1005
Massa jenis air (kg/𝑚3 )
1000
995
990
985
980
975
970
y = -0.0036x2 - 0.0661x + 1000.5
965
R² = 0.9993
960
955
0 20 40 60 80 100 120
Suhu℃
0.0015
0.001
0.0005
0
0 100 200 300 400
-0.0005
Suhu℃
Dari grafik di atas, diketahui densitas air dipengaruhi oleh temperatur dengan
persamaan 𝑦 = 2E-08x2 - 1E-05x + 0.0012
Dengan mengunakan waktu rata-rata Trata = 25°C, dan dengan substitusi
didapatkan:
𝑦 = 2E-08x2 - 1E-05x + 0.0012
𝑣𝑖𝑠𝑘𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑟 = 0.0009625 𝐦2/s
rata waktu pada debit pertama, digunakan rumus tersebut sehingga didapat
perhitungan sebagai berikut:
3.03 + 3.81 + 3.56
𝑡𝑟𝑎𝑡𝑎 = = 𝟑. 𝟒𝟔𝟔𝟕 𝐬
3
Untuk debit lainnya digunakan cara yang sama untuk menghitung waktu rata-
rata tercapainya kesetimbangan massa. Data tercantum pada tabel data akhir.
jari hidrolis, dan v adalah kecepatan aliran. Perhitungan dengan rumus ini
menghasilkan bilangan Reynolds pada variasi debit 1 di titik 1, yaitu:
𝑅 × 𝑣×𝜌
𝑁𝑅𝐸 =
𝜗
0.025103507𝑚 × 0.369871166 𝑚/𝑠 × 996.5975 kg/𝑚3
𝑁𝑅𝐸 = = 𝟗𝟔𝟏𝟑. 𝟗𝟗𝟓𝟗𝟐𝟕
0.0009625 𝑚2 /𝑠
Hasil perhitungan bilangan Reynolds untuk titik dan variasi debit lain tercantum
pada tabel data akhir.
3 𝑄2
𝑦𝑐 = √
𝑏2 × 𝑔
3 0.0021708482
𝑦𝑐 = √
0.0732 × 9.81
𝑦𝑐 = 𝟎. 𝟎𝟒𝟒𝟖𝟑𝟖𝟏𝟖𝟒 𝒎
Hasil perhitungan kedalaman teoritis variasi debit lain tercantum pada tabel data
akhir.
V. ANALISIS A
V.1. Analisis Cara Kerja
Pada praktikum ini disiapkan beberapa alat yang dibutuhkan untuk
memenuhi tujuan dari modul ini. Pertama, ada Hydraulic bench yang digunakan
sebagai pemutar aliran air di mana alat ini digerakkan oleh sebuah dynamo
pemutar aliran yang disambungkan pada sebuah saluran air terbuka sepanjang 5
m dan lebar 0.073 m melalui sebuah pipa yang pada pipa itu terdapat globe valve
agar debit aliran dapat diubah sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, ada juga
jangka pengukur kedalaman air yang dapat dikalibrasi terlebih dahulu agar
perhitungan lebih akurat.
Pada prosedur pengerjaannya, diawali dengan mengukur suhu air pada
bak Hydraulic bench yang digunakan untuk kalibrasi menentukan densitas air.
Hal selanjutnya yang harus dilakukan adalah kalibrasi alat pengukur kedalaman.
Kalibrasi dilakukan dengan memutar alat ukur hingga mencapai dasar, lalu
jarum pengukur diatur agar pada skala menunjukan nilai nol. Setelah itu,
dilakukan pengukuran pada suhu awal fluida. Selanjutnya, lebar dan panjang
ambang panjang diukur dengan menggunakan penggaris atau meteran.
Kemudian nyalakan Hydraulic bench dengan cara menghubungkannya ke
stop kontak 110 V dan ukur waktu tercapainya kesetimbangan massa pada
Hydraulic bench dengan meletakkan beban seberat 2.5kg pada lengan beban.
Pengukuran dan pencatatan waktu ini dilakukan sebanyak tiga kali (triplo)
dengan tujuan meminimalisasi kesalahan pencatatan waktu yang dilakukan
secara manual oleh praktikan.
Setelah data-data tersebut didapatkan, letakan penyempitan (throat)
terlebih dahulu dan aliran air dinyalakan dan ditunggu hingga ketinggiannya
stabil. Setelah ketinggian muka air stabil, tinggi air diukur sebanyak tiga kali.
Pengukuran kedalaman air dilakukan pada 7 titik yaitu 2 titik sebelum
penyempitan, 3 titik pada penyempitan, dan 3 titik setelah penyempitan dengan
meninjau panjang saluran dari setiap titik perhitungan ketinggian yang telah
ditentukan. Pengukuran dilakukan tiga kali karena fluida bergerak secara terus-
menerus pada saat pembacaan alat ukur, oleh karena itu diharapkan dengan
pengukuran triplo kesalahan pembacaan dapat diminimalisasi. Selanjutnya,
debit diganti dengan memutar valve dan semua proses di atas kecuali
pengukuran suhu air diulang hingga terdapat lima variasi debit.
1
2 3
4 5 6 7
Pada praktikum ini, dilakukan pengambilan data secara triplo yaitu 3 kali
pengukuran. Hal ini ditujukan agar hasil dari pengukuran yang didapat bisa lebih
akurat untuk merepresentasikan keadaan sesungguhnya juga untuk
meminimalisasi human error berupa kesalahan pengukuran waktu yang mungkin
terjadi akibat stopwatch yang dioperasikan oleh manusia. Setelah kelima variasi
tersebut dilakukan, Hydraulic bench kembali dimatikan dan suhu air kembali
diukur untuk digunakan sebagai input dari kalibrasi suhu awal yang juga
digunakan untuk menentukan densitas air, lalu valve pengatur debit dimatikan,
dan pompa dimatikan, serta dicabut dari stop kontak.
𝑄 = 𝐴 × 𝑣 … … (1)
Pada percobaan ini, ketinggian kritis ada pada titik pengukuran keempat
karena nilai energi spesifik minimum di titik tersebut dan nilai bilangan
Froudenya sama dengan satu, sehingga dari rumus bilangan Froude, didapatkan
rumus kecepatan aliran menjadi.
𝑣
𝐹𝑟 =
√𝑔 × 𝑦4
𝑣
1=
√𝑔 × 𝑦4
𝑣 = √𝑔 × 𝑦4 … … (2)
𝐴 = 𝑏 × 𝑦4 … … (1)
𝑄 = 𝑏√𝑔 × 𝑦43/2
Keterangan :
0.09
0.08
0.0025
0.002
y = 0.9338x
0.0015
R² = 0.9407
Qakt
0.001
0.0005
0
0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025
Qteo
Pada gambar V.3 nilai R2 adalah 0.9407. Hal ini berarti variabel
x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar 94,07% dan
5.93% dipengaruhi oleh variable inheren atau konstanta lain. Dari nilai
R2 juga dapat diketahui nilai koefisien korelasi R, yakni 0,9698. Faktor
kolerasi (R) tersebut menunjukkan hubungan yang kuat antar variabel
dengan hubungannya yang berbanding lurus, karena gradiennya
menunjukkan nilai yang positif. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa korelasi antar kedua variabel cukup kuat karena angkanya
mendekati 1 sehingga data yang didapatkan bagus. Berdasarkan plot data
hubungan antara debit aktual dengan debit teoritis didapatkan persamaan
y = 0.9338x. Substitusi persamaan dengan x adalah Q teoritis dan y
adalah Q aktual menjadi,
𝑦 = 𝑚𝑥
𝑄 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 = 0.9338 𝑄 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
= 0.9338
𝑞𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
Sehingga didapatkan persamaan . yaitu rumus
𝑞𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
3 y1 = 0,0157x-1,386 Variasi 1
R² = 0,9203
2.5 Variasi 2
y2= 0,0133x-1,4
Bilangan Froude
2 R² = 0,914 Variasi 3
y3 = 0,0125x-1,391
1.5 R² = 0,9207 Variasi 4
y4 = 0,0108x-1,396
1 Variasi 5
R² = 0,9236
0.5 y5 = 0,0072x-1,401 Power
R² = 0,9164 (Variasi 1)
0 Power
0 0.05 0.1 (Variasi 2)
Power
y (m) (Variasi 3)
Gambar V.4 Grafik NFR terhadap y
1. Variasi 1
Pada gambar V.4 nilai R2 adalah 0,9203. Hal ini berarti variabel
x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar 92,03% dan
7.93% dipengaruhi oleh variable inheren atau konstanta lain. Dari
nilai R2 juga dapat diketahui nilai koefisien korelasi R, yakni
0,9593. Faktor kolerasi (R) tersebut menunjukkan hubungan yang
kuat antar variabel dengan hubungannya yang berbanding lurus,
karena gradiennya menunjukkan nilai yang positif. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa korelasi antar kedua variabel cukup kuat
karena angkanya mendekati 1 sehingga data yang didapatkan bagus.
Berdasarkan plot data hubungan antara debit aktual dengan debit
teoritis didapatkan persamaan y=0,0157x-1,386. Secara matematis,
hubungan antara bilangan Froude terhadap kedalamannya dapat
diajbarkan sebagai berikut,
𝑣
𝐹𝑟 =
√𝑔 × 𝑦
𝑄
𝐹𝑟 =
√𝑔 × 𝑦 × 𝐴
𝑄
𝐹𝑟 = 1 3
𝑔2 × 𝑦2 × 𝐴
𝑄 2
𝐹𝑟 = 1 × 𝑦3
𝑔2 ×𝑏
2. Variasi 2
3. Variasi 3
4. Variasi 4
Bilangan Reynolds
14000 R² = 0,8913
y3 = 2395,4x-0,502 Variasi 3
12000
R² = 0,8858
10000 Variasi 4
8000 y4 = 2457,2x-0,452
R² = 0,84 Variasi 5
6000
y5 = 2055,4x-0,392
4000 R² = 0,7388 Power
2000 (Variasi 1)
Power
0 (Variasi 2)
0 0.05 0.1 Power
y (m) (Variasi 3)
1. Variasi 1
Pada gambar V.5 nilai R2 adalah 0,9007. Hal ini berarti variabel
x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar 90.07% dan
9.93% dipengaruhi oleh variable inheren atau konstanta lain. Dari
nilai R2 juga dapat diketahui nilai koefisien korelasi R, yakni
0,9490. Faktor kolerasi (R) tersebut menunjukkan hubungan yang
kuat antar variabel dengan hubungannya yang berbanding lurus,
karena gradiennya menunjukkan nilai yang positif. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa korelasi antar kedua variabel cukup kuat
karena angkanya mendekati 1 sehingga data yang didapatkan bagus.
Berdasarkan plot data hubungan antara debit aktual dengan debit
teoritis didapatkan persamaan y=2833,3x-0,518. Secara matematis,
hubungan antara bilangan Reynolds terhadap kedalamannya dapat
diajbarkan sebagai berikut,
𝜌𝑣𝑅
𝑁𝑅𝐸 =
µ
𝑣𝑅
𝑁𝑅𝐸 =
𝜗
𝑄 𝐴
×
𝑁𝑅𝐸 = 𝐴 𝑃
𝜗
𝑄
𝑁𝑅𝐸 =
𝑃×𝜗
𝑄 1
𝑁𝑅𝐸 = ×
𝜗 (𝑏 + 2𝑦)
1
𝑁𝑅𝐸 = 𝑎
𝑦
𝑁𝑅𝐸 = 𝑎 × 𝑦 −1
𝑁𝑅𝐸 ~ 𝑦 −1
2. Variasi 2
Pada gambar V.5 nilai R2 adalah 0,8913. Hal ini berarti variabel
x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar 89.13% dan
10.87% dipengaruhi oleh variable inheren atau konstanta lain. Dari
nilai R2 juga dapat diketahui nilai koefisien korelasi R, yakni
0,9440. Faktor kolerasi (R) tersebut menunjukkan hubungan yang
kuat antar variabel dengan hubungannya yang berbanding lurus,
karena gradiennya menunjukkan nilai yang positif. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa korelasi antar kedua variabel cukup kuat
karena angkanya mendekati 1 sehingga data yang didapatkan bagus.
Berdasarkan plot data hubungan antara debit aktual dengan debit
teoritis didapatkan persamaan y=2449,7x-0,526.Nilai dari eksponen
teoritis adalah -1. Maka galat dapat ditentukan dengan persamaan
berikut.
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% =
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−1 + 0,526
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% = 𝟒𝟕. 𝟒%
−1
Galat yang dihasilkan pada percobaan bernilai 47.4%,
dengan asumsi tingkat kepercayaan 90%, maka galat yang dihasilkan
berada dalam batas wajar 10%. Hal ini menandakan percobaan
berlangsung kurang akurat akibat adanya kesalahan saat percobaan.
3. Variasi 3
Pada gambar V.5 nilai R2 adalah 0,8858. Hal ini berarti variabel
x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar 88.58% dan
11.42% dipengaruhi oleh variable inheren atau konstanta lain. Dari
nilai R2 juga dapat diketahui nilai koefisien korelasi R, yakni
0,9416. Faktor kolerasi (R) tersebut menunjukkan hubungan yang
kuat antar variabel dengan hubungannya yang berbanding lurus,
karena gradiennya menunjukkan nilai yang positif. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa korelasi antar kedua variabel cukup kuat
karena angkanya mendekati 1 sehingga data yang didapatkan bagus.
Berdasarkan plot data hubungan antara debit aktual dengan debit
teoritis didapatkan persamaan y=2395,4x-0,502.Nilai dari eksponen
teoritis adalah -1. Maka galat dapat ditentukan dengan persamaan
berikut.
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% =
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−1 + 0,502
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% = 𝟒𝟗. 𝟖%
−1
Galat yang dihasilkan pada percobaan bernilai 49.8%,
dengan asumsi tingkat kepercayaan 90%, maka galat yang dihasilkan
berada dalam batas wajar 10%. Hal ini menandakan percobaan
berlangsung kurang akurat akibat adanya kesalahan saat percobaan.
4. Variasi 4
Pada gambar V.5 nilai R2 adalah 0,84. Hal ini berarti variabel x
(Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar 84% dan 16%
dipengaruhi oleh variable inheren atau konstanta lain. Dari nilai R2
juga dapat diketahui nilai koefisien korelasi R, yakni 0,916. Faktor
kolerasi (R) tersebut menunjukkan hubungan yang kuat antar
variabel dengan hubungannya yang berbanding lurus, karena
gradiennya menunjukkan nilai yang positif. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa korelasi antar kedua variabel cukup kuat karena
angkanya mendekati 1 sehingga data yang didapatkan bagus.
Berdasarkan plot data hubungan antara debit aktual dengan debit
teoritis didapatkan persamaan y=2457,2x-0,452.Nilai dari eksponen
teoritis adalah -1. Maka galat dapat ditentukan dengan persamaan
berikut.
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% =
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−1 + 0,452
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% = 𝟓𝟒. 𝟖%
−1
Galat yang dihasilkan pada percobaan bernilai 54.8%,
dengan asumsi tingkat kepercayaan 90%, maka galat yang dihasilkan
berada dalam batas wajar 10%. Hal ini menandakan percobaan
berlangsung kurang akurat akibat adanya kesalahan saat percobaan.
5. Variasi 5
Pada gambar V.5 nilai R2 adalah 0,7388. Hal ini berarti variabel
x (Qteoritis) memengaruhi variabel y (Qaktual) sebesar 73.88% dan
26.12% dipengaruhi oleh variable inheren atau konstanta lain. Dari
nilai R2 juga dapat diketahui nilai koefisien korelasi R, yakni
0,8595. Faktor kolerasi (R) tersebut menunjukkan hubungan yang
kuat antar variabel dengan hubungannya yang berbanding lurus,
karena gradiennya menunjukkan nilai yang positif. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa korelasi antar kedua variabel cukup kuat
karena angkanya mendekati 1 sehingga data yang didapatkan bagus.
Berdasarkan plot data hubungan antara debit aktual dengan debit
teoritis didapatkan persamaan y=2055,4x-0,392.Nilai dari eksponen
teoritis adalah -1. Maka galat dapat ditentukan dengan persamaan
berikut.
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 − 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% =
𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
−1 + 0.392
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100% = 𝟔𝟎. 𝟖%
−1
Galat yang dihasilkan pada percobaan bernilai 60.8%,
dengan asumsi tingkat kepercayaan 90%, maka galat yang dihasilkan
berada dalam batas wajar 10%. Hal ini menandakan percobaan
berlangsung kurang akurat akibat adanya kesalahan saat percobaan.
2. Variasi 2
3. Variasi 3
4. Variasi 4
5. Variasi 5
Alat ukur debit dapat dibedakan menjadi dua yaitu weirs dan venturiflume.
Terdapat perbedaan antara keduanya yaitu :
a. Venturiflume
- Pada venturiflume aliran yang ditimbulkan akan menyebabkan efek
kontraksi dan efek kecepatan
- Pada venturiflume, headloss yang ditimbulkan akibat efek kontraksi
dan efek kecepatan lebih kecil
- Venturi flume digunakan untuk pengukuran laju aliran yang sangat
besar, biasanya dalam satuan jutaan kubus.
- Venturiflume mengukur dalam meter, tidak seperti venturi meter yang
mengukur dalam milimeter.
- Pengukuran debit dengan venturiflume membutuhkan dua pengukuran
yaitu satu di hulu dan yang lainnya di tenggorokan (missalnya pada
penampang tersempit).
- Pada venturiflume tidak terdapat perbedaan energi potensial.
b. Weirs
- Pada weirs aliran yang ditimbulkan akan menyebabkan efek kontraksi
saja
- Pada weirs headloss yang ditimbulkan akibat efek kontraksi lebih besar
- Weirs dapat digunakan untuk pengukuran laju aliran yang besar
maupun yang kecil
- Dibutuhkan bentuk penghalang yang lebih kecil dibandingkan dengan
bendungan konvensional.
- Puncak bendung harus bebas dari karat atau kotoran untuk memiliki
pengukuran aliran yang akurat.
- Pada weirs terdapat perbedaan energi potensial
Jenis flume pada praktikum ini menggunakan jenis Parshall Flume, yaitu
penyempitan yang berbentuk persegi pada bagian tengahnya apabila dilihat dari
atas. Namun, bentuk flume pada umumnya terbagi menjadi 4 macam, adapun
ilustrasi keempatnya pada gambar di bawah ini
Dari gambar tersebut dapat dilihat keempat macam flume yaitu Parshall Flume,
Rectangular Flume, Trapezoidal Flume, dan U-Flume. Menurut data yang ada
pada lmnoeng.com, jenis flume yang dapat baik digunakan untuk aliran relative
kecil adalah Parshall Flume, di mana perhitungan akan akurat apabila
kedalaman air (y) kurang dari sama dengan 2 m, dan lebar penampang bagian
leher diantara 0.152 m dan 15.24 m. Sementara ketiga jenis flume lainnya
memiliki keakuratan yang tinggi pada kedalaman air di bawah 2 m dan selama
lebar penampang kecil (b) lebih kecil daripada lebar penampang besar (B) yang
berarti dapat seluas atau sesempit apapun pengukuran untuk keduanya.
2. Debit teoritis aliran fluida berdasarkan tinggi di titik kritis dan lebar penyempitan
venturiflume adalah sebagai berikut.
Tabel VII.2 Hasil perhitungan debit teoritis
Variasi Qteoritis(m3/s)
1 0.0023
2 0.0022
3 0.0019
4 0.0015
5 0.0010
3. Nilai dari energi spesifik adalah sebagai berikut
Tabel VII.3 Hasil perhiungan energy spesifik
2 0.417252 Subkritis 0.368435782 Subkritis 0.369064 Subkritis 0.414527 Subkritis 0.40372 Subkritis
3 0.740528 Subkritis 0.69976725 Subkritis 0.648131 Subkritis 0.749564 Subkritis 0.747913 Subkritis
4 0.959937 Subkritis 0.881480054 Subkritis 0.891155 Subkritis 1.02742 Superkritis 1.013034 Superkritis
5 1.270215 Superkritis 1.154531142 Superkritis 1.131401 Superkritis 1.278752 Superkritis 1.254303 Superkritis
6 2.059455 Superkritis 1.805328174 Superkritis 1.887475 Superkritis 2.118481 Superkritis 2.006762 Superkritis
7 2.264707 Superkritis 1.845004838 Superkritis 0.367595 Superkritis 2.364989 Superkritis 2.081082 Superkritis
Variasi Cd
1 0.965786
2 0.88685047
3 0.896585
4 1.033679
5 1.019205
Variasi Yc
1 0.0577
2 0.0530
3 0.0497
4 0.0450
5 0.0342
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Engineering Toolbox. 2001. Water - Density, Specific Weight, and Thermal Expansion
Coefficient. Diunduh di https://www.engineeringtoolbox.com/water-density-
specific- weight-d_595.html pada 1 April 2020 pukul 09.45
Yunarni, Wiwik. 2017. Karakteristik Aliran pada Flume akibat adanya Penyempitan dan
Perbedaan Jarak Ambang Tajam. Jember : Universitas Jember
Shalaby, Ahlam I. 2018. Fluid Mechanics for Civil and Environmental Engineers. Boca
Raton : CRC Press.
IX. LAMPIRAN