat dihitung dengan persamaan 𝑄𝑎𝑘𝑡 = 𝑡 . Debit aktual untuk

variasi debit pertama, menurut persamaan tersebut adalah:


0.007526 m3
𝑄𝑎𝑘𝑡 = = 𝟎. 𝟎𝟎𝟐𝟏𝟕𝟎𝟖𝟒𝟖 𝐦𝟑 /𝐬
3.4667𝑠
Debit aktual untuk variasi debit lainnya dihitung dengan metode yang sama. Hasil
perhitungan tercantum pada tabel akhir.

III.7. Perhitungan debit teoritis (Qteo)


Perhitungan debit teoretis dapat dilakukan dengan menyelesaikan persamaan
3
𝑄𝑡𝑒𝑜 = 𝑏𝑡 x √𝑔 x 𝑦42 . Dengan bt adalah lebar penyempitan, g adalah
percepatan gravitasi, dan y4 adalah titik kritis. Perhitungan untuk variasi debit
aliran pertama adalah :
3
𝑄𝑡𝑒𝑜 = 𝑏𝑡 x √𝑔 x 𝑦42 . = 0.002261448 𝐦𝟑/𝐬
Hasil perhitungan debit teoritis pada variasi debit lain tercantum pada tabel data
akhir.
III.8. Perhitungan nilai koefisien discharge (Cd)
Koefisien discharge dapat dihitung dengan membandingkan debit aktual
𝑄𝑎𝑘𝑡
dengan debit akhir, yaitu melalui persamaan 𝐶𝑑 = . Koefisien discharge
𝑄𝑡𝑒𝑜

untuk variasi debit pertama menurut persamaan tersebut adalah:


𝑄𝑎𝑘𝑡 0.002170848 m3 /s
𝐶𝑑 = = = 𝟎. 𝟗𝟓𝟗𝟗𝟑𝟕𝟐𝟑𝟒
𝑄𝑡𝑒𝑜 0.002261448 m3 /s
Koefisien discharge untuk variasi debit lainnya dihitung dengan metode yang
sama. Hasil perhitungan tercantum pada tabel akhir.

III.9. Perhitungan luas (A)


Luas untuk penampang persegi panjang pada percobaan dapat dihitung dengan
persamaan 𝐴 = 𝑏 × 𝑦. Perhitungan dengan rumus ini menghasilkan luas pada
variasi debit 1 di titik 1, yaitu:
𝐴 = 0.073m × 0.0804m = 𝟎. 𝟎𝟎𝟓𝟖𝟔𝟗𝟐 𝐦𝟐
Hasil perhitungan luas untuk titik dan variasi debit lain tercantum pada tabel
data akhir.

III.10. Perhitungan kecepatan air (vair)


Kecepatan aliran air dalam saluran dihitung dengan persamaan
𝑄
𝑣 = 𝐴. Dengan persamaan ini, ditemukan kecepatan aliran air dalam saluran

untuk titik pertama variasi debit pertama adalah sebagai berikut:


0.002261448 m3/s
𝑣= = 𝟎. 𝟑𝟔𝟗𝟖𝟕𝟏𝟏𝟔𝟔 𝐦/𝐬
0.0058692 m2
Perhitungan kecepatan aliran air pada titik dan variasi debit lain dilakukan
dengan metode yang sama dan hasil perhitungannya tercantum pada tabel akhir.

III.11. Perhitungan parameter (P)


Parameter untuk penampang persegi panjang pada percobaan dapat dihitung
dengan persamaan 𝑃 = 𝑏 + 2𝑦. Perhitungan dengan rumus ini menghasilkan
parameter pada variasi debit 1 di titik 1, yaitu:
𝑃 = 𝑏 + 2𝑦
𝑃 = 0.073m + 2 × 0.0804𝑚 = 𝟎. 𝟐𝟑𝟑𝟖𝒎
Hasil perhitungan parameter untuk titik dan variasi debit lain tercantum pada
tabel data akhir.

III.12. Perhitungan jari-jari hidrolis (R)


Perhitungan jari jari hidrolis pada percobaan dapat dihitung dengan persamaan
𝐴
𝑅 = 𝑃 Perhitungan dengan rumus ini menghasilkan jari-jari hidrolis pada variasi

debit 1 di titik 1, yaitu:


𝐴
𝑅=
𝑃
0.0058692 m2
𝑅= = 𝟎. 𝟎𝟐𝟓𝟏𝟎𝟑𝟓𝟎𝟕𝒎
0.2338𝑚
Hasil perhitungan jari jari hidrolis untuk titik dan variasi debit lain tercantum
pada tabel data akhir.

III.13. Perhitungan bilangan Froude (NFR)


Perhitungan bilangan Froude pada percobaan dapat dihitung dengan persamaan
𝑣
𝑁𝐹𝑅 = . Perhitungan dengan rumus ini menghasilkan bilangan Froude pada
√𝑔𝑦

variasi debit 1 di titik 1, yaitu:


𝑣
𝑁𝐹𝑅 =
√𝑔𝑦
0.369871166 𝑚/𝑠
𝑁𝐹𝑅 = = 𝟎. 𝟒𝟏𝟔𝟒𝟕𝟒𝟎𝟓𝟐
√9.81 × 0.0804 𝑚
Hasil perhitungan bilanga Froude untuk titik dan variasi debit lain tercantum
pada tabel data akhir.

III.14. Perhitungan bilangan Reynolds (NRE)


Perhitungan bilangan Reynolds pada percobaan dapat dihitung dengan
𝑅 × 𝑣×𝜌
persamaan 𝑁𝑅𝐸 = . Dengan 𝜗 adalah viskositas kinematis, R adalah jari-
𝜗

jari hidrolis, dan v adalah kecepatan aliran. Perhitungan dengan rumus ini
menghasilkan bilangan Reynolds pada variasi debit 1 di titik 1, yaitu:
𝑅 × 𝑣×𝜌
𝑁𝑅𝐸 =
𝜗
0.025103507𝑚 × 0.369871166 𝑚/𝑠 × 996.5975 kg/𝑚3
𝑁𝑅𝐸 = = 𝟗𝟔𝟏𝟑. 𝟗𝟗𝟓𝟗𝟐𝟕
0.0009625 𝑚2 /𝑠
Hasil perhitungan bilangan Reynolds untuk titik dan variasi debit lain tercantum
pada tabel data akhir.

III.15. Perhitungan energi spesifik (Es)


Perhitungan energy spesifik pada percobaan dapat dihitung dengan persamaan
𝑣2
= 𝑦+ . Perhitungan dengan rumus ini menghasilkan energy spesifik pada
2𝑔

variasi debit 1 titik 1, yaitu:


𝑣2
𝐸𝑠 = 𝑦 +
2𝑔
(0.3698711662 )𝑚2 /𝑠
𝐸𝑠 = 0.0804𝑚 + = 𝟎. 𝟎𝟖𝟕𝟑𝟕𝟐𝟕𝟏𝟔 𝒎
2 × 9.81
Hasil perhitungan energy spesik untuk titik dan variasi debit lain tercantum pada
tabel data akhir.

III.16. Perhitungan kedalaman kritis teoritis (yc)


Perhitungan kedalaman teoritis pada percobaan dapat dihitung dengan
3 𝑄2
persamaan = √𝑏2 ×𝑔 . Perhitungan dengan rumus ini menghasilkan kedalaman

kritis teoritis pada variasi debit 1, yaitu:

3 𝑄2
𝑦𝑐 = √
𝑏2 × 𝑔

3 0.0021708482
𝑦𝑐 = √
0.0732 × 9.81

𝑦𝑐 = 𝟎. 𝟎𝟒𝟒𝟖𝟑𝟖𝟏𝟖𝟒 𝒎
Hasil perhitungan kedalaman teoritis variasi debit lain tercantum pada tabel data
akhir.

III.17. Perhitungan energy spesifik minimum (Es min)


Perhitungan kedalaman teoritis pada percobaan dapat dihitung dengan persamaan
3
min = × 𝑦𝑐 . Perhitungan dengan rumus ini menghasilkan luas basah pada
2

variasi debit 1, yaitu:


3
𝐸𝑠 min = × 0.044838184𝑚 = 𝟎. 𝟎𝟔𝟕𝟐𝟓𝟕𝟐𝟕𝟔 𝒎
2
IV. DATA AKHIR
Tabel IV.1 Hasil perhitungan data akhir
Variasi tr V Qakt Qteo Cd Yc Esmin
1 3.4667 0.0022 0.0023 0.9599 0.0577 0.0866
2 3.9333 0.0019 0.0022 0.8815 0.0530 0.0796
0.0075
3 4.3333 0.0017 0.0019 0.8912 0.0497 0.0746
4 5.0333 0.0015 0.0015 1.0274 0.0450 0.0675
5 7.6000 0.0010 0.0010 1.0130 0.0342 0.0513

Tabel IV.2 Hasil perhitungan data akhir variasi 1


Variasi x y A v P R Nre NFR ES Cd
0 0.0804 0.005869 0.369871 0.2338 0.025104 9613.996 0.416474 0.087373
0.65 0.0803 0.005862 0.370332 0.2336 0.025094 9622.227 0.417252 0.08729
0.8 0.0705 0.003525 0.615843 0.191 0.018455 11768.34 0.740528 0.08983
1 0.85 0.0593 0.002965 0.732158 0.1686 0.017586 13331.86 0.959937 0.086622 0.965786
0.9 0.0492 0.00246 0.882458 0.1484 0.016577 15146.58 1.270215 0.088891
1.02 0.0277 0.002022 1.073561 0.1284 0.015748 17505.86 2.059455 0.086443
1.4 0.026 0.001898 1.143755 0.125 0.015184 17982.02 2.264707 0.092676

Tabel IV.3 Hasil perhitungan data akhir variasi 2


Variasi x y A v P R Nre NFR E
0 0.0805 0.0058765 0.325583192 0.234 0.025113248 8466.110161 0.366378123 0.0859
0.65 0.0802 0.0058546 0.326801084 0.2334 0.025083976 8487.87394 0.368435782 0.0856
0.8 0.0673 0.003365 0.568585328 0.1846 0.018228602 10731.68894 0.69976725 0.0837
2
0.85 0.0577 0.002885 0.663185313 0.1654 0.017442563 11977.44727 0.881480054 0.0801
0.9 0.0482 0.00241 0.793896112 0.1464 0.016461749 13531.89739 1.154531142 0.0803
1.02 0.0278 0.0020294 0.942785862 0.1286 0.015780715 15404.89718 1.805328174 0.0731
1.4 0.0274 0.0020002 0.95654916 0.1278 0.015651017 15501.32846 1.845004838 0.0740

Tabel IV.4 Hasil perhitungan data akhir variasi 3


Variasi x y A v P R Nre NFR ES Cd
0 0.0753 0.005497 0.315938 0.2236 0.024584 8042.047 0.367595 0.080387
0.65 0.0751 0.005482 0.316779 0.2232 0.024562 8056.46 0.369064 0.080215
0.8 0.0664 0.00332 0.523096 0.1828 0.018162 9836.99 0.648131 0.080346
3 0.85 0.0537 0.002685 0.646808 0.1574 0.017058 11424.41 0.891155 0.075023 0.896585
0.9 0.0458 0.00229 0.758375 0.1416 0.016172 12699.17 1.131401 0.075114
1.02 0.0253 0.001847 0.940321 0.1236 0.014943 14548.56 1.887475 0.070366
1.4 0.0247 0.001803 0.963162 0.1224 0.014731 14691.19 1.956665 0.071982
Tabel IV.5 Hasil perhitungan data akhir variasi 4
Variasi x y A v P R Nre NFR ES Cd
0 0.0633 0.004621 0.323563 0.1996 0.023151 7756.116 0.410604 0.068636
0.65 0.0629 0.004592 0.325621 0.1988 0.023097 7787.328 0.414527 0.068304
0.8 0.05454 0.002727 0.548278 0.15908 0.017142 9731.712 0.749564 0.069862
4 0.85 0.0442 0.00221 0.67654 0.1384 0.015968 11185.84 1.02742 0.067529 1.033679
0.9 0.0382 0.00191 0.782803 0.1264 0.015111 12247.79 1.278752 0.069432
1.02 0.0212 0.001548 0.966111 0.1154 0.013411 13415.26 2.118481 0.068772
1.4 0.0197 0.001438 1.039673 0.1124 0.012794 13773.32 2.364989 0.074793

Tabel IV.6 Hasil perhitungan data akhir variasi 5


Variasi x y A v P R Nre NFR ES Cd
0 0.0488 0.003562 0.277962 0.1706 0.020882 6009.909 0.401736 0.052738
0.65 0.04864 0.003551 0.278876 0.17028 0.020852 6021.203 0.40372 0.052604
0.8 0.0415 0.002075 0.47721 0.133 0.015602 7708.951 0.747913 0.053107
5 0.85 0.0339 0.001695 0.584195 0.1178 0.014389 8703.654 1.013034 0.051295 1.019205
0.9 0.0294 0.00147 0.673613 0.1088 0.013511 9423.626 1.254303 0.052527
1.02 0.0167 0.001219 0.812248 0.1064 0.011458 9636.189 2.006762 0.050326
1.4 0.0163 0.00119 0.83218 0.1056 0.011268 9709.19 2.081082 0.051597

V. ANALISIS A
V.1. Analisis Cara Kerja
Pada praktikum ini disiapkan beberapa alat yang dibutuhkan untuk
memenuhi tujuan dari modul ini. Pertama, ada Hydraulic bench yang digunakan
sebagai pemutar aliran air di mana alat ini digerakkan oleh sebuah dynamo
pemutar aliran yang disambungkan pada sebuah saluran air terbuka sepanjang 5
m dan lebar 0.073 m melalui sebuah pipa yang pada pipa itu terdapat globe valve
agar debit aliran dapat diubah sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, ada juga
jangka pengukur kedalaman air yang dapat dikalibrasi terlebih dahulu agar
perhitungan lebih akurat.
Pada prosedur pengerjaannya, diawali dengan mengukur suhu air pada
bak Hydraulic bench yang digunakan untuk kalibrasi menentukan densitas air.
Hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah kalibrasi alat pengukur kedalaman.
Kalibrasi dilakukan dengan memutar alat ukur hingga mencapai dasar, lalu
jarum pengukur diatur agar pada skala menunjukan nilai nol. Setelah itu,
dilakukan pengukuran pada suhu awal fluida. Selanjutnya, lebar dan panjang
ambang panjang diukur dengan menggunakan penggaris atau meteran.
Kemudian nyalakan Hydraulic bench dengan cara menghubungkannya ke
stop kontak 110 V dan ukur waktu tercapainya kesetimbangan massa pada
Hydraulic bench dengan meletakkan beban seberat 2.5kg pada lengan beban.
Pengukuran dan pencatatan waktu ini dilakukan sebanyak tiga kali (triplo)
dengan tujuan meminimalisasi kesalahan pencatatan waktu yang dilakukan
secara manual oleh praktikan.
Setelah data-data tersebut didapatkan, letakan penyempitan (throat)
terlebih dahulu dan aliran air dinyalakan dan ditunggu hingga ketinggiannya
stabil. Setelah ketinggian muka air stabil, tinggi air diukur sebanyak tiga kali.
Pengukuran kedalaman air dilakukan pada 7 titik yaitu 2 titik sebelum
penyempitan, 3 titik pada penyempitan, dan 3 titik setelah penyempitan dengan
meninjau panjang saluran dari setiap titik perhitungan ketinggian yang telah
ditentukan. Pengukuran dilakukan tiga kali karena fluida bergerak secara terus-
menerus pada saat pembacaan alat ukur, oleh karena itu diharapkan dengan
pengukuran triplo kesalahan pembacaan dapat diminimalisasi. Selanjutnya,
debit diganti dengan memutar valve dan semua proses di atas kecuali
pengukuran suhu air diulang hingga terdapat lima variasi debit.

1
2 3
4 5 6 7

Gambar V.1 Tampak samping venturiflume


(Sumber : pribadi)

Pada praktikum ini, dilakukan pengambilan data secara triplo yaitu 3 kali
pengukuran. Hal ini ditujukan agar hasil dari pengukuran yang didapat bisa lebih
akurat untuk merepresentasikan keadaan sesungguhnya juga untuk
meminimalisasi human error berupa kesalahan pengukuran waktu yang mungkin
terjadi akibat stopwatch yang dioperasikan oleh manusia. Setelah kelima variasi
tersebut dilakukan, Hydraulic bench kembali dimatikan dan suhu air kembali
diukur untuk digunakan sebagai input dari kalibrasi suhu awal yang juga
digunakan untuk menentukan densitas air, lalu valve pengatur debit dimatikan,
dan pompa dimatikan, serta dicabut dari stop kontak.

V.2. Analisis Penurunan Rumus Qteoritis

Pada percobaan kali ini, digunakan suatu rumus untuk menentukan


debit teoritis. Rumus tersebut merupakan penurunan dari rumus kontinuitas
dan bilangan Froude. Penurunan rumus lebih rincinya adalah sebagai berikut.

𝑄 = 𝐴 × 𝑣 … … (1)

Pada percobaan ini, ketinggian kritis ada pada titik pengukuran keempat
karena nilai energi spesifik minimum di titik tersebut dan nilai bilangan
Froudenya sama dengan satu, sehingga dari rumus bilangan Froude, didapatkan
rumus kecepatan aliran menjadi.
𝑣
𝐹𝑟 =
√𝑔 × 𝑦4

𝑣
1=
√𝑔 × 𝑦4

𝑣 = √𝑔 × 𝑦4 … … (2)

Diketahui bahwa saluran berbentuk persegi panjang, sehingga luasnya menjadi

𝐴 = 𝑏 × 𝑦4 … … (1)

Kemudia apabila persamaan (2) dan (3) disubstitusikan ke dalam persamaan


(1) akan didapatkan nilai debit teoritisnya menjadi sebagai berikut

𝑄 = 𝑏√𝑔 × 𝑦43/2

Keterangan :

Q = debit teoritis (m3/s)


b = lebar penyempitan (m)
y4 = ketinggian air di titik empat (m)
v = kecepatan aliran (m/s)
Fr = bilangan Froude
A = luas permukaan (m2)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

V.3. Analisis Grafik


V.3.1. Grafik kedalaman air y terhadap posisi titik x

0.09
0.08

Tinggi muka air (m)


0.07
0.06 Variasi 1
0.05 Variasi 2
0.04
0.03 Variasi 3
0.02 Variasi 4
0.01 Variasi 5
0
0 0.5 1 1.5
Jarak titik dari hulu (m)

Gambar V.2 Grafik kedalaman air terhadap posisi titik x

Dari grafik di atas, terdapat beberapa kesamaan yang tampak


pada garis setiap variasi debit meskipun berbeda kedalamannya.
Semakin besar debit yang digunakan, maka semakin besar ketinggian
aliran yang dihasilkan. Pada grafik tersebut, pada titik di hulu lebih
tinggi dibandingkan titik yang ada di hilir. Secara teori, titik pertama
sampai ke kedua dari hulu menghasilkan kedalaman yang berbeda
namun tidak terlalu signifikan. Namun pada kedalaman titik ketiga
sampai keenam menurun secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh
adanya penyempitan pada venturiflume dan pengaruh debit fluida pada
titik ketiga, empat dan lima. Penurunan terendah terjadi pada titik
keenam yang menyebabkan adanya terjunan setelah bagian daerah
setelah kontraksi. Namun terjadi kenaikan nilai pada titik tujuh karena
adanya loncatan hidrolis untuk menyeimbangkan energi sehingga aliran
menjadi normal kembali. Dari ketinggian pada grafik dapat diperkirakan
kekritisan alirannya, untuk titik 1,2,3 dan 4 adalah subkritis karena nilai
ketinggian airnya yang besar, sehingga nilai bilangan Froudenya lebih
kecil dari 1. Kemudian pada 5,6 dan 7 merupakan aliran superkritis
karena bilangan Froudenya lebih dari 1 akibat nilai ketinggian airnya
yang lebih kecil. Kekritisan aliran ini sesuai dengan literatur. Lalu
semakin kecil debitnya maka akan menghasilkan kedalaman air yang
semakin kecil nilainya. Oleh karena itu, venturiflume tidak cocok untuk
debit air yang kecil, apabila debit air kecil maka bagian venturiflume
harus kecil pula agar alirannya tetap terkontraksi. Karena kelima variasi
memiliki alur yang sama, maka dapat disimpulkan bahwa aliran yang
digunakan pada percobaan ini sudah seragam.

V.3.2. Grafik Qaktual terhadap Qteoritis

0.0025

0.002
y = 0.9338x
0.0015
R² = 0.9407
Qakt

0.001

0.0005

0
0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025
Qteo

Gambar V.3 Grafik Qaktual terhadap Qteoritis

Pada gambar V.3 nilai R2 adalah 0.9407. Hal ini berarti variabel
x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar 94,07% dan
5.93% dipengaruhi oleh variable inheren atau konstanta lain. Dari nilai
R2 juga dapat diketahui nilai koefisien korelasi R, yakni 0,9698. Faktor
kolerasi (R) tersebut menunjukkan hubungan yang kuat antar variabel
dengan hubungannya yang berbanding lurus, karena gradiennya
menunjukkan nilai yang positif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa korelasi antar kedua variabel cukup kuat karena angkanya
mendekati 1 sehingga data yang didapatkan bagus. Berdasarkan plot data
hubungan antara debit aktual dengan debit teoritis didapatkan persamaan
y = 0.9338x. Substitusi persamaan dengan x adalah Q teoritis dan y
adalah Q aktual menjadi,
𝑦 = 𝑚𝑥
𝑄 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 0.9338 𝑄 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
= 0.9338
𝑞𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
Sehingga didapatkan persamaan . yaitu rumus
𝑞𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

menentukan Cd sebesar 0.9338. Galat dapat ditentukan dengan


membandingkan antara Cd percobaan dan Cd menurut literatur.
Berdasarkan literatur (Shalaby, 2018), nilai Cd yang didapatkan adalah
sekitar 0.95-0.99, dan digunakan 0.99 sebagai angka terbesar, sehingga
dapat ditentukan galat sebagai berikut.
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% =
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0.99 − 0.9338
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% = 𝟓. 𝟔𝟕%
0.99
Galat yang dihasilkan pada percobaan bernilai 5.67%, dengan
asumsi tingkat kepercayaan 90%, maka galat yang dihasilkan berada
dalam batas wajar 10%. Hal ini menandakan percobaan telah berlangsung
dengan cukup akurat sehingga hasilnya cukup merepresentasikan keadaan
teoretis.

V.3.3. Grafik bilangan Froude (NFR) terhadap kedalaman y

3 y1 = 0,0157x-1,386 Variasi 1
R² = 0,9203
2.5 Variasi 2
y2= 0,0133x-1,4
Bilangan Froude

2 R² = 0,914 Variasi 3
y3 = 0,0125x-1,391
1.5 R² = 0,9207 Variasi 4
y4 = 0,0108x-1,396
1 Variasi 5
R² = 0,9236
0.5 y5 = 0,0072x-1,401 Power
R² = 0,9164 (Variasi 1)
0 Power
0 0.05 0.1 (Variasi 2)
Power
y (m) (Variasi 3)
Gambar V.4 Grafik NFR terhadap y

1. Variasi 1

Pada gambar V.4 nilai R2 adalah 0,9203. Hal ini berarti variabel
x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar 92,03% dan
7.93% dipengaruhi oleh variable inheren atau konstanta lain. Dari
nilai R2 juga dapat diketahui nilai koefisien korelasi R, yakni
0,9593. Faktor kolerasi (R) tersebut menunjukkan hubungan yang
kuat antar variabel dengan hubungannya yang berbanding lurus,
karena gradiennya menunjukkan nilai yang positif. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa korelasi antar kedua variabel cukup kuat
karena angkanya mendekati 1 sehingga data yang didapatkan bagus.
Berdasarkan plot data hubungan antara debit aktual dengan debit
teoritis didapatkan persamaan y=0,0157x-1,386. Secara matematis,
hubungan antara bilangan Froude terhadap kedalamannya dapat
diajbarkan sebagai berikut,

𝑣
𝐹𝑟 =
√𝑔 × 𝑦

𝑄
𝐹𝑟 =
√𝑔 × 𝑦 × 𝐴

𝑄
𝐹𝑟 = 1 3
𝑔2 × 𝑦2 × 𝐴

𝑄 2
𝐹𝑟 = 1 × 𝑦3
𝑔2 ×𝑏

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara bilangan


Froude terhadap kedalamannya ialah berbanding terbalik. Nilai dari
eksponen teoritis adalah -1,5. Maka galat dapat ditentukan dengan
persamaan berikut.
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% =
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−1.5 + 1.386
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% = 𝟕. 𝟔%
−1.5
Galat yang dihasilkan pada percobaan bernilai 7.6%, dengan
asumsi tingkat kepercayaan 90%, maka galat yang dihasilkan berada
dalam batas wajar 10%. Hal ini menandakan percobaan telah
berlangsung dengan cukup akurat sehingga hasilnya cukup
merepresentasikan keadaan teoretis.

2. Variasi 2

Pada gambar V.4 nilai R2 adalah 0,914. Hal ini berarti


variabel x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar
91.4% dan 8.6% dipengaruhi oleh variable inheren atau konstanta
lain. Dari nilai R2 juga dapat diketahui nilai koefisien korelasi R,
yakni 0,956. Faktor kolerasi (R) tersebut menunjukkan hubungan
yang kuat antar variabel dengan hubungannya yang berbanding
lurus, karena gradiennya menunjukkan nilai yang positif. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa korelasi antar kedua variabel
cukup kuat karena angkanya mendekati 1 sehingga data yang
didapatkan bagus. Berdasarkan plot data hubungan antara debit
aktual dengan debit teoritis didapatkan persamaan y=0,0133x-1,4.
Nilai dari eksponen teoritis adalah -1,5. Maka galat dapat ditentukan
dengan persamaan berikut.
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% =
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−1.5 + 1.4
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% = 𝟔. 𝟔𝟕%
−1.5
Galat yang dihasilkan pada percobaan bernilai 6.67%,
dengan asumsi tingkat kepercayaan 90%, maka galat yang dihasilkan
berada dalam batas wajar 10%. Hal ini menandakan percobaan telah
berlangsung dengan cukup akurat sehingga hasilnya cukup
merepresentasikan keadaan teoretis.

3. Variasi 3

Pada gambar V.4 nilai R2 adalah 0,9207. Hal ini berarti


variabel x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar
92.07% dan 7.93% dipengaruhi oleh variable inheren atau
konstanta lain. Dari nilai R2 juga dapat diketahui nilai koefisien
korelasi R, yakni 0,9595. Faktor kolerasi (R) tersebut menunjukkan
hubungan yang kuat antar variabel dengan hubungannya yang
berbanding lurus, karena gradiennya menunjukkan nilai yang
positif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa korelasi antar
kedua variabel cukup kuat karena angkanya mendekati 1 sehingga
data yang didapatkan bagus. Berdasarkan plot data hubungan antara
debit aktual dengan debit teoritis didapatkan persamaan
y=0,0125x -1,391. Nilai dari eksponen teoritis adalah -1,5. Maka galat
dapat ditentukan dengan persamaan berikut.
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% =
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−1.5 + 1.391
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% = 𝟕. 𝟐𝟔𝟕%
−1.5
Galat yang dihasilkan pada percobaan bernilai 7.267%,
dengan asumsi tingkat kepercayaan 90%, maka galat yang dihasilkan
berada dalam batas wajar 10%. Hal ini menandakan percobaan telah
berlangsung dengan cukup akurat sehingga hasilnya cukup
merepresentasikan keadaan teoretis.

4. Variasi 4

Pada gambar V.4 nilai R2 adalah 0,9236. Hal ini berarti


variabel x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar
92.36% dan 7.64% dipengaruhi oleh variable inheren atau
konstanta lain. Dari nilai R2 juga dapat diketahui nilai koefisien
korelasi R, yakni 0,9610. Faktor kolerasi (R) tersebut menunjukkan
hubungan yang kuat antar variabel dengan hubungannya yang
berbanding lurus, karena gradiennya menunjukkan nilai yang
positif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa korelasi antar
kedua variabel cukup kuat karena angkanya mendekati 1 sehingga
data yang didapatkan bagus. Berdasarkan plot data hubungan antara
debit aktual dengan debit teoritis didapatkan persamaan
y=0,0108x-1,396. Nilai dari eksponen teoritis adalah -1,5. Maka galat
dapat ditentukan dengan persamaan berikut.
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% =
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−1.5 + 1.396
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% = 𝟔. 𝟗𝟑%
−1.5
Galat yang dihasilkan pada percobaan bernilai 6.93%,
dengan asumsi tingkat kepercayaan 90%, maka galat yang dihasilkan
berada dalam batas wajar 10%. Hal ini menandakan percobaan telah
berlangsung dengan cukup akurat sehingga hasilnya cukup
merepresentasikan keadaan teoretis.
5. Variasi 5

Pada gambar V.4 nilai R2 adalah 0,9164. Hal ini berarti


variabel x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar
91.64% dan 8.36% dipengaruhi oleh variable inheren atau
konstanta lain. Dari nilai R2 juga dapat diketahui nilai koefisien
korelasi R, yakni 0,9572. Faktor kolerasi (R) tersebut menunjukkan
hubungan yang kuat antar variabel dengan hubungannya yang
berbanding lurus, karena gradiennya menunjukkan nilai yang
positif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa korelasi antar
kedua variabel cukup kuat karena angkanya mendekati 1 sehingga
data yang didapatkan bagus. Berdasarkan plot data hubungan antara
debit aktual dengan debit teoritis didapatkan persamaan
y=0,0072x-1,401. Nilai dari eksponen teoritis adalah -1,5. Maka galat
dapat ditentukan dengan persamaan berikut.
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% =
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−1.5 + 1.401
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% = 𝟔. 𝟔%
−1.5
Galat yang dihasilkan pada percobaan bernilai6.6%, dengan
asumsi tingkat kepercayaan 90%, maka galat yang dihasilkan berada
dalam batas wajar 10%. Hal ini menandakan percobaan telah
berlangsung dengan cukup akurat sehingga hasilnya cukup
merepresentasikan keadaan teoretis.
V.3.4. Grafik Bilangan Reynolds (NRE) terhadap kedalaman y

20000 y1 = 2833,3x-0,518 Variasi 1


18000 R² = 0,9007
16000 y2 = 2449,7x-0,526 Variasi 2

Bilangan Reynolds
14000 R² = 0,8913
y3 = 2395,4x-0,502 Variasi 3
12000
R² = 0,8858
10000 Variasi 4
8000 y4 = 2457,2x-0,452
R² = 0,84 Variasi 5
6000
y5 = 2055,4x-0,392
4000 R² = 0,7388 Power
2000 (Variasi 1)
Power
0 (Variasi 2)
0 0.05 0.1 Power
y (m) (Variasi 3)

Gambar V.5 Grafik NRE terhadap y

1. Variasi 1

Pada gambar V.5 nilai R2 adalah 0,9007. Hal ini berarti variabel
x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar 90.07% dan
9.93% dipengaruhi oleh variable inheren atau konstanta lain. Dari
nilai R2 juga dapat diketahui nilai koefisien korelasi R, yakni
0,9490. Faktor kolerasi (R) tersebut menunjukkan hubungan yang
kuat antar variabel dengan hubungannya yang berbanding lurus,
karena gradiennya menunjukkan nilai yang positif. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa korelasi antar kedua variabel cukup kuat
karena angkanya mendekati 1 sehingga data yang didapatkan bagus.
Berdasarkan plot data hubungan antara debit aktual dengan debit
teoritis didapatkan persamaan y=2833,3x-0,518. Secara matematis,
hubungan antara bilangan Reynolds terhadap kedalamannya dapat
diajbarkan sebagai berikut,

𝜌𝑣𝑅
𝑁𝑅𝐸 =
µ

𝑣𝑅
𝑁𝑅𝐸 =
𝜗

𝑄 𝐴
×
𝑁𝑅𝐸 = 𝐴 𝑃
𝜗
𝑄
𝑁𝑅𝐸 =
𝑃×𝜗

𝑄 1
𝑁𝑅𝐸 = ×
𝜗 (𝑏 + 2𝑦)

1
𝑁𝑅𝐸 = 𝑎
𝑦

𝑁𝑅𝐸 = 𝑎 × 𝑦 −1

𝑁𝑅𝐸 ~ 𝑦 −1

Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara bilangan


Reynolds terhadap kedalamannya ialah berbanding terbalik. Nilai
dari eksponen teoritis adalah -1. Maka galat dapat ditentukan
dengan persamaan berikut.
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% =
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−1 + 0,518
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% = 𝟒𝟖. 𝟐%
−1
Galat yang dihasilkan pada percobaan bernilai 48.2%,
dengan asumsi tingkat kepercayaan 90%, maka galat yang dihasilkan
berada dalam batas wajar 10%. Hal ini menandakan percobaan
berlangsung kurang akurat akibat adanya kesalahan saat percobaan.

2. Variasi 2

Pada gambar V.5 nilai R2 adalah 0,8913. Hal ini berarti variabel
x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar 89.13% dan
10.87% dipengaruhi oleh variable inheren atau konstanta lain. Dari
nilai R2 juga dapat diketahui nilai koefisien korelasi R, yakni
0,9440. Faktor kolerasi (R) tersebut menunjukkan hubungan yang
kuat antar variabel dengan hubungannya yang berbanding lurus,
karena gradiennya menunjukkan nilai yang positif. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa korelasi antar kedua variabel cukup kuat
karena angkanya mendekati 1 sehingga data yang didapatkan bagus.
Berdasarkan plot data hubungan antara debit aktual dengan debit
teoritis didapatkan persamaan y=2449,7x-0,526.Nilai dari eksponen
teoritis adalah -1. Maka galat dapat ditentukan dengan persamaan
berikut.

𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% =
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−1 + 0,526
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% = 𝟒𝟕. 𝟒%
−1
Galat yang dihasilkan pada percobaan bernilai 47.4%,
dengan asumsi tingkat kepercayaan 90%, maka galat yang dihasilkan
berada dalam batas wajar 10%. Hal ini menandakan percobaan
berlangsung kurang akurat akibat adanya kesalahan saat percobaan.

3. Variasi 3

Pada gambar V.5 nilai R2 adalah 0,8858. Hal ini berarti variabel
x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar 88.58% dan
11.42% dipengaruhi oleh variable inheren atau konstanta lain. Dari
nilai R2 juga dapat diketahui nilai koefisien korelasi R, yakni
0,9416. Faktor kolerasi (R) tersebut menunjukkan hubungan yang
kuat antar variabel dengan hubungannya yang berbanding lurus,
karena gradiennya menunjukkan nilai yang positif. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa korelasi antar kedua variabel cukup kuat
karena angkanya mendekati 1 sehingga data yang didapatkan bagus.
Berdasarkan plot data hubungan antara debit aktual dengan debit
teoritis didapatkan persamaan y=2395,4x-0,502.Nilai dari eksponen
teoritis adalah -1. Maka galat dapat ditentukan dengan persamaan
berikut.

𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% =
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−1 + 0,502
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% = 𝟒𝟗. 𝟖%
−1
Galat yang dihasilkan pada percobaan bernilai 49.8%,
dengan asumsi tingkat kepercayaan 90%, maka galat yang dihasilkan
berada dalam batas wajar 10%. Hal ini menandakan percobaan
berlangsung kurang akurat akibat adanya kesalahan saat percobaan.

4. Variasi 4

Pada gambar V.5 nilai R2 adalah 0,84. Hal ini berarti variabel x
(Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar 84% dan 16%
dipengaruhi oleh variable inheren atau konstanta lain. Dari nilai R2
juga dapat diketahui nilai koefisien korelasi R, yakni 0,916. Faktor
kolerasi (R) tersebut menunjukkan hubungan yang kuat antar
variabel dengan hubungannya yang berbanding lurus, karena
gradiennya menunjukkan nilai yang positif. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa korelasi antar kedua variabel cukup kuat karena
angkanya mendekati 1 sehingga data yang didapatkan bagus.
Berdasarkan plot data hubungan antara debit aktual dengan debit
teoritis didapatkan persamaan y=2457,2x-0,452.Nilai dari eksponen
teoritis adalah -1. Maka galat dapat ditentukan dengan persamaan
berikut.

𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% =
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−1 + 0,452
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% = 𝟓𝟒. 𝟖%
−1
Galat yang dihasilkan pada percobaan bernilai 54.8%,
dengan asumsi tingkat kepercayaan 90%, maka galat yang dihasilkan
berada dalam batas wajar 10%. Hal ini menandakan percobaan
berlangsung kurang akurat akibat adanya kesalahan saat percobaan.

5. Variasi 5

Pada gambar V.5 nilai R2 adalah 0,7388. Hal ini berarti variabel
x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar 73.88% dan
26.12% dipengaruhi oleh variable inheren atau konstanta lain. Dari
nilai R2 juga dapat diketahui nilai koefisien korelasi R, yakni
0,8595. Faktor kolerasi (R) tersebut menunjukkan hubungan yang
kuat antar variabel dengan hubungannya yang berbanding lurus,
karena gradiennya menunjukkan nilai yang positif. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa korelasi antar kedua variabel cukup kuat
karena angkanya mendekati 1 sehingga data yang didapatkan bagus.
Berdasarkan plot data hubungan antara debit aktual dengan debit
teoritis didapatkan persamaan y=2055,4x-0,392.Nilai dari eksponen
teoritis adalah -1. Maka galat dapat ditentukan dengan persamaan
berikut.

𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% =
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−1 + 0.392
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% = 𝟔𝟎. 𝟖%
−1
Galat yang dihasilkan pada percobaan bernilai 60.8%,
dengan asumsi tingkat kepercayaan 90%, maka galat yang dihasilkan
berada dalam batas wajar 10%. Hal ini menandakan percobaan
berlangsung kurang akurat akibat adanya kesalahan saat percobaan.

V.3.5. Grafik kedalaman y terhadap energy spesifik Es


1. Variasi 1

Gambar V.6 Grafik h y terhadap Es variasi debit 1

Berdasarkan Gambar V.6, menunjukkan nilai kedalaman kritis


aktual (yc aktual) dari perpotongan kurva y terhadap Es dengan
kurva y = 2/3Es. Dari grafik di atas, didapatkan nilai yc aktual
sebesar 0,06 m.Terdapat dua grafik kanan dan kiri karena pada
venturiflume terdapat dua lebar yang berbeda.
Dari grafik di atas, didapatkan bahwa pada titik 1, 2, 3 dan 4 jenis aliran
yang terjadi adalah subkritis. Hal itu karena titik-titik tersebut berada di atas garis
y = 2/3 Es. Sementara untuk titik 5, 6 dan 7, jenis aliran yang terjadi adalah
superkritis karena titik-titik tersebut berada di bawah garis y = 2/3 Es.
Berdasarkan perhitungan, didapatkan kedalaman kritis untuk variasi debit
1 sebesar 0,0577. Dengan nilai yc aktual dan yc teoritis, maka dapat dilakukan
perhitungan galat sebagai berikut
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 1 − 𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 1
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = | | × 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 1
0,0577 − 0,06
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = | | × 100%
0,0577
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = 3,98%

2. Variasi 2

Gambar V.7 Grafik h y terhadap Es variasi debit 2

Berdasarkan Gambar V.7, menunjukkan nilai kedalaman


kritis aktual (yc aktual) dari perpotongan kurva y terhadap Es
dengan kurva y = 2/3Es. Dari grafik di atas, didapatkan nilai yc
aktual sebesar 0,057m. Terdapat dua grafik kanan dan kiri karena
pada venturiflume terdapat dua lebar yang berbeda.
Dari grafik di atas, didapatkan bahwa pada titik 1, 2, 3 dan 4
jenis aliran yang terjadi adalah subkritis. Hal itu karena titik-titik
tersebut berada di atas garis y = 2/3 Es. Sementara untuk titik 5, 6
dan 7, jenis aliran yang terjadi adalah superkritis karena titik-titik
tersebut berada di bawah garis y = 2/3 Es.
Berdasarkan perhitungan, didapatkan kedalaman kritis untuk
variasi debit 1 sebesar 0,0530. Dengan nilai yc aktual dan yc teoritis,
maka dapat dilakukan perhitungan galat sebagai berikut
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 1 − 𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 1
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = | | × 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 1
0,0530 − 0,057
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = | | × 100%
0,057
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = 7.55%

3. Variasi 3

Gambar V.8 Grafik h y terhadap Es variasi debit 3

Berdasarkan Gambar V.8, menunjukkan nilai kedalaman


kritis aktual (yc aktual) dari perpotongan kurva y terhadap Es
dengan kurva y = 2/3Es. Dari grafik di atas, didapatkan nilai yc
aktual sebesar 0,054 m.Terdapat dua grafik kanan dan kiri karena
pada venturiflume terdapat dua lebar yang berbeda.
Dari grafik di atas, didapatkan bahwa pada titik 1, 2, 3 dan 4
jenis aliran yang terjadi adalah subkritis. Hal itu karena titik-titik
tersebut berada di atas garis y = 2/3 Es. Sementara untuk titik 5, 6
dan 7, jenis aliran yang terjadi adalah superkritis karena titik-titik
tersebut berada di bawah garis y = 2/3 Es.
Berdasarkan perhitungan, didapatkan kedalaman kritis untuk
variasi debit 1 sebesar 0.0497. Dengan nilai yc aktual dan yc teoritis,
maka dapat dilakukan perhitungan galat sebagai berikut
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 1 − 𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 1
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = | | × 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 1
0,0497 − 0,054
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = | | × 100%
0,0497
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = 8.651%

4. Variasi 4

Gambar V.9 Grafik h y terhadap Es variasi debit 4

Berdasarkan Gambar V.9, menunjukkan nilai kedalaman


kritis aktual (yc aktual) dari perpotongan kurva y terhadap Es
dengan kurva y = 2/3Es. Dari grafik di atas, didapatkan nilai yc
aktual sebesar 0,044 m.Terdapat dua grafik kanan dan kiri karena
pada venturiflume terdapat dua lebar yang berbeda.
Dari grafik di atas, didapatkan bahwa pada titik 1, 2, 3 dan 4
jenis aliran yang terjadi adalah subkritis. Hal itu karena titik-titik
tersebut berada di atas garis y = 2/3 Es. Sementara untuk titik 5, 6
dan 7, jenis aliran yang terjadi adalah superkritis karena titik-titik
tersebut berada di bawah garis y = 2/3 Es.
Berdasarkan perhitungan, didapatkan kedalaman kritis untuk
variasi debit 1 sebesar 0.0450. Dengan nilai yc aktual dan yc teoritis,
maka dapat dilakukan perhitungan galat sebagai berikut
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 1 − 𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 1
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = | | × 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 1
0,0450 − 0,044
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = | | × 100%
0,0450
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = 2.22%

5. Variasi 5

Gambar V.10 Grafik h y terhadap Es variasi debit 5

Berdasarkan Gambar V.10, menunjukkan nilai kedalaman


kritis aktual (yc aktual) dari perpotongan kurva y terhadap Es
dengan kurva y = 2/3Es. Dari grafik di atas, didapatkan nilai yc
aktual sebesar 0,033 m.Terdapat dua grafik kanan dan kiri karena
pada venturiflume terdapat dua lebar yang berbeda.
Dari grafik di atas, didapatkan bahwa pada titik 1, 2, 3 dan 4
jenis aliran yang terjadi adalah subkritis. Hal itu karena titik-titik
tersebut berada di atas garis y = 2/3 Es. Sementara untuk titik 5, 6
dan 7, jenis aliran yang terjadi adalah superkritis karena titik-titik
tersebut berada di bawah garis y = 2/3 Es.
Berdasarkan perhitungan, didapatkan kedalaman kritis untuk
variasi debit 1 sebesar 0.0342. Dengan nilai yc aktual dan yc teoritis,
maka dapat dilakukan perhitungan galat sebagai berikut
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 1 − 𝑦𝑐 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 1
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = | | × 100%
𝑦𝑐 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 1
0,0342 − 0,033
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = | | × 100%
0,0342
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 1 = 3.51%

V.4. Perbedaan Prinsip Alat Pengukuran Debit Veturiflume dan weir

Alat ukur debit dapat dibedakan menjadi dua yaitu weirs dan venturiflume.
Terdapat perbedaan antara keduanya yaitu :
a. Venturiflume
- Pada venturiflume aliran yang ditimbulkan akan menyebabkan efek
kontraksi dan efek kecepatan
- Pada venturiflume, headloss yang ditimbulkan akibat efek kontraksi
dan efek kecepatan lebih kecil
- Venturi flume digunakan untuk pengukuran laju aliran yang sangat
besar, biasanya dalam satuan jutaan kubus.
- Venturiflume mengukur dalam meter, tidak seperti venturi meter yang
mengukur dalam milimeter.
- Pengukuran debit dengan venturiflume membutuhkan dua pengukuran
yaitu satu di hulu dan yang lainnya di tenggorokan (missalnya pada
penampang tersempit).
- Pada venturiflume tidak terdapat perbedaan energi potensial.
b. Weirs
- Pada weirs aliran yang ditimbulkan akan menyebabkan efek kontraksi
saja
- Pada weirs headloss yang ditimbulkan akibat efek kontraksi lebih besar
- Weirs dapat digunakan untuk pengukuran laju aliran yang besar
maupun yang kecil
- Dibutuhkan bentuk penghalang yang lebih kecil dibandingkan dengan
bendungan konvensional.
- Puncak bendung harus bebas dari karat atau kotoran untuk memiliki
pengukuran aliran yang akurat.
- Pada weirs terdapat perbedaan energi potensial

V.5. Jenis-jenis Flume

Jenis flume pada praktikum ini menggunakan jenis Parshall Flume, yaitu
penyempitan yang berbentuk persegi pada bagian tengahnya apabila dilihat dari
atas. Namun, bentuk flume pada umumnya terbagi menjadi 4 macam, adapun
ilustrasi keempatnya pada gambar di bawah ini

Gambar V.11 Macam-macam Betuk Flume


(Sumber : Yunarni, 2017 )

Dari gambar tersebut dapat dilihat keempat macam flume yaitu Parshall Flume,
Rectangular Flume, Trapezoidal Flume, dan U-Flume. Menurut data yang ada
pada lmnoeng.com, jenis flume yang dapat baik digunakan untuk aliran relative
kecil adalah Parshall Flume, di mana perhitungan akan akurat apabila
kedalaman air (y) kurang dari sama dengan 2 m, dan lebar penampang bagian
leher diantara 0.152 m dan 15.24 m. Sementara ketiga jenis flume lainnya
memiliki keakuratan yang tinggi pada kedalaman air di bawah 2 m dan selama
lebar penampang kecil (b) lebih kecil daripada lebar penampang besar (B) yang
berarti dapat seluas atau sesempit apapun pengukuran untuk keduanya.

V.6. Analisis Kesalahan

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, terdapat beberapa


perbedaan dengan kondisi ideal yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, misalnya pada perhitungan massa jenis air digunakan
persamaan y = −0.0036𝑥2 − 0.0661𝑥 + 1000.5 dengan y merupakan massa jenis
air dan x adalah suhu air. Dalam hal ini, kesalahan dalam pengukuran suhu air
misalnya dalam memegang termometer atau memasukkan termometer, akan
berpengaruh pada perhitungan massa jenis air.
Kesalahan lain yang mungkin terjadi adalah dalam pencatatan waktu.
Pencatatan rentan mengalami kesalahan karena human error akibat adanya
pencatatan waktu yang dimulai atau diakhiri terlalu lambat atau cepat. Peletakan
beban dilakukan oleh orang yang berbeda, sehingga memengaruhi akurasi
pencatatan waktu. Hal ini memengaruhi perhitungan debit aktual dan kecepatan
aliran yang turut memengaruhi faktor-faktor lain yang membuat hasil percobaan
kurang akurat. Antisipasi dari kendala ini dilakukan dengan mencatat waktu
triplo agar kesalahan dapat diminimalisasi dan jika ada satu data yang sangat
berbeda nilainya, terdapat pembanding sehingga data yang salah bisa dibuang.
Selain itu, kondisi permukaan air yang kurang stabil saat melakukan
pengukuran kedalaman juga bisa membuat hasil pengukuran kurang tepat.
VI. ANALISIS B
Berikut adalah aplikasi Modul 6 dalam bidang teknik lingkungan.
1. Saluran Irigrasi
Flume digunakan untuk membawa air irigasi melintasi parit, jurang atau
depresi alami lainnya. Flume ini tersedia dalam berbagai ukuran / kapasitas aliran
dan keduanya, pada kenyataannya, dirancang khusus untuk aliran irigasi yaitu untuk
menetukan besarnya debit aliran sungai. Bentuknya dapat disesuaikan dengan
bentuk umum saluran irigasi dan saluran dengan area yang rumit.

Gambar VI.1 Flume pada irigasi sungai


(Sumber : vpcfibergalss, 2018)
2. Bangunan sadap air
Bangunan bagi-sadap adalah sebuah bangunan yang berfungsi membagikan air dan
menyabang dari :
a. Saluran primer ke saluran primer yang lain dan atau dari saluran primer ke
saluran tersier.
b. Saluran primer ke saluran sekunder dan atau saluran sekunder ke saluran tersier.
c. Saluran sekunder yang satu ke saluran sekunder yang lain dan atau saluran
sekunder ke saluran tersier.
Keuntungan dari penggunanaan alat ukur ini diantaranya:
a. Dapat mengukur pembagian dan penyadapan air pada tinggi tekan yang kecil.
b. Dapat membersihkan endapan di depan alat ukur dengan sendirinya karena
kecepatan aliran di leher yang diakibatkan oleh elevasi dasar leher.
c. Tidak mudah diubah pembagian airnya oleh orang yang tidak bertanggung
jawab.
Gambar VI.2 Bangunan sadap air
(Sumber : Toker, 2015)

3. Pengolahan buangan industry


Flume umumnya dipakai dalam bidang industri untuk memantau debit air
buangan limbah karena debit alirannya berpengaruh terhadap mutu effluent dan
beban yang diterima lingkungan. Pengukuran debit ini dapat dicari karena
pemasangan flume akan memberikan gabungan efek kontraksi pada aliran dan
kecepatan terminal.

Gambar VI.3 Pengolahan buangan industry

(Sumber : Cakrawala, 2014)


VII. KESIMPULAN
1. Debit aktual aliran fluida berdasarkan prinsip kesetimbangan Hydraulic Bench adalah
sebagai berikut.
Tabel VII.1 Hasil perhitungan debit aktual

Variasi Qaktual (m3/s)


1 0.0022
2 0.0019
3 0.0017
4 0.0015
5 0.0010

2. Debit teoritis aliran fluida berdasarkan tinggi di titik kritis dan lebar penyempitan
venturiflume adalah sebagai berikut.
Tabel VII.2 Hasil perhitungan debit teoritis

Variasi Qteoritis(m3/s)
1 0.0023
2 0.0022
3 0.0019
4 0.0015
5 0.0010
3. Nilai dari energi spesifik adalah sebagai berikut
Tabel VII.3 Hasil perhiungan energy spesifik

Titik ES1 ES2 ES3 ES4 ES5


1 0.087373 0.085902 0.080387 0.068636 0.052738
2 0.08729 0.085643 0.080215 0.068304 0.052604
3 0.08983 0.083777 0.080346 0.069862 0.053107
4 0.086622 0.080116 0.075023 0.067529 0.051295
5 0.088891 0.080323 0.075114 0.069432 0.052527
6 0.086443 0.073103 0.070366 0.068772 0.050326
7 0.092676 0.074035 0.071982 0.074793 0.051597
Nilai dari bilangan Froude adalah sebagai berikut
Tabel VII.4 Hasil perhiungan bilangan Froude
Jenis Jenis Jenis Jenis Jenis
Titik NFr1 NFr2 NFr3 NFr4 NFr5
Aliran 1 Aliran 2 Aliran 3 Aliran 4 Aliran 5
Subkritis Subkritis Subkritis Subkritis Subkritis
1 0.416474 0.366378123 0.367595 0.410604 0.401736

2 0.417252 Subkritis 0.368435782 Subkritis 0.369064 Subkritis 0.414527 Subkritis 0.40372 Subkritis

3 0.740528 Subkritis 0.69976725 Subkritis 0.648131 Subkritis 0.749564 Subkritis 0.747913 Subkritis

4 0.959937 Subkritis 0.881480054 Subkritis 0.891155 Subkritis 1.02742 Superkritis 1.013034 Superkritis

5 1.270215 Superkritis 1.154531142 Superkritis 1.131401 Superkritis 1.278752 Superkritis 1.254303 Superkritis

6 2.059455 Superkritis 1.805328174 Superkritis 1.887475 Superkritis 2.118481 Superkritis 2.006762 Superkritis

7 2.264707 Superkritis 1.845004838 Superkritis 0.367595 Superkritis 2.364989 Superkritis 2.081082 Superkritis

Nilai dari koefisien discharge adalah sebagai berikut


Tabel VII.5 Hasil perhitungan koefisien discharge

Variasi Cd
1 0.965786
2 0.88685047
3 0.896585
4 1.033679
5 1.019205

4. Nilai dari titik kritis adalah sebagai berikut

Tabel VII.6 Hasil perhitungan nilai kritis

Variasi Yc
1 0.0577
2 0.0530
3 0.0497
4 0.0450
5 0.0342
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Engineering Toolbox. 2001. Water - Density, Specific Weight, and Thermal Expansion
Coefficient. Diunduh di https://www.engineeringtoolbox.com/water-density-
specific- weight-d_595.html pada 1 April 2020 pukul 09.45
Yunarni, Wiwik. 2017. Karakteristik Aliran pada Flume akibat adanya Penyempitan dan
Perbedaan Jarak Ambang Tajam. Jember : Universitas Jember

Cakrawala. 2018. Manfaat IPAL Instalasi Pengolahan Air Limbah. Diakses di


https://cbinstrument.com/manfaat-ipal-instalasi-pengolahan-air-limbah. Pada 13
April 2020 Pukul 4.30

VpcFiberGlass. 2018. H Flumes. Dikases di


https://www.vpcfiberglass.com/h_flume.shtml. Pada 15 April 2020 pukul 5.06

Toker, Unie. 2015. Bangunan Sadap. Diakses di


https://tommiputra.blogspot.com/2017/05/bangunan-sadap.html. Pada 14 April
2020 pukul 5.24

Shalaby, Ahlam I. 2018. Fluid Mechanics for Civil and Environmental Engineers. Boca
Raton : CRC Press.
IX. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai