Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA I – TL 2201


MODUL 01
ALIRAN SERAGAM DAN KEMIRINGAN SALURAN

Nama Praktikan : David Darren Wiraatmaja


NIM : 15321039
Kelompok/Shift : 5/B
Tanggal Praktikum : Kamis, 2 Februari 2023
Tanggal Pengumpulan : Kamis, 9 Februari 2023
PJ Modul : 1. Aryaputra Gandewa Kartasasmita (15319094)
2. Wahyu Sasangka Jati (15320063)
Asisten yang Bertugas : 1. Talitha Ardilla Haryanto (15320095)
2. Adelia Paramesti Z (15320114)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
I. TUJUAN PRAKTIKUM
I.1. Menentukan fenomena aliran seragam pada kemiringan tertentu
I.2. Menentukan nilai koefisien Chezy (C) pada aliran fluida
I.3. Menentukan nilai koefisien Manning (n) pada aliran fluida
I.4. Menentukan nilai bilangan Reynolds (NRE) pada aliran fluida
I.5. Menentukan korelasi antara koefisien Chezy (C )dengan koefisien
Manning (n)

II. DATA AWAL


II.1 Suhu Awal : 25o C
II.2 Suhu Akhir : 25o C
II.3 Massa Beban : 2,5 𝑘𝑔
II.4 Lebar Saluran : 0,075 𝑚

Tabel II.1 Data Awal Pengamatan Jarak di Hulu dan Hilir Saluran
Jarak di hulu (m) Jarak di hilir (m)
X1 = 0,28 X1 = 2,02
X2 = 0,60 X2 = 2,54
X3 = 0,89 X3 = 2,93
(Sumber : Set Data Awal Modul 01 Shift 5B)

Tabel II.2 Data Awal Pengamatan Kedalaman Titik di Hulu dan Hilir Saluran
Vari Waktu (s) Kedalaman Hulu (m) Kedalaman Hilir (m)
asi
debit t1 t2 t3 tavg
y1 y2 y3 yavg y1 y2 y3 yavg
0,02 0,02 0,02
1 19,56 19,21 19 19,26 36 45 37 0,0239 0,0176 0,0159 0,0119 0,015
0,03 0,03 0,03
2 10,09 9,5 11 10,20 45 43 44 0,0344 0,0275 0,0259 0,0197 0,02437
0,04 0,04 0,04
3 6,28 6,44 6,5 6,41 49 44 45 0,0446 0,0299 0,0282 0,0169 0,025
(Sumber : Set Data Awal Modul 01 Shift 5B)
Tabel II.3 Data Awal untuk Perhitungan Kemiringan Saluran
Kedalaman titik 1 (YS1) 0,0746 m

Kedalaman titik 2 (YS2) 0,0742 m

Jarak antar titik (Xs) 2,65 m


(Sumber : Set Data Awal Modul 01 Shift 5B)

Tabel II.4 Data Suhu (oC) terhadap Densitas Air (𝑘𝑔/𝑚3 )

Suhu (oC) Densitas air (𝒌𝒈/𝒎𝟑 )

0 999,8

5 1000

10 999,7

15 999,1

20 998,2

25 997

30 995,7

40 992,2

50 988

60 983,2

70 977,8

80 971,8

90 965,3
(Sumber: Schaum's Outline of Fluid Mechanics Science, 2008)

Tabel II.5 Data Suhu (oC) terhadap Viskositas Kinematis Air (Ns/m2)
Suhu (oC) Viskositas Kinematis Air (Ns/m2)

0 1,787

5 1,519
Suhu (oC) Viskositas Kinematis Air (Ns/m2)

10 1,307

15 1,140

20 1,004

30 0,801

40 0,658

50 0,553

60 0,475

70 0,413

80 0,365

90 0,326

100 0,294
(Sumber: Engineering Toolbox, 2003)

III. PENGOLAHAN DATA


III.1. Menentukan Densitas Air (air)
Pada Tabel II.4 diketahui terdapat data perubahan massa jenis air
terhadap suhu. Data pada tabel tersebut akan diolah dengan cara regresi
kuadratik sehingga didapatkan grafik sebagai berikut :

Gambar III.1 Grafik Perubahan Densitas Air terhadap Suhu


Grafik hasil diatas didapatkan setelah data diregresikan secara
kuadratik dengan sumbu-x pada grafik menunjukkan suhu dan sumbu-y
menunjukkan densitas. Diketahui bahwa persamaan umum dari regresi
kuadratik adalah Y = A + Bx + Cx2. Maka didapatkan nilai A, B, dan C dari
hasil regresi kuadratik ini yaitu A = 1000,6 ; B = -0,0675 ; C = -0,0036.
Dapat dilihat terdapat nilai R2 pada grafik ini yang merupakan sebuah nilai
yang mengindikasi besarnya pengaruh nilai di sumbu x terhadap nilai di
sumbu y dengan nilai maksimum 1. Pada grafik ini R2 memiliki nilai 0,9992
yang hampir mendekati 1, oleh karena itu dapat diketahui bahwa suhu
memiliki pengaruh yang besar terhadap besarnya nilai massa jenis.
Selanjutnya hasil koefisien A, B, dan C akan disubsitusikan pada
persamaan umum regresi kuadratik sehingga diperoleh persamaan Y =
1000,6 – 0.0675x – 0.0036x2. Diketahui variabel x menyatakan suhu, maka
x dapat disubstitusikan dengan keadaan suhu rata-rata air. Dapat diketahui
25+25 o o
suhu rata-rata air adalah C = 25 C. Maka nilai 25 akan
2

disubstitusikan pada variabel x persamaan regresi kuadratik, sehingga


didapat massa jenis (y) sebesar 996,6625 kg/m3.

III.2. Menentukan Viskositas Kinematis Air (𝝆𝒂𝒊𝒓 )


Pada Tabel II.5 diketahui terdapat data perubahan viskositas
kinematis air terhadap suhu. Data pada tabel tersebut akan diolah dengan
cara regresi kuadratik sehingga didapatkan grafik sebagai berikut :

Gambar III.2 Grafik Perubahan Viskositas Air terhadap Suhu


Grafik hasil diatas didapatkan setelah data diregresikan secara
kuadratik dengan sumbu-x pada grafik menunjukkan suhu dan sumbu-y
menunjukkan viskositas kinematis air. Diketahui bahwa persamaan umum
dari regresi kuadratik adalah Y = A + Bx + Cx2. Maka didapatkan nilai A,
B, dan C dari hasil regresi kuadratik ini yaitu A = 2 x 10-6 ; B = - 4 x 10-8 ;
C = 2 x 10-10. Dapat dilihat terdapat nilai R2 pada grafik ini yang merupakan
sebuah nilai yang mengindikasi besarnya pengaruh nilai di sumbu x
terhadap nilai di sumbu y dengan nilai maksimum 1. Pada grafik ini R2
memiliki nilai 0,891 yang cukup mendekati nilai 1, oleh karena itu dapat
diketahui bahwa suhu memiliki pengaruh yang besar terhadap besarnya nilai
viskositas kinematis air.
Selanjutnya hasil koefisien A, B, dan C akan disubsitusikan pada
persamaan umum regresi kuadratik sehingga diperoleh persamaan Y =
0,000002 – 0,00000004x + 0,0000000002x2. Diketahui variabel x
menyatakan suhu, maka x dapat disubstitusikan dengan keadaan suhu rata-
25+25 o
rata air. Dapat diketahui suhu rata-rata air adalah C = 25 oC. Maka
2

nilai 25 akan disubstitusikan pada variabel x persamaan regresi kuadratik,


sehingga nilai viskositas kinematis air (y) sebesar 1,375 x 10-6 m2/s.

III.3. Menentukan Kedalaman Rata-Rata (yavg)


Pengukuran kedalaman aliran pada percobaan ini dilakukan secara
tiga kali. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan akurasi hasil kedalaman
aliran. Nilai kedalaman aliran yang akan dipakai adalah kedalaman aliran
rata-rata dari tiga kali pengukuran, oleh karena itu yavg didapat
menggunakan rumus yavg = (y1 + y2 + y3)/3dimana y1, y2, y3 merupakan hasil
pengukuran pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut. Sehingga
kedalaman rata-rata pada hulu variasi pertama akan didapatkan hasil sebagai
berikut :

0,0236 𝑚 + 0,0245 𝑚 + 0,0237 𝑚


yavg hulu 1 = 3

yavg hulu 1 = 0,0239 m


Nilai dari kedalaman rata-rata di hulu variasi lainnya dapat dicari
menggunakan cara sama, sehingga didapatkan hasil yaitu sebagai berikut :
Tabel III.1 Nilai yavg Tiap Variasi pada hulu aliran
yavg hulu Variasi Ke-1 0,0239 m

yavg hulu Variasi Ke-2 0,0344 m

yavg hulu Variasi Ke-3 0,046 m

Kedalaman rata-rata variasi lainnya dapat dicari menggunakan cara


sama, sehingga didapatkan hasil yaitu sebagai berikut :
Tabel III.2 Nilai yavg Tiap Variasi pada hilir aliran
yavg hilir Variasi Ke-1 0,0150 m

yavg hilir Variasi Ke-2 0,02437 m

yavg hilir Variasi Ke-3 0,0250 m

III.4. Menentukan Luas Penampang Saluran (A)


Nilai dari luas penampang saluran dapat dicari dari data yang sudah
diketahui. Luas penampang memiliki nilai sebanding dengan nilai rata-rata
dari yrata-rata di hulu dengan yrata-rata di hilir dikali dengan lebar saluran. Oleh
karena itu, nilai luas penampang saluran (A) untuk variasi debit pertama
akan didapatkan hasil sebagai berikut :
A=𝑦x𝑏
A = 0,01953 m x 0,075 m
A = 0,0015 m2

Nilai dari luas penampang variasi lainnya dapat dicari menggunakan


cara yang sama, sehingga didapatkan hasil yaitu sebagai berikut :
Tabel III.3 Nilai Luas Penampang Tiap Variasi
A Variasi Ke-1 0,0015 m2

A Variasi Ke-2 0,0022 m2

A Variasi Ke-3 0,00261 m2


III.5. Menentukan Keliling Basah Saluran (P)
Pada saluran terbuka, keliling basah (P) dapat ditentukan dengan
persamaan sesuai bentuk penampangnya. Pada praktikum ini, penampang
saluran yang digunakan berbentuk persegi panjang dengan gambaran
sebagai berikut :

Gambar III.3 Ilustrasi Keliling Basah Persegi Panjang


(Sumber : Kacv.net, 2020)

Untuk menghitung keliling basah (P), dapat digunakan nilai lebar


saluran dikali dengan 2 kali nilai y yang merupakan rata-rata dari yrata-rata di
hulu dengan yrata-rata di hilir untuk setiap variasi debitnya. Oleh karena itu,
nilai keliling basah saluran (P) untuk variasi debit pertama akan didapatkan
hasil sebagai berikut :
P = 2𝑦 + 𝑏
P = 2 x 0,01953 m + 0,075 m
P = 0,114 m

Nilai dari keliling basah variasi lainnya dapat dicari menggunakan


cara yang sama, sehingga didapatkan hasil yaitu sebagai berikut :
Tabel III.4 Nilai Keliling Basah Tiap Variasi
P Variasi Ke-1 0,1140 m

P Variasi Ke-2 0,1340 m

P Variasi Ke-3 0,1446 m

III.6. Menentukan Jari-Jari Hidrolis (R)


Untuk aliran yang menggunakan wadah terbuka, jari-jari hidrolis (R)
ditentukan berdasarkan bentuk penampangnya. Pada percobaan kali ini,
bentuk penampang yang digunakan adalah persegi panjang dengan y
sebagai kedalaman aliran dan b sebagai lebar penampang. Nilai dari jari-jari
hidrolis (R) sebanding dengan nilai luas penampang dibagi dengan nilai
keliling basah saluran. Oleh karena itu, nilai jari-jari hidrolis (R) untuk
variasi debit pertama akan didapatkan hasil sebagai berikut :
R=A/P
R = 0,0015 m + 0,114 m
R = 0,0128 m

Nilai dari jari-jari hidrolis variasi lainnya dapat dicari menggunakan


cara yang sama, sehingga didapatkan hasil yaitu sebagai berikut :
Tabel III.5 Nilai Jari-Jari Hidrolis Tiap Variasi
R Variasi Ke-1 0,0128 m

R Variasi Ke-2 0,0165 m

R Variasi Ke-3 0,0180 m

III.7. Menentukan Nilai Debit Aktual (Qaktual)


Nilai dari debit aktual air dapat dicari dari data yang sudah diketahui.
Debit aktual memiliki nilai sebanding dengan nilai volume air (m3) dibagi
dengan waktu rata-rata (s). Nilai dari volume air sebanding dengan massa
air (kg) dibagi dengan densitas air (kg/m3) , dan massa air sebanding dengan
massa beban (kg) dikali tiga. Oleh karena itu, pengukuran debit aktual ini
dilakukan pada semua variasi percobaan. Pada variasi pertama akan
didapatkan hasil sebagai berikut :
𝑉 𝑎𝑖𝑟
Qaktual 1 = 𝑡 𝑎𝑣𝑔
𝑚 𝑎𝑖𝑟
Qaktual 1 = 𝑡 𝑎𝑣𝑔 𝑥 𝜌
𝑎𝑖𝑟

3 𝑥 𝑚 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
Qaktual 1 = 𝑡 𝑎𝑣𝑔 𝑥 𝜌𝑎𝑖𝑟
3 𝑥 2,5 𝑘𝑔
Qaktual 1 = 19,26 𝑠 𝑥 996,6625 𝑘𝑔/m3

Qaktual 1 = 0,00039 m3/s


Nilai dari debit aktual variasi lainnya dapat dicari menggunakan cara
yang sama, sehingga didapatkan hasil yaitu sebagai berikut :
Tabel III.6 Nilai Qaktual Tiap Variasi
Qaktual Variasi Ke-1 0,00039 m3/s

Qaktual Variasi Ke-2 0,00074 m3/s

Qaktual Variasi Ke-3 0,00117 m3/s

III.8. Menentukan Kecepatan Aliran Air (v)


Nilai kecepatan aliran air pada percobaan ini diperoleh dengan
membagi debit aktual (Qaktual) dengan luas penampang saluran (A) yang
dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut. Oleh karena itu, nilai
kecepatan aliran air untuk variasi debit pertama akan didapatkan hasil
sebagai berikut :
v = Qaktual / A
v = (0,00039 m3/s) / (0,0015 m2)
v = 0,2667 m/s

Nilai dari kecepatan aliran variasi lainnya dapat dicari menggunakan


cara yang sama, sehingga didapatkan hasil yaitu sebagai berikut :
Tabel III.7 Nilai Kecepatan Aliran Air Tiap Variasi
v Variasi Ke-1 0,2667 m/s

v Variasi Ke-2 0,3349 m/s

v Variasi Ke-3 0,4500 m/s

III.9. Menentukan Nilai Kemiringan Saluran / Slope (S)


Nilai slope (S) pada percobaan ini dapat diperoleh dengan membagi
nilai selisih kedalaman titik1 dan titik 2 dengan nilai jarak antar titik. Oleh
karena itu, nilai slope akan didapatkan hasil sebagai berikut :
S = ∆y / ∆x
S = (0,0746 m – 0,0742 m) / (2,65 m)
S = 0,000151
III.10. Menentukan Nilai Koefisien Chezy (C) Aliran Fluida
Nilai koefisien Chezy (C) air pada percobaan ini diperoleh dengan
membagi kecepatan aliran (v) dengan akar nilai perkalian jari-jari hidrolis
(R) dengan kemiringan saluran (S). Oleh karena itu, nilai koefisien Chezy
untuk variasi debit pertama akan didapatkan hasil sebagai berikut :
C = v / (S x R)1/2
C = 0,26674 / (0,000151 x 0,0128)1/2
C = 191,579

Nilai dari koefisien Chezy variasi lainnya dapat dicari menggunakan


cara yang sama, sehingga didapatkan hasil yaitu sebagai berikut :
Tabel III.8 Nilai Koefisien Chezy Tiap Variasi
C Variasi Ke-1 191,5790

C Variasi Ke-2 212,3627

C Variasi Ke-3 272,6449

III.11. Menentukan Nilai Koefisien Manning (n) Aliran Fluida


Nilai koefisien Manning (n) air pada percobaan ini sebanding
dengan nilai akar kemiringan saluran (S) dikali dengan nila jari-jari hidrolis
(R) pangkat 2/3 dibagi dengan nilai kecepatan aliran (v). Oleh karena itu,
nilai koefisien Manning untuk variasi debit pertama akan didapatkan hasil
sebagai berikut :
n = (S1/2 x R2/3) / v
n = (0,01229 x 0,0548) / 0,2667
n = 0,00253
Nilai koefisien Manning variasi lainnya dapat dicari menggunakan
cara yang sama, sehingga didapatkan hasil yaitu sebagai berikut :
Tabel III.9 Nilai Koefisien Manning Tiap Variasi
n Variasi Ke-1 0,00253

n Variasi Ke-2 0,00238

n Variasi Ke-3 0,00188


III.12. Menentukan Nilai Bilangan Reynolds (Re) Aliran Fluida
Nilai bilangan Reynolds sebanding dengan nilai diameter pipa (D)
dikali kecepatan aliran (𝑣) dibagi dengan viskositas kinematis fluida (v).
Oleh karena itu, nilai bilangan Reynolds pipa besar pada variasi pertama
dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝐷𝑣
𝑅𝑒 =
𝜐
( 0,0128 ) 𝑥 ( 0,2667 )
𝑅𝑒 =
1,375 x 10−6
𝑅𝑒 = 2491,56

Nilai dari bilangan Reynolds variasi lainnya dapat dicari


menggunakan cara sama, sehingga didapatkan hasil yaitu sebagai berikut :
Tabel III.10 Nilai Bilangan Reynolds Tiap Variasi
Re Variasi Ke-1 2491,56

Re Variasi Ke-2 4012,40

Re Variasi Ke-3 5907,59

IV. DATA AKHIR


Dari pengolahan data yang didapatkan menggunakan data awal pada
praktikum modul 01 “Aliran Seragam dan Kemiringan Saluran” ini,
didapatkan data yaitu sebagai berikut :

Tabel IV.1 Data Hasil Perhitungan Volume, Qaktual, yrata-rata, R, dan R2/3
Volume Qaktual (m3/s) yavg (m) R R2/3
Air (m3)
0,00039 0,01953 0,0128 0,0548
0,007525 0,00074 0,02938 0,0165 0,0647
0,00117 0,03480 0,0180 0,0688
Tabel IV.2 Data Hasil Perhitungan Slope, NRE, A, 𝑣, n, dan C
Slope NRe A (m2) v(m/s) n C
0,000151 2491,56 0,0015 0,26674 0,00253 191,5790
0,000151 4012,40 0,0022 0,33488 0,00238 212,3627
0,000151 5907,59 0,00261 0,45003 0,00188 272,6449

V. ANALISIS A
V.1 Analisis Cara Kerja
Percobaan modul ini diawali dengan pengukuran suhu awal fluida
dengan menggunakan termometer sekitar 1 menit. Pengukuran suhu ini
digunakan dalam mencari nilai kekentalan kinematis fluida (viskositas) dan
massa jenis fluida (densitas). Setelah suhu diukur, hydraulic bench
dihubungkan ke sumber listrik. Kemudian sebelum pompa dinyalakan,
valve bench harus dipastikan sudah tertutup agar air tidak mengalir ke
sembarang arah, saluran juga perlu diperiksa untuk mengetahui adanya
kebocoran atau tidak. Setelah sudah dilakukan pemeriksaan, barulah
Hydraulic Bench dinyalakan. Selanjutnya, cam lever pada Hydraulic Bench
diputar supaya drain di bak penampung tertutup sempurna. Setelah itu,
valve dibuka sehingga air dari pompa mengalir dengan debit tertentu. Ketika
tuas terangkat, beban dipasang bersamaan dengan dijalankannya stopwatch.
Setelah beban dipasang, beberapa saat kemudian tuas akan kembali
terangkat, stopwatch segera dimatikan saat tuas kembali terangkat. Lakukan
pengulangan pada variasi debit yang sama sampai didapatkan tiga data
waktu untuk variasi debit pertama.
Setelah hydraulic bench berhasil dioperasikan, hal yang harus
dilakukan adalah kalibrasi alat pengukur kedalaman. Kalibrasi alat
dilakukan agar ketelitian dan akurasi pengukuran dapat maksimal.
Selanjutnya, lebar, panjang, dan kemiringan saluran terbuka perlu diukur.
Ketika pintu air di hulu dan hilir ditutup secara bersamaan, kemudian
diambil dua titik masing-masing di hulu dan hilir untuk diukur
kedalamannya. Setelah itu, kemiringan saluran dihitung dengan menghitung
selisih kedalaman rata-rata hilir dan hulu dibagi panjang saluran terbuka.
Selanjutnya, ukur kedalaman di 6 titik sepanjang saluran yang masing-
masing 3 titik di hulu dan 3 titik di hilir dengan jarak yang sama
menggunakan alat pengukur kedalaman yang menggunakan prinsip jangka
sorong. Percobaan dilakukan dengan 3 variasi debit berbeda dan masing-
masing variasi dilakukan 3 kali pengukuran waktu. Hal tersebut bertujuan
agar pengukuran lebih akurat dan representatif. Ketika pengukuran sudah
selesai dilaksanakan, valve pada bench ditutup lalu pompa air dimatikan.
Selanjutnya fitting stop kontak sumber listrik dicabut untuk menonaktifkan
hydraulic bench kemudian suhu fluida diukur kembali untuk mendapatkan
suhu akhir.

V.2 Analisis Grafik


Berdasarkan data yang sudah diolah dan didapatkan, maka dapat
dibuat analisis grafik sebagai berikut :
V.2.1 Analisis Grafik yrata-rata terhadap x
Berdasarkan data kedalaman rata-rata (yrata-rata) dan jarak antar titik
(x) pada saluran, diperoleh grafik perbandingan sebagai berikut :

Gambar V.1 Grafik yrata-rata terhadap x

Secara teoritis, aliran seragam terjadi apabila tidak ada perubahan


kedalaman air terhadap jarak titiknya sehingga idealnya grafik profil
aliran seragam akan berbentuk garis lurus karena kedalaman pada setiap
titiknya sama. Namun pada grafik profil aliran di atas terdapat
perbedaan kedalaman yang menyebabkan grafik tidak berbentuk garis
lurus. Hal yang menyebabkan garis pada grafik diatas tidak lurus karena
selama air mengalir terjadi gesekan dengan dinding dan slope saluran
yang menyebabkan adanya headloss. Selain itu, grafik diatas
menunjukkan bahwa garis antara debit tidak sejajar. Hal ini
menunjukkan distribusi kedalaman aliran yang tidak merata sehingga
kemiringan garis energi, garis permukaan air, dan dasar saluran tidak
sama yang berarti aliran pada percobaan ini merupakan aliran tidak
seragam karena pada kejadian sebenarnya, hampir tidak ada aliran yang
benar-benar seragam.

V.2.2 Analisis Grafik yrata-rata terhadap Qaktual


Berdasarkan data kedalaman rata-rata (yrata-rata) dan debit actual
(Qaktual) pada saluran, diperoleh grafik perbandingan sebagai berikut :

Gambar V.2 Grafik yrata-rata terhadap Qaktual

Diperoleh nilai koefisien korelasi (R) dari grafik di atas sebesar


0,9916. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 99,16% nilai yrata-rata
dipengaruhi oleh Qaktual dan sebesar 0,84% dipengaruhi oleh faktor
lainnya. Nilai koefisien korelasi (R) ini berfungsi sebagai indikator
kekuatan hubungan antara dua variabel tertentu yang berada pada
rentang -1 hingga +1. Korelasi antara kedua variabel yang diujikan akan
semakin kuat jika nilai koefisien korelasi ini mendekati nilai 1. Pada
percobaan ini, nilai R adalah 0,9916, sehingga dapat dilihat nilai yrata-
rata dan Qaktual memiliki hubungan yang sangat kuat. Hubungan antara
kedalaman rata-rata dengan Qaktual dapat dicari dengan persamaan
sebagai berikut :
Q=AxV
Q=bxyxv
yrata-rata = Q / (b x v)
Persamaan tersebut bersesuaian dengan y = axb dimana a
bersesuaian dengan 1/(b x v) dan xb bersesuaian dengan Q. Berdasarkan
hubungan ini, dapat diperoleh galat dengan cara membandingkan
pangkat yang didapat dari penurunan rumus (literatur) yaitu 1 dengan
pangkat yang diperoleh dari grafik (aktual) yaitu sebesar 0,5139 adalah
sebagai berikut :
𝑝𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑝𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100%
𝑝𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0,5139 − 1
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100%
1
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 48,61%
Galat yang diperoleh cukup besar yang menandakan bahwa data
percobaan (aktual) cukup akurat terhadap literatur. Adanya galat ini
terjadi karena adanya kesalahan yang terjadi selama percobaan
berlangsung. Hal ini akan dianalisis pada bagian analisis kesalahan.

V.2.3 Analisis Grafik v terhadap R1/2


Berdasarkan data v dengan R1/2 pada saluran, diperoleh grafik
perbandingan sebagai berikut :

Gambar V.3 Grafik v terhadap R1/2

Diperoleh nilai koefisien korelasi (R) dari grafik di atas sebesar


0,9777. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 97,77% nilai v dipengaruhi
oleh R1/2 dan sebesar 2,23% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Nilai
koefisien korelasi (R) ini berfungsi sebagai indikator kekuatan
hubungan antara dua variabel tertentu yang berada pada rentang -1
hingga +1. Korelasi antara kedua variabel yang diujikan akan semakin
kuat jika nilai koefisien korelasi ini mendekati nilai 1. Pada percobaan
ini, nilai R adalah 0,9777, sehingga dapat dilihat nilai v dan R1/2
memiliki hubungan yang sangat kuat. Hubungan antara kecepatan aliran
dengan R1/2 dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut :
v = C x (R x S)1/2
m=CxS
C = m / S1/2
C = 2,822 / (0,000151)1/2 = 229,6511

Dalam menentukan galat, diperlukan nilai koefisien Chezy


literatur saluran berbahan fiberglass, maka digunakan hubungan antara
koefisien Chezy dengan koefisien kekasaran Manning sebagai berikut :
C = R1/6 / n
C = (0,0158)1/6 / 0,021
C = 23,8538

Nilai R yang digunakan diatas adalah nilai rata-rata R ketiga


variasi. Dari nilai jari-jari hidrolis diatas galat dapat dihitung adalah
sebagai berikut :
𝐶𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100%
𝐶𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
229,6511 − 23,8538
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100%
23,8538
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 862,744 %
Galat yang diperoleh sangat besar yang menandakan bahwa data
percobaan (aktual) tidak akurat terhadap literatur. Adanya galat ini
terjadi karena adanya kesalahan yang terjadi selama percobaan
berlangsung. Hal ini akan dianalisis pada bagian analisis kesalahan.
V.2.4 Analisis Grafik v terhadap R2/3
Berdasarkan data v dengan R2/3 pada saluran, diperoleh grafik
perbandingan sebagai berikut :

Gambar V.4 Grafik v terhadap R2/3

Diperoleh nilai koefisien korelasi (R) dari grafik di atas sebesar


0,9831. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 98,31% nilai v dipengaruhi
oleh R2/3 dan sebesar 1,69 % dipengaruhi oleh faktor lainnya. Nilai
koefisien korelasi (R) ini berfungsi sebagai indikator kekuatan
hubungan antara dua variabel tertentu yang berada pada rentang -1
hingga +1. Korelasi antara kedua variabel yang diujikan akan semakin
kuat jika nilai koefisien korelasi ini mendekati nilai 1. Pada percobaan
ini, nilai R adalah 0,831, sehingga dapat dilihat nilai v dan R2/3 memiliki
hubungan yang sangat kuat. Hubungan antara kecepatan aliran dengan
R2/3 dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut :
v = S1/2 x R2/3 / n
m = S1/2 / n
n = S1/2 / m
n = (0,000151)1/2 / 5,6402
n = 0,002179
Maka galat dapat dihitung adalah sebagai berikut :
𝑛𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 − 𝑛𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100%
𝑛𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
0,002179 − 0,021
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = | | × 100%
0,021
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 89,63 %
Galat yang diperoleh sangat besar yang menandakan bahwa data
percobaan (aktual) tidak akurat terhadap literatur. Adanya galat ini
terjadi karena adanya kesalahan yang terjadi selama percobaan
berlangsung. Hal ini akan dianalisis pada bagian analisis kesalahan.

V.3 Analisis Hubungan Koefisien Chezy (C) dan Koefisien Manning (n)
Terdapat korelasi antara koefisien Chezy (C) dengan koefisien
Manning (n). Korelasi ini dapat diperoleh dengan penurunan persamaan
Chezy dan persamaan Manning sebagai berikut :
V Chezy = V Manning
C x (R x S)1/2 = (S1/2 x R2/3) / n
C = (S1/2 x R2/3) / (R x S)1/2 x n
C = R1/6 x n
Dimana :
𝑣 = Kecepatan aliran fluida (m/s)
n = Koefisien Manning
C = Koefisien Chezy
R = Jari-jari hidrolis (m)
S = Slope

V.4 Analisis Kesalahan


Dari perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh beberapa galat
yang cukup besar antara nilai yang diperoleh dari percobaan dengan nilai
dari literatur dan juga nilai koefisien Chezy dan Manning yang bernilai
negatif. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya kesalahan yang terjadi
selama percobaan berlangsung, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kesalahan dalam penggunaan alat ukur kedalaman aliran. Sebelum
menggunakannya untuk mengukur kedalaman aliran, alat tersebut harus
dikalibrasi terlebih dahulu. Selain itu, hanya terdapat 2 alat ukur, sehingga
alat tersebut dipakai bergantian untuk mengukur setiap titik.
2. Kesalahan dalam pengukuran waktu. Pengukuran waktu dimulai saat
lengan hydraulic bench naik dan beban diletakkan. Kenyataannya dalam
percobaan terdapat keterlambatan dalam peletakan beban dan juga
pengukuran waktu. Keterlambatan tersebut akan berpengaruh terhadap
besar debit aktual yang diperoleh.
3. Kesalahan dalam pengukuran temperatur air. Kesalahan dalam
memegang termometer dapat menjadi faktor terjadinya kesalahan ini. Data
temperatur yang tidak akurat akan berpengaruh pada densitas dan viskositas
fluida yang digunakan.
4. Kesalahan praktikan (human error) juga mungkin terjadi yang
menyebabkan adanya kesalahan dan ketidaktelitian dalam membaca angka
yang tercatat pada alat pengukur kedalaman. Hal tersebut dapat
mengakibatkan alat ukur menjadi kurang terkalibrasi sehingga hasil yang
diperoleh tidak terlalu akurat. Hasil yang tidak terlalu akurat tersebut akan
berpengaruh terhadap besar luas penampang, kemiringan, serta jari-jari
hidrolis saluran yang diperoleh saat perhitungan.

VI. ANALISIS B
Sistem aliran seragam pada saluran terbuka merupakan salah satu
dari alat-alat yang memiliki hubungan erat dengan bidang Teknik
Lingkungan. Berikut merupakan beberapa contoh penerapan yang dapat
dilakukan di dalam keilmuan Teknik Lingkungan :
VI.1 Drainase Saluran Terbuka
Drainase saluran terbuka adalah sebuah sistem saluran yang
permukaan airnya terbuka sehingga alirannya dipengaruhi oleh udara luar
(atmosfer). Drainase saluran terbuka biasanya mempunyai luasan yang
cukup luas dan digunakan dengan tujuan untuk mengalirkan air hujan atau
air limbah yang tidak membahayakan kesehatan lingkungan ataupun
keindahan lingkungan. Saluran ini cocok untuk drainase air hujan yang
terletak didaerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk
drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan/ mengganggu
lingkungan. Dalam perencanaan saluran pembuang, aliran dianggap steady
dan uniform.
Gambar VI.1 Sistem Drainase Saluran Terbuka
( Sumber : awalilmu.com, 2017 )

VI.2 Pengamatan Daerah Aliran Sungai (DAS)


Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah salah satu saluran terbuka alami
yang ada. DAS ini mengalir dari daerah hulu ke daerah hilir karena adanya
perbedaan ketinggian. DAS termasuk ke dalam bagian siklus hidrologi
sehingga kemungkinan besar air hujan jatuh ke daerah tersebut. Pengamatan
DAS dapat dilakukan untuk penelitian dalam bidang Teknik Lingkungan,
contohnya seperti penelitian konsentrasi limbah yang dibuang ke sungai
pada titik tertentu.

Gambar VI.2 Sistem Pengamatan Aliran Sungai


( Sumber : kajianpustaka.com, 2019 )

VII. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum modul 01 “Aliran Seragam dan Kemiringan
Saluran” ini adalah :
VII.1 Berdasarkan grafik profil aliran pada Gambar V.1, terlihat bahwa
kedalaman aliran pada tiga titik di hulu dan tiga titik di hilir memiliki nilai
yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa aliran yang terjadi
bukanlah aliran seragam. Hal ini dikarenakan dalam dunia nyata, hampir
tidak ada aliran yang benar-benar seragam.

VII.2 Nilai koefisien Chezy (C) yang diperoleh dari persamaan grafik
adalah sebesar 229,6511. Untuk nilai koefisien Chezy (C) setiap variasi
debit terdapat pada Tabel IV.2, yaitu sebesar 191,579 ; 212,3627 ; 272,6449
untuk variasi pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut.

VII.3 Nilai koefisien Manning (n) yang diperoleh dari persamaan grafik
adalah sebesar 0,002179. Untuk nilai koefisien Manning (n) setiap variasi
debit terdapat pada Tabel IV.2, yaitu sebesar 0,00253 ; 0,00238 ; 0,00188
untuk variasi pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut.

VII.4 Nilai bilangan Reynolds (NRe) setiap variasi debit dapat dilihat pada
Tabel IV.2, yaitu sebesar 2491,56 ; 4012,40 ; 5907,59 untuk variasi
pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut.

VII.5 Hubungan antara koefisien Chezy dengan persamaan Manning dapat


diketahui dari persamaan C = R1/6 / n, dimana C merupakan koefisien
Chezy, R merupakan jari-jari hidrolis, dan n merupakan koefisien Manning

VIII. DAFTAR PUSAKA


Eka Putra, I., Sulaiman, S., & Galsha, A. (2017). Analisa Rugi Aliran
(Headlosses) pada Belokan pipa PVC. Pengembangan
Insfrastruktur dan Technopreneurship Untuk Meningkatkan Daya
Saing Bangsa. https://doi.org/10.21063/pimimd4.2017.34-39
Engineering ToolBox, (2003). Water – Dynamic (Absolute) and Kinematic
Viscosity. [online] Available at : https://www.engineeringtoolbox.co
m/water-dynamic-kinematic-viscosityd_596.html
Engineering ToolBox, (2003). Water-Density, Specific Weight and Thermal
Expansion Coefficient. [online] Available at: https://www.engineer
ingtoolbox.com/minor-loss-air-ducts-fittings-d_208.html
Giles, Ranald V. 1996. Seri Buku Schaum, Mekanika Fluida dan
Hidraulika. Jakarta : Erlangga.
Potter, Merle C. dan David C. Wiggert. 2008. Schaum’s Outline of Fluid
Mechanics Sciences, New York: McGraw-Hill Companies Sakti
Zein. (2017). Pengertian Bedengan dan Saluran Drainase, Fungsi,
Petakan, dan Faktor Pembuatannya. Diambil dari awalilmu.com
https://www.awalilmu.com/2017/09/pengertian-bedengan-dan-
saluran-drainase-fungsi-petakan-dan-faktor-pembuatannya.html

IX. LAMPIRAN

Gambar IX.1 Gambar Spreasheet Data Awal dan Akhir


Gambar IX.2 Gambar Spreasheet Data Referensi

Gambar IX.3 Gambar Spreasheet Pengolahan Data dan Grafik

Gambar IX.4 Gambar Spreasheet Grafik Data Referensi

Anda mungkin juga menyukai